Anda di halaman 1dari 17

Rekayasa Ide

Manajemen Berbasis
Sekolah

Skor Nilai:

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS


SEKOLAH

Nama : Dominggo Satria Aruan

NPM : 1901010292

Mata Kuliah : Manajemen Berbasis Sekolah

Dosen Pengampu : Desi Sijabat, S. Pd, M. Pd

UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN PEMATANGSIANTAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PGSD
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan
pertolonganNya saya dapat menyelesaikan Laporan Rekayasa Ide mata kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Desi Sijabat, M.Pd
selaku dosen dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Rekayasa Ide
(TRI) ini. Penulis juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi topik pembahasan.
Laporan Rekayasa Ide ini disusun agar pembaca dapat memperluas Ilmu tentang “ Strategi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar”, yang di sajikan berdasarkan
artikel/jurnal dan analisis data yang didapat dari jurnal tersebut. Semoga TRI ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca khususnya para guru dan seluruh
tenaga kependidikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan TRI ini
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan TRI ini. Penulis mohon maaf jika di dalam TRI ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pematang Siantar, 1 Januari 2022


Penyusun

Dominggo Satria Aruan

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................4

A. Rasionalisasi Permasalahan................................................................................4

B. Tujuan ............................................................................................................4

C. Manfaat TRI....................................................................................................5

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ....................................................................6

A. Permasalahan Umum.......................................................................................6

B. Identifikasi Permasalahan..................................................................................6

1. Permasalahan Jurnal I ..................................................................................6

2. Permasalahan Jurnal II ...............................................................................7

3. Permasalahan Jurnal III ................................................................................8

4. Permasalahan Jurnal IV................................................................................8

5. Permasalahan Jurnal V.................................................................................9

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN..........................................10

A. Pembahasan Isi Jurnal ..................................................................................10

1. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Jurnal I ..........................................10

2. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Jurnal II .......................................10

3. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Jurnal III .......................................11

4. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Jurnal IV........................................12

5. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Jurnal V..............................................13

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................15

2
A. Kesimpulan..................................................................................................15

B. Rekomendasi ...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Permasalahan

Apabila seluruh komponen pendidikan saling mendukung dan bekerja sama maka
mutu pendidikan akan lebih baik. Kepala sekolah merupakan pimpinan di sekolah dan
merupakan orang yang berhubungan secara langsung dengan teknis pelalksanaan program
pendidikan disekolah. Kepala sekolah juga sebagai penentu kebijakan di sekolah dan
kepela sekolah seharunya bisa memainkan perannya dengan terarah dengan sebijak
mungkin serta mengarahkan kepada pencapaian tujuan agar lebih memaksimalkan lagi
kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah
merupakan kunci keberhasilan dari sebuah sekolah atau lembaga, karena keberhasilan
pencapaian tujuan dan kualitas sekolah sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala
sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah tidak terlepas dari peran kepala sekolah yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah atau lembaga pendidikan tidak
hanya negeri, melainkan ada pondok pesantren yang pendidikannya lebih mengutamakan
keagamaan Islam tetapi tetap menggunakan kurikulum terpadu layaknya sekolah formal
lain. Mutu pendidikan di sekolah negeri maupun swasta dipengaruhi oleh peran kepala
sekolahnya dimana kepala sekolah harus dapat berperan sebagai manajer maupun
pemimpin. Lembaga yang kualitas atau mutunya baik pasti mempunyai kepemimpinan
kepala sekolah yang baik didalamnya, sehingga peran kepala sekolah menentukan
keberhasilan atau tidaknya mutu pendidikan di sekolah.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulis dalam Menyusun Rekayasa Ide tentang pelaksanaan


implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) khususnya dalam Peran Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah antara lain: 1. Untuk mengetahui
peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan; 2. Untuk mengetahui apa
Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan solusi
pada faktor penghambat yang dihadapi. 3. Untuk mengetahui peranan kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu penddiikan di zaman Era Globalisasi.

4
C. Manfaat

Manfaat dalam penulisan Rekayasa Ide ini antara lain : 1. Dapat menemukan
solusi dari permasalahan Pendidikan. 2. Memberikan pengetahuan serta tambahan ilmu
dari beberapa informasi yang terkait dengan pembahasan rekayasa ide. 3. Meningkatkan
daya pikir yang kritis terhadap solusi dari permasalahan yang diangkat. 4. Memberikan
masukan kepada tenaga pendidik agar lebih memahami kurikulum pembelajaran dan
mengaitkannya secara baik dan benar.

5
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Permasalahan Umum

Upaya peningkatan mutu pendidikan selalu dilakukan baik oleh pemerintah


maupun oleh swasta seperti melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar,
peningkatan mutu guru, peningkatan menejemen pendidikan dan peningkatan
kesejahteraan guru. Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu
pendidikan belum meningkat secara signifikan. Berbagai temuan tentang rendahnya
kualitas sumber daya manusia Indonesia telah dikemukakan di beberapa forum maupun
media massa. Hasil survei Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index/HDI) Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara Asia, Afrika dan nomor
12 dari 12 negara Asia di bawah Vietnam. Apalagi jika dihadapkan pada tantangan
kedepan dengan adanya kesepakatan perdagangan bebas AFTA dan AFLA telah bergulir
dengan membawa konsekuensi membuka peluang masuknya tenaga kerja dari luar negeri
yang berkualitas dan berdaya saing tinggi ke dalam dunia kerja di Indonesia. Hal ini jelas
mengancam keberadaan tenaga kerja Indonesia, lebih-lebih bagi mereka yang tidak
memiliki kecakapan hidup yang memadai untuk memasuki kesempatan kerja yang ada.
Kenyataan ini mengimplikasikan bahwa keterbukaan negara dan masyarakat Indonesia
terhadap berbagai aktifitas sosial, ekonomi, budaya, dan komunikasi, telah menuntut
tersedianya modal sumber daya manusia berupa kecakapan hidup yang bermutu dan
mampu bersaing dengan tenaga kerja asing.

B. Identifikasi Permasalahan

1. Permasalahan Jurnal 1

Salah satu indikator suksesnya sebuah lembaga pendidikan adalah kemampuan


membekali peserta didiknya dengan kecakapan atau keterampilan hidup (life skills)
dalam merespon secara dinamis dan solutif setiap problem yang dihadapi dan progresif
dalam melakukan pembaharuan, perubahan dan terobosan visioner bagi kemampuan
masyarakat, bangsa dan negara dalam segala aspek kehidupan. Karena pada dasarnya
pendidikan life skills menjadi krusial dan mendesak seiring dengan cepatnya dinamika

6
globalisasi dan modernisasi yang tak mungkin dihadapi dengan kemampuan otot,
melainkan membutuhkan penguasaan keterampilan-keterampilan profesional, sentuhan
ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir. Karena orang yang tidak siap menghadapi
perubahan di era sekarang akan mengalami kegamangan, keraguan dan kekalahan dalam
berkompetensi. Berdasarkan hal tersebut, tentunya perbaikan dalam dunia pendidikan
diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup (life skills) yang diwujudkan melalui
pencapaian kompetensi peserta didik agar peserta didik pada akhirnya mampu
menghadapi dan mengatasi problematika hidup dan kehidupan yang dihadapi secara
proaktif dan kreatif guna menemukan solusi dari permasalahannya. Pendidikan haruslah
fungsional dan jelas manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan
penumpukan pengetahuan yang tidak bermakna, namun diarahkan untuk kehidupan
peserta didik dan tidak berhenti pada pengawasan materi pembelajaran

2. Permasalahan Jurnal 2

Dari berbagai hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan oleh Depdiknas,
sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami perubahan
secara merata. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analisis yang
tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional
dilaksanakan secara birokratik-sentralistik. Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya
orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Menyadari
hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya penyempurnaan sistem pendidikan, baik
melalui perangkat lunak (soft ware) maupun perangkat keras (hard ware). Diantara upaya
tersebut antara lain dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 22 dan 25 tahun 1999
tentang otonomi daerah, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pendidikan. Bila sebelumnya pengelolaan pendidikan
merupakan wewenang pusat, maka dengan berlakunya undang-undang tersebut
kewenangannya berada pada pemerintah daerah kota/kabupaten. (Mulyasa, 2003: 5-6).
Rendahnya mutu akademik di Indonesia menurut penelitian Blazely dkk. juga diakibatkan
oleh rendahnya mutu proses pembelajaran. Pembelajaran di Indonesia cenderung sangat
teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana siswa berada. Akibatnya peserta
didik tidak mampu menerapkan apa yang Implementasi dipelajarinya di sekolah guna
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Penyelenggaraan
pembelajaran yang tidak berwawasan lingkungan (tidak kontekstual) dapat juga

7
merupakan dampak dari kurikulum yang bersifat sentralistik dan berorientasi pada mata
pelajaran (akademik) secara parsial. (Suderadjat, 2004: 2-3).

3. Permasalahan Jurnal 3

Sistem pendidikan nasional kita sekarang dan akan datang, tidak terlepas dari
berbagai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan jawaban atau solusi yang tepat
terhadap berbagai tantangan dan peluang kehidupan global serta substansi tujuan
pendidikan dan pengajaran tersebut. Sehingga mempunyai kemampuan untuk
memenangkan persaingan dimasa depan. Pendidikan artinya untuk tujuan tumbuh
kembang bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi sumber daya manusia jangka
panjang yang memiliki nilai strategis untuk kelangsungan peradaban manusia didunia.
Oleh karena itu pendidikan menjadi salah satunya hal penting untuk memajukan suatu
bangsa karena dapat dilihat kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa dari tingkat
pendidikan. Pendidikan memainkan sebuah peran penting dalam perkembangan pesat
teknologi, perkembangan teknologi selalu ada yang positif dan negatif. Pendidikan di era
globalisasi sekarang ini membuat manusia dapat dengan mudah mengakses beragam
informasi. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat memperoleh
berbagai informasi di bidang tertentu. Globalisasi mendatangkan manfaat bagi manusia.
Namun, manusia juga perlu mencermati dan menyikapi hal ini dengan bijak.

4. Permasalahan Jurnal 4

Dengan rendahnya mutu pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan


menengah di Indonesia, khusunya pelaksanaan pendidikan di lingkungan madrasah yang
selama ini kurang memuaskan banyak pihak, maka diperlukan adanya upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hari
Suderajat bahwa, mutu pendidikan indonesia berada pada posisi yang rendah sehingga hal
ini menuntut segenaplembaga pendidikan yang ada di negeri ini untuk bangkit dan
berjuang dalam usaha memperbaiki pendidikan agar menjadi lembaga yang berkualitas
dan dapat di banggakan oleh bangsa Indonesia.8 Upaya peningkatan kualitas pendidikan
di lingkungan madrasah dapat dilakukan dengan melakukan reformasi pendidikan, yakni
salah satunya dengan menggunakan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai
media dalam meningkatkan kualitas madrasah menuju madrasah unggulan. Seiri

8
5. Permaslahan Jurnal 5

Pengembangan sumber daya manusia telah menjadi prioritas dalam program


nasional. Pengembangan sumber daya ini diarahkan pada proses pengaktualisasian semua
potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh manusia sehingga menjadi bermanfaat bagi
kehidupan sendiri dan sesama anggota masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional membagi jenis
pendidikan menjadi 3 macam, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan
pendidikan informal. Dari ketiga jenis pendidikan tersebut penelitian ini membahas
pendidikan non formal.

Dalam era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari para pimpinan sekolah
adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti
menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakatluas
penggunanya. Agar tugas dan tanggung jawab para pimpinan sekolah tersebut menjadi
nyata, kiranya mereka perlu memahami, mendalami, dan menerapkan beberapa konsep
ilmu manajemen yang dewasa ini telah dikembang-mekarkan oleh pemikir-pemikir dalam
dunia bisnis. Manakala diperdalam secara sungguhsungguh, kiranya konsep-konsep ilmu
manajemen tersebut memiliki nilai (dalam arti values) yang tidak akan menjerumuskan
dunia pendidikan kita ke arah bisnis yang dapat merugikan atau mengecewakan
masyarakat luas penggunaanya (Rahman, 2007).

9
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN

A. Pembahasan isi Jurnal

1. Solusi dan Pembahsan Permasalahan Jurnal I


Sesungguhnya usaha-usaha perbaikan dalam pendidikan terus dilakukan oleh
pemerintah yang antara lain melalui perbaikan sistem manajemen sekolah.
Manajemen Sekolah merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Hasil penelitian Balitbang Dikbud menunjukkan bahwa manajemen
sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan menetukan efektif tidaknya
kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran.
Pemerintah sejak tahun 2001 telah menerapkan suatu sistem manajemen yang
memberikan wewenang luas pada pihak sekolah untuk mengelola rumah tangganya
yang kemudian dikenal dengan istilah manajemen berbasis sekolah (MBS) yang
tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 pada Bab VII tentang Bagian Program
Pembangunan Bidang Pendidikan, khususnya sasaran (3), yaitu “terwujudnya
manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat (school
community based management)”. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberikan
otonomi yang lebih besar pada sekolah. Sekolah memiliki kewenangan dan
tanggungjawab yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya sehingga lebih
mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan
program-program yang tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan/potensi yang dimiliki. Dengan fleksibilitas/keluwesan-keluwesannya,
sekolah akan lebih lincah dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya sekolah
secara optimal. Dengan partisipasi/ pelibatan warga sekolah dan masyarakat secara
aktif dalam penyelenggaran sekolah, rasa memiliki terhadap sekolah dapat
ditingkatkan. Dengan demikian, sekolah dalam menjalankan program-program akan
mendapat dukungan langsung dari masyarakat dan juga disisi lain sokongan
pendanaan akan mudah di dapatkan oleh sekolah.

2. Solusi Pembahasan Jurnal II

10
Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup disusun melalui pendekatan
Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education/BBE), yaitu kebijakan
penyelenggaraan pendidikan yang diperuntukkan bagi kepentingan lapisan
masyarakat terbesar. Sifat dasar yang menonjol dari lapisan masyarakat terbesar
adalah pendidikan yang menekankan kecakapan hidup dan bekerja. Adapun yang
mendasari pelaksanaan pendidikan berbasis luas adalah adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) yang demikian pesat yang mengakibatkan inovasi
pengetahuan begitu melimpah. Begitu banyaknya pengetahuan baru, sehingga
beberapa ahli menyatakan orang tidak akan mampu mempelajari seluruhnya,
walaupun dilakukan sepanjang hidupnya. Hal itu membawa konsekuensi dalam
bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi dapat mengharapkan peserta didik untuk
mempelajari seluruh pengetahuan, karena itu harus dipilih bagian-bagian esensial
yang menjadi fondasinya. Oleh karena itu, proses pembelajaran diarahkan kepada
sejumlah kemampuan dan keberhasilan pendidikan diukur dari bagaimana siswa
mampu melakukan sesuatu sesuai dengan tuntutan kompetensi tersebut. Hal ini
berarti, perlu sistem pengendalian mutu lulusan yang dapat mengarahkan kepada
pencapaian kemampuan tersebut. (Pahrudin, 2003: 216). Dari sini kemudian perlu
disusun visi sekolah yang mendukung pengembangan life skill. Adapun visi Mayoga
sebagaimana tercantum dalam profil madrasah adalah menghasilkan out put siswa
yang UNGGUL, TERAMPIL, dan BERKEPRIBADIAN MATANG atau yang
disingkat dengan ULTRA PRIMA.

3. Solusi Pembahasan Permasalahan Jurnal III


Cara untuk mewujudkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang efektif dan
bermakna bagi siswa, dapat dilakukan melalui berbagai cara. Sebagai alternatif
mewujudkan pembelajaran IPS yang efektif dan bermakna menurut Murtadho adalah
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Di mana dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menekankan pada aktivitas belajar yang
dilakukan siswa secara kolaboratif kerja bersama dengan siswa yang lain dalam
proyek bersama, kerja bersama sebagai aliansi strategis, menghargai perbedaan
intelektual dan saling memotivasi dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Model kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur yang kerjasama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan

11
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Sementara itu, Hayati menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil
untuk saling berinteraksi. pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran
dengan membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa atau lebih
yang berbeda tingkat prestasinya, jenis kelamin, dan etniknya. Pembelajaran diawali
dengan penyampaian materi pelajaran oleh guru, kemudian siswa belajar kelompok,
siswa mengerjakan kui secara mandiri dan guru memberikan penghargaan
kelompok. Selaras dengan hal tersebut, Trianto mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok 4 sampai 5
orang siswa secara 8 heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.15
Dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar terdapat beberapa mata pelajaran,
salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. IPS sebagai salah satu
bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan
penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan
bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas
produk hafalan. Sifat materi pelajaran IPS tersebut membawa konsekuensi terhadap
proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris.16 Peserta
didik yang dibina melalui Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya memiliki
pengetahuan dan kemampuan berpikir tinggi, namun peserta didik diharapkan pula
memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan
lingkungannya.

4. Solusi dan Pembahasan Permasalahan jurnal IV


Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di atas, sudah barang tentu begitu
banyak masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini. Namun dalam penelitian ini,
penulis mengambil manajemen berbasis sekolah sebagai suatu standar pengelolaan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas yang mampu menjadikan
sekolah itu unggul. Kemudian peneliti memilih MAN 4 Jakarta, dikarenakan
memiliki prestasi yang cukup membanggakan, dan tampaknya memiliki konsep
manajemen berbasis sekolah. Dengan adanya keterbatasan konsep, waktu, dan dana

12
yang dimiliki, maka penulis akan membatasi penelitian pada kewenangan mengatur
(otonomi) pendidikan yang dimiliki oleh MAN 4 Jakarta sehingga bisa bersaing
dengan sekolah unggul lainnya, dan menjadi percontohan uuntuk madrasah-
madrasah yang telah diberikan otonomi pendidikan yang sama namun belum mampu
menjadi madarasah unggulan. Berdasarkan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah utama dalam tesis ini pada
masalah pokok yang akan diteliti, yaitu: ”Bagaimana otonomi pendidikan MAN 4
Jakarta mampu menjadikannya sebagai madrasah unggulan?”

5. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Jurnal V


Perencanaan life skill peserta didik di SMK Muhammadiyah 6 Karanganyar
mencakup segala sesuatu yang terkait dengan program keahlian yang dimiliki atau
dibuka dan atau ditawarkan oleh pihak sekolah, yaitu kendaraan ringan, audio video,
dan jaringan komputer yang dapat ditawarkan ke pasar kerja atau dunia kerja untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan masyarakat pengguna atau pelanggan. Secara konseptual
perencanaan life skill peserta didik di SMK Muhammadiyah 6 Karanganyar adalah
pemahaman subyektif dan objektif dari sekolah atas sesuatu yang bisa ditawarkan
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui 6 pemenuhan kebutuhan
dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta
daya beli pasar. Selain itu perencanaan life skill peserta didik di SMK
Muhammadiyah 6 Karanganyar dapat pula didefinisikan sebagai persepsi rancangan
yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil rancangannya. Perencanaan ini
dipandang penting oleh pelanggan dan dijadikan dasar pengambilan keputusan
penawaran atau pembelian. Bentuk perencanaan life skill peserta didik di SMK
Muhammadiyah 6 Karanganyar yaitu rencana pengembangan pendidikan Life Skill
(Life Skills Education), program kemitraan sekolah dengan dengan DU/DI, dan
pencana pengembangan Unit Produksi (UP). Hasil temuan penelitian ini sesuai
dengan Kebijakan Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikdasmen, 2005) yang
menyatakan bahwa :
Fungsi SMK adalah (1) sebagai trainning center/BLK daerah; (2) sebagai testing
center; (3) sebagai teaching factory; (4) sebagai outlet layanan penempatan lulusan
dan tenaga kerja; dan (5) sebagai pusat bisnis dan pengembangan waralaba bagi
masyarakat. Salah satu usaha untuk mencapai fungsi SMK tersebut yaitu dengan

13
mendirikan unit produksi yang berfungsi: (a) menjadi pusat pelatihan keterampilan
dan wirausaha; (b) sebagai industri untuk menghasilkan produk atau jasa; dan (c)
penghasil tenaga kerja terampil. Hasil temuan penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Hanushek et al. (2011) berjudul “General Education,
Vocational Education, and Labor-Market Outcomes over the Life-Cycle”
menyatakan bahwa dalam menghadapi persaingan global, pendidikan pada sekolah-
sekolah kejuruan perlu membekali siswanya dengan kecakapan hidup (life skill) agar
para lulusan dari sekolah-sekolah kejuruan nantinya dapat mengisi lowongan kerja
sesuai dengan kebutuhan pasar kerja industri.

BAB IV

14
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerapan manajemen berbasis sekolah sangat mendukung efektivitas


pengembangan life skills peserta didik, hal ini dilakukan melalui: Upaya kepala madrasah
dalam menentukan program-program di lembaganya termasuk program yang berkaitan
dengan pengembangan life skills peserta didik direncanakan dan dibahas bersama seluruh
warga madrasah yakni para guru, perwakilan siswa serta stake holder, hal ini dilakukan
dalam rapat tahunan. Secara khusus, untuk: (1) Pengembangan personal skill peserta
didik rapat perencanaan programnya dilakukan oleh pembimbing keterampilan
keagamaan dan pembimbing KIR. (2) Pengembangan social skill peserta didik rapat
perencanaan programnya dilakukan oleh pembina 14 ekstrakulikuler yang ada di MAN
Kediri I Kota Kediri. (3) Pengembangan academic skill peserta didik rapat perencanaan
programnya dilakukan oleh guru mapel melalui MGMP dan panitia bimbel. (4)
pengembangan vocational skill peserta didik rapat perencanaan programnya dilakukan
oleh pembimbing mulok keterampilan. Dalam proses pelaksanaan life skill, SMK
Muhammadiyah 6 Karanganyar masih menemukan beberapa hambatan, di antaranya (1)
Belum terlaksananya Unit Produksi (UP) secara optimal untuk seluruh bidang keahlian
yang ada di sekolah karena aktivitas pemasaran belum direncanakan dan dilaksanakan
secara efektif. Kegiatan Unit Produksi (UP) saat ini belum lama beroperasi dan kegiatan
produksi/jasa hanya berdasarkan pesanan; (2) Dalam pelaksanaan pengembangan praktik
life skill sekolah membutuhkan biaya praktik yang sebagian diperoleh dari kontribusi
orang tua siswa dan subsibi silang, namun yang menjadi kendala, kondisi ekonomi orang
tua siswa tidak begitu mendukung karena mayoritas siswa berasal dari keluarga tidak
mampu; (3) Belum terlaksananya kegiatan Prakerin secara optimal, karena keterbatasan
waktu dan image DU/DI terhadap Prakerin SMK.

B. Rekomendasi

Penulis merekomendasikan tugas rekayasa ide. Ini sebagai bahan bacaan atau
referensi untuk mengetahui meningkatan mutu di Sekolah. Kelima jurnal dapat dijadikan
jurnal referensi untuk memahami materi “ Peranan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
Mutu Pendidikan Sekolah “ pada Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah karena
bahasanya yang mudah dimengerti dan materi dibahas secara jelas dan terperinci.

DAFTAR PUSTAKA

15
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2002

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,


Bandung:Alfabeta, 2018.

Abu Duhou, Ibtisam, School Based Management, Terj, Noryamin Aini, Jakarta: Logos, 2002

Abbas MY. 2009. “Model Implementasi Kebijakan Kemitraan untuk Meningkatkan Mutu
dan Relevansi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan”. http:// hisyamjayuz.blogspot.com

16

Anda mungkin juga menyukai