Anda di halaman 1dari 42

PROGRAM BK di SMP NEGERI 192 JAKARTA

TAHUN AJARAN 2021


Ditujukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Bimbingan dan Konseling
yang diampu oleh Dr. Herdi, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Deviana Ramadhani (1106618056)
Fuad Kholil Perdana (1106618071)
Muhammad Maulana Wildan (1106618040)
Shinta Pratiwi (1106618025)

2018A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
Kata Pengantar

Puji Syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’alaa, karna berkat
rahmat, anugerah dan hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan laporan program mata kuliah
manajemen bimbingan dan konseling dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang turut serta membantu dan memberikan motivasi, khususnya kepada
Pak Herdi yang telah memberikan ilmunya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan program bimbingan dan konseling ini dengan baik. Kami berharap laporan program
bimbingan dan konseling ini dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membangun dan mendukung perbaikan laporan program bimbingan dan konseling ini
di waktu yang akan datang.

Jakarta, 20 April 2021

Kelompok 1

i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................................ii
A. RASIONAL......................................................................................................................................1
B. DASAR HUKUM..............................................................................................................................3
C. VISI & MISI SMP NEGERI 192 JAKARTA..........................................................................................5
1. Visi SMP Negeri 192 Jakarta.......................................................................................................5
2. Misi SMP Negeri 192 Jakarta.....................................................................................................5
3. Visi Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 192 Jakarta.............................................................5
4. Misi Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 192 Jakarta............................................................5
D. DESKRIPSI KEBUTUHAN.................................................................................................................6
1. Peserta didik Kelas VII................................................................................................................6
2. Peserta didik Kelas VIII...............................................................................................................8
E. TUJUAN........................................................................................................................................11
1. Tujuan Layanan Peserta Didik Kelas VII....................................................................................11
2. Tujuan Layanan Peserta Didik Kelas VIII...................................................................................13
F. KOMPONEN PROGRAM...............................................................................................................15
Peserta didik kelas VII......................................................................................................................15
G. BIDANG LAYANAN.......................................................................................................................15
H. RENCANA OPERASIONAL (Action Plan)........................................................................................15
I. PENGEMBANGAN TEMA/TOPIK...................................................................................................15
J. RENCANA EVALUASI, PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT.............................................................15
K. SARANA PRASARANA...................................................................................................................16
L. ANGGARAN BIAYA.......................................................................................................................16
M. LAMPIRAN...............................................................................................................................16
1. Daftar Checklist kelengkapan sarana dan prasarana................................................................16
2. Hasil Wawancara Guru BK SMP Negeri 192 Jakarta.................................................................17
3. Interpretasi Asesmen ITP-SLTP Kelas VII..................................................................................19
4. Interpretasi Asesmen ITP-SLTP Kelas VIII.................................................................................24
5. Hasil Asesmen IKMS Kelas VII SMP Negeri 192 Jakarta Timur.................................................29
6. Hasil Asesmen IKMS Kelas VIII SMP Negeri 192 Jakarta Timur................................................33

ii
A. RASIONAL
Bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan di sekolah dalam
rangka memfasilitasi peserta didik mencapai perkembangannya secara optimal,
serta memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial maupun moral. Peserta didik adalah individu yang sedang
berada dalam proses berkembang menuju ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik perlu memperoleh
bimbingan dan arahan yang baik karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan mengenai diri dan lingkungannya serta pengalaman
dalam menentukan arah kehidupannya. Agar peserta didik dapat mencapai
perkembangan yang optimal, potensi-potensi peserta didik perlu difasilitasi dan
didukung. Upaya yang dapat dilakukan ialah dengan merancang dan
mengimplementasikan program bimbingan dan konseling. Untuk mencapai
program BK sesuai dengan tujuan, konselor perlu menyusun layanan BK yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Bimbingan dan konseling di sekolah juga memiliki peranan penting dalam
membantu peserta didik dalam mencapai tugas-tugas perkembangan sebagaimana
tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kemandirian Peserta Didik dan
Kompetensi Dasar (SKKPD). Dalam upaya mendukung pencapaian tugas
perkembangan tersebut, program bimbingan dan konseling dilaksanakan secara
utuh dan kolaboratif dengan seluruh stakeholder sekolah dan orang tua di rumah.
Namun ada kalanya dalam penyelenggaraan program BK di sekolah tidak
semudah apa yang sudah direncanakan. Terdapat banyak tantangan dan hambatan
yang muncul baik secara internal maupun eksternal.
Seperti halnya masalah-masalah yang terdapat di SMPN 192 Jakarta.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terdapat masalah yang cukup
beragam, yang mana hal tersebut menghambat jalannya penyelenggaraan
program BK di sekolah. Masalah yang kerap dihadapi diantaranya yaitu
rendahnya minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Hal ini pun
dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan sosialnya, dimana sebagian besar

1
latar belakang kelas sosial peserta didik berada pada kelas menengah kebawah.
Adapun masalah yang dimiliki seperti adanya konflik dalam keluarga peserta
didik serta terbatasnya sarana/prasarana penunjang belajar peserta didik dirumah.
Sehingga hal ini tentu berpengaruh terhadap motivasi dan semangat peserta didik
untuk belajar karena lingkungan yang kurang mendukung serta sarana dan
prasarana yang kurang memadai. Adapun masalah lain yang cukup menghambat
jalannya penyelenggaraan program BK di SMP N 192 Jakarta yaitu kurangnya
sumber daya manusia atau kurangnya tenaga profesi guru BK itu sendiri. Hal ini
tentu akan membuat guru BK yang ada kesulitan dalam menyelenggarakan
program bimbingan dan konseling.
Akan tetapi, dari berbagai permasalahan dan kekurangan yang ada, masih
terdapat kesempatan yang dapat dilakukan untuk membantu peserta didik
mengembangkan potensi diri serta mencapai tugas perkembangan secara optimal.
Dengan memanfaatkan kolaborasi yang baik antara guru bimbingan dan
konseling dengan kolaborator/stakeholder seperti guru mata pelajaran, kepala
sekolah, peserta didik dan orang tua, guru bimbingan dan konseling SMPN 192
Jakarta yang memiliki semangat dan kreativitas tinggi ini serta pengalaman yang
banyak menjadi salah satu modal utama yang dapat mendukung keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Begitu pula dari segi daya
dukungan sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 192 Jakarta, yang
memiliki fasilitas cukup lengkap guna membantu peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya. Rancangan program bimbingan dan konseling
yang akan dideskripsikan dalam dokumen ini pun merupakan upaya untuk terus
meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 192
Jakarta.

2
B. DASAR HUKUM
Landasan perundang-undangan dari penyusunan panduan ini, yaitu :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410).
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941).
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013.

3
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
63 tahun 2014 tentang Kegiatan Kepramukaan pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
64 tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5
tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik, Penyelenggaraan Ujian
Nasional, dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan
Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK atau
yang Sederajat.
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
57 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian
Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan Melalui Ujian
Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang
Sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang Sederajat.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di
Lingkungan Sekolah.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar dalam Pendidikan.

4
C. VISI & MISI SMP NEGERI 192 JAKARTA
1. Visi SMP Negeri 192 Jakarta
Beriman, Berbudi luhur, Berjiwa Mandiri, Demokratis dan Berperstasi

2. Misi SMP Negeri 192 Jakarta


a. Menumbuhkan semangat dalam penghayatan dan pengamalan terhadap
ajaran agama dan budaya.
b. Membiasakan berperilaku ramah, hormat, sopan santun dan menjaga
nama baik sekolah.
c. Melaksanakan dan membudayakan 10 K (Ketaqwaan, Kerindangan,
Keindahan, Keamanan, Ketertiban, Kekeluargaan, Kebersihan,
Keterbukaan, Keteladanan, dan Kenyamanan)
d. Membiasakan hidup bersih, rapih, tertib dan disiplin.
e. Melaksanakan management partisipatif bagi seluruh warga sekolah.
f. Merealisasikan pelaksanaan Trilogi Pendidikan (Pendidikan di Rumah,
Sekolah, Masyarakat).
g. Membantu dan mendorong setiap peserta didik untuk mengenali potensi
dirinya agar dapat dikembangkan secara optimal melalui kegiatan
kompetensi mata pelajaran dan kegiatan ekstrakulikuler untuk meraih
prestasi.
h. Mengitensifkan keterampilan berlandaskan Imtaq dan Iptek.

3. Visi Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 192 Jakarta


Pelayanan bantuan yang maksimal, Peserta Didik dapat berkembang
secara Optimal, Mandiri, dan Bahagia dalam Kehidupan Pribadi, Sosial,
Belajar, dan Karir.

4. Misi Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 192 Jakarta


a. Meningkatkan pelayanan kepada Peserta Didik secara Individual,
Kelompok maupun Klasikal.
b. Menciptakan suasana yang nyaman dan kekeluargaan dalam pelayanan.
c. Meningkatkan sosialisasi program bimbingan dan konseling kepada
peserta didik dan orang tua peserta didik.

5
d. Meningkatkan keaktifan dan kreatifitas dalam pelayanan.
e. Memperbaiki dan melengkapi sarana dan prasarana bimbingan
konseling.
f. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pihak terkait dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
g. Meningkatkan kemampuan dan profesionalis guru pembimbing.
h. Meningkatkan guru pembimbing dalam mengentaskan masalah yang
dialami peserta didik.

D. DESKRIPSI KEBUTUHAN
1. Peserta didik Kelas VII
Tabel 1. Deskripsi Kebutuhan Peserta Didik Kelas VII

Bidang Hasil Asesmen Rumusan Kebutuhan


Layana
n
Pribadi Rendahnya minat belajar agama Motivasi belajar agama
Belum cukup mampu beriman kepada Tuhan Pemahaman tentang beriman
Yang Maha Esa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Belum mampu membedakan apa yang baik dan Pemahaman baik dan buruk sesuai
buruk sesuai dengan ajaran agama ajaran agama
Belum cukup mampu menyadari tanggung Pemahaman untuk bertanggung
jawab atas pilihan dan tindakan yang dibuat jawab atas pilihan dan tindakan yang
dibuat
Kurangnya kesadaran ikut serta dalam kegiatan Pemahaman untuk meningkatkan
sebagai upaya untuk dapat diterima didalam kesadaran untuk ikut serta kegiatan
lingkungan sosialnya didalam lingkungan sosial
Belum mampu memahami peraturan yang ada Pemahaman akan peraturan yang
di sekelilingnya atas dasar pemikiran untuk ada di lingkungan sekitar
hidup lebih baik
Belum cukup mampu merefleksikan diri atas Kemampuan merefleksikan diri atas
hal-hal yang sudah dilakukannya tindakan yang sudah dilakukan
Belum mampu bertindak dan berkata jujur Kemampuan bertindak dan berkata
sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam pada jujur sesuai dengan nilai-nilai di
masyarakat masyarakat
Belum cukup mampu menghormati orang yang Pemahaman untuk bersikap sopan
lebih tua atas dasar pemikiran untuk kepada orang yang lebih tua
kehidupan yang lebih baik
Belum mulai mengembangkan dan bersikap Kemampuan bersikap sopan dan
sopan dan santun di lingkungannya santun di lingkungan sekitar
Belum dapat tertib dan patuh pada peraturan Pemahaman tata tertib dan
yang ada didalam masyarakat sesuai dengan peraturan yang ada didalam
situasi dan peran yang dimiliki masyarakat

6
Belum cukup mampu bersikap kritis Kemampuan bersikap kritis
Belum cukup mampu bersikap rasional dalam Kemampuan bersikap rasional
bertindak
Belum dapat membela hak pribadi dan menilai Kemampuan membela hak pribadi
baik atau buruk peristiwa dan baik buruk suatu peristiwa
Belum berani mengemukakan pendapat Kemampuan mengelola kecemasan
pemikiran sendiri
Masih mencemaskan penerimaan sosial dari Kemampuan mengelola kecemasan
lingkungan
Belum mampu mengendalikan emosi Kemampuan mengendalikan emosi
Belum memiliki emosi yang stabil atas dasar Kemampuan mengendalikan emosi
kepeduliaan untuk mengambil manfaat dari
kesempatan di masa mendatang
Karier Belum memiliki tujuan jangka panjang ke Kemampuan perencanaan untuk
jenjang pendidikan selanjutnya pendidikan jenjang selanjutnya
Belum memahami jenis-jenis pekerjaan yang Pemahaman ragam pekerjaan yang
tersedia untuk menambah wawasan karier tersedia
Belum cukup berusaha meningkatkan keahlian Motivasi belajar yang tinggi
yang dimilikinya untuk mendukung persiapan
kariernya
Belum cukup mengikuti kegiatan pembelajaran Pemahaman pentingnya kegiatan
dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk pembelajaran yang dilakukan
persiapan karier

2. Peserta didik Kelas VIII


Tabel 2. Deskripsi Kebutuhan Peserta Didik Kelas VII

Bidang Hasil Asesmen Rumusan Kebutuhan


Layana
n
Pribadi Rendahnya minat belajar agama Motivasi belajar agama
Belum cukup mampu beriman kepada Tuhan Pemahaman tentang beriman
Yang Maha Esa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Belum mampu membedakan apa yang baik dan Pemahaman baik dan buruk sesuai
buruk sesuai dengan ajaran agama ajaran agama
Belum cukup mampu menyadari tanggung Pemahaman untuk bertanggung
jawab atas pilihan dan tindakan yang dibuat jawab atas pilihan dan tindakan yang
dibuat
Kurangnya kesadaran ikut serta dalam kegiatan Pemahaman untuk meningkatkan
sebagai upaya untuk dapat diterima didalam kesadaran untuk ikut serta kegiatan
lingkungan sosialnya didalam lingkungan sosial
Belum mampu memahami peraturan yang ada Pemahaman akan peraturan yang
di sekelilingnya atas dasar pemikiran untuk ada di lingkungan sekitar
hidup lebih baik
Belum cukup mampu merefleksikan diri atas Kemampuan merefleksikan diri atas

7
hal-hal yang sudah dilakukannya tindakan yang sudah dilakukan
Belum mampu bertindak dan berkata jujur Kemampuan bertindak dan berkata
sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam pada jujur sesuai dengan nilai-nilai di
masyarakat masyarakat
Belum cukup mampu menghormati orang yang Pemahaman untuk bersikap sopan
lebih tua atas dasar pemikiran untuk kepada orang yang lebih tua
kehidupan yang lebih baik
Belum mulai mengembangkan dan bersikap Kemampuan bersikap sopan dan
sopan dan santun di lingkungannya santun di lingkungan sekitar
Belum dapat tertib dan patuh pada peraturan Pemahaman tata tertib dan
yang ada didalam masyarakat sesuai dengan peraturan yang ada didalam
situasi dan peran yang dimiliki masyarakat
Belum cukup mampu bersikap kritis Kemampuan bersikap kritis
Belum cukup mampu bersikap rasional dalam Kemampuan bersikap rasional
bertindak
Belum dapat membela hak pribadi dan menilai Kemampuan membela hak pribadi
baik atau buruk peristiwa dan baik buruk suatu peristiwa
Belum berani mengemukakan pendapat Kemampuan mengelola kecemasan
pemikiran sendiri
Masih mencemaskan penerimaan sosial dari Kemampuan mengelola kecemasan
lingkungan
Belum mampu mengendalikan emosi Kemampuan mengendalikan emosi
Belum memiliki emosi yang stabil atas dasar Kemampuan mengendalikan emosi
kepeduliaan untuk mengambil manfaat dari
kesempatan di masa mendatang
Karier Belum memiliki tujuan jangka panjang ke Kemampuan perencanaan untuk
jenjang pendidikan selanjutnya pendidikan jenjang selanjutnya
Belum memahami jenis-jenis pekerjaan yang Pemahaman ragam pekerjaan yang
tersedia untuk menambah wawasan karier tersedia
Belum cukup berusaha meningkatkan keahlian Motivasi belajar yang tinggi
yang dimilikinya untuk mendukung persiapan
kariernya
Belum cukup mengikuti kegiatan pembelajaran Pemahaman pentingnya kegiatan
dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk pembelajaran yang dilakukan
persiapan karier

Tabel 3 Rumusan Kebutuhan Sarana dan Prasarana dalam Bentuk Kegiatan


Hasil Asesmen Kebutuhan Rumusan Kebutuhan dalam Bentuk Kegiatan
Anggaran untuk program kerja Guru BK/Konselor perlu membuat proposal pengajuan
Bimbingan dan Konseling dana untuk setiap pelaksanaan program kerja Bimbingan
dan Konseling

8
E. TUJUAN
Rumusan tujuan dibuat berdasarkan deskripsi kebutuhan peserta didik SMP
Negeri 192 Jakarta kelas VII dan kelas VIII. Rumusan tujuan yang akan dicapai
disusun dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah
memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Berikut merupakan rumusan
tujuan layanan bagi peserta didik kelas VII dan kelas VIII di SMP Negeri 192
Jakarta.
1. Tujuan Layanan Peserta Didik Kelas VII
Tabel 4. Rumusan Tujuan Layanan Peserta Didik Kelas VII
Bidang Hasil Asesmen Rumusan Kebutuhan Rumusan Tujuan
Layana Khusus
n
Pribadi Rendahnya minat Motivasi belajar agama Peserta didik memiliki
belajar agama motivaasi belajar
agama
Belum cukup Pemahaman tentang beriman kepada Peserta didik memiliki
mampu beriman Tuhan Yang Maha Esa pemahaman tentang
kepada Tuhan Yang beriman kepada
Maha Esa Tuhan Yang Maha Esa
Belum mampu Pemahaman baik dan buruk sesuai Peserta didik memiliki
membedakan apa ajaran agama pemahaman baik dan
yang baik dan buruk sesuai ajaran
buruk sesuai agama
dengan ajaran
agama
Belum cukup Pemahaman untuk bertanggung jawab Peserta didik memiliki
mampu menyadari atas pilihan dan tindakan yang dibuat pemahaman untuk
tanggung jawab bertanggung jawab
atas pilihan dan atas pilihan dan
tindakan yang tindakan yang dibuat
dibuat
Kurangnya Pemahaman untuk meningkatkan Peserta didik memiliki
kesadaran ikut kesadaran untuk ikut serta kegiatan pemahaman untuk
serta dalam didalam lingkungan sosial meningkatkan
kegiatan sebagai kesadaran untuk ikut
upaya untuk dapat serta kegiatan
diterima didalam didalam lingkungan
lingkungan sosial
sosialnya
Belum mampu Pemahaman akan peraturan yang ada di Peserta didik memiliki
memahami lingkungan sekitar pemahaman akan

9
peraturan yang ada peraturan yang ada di
di sekelilingnya lingkungan sekitar
atas dasar
pemikiran untuk
hidup lebih baik
Belum cukup Kemampuan merefleksikan diri atas Peserta didik
mampu tindakan yang sudah dilakukan menguasai
merefleksikan diri kemampuan
atas hal-hal yang merefleksikan diri
sudah dilakukannya atas tindakan yang
sudah dilakukan
Belum mampu Kemampuan bertindak dan berkata jujur Peserta didik
bertindak dan sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat menguasai
berkata jujur sesuai kemampuan
dengan nilai-nilai bertindak dan berkata
yang tertanam jujur sesuai dengan
pada masyarakat nilai-nilai di
masyarakat
Belum cukup Pemahaman untuk bersikap sopan Peserta didik memiliki
mampu kepada orang yang lebih tua pemahaman untuk
menghormati bersikap sopan
orang yang lebih kepada orang yang
tua atas dasar lebih tua
pemikiran untuk
kehidupan yang
lebih baik
Belum mulai Kemampuan bersikap sopan dan santun Peserta didik dapat
mengembangkan di lingkungan sekitar bersikap sopan dan
dan bersikap sopan santun di lingkungan
dan santun di sekitar
lingkungannya
Belum dapat tertib Pemahaman tata tertib dan peraturan Peserta didik memiliki
dan patuh pada yang ada didalam masyarakat pemahaman tata
peraturan yang ada tertib dan peraturan
didalam yang ada didalam
masyarakat sesuai masyarakat
dengan situasi dan
peran yang dimiliki
Belum cukup Kemampuan bersikap kritis Peserta didik
mampu bersikap menguasai
kritis kemampuan bersikap
kritis
Belum cukup Kemampuan bersikap rasional Peserta didik memiliki
mampu bersikap kemampuan bersikap
rasional dalam rasional
bertindak
Belum dapat Kemampuan membela hak pribadi dan Peserta didik
membela hak baik buruk suatu peristiwa menguasai
pribadi dan menilai kemampuan membela

10
baik atau buruk hak pribadi dan baik
peristiwa buruk suatu peristiwa
Belum berani Kemampuan mengelola kecemasan Peserta didik
mengemukakan menguasai
pendapat kemampuan
pemikiran sendiri mengelola kecemasan
Masih Kemampuan mengelola kecemasan Peserta didik
mencemaskan menguasai
penerimaan sosial kemampuan
dari lingkungan mengelola kecemasan
Belum mampu Kemampuan mengendalikan emosi Peserta didik
mengendalikan menguasai
emosi kemampuan
mengendalikan emosi
Belum memiliki Kemampuan mengendalikan emosi Peserta didik
emosi yang stabil menguasai
atas dasar kemampuan
kepeduliaan untuk mengendalikan emosi
mengambil
manfaat dari
kesempatan di
masa mendatang
Karier Belum memiliki Kemampuan perencanaan untuk Peserta didik
tujuan jangka pendidikan jenjang selanjutnya menguasai
panjang ke jenjang kemampuan
pendidikan perencanaan untuk
selanjutnya pendidikan jenjang
selanjutnya
Belum memahami Pemahaman ragam pekerjaan yang Peserta didik memiliki
jenis-jenis tersedia pemahaman ragam
pekerjaan yang pekerjaan yang
tersedia untuk tersedia
menambah
wawasan karier
Belum cukup Motivasi belajar yang tinggi Peserta didik memiliki
berusaha motivasi belajar yang
meningkatkan tinggi
keahlian yang
dimilikinya untuk
mendukung
persiapan kariernya
Belum cukup Pemahaman pentingnya kegiatan Peserta didik memiliki
mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan pemahaman
pembelajaran pentingnya kegiatan
dengan sungguh- pembelajaran yang
sungguh sebagai dilakukan
bentuk persiapan
karier

11
2. Tujuan Layanan Peserta Didik Kelas VIII
Tabel 5. Rumusan Tujuan Layanan Peserta Didik Kelas VIII
Bidang Hasil Asesmen Rumusan Kebutuhan Rumusan Tujuan
Layana Khusus
n
Pribadi Rendahnya minat Motivasi belajar agama Peserta didik memiliki
belajar agama motivaasi belajar
agama
Belum cukup Pemahaman tentang beriman kepada Peserta didik memiliki
mampu beriman Tuhan Yang Maha Esa pemahaman tentang
kepada Tuhan beriman kepada
Yang Maha Esa Tuhan Yang Maha Esa
Belum mampu Pemahaman baik dan buruk sesuai ajaran Peserta didik memiliki
membedakan apa agama pemahaman baik dan
yang baik dan buruk sesuai ajaran
buruk sesuai agama
dengan ajaran
agama
Belum cukup Pemahaman untuk bertanggung jawab Peserta didik memiliki
mampu atas pilihan dan tindakan yang dibuat pemahaman untuk
menyadari bertanggung jawab
tanggung jawab atas pilihan dan
atas pilihan dan tindakan yang dibuat
tindakan yang
dibuat
Kurangnya Pemahaman untuk meningkatkan Peserta didik memiliki
kesadaran ikut kesadaran untuk ikut serta kegiatan pemahaman untuk
serta dalam didalam lingkungan sosial meningkatkan
kegiatan sebagai kesadaran untuk ikut
upaya untuk serta kegiatan
dapat diterima didalam lingkungan
didalam sosial
lingkungan
sosialnya
Belum mampu Pemahaman akan peraturan yang ada di Peserta didik memiliki
memahami lingkungan sekitar pemahaman akan
peraturan yang peraturan yang ada di
ada di lingkungan sekitar
sekelilingnya atas
dasar pemikiran
untuk hidup lebih
baik
Belum cukup Kemampuan merefleksikan diri atas Peserta didik
mampu tindakan yang sudah dilakukan menguasai
merefleksikan diri kemampuan
atas hal-hal yang merefleksikan diri

12
sudah atas tindakan yang
dilakukannya sudah dilakukan
Belum mampu Kemampuan bertindak dan berkata jujur Peserta didik
bertindak dan sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat menguasai
berkata jujur kemampuan
sesuai dengan bertindak dan berkata
nilai-nilai yang jujur sesuai dengan
tertanam pada nilai-nilai di
masyarakat masyarakat
Belum cukup Pemahaman untuk bersikap sopan kepada Peserta didik memiliki
mampu orang yang lebih tua pemahaman untuk
menghormati bersikap sopan
orang yang lebih kepada orang yang
tua atas dasar lebih tua
pemikiran untuk
kehidupan yang
lebih baik
Belum mulai Kemampuan bersikap sopan dan santun Peserta didik dapat
mengembangkan di lingkungan sekitar bersikap sopan dan
dan bersikap santun di lingkungan
sopan dan santun sekitar
di lingkungannya
Belum dapat Pemahaman tata tertib dan peraturan Peserta didik memiliki
tertib dan patuh yang ada didalam masyarakat pemahaman tata
pada peraturan tertib dan peraturan
yang ada didalam yang ada didalam
masyarakat sesuai masyarakat
dengan situasi
dan peran yang
dimiliki
Belum cukup Kemampuan bersikap kritis Peserta didik
mampu bersikap menguasai
kritis kemampuan bersikap
kritis
Belum cukup Kemampuan bersikap rasional Peserta didik memiliki
mampu bersikap kemampuan bersikap
rasional dalam rasional
bertindak
Belum dapat Kemampuan membela hak pribadi dan Peserta didik
membela hak baik buruk suatu peristiwa menguasai
pribadi dan kemampuan membela
menilai baik atau hak pribadi dan baik
buruk peristiwa buruk suatu peristiwa
Belum berani Kemampuan mengelola kecemasan Peserta didik
mengemukakan menguasai
pendapat kemampuan
pemikiran sendiri mengelola kecemasan
Masih Kemampuan mengelola kecemasan Peserta didik
mencemaskan menguasai

13
penerimaan sosial kemampuan
dari lingkungan mengelola kecemasan
Belum mampu Kemampuan mengendalikan emosi Peserta didik
mengendalikan menguasai
emosi kemampuan
mengendalikan emosi
Belum memiliki Kemampuan mengendalikan emosi Peserta didik
emosi yang stabil menguasai
atas dasar kemampuan
kepeduliaan mengendalikan emosi
untuk mengambil
manfaat dari
kesempatan di
masa mendatang
Karier Belum memiliki Kemampuan perencanaan untuk Peserta didik
tujuan jangka pendidikan jenjang selanjutnya menguasai
panjang ke kemampuan
jenjang perencanaan untuk
pendidikan pendidikan jenjang
selanjutnya selanjutnya
Belum memahami Pemahaman ragam pekerjaan yang Peserta didik memiliki
jenis-jenis tersedia pemahaman ragam
pekerjaan yang pekerjaan yang
tersedia untuk tersedia
menambah
wawasan karier
Belum cukup Motivasi belajar yang tinggi Peserta didik memiliki
berusaha motivasi belajar yang
meningkatkan tinggi
keahlian yang
dimilikinya untuk
mendukung
persiapan
kariernya
Belum cukup Pemahaman pentingnya kegiatan Peserta didik memiliki
mengikuti pembelajaran yang dilakukan pemahaman
kegiatan pentingnya kegiatan
pembelajaran pembelajaran yang
dengan sungguh- dilakukan
sungguh sebagai
bentuk persiapan
karier

Berdasarkan checklist kelengpkapan sarana dan prasana tidak ada deskripsi kebutuhan
untuk guru bimbingan dan konseling di SMPN 192 Jakarta.

F. KOMPONEN PROGRAM

14
Peserta didik kelas VII
 Layanan Dasar
Layanan dasar adalah proses pemberian bantuan kepada semua peserta
didik/konseli yang berkaitan dengan pengembangan diri peserta didik
meliputi keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam bidang pribadi,
sosial, belajar, dan karir yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas
perkembangan peserta didik. Layanan tersebut merupakan kegiatan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik berupa pengetahuan
tentang diri sendiri, interaksi dengan orang lain, eksplorasi karir dan
perkembangan belajar.
Hasil asesmen yang telah dilakukan di SMP Negeri 192 Jakarta dapat
dijadikan dasar untuk menentukan dan membuat program layanan dasar
untuk membantu mengatasi permasalahan peserta didik. Pada layanan
dasar Guru BK dapat memberikan layanan bimbingan klasikal dan
bimbingan kelompok kepada peserta didik. Topik-topik yang akan
diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Pada bimbingan klasikal guru BK dapat mengambil topik yang dibagi ke
dalam 4 domain yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karier. Pada domain
pribadi, guru BK memberikan layanan dengan topik Meningkatkan
Penerimaan Diri untuk peserta didik kelas 7, Cara Mengisi Waktu
Luang untuk peserta didik kelas 8. Pada domain sosial, guru BK
memberikan layanan dengan topik Cara Komunikasi yang Efektif untuk
peserta didik kelas 7, Cara Bersosialisasi yang Baik untuk kelas 8. Pada
domain belajar, guru BK memberikan layanan dengan Metode Belajar
yang Efektif untuk peserta didik kelas 7, Manajemen Waktu dan Cara
Belajar untuk kelas 8. Pada domain karir, guru BK memberikan layanan
dengan topik Pemilihan Karir dan Jenis Pekerjaan untuk kelas 7,
sedangkan topik bimbingan kelompok untuk kelas 8 adalah Strategi
Memasuki Pendidikan Lanjutan.

Layanan “Peminatan” dan Perencanaan Individual

15
 Layanan Responsif
 Layanan responsif adalah pemberian bantuan terhadap peserta
didik/konseli yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan
bantuan dengan segera. Tujuan layanan ini adalah memberikan layanan
intervensi terhadap peserta didik yang mengalami krisis kehidupan,
peserta didik/konseli yang telah membuat pilihan yang tidak bijaksana
atau peserta didik/konseli yang membutuhkan bantuan penanganan dalam
bidang kelemahan yang spesifik dan layanan pencegahan bagi peserta
didik/konseli yang berada di ambang pembuatan pilihan yang tidak
bijaksana. Pada layanan responsif Guru BK dapat memberikan layanan
konseling individual dan konseling kelompok kepada peserta didik.
 Isi dari layanan responsif ini antara lain berkaitan dengan penanganan
masalah-masalah belajar, pribadi, sosial, dan karir. Berkaitan dengan
tujuan program bimbingan dan konseling di atas, isi layanan responsif
yaitu sebagai berikut. Masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar:
kebiasaan belajar yang kurang tepat dan kesulitan dalam pelajaran. Dalam
masalah yang berkaitan dengan karir, misalnya, kecemasan perencanaan
karir, kesulitan penentuan kegiatan penunjang karir, dan kesulitan
penentuan kelanjutan studi. Masalah yang berkaitan dengan
perkembangan sosial antara lain konflik dengan teman sebaya dan
keterampilan komunikasi yang kurang baik. Masalah yang berkaitan
dengan perkembangan pribadi antara lain kurangnya penerimaan diri dan
memiliki pemahaman yang tidak jelas tentang potensi diri.
 Pada layanan konseling individual, Guru BK dapat melihat peserta didik
yang bermasalah dan perlu untuk segera ditangani, hasil tersebut
didapatkan dari data asesmen dan observasi. Pada konseling individual,
Guru BK merespons ketika peserta didik ingin menceritakan
permasalahan dan membantunya dalam pengentasan masalah dengan
memandirikan dan memberdayakan potensi peserta didik, sehingga
peserta didik bisa berkembang secara optimal dan mengatasi hambatan
perkembangannya. Saat kegiatan konseling individu dan konseling
kelompok berlangsung, Guru BK berkolaborasi dengan beberapa stake

16
holder seperti guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua, dan teman
konseli untuk dapat mengetahui permasalahan dan perkembangan yang
dimiliki oleh konseli.

17
 Dukungan Sistem

Buat alokasi waktu untuk setiap program layanan

G. BIDANG LAYANAN
Bidang pribadi

Bidang Sosial

Bidang Belajar/Akademik

Bidang karir

H. RENCANA OPERASIONAL (Action Plan)


Bidang Tujuan Kompone Strategi
Kela Mater Metod Medi Evaluas
Layana Layana n Layana
s i e a i
n n Layanan n
Pribadi
Sosial
Belajar/
Akademi
k
Karir

I. PENGEMBANGAN TEMA/TOPIK

J. RENCANA EVALUASI, PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT

K. SARANA PRASARANA

L. ANGGARAN BIAYA

1
M. LAMPIRAN
1. Daftar Checklist kelengkapan sarana dan prasarana

DAFTAR CHECKLIST
Kelengkapan Sarana, Prasarana, dan Pembiayaan Bimbingan dan Konseling
di SMP Negeri 192 Jakarta
Tabel 1. Daftar Checklist Sarana, Prasarana, dan Pembiayaan
Tida
Sarana, Prasarana, dan Pembiayaan Ada Keterangan
k
1. Ruang kerja/Ruang konseling individu √
2. Ruang Tamu √
Ruangan 3. Ruang BK Kelompok √
4. Ruang Data √
5. Ruang Konseling Pustaka √
Fasilitas Dokumen Program √
Penunjang Lemari √
Buku Pribadi/Map √
Komputer/PC √
Buku-buku Panduan √
Alat Tulis √
Film/CD Pembelajaran √
Alat Pengumpul data berupa tes √
Alat Biodata peserta didik √
Pengumpul Pedoman Wawancara √
data teknik Pedoman Observasi √
non-tes Daftar Cek √
Angket √
AUM-U & AUM-PTSDL √
ITP √
Sosiometri √
Skala Penilaian √

2
Format RPL BK √
Format Pelaksanaan Layanan √
Format Evaluasi √
Format Surat √
Anggaran semua aktivitas √ Sebaiknya
Anggaran aktivitas pendukung (asesmen √ dianggarkan
kebutuhan, kunjungan rumah, pengadaan saja ketika
Anggaran
buku bacaan, mengikuti seminar/pelatihan) membuat
Anggaran pengembangan dan peningkatan √ program BK.
ruangan

2. Hasil Wawancara Guru BK SMP Negeri 192 Jakarta

HASIL WAWANCARA
Ketersediaan Sumber Daya Manusia serta Sarana & Prasarana BK
di SMP Negeri 192 Jakarta

Wawancara dilakukan pada hari Senin, 19 April 2021 secara langsung di


sekolah bersama dengan Ibu Markhamah selaku guru BK di SMP Negeri 192 Jakarta.
Berdasarkan informasi yang didapat, SMP Negeri 192 Jakarta memiliki jumlah kelas
sebanyak 15 kelas dengan jumlah peserta didik berkisar 600 peserta didik dimana
setiap jenjang memiliki jumlah 200 peserta didik per-lima kelas. Sehingga tiap kelas
memiliki jumlah peserta didik maksimal/kurang dari 40 peserta didik. Adapun dari
600 peserta didik yang ada, tenaga profesional guru BK yang ada yaitu hanya
berjumlah dua orang. Bu Markhamah dan satu guru junior yang belum genap satu
tahun mengajar di SMP Negeri 192 Jakarta. Bu Markhamah sudah menjadi guru BK
SMP N 192 Jakarta sejak tahun 2016 yang lalu setelah mendapat mutasi dan
dipindahtempatkan dari sekolah sebelumnya. Beliau mendapatkan kompetensi
profesional sebagai guru BK setelah menempuh pendidikan di IKIP Yogyakarta.
Namun tidak lama lagi, yaitu pada tahun 2025 beliau akan memasuki masa pensiun
sebagai guru BK. Beliau ditemani oleh guru BK yang masih muda, menurutnya guru
BK satunya merupakan lulusan dari BK di salah satu universitas swasta di Jakarta.
Dalam pembagian tugas, Bu Markhamah mendapatkan tanggung jawab untuk

3
menangani peserta didik jenjang kelas 7 dan 9, sedangkan kelas 8 diserahkan kepada
rekan beliau.
Dalam pelaksanaan layanan BK di SMP 192 Jakarta, Bu Markhamah merasa
sedikit kesulitan. Jumlah peserta didik yang cukup banyak dan di usianya yang sudah
tidak muda, membuat beliau sedikit kesulitan untuk memanfaatkan teknologi yang
sudah berkembang. Beliau kesulitan untuk memadukan teknologi informasi yang ada
terhadap layanan BK di sekolah. Adapun layanan yang diberikan masih cenderung
dilakukan secara manual, yang mana ini akan memakan cukup banyak waktu dan
tenaga. Sehingga layanan yang diberikan kurang berjalan dengan efektif dan efisien.
Hal ini pun berkaitan dengan pengadministrasian bimbingan dan konseling di
SMPN 192 Jakarta. Dimana pelaksanaan assesmen kebutuhan pada peserta didik,
perencanaan program layanan serta evaluasi layanan bimbingan di SMPN 192 Jakarta
kurang berjalan dengan optimal. Pengadministrasian BK dilakukan dengan
memanfaatkan dan mengembangan laporan yang sudah tersedia. Dengan keterbatasan
dan kendala yang ada, membuat laporan atau rancangan yang digunakan kurang
sesuai dengan kondisi kebutuhan peserta didik terkini. Sehingga layanan yang
diberikan bersifat responsive, yaitu dengan menyesuaikan kebutuhan, kondisi atau
masalah yang terjadi.
Jauh dari itu, guru BK di SMPN 192 Jakarta telah bekerja keras secara
maksimal dan berusaha memberikan layanan dengan optimal. Terdapat kendala atau
hambatan mendasar yang mempengaruhi keberhasilan program BK itu sendiri, yaitu
kondisi diri peserta didik. Isu yang kerap dijumpai ialah berkaitan dengan masalah
pribadi peserta didik. Guru BK telah memfasilitasi dan mendukung pengembangan
potensi diri peserta didik. Banyak program atau layanan yang telah diberikan terkait
pengembangan diri diantaranya yaitu adanya jam tambahan untuk pendalaman materi
dan pengwajiban ekstrakurikuler pramuka. Akan tetapi kendala yang dialami yaitu
rendahnya minat dan motivasi belajar peserta didik. Banyak dari mereka yang
cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan di sekolah. Bahkan isu yang masih tinggi
yaitu terkait dengan tingkat bolos peserta didik pada hari/mata pelajaran tertentu.
Kondisi rendahnya minat dan motivasi peserta didik sangat berpengaruh
terhadap jalannya layanan BK itu sendiri. Guru BK telah mendukung dan
memfasilitasi, akan tetapi kondisi dari dalam diri peserta didik itu pun menentukan
tingkat keberhasilan program yang ada. Kondisi rendahnya minat dan motivasi belajar
pada diri peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan mereka. Latar
4
belakang kelas sosial mereka yang cenderung berada pada kelas menengah kebawah,
sehingga banyak konflik dan keragaman masalah yang membuat mereka tidak
kondusif untuk belajar. Lingkungan kelas sosial pun berpengaruh terhadap lingkungan
pergaulan, dimana tingkat solidaritas mereka untuk melakukan berbagai
penyimpangan seperti bolos sekolah pun masih tinggi.
Dengan berbagai isu masalah di sekolah dan lingkungan peserta didik, guru
BK telah berusaha semaksimal mungkin memberikan layanan BK sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Rencana layanan yang diberikan pun ditujukan untuk
menunjang pengembangan potensi peserta didik, akan tetapi akan cukup sulit apabila
guru BK berjalan sendiri mewujudkan layanan BK secara optimal. Untuk itu
penyelenggaraan program layanan BK memerlukan kolaborasi dan keterlibatan
seluruh stakeholder dan aspek sekolah.

3. Interpretasi Asesmen ITP-SLTP Kelas VII

HASIL ASESMEN ITP-SLTP


KELAS VII SMP Negeri 192 Jakarta
Profil Tingkat Tugas Perkembangan Peserta Didik SMP Kelas VII secara
Kelompok

Hasil asesmen yang diperoleh dari ITP-SLTP menunjukkan bahwa pada


umumnya peserta didik kelas VII di SMPN 192 Jakarta mengalami perkembangan
dari tingkat konformitas ke tingkat sadar diri, hal ini diperkuat dengan skor rata-rata
yang diperoleh yaitu 3,67. Berdasarkan hasil tersebut, perkembangan yang dilalui
peserta didik memiliki ciri-ciri diantaranya : (a) peduli terhadap penampilan diri dan
penerimaan sosial; (b) cenderung berpikir sterotip dan klise; (c) peduli akan peraturan
eksternal; (d) bertindak dengan motif dangkal (untuk memperoleh pujian); (e)
menyamakan diri dalam ekspresi emosi; (f) kurang intropeksi; (g) perbedaan
kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal; (h) takut tidak diterima didalam
kelompok; (i) tidak peka terhadap keindividualan, dan; (j) merasa berdosa jika
melanggar aturan.

5
Grafik 1. Profil Tingkat Tugas Perkembangan Peserta Didik Kelas VII SMPN 192
Jakarta
Kemudian, hasil asesmen dengan ITP-SLTP menunjukkan skor rata-rata
konsistensi 5,49/10. Dapat diartikan bahwa perkembangan peserta didik berada pada
tingkat konformitas menuju ke tingkat sadar diri.
Jika dianalisis pada setiap aspek perkembangan peserta didik kelas VII SMPN
192 Jakarta diketahui bahwa secara berurutan dari skor rata-rata tertinggi ke
terendah, yaitu: (a) Kematangan hubungan dengan teman sebaya (3,96); (b)
penerimaan diri dan pengembangannya (3,93); (c) kemandirian perilaku ekonomis
(3,86); (d) landasan perilaku etis (3,66); (e) Peran sosial sebagai pria atau wanita
(3,65); (f) kematangan emosional (3,63); (g) kesadaran tanggung jawab (3,61); (h)
wawasan dan persiapan karir (3,55); (i) kematangan intelektual (3,47); (j) landasan
hidup religius (3,42);
Dari hasil asesmen tersebut diperoleh tiga aspek perkembangan peserta didik
kelas VII SMPN 192 Jakarta yang berada diatas skor rata-rata (3,80) tingkat
perkembangan, yaitu: (a) kematangan hubungan dengan teman sebaya (3,96); (b)
penerimaan diri dan pengembangannya (3,93); (c) kemandirian perilaku ekonomis
(3,86);
Kematangan hubungan dengan teman sebaya. Hasil asesmen
menggunakan ITP-SLTP menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII
SMPN 192 Jakarta mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat
sadar diri dengan skor rata-rata 3,96. Hal ini ditandai oleh: (a) mampu memahami
tingkah laku individu lain atas dasar nilai internal yang berkembang; (b) dapat

6
berempati pada kondisi individu lain atas dasar kesadaran konflik emosional; (c)
mampu bekerja sama didalam kelompok atas dasar toleransi akan keragaman emosi,
motif, perspektif diri& orang lain; (d) mampu membangun hubungan sosial yang baik
atas kesadaran akan pentingnya hubungan mutualitistik dengan individu lain.
Penerimaan diri dan pengembangannya. Hasil asesmen menggunakan ITP-
SLTP menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,93. Hal ini ditandai oleh: (a) dapat menerima kondisi fisik maupun
psikologis diri pribadi; (b) senantiasa bersyukur dengan kondisi mental yang telah
diberikan Tuhan; (c) berusaha keras untuk menggapai apa yang telah dicita-citakan;
(d) dapat mengembangkan diri dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.
Kemandirian perilaku ekonomis. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,86. Hal ini ditandai oleh: (a) senantiasa mampu berhemat dan
menabung uang yang dimiliki; (b) mampu berusaha bekerja keras dan ulet dalam
mengikuti kegitan; (c) tidak mengharapkan pemberian dari orang; (d) mulai berpikir
lebih kompleks dalam upaya menghasilkan uang.
Landasan perilaku etis. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,66. Hal ini ditandai oleh: (a) mampu bertindak dan berkata jujur
sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam pada masyarakat; (b) senantiasa menghormati
orang yang lebih tua atas dasar pemikiran untuk hidup yang lebih baik; (c) mulai
mengembangkan & bersikap sopan dan santun di lingkungannya; (d) dapat tertib dan
patuh pada peraturan yang ada didalam masyarakat sesuai dengan situasi dan peran
yang dimiliki.
Peran sosial sebagai pria atau wanita. Hasil asesmen menggunakan ITP-
SLTP menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,65. Hal ini ditandai oleh: (a) dapat membedakan hubungan antara laki-
laki dengan perempuan atas dasar pemikiran alternatif yang tertanam pada diri
pribadi; (b) mampu membuat pilihan dan berperilaku di lingkungan sesuai jenis
kelamin atas dasar penyesuaian terhadap situasi dan peran yang ada; (c) mampu
7
bertindak dan bertingkah laku sesuai jenis kelamin berdasarkan peran yang dimiliki;
(d) mampu mengenali diri sendiri sebaga laki-laki atau perempuan sehingga dapat
bergaul dengan menyesuaikan atau memperhatikan jenis kelamin.
Kematangan emosional. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,63. Hal ini ditandai oleh: a) berani mengemukakan pendapat atas
dasar pemikiran alternatif yang dimiliki; (b) tidak mencemaskan penerimaan sosial
dari lingkungan; (c) mampu mengendalikan emosi atas dasar pemikiran untuk hidup
lebih baik; (d) memiliki emosi yang stabil atas dasar kepedulian untuk mengambil
manfaat dari kesempatan yang datang.
Kesadaran tanggung jawab Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,61. Hal ini ditandai oleh: (a) menyadari tanggung jawab atas pilihan
dan tindakan yang dibuatnya; (b) ikut serta dalam kegiatan sebagai upaya untuk dapat
diterima didalam lingkungan sosialnya; (c) mengetahui dan mematuhi peraturan yang
ada di sekelilingnya atas dasar pemikiran untuk hidup lebih baik; (d) mampu
merefleksikan diri mengenai hal-hal yang sudah dilakukannya atas dasar pemikiran
yang lebih beragam.
Wawasan dan persiapan karier. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,55. Hal ini ditandai oleh: (a) memiliki tujuan jangka panjang untuk ke
SMA atau SMK, lalu ke jenjang Perguruan Tinggi, dan seterusnya sebagai upaya
mempersiapkan perencanaan karir; (b) memahami jenis-jenis pekerjaan yang tersedia
untuk menambah wawasan karirnya; (c) berusaha meningkatkan keahlian yang
dimilikinya untuk mendukung persiapan karirnya; (d) mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk persiapan karir.
Kematangan intelektual. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,47. Hal ini ditandai oleh: (a) cukup mampu bersikap kritis atas dasar
pemikiran alternatif yang sudah lebih objektif; (b) cukup mampu bersikap rasional
8
dalam bertindak; (c) membela suatu hal yang merupakan hak pribadinya dan menilai
hal yang baik/ buruk dengan melihat peristiwa dalam konteks sosial.
Landasan hidup religius. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,42. Hal ini ditandai oleh: (a) meyakini ataupun beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa; (b) senang dan ikhlas membantu orang lain; (c) meningkatkan
keimanan dengan belajar agama atas dasar pemikiran untuk menjadi pribadi yang
lebih baik; (d) mampu mengetahui apa yang baik dan buruk sesuai dengan ajaran
agama.
Hasil asesmen tingkat perkembangan peserta didik kelas VII SMPN 55 Jakarta
Utara menunjukan bahwa ada 8 butir pernyataan tertinggi. Pada butir tertinggi yaitu:
kesadaran tanggung jawab (4,49); kematangan emosional (4,38); kematangan
hubungan dengan teman sebaya (4,38); kemandirian perilaku ekonomis (4,31);
landasan hidup religius (4,29); landasan perilaku etis (4,28); peran sosial sebagai pria
atau wanita (4,20); penerimaan diri dan pengembangannya (4,15). Hal ini dapat
dilihat pada grafik 2;

Grafik 2. 8 butir aspek tertinggi pada peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta

Sedangkan pada 8 butir terendah, yaitu: landasan hidup religius (2,29); kesadaran
bertanggung jawab (2,64); landasan perilaku etis (2,70); kematangan intelektual
(2,71); kematangan emosional (3,04); wawasan dan persiapan karir (3,06); landasan
hidup religius (3,14); kemandirian perilaku ekonomis (3,14). Hal ini dapat dilihat
pada grafik 3;

9
Grafik 3. 8 butir aspek terendah pada peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta

4. Interpretasi Asesmen ITP-SLTP Kelas VIII

HASIL ASESMEN ITP-SLTP


KELAS VIII SMP Negeri 192 Jakarta
Profil Tingkat Tugas Perkembangan Peserta Didik SMP Kelas VIII secara
Kelompok

Hasil asesmen yang diperoleh dari ITP-SLTP menunjukkan bahwa pada


umumnya peserta didik kelas VIII di SMPN 192 Jakarta mengalami perkembangan
dari tingkat konformitas ke tingkat sadar diri, hal ini diperkuat dengan skor rata-rata
yang diperoleh yaitu 3,67. Berdasarkan hasil tersebut, perkembangan yang dilalui
peserta didik memiliki ciri-ciri diantaranya : (a) peduli terhadap penampilan diri dan
penerimaan sosial; (b) cenderung berpikir sterotip dan klise; (c) peduli akan peraturan
eksternal; (d) bertindak dengan motif dangkal (untuk memperoleh pujian); (e)
menyamakan diri dalam ekspresi emosi; (f) kurang intropeksi; (g) perbedaan
kelompok didasarkan atas cirir-ciri eksternal; (h) takut tidak diterima kelompok; (i)
tidak sensitif terhadap keindividualan, dan; (j) merasa berdosa jika melanggar aturan.

10
Grafik 4. Profil Tingkat Tugas Perkembangan Peserta Didik Kelas VIII SMPN 192
Jakarta
Kemudian, hasil asesmen dengan ITP-SLTP menunjukkan skor rata-rata
konsistensi 5,49/10. Dapat diartikan bahwa perkembangan peserta didik berada pada
tingkat konformitas menuju ke tingkat sadar diri.
Jika dianalisis pada setiap aspek perkembangan peserta didik kelas VIII
SMPN 192 Jakarta diketahui bahwa secara berurutan dari skor rata-rata tertinggi ke
terendah, yaitu: (a) Kematangan hubungan dengan teman sebaya (3,96); (b)
penerimaan diri dan pengembangannya (3,93); (c) kemandirian perilaku ekonomis
(3,86); (d) landasan perilaku etis (3,66); (e) Peran sosial sebagai pria atau wanita
(3,65); (f) kematangan emosional (3,63); (g) kesadaran tanggung jawab (3,61); (h)
wawasan dan persiapan karir (3,55); (i) kematangan intelektual (3,47); (j) landasan
hidup religius (3,42);
Dari hasil asesmen tersebut diperoleh lima aspek perkembangan peserta didik
kelas VIII SMPN 192 Jakarta yang berada diatas skor rata-rata (3,80) tingkat
perkembangan, yaitu: (a) kematangan hubungan dengan teman sebaya (3,96); (b)
penerimaan diri dan pengembangannya (3,93); (c) kemandirian perilaku ekonomis
(3,86);
Kematangan hubungan dengan teman sebaya. Hasil asesmen
menggunakan ITP-SLTP menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII
SMPN 192 Jakarta mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat
sadar diri dengan skor rata-rata 3,96. Hal ini ditandai oleh: (a) mampu memahami

11
tingkah laku individu lain atas dasar nilai internal yang berkembang; (b) dapat
berempati pada kondisi individu lain atas dasar kesadaran konflik emosional; (c)
mampu bekerja sama didalam kelompok atas dasar toleransi akan keragaman emosi,
motif, perspektif diri& orang lain; (d) mampu membangun hubungan sosial yang baik
atas kesadaran akan pentingnya hubungan mutualitistik dengan individu lain.
Penerimaan diri dan pengembangannya. Hasil asesmen menggunakan ITP-
SLTP menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,93. Hal ini ditandai oleh: (a) dapat menerima kondisi fisik maupun
psikologis diri pribadi; (b) senantiasa bersyukur dengan kondisi mental yang telah
diberikan Tuhan; (c) berusaha keras untuk menggapai apa yang telah dicita-citakan;
(d) dapat mengembangkan diri dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.
Kemandirian perilaku ekonomis. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,86. Hal ini ditandai oleh: (a) senantiasa mampu berhemat dan
menabung uang yang dimiliki; (b) mampu berusaha bekerja keras dan ulet dalam
mengikuti kegitan; (c) tidak mengharapkan pemberian dari orang; (d) mulai berpikir
lebih kompleks dalam upaya menghasilkan uang.
Landasan perilaku etis. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,66. Hal ini ditandai oleh: (a) mampu bertindak dan berkata jujur
sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam pada masyarakat; (b) senantiasa menghormati
orang yang lebih tua atas dasar pemikiran untuk hidup yang lebih baik; (c) mulai
mengembangkan & bersikap sopan dan santun di lingkungannya; (d) dapat tertib dan
patuh pada peraturan yang ada didalam masyarakat sesuai dengan situasi dan peran
yang dimiliki.
Peran sosial sebagai pria atau wanita. Hasil asesmen menggunakan ITP-
SLTP menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,65. Hal ini ditandai oleh: (a) dapat membedakan hubungan antara laki-
laki dengan perempuan atas dasar pemikiran alternatif yang tertanam pada diri
pribadi; (b) mampu membuat pilihan dan berperilaku di lingkungan sesuai jenis
12
kelamin atas dasar penyesuaian terhadap situasi dan peran yang ada; (c) mampu
bertindak dan bertingkah laku sesuai jenis kelamin berdasarkan peran yang dimiliki;
(d) mampu mengenali diri sendiri sebaga laki-laki atau perempuan sehingga dapat
bergaul dengan menyesuaikan atau memperhatikan jenis kelamin.
Kematangan emosional. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,63. Hal ini ditandai oleh: a) berani mengemukakan pendapat atas
dasar pemikiran alternatif yang dimiliki; (b) tidak mencemaskan penerimaan sosial
dari lingkungan; (c) mampu mengendalikan emosi atas dasar pemikiran untuk hidup
lebih baik; (d) memiliki emosi yang stabil atas dasar kepedulian untuk mengambil
manfaat dari kesempatan yang datang.
Kesadaran tanggung jawab Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,61. Hal ini ditandai oleh: (a) menyadari tanggung jawab atas pilihan
dan tindakan yang dibuatnya; (b) ikut serta dalam kegiatan sebagai upaya untuk dapat
diterima didalam lingkungan sosialnya; (c) mengetahui dan mematuhi peraturan yang
ada di sekelilingnya atas dasar pemikiran untuk hidup lebih baik; (d) mampu
merefleksikan diri mengenai hal-hal yang sudah dilakukannya atas dasar pemikiran
yang lebih beragam.
Wawasan dan persiapan karir. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,55. Hal ini ditandai oleh: (a) memiliki tujuan jangka panjang untuk ke
SMA atau SMK, lalu ke jenjang Perguruan Tinggi, dan seterusnya sebagai upaya
mempersiapkan perencanaan karir; (b) memahami jenis-jenis pekerjaan yang tersedia
untuk menambah wawasan karirnya; (c) berusaha meningkatkan keahlian yang
dimilikinya untuk mendukung persiapan karirnya; (d) mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk persiapan karir.
Kematangan intelektual. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,47. Hal ini ditandai oleh: (a) cukup mampu bersikap kritis atas dasar
13
pemikiran alternatif yang sudah lebih objektif; (b) cukup mampu bersikap rasional
dalam bertindak; (c) membela suatu hal yang merupakan hak pribadinya dan menilai
hal yang baik/ buruk dengan melihat peristiwa dalam konteks sosial.
Landasan hidup religius. Hasil asesmen menggunakan ITP-SLTP
menunjukkan bahwa aspek ini pada Peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
mencapai tingkat perkembangan konformitas menuju ke tingkat sadar diri dengan
skor rata-rata 3,42. Hal ini ditandai oleh: (a) meyakini ataupun beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa; (b) senang dan ikhlas membantu orang lain; (c) meningkatkan
keimanan dengan belajar agama atas dasar pemikiran untuk menjadi pribadi yang
lebih baik; (d) mampu mengetahui apa yang baik dan buruk sesuai dengan ajaran
agama.
Hasil asesmen tingkat perkembangan peserta didik kelas VII SMPN 55 Jakarta
Utara menunjukan bahwa ada 8 butir pernyataan tertinggi. Pada butir tertinggi yaitu:
kesadaran tanggung jawab (4,49); kematangan emosional (4,38); kematangan
hubungan dengan teman sebaya (4,38); kemandirian perilaku ekonomis (4,31);
landasan hidup religius (4,29); landasan perilaku etis (4,28); peran sosial sebagai pria
atau wanita (4,20); penerimaan diri dan pengembangannya (4,15). Hal ini dapat
dilihat pada grafik 5;

Grafik 5. 8 butir aspek tertinggi pada peserta didik kelas VIII SMPN 192
Jakarta

Sedangkan pada 8 butir terendah, yaitu: landasan hidup religius (2,29);


kesadaran bertanggung jawab (2,64); landasan perilaku etis (2,70); kematangan
intelektual (2,71); kematangan emosional (3,04); wawasan dan persiapan karir (3,06);
landasan hidup religius (3,14); kemandirian perilaku ekonomis (3,14). Hal ini dapat
dilihat pada grafik 6;

14
Grafik 6. 8 butir aspek terendah pada peserta didik kelas VIII SMPN 192
Jakarta

5. Hasil Asesmen IKMS Kelas VII SMP Negeri 192 Jakarta Timur
HASIL ASESMEN IKMS-SLTP
KELAS VII SMP Negeri 192 Jakarta Timur
Profil Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Peserta didik Kelas VII secara
Kelompok

Hasil asesmen yang diperoleh dari IKMS SLTP menunjukkan bahwa pada umumnya
peserta didik kelas VII di SMPN 192 Jakarta memiliki beberapa kebutuhan dan masalah
pada setiap layanan dan bidang, baik dengan prioritas masalah SEGERA, TINGGI,
SEDANG, maupun RENDAH.
JUMLAH
NO JENIS LAYANAN LAYANAN %
1 ORIENTASI 156 20.8%
2 INFORMASI 149 19.9%
3 PENEMPATAN DAN PENYALURAN 63 8.4%
4 PENGUASAAN KONTEN 97 12.9%
5 KONSELING PERORANGAN 65 8.7%
6 BIMBINGAN KELOMPOK 92 12.3%
7 KONSELING KELOMPOK 65 8.7%
8 KONSULTASI 55 7.3%
9 MEDIASI 8 1.1%
JUMLAH TOTAL LAYANAN 750 100.0%

Tabel 1. 9 jenis layanan dan besar persentase layanan pada peserta didik kelas VII SMPN 192 Jakarta
Pada berbagai layanan tersebut, terdapat tiga puluh delapan (38) prioritas masalah
SEGERA, delapan puluh enam (86) prioritas masalah TINGGI, lima puluh satu (51)
prioritas masalah SEDANG, dan tiga belas (13) prioritas masalah RENDAH. Berikut
merupakan rincian kebutuhan dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA. Layanan
orientasi (17%), bidang pribadi terdapat dua kebutuhan dan masalah dengan prioritas
SEGERA yang diantaranya yaitu, ingin mengenal lebih dalam tentang fasilitas kesehatan

15
yang disediakan sekolah (58%); dan ingin mengenali lebih dalam pada sarana dan
kegiatan ibadah yang ada di sekolah (53%). Lalu, pada bidang sosial tertera pada tiga
kebutuhan dan masalah, ingin mengenal lebih dalam dengan teman dalam satu kelas (67
%); ingin mengetahui tentang kegiatan solidaritas yang menjadi program sekolah (46%);
dan ingin mengenal lebih dalam dengan semua guru dan karyawan di sekolah (62%).
Bidang belajar sebanyak dua kebutuhan dan masalah, pada butir ingin mengenal
program yang diselenggarakan sekolah dalam meningkatkan kemampuan berbahasa asing
(41%); dan ingin mengetahui sarana multimedia yang ada di sekolah (44%). Selanjutnya
pada bidang karier terdapat satu kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA
yaitu, membutuhkan pengenalan ekstrakurikuler yang menunjang belajar saya (41%).
Pada layanan informasi (16%), bidang pribadi terdapat tiga kebutuhan dan masalah
dengan prioritas masalah SEGERA yang diantaranya yaitu, membutuhkan informasi
tentang kesehatan reproduksi remaja (43%); ingin mengetahui tentang obat-obatan
terlarang dan dampaknya (46%); dan membutuhkan informasi pekerjaan yang bisa
dilakukan sambil belajar (49%). Lalu, pada bidang sosial ada tiga kebutuhan dan
masalah, membutuhkan informasi tentang cara berkomunikasi yang baik (48 %); ingin
mengetahui cara membina hubungan baik dengan teman lawan jenis (44%); dan ingin
mengetahui tentang sikap yang harus dilakukan saat berbeda pendapat dengan orang tua
(43%). Bidang belajar memiliki dua kebutuhan dan masalah yaitu, membutuhkan
informasi tentang cara belajar yang efektif dan efisien (52%); dan membutuhkan
informasi tentang cara mempersiapkan diri menghadapi tes / ujian (43%). Selanjutnya
pada bidang karir memiliki dua kebutuhan dan masalah yang diantaranya yaitu,
membutuhkan informasi tentang berbagai jenis pekerjaan yang memiliki prospek bagus di
masa depan (40%); dan membutuhkan informasi tentang strategi memasuki pendidikan
lanjutan (42%).
Pada layanan penempatan dan penyaluran (9%), bidang pribadi, sosial, dan
belajar tidak terdapat kebutuhan dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA.
Namun, pada bidang karir memiliki satu kebutuhan dan masalah yaitu, butir dengan
prioritas SEGERA yaitu, ingin mengikuti kegiatan pelatihan atau kursus tertentu yang
benar-benar menunjang proses mencari dan melamar pekerjaan setamat pendidikan
(41%).
Pada layanan penguasaan konten (11%), bidang pribadi terdapat satu kebutuhan
dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA yang diantaranya yaitu, ingin bisa
meningkatkan ibadah keagamaan (66%). Selanjutnya pada bidang belajar memiliki satu
16
kebutuhan dan masalah yang diantaranya yaitu, ingin menghilangkan rasa takut saat
mengikuti pelajaran (42%). Lalu, pada bidang sosial dan karir tidak terdapat kebutuhan
dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan konseling perorangan (9%), bidang belajar memiliki satu kebutuhan
dan masalah yaitu, setiap belajar sulit masuk / memahami (41%). Lalu, pada bidang
pribadi, sosial, dan karir tidak terdapat kebutuhan dan masalah dengan prioritas
SEGERA.
Pada layanan bimbingan kelompok (13%), bidang pribadi terdapat tiga kebutuhan
dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA yang diantaranya yaitu, ingin
mengetahui bahaya rokok, miras dan narkoba (43%); ingin mengetahui cara mengisi
waktu luang dengan kegiatan positif (56%); dan ingin mengetahui bagaimana caranya
untuk memperoleh beapeserta didik untuk meringankan beban biaya sekolah (52%). Lalu,
pada bidang sosial ada satu kebutuhan dan masalah, ingin tahu tentang toleransi dan
solidaritas (44 %). Bidang belajar memiliki satu kebutuhan dan masalah yaitu, ingin tahu
cara membuat suasana belajar di kelas menjadi nyaman (43%). Selanjutnya pada bidang
karir tidak memiliki kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan konseling kelompok (9%), bidang belajar terdapat satu kebutuhan dan
masalah dengan prioritas masalah SEGERA yaitu, khawatir tugas-tugas pelajaran
hasilnya kurang memuaskan (54%). Lalu, pada bidang pribadi, sosial, dan karir tidak
terdapat kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan konsultasi (9%), bidang pribadi terdapat satu kebutuhan dan masalah
dengan prioritas masalah SEGERA yaitu, ingin membatu teman yang belum mau
melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya (45%). Lalu, pada bidang sosial, belajar,
dan karir tidak memiliki kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan mediasi (6%), bidang karir terdapat satu kebutuhan dan masalah
dengan prioritas masalah SEGERA yaitu, beda pendapat dengan saudara berkaitan
dengan pilihan jurusan yang saya ambil (42%). Lalu, pada bidang pribadi, sosial, dan
belajar tidak terdapat kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Jika kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA dikelompokkan berdasarkan
kelompok masalah, maka terdapat dua belas (12) kelompok masalah. Dimana kelompok
masalah ketiga belas (13) yaitu, Hubungan Muda-Mudi dan Perkawinan tidak menjadi
bagian dari kebutuhan dan masalah pada peserta didik SMP. Pertama, Jasmani dan
Kesehatan terdiri dari tiga kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA meliputi,
ingin mengenal lebih dalam tentang fasilitas kesehatan yang disediakan sekolah (58%);
17
membutuhkan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja (43%); dan ingin
mengetahui bahaya rokok, miras dan narkoba (43%). Kedua, Diri Pribadi terdiri dari
satu kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA yaitu, ingin mengetahui tentang
obat-obatan terlarang dan dampaknya (46%). Ketiga, Agama, Nilai, dan Moral terdiri
dari tiga kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA diantaranya yaitu, ingin
mengenali lebih dalam pada sarana dan kegiatan ibadah yang ada di sekolah (53%); ingin
bisa meningkatkan ibadah keagamaan (66%); dan ingin membantu teman yang belum
mau melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya (45%).
Keempat, Waktu Senggang terdiri dari satu kebutuhan dan masalah dengan prioritas
SEGERA meliputi, ingin mengetahui cara mengisi waktu luang dengan kegiatan positif
(56%). Kelima, Ekonomi dan Keuangan terdiri dari dua kebutuhan dan masalah dengan
prioritas SEGERA yaitu, membutuhkan informasi pekerjaan yang bisa dilakukan sambil
belajar (49%); dan ingin mengetahui bagaimana caranya untuk memperoleh beasiswa
untuk meringankan beban biaya sekolah (52%). Keenam, Hubungan Sosial terdiri dari
tiga kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA diantaranya yaitu, ingin mengenal
lebih dalam dengan teman dalam satu kelas (67%); membutuhkan informasi tentang cara
berkomunikasi yang baik (48%); dan ingin tahu tentang toleransi dan solidaritas (44%).
Ketujuh, Hubungan Muda-Mudi terdiri dari dua kebutuhan dan masalah dengan
prioritas SEGERA meliputi, ingin mengetahui tentang kegiatan solidaritas yang menjadi
program sekolah (46%); dan ingin mengetahui cara membina hubungan baik dengan
teman lawan jenis (44%). Kedelapan, Rumah dan Lingkungan terdiri dari satu
kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA yaitu, ingin mengenal lebih dalam
dengan semua guru dan karyawan di sekolah (62%). Kesembilan, Keadaan dan
Hubungan dalam Keluarga terdiri dari satu kebutuhan dan masalah dengan prioritas
SEGERA diantaranya yaitu, ingin mengetahui tentang sikap yang harus dilakukan saat
berbeda pendapat dengan orang tua (43%).
Kesepuluh, Pendidikan dan Pelajaran terdiri dari delapan kebutuhan dan masalah
dengan prioritas SEGERA meliputi, ingin mengenal program yang diselenggarakan
sekolah dalam meningkatkan kemampuan berbahasa asing (41%); ingin mengetahui
sarana multimedia yang ada di sekolah (44%); membutuhkan informasi tentang cara
belajar yang efektif dan efisien (52%); membutuhkan informasi tentang cara
mempersiapkan diri menghadapi tes / ujian (43%); ingin menghilangkan rasa takut saat
mengikuti pelajaran (42%); setiap belajar sulit masuk / memahami (41%); ingin tahu cara
membuat suasana belajar di kelas menjadi nyaman (43%); dan khawatir tugas-tugas
18
pelajaran hasilnya kurang memuaskan (54%). Kesebelas, Karir dan Pekerjaan terdiri
dari tiga kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA yaitu, membutuhkan
pengenalan ekstrakurikuler yang menunjang belajar saya (41%); membutuhkan informasi
tentang berbagai jenis pekerjaan yang memiliki prospek bagus di masa depan (40%); dan
ingin mengikuti kegiatan pelatihan atau kursus tertentu yang benar-benar menunjang
proses mencari dan melamar pekerjaan setamat pendidikan (41%). Kedua belas,
Pendidikan Lanjutan dan Masa Depan terdiri dari dua kebutuhan dan masalah dengan
prioritas SEGERA diantaranya yaitu, membutuhkan informasi tentang strategi memasuki
pendidikan lanjutan (42%); dan beda pendapat dengan saudara berkaitan dengan pilihan
jurusan yang saya ambil (42%).

6. Hasil Asesmen IKMS Kelas VIII SMP Negeri 192 Jakarta Timur
HASIL ASESMEN IKMS-SLTP
KELAS VIII SMP Negeri 192 Jakarta Timur
Profil Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Peserta didik Kelas VIII secara
Kelompok
Hasil asesmen menggunakan IKMS (Identifikasi Kebutuhan Masalah Peserta didik)
menunjukkan bahwa kebutuhan layanan bimbingan dan konseling yang diperlukan
peserta didik kelas 8 di SMP Negeri 192 Jakarta dari yang tertinggi ke yang terendah
yaitu: (1) Layanan Orientasi (17,1%); (2) Layanan Informasi (15,7%); (3) Penguasaan
Konten (13,7%); (4) Bimbingan kelompok (13,1%); (5) Konsultasi (10,0%); (6)
Konseling perorangan (9,7%); (7) Konseling Kelompok (9,5%); (8) Penempatan dan
Penyaluran (8,7%); (9) Mediasi (2,5%)
Tabel 1. 10 jenis layanan dan besar persentase layanan pada peserta didik kelas VIII SMPN 192 Jakarta
JUMLAH
NO JENIS LAYANAN LAYANAN %
1 ORIENTASI 354 17.1%
2 INFORMASI 325 15.7%
3 PENEMPATAN DAN PENYALURAN 179 8.7%
4 PENGUASAAN KONTEN 282 13.7%
5 KONSELING PERORANGAN 200 9.7%
6 BIMBINGAN KELOMPOK 270 13.1%
7 KONSELING KELOMPOK 197 9.5%
8 KONSULTASI 207 10.0%
9 MEDIASI 51 2.5%
JUMLAH TOTAL LAYANAN 2065 100.0%

19
JUMLAH LAYANAN
51
207
197
270
200
282
179
325
354
0 50 100 150 200 250 300 350 400

Grafik 6. 1 Profil Kebutuhan Masalah Layanan peserta didik kelas 8 SMPN 192Jakarta

Pada berbagai layanan tersebut, terdapat empat puluh tiga (43) prioritas masalah
SEGERA, tujuh puluh tiga (73) prioritas masalah TINGGI, dua puluh delapan (28)
prioritas masalah SEDANG, tiga puluh satu (31) prioritas masalah RENDAH dan lima
(5) prioritas masalah TIDAK MASUK PROGRAM. Berikut merupakan rincian
kebutuhan dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA. Layanan orientasi (17.1%),
bidang pribadi terdapat tiga kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA yang
diantaranya yaitu, ingin mengenal lebih dalam tentang fasilitas kesehatan yang disediakan
sekolah; ingin mengenali lebih dalam pada sarana dan kegiatan ibadah yang ada di
sekolah; dan Kurang mengenal jenis kegiatan sekolah yang bisa digunakan untuk mengisi
waktu senggang. Lalu, pada bidang sosial tertera pada tiga kebutuhan dan masalah, ingin
mengenal lebih dalam dengan teman dalam satu kelas; ingin mengetahui tentang kegiatan
solidaritas yang menjadi program sekolah; dan ingin mengenal lebih dalam dengan semua
guru dan karyawan di sekolah. Bidang belajar sebanyak tiga kebutuhan dan masalah,
pada butir ingin mengenal tentang struktur kurikulum yang berlaku saat ini; ingin
mengenal program yang diselenggarakan sekolah dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa asing; dan ingin mengenal program sekolah berkaitan dengan kemampuan TIK
peserta didik. Selanjutnya pada bidang karir terdapat tiga kebutuhan dan masalah dengan
prioritas SEGERA yaitu, membutuhkan pengenalan ekstrakurikuler yang menunjang
belajar saya; ingin mengenal pekerjaan yang berkaitan dengan kesehatan yang
mendukung cita-cita saya; dan Ingin mengetahui syarat memasuki pada studi lanjut.

20
Pada layanan informasi (15.7%), bidang pribadi terdapat tiga kebutuhan dan
masalah dengan prioritas masalah SEGERA yang diantaranya yaitu, ingin mengetahui
tentang obat-obatan terlarang dan dampaknya; Membutuhkan informasi tentang kultur
sekolah; dan membutuhkan informasi pekerjaan yang bisa dilakukan sambil belajar. Lalu,
pada bidang sosial ada dua kebutuhan dan masalah, membutuhkan informasi tentang cara
berkomunikasi yang baik; dan ingin mengetahui tentang sikap yang harus dilakukan saat
berbeda pendapat dengan orang tua. Bidang belajar memiliki tiga kebutuhan dan
masalah yaitu, Kekurangan informasi tentang kesulitan menumbuhkan semangat belajar
yang menurun; membutuhkan informasi tentang cara belajar yang efektif dan efisien; dan
membutuhkan informasi tentang cara mempersiapkan diri menghadapi tes / ujian.
Selanjutnya pada bidang karir memiliki dua kebutuhan dan masalah yang diantaranya
yaitu, Ingin mengetahui tentang cara menyusun persyaratan melamar pekerjaan; dan
membutuhkan informasi tentang strategi memasuki pendidikan lanjutan.
Pada layanan penempatan dan penyaluran (8.7%), bidang pribadi, sosial, dan
karir tidak terdapat kebutuhan dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA. Namun,
pada bidang belajar memiliki satu kebutuhan dan masalah yaitu, butir dengan prioritas
SEGERA yaitu, Sulit menentukan teknik belajar yang sesuai dengan diri saya.
Pada layanan penguasaan konten (13.7%), bidang pribadi terdapat lima kebutuhan
dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA yang diantaranya yaitu, Kurang percaya
diri dengan bentuk tubuh yang saya miliki; Kurang mampu mengendalikan diri, berpikir
dan bersikap positif; ingin bisa meningkatkan ibadah keagamaan; Kurang bisa
memanfaatkan waktu senggang; dan Tidak mampu mengelola uang saku dengan baik.
Selanjutnya pada bidang sosial memiliki satu kebutuhan dan masalah yang diantaranya
yaitu, Kesulitan bila berbicara dengan lawan jenis. Lalu, pada bidang belajar memiliki
dua kebutuhan dan masalah yang diantaranya yaitu, ingin menghilangkan rasa takut saat
mengikuti pelajaran; dan Sulit bertanya dan menjawab di dalam kelas. Pada bidang karir
tidak terdapat kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan konseling perorangan (9.7%), bidang pribadi terdapat dua kebutuhan
dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA yang diantaranya yaitu, Saya malu dan
kurang terbuka dalam membicarakan masalah seks, pacar dan jodoh; dan Saya merasa
bingung akan melakukan kegiatan apa, sepulang sekolah atau saat libur sekolah.
Selanjutnya pada bidang belajar memiliki satu kebutuhan dan masalah yaitu, setiap
belajar sulit masuk / memahami. Lalu, pada bidang karir memiliki satu kebutuhan dan
masalah yaitu, Saya khawatir akan pekerjaan yang dijabat nantinya tidak memberikan
21
penghasilan yang mencukupi. Pada bidang sosial tidak terdapat kebutuhan dan masalah
dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan bimbingan kelompok (13.1%), bidang pribadi terdapat tiga kebutuhan
dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA yang diantaranya yaitu, ingin
mengetahui bahaya rokok, miras dan narkoba; ingin mengetahui cara mengisi waktu
luang dengan kegiatan positif; dan ingin mengetahui bagaimana caranya untuk
memperoleh beapeserta didik untuk meringankan beban biaya sekolah. Lalu, pada bidang
karir ada dua kebutuhan dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA yaitu Kurang
memahami tentang bagaimana cara memilih pekerjaan; dan Memiliki rasa pesimis dengan
semakin ketatnya persaingan dalam masuk pendidikan lanjutan. Selanjutnya pada bidang
sosial dan belajar tidak memiliki kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan konseling kelompok (9.5%), bidang pribadi terdapat satu kebutuhan
dan masalah dengan prioritas masalah SEGERA yaitu, Sering murung dan merasa tidak
bahagia. Pada bidang belajar terdapat satu kebutuhan dan masalah dengan prioritas
masalah SEGERA yaitu, khawatir tugas-tugas pelajaran hasilnya kurang memuaskan.
Lalu, pada bidang sosial, dan karir tidak terdapat kebutuhan dan masalah dengan
prioritas SEGERA.
Pada layanan konsultasi (10.0%), bidang pribadi terdapat satu kebutuhan dan
masalah dengan prioritas masalah SEGERA yaitu, ingin membatu teman yang belum mau
melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya. Lalu, pada bidang sosial, belajar, dan
karir tidak memiliki kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.
Pada layanan mediasi (2.5%), pada bidang pribadi, sosial, karir dan belajar tidak
terdapat kebutuhan dan masalah dengan prioritas SEGERA.

22

Anda mungkin juga menyukai