Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN PONDOK PESANTREN ENTERPRENER


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajmen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Arif Efendi,S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :
Salasatun Hidayaturrohmah 210110013
Alfah Latifatussholihah 210110036

JURUSAN TARBIYAH SEMESTER 5


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR (STAIMA)
KOTA BANJAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Manajemen Pondok Pesantren Enterprener ini dengan lancar dan tepat waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang selama ini telah membantu
kami dalam proses penyusunan makalah ini, kepada Bapak Dr. Arif Efendi, S.Pd, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini, juga kepada kedua orang tua dan teman-teman yang tiada hentinya telah
mendoakan yang terbaik untuk kami. Tanpa bantuan dan saran dari mereka, makalah ini
tidak akan terselesaikan dengan baik.

Tak lupa pula kami mohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Kami telah berusaha dan melakukan yang terbaik, akan tetapi kami
sadar makalah ini jauh dari kata sempurna. Masukan dan saran masih kami tunggu untuk bahan
perbaikan kedepannya. Semoga makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Banjar, 10 Oktober 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Makalah ................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Pengertian Pendidikan Enterprener...................................................................................... 3
B. Karakteristik Pendidikan Enterprener .................................................................................. 5
C. Pesantren Enterprener .......................................................................................................... 9
D. Kurikulum Pesantren Enterprener...................................................................................... 10
BAB III ......................................................................................................................................... 13
PENUTUP..................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
B. Saran .................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, pondok pesantren tidak hanya berfokus pada pengembangan diri santri
dibidang keagamaan, namun sudah banyak pondok pesantren yang mengembangkan
potensi untuk membekali santrinya dalam berbagai macam keterampilan yang
bertujuan memberikan bekal kepada santri ketika nanti sudah terjun bermasyarakat
bisa berinovasi terutama dalam kondisi sosial yang membutuhkan lapangan pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap pondok pesantren memiliki strategi yang
berbeda dalam memberikan keterampilan kepada para santrinya. Dalam
mengembangkan kemampuannya dalam bidang enterpreneurship, banyak pesantren
yang telah mengembangkan pelatihan-pelatihan yang bisa menumbuh kembangkan
jiwa-jiwa entrepreneurship secara lebih profesional. Pendidikan pesantren dituntut
untuk mampu melahirkan individu-individu yang memiliki kreativitas, berani, dan
mampu belajar sepanjang hayat.
Mengelola pondok pesantren membutuhkan manajemen. Dalam menjalankan
manajemen di pondok pesantren harus memiliki kreativitas serta inovasi-inovasi
terbaru agar pesantren tidak tertinggal dalam perkembangan zaman yang semakin
maju, sehingga perlu adanya nilai-nilai entrepreneur untuk dapat mencapai tujuan
pondok pesantren dengan efektif dan efisien. Pentingnya nilai entrepreneur guna
menjawab tantangan perubahan zaman dalam mengimbangi arus persaingan di era
globalisasi. Pondok pesantren dan perubahan zaman merupakan dua sisi yang
semestinya berjalan beriringan, pesantren yang gagap akan perubahan zaman akan
menjadi usang karena apa yang diajarkan tidak konteks dengan zamannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan enterprener ?
2. Apa karakteristik pendidikan enterprener ?
3. Apa itu pesantren enterprener ?
4. Bagaimana kurikulum pesantren enterprener ?

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan enterprener
2. Untuk mengetahui apa karakteristik pendidikan enterprener
3. Untuk mengetahui apa itu pesantren enterprener
4. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pesantren enterprener

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Enterprener


Pendefinisian Entrepreneur dalam tata kebahasaan belum terumuskan secara
paten,1 meskipun dalam bahasa Indonesia, istilah ini mirip dengan arti kata
berwirausaha. Hal ini bisa ditelisik dari berbagai pendapat para ahli mengenai
pendefinisiannya yang menunjukkan perbedaan yang beragam, akan tetapi secara garis
besar keberagaman definisi tersebut memiliki benang merah yang sinergis, seperti
yang disampaikan oleh Sulton dalam bukunya, ia mengartikan bahwa kewirausahaan
adalah suatu semangat, sikap, perilaku, ataupun kemampuan seseorang dalam
menangani suatu usaha, dan lebih lanjut lagi ia mengartikan kewirausahaan sebagai
suatu kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara
kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangkap
memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.2
Secara etimologis berasal dari bahasa Perancis yakni entreprende, yang berarti
berusaha. Yang berkembang di abad ke-18. Diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi
bernama Richard Cantillon, diartikan sebagai upaya dalam mengejar peluang tanpa
mempedulikan sumber daya yang dimiliki, kerap dikaitkan dengan istilah
kewirausahaan ini.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kewirausahaan
atau entrepreneurship disebut perihal usaha, sementara wirausaha adalah orang yang
pandai atau berbakat mengenali produk baru. Menentukan cara produksi baru,
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya kemudian mengatur
modal operasinya, mencari prospek, follow up customer dan lainnya.
Entrepreneur merupakan sebuah usaha atau kinerja yang dilakukan oleh
seseorang untuk meningkatkan usahanya dengan memberanikan diri untuk mengambil

1
Depdiknas, UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, 55.
2
Sulton, “Manajemen Kewirausahaan Pendidikan”, dalam Ali Imron, et.al, Manajemen Pendidikan:
Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), 233.

3
sebuah risiko, baik dalam hal waktu, modal ataupun produk suatu barang.
Entrepreneur sangat erat hubungannya dengan kemampuan diri seseorang untuk
berusaha keras dengan membangun hubungan baik pada awal ia usaha ataupun pada
tahap berkembang.3

Pendidikan kewirausahaan merupakan kajian internasional terkini dan terus di


teliti dan di kembangkan secara dinamis di seluruh belahan dunia. Pendidikan
kewirausahann di lakukan mulai dari Universitas, Sekolah Menengah, Sekolah dasar
hingga ada playgroup ofentrepreneurship untuk anak-anak. Maraknya pendidikan
kewirausahaan di seluruh dunia ini tidak lain karena semakin meningkatnya kesadaran
akan pentingnya karakter kewirausahaan pada generasi muda (kreatif, inovatif dan
berani mengelola resiko) dan pentingnnya kedudukan seorang entrepreneur pada suatu
motor pergerakan perekonomian suatu negara.

Tujuan dari pendidikan entrepreneur adalah memberikan solusi berkurangnya


angka kemiskinan di negara ini. Mantan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad
Nuh pada masa awal kepemimpinan nya mengutarakan bahwa pemerintah
(Departemen Pendidikan Nasional) akan menyusun kurikulum kewirausahaan yang
diharapkan dapat dipraktikkan dalam pembelajaran sekolah.4 Saat ini kurikulum
kewirausahaan pada tingkat menengah sudah diterapkan, khususnya pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Dari adanya ulusan tersebut membuktikan bahwa pemerintah telah
merealisasikan apresiasinya terhadap pendidikan entrepreneur guna untuk mengurangi
angka kemiskinan dan menyiapkan lulusan yang memiliki kemampuan menyelesaikan
masalah. Selain itu Indonesia mempunyai keinginan untuk memajukan pasar dunia
lewat kewirausahaan yang potensinya dimiliki oleh masyarakat Indonesia .
Menurut Ciputra, pendidikan entrepreneurship memiliki tujuan, antara lain:
Pertama, dengan pendidikan entrepreneur bisa mempersiapkan generasi yang mampu
menciptakan lapangan pekerjaan. Di masa mendatang mereka akan melahirkan pula

3
Saeful Anam, “Analisis Pesantren Enterprener”, Marâji‘: Jurnal Studi Keislaman
Volume 2, Nomor 2, Gresik, Maret 2016
4
Tim Pengembang Kurikulum Sekolah Gmaiel Makasar, “Model Pendidikan Entrepreneurship
Menyiapkan Generasi Abad 21”, dalam www.gamalielschool.org/ diakses 10-Juni-2013.

4
generasi entrepreneur baru yang dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kedua,
pendidikan entrepreneurship dapat mengentas permasalahan secara masal terhadap
banyaknya angka pengangguran dan kemiskinan di negara ini, selain itu pula bisa
dijadikan pijakan sebuah tangga menuju impian yang dimiliki oleh setiap warga untuk
mencapai kemandirian finansial serta membangun kemakmuran bersama. Ketiga,
dengan pendidikan entrepreneurship, output yang dihasilkan akan mengantarkan para
lulusan ke dunia pasar kerja.5 Dengan demikian perlu kiranya dunia pendidikan
berinovasi mengimplementasikan model pendidikan entrepreneur secara menyeluruh.

B. Karakteristik Pendidikan Enterprener


Inti pendidikan Enterprener ialah pendidikan yang membangun kemauan serta
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam hal pengembangan dalam
perekonomian atau usaha untuk meraih impian dengan menciptakan lapangan
pekerjaan di hari kemudian. Dari perspektif internal, Kuratko dan Hodgetts (1998)
mengidentifikasi 17 karakteristik yang mungkin ditemukan di kalangan
entrepreneur atau setidaknya dikaitkan dengan proses usaha. Ketujuh belas karakter
entrepreneur itu adalah sebagai berikut.
1. Komitmen Tekad Dan Ketekunan
Usaha baru dan pertumbuhannya yang berkelanjutan membutuhkan
komitmen dan kemauan untuk bertahan dalam menghadapi rintangan. Pengusaha
sering kali bersedia menerima tantangan dan menemukan cara untuk mengatasi
masalah – bahkan ketika orang lain telah memutuskan untuk menyerah.
2. Terdorong Untuk Mencapai Tujuan
Karakteristik utama wirausahawan adalah kemampuan mereka untuk
menetapkan tujuan dan berusaha untuk mencapainya. Rasa puas yang muncul
karena melihat tujuan mereka tercapai dan impian terpenuhi sering kali menjadi
motivator utama bagi orang-orang yang berjiwa wirausaha.
3. Berorientasi Peluang

5
Makasar, “Model Pendidikan”, hlm 1.

5
Mengidentifikasi peluang potensial untuk usaha baru, inovasi atau inisiatif
adalah ciri khas pengusaha. Entrepreneur dikenal pandai memindai lingkungan
dan menyaring peluang potensial.
4. Pemecah Masalah Yang Gigih
Pengusaha biasanya dihadapkan pada masalah baru di mana mereka belajar
bagaimana melakukan sesuatu untuk pertama kalinya, atau benar-benar
melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Artinya mereka
terus menerus dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan dan harus
memiliki atau mengembangkan keterampilan di bidang ini.
5. Lokus Kontrol Internal
Lokus kontrol internal menunjukkan bahwa orang tersebut percaya bahwa
mereka bertanggung jawab atas takdir mereka sendiri dan tidak bergantung pada
orang lain atau hanya mengandalkan nasib. Kebanyakan seorang wirausaha
memiliki kepercayaan diri yang kuat dan perasaan bahwa mereka membuat
keberuntungan mereka sendiri.
6. Pengambilan Risiko Yang Diperhitungkan
Peluncuran usaha (bisnis) baru atau pengembangan inovasi baru sering kali
dikaitkan dengan risiko. Bagi wirausahawan, kebutuhan untuk menerima dan
belajar menghadapi risiko merupakan atribut utama. Namun, entrepreneur selalu
memperhitungkan keputusan pengambilan risiko daripada hanya menjadi penjudi
dalam pengambilan risiko, dan harus dipandang mampu mengelola risiko dengan
sukses.
7. Toleransi Terhadap Kegagalan
Pengambilan risiko menyiratkan bahwa ada kemungkinan gagal, dan banyak
usaha serta inovasi baru tidak berhasil. Seorang entrepreneur mempunyai
karakter yang cenderung siap menerima kegagalan sebagai proses pembelajaran
dan menerima pendekatan coba-coba dalam hidup mereka. Banyak pengusaha
sukses di dunia pernah mengalami satu atau lebih kegagalan bisnis di masa lalu.
8. Kreativitas Dan Inovasi
Keinginan untuk menciptakan (berinovasi) telah ditemukan sebagai faktor
pendorong utama dalam pembentukan usaha atau bisnis. Kreativitas juga

6
merupakan sumber utama inovasi, dan tidak jarang ditemukan banyak
wirausahawan serta individu yang kreatif.
9. Percaya Diri Dan Optimism
Keyakinan yang kuat pada diri sendiri dan pandangan positif atau optimis
merupakan kualitas yang penting untuk dimiliki oleh seorang
pengusaha/entrepreneur. Dalam masa-masa sulit ketika risiko tinggi dan ada
tingkat ketidakpastian yang tinggi, optimisme dan kepercayaan diri adalah modal
yang sangat berharga untuk mempertahankan fokus dan motivasi.
10. Membangun Tim
Kemampuan utama wirausahawan adalah kemampuan untuk membangun
dan memimpin tim. Beberapa usaha / bisnis yang sukses dan inovasi baru telah
dikembangkan oleh individu yang bekerja sendiri. Sangat penting bagi
wirausahawan untuk mengetahui bagaimana mencari bantuan dan bagaimana
menarik orang-orang yang dapat membantu mereka.\
11. Inisiatif Dan Tanggung Jawab
Setiap usaha bisnis yang akan tumbuh melampaui usaha mikro akan
membutuhkan kepemimpinannya untuk menunjukkan rasa inisiatif yang kuat
dan menerima tanggung jawab. Pengusaha dapat menerima tanggung jawab dan
proaktif dalam menangani masalah.
12. Mencari Umpan Balik
Kemampuan untuk menerima kritik yang membangun dan untuk mencari
bantuan dan nasihat adalah karakteristik dari entrepreneur/wirausahawan yang
sukses. Misalnya, kesediaan untuk mencari dan menggunakan penasihat bisnis
profesional telah terbukti terkait dengan peningkatan profitabilitas dan
kesuksesan di antara pemilik usaha kecil.
13. Toleransi Untuk Ambiguitas
Pada dasarnya, kewirausahaan melibatkan mencoba ide-ide baru dan
meluncurkan usaha bisnis baru. Sering kali entrepreneur membuat terobosan
baru atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumnya. Oleh karena
itu, wirausahawan harus memiliki toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan
merasa nyaman beroperasi di lingkungan yang tidak pasti.

7
14. Integritas Dan Keandalan
Beberapa masalah yang merusak citra pengusaha adalah integritas dan
kejujuran. Meskipun ada contoh dari apa yang disebut ‘pengusaha’ yang
menggunakan usaha bisnis mereka untuk membangun kekayaan mereka sendiri
dengan mengorbankan investor, kasus-kasus ini masih minoritas. Mayoritas
wirausahawan memiliki integritas pribadi tingkat tinggi dan menggunakan kata-
kata mereka sebagai pengikat. Mereka telah belajar bahwa mereka harus
memenangkan kepercayaan orang lain untuk mencapai tujuan mereka, dan
bahwa ketidakjujuran akan berarti penutupan peluang untuk dukungan semacam
itu.
15. Energi Tingkat Tinggi
Kemampuan untuk melakukan usaha bisnis baru dan memimpin perubahan
membutuhkan banyak pekerjaan, dan pengusaha biasanya adalah orang yang
sangat sibuk dengan beban kerja yang berat. Stamina dan kemampuan bekerja
dalam waktu lama membuat para wirausahawan membutuhkan tingkat energi
yang tinggi.
16. Visi
Karakter umum di antara banyak entrepreneur / wirausahawan adalah visi
yang kuat, yaitu memiliki fokus dan arah untuk usaha mereka dan untuk ambisi
pribadi mereka. Yang juga penting adalah kemampuan mereka untuk
membagikan visi ini dengan orang lain untuk meminta dukungan mereka pada
tujuan tersebut.
17. Kemandirian
Terakhir, sebagian besar wirausahawan dicirikan oleh keinginan akan
otonomi dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas kompleks dan sulit
secara mandiri. Motivator utama bagi orang yang ingin memulai bisnis mereka
sendiri adalah keinginan untuk bekerja untuk diri mereka sendiri.6

6
Muhammad Abdul Ghofur Muhammad, Kholilulloh Harisuddin, Mengenal Karakteristik Umum
Entrepreneur Sukses, Blog Maglearning.id

8
C. Pesantren Enterprener
Makna pesantren tidak asing lagi dalam sebuah kajian keilmuan Islam terlebih
di Indonesia, karena pesantren merupakan salah satu pusat pendidikan yang ada di
Indonesia yang banyak memberikan sumbangsih atas perkembangan keilmuan di
Indonesia seperti bela negara, ekonomi, sosial budaya dan terkhusus pada hal
keagamaan.7

Secara historis, adanya pesantren di Indonesia ini sangat intern dengan


perkembangan bangsa. Fakta ini bisa dibuktikan dari pendidikan agamnya,8 kultur
tradisinya,9 hingga sejarah lahirnya pesantren yang dikenal sebagai pemicu
kemerdekaan bangsa Indonesia.10
Tidak sedikit kalangan yang meyebutkan bahwa pesantren merupakan wujud
asli pendidikan Indonesia yang termodifikasi dari sejarah nusantara. Hal ini patut
untuk diamani karena kekhasan pesantren merupakan budaya yang patut untuk dijaga.
Dengan adanya pesantren, pendidikan di Indonesia tidak hanya berkemampuan
pembinaan intelektual, tetapi juga mampu mengadakan perubahan dan perbaikan
dalam tatanan sosial kemasyarakatan.
Pesantren entrepreneur merupakan kajian baru karena pada masa
perkembangan awal pesantren, bentuk dan wujud pesantren entrepreneur belum
tampak jelas.11 Akan tetapi dari adanya definisi pesantren secara garis besar di atas dan
definisi entrepreneur secara jelas, bisa diartikan bahwa pesantren entrepreneur
dimaksud dapat dipahami sebagai sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan
keilmuan keagamaan dan juga pengembangan keahlian usaha (entrepreneurship). Ini
senada dengan penuturan Nur Syam yang menyatakan bahwa “pada saat ini sedang
gencar berlangsung transformasi pesantren. Pesantren tidak hanya untuk tempat belajar
agama, tetapi juga untuk pendidikan umum dan kewirausahaan (entrepreneurship).

7
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masa’il 1926 1999 (Yogyakarta: LKiS, 2004)
8
Nurcholish Majid, “Bilik-bilik Pesantren”: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramidana, 1997), 7-
13.
9
Ade Armando dkk, “Pesantren”, Ensiklopedia untuk Pelajar Jilid Pesantren (Jakarta: PT Ichtiar
Baru van Hoeve, 2005), 17. 2
10
Haidar Putra Daulay, “Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia”
(Jakarta: Putra Grafika, 2007), 70. 3
11
Hanun Asrohah, “Model Pesantren: Makalah Sejarah Sosial Pendidikan Islam” (Surabaya: IAIN
Sunan Ampel, t.th), 2.

9
Dengan adanya transformasi tersebut, alumni pesantren (output) nantinya tidak hanya
menjadi guru agama ataupun guru mengaji saja, melainkan mereka dapat menduduki
posisi strategis di berbagai bidang kemasyarakatan termasuk politik, ekonomi ataupun
kepemerintahanan”.12

D. Kurikulum Pesantren Enterprener


Berpedoman pada anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan atau alumni
pesantren akan menjadi ulama atau kiai, dan memilih lapangan pekerjaan dibidang
agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan keterampilan perlu diberikan
kepada santri sebelum santri itu terjun ke tengah-tengah masyarakat yang sebenarnya.
Berikut gambaran jelasnya mengenai kurikulum pesantren modern entrepreneur yang
dalam perkembangannya memilih melestarikan tradisi lama dan mengaktualisir tradisi
baru yang dianggap baik sebagai peningkatan keilmuan (al muhâfazah ‘alâ al-qadîm al-
sâlih wa al-akhd bi al-jadîd al-aslah).13
Kurikulum Pesantren Enterprener
(Perpaduan dua keilmuan yang dianggap sama pentingnya)
Pendidikan agama/Pesantren Pengembangan Diri
- Tafsir - Leadership
- Ulumul Qur’an - Pengembangan Karir
- Fiqih - Kelompok Ilmiah
- Ilmu Hadits - English club
- Aqidah - Sains club
- Dakwah - Kegiatan kepaduan
- Keterampilan lain

Di pihak lain, untuk menunjang suksesnya pembangunan, diperlukan partisipasi


semua pihak, termasuk pihak pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh
di tengah-tengah masyarakat ini merupakan potensi yang dimiliki oleh pesantren secara
historis dan tradisi. Urgensi pengelolaan dan pengembangan mengingat banyaknya

12
Febrianto, “Entas Kemiskinan Melalui Ponpes”, Jawa Pos, 1 Desember 2012, 35.
13
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU, 21.

10
potensi ekonomi yang dimiliki oleh pesantren. Potensi ekonomi yang dimiliki pesantren
adalah sebagai berikut:14

1. Kiai-Ulama
Kiai-ulama pesantren yang dipandang sebagai potensi pesantren yang mempunyai
nilai ekonomis, setidaknya dapat kita lihat pada tiga hal:
a. Kedalaman ilmu kiai-ulama. Artinya, figur seorang kiai merupakan magnet (daya
tarik) yang luar biasa bagi calon santri untuk berburu ilmu.
b. Pada umumnya, seorang kiai adalah tokoh panutan masyarakat dan pemerintah.
Ketokohan seorang kiai ini memunculkan sebuah kepercayaan, dan dari
kepercayaan melahirkan akses.
c. Pada umumnya, seorang kiai sebelum membangun pesantren telah mandiri secara
ekonomi, misalnya sebagai petani, pedagang, dan sebagainya. Sejak awal kiai
telah mempersiapkan diri secara sungguh sungguh, tidak hanya dari aspek
mental, tetapi juga sosial ekonomi. Jiwa dan semangat entrepreneurship inilah
yang mendasari kemandirian perokonomian pesantren. Apabila aset dan jiwa
entrepreneurship ini dipadukan, maka hasilnya dapat dijadikan dasar membangun
tatanan ekonomi pesantren.15
2. Santri
Potensi ekonomi kedua yang melekat pada pesantren adalah para santri. Hal
ini dipahami bahwa pada umumnya santri mempunyai potensi/bakat bawaan seperti
kemampuan membaca al-Qur’ân, kaligrafi, pertukangan, dan lain sebagainya. Bakat
bawaan ini sudah seharusnya selalu dipupuk dan dikembangkan agar menjadi
produktif.
3. Pendidikan
Potensi ekonomi dari pendidikan pesantren ini terletak pada santri/murid, guru,
sarana dan prasarana. Dari sisi santri/murid, sudah barang tentu dikenai kewajiban
membayar SPP, di samping sumbangan sumbangan wajib lainnya. Untuk kelancaran
proses belajar mengajar, diperlukan seperangkat buku, kitab, dan alat-alat tulis. Dari
sini bisa dikembangkan salah satu unit usaha pesantren yang menyediakan sarana

14
A. Halim, Manajemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 223.
15
Ibid., 223.

11
belajar tersebut. Misalnya toko buku/kitab, alat tulis, dan photo copy. Belum lagi dari
sisi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, minum, air, wartel (warung telepon),
asrama, pakaian, dan lain sebagainya.16 Melihat begitu banyaknya peluang untuk
mengembangkan wirausaha di pesantren, akan sangat menguntungkan jika pesantren
mengelolanya menjadi kegiatan usaha ekonomi. Kegiatan ini dapat dikembangkan
oleh pesantren dan dimulai dengan:
a. Perencanaan (menumbuhkan gagasan, menetapkan tujuan, mencari data dan
informasi, merumuskan kegiatan-kegiatan usaha dalam mencapai tujuan sesuai
dengan potensi yang ada, melakukan analisis SWOT, dan melakukan
musyawarah).
b. Pemilihan jenis usaha dan macam usaha. Dalam menentukan kegiatan ini yang
perlu diperhatikan adalah luas lahan yang dimiliki oleh pesantren, sumber daya
manusia pesantren. tersedianya sarana peralatan dan bahan baku yang ada di
pesantren, kemungkinan pemasarannya. Ini erat kaitannya dengan potensi
permintaan masyarakat terhadap jenis produksi, barang atau bahkan jasa
tertentu.17
Atas dasar beberapa pertimbangan tersebut, maka jenis-jenis usaha yang
dapat didirikan di pesantren adalah; bidang perdagangan, bidang pertanian dan
agribisnis, bidang industri kecil, bidang elektronika dan perbengkelan, bidang
pertukangan kayu, bidang jasa, bidang keuangan/lembaga keuangan, bidang
koperasi, bidang pengembangan teknologi tepat guna dan lain-lain.

16
Ibid., 224.
17
Nailul Rahmah, Manajemen Kewirausahaan Pesantren (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010), 10

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan kewirausahaan merupakan kajian internasional terkini dan terus di teliti
dan di kembangkan secara dinamis di seluruh belahan dunia. Pendidikan
kewirausahann di lakukan mulai dari Universitas, Sekolah Menengah, Sekolah
dasar hingga ada playgroup ofentrepreneurship untuk anak-anak.
2. Kuratko dan Hodgetts (1998) mengidentifikasi 17 karakteristik yang mungkin
ditemukan di kalangan entrepreneur atau setidaknya dikaitkan dengan proses
usaha. Ketujuh belas karakter entrepreneur tersebut yaitu komitmen tekad dan
ketekunan, terdorong untuk mencapai tujuan, berorientasi peluang, pemecah
masalah yang gigih, kontrol internal, pengambilan risiko yang diperhitungkan,
toleransi terhadap kegagalan, kreativitas dan inovasi, percaya diri dan optimis,
membangun tim, inisiatif dan tanggung jawab, mencari umpan balik, toleransi
untuk ambiguitas, integritas dan keandalan, energi tingkat tinggi,visi dan
kemandirian.
3. Entrepreneur dapat dipahami sebagai sebuah lembaga pendidikan yang
mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga pengembangan keahlian usaha
(entrepreneurship). Ini senada dengan penuturan Nur Syam yang menyatakan
bahwa “pada saat ini sedang gencar berlangsung transformasi pesantren. Pesantren
tidak hanya untuk tempat belajar agama, tetapi juga untuk pendidikan umum dan
kewirausahaan (entrepreneurship).
4. Pesantren entrepreneur yang dalam perkembangannya memilih melestarikan
tradisi lama dan mengaktualisir tradisi baru yang dianggap baik sebagai
peningkatan keilmuan (al muhâfazah ‘alâ al-qadîm al-sâlih wa al-akhd bi al-jadîd
al-aslah).

13
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur Muhammad, Kholilulloh Harisuddin, Mengenal Karakteristik Umum


Entrepreneur Sukses, Blog Maglearning.id

A. Halim, Manajemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 223.


Anam Saeful, “Analisis Pesantren Enterprener”, Marâji‘: Jurnal Studi Keislaman, Volume 2,
Nomor 2, Gresik, Maret 2016
Armando Ade dkk, “Pesantren”, Ensiklopedia untuk Pelajar Jilid Pesantren (Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), 17. 2
Asrohah Hanun, “Model Pesantren: Makalah Sejarah Sosial Pendidikan Islam” (Surabaya:
IAIN Sunan Ampel, t.th), 2.
Febrianto, “Entas Kemiskinan Melalui Ponpes”, Jawa Pos, 1 Desember 2012, 35.
Majid Nurcholish, “Bilik-bilik Pesantren”: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramidana,
1997), 7-13.
Makasar, “Model Pendidikan”, hlm 1

Putra Daulay Haidar, “Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di


Indonesia” (Jakarta: Putra Grafika, 2007), 70. 3
Rahmah Nailul, Manajemen Kewirausahaan Pesantren (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2010), 10

Tim Pengembang Kurikulum Sekolah Gmaiel Makasar, “Model Pendidikan Entrepreneurship


Menyiapkan Generasi Abad 21”, dalam www.gamalielschool.org/ diakses 10-Juni-
2013.
Volume 2, Nomor 2, Gresik, Maret 2016
Zahro Ahmad, Tradisi Intelektual NU, 21.
Zahro Ahmad, Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masa’il 1926 1999 (Yogyakarta: LKiS,
2004)

15

Anda mungkin juga menyukai