Disusun Oleh :
Salasatun Hidayaturrohmah 210110013
Alfah Latifatussholihah 210110036
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Manajemen Pondok Pesantren Enterprener ini dengan lancar dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang selama ini telah membantu
kami dalam proses penyusunan makalah ini, kepada Bapak Dr. Arif Efendi, S.Pd, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini, juga kepada kedua orang tua dan teman-teman yang tiada hentinya telah
mendoakan yang terbaik untuk kami. Tanpa bantuan dan saran dari mereka, makalah ini
tidak akan terselesaikan dengan baik.
Tak lupa pula kami mohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Kami telah berusaha dan melakukan yang terbaik, akan tetapi kami
sadar makalah ini jauh dari kata sempurna. Masukan dan saran masih kami tunggu untuk bahan
perbaikan kedepannya. Semoga makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, pondok pesantren tidak hanya berfokus pada pengembangan diri santri
dibidang keagamaan, namun sudah banyak pondok pesantren yang mengembangkan
potensi untuk membekali santrinya dalam berbagai macam keterampilan yang
bertujuan memberikan bekal kepada santri ketika nanti sudah terjun bermasyarakat
bisa berinovasi terutama dalam kondisi sosial yang membutuhkan lapangan pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap pondok pesantren memiliki strategi yang
berbeda dalam memberikan keterampilan kepada para santrinya. Dalam
mengembangkan kemampuannya dalam bidang enterpreneurship, banyak pesantren
yang telah mengembangkan pelatihan-pelatihan yang bisa menumbuh kembangkan
jiwa-jiwa entrepreneurship secara lebih profesional. Pendidikan pesantren dituntut
untuk mampu melahirkan individu-individu yang memiliki kreativitas, berani, dan
mampu belajar sepanjang hayat.
Mengelola pondok pesantren membutuhkan manajemen. Dalam menjalankan
manajemen di pondok pesantren harus memiliki kreativitas serta inovasi-inovasi
terbaru agar pesantren tidak tertinggal dalam perkembangan zaman yang semakin
maju, sehingga perlu adanya nilai-nilai entrepreneur untuk dapat mencapai tujuan
pondok pesantren dengan efektif dan efisien. Pentingnya nilai entrepreneur guna
menjawab tantangan perubahan zaman dalam mengimbangi arus persaingan di era
globalisasi. Pondok pesantren dan perubahan zaman merupakan dua sisi yang
semestinya berjalan beriringan, pesantren yang gagap akan perubahan zaman akan
menjadi usang karena apa yang diajarkan tidak konteks dengan zamannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan enterprener ?
2. Apa karakteristik pendidikan enterprener ?
3. Apa itu pesantren enterprener ?
4. Bagaimana kurikulum pesantren enterprener ?
1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan enterprener
2. Untuk mengetahui apa karakteristik pendidikan enterprener
3. Untuk mengetahui apa itu pesantren enterprener
4. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pesantren enterprener
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Depdiknas, UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, 55.
2
Sulton, “Manajemen Kewirausahaan Pendidikan”, dalam Ali Imron, et.al, Manajemen Pendidikan:
Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), 233.
3
sebuah risiko, baik dalam hal waktu, modal ataupun produk suatu barang.
Entrepreneur sangat erat hubungannya dengan kemampuan diri seseorang untuk
berusaha keras dengan membangun hubungan baik pada awal ia usaha ataupun pada
tahap berkembang.3
3
Saeful Anam, “Analisis Pesantren Enterprener”, Marâji‘: Jurnal Studi Keislaman
Volume 2, Nomor 2, Gresik, Maret 2016
4
Tim Pengembang Kurikulum Sekolah Gmaiel Makasar, “Model Pendidikan Entrepreneurship
Menyiapkan Generasi Abad 21”, dalam www.gamalielschool.org/ diakses 10-Juni-2013.
4
generasi entrepreneur baru yang dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kedua,
pendidikan entrepreneurship dapat mengentas permasalahan secara masal terhadap
banyaknya angka pengangguran dan kemiskinan di negara ini, selain itu pula bisa
dijadikan pijakan sebuah tangga menuju impian yang dimiliki oleh setiap warga untuk
mencapai kemandirian finansial serta membangun kemakmuran bersama. Ketiga,
dengan pendidikan entrepreneurship, output yang dihasilkan akan mengantarkan para
lulusan ke dunia pasar kerja.5 Dengan demikian perlu kiranya dunia pendidikan
berinovasi mengimplementasikan model pendidikan entrepreneur secara menyeluruh.
5
Makasar, “Model Pendidikan”, hlm 1.
5
Mengidentifikasi peluang potensial untuk usaha baru, inovasi atau inisiatif
adalah ciri khas pengusaha. Entrepreneur dikenal pandai memindai lingkungan
dan menyaring peluang potensial.
4. Pemecah Masalah Yang Gigih
Pengusaha biasanya dihadapkan pada masalah baru di mana mereka belajar
bagaimana melakukan sesuatu untuk pertama kalinya, atau benar-benar
melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Artinya mereka
terus menerus dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan dan harus
memiliki atau mengembangkan keterampilan di bidang ini.
5. Lokus Kontrol Internal
Lokus kontrol internal menunjukkan bahwa orang tersebut percaya bahwa
mereka bertanggung jawab atas takdir mereka sendiri dan tidak bergantung pada
orang lain atau hanya mengandalkan nasib. Kebanyakan seorang wirausaha
memiliki kepercayaan diri yang kuat dan perasaan bahwa mereka membuat
keberuntungan mereka sendiri.
6. Pengambilan Risiko Yang Diperhitungkan
Peluncuran usaha (bisnis) baru atau pengembangan inovasi baru sering kali
dikaitkan dengan risiko. Bagi wirausahawan, kebutuhan untuk menerima dan
belajar menghadapi risiko merupakan atribut utama. Namun, entrepreneur selalu
memperhitungkan keputusan pengambilan risiko daripada hanya menjadi penjudi
dalam pengambilan risiko, dan harus dipandang mampu mengelola risiko dengan
sukses.
7. Toleransi Terhadap Kegagalan
Pengambilan risiko menyiratkan bahwa ada kemungkinan gagal, dan banyak
usaha serta inovasi baru tidak berhasil. Seorang entrepreneur mempunyai
karakter yang cenderung siap menerima kegagalan sebagai proses pembelajaran
dan menerima pendekatan coba-coba dalam hidup mereka. Banyak pengusaha
sukses di dunia pernah mengalami satu atau lebih kegagalan bisnis di masa lalu.
8. Kreativitas Dan Inovasi
Keinginan untuk menciptakan (berinovasi) telah ditemukan sebagai faktor
pendorong utama dalam pembentukan usaha atau bisnis. Kreativitas juga
6
merupakan sumber utama inovasi, dan tidak jarang ditemukan banyak
wirausahawan serta individu yang kreatif.
9. Percaya Diri Dan Optimism
Keyakinan yang kuat pada diri sendiri dan pandangan positif atau optimis
merupakan kualitas yang penting untuk dimiliki oleh seorang
pengusaha/entrepreneur. Dalam masa-masa sulit ketika risiko tinggi dan ada
tingkat ketidakpastian yang tinggi, optimisme dan kepercayaan diri adalah modal
yang sangat berharga untuk mempertahankan fokus dan motivasi.
10. Membangun Tim
Kemampuan utama wirausahawan adalah kemampuan untuk membangun
dan memimpin tim. Beberapa usaha / bisnis yang sukses dan inovasi baru telah
dikembangkan oleh individu yang bekerja sendiri. Sangat penting bagi
wirausahawan untuk mengetahui bagaimana mencari bantuan dan bagaimana
menarik orang-orang yang dapat membantu mereka.\
11. Inisiatif Dan Tanggung Jawab
Setiap usaha bisnis yang akan tumbuh melampaui usaha mikro akan
membutuhkan kepemimpinannya untuk menunjukkan rasa inisiatif yang kuat
dan menerima tanggung jawab. Pengusaha dapat menerima tanggung jawab dan
proaktif dalam menangani masalah.
12. Mencari Umpan Balik
Kemampuan untuk menerima kritik yang membangun dan untuk mencari
bantuan dan nasihat adalah karakteristik dari entrepreneur/wirausahawan yang
sukses. Misalnya, kesediaan untuk mencari dan menggunakan penasihat bisnis
profesional telah terbukti terkait dengan peningkatan profitabilitas dan
kesuksesan di antara pemilik usaha kecil.
13. Toleransi Untuk Ambiguitas
Pada dasarnya, kewirausahaan melibatkan mencoba ide-ide baru dan
meluncurkan usaha bisnis baru. Sering kali entrepreneur membuat terobosan
baru atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumnya. Oleh karena
itu, wirausahawan harus memiliki toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan
merasa nyaman beroperasi di lingkungan yang tidak pasti.
7
14. Integritas Dan Keandalan
Beberapa masalah yang merusak citra pengusaha adalah integritas dan
kejujuran. Meskipun ada contoh dari apa yang disebut ‘pengusaha’ yang
menggunakan usaha bisnis mereka untuk membangun kekayaan mereka sendiri
dengan mengorbankan investor, kasus-kasus ini masih minoritas. Mayoritas
wirausahawan memiliki integritas pribadi tingkat tinggi dan menggunakan kata-
kata mereka sebagai pengikat. Mereka telah belajar bahwa mereka harus
memenangkan kepercayaan orang lain untuk mencapai tujuan mereka, dan
bahwa ketidakjujuran akan berarti penutupan peluang untuk dukungan semacam
itu.
15. Energi Tingkat Tinggi
Kemampuan untuk melakukan usaha bisnis baru dan memimpin perubahan
membutuhkan banyak pekerjaan, dan pengusaha biasanya adalah orang yang
sangat sibuk dengan beban kerja yang berat. Stamina dan kemampuan bekerja
dalam waktu lama membuat para wirausahawan membutuhkan tingkat energi
yang tinggi.
16. Visi
Karakter umum di antara banyak entrepreneur / wirausahawan adalah visi
yang kuat, yaitu memiliki fokus dan arah untuk usaha mereka dan untuk ambisi
pribadi mereka. Yang juga penting adalah kemampuan mereka untuk
membagikan visi ini dengan orang lain untuk meminta dukungan mereka pada
tujuan tersebut.
17. Kemandirian
Terakhir, sebagian besar wirausahawan dicirikan oleh keinginan akan
otonomi dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas kompleks dan sulit
secara mandiri. Motivator utama bagi orang yang ingin memulai bisnis mereka
sendiri adalah keinginan untuk bekerja untuk diri mereka sendiri.6
6
Muhammad Abdul Ghofur Muhammad, Kholilulloh Harisuddin, Mengenal Karakteristik Umum
Entrepreneur Sukses, Blog Maglearning.id
8
C. Pesantren Enterprener
Makna pesantren tidak asing lagi dalam sebuah kajian keilmuan Islam terlebih
di Indonesia, karena pesantren merupakan salah satu pusat pendidikan yang ada di
Indonesia yang banyak memberikan sumbangsih atas perkembangan keilmuan di
Indonesia seperti bela negara, ekonomi, sosial budaya dan terkhusus pada hal
keagamaan.7
7
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masa’il 1926 1999 (Yogyakarta: LKiS, 2004)
8
Nurcholish Majid, “Bilik-bilik Pesantren”: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramidana, 1997), 7-
13.
9
Ade Armando dkk, “Pesantren”, Ensiklopedia untuk Pelajar Jilid Pesantren (Jakarta: PT Ichtiar
Baru van Hoeve, 2005), 17. 2
10
Haidar Putra Daulay, “Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia”
(Jakarta: Putra Grafika, 2007), 70. 3
11
Hanun Asrohah, “Model Pesantren: Makalah Sejarah Sosial Pendidikan Islam” (Surabaya: IAIN
Sunan Ampel, t.th), 2.
9
Dengan adanya transformasi tersebut, alumni pesantren (output) nantinya tidak hanya
menjadi guru agama ataupun guru mengaji saja, melainkan mereka dapat menduduki
posisi strategis di berbagai bidang kemasyarakatan termasuk politik, ekonomi ataupun
kepemerintahanan”.12
12
Febrianto, “Entas Kemiskinan Melalui Ponpes”, Jawa Pos, 1 Desember 2012, 35.
13
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU, 21.
10
potensi ekonomi yang dimiliki oleh pesantren. Potensi ekonomi yang dimiliki pesantren
adalah sebagai berikut:14
1. Kiai-Ulama
Kiai-ulama pesantren yang dipandang sebagai potensi pesantren yang mempunyai
nilai ekonomis, setidaknya dapat kita lihat pada tiga hal:
a. Kedalaman ilmu kiai-ulama. Artinya, figur seorang kiai merupakan magnet (daya
tarik) yang luar biasa bagi calon santri untuk berburu ilmu.
b. Pada umumnya, seorang kiai adalah tokoh panutan masyarakat dan pemerintah.
Ketokohan seorang kiai ini memunculkan sebuah kepercayaan, dan dari
kepercayaan melahirkan akses.
c. Pada umumnya, seorang kiai sebelum membangun pesantren telah mandiri secara
ekonomi, misalnya sebagai petani, pedagang, dan sebagainya. Sejak awal kiai
telah mempersiapkan diri secara sungguh sungguh, tidak hanya dari aspek
mental, tetapi juga sosial ekonomi. Jiwa dan semangat entrepreneurship inilah
yang mendasari kemandirian perokonomian pesantren. Apabila aset dan jiwa
entrepreneurship ini dipadukan, maka hasilnya dapat dijadikan dasar membangun
tatanan ekonomi pesantren.15
2. Santri
Potensi ekonomi kedua yang melekat pada pesantren adalah para santri. Hal
ini dipahami bahwa pada umumnya santri mempunyai potensi/bakat bawaan seperti
kemampuan membaca al-Qur’ân, kaligrafi, pertukangan, dan lain sebagainya. Bakat
bawaan ini sudah seharusnya selalu dipupuk dan dikembangkan agar menjadi
produktif.
3. Pendidikan
Potensi ekonomi dari pendidikan pesantren ini terletak pada santri/murid, guru,
sarana dan prasarana. Dari sisi santri/murid, sudah barang tentu dikenai kewajiban
membayar SPP, di samping sumbangan sumbangan wajib lainnya. Untuk kelancaran
proses belajar mengajar, diperlukan seperangkat buku, kitab, dan alat-alat tulis. Dari
sini bisa dikembangkan salah satu unit usaha pesantren yang menyediakan sarana
14
A. Halim, Manajemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 223.
15
Ibid., 223.
11
belajar tersebut. Misalnya toko buku/kitab, alat tulis, dan photo copy. Belum lagi dari
sisi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, minum, air, wartel (warung telepon),
asrama, pakaian, dan lain sebagainya.16 Melihat begitu banyaknya peluang untuk
mengembangkan wirausaha di pesantren, akan sangat menguntungkan jika pesantren
mengelolanya menjadi kegiatan usaha ekonomi. Kegiatan ini dapat dikembangkan
oleh pesantren dan dimulai dengan:
a. Perencanaan (menumbuhkan gagasan, menetapkan tujuan, mencari data dan
informasi, merumuskan kegiatan-kegiatan usaha dalam mencapai tujuan sesuai
dengan potensi yang ada, melakukan analisis SWOT, dan melakukan
musyawarah).
b. Pemilihan jenis usaha dan macam usaha. Dalam menentukan kegiatan ini yang
perlu diperhatikan adalah luas lahan yang dimiliki oleh pesantren, sumber daya
manusia pesantren. tersedianya sarana peralatan dan bahan baku yang ada di
pesantren, kemungkinan pemasarannya. Ini erat kaitannya dengan potensi
permintaan masyarakat terhadap jenis produksi, barang atau bahkan jasa
tertentu.17
Atas dasar beberapa pertimbangan tersebut, maka jenis-jenis usaha yang
dapat didirikan di pesantren adalah; bidang perdagangan, bidang pertanian dan
agribisnis, bidang industri kecil, bidang elektronika dan perbengkelan, bidang
pertukangan kayu, bidang jasa, bidang keuangan/lembaga keuangan, bidang
koperasi, bidang pengembangan teknologi tepat guna dan lain-lain.
16
Ibid., 224.
17
Nailul Rahmah, Manajemen Kewirausahaan Pesantren (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010), 10
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan kewirausahaan merupakan kajian internasional terkini dan terus di teliti
dan di kembangkan secara dinamis di seluruh belahan dunia. Pendidikan
kewirausahann di lakukan mulai dari Universitas, Sekolah Menengah, Sekolah
dasar hingga ada playgroup ofentrepreneurship untuk anak-anak.
2. Kuratko dan Hodgetts (1998) mengidentifikasi 17 karakteristik yang mungkin
ditemukan di kalangan entrepreneur atau setidaknya dikaitkan dengan proses
usaha. Ketujuh belas karakter entrepreneur tersebut yaitu komitmen tekad dan
ketekunan, terdorong untuk mencapai tujuan, berorientasi peluang, pemecah
masalah yang gigih, kontrol internal, pengambilan risiko yang diperhitungkan,
toleransi terhadap kegagalan, kreativitas dan inovasi, percaya diri dan optimis,
membangun tim, inisiatif dan tanggung jawab, mencari umpan balik, toleransi
untuk ambiguitas, integritas dan keandalan, energi tingkat tinggi,visi dan
kemandirian.
3. Entrepreneur dapat dipahami sebagai sebuah lembaga pendidikan yang
mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga pengembangan keahlian usaha
(entrepreneurship). Ini senada dengan penuturan Nur Syam yang menyatakan
bahwa “pada saat ini sedang gencar berlangsung transformasi pesantren. Pesantren
tidak hanya untuk tempat belajar agama, tetapi juga untuk pendidikan umum dan
kewirausahaan (entrepreneurship).
4. Pesantren entrepreneur yang dalam perkembangannya memilih melestarikan
tradisi lama dan mengaktualisir tradisi baru yang dianggap baik sebagai
peningkatan keilmuan (al muhâfazah ‘alâ al-qadîm al-sâlih wa al-akhd bi al-jadîd
al-aslah).
13
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15