KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Dianjukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Islam
H.M.Irfan Djazoeli,SH.MM
Disusun Oeh:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis
sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah mengenai “Konsep Kewirausahaan” sebagai tugas mata kuliah
Pancasila. Di dalam makalah ini, penulis menjelaskan mengenai dasar kewirausahaan,maksud
dan tujuan kewirausahaan,langka-langkah menjadi wirausaha,bagaimana berfikir dan
bertindak kreatif serta inovatif. kata. Tidak lupa pula penulis berterima kasih kepada semua
pihak yang terlibat membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam pembelajaran Pengantar Ilmu
Hukum secara baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran banyak-banyaknya dari para pembaca. Terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain tanpa kemajuan ekonomi.
Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan, yang kuat dari warga
bangsanya, China baik dijadikan contoh konkret dan paling dekat. Setelah menggelar pesta
akbar Olimpiade 2008 yang mencengangkan banyak orang beberapa waktu lalu, mereka
kembali membuat dunia berdecak dengan kesuksesan astronotnya berjalan-jalan di angkasa
luar. Dan kini, dunia menantikan China turun tangan membantu mengatasi krisis keuangan
global. Tanpa kemajuan ekonomi, tentu semua itu tak mungkin dilakukan China. Korea
Selatan, dan India semakin berjaya mengibarkan produk produknya sebagai bendera
nasionalnya di pentas global. Bisnis korporasi multinasional terus menggurita di tanah air,
sementara pengusaha dan korporasi nasional belum juga memiliki satu pun produk bermerek
global, kecuali terkenal sebatas pemasok komoditas primer bernilai tambah rendah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Kewirausahaan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dari
perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan
berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menururt Thomas W.
Zimmerer (1996),kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
Menurut Robert D. Hisrich et al. kewirausahaan adalah suatu proses dinamis atas
penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil
resiko utama dengan syarat-syarat yang wajar, waktu dan atau komitmen karier atau
penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin
baru atau unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan dengan
penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber-sumber daya.!
Hakikat kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia
nyata secara kreatif (create new & different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan
bertindak melakukan sesuatu yang baru (keinovasian) guna menciptakan nilai tambah (value
added) agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan
masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilembagakan agar kelak dapat
tetap berjalan dengan efektif di tangan orang lain.
1. kematangan sosial,
2. kecerdasan,
3. kebutuhan untuk berprestasi dan
4. sikap dalam hubungan kemanusiaan.
Secara formal, guru adalah seorang "pemimpin" bagi segala kegiatan yang harus
dilakukan oleh murid-muridnya. Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan pembelajaran
banyak dipengaruhi oleh keterampilanketerampilan (skills), wawasan (vision), dan jiwa
(spirit) yang dimiliki oleh para guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Apabila
para guru memiliki ketiga kemampuan tadi dalam bidang kewirausahaan, sangat
dimungkinkan proses pembelajaran memiliki efektivitas yang tinggi.
Fungsi guru sebagai pemimpin pendidikan yang paling pokok adalah sebagai manajer
pembaharu pembelajaran melalui proses-proses transformasi budaya belajar dan bekerja.
Proses transformasi budaya tersebut hanya dapat berlangsung oleh orang-orang yang berjiwa
entrepreneur. Sebagai suatu lembaga pendidikan, sekolah merupakan unit organisasi formal
yang memiliki struktur organisasi tersendiri, dengan tata kerja dan personil khusus yang
terlibat di dalamnya. Guru merupakan pemimpin yang bertanggung jawab dalam pengaturan
dan pengelolaan segala aktivitas pembelajaran, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif.
Salah satu manfaat bagi anda dalam meningkatkan jiwa entrepreneur ialah dapat
membentuk citra anda sebagai guru yang kharismatis. Jiwa entrepreneur dapat ditularkan
melalui proses kepemimpinan transformasional, karena proses ini memfokuskan secara
khusus pada penciptaan dan pemeliharaan dari sebuah perubahan. Perubahan seperti itu
dibutuhkan ketika organisasi mengantisipasi ancaman baru atau sedang menghadapi
ancaman. Oleh karena itu, penanaman jiwa kewirausahaan sangat relevan dengan kondisi
bangsa yang sedang mengalami keterpurukkan di berbagai sektor.
Guru yang berjiwa entrepreneur juga mencoba untuk menciptakan hubungan istimewa
dengan masing-masing muridnya. Kepemimpinan entrepreneur mencoba untuk menyediakan
stimulasi intelektual dengan menantang orang-orang yang dipimpinnya untuk berpikir dalam
suatu cara yang benar-benar baru. Meskipun perilaku jelas merupakan hal yang penting,
kepemimpinan entrepreneur juga dapat dipandang sebagai sebuah proses, baik dalam
transaksional maupun tranformasional.
Dalam memulai usaha baru kita harus mempelajari situasi pasar maupun keadaan
industri yang akan dimasuki. Keadaan pasar tersebut mungkin telah dipenuhi oleh para
pesaing lainnya sehingga tidak mudah untuk dimasuki, mungkin juga pasar yang dituju
tersebut telah jenuh. Era orientasi produksi dan orientasi pemasaran tampaknya akan segera
berlalu memasuki era baru yaitu era persaingan (competition era). Untuk itu perlu sekali
menganalisis situasi kekuatan-kekuatan pesaing yang adadi pasar dengan cermat.
Seorang wirausaha yaitu orang yang melaksanakan proses penciptaan sesuatu yang
baru (kreatif), kesejahteraan/kekayaan dan nilai tambah melalui gagasan, memadukan sumber
daya (visi) dan aspek peluang. Wirausaha merupakan pelaku dari kewirausahaan, yaitu
orangorang yang memiliki kreativitas dan inovatif sehingga mampu menggali dan
menemukan peluang dan mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan nilai/laba. Kegiatan
menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut proses
kewirausahaan. Kegiatan wirausaha adalah menciptakan barang jasa baru, proses produksi
baru, organisasi (manajemen) baru, bahan baku baru, pasar baru. Hasilhasil dari kegiatan-
kegiatan wirausaha tersebut menciptakan nilai atau laba bagi perusahaan. Kemampuan
menciptakan nilai tersebut karena seseorang memiliki sifat-sifat kreatif dan inovatif.
Ciri dan watak kewirausahaan menurut Gooffrey G. Meredith adalah sebagai berikut:
1. Percaya diri, Percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Tidak ketergantungan, individualistis dan
selalu optimis.
2. Berorientasi pada tugas. Seorang wirasusahawan harus fokus pada tugas dan hasil. Apa
yang dilakukan wirausahawan merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Keberhasilan pencapaian tugas tersebut, sangat ditentukan pula oleh motivasi
berprestasi, berorientasi pada keuntungan, kerja keras, serta berinisiatif.
3. Berani mengambil resiko. Resiko usaha pasti ada, tidak ada jaminan suatu usaha akan
untung atau sukses terus-menerus. Oleh sebab itu, untuk memperkecil kegagalan usaha maka
seorang wirausahawan harus mengetahui peluang kegagalan (dimana sumber kegagalan dan
seberapa besar peluang terjadinya kegagalan). Dengan mengetahui sumber kegagalan, maka
kita dapat meminimalisir terjadinya resiko.
6. Berorentasi pada masa depan. Memiliki pandangan jauh ke depan, maka wirausahawan
akan terus berupaya untuk berkarya dengan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
dengan yang sudah ada saat ini. Pandangan ini menjadikan wirausahawan tidak cepat merasa
puas dengan hasil yang diperoleh saat ini sehingga terus mencari peluang. Kewirausahaan
dan Perdagang dalam pandangan islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan
kedalam masalah mu'amalah, yaitu masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat
horizontal antar manusia dan tetap akan di pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Manusia
diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta
diperintahkan untuk berusaha mencari rizki. Semangat kewirausahaan diantaranya terdapat
dalam QS. Hud:61, QS.Al-Mulk:15 dan QS.Al-Jumuh:10, dimana manusia diperintahkan
untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta diperintahkan
untuk berusaha mencari rizki. Semangat kewirausahaan terdapat dalam Al-Qur'an yang akan
diuraikan sebagai berikut, QS.Hud:61, yang artinya : "Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menjadikan kamu Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh.
shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). " QS.Al-
Mulk:15, yang artinya: "Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, mak
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan"
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan wirausaha. Banyak ditemukan ayat
atau hadits yang mendorong umat Islam untuk berwirausaha, misalnya keutamaan berdagang
seperti disebutkan dalam hadits yang artinya: "Perhatikan olehmu sekalian perdagangan,
sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada 9 dari 10 pintu rizki (HR. Ahmad). Kemudian
Pernah Nabi ditanya Oleh
para sahabat: "pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah ?"beliau menjawab "Seorang
bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih."(HR. Al Bazzar). Oleh
karena itu. "..apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia (rizki) Allah" (QS. al-Jumu'ah: 10).
Perjalanan bisnis Rosulullah selama bertahun-tahun memberikan hikmah tentang bagaimana
unsur-unsur manajemen usaha Rosulullah SAW. Bahkan dalam aktifitas penggembalaan
kambing yang dilakukan oleh Rosulullah terdapat nilai-nilai luhur yang terkandung yaitu:
pendidikan rohani, latihan merasakan kasih sayang kepada kaum lemah, serta kemampuan
mengendalikan pekerjaan berat dan besar. Antonio (2007) mengungkapkan hikmah dari
kegiatan menggembala kambing terhadap unsur-unsur manajemen adalah sebagai berikut:
Trim (2009) mengungkapkan bahwa kredibilitas dan kapabilitas Nabi Muhammad SAW
terdapat dalam empat karakter unggulnya, yaitu FAST (Fathonah, Amanah, Shiddiq dan
Tabligh) ditambah faktor I, yaitu Istiqomah. Sifat Fathonah (cerdas) dalam diri Nabi
Muhammad SAW dituliskan oleh Roziah Sidik, seorang penulis asal Malaysia menyebutkan
bahwa Rosulullah adalah seorang jenius dengan bukti kepakaran sebagai Sifat amanah
(komitmen) tercermin dalam sikap Rosulullah yang senantiasa menggunakan akad,
kesepakatan atau perjanjian bisnis dengan sistem kesepakatan bersama. Seseorang dianggap
melalaikan komitmen apabila tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama.
Rosulullah SAW bersabda : "Allah Azza wa jalla berfirman: "Aku adalah pihak ketiga dari
kedua belah pihak yang berserikat selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
temannya Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianati temannya, Aku terlepas dari
keduanya." (HR Abu Dawud). Sifat Shiddiq (benar dan jujur) dapat tercermin dari beberapa
sikap Rosulullah. Pertama, Rosulullah bersikap baik dan jujur kepada perusahaan atau
pemegang saham. Terbukti, setelah membantu bisnis pamannya, Rosulullah mampu
mengelola bisnis Khadijah ra dengan baik. Kedua, Rosulullah bersikap baik dan jujur kepada
pegawai. Rosulullah pernah menasehati untuk membayar upah seorang pegawai sebelum
keringatnya kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak boleh menunda-nunda
hak seorang pegawai apabila perusahaan sedang tidak mengalami kesulitan untuk membayar
gaji tersebut. Sifat Tabligh (Komunikatif). Sifat Rosulullah untuk senantiasa bersikap tabligh
sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 9 yaitu : olch karena itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar". Terakhir adalah sifat Istiqomah (keteguhan hati yang konsisten).
Rosulullah senantiasa istiqomah dalam menjalankan nilai nilai bisnis Islam (FAST) untuk
dapat menjaga kepercayaan bisnis dari orang lain
Entrepreneur dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan bagi sebagian besar
pelaku bisnis. Entrepreneur telah dianggap memiliki kemampuan untuk mandiri dan berhasil,
dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain. Dengan berentrepreneur, tidak saja
memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka
inginkan, namun di samping itu juga, berentrepreneur akan mendapatkan kebebasan
keuangan dan waktu yang cukup untuk melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai
bersama teman teman dan keluarganya.
Memang, memulai bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Tidak sedikit orang yang
tidak kunjung melangkah karena begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab, bahkan
keraguan sehingga membuat banyak orang menghabiskan waktu untuk merenung tanpa
melakukan apa-apa. Banyak pula orang yang tidak segera memulai bisnis, meski sudah
mekualitasskan untuk menjadi pengusaha, karena selalu dibayang-bayangi oleh ketakutan:
takut gagal dan hanya membayangkan kemudahan saja. Sebenarnya, di dalam dunia bisnis,
kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang sudah lumrah. Masalahnya apakah mereka
sanggup mengatasi kegagalan untuk bangkit kembali mengejar keberhasilan. Itulah
sebetulnya tantangan para entrepreneur dalam dinia bisnis.
Mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? adalah pada etos
bisnis, yaitu keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai nilai penting dari bisnis yang
ditekuninya. Seseorang dengan keyakinan bahwa bisnisnya itu bermakna penuh bagi
hidupnya, maka ia akan berjuang lebih keras untuk berhasil. Berbeda dengan seseorang yang
menganggap bisnisnya sebagai alternatif mencari uang, bila menemui kesulitan, akan dengan
cepat meninggalkannya untuk mencari alternatif baru yang diharapkan lebih mudah."
Malcolm Tight, dalam bukunya Key Concept in Adult Education and Training 2nd
Edition, menyatakan bahwa pelatihan lebih diasosiasikan pada mempersiapkan seseorang
dalam melaksanakan suatu peran atau tugas, biasanya dalam dunia kerja. Namun demikian,
pelatihan bisa juga dilihat sebagai elemen khusus atau keluaran dari suatu proses pendidikan
yang lebih umum. Peter mengemukakan: "konsep pelatihan bisa diterapkan ketika; ada
sejumlah jenis keterampilan yang harus dikuasai. latihan diperlukan untuk menguasai
keterampilan tersebut
Definisi di atas memberikan penekanan pada "penguasaan' tugas atau peran, dan pada
kebutuhan untuk melakukan pengulangan latihan hingga bisa melakukannya sendiri, dan juga
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan relatif spontan dan tanpa dimotivasi
pengetahuan dan pemahaman."
Definisi yang kedua ini menambahkan informasi tentang fungsi pelatihan pada
definisi pertama, sehingga lebih memperjelas bahwa pelatihan setidaknya terkait dengan
perilaku dalam menghadapi tugas. Yang perlu dipertanyakan apakah hal ini bisa efektif
dilakukan tanpa mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan, jika pelatih
hanya membangun konsep dan perilaku peserta pelatihan. Namun definisi kedua ini
mempersempit lokasi pelatihan, karena hanya terfokus pada pelatihan yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Definisi ketiga berikut ini yang dikemukakan oleh Dearden (1984) lebih memperjelas
keluasan lingkup istilah pelatihan. Menurutnya, pelatihan pada dasarnya meliputi proses
belajar mengajar dan latihan yang bertu-juan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu,
atau efisiensi kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta diharapkan mampu merespon dengan
tepat dan sesuai situasi tertentu. Seringkali pelatihan dimaksudkan untuk memper-baiki
kinerja yang langsung berhubungan dengan situasinya.
pelajaran di ruang kelas dititik-beratkan pada diskusi dalam kelompok kecil daripada
ceramah. Penyelenggaraan pelatihan hendaknya dilakukan secara sistematis dan
berkesi-nambungan.
1. Mengidentifikasi Kebutuhan
2. Mengklarifikasi Sasaran
3. Mempertimbangkan Peserta
4. Mengembangkan Garis Besar Sesi Pelatihan
5. Memilih Metode & Media
6. Mengujicoba Sesi Pelatihan
7. Melaksanakan Pelatihan
8. Melakukan Tindak Lanjut
9. Mengevaluasi Hasil
10. Menyiapkan Panduan Pemimpin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, proses tersebut kadang mengalami sukses dan
gagal. Namun seorang entrepreneur selalu berusaha memperbaiki kesalahannya. Jadi, jangan
heran kalau orang tua kita atau guru-guru kita selalu mengatakan bahwa "kegagalan itu
adalah sukses yang tertunda", "Belajarlah dari kesalahan", atau "Hanya keledai lah yang
terperosok dua kali".
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Nasrullah. (2006), Wirausaha dan Usaha Kecil, Jakarta; Modul PTKPNF Depdiknas.
Anoraga, P., dan Soegiastuti, J. (1996), Pengantar Bisnis Modern; Kajian Dasar
Manajemen Perusahaan, Jakarta: Pustaka Jaya Drucker, Peter.F. 1986. Innovation and
Etrepreneurship. London: Heinemann. Edisi Indonesia. Jakarta: Gramedia.