Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP KEWIRAUSAHAAN

Dianjukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Islam

yang diampuh oleh:

H.M.Irfan Djazoeli,SH.MM

Disusun Oeh:

Shella Gita ( 210221074 )

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

Kampus 1 : Jl Tuparev No 70 Cirebon

Kampus 2 : Jl Fatahillah – Watubelah – Sumber – Cirebon


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis
sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah mengenai “Konsep Kewirausahaan” sebagai tugas mata kuliah
Pancasila. Di dalam makalah ini, penulis menjelaskan mengenai dasar kewirausahaan,maksud
dan tujuan kewirausahaan,langka-langkah menjadi wirausaha,bagaimana berfikir dan
bertindak kreatif serta inovatif. kata. Tidak lupa pula penulis berterima kasih kepada semua
pihak yang terlibat membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam pembelajaran Pengantar Ilmu
Hukum secara baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran banyak-banyaknya dari para pembaca. Terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...............................................................................................3

C. Tujuan..................................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

A. pengertian dasar tentang kewirausahaan.............................................................4

B. Bagaimana maksud dan tujuan kewirausahaan ..................................................5

C. langkah-langkah menjadi wirausaha ..................................................................6

D. Membangun Mental dan Jiwa Wirausahawan Muslim.......................................7

E. cara menangkap peluang bisnis ........................................................................10

F. Pendidikan dan pelatihan menjadi wirausaha...................................................11

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak ada bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain tanpa kemajuan ekonomi.
Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan, yang kuat dari warga
bangsanya, China baik dijadikan contoh konkret dan paling dekat. Setelah menggelar pesta
akbar Olimpiade 2008 yang mencengangkan banyak orang beberapa waktu lalu, mereka
kembali membuat dunia berdecak dengan kesuksesan astronotnya berjalan-jalan di angkasa
luar. Dan kini, dunia menantikan China turun tangan membantu mengatasi krisis keuangan
global. Tanpa kemajuan ekonomi, tentu semua itu tak mungkin dilakukan China. Korea
Selatan, dan India semakin berjaya mengibarkan produk produknya sebagai bendera
nasionalnya di pentas global. Bisnis korporasi multinasional terus menggurita di tanah air,
sementara pengusaha dan korporasi nasional belum juga memiliki satu pun produk bermerek
global, kecuali terkenal sebatas pemasok komoditas primer bernilai tambah rendah

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dasar tentang kewirausahaan ?


2. Bagaimana maksud dan tujuan kewirausahaan ?
3. Bagaimana langkah-langkah menjadi wirausaha ?
4. Bagaimana Membangun Mental dan Jiwa Wirausahawan Muslim?
5. Bagaimana cara menangkap peluang bisni?
6. Pendidikan dan pelatihan menjadi wirausaha?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dasar tentang kewirausahaan


2. Untuk mengetahui maksud dan tujuan kewirausahaan
3. Untuk mengetahui langkah-langkah menjadi wirausah
4. Untuk mengetahui berfikir dan bertindak kreatif dan inovati
5. Untuk mengetahui cara menangkap peluan bisnis
6. Untuk mengetahui pendidikan dan pelatihan menjadi wirausaha
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar Tentang Kewirausahaan

Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur (bahasa Perancis),


yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between, yaitu
orang yang berani bertindak mengambil peluang. Kasmir dalam bukunya mendefinisikan
wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun
dalam kondisi tidak pasti.

Kewirausahaan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dari
perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan
berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menururt Thomas W.
Zimmerer (1996),kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.

Menurut Robert D. Hisrich et al. kewirausahaan adalah suatu proses dinamis atas
penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil
resiko utama dengan syarat-syarat yang wajar, waktu dan atau komitmen karier atau
penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin
baru atau unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan dengan
penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber-sumber daya.!

Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1 995: "Kewirausahaan adalah semangat,


sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang
mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar."

Hakikat kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia
nyata secara kreatif (create new & different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan
bertindak melakukan sesuatu yang baru (keinovasian) guna menciptakan nilai tambah (value
added) agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan
masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilembagakan agar kelak dapat
tetap berjalan dengan efektif di tangan orang lain.

B. Maksud dan Tujuan Kewirausahaaan

Dalam wacana teoritis, jiwa kewirausahaan tersebut akan mempengaruhi perilaku


orang lain, sebab kepemimpinan guru merupakan fenomenanya dalam mempengaruhi murid.
Perilaku kepemimpinan yang berkualitas bagi guru ditunjukkan dengan deskripsi
karakteristik pribadi guru yang memiliki:

1. kematangan sosial,
2. kecerdasan,
3. kebutuhan untuk berprestasi dan
4. sikap dalam hubungan kemanusiaan.

Wujud dari perilakuperilaku tersebut pada kenyataannya cenderung membentuk


karakteristik kepribadian yang khas atau perilaku dominan yang diperlihatkan dalam konteks
interaksi dengan para muridnya. Kecenderungan perilaku tersebut menjadi prototype perilaku
yang sering disebut gaya kepemimpinan guru.

Secara formal, guru adalah seorang "pemimpin" bagi segala kegiatan yang harus
dilakukan oleh murid-muridnya. Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan pembelajaran
banyak dipengaruhi oleh keterampilanketerampilan (skills), wawasan (vision), dan jiwa
(spirit) yang dimiliki oleh para guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Apabila
para guru memiliki ketiga kemampuan tadi dalam bidang kewirausahaan, sangat
dimungkinkan proses pembelajaran memiliki efektivitas yang tinggi.

Fungsi guru sebagai pemimpin pendidikan yang paling pokok adalah sebagai manajer
pembaharu pembelajaran melalui proses-proses transformasi budaya belajar dan bekerja.
Proses transformasi budaya tersebut hanya dapat berlangsung oleh orang-orang yang berjiwa
entrepreneur. Sebagai suatu lembaga pendidikan, sekolah merupakan unit organisasi formal
yang memiliki struktur organisasi tersendiri, dengan tata kerja dan personil khusus yang
terlibat di dalamnya. Guru merupakan pemimpin yang bertanggung jawab dalam pengaturan
dan pengelolaan segala aktivitas pembelajaran, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif.

Salah satu manfaat bagi anda dalam meningkatkan jiwa entrepreneur ialah dapat
membentuk citra anda sebagai guru yang kharismatis. Jiwa entrepreneur dapat ditularkan
melalui proses kepemimpinan transformasional, karena proses ini memfokuskan secara
khusus pada penciptaan dan pemeliharaan dari sebuah perubahan. Perubahan seperti itu
dibutuhkan ketika organisasi mengantisipasi ancaman baru atau sedang menghadapi
ancaman. Oleh karena itu, penanaman jiwa kewirausahaan sangat relevan dengan kondisi
bangsa yang sedang mengalami keterpurukkan di berbagai sektor.

Guru yang berjiwa entrepreneur juga mencoba untuk menciptakan hubungan istimewa
dengan masing-masing muridnya. Kepemimpinan entrepreneur mencoba untuk menyediakan
stimulasi intelektual dengan menantang orang-orang yang dipimpinnya untuk berpikir dalam
suatu cara yang benar-benar baru. Meskipun perilaku jelas merupakan hal yang penting,
kepemimpinan entrepreneur juga dapat dipandang sebagai sebuah proses, baik dalam
transaksional maupun tranformasional.

C. Langkah-Langkah Menjadi Wirausaha

Scorang wirausahawan harus mempunyai rencana yang matang mengenai


perencanaan nya. Rencana tersebut mencakup;Business apa yang dimiliki, Memulai sendiri
tau membeli suatu perusahaan yang ada;mengetahui apa dan dimana pasar untuk produk atau
servisnya. Memulai suatu tidaklah mudah karena banyak tantangan-tantangan yang harus
dihadapi. Untuk suksesnya suatu permulaan kita memerlukan:

a) Adanya peluang usaha yang sangat solid


b) Memiliki keahlian dan kemampuan dalam bidang yang akan ditekuninya.
c) Pendekatan yang benar dalam menjalankan usaha, dan
d) Memiliki dana yang cukup untuk memulai dan mengoperasikan usaha tersebut
hingga dapat berdiri sendiri.

Dalam memulai usaha baru kita harus mempelajari situasi pasar maupun keadaan
industri yang akan dimasuki. Keadaan pasar tersebut mungkin telah dipenuhi oleh para
pesaing lainnya sehingga tidak mudah untuk dimasuki, mungkin juga pasar yang dituju
tersebut telah jenuh. Era orientasi produksi dan orientasi pemasaran tampaknya akan segera
berlalu memasuki era baru yaitu era persaingan (competition era). Untuk itu perlu sekali
menganalisis situasi kekuatan-kekuatan pesaing yang adadi pasar dengan cermat.

D. Membangun Mental dan Jiwa Wirausahawan Muslim

Seorang wirausaha yaitu orang yang melaksanakan proses penciptaan sesuatu yang
baru (kreatif), kesejahteraan/kekayaan dan nilai tambah melalui gagasan, memadukan sumber
daya (visi) dan aspek peluang. Wirausaha merupakan pelaku dari kewirausahaan, yaitu
orangorang yang memiliki kreativitas dan inovatif sehingga mampu menggali dan
menemukan peluang dan mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan nilai/laba. Kegiatan
menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut proses
kewirausahaan. Kegiatan wirausaha adalah menciptakan barang jasa baru, proses produksi
baru, organisasi (manajemen) baru, bahan baku baru, pasar baru. Hasilhasil dari kegiatan-
kegiatan wirausaha tersebut menciptakan nilai atau laba bagi perusahaan. Kemampuan
menciptakan nilai tersebut karena seseorang memiliki sifat-sifat kreatif dan inovatif.

Ciri dan watak kewirausahaan menurut Gooffrey G. Meredith adalah sebagai berikut:

1. Percaya diri, Percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Tidak ketergantungan, individualistis dan
selalu optimis.

2. Berorientasi pada tugas. Seorang wirasusahawan harus fokus pada tugas dan hasil. Apa
yang dilakukan wirausahawan merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Keberhasilan pencapaian tugas tersebut, sangat ditentukan pula oleh motivasi
berprestasi, berorientasi pada keuntungan, kerja keras, serta berinisiatif.

3. Berani mengambil resiko. Resiko usaha pasti ada, tidak ada jaminan suatu usaha akan
untung atau sukses terus-menerus. Oleh sebab itu, untuk memperkecil kegagalan usaha maka
seorang wirausahawan harus mengetahui peluang kegagalan (dimana sumber kegagalan dan
seberapa besar peluang terjadinya kegagalan). Dengan mengetahui sumber kegagalan, maka
kita dapat meminimalisir terjadinya resiko.

4. Wirausahawan yang berhasil ditentukan oleh kemampuan dalam memimpin. Memberikan


suri tauladan, berfikir positif, dan memiliki kecakapan untuk bergaul merupakan hal-hal yang
sangat diperlukan dalam berwirausaha. 5. Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri
seseorang. Keorisinilan atau keunikan dari suatu barang atau jasa merupakan hasil inovasi
dan kreativitas yang ditetapkan, mereka harus bertindak dengan cara yang baru. Intinya
kewirausahaan harus mampu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

6. Berorentasi pada masa depan. Memiliki pandangan jauh ke depan, maka wirausahawan
akan terus berupaya untuk berkarya dengan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
dengan yang sudah ada saat ini. Pandangan ini menjadikan wirausahawan tidak cepat merasa
puas dengan hasil yang diperoleh saat ini sehingga terus mencari peluang. Kewirausahaan
dan Perdagang dalam pandangan islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan
kedalam masalah mu'amalah, yaitu masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat
horizontal antar manusia dan tetap akan di pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Manusia
diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta
diperintahkan untuk berusaha mencari rizki. Semangat kewirausahaan diantaranya terdapat
dalam QS. Hud:61, QS.Al-Mulk:15 dan QS.Al-Jumuh:10, dimana manusia diperintahkan
untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta diperintahkan
untuk berusaha mencari rizki. Semangat kewirausahaan terdapat dalam Al-Qur'an yang akan
diuraikan sebagai berikut, QS.Hud:61, yang artinya : "Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menjadikan kamu Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh.
shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). " QS.Al-
Mulk:15, yang artinya: "Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, mak
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan"

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan wirausaha. Banyak ditemukan ayat
atau hadits yang mendorong umat Islam untuk berwirausaha, misalnya keutamaan berdagang
seperti disebutkan dalam hadits yang artinya: "Perhatikan olehmu sekalian perdagangan,
sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada 9 dari 10 pintu rizki (HR. Ahmad). Kemudian
Pernah Nabi ditanya Oleh

para sahabat: "pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah ?"beliau menjawab "Seorang
bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih."(HR. Al Bazzar). Oleh
karena itu. "..apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia (rizki) Allah" (QS. al-Jumu'ah: 10).
Perjalanan bisnis Rosulullah selama bertahun-tahun memberikan hikmah tentang bagaimana
unsur-unsur manajemen usaha Rosulullah SAW. Bahkan dalam aktifitas penggembalaan
kambing yang dilakukan oleh Rosulullah terdapat nilai-nilai luhur yang terkandung yaitu:
pendidikan rohani, latihan merasakan kasih sayang kepada kaum lemah, serta kemampuan
mengendalikan pekerjaan berat dan besar. Antonio (2007) mengungkapkan hikmah dari
kegiatan menggembala kambing terhadap unsur-unsur manajemen adalah sebagai berikut:

1. Pathfinding (mencari) Mencari padang gembalaan yang subur,


2. Directing (mengarahkan) Mencari padang gembalaan yang subur,
3. Controlling (mengawasi) kambing Agar tidak tersesat atau terpisah dari kelompok,
4. Protecting (melindungi) kambing gembalaan Dari hewan pemangsa dan pencuri,
5. Reflecting (perenungan) Alam, manusia dan Tuhan

Trim (2009) mengungkapkan bahwa kredibilitas dan kapabilitas Nabi Muhammad SAW
terdapat dalam empat karakter unggulnya, yaitu FAST (Fathonah, Amanah, Shiddiq dan
Tabligh) ditambah faktor I, yaitu Istiqomah. Sifat Fathonah (cerdas) dalam diri Nabi
Muhammad SAW dituliskan oleh Roziah Sidik, seorang penulis asal Malaysia menyebutkan
bahwa Rosulullah adalah seorang jenius dengan bukti kepakaran sebagai Sifat amanah
(komitmen) tercermin dalam sikap Rosulullah yang senantiasa menggunakan akad,
kesepakatan atau perjanjian bisnis dengan sistem kesepakatan bersama. Seseorang dianggap
melalaikan komitmen apabila tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama.
Rosulullah SAW bersabda : "Allah Azza wa jalla berfirman: "Aku adalah pihak ketiga dari
kedua belah pihak yang berserikat selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
temannya Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianati temannya, Aku terlepas dari
keduanya." (HR Abu Dawud). Sifat Shiddiq (benar dan jujur) dapat tercermin dari beberapa
sikap Rosulullah. Pertama, Rosulullah bersikap baik dan jujur kepada perusahaan atau
pemegang saham. Terbukti, setelah membantu bisnis pamannya, Rosulullah mampu
mengelola bisnis Khadijah ra dengan baik. Kedua, Rosulullah bersikap baik dan jujur kepada
pegawai. Rosulullah pernah menasehati untuk membayar upah seorang pegawai sebelum
keringatnya kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak boleh menunda-nunda
hak seorang pegawai apabila perusahaan sedang tidak mengalami kesulitan untuk membayar
gaji tersebut. Sifat Tabligh (Komunikatif). Sifat Rosulullah untuk senantiasa bersikap tabligh
sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 9 yaitu : olch karena itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar". Terakhir adalah sifat Istiqomah (keteguhan hati yang konsisten).
Rosulullah senantiasa istiqomah dalam menjalankan nilai nilai bisnis Islam (FAST) untuk
dapat menjaga kepercayaan bisnis dari orang lain

E. Bagaimana Cara Menangkap Peluang Bisnis

Entrepreneur dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan bagi sebagian besar
pelaku bisnis. Entrepreneur telah dianggap memiliki kemampuan untuk mandiri dan berhasil,
dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain. Dengan berentrepreneur, tidak saja
memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka
inginkan, namun di samping itu juga, berentrepreneur akan mendapatkan kebebasan
keuangan dan waktu yang cukup untuk melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai
bersama teman teman dan keluarganya.

Memang, memulai bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Tidak sedikit orang yang
tidak kunjung melangkah karena begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab, bahkan
keraguan sehingga membuat banyak orang menghabiskan waktu untuk merenung tanpa
melakukan apa-apa. Banyak pula orang yang tidak segera memulai bisnis, meski sudah
mekualitasskan untuk menjadi pengusaha, karena selalu dibayang-bayangi oleh ketakutan:
takut gagal dan hanya membayangkan kemudahan saja. Sebenarnya, di dalam dunia bisnis,
kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang sudah lumrah. Masalahnya apakah mereka
sanggup mengatasi kegagalan untuk bangkit kembali mengejar keberhasilan. Itulah
sebetulnya tantangan para entrepreneur dalam dinia bisnis.

Mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? adalah pada etos
bisnis, yaitu keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai nilai penting dari bisnis yang
ditekuninya. Seseorang dengan keyakinan bahwa bisnisnya itu bermakna penuh bagi
hidupnya, maka ia akan berjuang lebih keras untuk berhasil. Berbeda dengan seseorang yang
menganggap bisnisnya sebagai alternatif mencari uang, bila menemui kesulitan, akan dengan
cepat meninggalkannya untuk mencari alternatif baru yang diharapkan lebih mudah."

Ada karakter-karakter yang paling dibutuhkan untuk mendukung munculnya seorang


wirausaha yang berpeluang sukses dan mampu menangkap peluang bisnis dengan tepat,
yaitu:

a) Daya gerak (drive), seperti inisitaif, semangat, tanggung-jawab, ketekunan dan


kesehatan.
b) Kemampuan berpikir (thinking ability), seperti gagasan asli, kreatif, kritis dan analitis.
c) Kemampuan membina relasi (competency in human relation), seperti mudah bergaul
(sociability), mempunyai tingkat emosi yang stabil (EQ tinggi), ramah, suka
membantu (cheer fullness), kerja sama, penuh pertimbangan (consideration), dan
bijaksana (tactfulness).
d) Mampu menyampaikan gagasannya (communication skills), seperti terbuka dan dapat
menyampaikan pesan secara lisan (bicara) atau tulisan (memo).
e) Keahlian khusus (technical knowledge), seperti menguasai proses produksi atau
pelayanan yang dibidanginya, dan tahu dari mana mendapatkan informasi yang
diperlukan.

F. Pendidikan dan Pelatihan Menjadi Wirausaha

Malcolm Tight, dalam bukunya Key Concept in Adult Education and Training 2nd
Edition, menyatakan bahwa pelatihan lebih diasosiasikan pada mempersiapkan seseorang
dalam melaksanakan suatu peran atau tugas, biasanya dalam dunia kerja. Namun demikian,
pelatihan bisa juga dilihat sebagai elemen khusus atau keluaran dari suatu proses pendidikan
yang lebih umum. Peter mengemukakan: "konsep pelatihan bisa diterapkan ketika; ada
sejumlah jenis keterampilan yang harus dikuasai. latihan diperlukan untuk menguasai
keterampilan tersebut

 hanya diperlukan sedikit penekanan pada teori".

Definisi di atas memberikan penekanan pada "penguasaan' tugas atau peran, dan pada
kebutuhan untuk melakukan pengulangan latihan hingga bisa melakukannya sendiri, dan juga
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan relatif spontan dan tanpa dimotivasi
pengetahuan dan pemahaman."

Definisi lainnya menekankan pada tempat dilaksanakannya, seperti yang diungkapkan


oleh Goldstein and Gressner (1988), dimana pelatihan sebagai usaha sistematis untuk
menguasai keterampilan, peraturan, konsep, atau pun cara berperilaku yang berdampak pada
peningkatan kinerja. Misalnya, untuk pelatihan suatu jabatan kerja, setting pelatihan
diusahakan semirip mungkin dengan lingkungan kerja yang sebenarnya. Contoh lainnya,
pelatihan juga bisa dilakukan di tempat yang sangat berbeda dengan lingkungan kerja yang
sebenarnya, misalnya di ruang kelas.

Definisi yang kedua ini menambahkan informasi tentang fungsi pelatihan pada
definisi pertama, sehingga lebih memperjelas bahwa pelatihan setidaknya terkait dengan
perilaku dalam menghadapi tugas. Yang perlu dipertanyakan apakah hal ini bisa efektif
dilakukan tanpa mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan, jika pelatih
hanya membangun konsep dan perilaku peserta pelatihan. Namun definisi kedua ini
mempersempit lokasi pelatihan, karena hanya terfokus pada pelatihan yang berhubungan
dengan pekerjaan.

Definisi ketiga berikut ini yang dikemukakan oleh Dearden (1984) lebih memperjelas
keluasan lingkup istilah pelatihan. Menurutnya, pelatihan pada dasarnya meliputi proses
belajar mengajar dan latihan yang bertu-juan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu,
atau efisiensi kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta diharapkan mampu merespon dengan
tepat dan sesuai situasi tertentu. Seringkali pelatihan dimaksudkan untuk memper-baiki
kinerja yang langsung berhubungan dengan situasinya.

Dearden lebih memilih menggunakan konsep kompetensi (competences)


dibandingkan kinerja (performance). Dia memba-tasi konsep tersebut dengan tujuan
mempersiapkan peserta untuk bertindak berdasarkan situasi-situasi yang biasanya terjadi,
serta menerapkannya pada saat melakukan tanggung jawab pekerjaan, baik beban kerja yang
lebih kompleks maupun yang lebih sederhana.

Sebagai suatu pendekatan pembangunan di bidang pendi-dikan, pelatihan memiliki


ciri-ciri yang khas, antara lain seperti yang diungkapkan oleh Philips H. Coombs dan
Manzoer Ahmed, melalui karyanya "Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui
Pendidikan Nonformal". Mereka menyatakan bahwa ciri khas pelatihan sebagai suatu
pendekatan pembangunan adalah sebagai berikut: diusahakan sedapat mungkin untuk
menyesu-aikan bahan pengajaran dengan pola budidaya dan keadaan lingkungan di kampung
halaman peserta; seluruh kursus diselenggarakan sesuai dengan suatu siklus penuh untuk budi
daya bersangkutan bagian terbanyak dari masa pelajaran untuk kerja praktik;

 pelajaran di ruang kelas dititik-beratkan pada diskusi dalam kelompok kecil daripada
ceramah. Penyelenggaraan pelatihan hendaknya dilakukan secara sistematis dan
berkesi-nambungan.

10 langkah efektif menyelenggarakan pelatihan, seperti diuraikan di bawah ini.


Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, yaitu mendeteksi permasalahan yang dihadapi saat ini
dan tuntutan masa yang akan datang, khususnya yang dapat diatasi dengan
menyelenggarakan pelatihan. Mengklarifikasi sasaran pelatihan, yaitu mengkaji kemampuan
yang diharapkan dimiliki oleh peserta setelah mengikuti program. Mempertimbangkan
peserta/kelompok sasaran dengan mencoba memahami dan mengidentifikasi kesenjangan
calon peserta agar rancangan pelatihan dapat menutup kesenjangan tersebut.
Mengembangkan garis besar program pelatihan, yaitu rencana induk yang disusun secara
hierarkis dan sekuensial. Memilih metode dan media, yaitu strategi dan perangkat
pembelajaran yang aplikatif atau mudah digunakan dan efektif dalam menghantarkan pesan
pembelajaran. Menyiapkan panduan bagi pemimpin yang meliputi rencana sesi, handouts dan
story-board. Melakukan ujicoba sesi pelatihan, yaitu menerapkan rancangan pada target yang
terbatas untuk mendeteksi sedini mungkin hal-hal yang menyebabkan kegagalan pelatihan,
misalnya ketepatan waktu, penafsiran yang berbeda, dan lain-lain." Melaksanakan sesi
pelatihan, dengan tetap melakukan pemantauan untuk dapat mende-teksi apakah pelaksanaan
kegiatan merujuk pada rencana yang telah disusun atau tidak. Melakukan tindak lanjut
pelatihan, agar hasil pelatihan dapat diimplementasikan oleh peserta sekembalinyake tempat
kerja. Mengevaluasi hasil, yaitu mengukur dan menilai apakah setiap tahapan program
menggunakan biaya sesuai dengan kebutuhan? Apakah terjadi perubahan kinerja ke arah
yang positif?, Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh?
Alur pelaksanaan sepuluh tahapan penyelenggaraan pelatihan di atas, dapat dilihat pada
bagan berikut ini.

1. Mengidentifikasi Kebutuhan
2. Mengklarifikasi Sasaran
3. Mempertimbangkan Peserta
4. Mengembangkan Garis Besar Sesi Pelatihan
5. Memilih Metode & Media
6. Mengujicoba Sesi Pelatihan
7. Melaksanakan Pelatihan
8. Melakukan Tindak Lanjut
9. Mengevaluasi Hasil
10. Menyiapkan Panduan Pemimpin
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seorang entrepreneur akan mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi


keuntungan dan dengan demikian mereka mengetahui apa yang mungkin atau tidak mungkin
mereka lakukan. Jadi artinya seorang entrepreneur itu harus selalu mengetahui pengetahuan
(atau informasi) baru (dimana orang banyak belum mengetahuinya). Dan pengetahuan atau
informasi baru tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Bukankah dengan
inovasi juga kita bisa mendapatkan pengetahuan, informasi, bahkan teknologi baru?

Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, proses tersebut kadang mengalami sukses dan
gagal. Namun seorang entrepreneur selalu berusaha memperbaiki kesalahannya. Jadi, jangan
heran kalau orang tua kita atau guru-guru kita selalu mengatakan bahwa "kegagalan itu
adalah sukses yang tertunda", "Belajarlah dari kesalahan", atau "Hanya keledai lah yang
terperosok dua kali".
DAFTAR PUSTAKA

Mutis, T. (1995), Kewirausahaan yang Berproses, Jakarta: Grasindo

Yusuf, Nasrullah. (2006), Wirausaha dan Usaha Kecil, Jakarta; Modul PTKPNF Depdiknas.

Anoraga, P., dan Soegiastuti, J. (1996), Pengantar Bisnis Modern; Kajian Dasar

Manajemen Perusahaan, Jakarta: Pustaka Jaya Drucker, Peter.F. 1986. Innovation and
Etrepreneurship. London: Heinemann. Edisi Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai