Anda di halaman 1dari 45

Mata Kuliah : Kewirausahaan

Dosen : Dr. Muhlis Ruslan, SE, M.Si.

SUMMARY

Pertemuan 1 – 7

Nama : A.Baso Muda Putrawansa

Nim : 16TKM088

Kelas : IIA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas perlindungan dan bimbingan Kasih-Nya, sehingga pembuatan makalah

tentang “Kewirausahaan “ dapat terselesaikan dengan baik, penuh dengan campur

tangan Allah SWT.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah

Kewirausahaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun saat pembuatan

makalah ini, penulis menyadari masih banyak masalah dan kendala yang penulis

hadapi. Sehingga pada kesempatan ini penulis mengungkapkan terima kasih yang

tak terhingga kepada Bapak Dr. Muhlis Ruslan, SE, M.Si, selaku dosen

pembimbing mata kuliah Kewirausahaan, dan semua pihak yang turut membantu,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dan tak lepas dari

keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu, penulis tetap

menerima kritik dan saran dari berbagai pihak, guna kesempurnaan makalah ini.

Semoga bermanfaat bagi penulis kedepannya dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan.

Makassar, April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

2.1 Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow ..............................................................

2.2 Karakteristik Wirausaha ..................................................................................

2.3 Kepribadian Wirausaha ...................................................................................

2.4 Motif berprestai Wirausaha .............................................................................

2.5 Hambatan Untuk Menjadi Wirausaha .............................................................

2.6 Sifat yang harus Wirausaha .............................................................................

2.7 Kelemahan Wirausaha Indonesia ....................................................................

2.8 Faktor Pendukung Wirausaha .........................................................................

2.9 Ciri Ciri Wirausaha Tangguh ..........................................................................

2.10 Syarat Syarat Wirausaha Sukses ..................................................................

2.11 Unsur Unsur Kewirausahaan ........................................................................

3
BAB III PENUTUP ..................................................................................................

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................

3.2 Saran ................................................................................................................

Daftar Pustaka ..........................................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), suatu negara mampu

untuk berkembang secara mandiri apabila jumlah wirausahawan di negara

tersebut minimal 2 persen dari total jumlah penduduk. Saat ini, jumlah

wirausahawan di Indonesia hanya sebesar 0,24 persen dari jumlah

penduduk Indonesia sebesar 238 juta jiwa. Jumlah tersebut lebih rendah

jika dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara luaryang

tingkat perekonomiannya lebih tinggi, seperti Amerika Serikat yang

memiliki wirausaha sejumlah 4 persen dari total penduduknya, Singapura

yang jumlah wirausahanya sebesar 7 persen dari jumlah penduduknya, dan

Malaysia yang jumlah wirausahanya mencapai 5 persen dari jumlah

penduduknya.

Berbagai strategi diterapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan

jumlah wirausahawan di Indonesia, salah satunya ialah dengan

memasukkan mata kuliah Kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikan,

khususnya pendidikan vokasi Politeknik ATI makassar yang merupakan

salah satu institusi pendidikan tinggi dan teknik lanjutan serta penelitian

ilmiah atau pendidikan vokasi profesional spesialiasi dalam bidang ilmu

pengetahuan, teknik, dan teknologi atau jurusan-jurusan teknis yang

berbeda jenis yang menerapkan mata kuliah Kewirausahaan sebagai salah

satu mata kuliah yang diajarkan mahasiswa.

5
Adanya mata kuliah Kewirausahaan dimaksudkan untuk

menambah wawasan mahasiswa terhadap dunia kewirausahaan serta

memotivasi mereka untuk ikut terlibat langsung dalam dunia wirausaha

sebagai wirausahawan muda yang tangguh, sehingga mereka dapat ikut

berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Adanya mata kuliah Kewirausahaan yang diterapkan di Politeknik

ATI Makassar, Khususnya Teknik Kimia Mineral mampu memotivasi dan

memberi bekal yang cukup bagi mahasiswa untuk mulai berwirausaha,

namun mata kuliah ini juga dipandang sebelah mata oleh sebagian

mahasiswa dikarenakan mudah untuk memperoleh nilai yang baik tanpa

perlu menerapkannya secara langsung.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah Kewirausahaan ini adalah

sebagai berikut:

Dalam kegiatan belajar mengajar mata kuliah Kewirausahaan,

penyusunan makalah ini untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester

Kewirausahaan. Selain itu, Untuk lebih memahami tentang hal yang

berkaitan Kewirausahaan dan Entrepreneur serta Mengetahui sejauh mana

pengaruh diberikannya mata kuliah Kewirausahaan dalam meningkatkan

minat mahasiswa dalam berwirausaha.

6
1.4 Manfaat Penulisan

Bagi penulis dan pembaca, makalah ini sebagai sarana menambah

pengetahuan dan wawasan mengenai kewirausahaan dan dasar dasar yang

harus dimiliki untuk menjadi entrepreneur, selain dari literatur lain.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hiraki Kebutuhan Menurut Maslow

Abraham Maslow (1908-1970) adalah seorang psikolog besar yang mencoba

menemukan dan menawarkan jawaban sistematis atas pertanyaan tersebut melalui

teorinya yang tersohor, yakni teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, setiap

individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarki dari tingkat

yang paling mendasar sampai pada tingkat yang paling tinggi. Setiap kali

kebutuhan pada tingkatan paling bawah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan

lain yang lebih tinggi. Pada tingkatan paling bawah, dicantumkan berbagai

kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kemudian pada tingkatan lebih tinggi

dicantumkan kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security needs).

Lalu pada tingkatan berikutnya adalah berbagai kebutuhan akan cinta dan

hubungan antar manusia (love and belonging needs). Kemudian kebutuhan akan

penghargaan dan pengakuan (esteem needs). Dan pada tingkatan yang paling

tinggi dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self actualization

needs).

Kebutuhan fisik dalam gambar susunan di samping diletakkan paling bawah

adalah bukan maksud. Pada saat ini kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yan

paling kuat dan mendasar diantara yang lain. Dalam hal ini seseorang sangat

membutuhkan oksigen untuk bernapas, air untuk diminum, makanan, papan,

8
sandang, buang hajat kecil maupun besar, seks, dan fasilitas-fasilitas yang dapat

berguna untuk kelangsungan hidupnya, merupakan contoh kebutuhan fisiologis.

1. Kebutuhan Akan Rasa Aman dan Tenteram (Safety Needs).

Sebenarnya tidak bisa dipungkiri, pada awalnya mayoritas dari aktivitas

kehidupan manusia ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik ini. Segera

setelah kebutuhan dasar terpenuhi, orang mulai ‘cari-cari’. Kebutuhan level

kedua, yakni kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security

needs) muncul dan memainkan peranan dalam bentuk mencari tempat

perlindungan, membangun privacy individual (kebebasab individu),

mengusahakan keterjaminan finansial melalui asuransi atau dana pensiun, dan

sebagainya.

2. Kebutuhan Untuk Dicintai dan Disayangi (Belongingness Needs).

Ketika kebutuhan fisik akan makan, papan, sandang berikut kebutuhan

keamanan telah terpenuhi, maka seseorang beralih ke kebutuhan berikutnya

yakni kebutuhan untuk dicintai dan disayangi (love and belonging needs).

Dalam hal ini seseorang mencari dan menginginkan sebuah persahabatan,

menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan yang lebih bersifat pribadi seperti

mencari kekasih atau memiliki anak, itu adalah pengaruh dari munculnya

kebutuhan ini setelah kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi.

3. Kebutuhan Harga Diri Secara Penuh ( Esteem Needs).

Level keempat dalam hirarki adalah kebutuhan akan penghargaan atau

pengakuan (esteem needs). Maslow membagi level ini lebih lanjut menjadi

dua tipe, yakni tipe bawah dan tipe atas. Tipe bawah meliputi kebutuhan akan

9
penghargaan dari orang lain, status, perhatian, reputasi, kebanggaan diri, dan

kemashyuran. Tipe atas terdiri atas penghargaan oleh diri sendiri, kebebasan,

kecakapan, keterampilan, dan kemampuan khusus (spesialisasi). Apa yang

membedakan kedua tipe adalah sumber dari rasa harga diri yang diperoleh.

Pada self esteem tipe bawah, rasa harga diri dan pengakuan diberikan oleh

orang lain. Akibatnya rasa harga diri hanya muncul selama orang lain

mengatakan demikian, dan hilang saat orang mengabaikannya.

Situasi tersebut tidak akan terjadi pada self esteem tipe atas. Pada tingkat ini

perasaan berharga diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung kepada

penilaian orang lain. Dengan lain kata, sekali anda bisa menghargai diri anda

sendiri sebagai apa adanya, anda akan tetap berdiri tegak, madheg pandhito,

bahkan ketika orang lain mencampakkan anda!

4. Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs)

Ketika kebutuhan akan penghargaan ini telah terpenuhi, maka kebutuhan

lainya yang sekarang menduduki tingkat teratas adalah aktualisasi diri. Inilah

puncak sekaligus fokus perhatian Maslow dalam mengamati hirarki

kebutuhan. Terdapat beberapa istilah untuk menggambarkan level ini, antara

lain growth motivation, being needs, dan self actualization.

Maslow melakukan sebuah studi kualitatif dengan metode analisis biografi

guna mendapat gambaran jelas mengenai aktualisasi diri. Dia menganalisis

riwayat hidup, karya, dan tulisan sejumlah orang yang dipandangnya telah

memenuhi kriteria sebagai pribadi yang beraktualisasi diri. Termasuk dalam

10
daftar ini adalah Albert Einstein, Abraham Lincoln, William James, dam Eleanor

Roosevelt.

Berdasar hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi

yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi:

1. Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa

adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.

2. Memusatkan diri pada masalah (problem-centered), yakni melihat persoalan

hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.

3. Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri

serta tidak berpura-pura.

4. Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai

kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang

namun bersifat mendalam.

5. Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi

pada individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain

orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima kamu apa

adanya ketimbang berusaha mengubah diri kamu.

6. Rasa humor yang ‘tidak agresif’ (unhostile). Mereka lebih suka membuat

lelucon yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum

(ironi), ketimbang menjadikan orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.

7. Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect).

8. Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu

dengan sudut pandang yang orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas

11
inilah yang membuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan

pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.

9. Memiliki pengalaman spiritual yang disebut Peak experience. Peak

experience atau sering disebut juga pengalaman mistik adalah suatu kondisi

saat seseorang (secara mental) merasa keluar dari dirinya sendiri, terbebas

dari kungkungan tubuh kasarnya. Pengalaman ini membuat kita merasa

sangat kecil atau sangat besar, dan seolah-olah menyatu dengan semesta atau

keabadian (the infinite and the eternal). Ini bukanlah persoalan klenik atau

takhayul, tetapi benar-benar ada dan menjadi kajian khusus dalam Psikologi

Transpersonal, suatu (baru klaim) aliran keempat dalam ilmu psikologi

setelah psikoanalisis, behaviorisme, dan humanisme, yang banyak

mempelajari filosofi timur dan aspek-aspek kesadaran di luar kesadaran

normal (Altered States of Consciousness, ASC). Peak experience bisa jadi

merupakan argumen ilmiah yang valid untuk menjelaskan fenomena para

rasul yang menerima wahyu dari Allah, atau pengalaman sufistik yang merasa

telah memiliki sifat-sifat ketuhanan. Di sini maksudnya bukan sama persis

seperti Tuhan, akan tetapi adalah menerapkan sifat-sifat Tuhan seperti Maha

Adil, Maha Tahu, dan lain sebagainya sesuai tataran tingkatan manusia.

Karena manusia itu tidaklah bisa menyamai sifat dan kemampuan Tuhan

secara persis. (ini hanya sekedar pendapat penulis).

Berdasarkan berbagai kualifikasi yang ‘amat sulit’ tersebut, maka tidaklah

heran kalau masih sedikit orang di dunia ini yang mencapai level aktualisasi

diri tersebut. Bahkan Maslow mengatakan bahwa jumlah orang-orang yang

12
telah beraktualisasi diri tidaklah lebih dari dua persen saja dari seluruh

populasi dunia! Bagaimana dengan Anda? Sudah belum? Tidak usah terlalu

dipikirkan. Bagi yang telah bisa mencapai taraf aktualisasi diri memang

bagus, tetapi untuk sekadar bisa merasa bahagia dan menikmati hidup, kita

hanya perlu menjadi diri sendiri apa adanya dan bermanfaat bagi orang lain.

Insyaallah.

B. Karakteristik Wirausaha

Wirausaha merupakan pelaku dari kewirausahaan,yaitu orang yang

memiliki kreativitas dan inovatif sehingga mampu menggali dan menemukan

peluang dan mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan nilai/laba.

Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang

menghasilkan disebut proses kewirausahaan. Menciptakan barang dan jasa

baru,proses produksi baru, organisasi(manajemen) baru, bahan baku baru,

pasar baru adalah kegiatan dari wirausaha. Hasil-hasil dari kegiatan-kegitan

wirausaha tersebut menciptakan nilai atau kemampu labaan bagi perusahaan

yang nantinya akan menciptakan nilai tersebut arena wirausaha itu memiliki

sifat-sifat kreatif dan inovatif.

Peranan Wirausaha :

1. Meningkatkan standar/kualitas hidup manusia.

2. Sebagai motor penggerak dalam pembangunan nasional.

3. Menciptakn lapangan kerja baru yang dapat mengatasi pengangguran.

Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia

tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, ia selalu

13
tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Tindakannya tidak

didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil

resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu,

wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang

diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi

resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk

terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus

nyata atau jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi

kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil

yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai

sumber daya bukan tujuan akhir

Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli seperti di atas,

secara ringkas dikemukakan oleh Vernon a Musselman (1989:155), Wasty

Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989:5) dalam bentuk ciri-ciri berikut.

1. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.

2. Kemampuan untuk mengambil resiko.

3. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

4. Memotivasi diri sendiri.

5. Semangat untuk bersaing.

6. Orientasi pada kerja keras.

7. Percaya pada diri sendiri.

8. Dorongan untuk berprestasi.

9. Tingkat energi yang tinggi.

14
10. Tegas.

11. Yakin pada kemampuan sendiri.

Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-ciri

tertentu pula. Dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise Development

Repor” (1986) yang dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer

(1993:5) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, di

antaranya memiliki ciri-ciri:

1. Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).

2. Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan bertindak

(sees and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan

kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan monitoring.

3. Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan

hubungan bisnis.

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan

kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration

(1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:37)

mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki

sifat-sifat kepribadian.Menurut Ahmad sanusi (1994) ada beberapa

kecenderungan profil pribadi wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-

hari, di antaranya:

1. Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/ tetap/ sudah teratur/

diatur dan jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin sehingga timbul

15
harapan-harapan dan keinginan untuk selalu berubah, ada tambahan,

pengayaan, atau perbaikan mutu (nilai tambah yang berbeda).

2. Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap kemandirian

atau prakasa atas nama sendiri.

3. Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta

memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.

4. Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan

dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut.

Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk modifikasi dan

perubahan.

5. Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan

pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan

tetapi, jika perlu, ia harus ada kesiapan untuk bersaing.

6. Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap

tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.

Kewirausahaan berperan penting dalam pembangunan, karena seorang

wirausaha adalah orang yang memiliki kepribadian mandiri dan mampu

mengelola perusahaan sebagai sumber penghasilannya. Dengan kata lain ia tidak

menggantungkan diri untuk penghasilannya kepada orang lain. Untuk mendirikan

perusahaannya ia menghimpun sumber-sumber atau faktor produksi dan

menyusun organisasi perusahaan.

Karena tindakan-tindakan itu mempunyai dampak pertama kepada dirinya

sendiri, yaitu menciptakan lapangan kerja bagi diri dan penghasilan, kepada

16
masyarakat dan pemerintah, yaitu menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja

yang lain serta penghasilan, mengerjakan sumber-sumber bahan baku yang belum

digunakan sehingga menjadi bermanfaat bagi masyarakat, menciptakan teknolgi

sehingga menambah akumulasi untuk teknologi yang sudah ada dalam

masyarakat, mendorong investasi di bidang-bidang lain, memperluas dasar pajak

bagi pemerintah dan meningkatkan citra bagi suatu bangsa, sehingga secara

keseluruhan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteran masyarakat.

C. Pemikiran, sikap dan pribadi Kewirausahaan

Alex Inkeles dan david H. Smith (1974:19-24) adalah salah satu di antara ahli

yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern. Menurut Inkeles

(1974:24) kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi

dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan

tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap

pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realitas terhadap fakta

dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang bukan pada

masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan

mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi.

Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih

siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial, misalnya

dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide

baru ini merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan dalam

jiwa kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka (1975), “Pandangan yang luas dan

dinamis serta kesediaan untuk pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam

17
lapangan industri, tidak lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman

perjalanan yang banyak” (Yuyun Wirasasmita, (1982:44). Dalam konteks ini, juga

dijumpai perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis dan

rasional dengan kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang

didasari keberanian berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul yang

mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang pantas diteladani, karena atas

dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk

kemajuan kemanusian yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.

Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang

inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat

benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai

semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang

tidak berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial

(Heijrachman Ranupandoyo, 1982;1). Wirausaha berperan dalam mencari

kombinasi-kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi,

yaitu menemukan pasar-pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metode

produksi baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta

organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat menggunakan

kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.

Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator

penting suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989:16), seseorang yang

memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai

berikut:

18
1. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-

ide baru.

2. Keberanian untuk menghadapi resikop, yaitu usaha untuk menimbang dan

menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi

ketidakpastian.

3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi (1) usaha perencanaan,

(2) usaha untuk mengkoordinir, (3) usaha untuk menjaga kelancaran

usaha, (4) usaha untuk mengwasi dan mengevaluasi usaha.

4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan

tujuan usaha.

Telah dikemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator dalam

mengombinasikan sumber-sumber bahan baru, teknologi baru, metode produksi

baru, akses pasar baru, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu

Soedjono (1993) perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan

“entrepreneurial action”, yang ciri-cirinya (1) selalu mengamankan investasi

terhadap risiko, (2) mandiri, (3) berkreasi menciptakan nilai tambah, (4) selalu

mencari peluang, (5) berorientasi ke masa depan.

Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha, yaitu

nilai-nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positip, dan optimis, keberanian

mandiri, dan memimpin, dan kemauan belajar dari pengalaman. Keberhasilan atau

kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal

maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977), faktor internal yang berpengaruh

19
adalah kemauan, kemampuan, dan kelemahan. Sedangkan faktor yang berasal dari

eksternal diri perlaku adalah kesempatan atau peluang.

D. Motif Berprestasi Kewirausahaan

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha

karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive).

Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk

mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan

Suhandana, 1980:55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus

dipenuhi.

Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia

mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya,

kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan

fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan

sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan

aktualisasi diri (self-actualization needs). Kebutuhan berprestasi wirausaha

(n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik

dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif

berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul

pada

2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan

dan kegagalan.

3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.

20
4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.

5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty).

Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang

tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang sulit yang

memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.

Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi,

mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing,

berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin

mempengaruhi orang lain.Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk

diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi

berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama daripada persaingan,

dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang

kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.

Ahli psikologi lain, Frederik Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene

mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya

merupakan dua faktor dasar motivasi yang menentukan keberhasila kerja, yaitu

faktor yang membuat orang lain merasa puas (satisfaction) dan faktor yang

membuat orang tidak merasa puas (dissatisfaction). Faktor internal yang membuat

orang memperoleh kepuasan kerja (job– satisfaction) meliputi prestasi

(achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan (the work itself),

tanggungjawab (responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan

berkembang (possibility of growth). Sedangkan faktor yang menentukan

ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status,

21
prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal

(Gibson, 1990:95).

Menurut Nasution ada tiga fungsi motif, yaitu:

1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang

melepaskan energi.

2. Menentukan arah perbuatan ketujuan tertentu.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.

Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari

kewirausahaan, yaitu:

1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.

2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.

3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.

4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-

usaha seseorang.

E. Hambatan untuk Menjadi Wirausaha

1. Modal

Setiap bisnis memerlukan investasi. Modal yang dibutuhkan untuk

mendirikan usaha dan strategi mempertahankannya sangat bergantung

pada rencana bisnis. Maka jika rencananya gagal, bisnis Anda tak akan

berjalan dengan baik. Anda harus siap menghadapi kerugian besar saat

modal yang Anda gelontorkan tak kembali.

22
2. Pendapatannya tidak tetap

Dalam berbisnis, pendapatan Anda setiap bulan tidak tetap. Kadang

memperoleh keuntungan besar, tapi bulan berikutnya laba yang Anda

peroleh jauh lebih kecil. Guna mengamankan keuangan, Anda

dapat merencanakan bisnis sampingan sambil tetap bekerja di kantor.

Kerugian dari usaha sampingan tak berpengaruh besar. Jangan jadikan

bisnis sebagai mata pencaharian utama. Baiknya Anda memiliki

pengetauan dan gagasan yang matang sebelum memulai sebuah bisnis.

3. Tidak Ada Waktu

Ketika jadi pegawai, orang akan berpikir jadi pengusaha itu enak bisa

manage waktu. Ternyata itu salah total, apalagi jika masih tahap startups.

Jika kita ingin menjadi pemilik bisnis yang sukses, kuncinya adalah

menguasai waktu. Startups membutuhkan pengorbanan banyak waktu dan

harus bersedia menyerahkan sebagian hari-hari keluarganya untuk

memulai bisnis. Percaya, silahkan coba.

4. Tidak ada Keberanian

Coba gali secara dalam alasan apa saja kita untuk memulai usaha.

Hambatan terbesar untuk mengatasina adalah dari tekad diri sendiri.

Kadang ketakutan kegagalan sering menghinggapi para calon pengusaha.

Ketakutan adalah motivator terkuat dalam masalah ini. Karena kita tahu

dalam berbisnis cuma ada 2 kemungkinan saja, sukses dan gagal. Tidak

ada 3 kemungkinan

23
5. Tak mau ambil risiko

Banyak orang yang tidak mau mengambil risiko dalam hidupnya.

Berbisnis memang penuh dengan risiko. Namun, risikom tersebut dapat

diminimalisasi dengan perencanaan-perencanaan yang matang.

6. Tidak ada Dukungan Keluarga

Sepertinya point ini cukup sulit untuk memulai bisnis. Kita tahu tanpa

dukungan dari keluarga dan teman-teman perjuangan terasa berat. Kita

perlu waktu untuk melakukan pendekatan dan menjelaskan prospek-

prosperk bisnis kepada mereka.

7. Tak ada jaminan keuangan

Saat menjadi pegawai, Anda memiliki jaminan keuangan setiap bulan. Jika

tak bertindak macam-macam, pekerjaan tersebut dapat terus berada dalam

genggaman. Sebaliknya dalam berbisnis, Anda menghabiskan banyak

uang di awal tanpa ada kepastian modalnya akan kembali. Ingat, dalam

bisnis hanya ada dua pilihan, untung atau rugi.

8. Pasar Bisnis sangat bergantung pada pasar.

Anda harus pandai membaca situasi ekonomi guna menentukan strategi

bisnis yang harus dilakukan. Kerugian masih bisa diprediksi tapi tetap tak

ada jaminan Anda akan memperoleh untung dari usaha yang dijalankan.

Kondisi pasar yang fluktuatif akan berdampak besar pada sebuah bisnis

khususnya saat negara tengah mengalami resesi ekonomi.

9. Kurangnya Pengetahuan

Pendidkan formal seseorang secara tidak langsung akan mempengaruhi

24
tingkat pengetahuan tentang wirausaha. Namun, untuk mengatasi

keterbatasan informasi dan memacu kreatifitas, wirausahawan bisa

mengikuti berbagai pelatihan wirausaha yang makin sering diadakan saat

ini. Kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan akan

berpengaruh terhadap minimnya jaringan informasi untuk pemasaran dan

distribusi produksinya.

10. Keterbatasan Dalam Budaya

Sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa peran

perempuan hanya sebatas di lingkup domestic, alias mengurus rumah

tangga dan keluarga. Presepsi ini secara tidak langsung akan membatasi

gerak perempuan untuk bisa memulai bekerja dan membantu

perekonomian keluarga.

11. Kurangnya Akses Ke Layanan Pinjaman

Usaha memang tak dapat berjalan jika tak ada modal. Hal inilah yang

sering menjadi hambatan besar bagi para wirausaha yang baru memulai

usahanya. Kurangnya akses ke layanan pinjaman ini membuat wirausaha

merasa terbatas ruang geraknya. Wirausaha menharapkan hasil yang tidak

hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang diinvestasikan tetapi juga

member keuntungan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka

ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri.

12. Biaya bahan baku yang lebih mahal

Biasanya, para pewaralaba memnyediakan supplier bahan baku bagi para

wirausaha untuk memproduksi produknya. Mereka beralasan bahan baku

25
dari supplier yang telah diajak bekerjasama oleh franchisor telah

memenuhi standar mutu. Sehingga harga bahan baku agak mahal

dibanding harga pasar. Dengan demikian margin keuntungan yang

diperoleh oleh wirausaha menjadi lebih kecil.

13. Pengaturan lokasi yang tidak baik

Para pewaralaba yang mempertimbangkan strategi lokasi, biasanya hanya

mengizinkan suatu perwakilan waralaba pada jarak tertentu. Namun tidak

sedikit juga yang membiarkan banyak waralaba berdiri dala satu lokasi

dengan jarak dekat. Hal ini sangat tidak baik, karena wirausaha harus

saling bersaing dengan merek dan produk yang sama dalam satu lokasi.

Untuk itu, sebelum mendirikan usaha, ada baiknya melihat keadaan sekitar

apakah memadai untuk didirikan atau tidak.

14. Kreatifitas yang terbatas

Kebanyakan wirausahawan membiarkan semua aksesoris yang dipakai

dalam usaha tersebut serupa, sehingga tidak menimbulkan unsure kreatif

dari usaha tersebut. Hal ini bisa menjadi negative jika dilakukan secara

terus menerus. Karena konsumen akan merasa boan dengan hal yang itu-

itu saja, tanpa ada sesuatu yang unik.

F. Sifat yang Harus Dimiliki Wirausaha

1. Disiplin

26
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki

kedisplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri ialah ketepatan

komitemn wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya.

Dalam ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh yaitu ketepatan

terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya.

Ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan

sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang

dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam

alasan ialah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan

meraih keberhasilan.

Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina

dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Dalam

wirausahawan harus taat asa, hal tersebut akan dapat tercapai jika

wirausahawan memiliki kedisplinan yang tinggi terhadap sistem kerja

yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-

kesapakatan yang dibuatnya ialah contoh dari kedisiplinan akan kualitas

pekerjaan dan sistem kerja.

2. Berkomitmen Tinggi

Komitmen merupakan kesepakan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh

seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam

melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki

komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif “berorientasi pada

27
kemajuan”. Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan

identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam

hidupnya.

Sedangkan untuk contoh komitmen dalam wirausahawan terhdapat orang

lain terutama konsumennya ialah pelayanan prima yang berorientasi pada

kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk

yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen dan sebagainya.

Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadap

konsumen akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya

wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen

dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya

tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.

3. Percaya Diri

Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang

jasmani dan rokhaninya. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia

tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang

tinggi, obyektif, dan kritis, emosionalnya stabil, tidak gampang

tersinggung dan naik pitam.

4. Berorientasi pada tugas dan hasil

Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha

menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa

malu dilihat teman, asal yang kita kerjakan adalah halal.

5. Pengambilan Resiko

28
Wirausaha penuh resiko dan tantangan, seperti persaingan, harga turun

naik, barang tidak laku dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus

dihadapi dengan penuh perhitungan.

6. Kepemimpinan

Pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dari bawahan, ia harus

bersifat responsive.

7. Keorisinilan

Yang dimaksud orisinal di sini ialah I tidak hanya mengekor pada orang

lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada

kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama

sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau

reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga

melahirkan sesuatu yang baru.

8. Berorientasi ke masa depan

Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan, seorang wirausaha akan

menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-

langkah yang kan dilaksanakan.

9. Kreativitas

Menurut Conny Setiawan (1984:8), kreativitas diartikan sebaga

kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Produk baru artinya

tidak perlu seluruhnya baru, tapi dapat merupakan bagian-bagian produk

saja. Contoh: Seorang wirausaha membuat berbagai kreasi dalam kegiatan

29
usahanya, seperti susunan barang, pengaturan rak pajangan, menyebarkan

brosur promosi dsb.

Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi

baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsure, data, variable;

yang sudah ada sebelumnya.

G. Konsep 10 D dari Bygrave

1. Dream

Seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap

masa depan pribadi dan bisnisnya dan yang paling penting adalah dia

mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impian tsb.

2. Decisiveness

Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Kecepatan dan

ketepatan dia mengambil keputusan adalah merupakan factor kunci (key

factor) dalam kesuksesan bisnisnya.

3. Doers

Seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang dapat di

manfaatkan.

4. Determination

Seorang wirausaha dalam melaksanakan kegiatannya memiliki rasa

tanggung jawab yang tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia

dihadapkan pada halangan atau rintangan yang tidak mungkin diatasi.

5. Dedication

30
Dedikasi seorang wirausahawan sangat tinggi, semua perhatian dan

kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.

6. Devotion

Devotion berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Hal inilah yang mendorong

dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk yang

ditawarkannya, karena seorang wirausahawan akan mencintai pekerjaan

bisnisnya.

7. Details

Seorang wirausahawan akan selalu memperhatikan factor-factor kritis. Dia

tidak akan mengabaikan factor-factor kecil tertentu yang dapat

menghambat kegiatan usahanya.

8. Destiny

Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yng

hendak dicapainya.

9. Dollars

Wirausahawan tidak sangat mengutamakan kekayaan, motivasinya bukan

memperoleh uang, akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan

bisnisnya.

10. Distribute

Seorang wirausahawan bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya

terhadap orang-orang kepercayannya, yaitu orang-orang yang kritis dan

mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnis.

H. Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia

31
Kelemahan tsb adalah:

1. Sifat mentalitet yang meremehkan mutu

2. Sifat mentalitet yang suka menerabas

3. Sifat tak percaya kepada diri sendiri

4. Sifat tak berdisiplin murni

5. Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh

I. Faktor pendukung kewirausahaan

Apa sih yang memotivasi seseorang untuk jadi pengusaha? Setidaknya ada

sembilan faktor pendorong menjadi wirausahawan atau entrepreneur sebagai jalan

hidup (Hendro dan Widhianto, 2006:103-106) yakni

1. Faktor individu atau personal

Fakor ini merupakan pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga

dewasa, baik oleh lingkungan ataupun keluarga, contohnya:

 Pengaruh masa kanak-kanaknya; saat masih anak-anak, ia sering diajak

oleh orangtua, paman, saudara, dan tetangga ditempat yang berhubungan

dengan bisnis. Pengalaman ini akan terus melekat dalam benaknya

sehingga ia ingin bercita-cita untuk menjadi pengusaha.

 Perkembangan saat dewasa; pergaulan, suasana kampus, dan teman-

temannya yang sering berkecimpung dalam bisnis akan memacu dirinya

untuk mengambil jalan hidup menjadi seorang entrepreneur.

32
 Perspektif atau cita-citanya; keinginan untuk menjadi pengusaha bisa

muncul saat melihat saudara, teman, atau tetangga yang sukses menjadi

entrepreneur.

2. Suasana kerja

Lingkungan pekerjaan yang nyaman tidak akan menstimulus orang atau

pikirannya untuk berkeinginan menjadi pengusaha. Namun, bila

lingkungan kerja tidak nyaman, maka akan mempercepat seseorang

memilih jalan kariernya untuk menjadi seorang pengusaha.

3. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka hal itu juga semakin

tidak begitu berpengaruh terhadap keinginan dirinya untuk memilih jalan

hidup sebagai wirausahawan. Rata-rata, justru tingkat pendidikan yang

tidak terlalu tinggi yang menstimulus seseorang untuk memilih kariernya

menjadi seorang pengusaha.

4. Personality (Kepribadian)

Ada banyak tipe kepribadian, seperti controller,advocator, analytic, dan

facilitator. Dari tipe-tipe itu, yang cenderung mempunyai hasrat yang

tinggi untuk memilih karier menjadi seorang pengusaha adalah controller

dan advocator, tetapi itu bukan sesuatu yang mutlak, karena semua bisa

asalkan ada kemauan.

5. Prestasi Pendidikan

Rata-rata, orang yang mempunyai prestasi yang tidak tinggi justru punya

keinginan yang lebih kuat untuk menjadi seorang pengusaha. Hal itu

33
didorong oleh suatu keadaan yang memaksa ia berpikir bahwa menjadi

pengusaha adalah salah satu pilihan terakhir untuk sukses, sedangkan

untuk berkarier di dunia pekerja dirasakan sangat berat, mengingat

persaingan yang sangat ketat dan masih banyak para lulusan yang

berpotensi yang belum mendapatkan pekerjaan.

6. Dorongan Keluarga

Keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan serta

mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarier sebagai

entrepreneur, karena orangtua berfungsi sebagai konsultan pribadi, coach,

dan mentornya.

7. Lingkungan dan Pergaulan

Jika ingin sukses, seseorang harus bergaul dengan orang yang sukses agar

tertular.

8. Ingin Lebih Dihargai atau “Self Esteem”

Posisi tertentu yang dicapai seseorang akan mempengaruhi arah

kariernya. Sesuai dengan teori Maslow, setelah orang terpenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papannya, maka kebutuhan yang ingin ia raih

berikutnya adalah “Self Esteem”, yaitu ingin lebih dihargai lagi. Dan itu

terkadang tidak didapatkan didunia pekerjaan atau lingkungan, baik

keluarga, teman, atau yang lain. “Self Esteem” akan memacu orang untuk

mengambil karier menjadi pengusaha (entrepreneur).

9. Keterpaksaan dan Keadaan

Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal PHK, pensiun (retired),

34
dan menganggur atau belum bekerja, akan dapat membuat seseorang

memilih jalan hidupnya menjadi entrepreneur, karena memang sudah tidak

ada lagi pilihan untuknya.

Dari kesembilan faktor pendorong menjadi wirausahawan di atas, tentu

akan berbeda-beda porsinya bagi setiap individu. Semakin besar

mempengaruhi keputusan individu maka faktor itulah yang akan dominan

sebagai pendorongnya untuk memilih jalan hidup sebagai usahawan atau

pengusaha.

J. Ciri ciri wirausahawan yang tangguh

Dalam rangka menjadi seorang wirausahawan yang tangguh, seseorang harus

memiliki beberapa ciri tertentu antara lain sebagai berikut:

1. Memiliki keberanian untuk mengambil risiko dalam menjalankan usaha.

2. Memiliki daya kreasi, imajinasi dan kemampuan yang tinggi untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan.

3. Memiliki semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang

dihadapi.

4. Mengutamakan efisiensi dan penghematan penghematan biaya.

5. Memiliki kemampuan untuk memotivasi bawahan atau partner usaha agar

mempunyai kemampuan tinggi.

6. Memiliki cara analisis yang tepat, sistematis dan metodologis.

7. Tidak konsumtif, selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh,

baik untuk memperluas usaha yang sudah ada maupun menanamkannya

pada usaha-usaha yang baru.

35
8. Memiliki kemampuan dalam menilai kesempatan yang ada serta

membawa teknik-teknik baru dalam mengorganisasi usaha-usahanya

secara tepat dan efisien.

K. Syarat syarat menjadi Wirausaha sukses

Berhasilnya usaha di segala bidang tergantung besarnya semangat

kerja seseorang,kemauan,ketelitian,dan ketekunannya

1. Pengetahuan

Memiliki pengalaman yang cukup baik yang merupakan hasil belajar

sendiri atau turun menurun dari keluarga atau melalui pendidikan formal.

2. Kemampuan dan Keahlian

Calon wirausaha perlu memiliki kemampuan untuk mendapatkan gagasan

gagasan yang orisinil atau memilih orang yang tepat dalam bidangnya.

3. Kesempatan yang ada dan di gunakan

Untuk menyalurkan gagasan,keinginan,dan kempuan diperluka

kesempatan,baik diciptakan sendiri maupun diberikan oleh orang lain

sehinhha seorang wirausaha dapat menentukan pilihan dan cada yang tepat

untuk menyalurkan kemampuannya.

4. Disiplin,Keteraturan dan kecepatan kerja

Disiplin merupakan faktor yang membentuk seorang wirausaha yang

tangguh,dengan disiplin yang tinggi,efisiensi,dan produktifitas kerja dapat

meningkat.

5. Keberanian mengambil risiko dan menghadapi ketidakpastian

36
Keberanian merupaka semangat kepeloporan berdasarkan perhitungan

yang matang satu keputusan dalam situasi apapun. Untuk itu diperlukan

pendekatan.

6. Merdeka Lahir batin

Kreatif dan Inovatif merupakan sifat sifat dasar yang harus dimiliki

seorang yang kreatif akan menciptakan gagasan gagasan baru sedangkan

seoranh yang inovatif selalu menerapkan gagasan gagasan baru untuk

berkembang.

7. Takwa pada Tuhan Yang Maha Esa

Meningkatkan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa akan mendorong

pada perbuata -perbuatan yang positif dan melatih diri agar menghindar

diri dari perbuatan tercela,sehingga menumbuhkan sifat jujur dan

tanggung jawab.

8. Modal dan Keuangan

Modal memamng sesuatu yang penting tapi bukan nomor satu.Hanya

sebagai pelengkap dalam kegiatan wirausaha namun,perkembangan dunja

usaha yang semakin pesat menyebabkan modal menjadi masalah yang

perlu diperhatikan.

L. Langkah Menjadi Wirausaha Tangguh

Tips mengembangkan jiwa dan pola pikir sebagai wirausaha / enter

preneurship yang tangguh agar berhasil mengembangkan usaha yang dirintis.

1. Memperluas Pengetahuan

37
Kebingungan yang muncul sebelum memulai usaha adalah karena tidak

memiliki wawasan tentang berbagai hal dalam dunia bisnis. Untuk itu,

perluaslah cakrawala pengetahuan sebelum memulai bisnis. Latihlah

kekuatan diri setiap hari dengan belajar dari orang lain, mengikuti berbagai

kursus, seminar atau membaca buku tentang kewirausahaan dan tokoh-

tokohnya yang berhasil sehingga bisa menginspirasi dan memotivasi jiwa

wirausaha.

2. Membina Networking

Selain pengetahuan, anda juga perlu membina jaringan kerja dengan

berbagai sektor yang terkait maupun tidak dengan bisnis yang akan anda

tekuni, jaringan kerja ini akan memiliki andil yang besar untuk

memperlancar segala urusan dalam dunia bisnis.

3. Berpikir untuk memulai bisnis yang kecil dan sederhana

Banyak perusahan besar berkembang dari bisnis yang kecil, lalu tumbuh

menjadi besar. Usaha yang tumbuh dari kecil akan cukup mendapat

tempaan selama perjalanan usahanya sampai menjadi besar dan berhasil

berkembang.

4. Kreatif dan Inovatif

Ini adalah prinsip dasar yang harus dimiliki pewirausaha. Anda harus

kreatif menemukan ide-ide baru yang belum tergarap atau sudah tergarap

dengan inovasi. Setelah usaha berjalan, seorang wirausaha juga harus terus

mengembangkan ide-ide kreatifnya untuk kemajuan usaha atau diversikasi

usahanya karena selalu melihat dan mencoba peluang-peluang baru.

38
5. Memiliki Sikap Positif

Memiliki sikap positif merupakan kiat sukses lain dalam memulai sebuah

usaha. Yakinkan diri bahwa dengan membuka usaha, anda akam mampu

memiliki penghasilan setiap hari dan lebih besar dari sebelumnya.

Lupakan kelemahan-kelemahan diri yang bisa menghalangi kemajuan

dalam berbisnis, bersikap sabar, tidak pantang menyerah, terus belajar dan

selalu melihat permasalahan secara positif.

6. Sukses itu harus diperjuangkan dan penuh pengorbanan

Langkah ini tidak akan membuat anda mundur kalau anda sudah berhasil

mengubah midset (cara berfikir) anda. Jatuh bangun dalam dunia bisnis itu

biasa. Namun sekali jatuh anda akan bangun menjadi lebih kuat. Anda

mungkin akan mengalami kurang tidur, kekhawatiran gagal, sakit kepala

atau maag dan menanggung risiko. Namun setelah bisa melewati semua itu

anda akan terbiasa. Bersamaan dengan pengalaman dan proses belajar

tersebut, anda akan lebih matang dan percaya diri menghadapi berbagai

kondisi. Pengusaha sukses adalah mereka yang berhasil melewati beberapa

kendala ketika bisnis mereka baru mulai dan setelah itu mampu

membesarkannya, mereka adalah orang yang pantang menyerah, mampu

bertahan, dan tetap bersemangat.

M. Unsur Unsur Kewirausahaan

Beberapa unsur penting dalam kewirausahaan yang saling terkait

satu dengan lainnya:

1. Daya pikir

39
Tingkat penalaran (reasoning) atau kemampuan berpikir yang dimiliki oleh

seseorang dicirikan oleh daya pikir, pengetahuan, kepandaian, intelektual

atau unsur kognisi. Kemampuan inilah yang membedakan manusia dengan

hewan, bahkan kemampuan ini pula yang membedakan daya kreatifitas

seseorang maupun bangsa yang menyebabkan perbedaan kemakmuran dan

kejayaan bangsa.

2. Ketrampilan

Keterampilan merupakan tindakan raga terutama tangan dan kaki untuk

melaksanakan sesuatu kerja dan dari kerja tersebut baru akan terwujud

hasil karya. Berbagai macam hasil karya telah lahir dari orang-orang yang

mempunyai keterampilan. Keterampilan, sebagaimana halnya pengetahuan

dapat ditingkatkan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan adalah sebagai berikut:

a. Rajin dan tekun melakukan latihan mengerjakan sesuatu yang ingin

diterampilkan.

b. Melakukan latihan dengan teratur, tetib dan bergairah.

c. Selalu berusaha untuk dapat melakukan lebih baik lagi dari pada

kemarin.

d. Selalu berusaha untuk menemukan cara kerja yang paling baik dan

efisien.

e. Berusaha kuat untuk menghasilkan karya yang terbaik.

f. Harus mampu bekerja dengan “ zero mistake “.

g. Rajin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan.

40
3. Sikap mental

Seseorang mungkin saja mempunyai otak yang cerdas dan keterampilan

tinggi, namun jika ia malas, lamban, tidak mempunyai keberanian, dan

apalagi ceroboh, tentulah hal itu tidak menjamin untuk dapat sukses. Sukses

dapat dipakai jika pemikiran, keterampilan dan sikap mental maju

digabungkan. Sikap mental maju ini meliputi: keteladanan, keluhuran,

keberanian, penuh tanggung jawab, jujur, berjiwa besar dan mandiri. Jika

ditelusuri lebih dalam, akan semakin jelas bahwa kesuksesan seseorang,

kemajuan suatu bangsa disebabkan seseorang maupun bangsa tersebut

memiliki sikap mental maju, daya penalaran dan keterampilan yang tinggi

4. Intuisi

Sebenarnya ada faktor lain selain kecerdasan penalaran, keterampilan dan

sikap mental yang berpengaruh atas sukses seseorang, yaitu daya intuisinya.

Daya intuisi adalah daya ramal atau dikenal juga dengan feeling seseorang

yang sulit digambarkan apakah itu hasil pemikiran atau khayalan. Jika

seseorang merasakan bahwa apa yang akan dilakukan itu benar dan akan

membawa keuntungan, maka sering apa yang semula hanya dirasakan itu

kemudian setelah diperjuangkan terbukti benar adanya.

Intuisi ialah pandangan batiniah yang serta merta tembus mengenai suatu

peristiwa atau kebenaran, tanpa perurutan pikiran, seperti ilham. Ilham

adalah penyampaian suatu makna, pikiran atau hakikat di dalam jiwa atau

hati secara melimpah. Maksudnya Allah SWT menciptakan padanya ilmu

dharuri yang ia tidak dapat menolaknya, yaitu bukan dengan cara dipelajari

41
akan tetapi dilimpahkan ke dalam jiwanya bukan karena kemauannya. Allah

berfirman di dalam Al-Qur’an QS. Asy-Syams 7-8. Intuition atau intuisi

dalam kamus diartikan sebagai ”suara hati” pengetahuan tentang sesuatu

tanpa memikirkan atau mempelajarinya”. Pengertian yang mendalam

mengenai intuisi masih terus diperdebatkan. Ada yang menyatakan bahwa

intuisi adalah saat dimana ada ”sumber yang lebih tinggi” yang memberikan

input pada kesadaran kita secara tiba-tiba saja. Dan pendapat lain

mengatakan bahwa intuisi adalah kemampuan kita untuk secara tidak sadar

mendownload atau mengambil data atau info yang selalu tersedia di

unconscious mind/pikiran bawah sadar kita. Ada juga yang berpendapat

bahwa itu adalah kemampuan telepati tanpa sadar antara seseorang dengan

orang lain ditempat yang berjauhan. Mungkin perbedaan pendapat ini akan

berlanjut terus.

Intuisi adalah pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal. Untuk

memahaminya, tidak cukup hanya menggunakan kategori akal logika saja.

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah batin, firasat atau intuisi, tentu sudah

tidak asing lagi bagi kita. Istilah tersebut diterjemahkan dalam berbagai

makna. Tapi yang pasti, intuisi adalah keadaan dimana seseorang merasakan

akan terjadinya suatu peristiwa sebelum peristiwa itu benar-benar terjadi,

entah itu peristiwa baik ataupun buruk.

42
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pemberian mata kuliah kewirausahaan memberikan dampak positif

terhadap perkembangan minat mahasiswa dalam menggeluti dunia wirausaha.

Adanya peningkatan minat mahasiswa dalam pengembangan dunia wirausaha

mengurangaijumlah pengangguran dan secara tidak langsung menambah

penghasilan Negara melalui pajak. Jika usaha peningkatan jumlah wirausaha

muda terus ditingkatkan maka bukan tidak mungkin Indonesia dapat terbebas dari

krisis yang sekarang sedang membelit perekonomian.

3.2 Saran

Adanya perkembangan usaha oleh mahasiswa saat ini memeng belum

banyak dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh jumlah pengusaha

baru tersebut masih relative sedikit dan belum berkembang secara

signifikankearah industry. Namun jika ada pengembangan dari pihak pengusaha

baru dan pemerintah secara berkesinambungan maka hal ini dapat dicapai.

Pengembangan dari pihak pengusaha baru adalah menambah inovasi-inovasi

dalam menjalankan usahanya. Inovasi tersebut hendaknya dibuat sekreatif

mungkin untuk menarik konsumen. Sedangkan dari pihak pemerintah, hendaknya

memberikan dana pinjaman yang dapat digunakan untuk modal usaha dengan

bunga rendah sehingga tidak membebani pengusaha baru. Jika hal ini bisa

terlaksana dengan baik maka dunia wirausaha di Indonesia akan lebih

berkembang.

43
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Try. 2015. “Peranan mata Kuliah Kewirausahaan dalam Meningkatkan

Minat Mahasiswa untuk Berwirausaha”. https://www.kompa

Zsiana.com/paansiih/peranan-mata-kuliah-kewirausahaan-dalam-

meningkatkan-minat-mahasiswa-untuk-

berwirausaha_550ffe3fa333111c37ba80b0, Diakses pada Sabtu, 14

April 2018, Pukul 13:03.

Nandhirin, 2008. “Hirarki Kebutuhan Maslow”. http://nadhirin.blogspot

.co.id/2008/07/hirarki-kebutuhan-maslow.html. Diakses pada sabtu,

14 April 2018, pukul 23:28.

Pelajar Madura. 2015. “Karakteristik Kewirausahaan”. https://pelajar

madura.wordpress.com/2015/11/06/karakteristik-kewirausahaan/.

Diakses pada Minggu, 15 April 2018

Ryan. 2014. “Sifat Sifat yang Harus Dimiliki Oleh Wirausaha”.

https://ryanrichmaster.wordpress.com/2014/08/20/sifat-sifat-yang-

harus-dimiliki-oleh-wirausaha/. Diakses pada Minggu, 15 April

2018, Pukul12:45.

Tips Serba Serbi. 2015. “Faktor Pendorong Menjadi Wirausahaan “.

https://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/03/faktor-pendorong-

menjadi-wirausahawan.html, Diakses pada Minggu, 14 April 2018,

Pukul 12:42.

44
Ryan. 2015. “ Ciri Kewirausahaan Tangguh “.

https://ryanafteriday.wordpress.com/2015/05/08/kewirausahaan-

tangguh/. Diakses pada Minggu, 14 April 2018, Pukul 12:39.

Sohratul, Fitria. 2013.”Unsur Unsur Kewirausahaan”. http://kalidanastiti-

space.blogspot.co.id/2013/11/unsur-unsur-kewirausahaan-daya-

pikir.html. Diakses pada Minggu, 15 April 2018, Pukul 12:36.

Yayasan Pelita Ilmu. 2017, http://ypi.or.id/hambatan-menjadi-wirausahawan/.

Diakses pada Minggu, 15 April 2018,

45

Anda mungkin juga menyukai