Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“PENGELOLAAN SDM DI UMKM DENGAN MASALAH SOSIAL DAN


ETIKA DALAM UMKM”

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Manajemen UMKM

Dosen Pengampu: Zakiyyul Fuad, M.E.

Disusun Oleh:

1. M. Fatchurrohman (2150210049)
2. Ulya Latifah (2150210051)
3. Azka Ni’mal Muna (2150210054)
4. Tsaniya Almer Elfayet (2150210061)

Kelas: B3MBR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya pada kita semua, dan sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita,
Nabi agung Nabi Muhammad SAW. Kami selaku penulis senantiasa berusaha agar makalah
yang kami buat ini memiliki arti penting, manfaat dan sesuai dengan materi yang telah diberikan.

Kami telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, dengan judul
“PENGELOLAAN SDM DI UMKM DENGAN MASALAH SOSIAL DAN ETIKA DALAM
UMKM”. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Zakiyyul Fuad, M.E. selaku dosen mata kuliah manajemen UMKM yang telah
memberikan tugas dan ilmu kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Akan tetapi, dalam penulisan makalah ini, kami banyak mengalami kendala karena
terbatasnya pengetahuan kami pada bidang yang sedang kami bahas. Makalah yang kami susun
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan adanya keterbatasan kemampuan kami,
maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar makalah
yang kami buat menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kudus, 4 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

A. Pengertian Manajemen SDM.......................................................................................


B. Cara Meningkatkan Manajemen SDM pada UMKM..................................................
C. Peran Serta dan Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan SDM pada UMKM...........
D. Pengertian Etika Bisnis................................................................................................
E. Penerapan dan Prinsip Etika Bisnis..............................................................................
F. Ketentuan Bisnis dalam Islam......................................................................................
G. Permasalahan Etika Bisnis dalam Lingkup UMKM....................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan Kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan berlandaskan
kemampuan nasional, memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seta
memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan ekonomi yang semula
berorientasi pada pertumbuhan industri-industri berskala besar bergeser pada
pembangunan ekonomi yang lebih ditekankan pada ekonomi kerakyatan. Tantangan dan
hambatan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang semakin besar terlepas dari
masala krisis ekonomi yang terjadi. Persaingan di antara bangsa-bangsa semakin
ketat. Hal ini dapat terlihat dari integrasi dan regionalisasi ekonomi yang melanda dunia
saat ini sangat mempengaruhi tatanan ekonomi dunia. Perkembangan ekonomi yang
sangat pesat ini juga didorong oleh perkembangan teknologi informasi yang sudah
mengarah pada koordinasi pengoperasian usaha yang lebih efektif dan efisien dengan
biaya yang semakin murah.
Dalam manajemen ini seorang manajer dituntut untuk bisa mengelola seluruh
sumber daya manusia yang ada agar tetap dapat bekerja dengan kualitas yang baik dan
lebih produktif. Seseorang yang memegang peranan penting di bagian manajemen
sumber daya manusia ini biasanya harus memiliki berbagai kompetensi, seperti
kemampuan untuk menyeleksi karyawan baru, melakukan penilaian kinerja karyawan,
dan juga menyusun perencanaan karir seluruh karyawan.
Selain hal tersebut, di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan
etika agar di pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang
mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani, empati, dan
norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya pengusaha selalu
menggunakan nuraninya. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri
terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis
yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut

1
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam
konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan
wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak
pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang
berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis
yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari
persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk
menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para pebisnis untuk
melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk memperluas pangsa pasar, serta
mendapatkan banyak keuntungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manajemen SDM?
2. Bagaimana cara meningkatkan manajemen SDM pada UMKM?
3. Bagaimana peran serta dan upaya pemerintah dalam meningkatkan SDM pada
UMKM?
4. Apa pengertian dari Etika Bisnis?
5. Bagaimana penerapan dan prinsip Etika Bisnis?
6. Apa saja ketentuan Bisnis dalam islam?
7. Bagaimana permasalahan Etika Bisnis dalam lingkup UMKM?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen SDM.
2. Untuk mengetahui cara meningkatkan manajemen SDM pada UMKM.
3. Untuk memahami peran serta dan upaya pemerintah dalam meningkatkan SDM
pada UMKM.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Etika Bisnis.
5. Untuk memahami bagaimana penerapan dan prinsip Etika Bisnis.
6. Untuk mengetahui apa saja ketentuan Bisnis dalam islam.
7. Untuk memahami bagaimana permasalahan Etika Bisnis dalam lingkup UMKM

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen SDM


Manajemen SDM adalah Adalah suatu ilmu atau cara bagaimana
mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu
secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan
(goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) merupakan
potensi manusiawi yang merupakan aset non material/non financial. SDM
berfungsi sebagai penggerak suatu organisasi untuk mewujudkan eksistensi
organisasi tersebut. SDM merupakan modal yang memiliki kedudukan penting dalam
suatu organisasi, bukan sekedar sumber daya organisasi yang dibutuhkan
dan dipekerjakan karena memiliki kompetensi intelektual. Kualitas SDM
berkenaan dengan keahlian, kemampuan dan keterampilan kerja seseorang.
1. Kualitas SDM (karyawan) mengacu pada:
 Pengetahuan (knowledge) yaitu penguasaan ilmu dan teknologi yang diperoleh
melalui proses pembelajaran sera pengalaman.
 Keterampilan (skill) untuk memanipulasi suatu objek secara fisik.
 Kemampuan (abilities) yaitu sikap untuk mengerjakan tugas
dalam berwirausaha juga mempengaruhi kualitas suatu SDM.
2. Untuk mengetahui kualitas SDM yaitu:
 Pengetahuan (Knowledge) yaitu pengetahuan manajemen bisnis, pengetahuan
produk atau jasa, pengetahuan tentang konsumen, promosi dan strategi
pemasaran.
 Keterampilan (skill) yaitu keterampilan produksi, berkomunikasi, kerjasama
dan organisasi, pengawasan, keuangan, administrasi dan akuntansi.
 Kemampuan (ability) yaitu kemampuan mengelola bisnis,
mengambil keputusan, memimpin, mengendalikan, berindasi, situasi dan
perubahan lingkungan bisnis.
3. Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui:

3
 Jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk membekali seseorang dengan
dasar pengetahuan, tori, logika, pengetahuan umum, dan kemampuan analisis,
serta pengembangan watak dan kepribadian.
 Jalur latihan kerja yaitu meningkatkan kemampuan profesional
dan mengutamakan praktek daripada teori.
 Jalur pengalaman kerja yaitu seseorang dapat meningkatkan pengetahuan
teknis maupun keterampilan kerjanya dengan mengamati orang lain,
menirukan dan melakukannya sendiri tugas-tugas pekerjaan yang ditekuninya
sehingga seseorang akan mahir dalam melakukan pekerjaannya dan dapat
menemukan cara-cara yang lebih praktis, efisien dan lebih baik dalam
melaksanakan pekerjaannya.

B. Meningkatkan Manajemen SDM pada UMKM


Lemahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), pengusaha pembuat UMKM
tidak berani untuk mencoba inovasi yang berkaitan dengan teknologi, sehingga
menjadikan sebagian besar usaha kecil tumbuh secara konvensional dan merupakan
usaha keluarga yang turuntemurun. Keterbatasan kualitas SDM pada pengusaha dari segi
pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat mempengaruhi
terhadap manajemen pengelolaan usaha, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang
dengan optimal Adanya perekonomian global dan era perdagangan bebas, industri kecil
di Indonesia diharapkan mampu menjadi pencipta pasar di dalam maupun di luar negara
dan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau
neraca pembayaran (balance of payment). Untuk menghadapi persaingan global maka
industri kecil harus meningkatkan keunggulan kompetitifnya, yaitu antaranya dalam hal
efisiensi, produktifitas, penguasaan teknologi, dan kepengusahaan yang tinggiyang
semuanya itu bertumpu pada kualitas sumber daya manusia.
Pengembangan industri kecil perlu dipacu lebih cepat antaranya
melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sedangkan berbagai masalah yang
dihadapi industri kecil nampak terdapat banyak masalah yang beraka, pada sumber daya
manusia. kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia di industri kecil dan
menengah akan menentukan peningkatan prestasi. Sedangkan upaya untuk meningkatkan

4
kualitas sumber daya manusia adalah melalui pelatihan. Pelatihan memiliki arti penting
dalam pengembangan ekonomi. Memberikan pelatihan langsung kepada industri kecil
dianggap merupakan satu-satunya cara yang paling efektif. Namun demikian di Indonesia
efektifitas pelatihan mash diragukan. Para pengusaha yang pernah mengikuti pelatihan
dari pemerintah mengeluh bahwa pelatihan sering terlalu teoritis, waktunya terlalu
singkat, tidak ada tindak lanjut dan sering kali tidak sesuai dengan keperluan usaha
mereka sebenarya. Namun dalam kajian tersebut tidak dijelaskan bagaimana mengukur
aspek pelatihannya. Dalam kajian in aspek pelatihan akan diukur pada jumlah pelatihan
yang diterima. Dimana jumlah pelatihan tersebut merupakan ukuran pada banyakya
pelatihan dan jenis pelatihannya. Pengalaman bekerja merupakan aspek penting dalam
menentukan kualitas sumber daya manusia.
Sesuai kondisi permasalahan yang ada maka kegiatan pembangunan diarahkan
agar para pengusaha:
1. Mempunyai wawasan dan jiwa wiraswasta yang ulet, patriotik (cinta produk dalam
negeri), dan profesional.
2. Mampu mengidentifikasi, mengembangkan ataupun memanfaatkan peluang usaha.
3. Mampu mendayagunakan sumberdaya produktif dan mengakses pasar (lokal, dalam
negeri maupun ekspor)
4. Mempunyai kemampuan manajemen usaha, keahlian dan
kemahiran teknis/teknologis.
5. Mampu membangun daya saing (berwawasan efisiensi, produktivitas dan
mutu, proaktif, kreatif, inovatif).
Dengan adanya pelatihan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan bagi pemilik industri kecil sehingga bisa memajukan usahanya antara
lain dengan meningkatkan manajemen sumber daya pelaku industri kecil. Segala usaha
bisnis dijalankan dengan azas manfaat, yaitu bisnis harus dapat memberikan manfaat
tidak saja secara ekonomi dalam bentuk laba usaha, tetapi juga kelangsungan usaha.
Beberapa faktor penentu keberhasilan usaha adalah:
1. Kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana perusahaan, baik
jangka pendek maupun panjang
2. Kapabilitas dan kompetensi manajemen.

5
3. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan modal untuk menjalankan usaha.
a) Pelatihan dan Prestasi
Pelatihan untuk UMKM bukan hanya masalah yang umum untuk semua
bidang industri kecil, tetapi hal itu sebagai warisan yang menjadi asumsi-asumsi
tentang pelatihan dari suatu bidang besar bisnis. Pandangan umum ini bahwa
pelatihan merupakan suatu hal yang baik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi. Hal ini telah menjadi asumsi baik secara implisit maupun eksplisit bahwa
pelatihan akan meningkatkan prestasi. Storey menjelaskan sukar untuk mencoba
memisahkan dampak pelatihan pada kinerja industri kecil. Dari banyak kajian tentang
pelatihan dan pembangunan sumber daya manusia pada industri kecil yang telah
dilakukan menunjukkan adanya keberhasilan dan kegagalan dalam memperoleh
kemanfaatan pelatihan.
Dengan adanya pelatihan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan bagi pemilik industri kecil sehingga bisa memajukan usahanya antara
lain dengan:
1. Mampu menerapkan teknologi yang lebih baik
 Selama ini karena kurangnya pemahaman akan teknologi membuat
pengerjaaan pemotongan kulit rambak dilakukan secara manual dengan
menggunakan pisau dapur biasa. Terbatasnya kemampuan alat pemotong dalam
memotong kulit kerbau dengan alat pisau secara konvensional. Pemotongan kulit
kerbau sebagai bahan dasar pembuat kerupuk rambak yang renyah dan bergizi
ini masih menggunakan alat pemotong atau pisau secara konvensional, sehingga
hasil potongan tidak sama. Waktu yang digunakan untuk pemotongan kulit in
sebagai dasar pembuat krupuk rambak tersebut membutuhkan waktu yang lama
sehingga tidak efisien. Pemotongan menggunakan pisau tradisional tersebut
memiliki kekurangan yaitu menggunakan tenaga orang yang kuat karena
kulit sudah keras sehingga perl tenaga ektra dalam pemotongannya. Hasil
pemotongan bahan baku pembuat krupuk rambak tersebut hasilnya tidak
maksimal sehingga hasilya tidak sama dan memakan waktu yang cukup lama.
2. Mampu meningkatkan sarana dan prasarana

6
Dengan pelatihan sumber daya manusia maka informasi yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi akan semakin baik
pula sehingga sarana dan prasarana yang semula sangat terbatas dan juga mash
secara manual / konvensional. Dapat dikembangkan. Pengeringan kulit kerbau
maupun sapi sebagai bahan dasar pembuat krupuk rambak tersebut
sangat tergantung dari sinar matahari dan alat-alatnya semuanya mash manual
dapat disiasati dengan metode yang lain. Peningkatan sarana dan prasaran juga
mampu mengembangkan permodalan yang tadinya menggunakan sumber
permodalan pribadi bisa berkembang dengan permodalan dari sektor perbankan
dengan memanfaatkan modal bagi UMKM dengan bunga yang relatif kecil.
Secara garis besar dengan peningkatan sumber daya manusia maka
pengusaha akan memiliki kemampuan manajemen industrynya. Usaha mikro,
kecil dan menengah menjadi salah satu usaha yang sedang digemari di Indonesia.
Perajin di Indonesia sudah mulai tumbuh dan kreatif dalam mengupayakan agar
UMKM-nya bisa dikenal nasional hingga global.
Ada cara-cara mengembangkan sayap UMKM Indonesia melalui 4p, yaitu
product, price, place, dan promotion sebagai berikut :
a. Product
Dari segi produk, UMKM harus menentukan produk yang tepat untuk
dipasarkan. Produk yang dibuat juga harus inovatif, kreatif dan menarik.
Untuk mendapat produk yang digemari pasar, lakukan survey ke sekeliling
untuk memperoh gambaran produk yang realistis. Semakin jeli dan giat anda
melakukan inovasi produk dan layanan, maka anda akan mampu
melakukan pengembangan dan memenangkan persaingan bisnis. Sebaiknya
mencari produk yang belum dijual di pasaran tapi bermanfaat bagi pembeli.
b. Price
Untuk menentukan harga jual produk, anda harus teliti menghitung
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya yang paling utama
dalam umkm ialah biaya modal dan biaya operasional. Biaya permodalan
meliputi lembaga atau pihak kuangan yang member fasilitas kredit bagi usaha
anda. Sedangkan biaya operasional mencakup gaji karyawan, biaya bahan

7
baku, dan biaya produksi. Harga jual akan semakin tinggi apabila kedua biaya
tersebut mencapai nominal yang tinggi.
c. Place
Lokasi UMKM tentu sangat menentukan minat pasar. Dengan memilih
lokasi yang strategis dan ideal, UMKM anda akan cepat dikenal publik dan
bukan tak mungkin produk akan laris terjual. Soal lokasi, usahakan membuka
UMKM di pasar tradisional atau lokasi lain yang ramai dan padat penduduk.
Seandainya tidak menemukan lokasi yang strategis maka pertimbangkan hal-
hal berikut saat membuka UMKM, yaitu pastikan setiap menit selalu ada
kendaraan melintas jika membuka di pinggir jalan, perhatikan tingkat
konsumtif masyarakat dengan melihat banyaknya usaha sejenis di sekitar
lokasi, memperlengkapi usaha anda dengan izin SIUP, HO dan NPWP, dsb
dan yang terpenting sesuaikan dengan budget anda.
d. Promotion
Beberapa umkm sudah menerapkan promosi melalui media sosial dan
ini adalah langkah awal yang bagus. Pasalmya, saat ini media sosial menjadi
salah satu bahan promosi yang murah, mudah dan cepat. Promosi bisa
dilakukan dengan meletakkan foto produk beserta detail konsumen bisa
mengetahui segala jenis produk yang ditawarkan. Jika anda ingin menargetkan
pembeli sebanvak-hanvaknva dan tersehar di selunth indonesia lasa media
sosial web dan forum bisnis adalah langkah promosi yang tepat.

C. Peran Serta dan Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan SDM pada UMKM
Kehadiran UMKM yang tangguh dapat menjadi motivator pengusaha lain.
Kinerja UMKM dapat ditingkatkan jika berbagai kendala sebagaimana disebutkan di
muka dapat dilonggarkan permodalan teknologi dan lainnya. Bagi UMKM faktor
ketrampilan pemilik atau pengelola usaha merupakan faktor penentu. Oleh karena itu,
pendekatan pengembangan SDM menjadi sangat strategis. Melalui peningkatan kualitas
keterampilan SDM diharapkan berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat diatasi.
Peningkatan kualitas dan pengembangan SDM dilakukan secara simultan dengan
penciptaan iklim yang kondusif bagi UMKM untuk tumbuh dan berkem-bang. Iklim yang

8
kondusif sebagaimana disebutkan di muka dirancang secara makro yang sifatya publik
dan berlaku umum.
Hal ini perlu dilakukan mengingat jumlah UMKM sangat besar. Selain hal diatas,
pemerintah juga melakukan tiga pendekatan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam
upaya pembinaan industri kecil yaitu:
1) Non Policy approach, jenis pendekatan ini difokuskan pada industri yang bergerak
pada lower spectrum (kegiatan marginal). Pendekatan jenis ini dipilih mengingat
bahwa intervensi pemerintah pada umumnya akan menciptakan biaya brokrasi yang
relatif tinggi.
2) Protection approach, kebijakan proteksi pada umumnya berupa larangan bagi
industri berskala besar untuk memproduksi barang-barang tertentu, batasan impor
untuk produk substitusi, kontrol terhadap penyebaran inovasi teknologi yang dapat
menyebakan kejutan mendadak bagi industri kecil. Kebijakan ini cenderung
menguntungkan produsen ketimbang konsumen.
3) Stimulation approach, kebijakan jenis ini lebih menfokuskan pada sisi suplai dalam
bentuk pemberian kredit, penyediaan bahan baku dan peralatan produksi, serta
penyelenggaraan kursus. Kebijakan jenis in memiliki dampak negatif, antara lain
berupa tergesernya unit usaha yang tidak atau belum terlayani oleh program.
Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui peningkatan keterampilan manajemen
dan kewirausahaan. Ini menyangkut dua aspek SDM yang umumnya lebih efektif
dilakukan melalui pendekatan learning by doing. Bagi pengusaha UMKM lebih
mudah belajar melalui praktik langsung dari pada belajar tori yang rumit terutama
menyangkut kewirausahaan. Pengalaman selama in menunjukkan bahwa
kewirausahaan pada kebanyakan kasus tumbuh dari keluarga wirausaha pula.
Pendekatan semacam in akan cenderung terus dikembangkan. Berbagai program
magang, inkubator, klinik usaha, konsultasi lapangan kini tengah digodok melalui
berbagai proyek percontohan yang nantinya dapat direplikasikan di tempat-tempat
lain.
 Dengan demikian, pendekatan pembangunan SDM akan diprioritaskan dalam
ирауа memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan khususnya dalam rangka
pembinaan UMKM. Perlu disadari bahwa pendekatan semacam ini tidak cepat dilihat

9
buahnya (quick yielding), melainkan merupakan investasi jangka panjang yang buahnya
mungkin dinikmati setelah beberapa waktu. Namun, setiap investasi jangka panjang
biasanya juga memiliki daur hidup yang relatif panjang pula. Sekali berhasil
membangun suatu generasi pengusaha muda yang tangguh dan andal, maka hal serupa
akan mengalami replikasi untuk generasi-generasi berikutnya. Proses semacam ini akan
terus terjadi secara berulang-ulang sehingga roda pembangunan berputar dengan
sendirinya. Dengan demikian, suatu ketika setiap daerah akan memiliki pengusaha daerah
yang tangguh dan mandiri. Oleh karena itu, diharapkan dari pengusaha UMKM
harus secara proaktif memikirkan hal in dan terjun lang-sung sebagai wirausaha dalam
rangka memperkokoh perekonomian masing masing daerah.

D. Pengertian Etika Bisnis


Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti “adat”. Etika merupakan
salah satu cabang Ilmu Filsafat yang memfokuskan pada moral manusia dalam tindakan-
tindakan yang dilakukan khususnya yang bersangkutan dengan kebaikan dan
keburukan dari hasil tindakannya. Menurut Hamzah Ya'qub, etika adalah ilmu tentang
perilaku manusia dan prinsip perilaku moral yang benar. Etika adalah ilmu tentang usaha
mencari baik dan buruk, dilakukan dengan mengamati tingkah laku yang dapat diketahui
manusia melalui akal dan pikiran.1
Sedangkan pengertian bisnis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia
yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginan dalam hidup manusia dengan cara melakukan pengelolaan
sumber daya ekonomi dengan efektif dan efisien.
Dengan demikian, etika bisnis merupakan pedoman dalam melakukan kegiatan
berbisnis dan meliputi seluruh aspek mulai dari individu, perusahaan sampai masyarakat.
Etika bisnis dalam sebuah perusahaan dapat membentuk suatu norma dan perilaku
dalam membina hubungan yang sehat di dalam lingkungan kerja dan juga hubungan
sehat antara pedagang dan mitra kerjanya. Etika bisnis dianggap mampu menjadi
standar kerja dan pedoman mulai dari pimpinan sampai karyawan untuk menjalankan
pekerjaan sehari-hari, karena dalam berbisnis tidak cukup hanya mengandalkan
1
Indra Aditya Makkasau, Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Usaha Mikro Di Kelurahan Rampoang Kota Palopo
(2019), 33–35.

10
kecerdasan, keterampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas yang mendasar adalah
membangun moral terlebih dahulu. Prinsip bisnis yang baik adalah dimana mereka
menjalankan bisnis yang beretetika, yaitu bisnis yang dijalankan dengan menaati kaidah-
kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

E. Penerapan dan Prinsip Etika Bisnis


Peran etika bisnis dalam kegiatan bisnis sangat penting, apalagi di masa sekarang
ini, kriteria keberhasilan bisnis tidak hanya berdasarkan moralitas dan manajemen yang
baik, tetapi juga pada penerapan etika bisnis sehingga dapat menjaga kualitas memenuhi
tuntutan semua pasar yang diterima dan dianggap baik oleh masyarakat. Oleh karena itu,
para pelaku UMKM harus menghindari perilaku buruk dalam berbisnis, seperti
penyalahgunaan undang-undang dan peraturan. Peran tersebut akan berjalankan dengan
baik apabila beberapa prinsip dari etika binsis ini diterapkan dalam suatu usaha.
Sonny Keraf mengatakan bahwa secara umum terdapat lima prinsip etika bisnis
yang harus diterapkan dalam kegiatan bisnis, yaitu:
a) Prinsip Otonomi
Otonomi merupakan perilaku mandiri dimana manusia dapat mengambil
keputusan dan bertindak atas kemauannya sendiri dan ia dapat
mempertanggungjawabkannya. Semua keputusan dan tindakan yang dilakukan harus
mengikuti nilai dan norma yang berlaku. Pelaku bisnis otonomi adalah orang yang
tahu dan sadar akan keputusan dan tindakan yang diambilnya, serta resiko atau akibat
yang timbul baik bagi dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.2
Kebebasan dapat membuat pelaku bisnis bisa secara kreatif dan inovatif
mengembangkan bisnis sesuai dengan keinginannya.
Namun kebebasan tidak semata-mata menjamin pelaku bisnis dapan menjalankan
sikap otonom secara etis. Terkadang kebebasan membuat para pelaku bisnis
kerap melakukan tindakan sewenang-wenang tanpa sadar bahwa ada pihak lain yang
dirugikan atas tindakan yang dilakukan. Maka dari itu, pelaku bisnis yang bertindak
otonom juga menuntut adanya sikap tanggung jawab. Jadi, pelaku bisnis otonom
adalah pelaku bisnis yang sadar akan tindakannya dan siap

2
Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998). 17.

11
mempertanggungjawabkan tindakannya. Jika sikap otonom ini dilakukan dengan
mengikuti norma yang berlaku, maka bisnis yang dijalankan pun akan bertahan dan
membantu para pelaku bisnis dalam mengembangkan bisnisnya.
b) Prinsip Kejujuran
Keraf menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa prinsip kejujuran sangat
relevan dalam dunia bisnis.3
 Alasan pertama, kejujuran sangat dibutuhkan dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak dalam bisnis.
Kejujuran sangat dituntut bagi setiap pihak dalam memutuskan hubungan
kerjasama serta dalam menyepakati suatu perjanjian. Jika tidak ada kejujuran
dan kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pihak, tentu pihak lain tidak
akan mau lagi untuk melakukan kerja sama dengan pihak yang
melakukan kecurangan.
 Alasan kedua, dikatakan bahwa kejujuran diperlukan dalam hal tawar-
menawar barang atau jasa.
Para pelaku bisnis harus bisa menentukan harga yang tepat untung kualitas
barang atau jasa yang dijualnya. Perusahaan tentu sangat membangun dan
menjaga kepercayaan kepada konsumen. Jika pelaku bisnis menipu dalam segi
harga sehingga membuat konsumen tidak puas, konsumen akan dengan sangat
mudah mengganti produk atau jasa yang mereka pakai ke produk atau jasa
milik perusahan lain. Konsumen pun juga tidak akan merekomendasikan
perusahaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya. Dengan cara
menipu konsumen dalam memperoleh untung sebesar-besarnya, bisnis tidak
akan berjalan lama karena tidak ada konsumen yang akan membeli produk
atau jasa yang ditawarkan.
 Alasan ketiga, menyatakan bahwa kejujuran sangat diperlukan dalam
hubungan kerja internal dalam suatu perusahaan.
Hubungan kerja di dalam perusahaan harus berlandaskan kejujuran demi
terciptanya kondisi kerja yang kondusif. Pemilik perusahaan harus selalu jujur
dalam menggaji karyawan- karyawannya. Gaji yang diberikan harus sesuai

3
Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998). 22.

12
dengan kesepakatan awal bekerja dan tidak boleh dikurangi tanpa alasan yang
jelas. Sebaliknya, karyawan pun harus selalu jujur dalam mengerjakan
pekerjaannya dan menghindari sikap-sikap yang ingin mengambil keuntungan
diluar sepengetahuan atasannya. Sikap jujur harus dilakukan seluruh pihak
yang menjalankan bisnis guna mempertahankan bisnis dari kehancuran.
c) Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap bagi semua pihak untuk berlaku secara
adil dimana tidak ada sikap membeda-bedakan dari semua aspek seperti aspek
ekonomi, hukum dan aspek lainnya. Prinsip ini menekankan untuk selalu menghargai
hak dan kewajiban setiap individu. Tanpa prinsip ini, sulit bagi pelaku bisnis untuk
dapat menjalankan bisnisnya secara baik. Dalam kegiatan bisnis tidak boleh ada satu
pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya mulai dari karyawan, pemasok,
investor sampai ke konsumen. Setiap pihak harus menjaga hubungannya dan tidak
boleh saling merugikan.
d) Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menekankan bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip saling
menguntugkan (win-win solution), yang artinya dalam semua keputusan yang diambil
dalam kegiatan bisnis semua pihak harus mengusahakan agar masing-masing merasa
diuntungkan. Kembali lagi, tujuan dalam berbisnis adalah untuk memperoleh
keuntungan. Perusahaan ingin banyak orang membeli atau menggunakan produknya,
dan konsumen juga ingin menggunakan produk-produk tersebut dengan kualitas
bagus dan harga yang setimpal. Maka dari itu, penting bagi semua pelaku
bisnis untuk terus menjalankan bisnisnya sebaik mungkin sehingga menguntungkan
semua pihak.
e) Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral menekankan kesadaran para pelaku bisnis bahwa setiap
orang harus dihormati harkat dan martabatnya. Prinsip ini harus dihayati sebagai
tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis agar ia menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baik perusahaannya.4 Prinsip ini menuntut pelaku bisnis untuk tidak
merugikan segala pihak dalam semua keputusan dan tindakan bisnis yang diambil.

4
Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998). 79

13
Pelaku bisnis harus dapat menjalankan bisnisnya secara maksimal agar dapat
membawa perusahaannya menjadi yang terbaik dan dapat dibanggakan.

Prinsip-prinsip etika bisnis yang telah ada tentu harus diterapkan dalam kegiatan
berbisnis guna membawa perusahaan mereka menjadi yang terdepan. Namun prinsip-
prinsip etika bisnis baru dapat berjalan jika suatu perusahaan membangun satu budaya di
perusahaan tersebut (corporate culture) yang disebut etos bisnis.

Etos bisnis pada umumnya dibentuk oleh seorang pendiri suatu perusahaan
dengan didasarkan oleh visi ataupun filosofi bisnis yang diambil dari pengalaman pribadi
pendiri perusahaan tersebut. Visi atau filosofi ini ditekankan pada nilai moral yang dianut
dan dijadikan sebagai prinsip bisnisnya. Prinsip yang diterapkan ini seiring dengan
berjalannya waktu akan berubah menjadi suatu budaya dalam berbisnis sehari-hari dan
menjadi dasar keberhasilan bisnisnya. Jadi harus terus dikembangkan.

F. Pengaruh Etika Bisnis Pada UMKM


Dalam penerapan etika bisnis Islam menunjukkan pengaruh yang baik, aktivitas
bisnis tidak sekedar kegiatan dalam rangka menghasilkan barang dan jasa, akan tetapi
juga kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke pihak yang memerlukan serta
aktivitas lainnya yang mendukung kegiatan produksi dan distribusi tersebut. Menurut
etika bisnis Islam, bahwa setiap wirausahawan dalam berdagang tidak harus seakan-akan
dengan tujuan hanya untuk mencari keuntungan saja, namun, mengharapkan keridhaan
Allah SWT dan mencapai keberkahan atas rezeki yang telah Allah SWT berikan.
Wirausahawan juga harus menghindari upaya dalam penyalahgunaan dalam mencari
keuntungan pribadi dan tanpa memperdulikan kerugian pada pihak lain.
Tingkat pertumbuhan suatu bisnis dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, baik
dari internal maupun eksternal. Dalam penerapan etika bisnis Islam juga berdampak pada
aspek finasial dimana dapat terlihat pada kemajuan perusahaan dan juga prospek
bisnisnya. Jadi pengetahuan yang seorang wirausahawan miliki merupakan suatu
cerminan dirinya dalam berbisnis dan setiap orang mempunyai pengetahuan yang
berbeda-beda dalam hidupnya, baik yang didapat dengan melalui pendidikan formal

14
maupun non formal, dan penerapan etika bisnis Islam berpengaruh posistif dalam
meningkatkan UMKM.5
Tatanan nilai yang harus dilakukan para pelaku bisnis dalam pelaksanaan Etika
Bisnis Islam diantaranya:
 Tauhid
Dengan penerapan etika Tauhid ini dengan adanya berdekatan kepada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala yakni dengan melakukan suatu kewajiban bagi
seorang muslim. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kualitas produk dan proses
produksi yang sangat dijaga kualitas kerja SDM juga sangat dijaga. Bahkan
unsur-unsur keIslaman pada suatu perusahaan sangatlah diutamakan dengan
diadakannya kegiatan pengajian dan briefing sebelum memulai kegiatan dalam
penjualan.
 Keadilan/keseimbangan
Dalam penerapan etika keseimbangan ini dapat dilakukan dengan tidak
mementingkan diri sendiri tetapi mementingkan kebutuhan orang lain juga,
karena hal ini dapat menciptakan suatu keseimbangan antara penjual dan pembeli
maka disinilah akan terjadilah sosialisasi yang cukup baik, dan pastinya terhindar
dari terjadi adanya kerugian dari kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat dari
kualitas produksi dan juga distribusi yang telah dilakukan oleh perusahaan karena
kualitas produksi dan distribusi yang baik akan bertujuan untuk melayani
kebutuhan konsumen dan juga memberikan produk yang terbaik untuk konsumen
nantinya. Kesimpulannya untuk konsep ini adalah saat perusahaan memberikan
produk yang terbaik untuk konsumen maka konsumen juga harus memberikan
loyalitas yang terbaik untuk perusahaan dengan demikian maka keduanya antara
pembeli dan penjual dapat terjalin sosialisasi yang baik di antara mereka
keduanya.
 Kehendak Bebas Penerapan
Kehendak bebas dapat memiliki standar produk sendiri daripada
perusahaan lainnya. Karena perlunya pemilihan kualitas barang yang nantinya
akan diperjualbelikan haruslah ah jelas akan jenis produk tersebut seperti jelasnya
5
Sri Umi Kalsum, “Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, (2013).

15
kehalalannya dan sudah lulus uji Depkes karena hal ini tidak ada bentuk
kekhawatiran konsumen yang mengenai kualitas dan tingkat kehalalan produk.
 Tanggung Jawab
Penerapan tanggung jawab yaitu merupakan suatu keharusan bagi manusia
atas semua tindakannya. Karena seseorang tidak boleh mengkambinghitamkan
seseorang atas tindakan yang telah dilakukan sendiri akan tetapi harus
bertanggung jawab penuh atas tindakan itu sendiri. Penerapan ini dilakukan
perusahaan dengan cara sertifikasi perusahaan agar berbadan hukum. Karena
perusahaan itu dapat disebut sebagai perusahaan yang dapat bertanggung jawab
kepada ada konsumen maka perusahaan haruslah sertivikasi atau telah berbadan
hukum yang bertujuan untuk dapat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
benar-benar perusahaan yang bertanggung jawab.
 Kejujuran
Penerapan kejujuran pada perusahaan itu tidak berbohong tidak menutupi
kekurangan dari produk tidak memanipulasi produk, tidak melakukan tindakan
curang dalam berbisnis, memberikan semua informasi lengkap mengenai barang
yang dijual. Dalam prinsip ini bahwa suatu tindakan haruslah memberikan suatu
kemanfaatan yang lebih terhadap orang lain tidak membuat kecewa, dan
menghadirkan mudharat bagi orang lain.

G. Permasalahan Etika Bisnis dalam Lingkup UMKM


Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro kecil, dan
menengah (UMKM), antara lain meliputi:
1. Faktor Internal
a. Modal
Kurangnya permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UMKM, oleh karena
pada umumnya usaha mikro kecil dan menengah merupakan usaha perorangan
tau perusahaan yang sifatya tertutup yang mengandalkan pada modal dari si
pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank

16
atau lembaga keuangan lainnya sulit diperolah, karena persyaratan secara
administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
b. Sumber Daya Manusia (SDM) danManajemen
Sumber daya manusia merupakan titik sentral yang sangat penting untuk
maju dan berkembang, sebagian besar usaha mikro dan usaha kecil tumbuh
secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun.
Keterbatasan SDM usaha mikro dan kecil baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembang dengan optimal. Di samping itu dengan keterbatasan SDM nya, unit
usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru
untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkanya.
c. Teknologi
Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar usaha kecil
yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha
yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, oleh karena
produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas
yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai
jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat
menjangkau internasional dan promosi yang baik.Sebagian besar UMKM masih
dihadapkan pada kendala dalam informasi yang terbatas dan kemampuan akses
ke sumber teknologi.
2. Faktor Eksternal
a. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif
Kebijaksanaan pemerintah untuk menumbuh kembangkan usaha mikro kecil, dan
menengah (UMKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun
dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih
terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil
dan pengusaha-pengusaha besar.
b. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

17
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak
cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang
diharapkan.
c. Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-undang no. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah,
kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus
masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap
pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Jika kondisi ini tidak
segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Mikro Kecil, dan
Menengah. Di samping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang
menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk
mengembangkan usahanya di daerah tersebut.
d. Terbatasnya Akses Pasar
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak
dapat dipasarkansecara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata "akad" berasal dari bahasa Arab al-aqdu dalam bentuk jamak disebut al-
uquud yang berarti ikatan atau simpul tali. Menurut para ulama fiqh, kata akad
didefinisikan sebagai hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat
yang menetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan. Menurut
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, yang dimaksud dengan akad adalah kesepakatan
dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak
melakukan perbuatan hukum tertentu.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, telah penulis memaksimalkan potensi dan juga
analisis. Oleh sebab itu, kami pihak penulis memohon agar pembaca lebih mengkritisi
makalah kami, baik dari segi kepenulisan ataupun isi secara keseluruhan. Demikian yang
dapat penulis sampaikan, terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Masduqi. Fiqh Muamalah Ekonomi & Bisnis Islam. Semarang: RaSAIL Media Group, 2017.

Ghazaly, Abdul Rahman., Ihsan Ghufron, dan Shidiq Sapiudin. Fiqih Muamalat. Jakarta:

Kencana, 2010.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2012.

Alimuddin, Agus. “Bentuk akad-akad Bernama di Lembaga Keuangan Syariah,” Amal: Journal

of Islamic Economic And Business (JIEB), vol 02, no 02.

A.M. Hasan Ali, Asuransi dalam Prespektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana, Prenada Media,

2004.

19
Ahmad Izzan, et al., Referensi Ekonomi Syariah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

20

Anda mungkin juga menyukai