Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

POLA KEPEMIMPINAN DALAM MENGELOLA BISNIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Islam

Dosen Pengampu:

Kus Irawan Prabowo, M.Pd.

Disusun oleh

Kelompok 5:

1. Indah Nur Farohin (126405212101)


2. M. Zidni Khusnal Khitam (126405212108)
3. Miftakhul Kharisma (126405212111)
4. Muchamad Choirul Nizam (126405212118)
5. Octovam Uziza Eronior (126405212137)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan dalam penyusunan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi dan Bisnis
Islam dengan judul “Pola Kepemimpinan dalam Mengelola Bisnis” yang dibimbing
oleh Bapak Kus Irawan Prabowo, M.Pd. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri


Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

2. Kus Irawan Prabowo, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah memberikan
tugas dan pengarahan kepada kami.

3. Teman – teman Manajemen Bisnis Syariah 3-C.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak


kekurangan karena keterbatasan pengetahuan kami, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kesempurnaan dalam menyelesaikan tugas-tugas
kami dimasa yang akan datang. Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas
terselesainya makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca maupun penulis,
aamiin.

Tulungagung, 07 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 5
2.1 Pengertian Pola Kepemimpinan ..................................................... 5
2.2 Gaya Kepemimpinan ...................................................................... 6
2.3 Fungsi Kepemimpinan ................................................................... 11
2.4 Teori-Teori Kepemimpinan ........................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu bisnis keberadaan kepemimpinan memiliki peran yang sangat
penting. Dalam bahasa Inggris istilah kepemimpinan disebut “leadership”.
Akar kata dari “kepemimpinan” adalah pemimpin. Pemimpin artinya
mempengaruhi orang lain agar rela mengikuti prosedur dan metode kerja yang
telah ditetapkan.1 Peranan seorang pemimpin pada dasarnya merupakan
serangkaian fungsi dari kepemimpinan, sedangkan fungsi kepemimpinan itu
sendiri merupakan suatu peranan pemimpin yang mempengaruhi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
diharapkan sesuai dengan kemampuan.
Dalam menentukan arah keberhasilan sebuah bisnis dibutuhkan adanya
kualitas kepemimpinan. Faktor penentu keberhasilan seorang pemimpin di
antaranya adalah “teknik kepemimpinan”, yaitu bagaimana seorang pemimpin
mampu menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya
timbul kesadaran untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh seorang
pemimpin. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin
tergantung bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola
kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam bisnis tersebut.
Pemimpin saat ini akan dituntut untuk bersikap fleksibel, yaitu mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang bersifat dinamis serta mampu
menindaklanjuti segala bentuk perubahan dan secara aktif membuat variasi
program perubahan yang dibutuhkan. Setiap pemimpin memiliki gaya
kepemimpinan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga
karakter yang dimiliki juga berbeda pula. Cara pandang mengenai isu-isu
tertentu menjadi kapasitas kepemimpinan individu. Tidak bisa dipungkiri
bahwa menjadi seorang pemimpin harus bertanggung jawab dan memiliki

1
Istikomah dan Budi Haryanto, Manajemen & Kepemimpinan Pendidikan Islam,
(Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2021), hal. 54.

1
peran yang penting dan berpengaruh. Akan tetapi, setiap hal dapat diatasi jika
ia menggunakan taktik dan strategi yang sesuai dengan keadaannya.2
Selama ini dapat diketahui bahwa ada banyak sekali problematika yang
terjadi di perusahaan yang disebabkan oleh kurangnya jiwa kepemimpinan
pada seorang pemimpin. Sebagai contoh, kita ambil pada maskapai
penerbangan PT Citilink Indonesia yang disomasi karena diduga melakukan
pemutusan kontrak kerja terhadap kliennya terkait jasa advisory. Bahkan
somasi tersebut telah dilayangkan sebanyak dua kali kepada Direktur Utama
PT Citilink Indonesia.3 Dari contoh perkara tersebut, dapat dipahami bahwa
jiwa kepemimpinan di Indonesia tergolong rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan
sebuah pelatihan atau training kepemimpinan kepada seluruh calon pemimpin
agar mereka dapat menjadi seorang pemimpin yang berkarakter, menjadi
motivator untuk karyawannya, bijaksana, tegas, dan sifat lainnya yang
selayaknya ada pada seorang pemimpin.
Tidak hanya tentang konflik di atas, salah satu pokok permasalahan dalam
ekonomi adalah scarcity. Di sepanjang hari, setiap orang dituntut untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan guna mengatasi kelangkaan,
baik dalam hal produksi, konsumsi maupun distribusi. Tindakan ini tentunya
bertujuan supaya tidak mengakibatkan biaya peluang yang terlalu besar. Biaya
peluang merupakan kesempatan yang ditinggalkan karena memilih hal yang
lain.
Dalam hal tersebut, seorang pemimpin yang tegas dan berkarakter harus
mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan moralitas yang tinggi
dan harus mampu meyakinkan orang lain bahwa apa yang diputuskannya
adalah sesuatu yang benar. Seorang pemimpin harus mampu mengambil
keputusan tanpa keraguan. Dengan demikian, kepemimpinan atau leadership
memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi/ bisnis, bahkan dapat

2
Andriani Tunnisa dkk, “Kepemimpinan Ideal dalam Lembaga Pendidikan”, Journal of
Management Education, Vol. 1 No. 1, dalam https://scholar.google.com/scholar, diakses 20 Oktober
2022
3
Iwan Purwanto, “Semena-mena kepada Pekerja, Bos Citilink Disomasi Dua Kali”,
https://www.inilah.com/ 2022/06/22/ semena-mena-kepada-pekerja-bos-citilink-disomasi-dua-
kali/. (Selasa, 18 Oktober 2022, 12.17)

2
dinyatakan kepemimpinan adalah inti dari sebuah organisasi. Dalam hal ini
dapat dilakukan beberapa langkah sebelum mengambil keputusan, yaitu
mengidentifikasi berbagai alternatif, membuat kriteria, dan menetapkan
konsekuensi yang akan terjadi apabila mengambil keputusan tertentu.4
Di dunia ini ada banyak orang yang telah menjadi pemimpin besar, tetapi
ambisi yang dimilikinya cukup tinggi, sehingga kepemimpinannya seakan-
akan berada diambang kehancuran. Maka kemampuan memimpin bukanlah
sekedar mampu mengatur orang lain dan lingkungannya, melainkan juga harus
mampu mengatur dan memimpin diri sendiri berdasarkan moralitas dan
keyakinan terhadap Allah SWT.
Pemimpin memerlukan tanggung jawab yang besar dalam menjalankan
proses kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus menghormati orang-orang
yang mengikutinya dan mengakui bahwa seorang pemimpin tidak ada artinya
tanpa adanya orang yang dia pimpin. Seorang pemimpin yang baik harus
mendengarkan saran dan menghargai mereka yang bekerja keras.5
Berdasarkan penulisan makalah ini yang berjudul "Pola Kepemimpinan
dalam Mengelola Bisnis" bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca
agar memahami bagaimana pola kepemimpinan dalam mengelola bisnis.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang sudah disusun atau
diubah dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan
masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apa pengertian dari pola kepemimpinan?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan itu?
3. Bagaimana fungsi dari kepemimpinan?
4. Bagaimana teori-teori dari kepemimpinan?

4
Utami Dewi, Mencari Model Kepemimpinan Profetik Transformatif: Menuju Indonesia
Berdaulat, (Sleman: Azzagrafika, 2013), hal. 161.
5
Ibid., hal. 158-159.

3
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan masalah merupakan jawaban singkat atas pertanyaan yang
tercantum dalam rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah di atas,
tujuan masalah yang dapat diperoleh adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pola kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui fungsi dari kepemimpinan.
4. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pola Kepemimpinan


Kepemimpinan merupakan kunci utama dalam sebuah organisasi, hal ini
dikarenakan kondisi suatu organisasi tergantung dari pola kepemimpinan yang
ada dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan (Siagian, 2004). Pengertian kepemimpinan yang lain diajukan
oleh Massie dan Daugles (dalam Kartono, 2003: 34), yaitu ketika seseorang
yang menyebabkan orang lain bekerja untuk pencapaian beberapa tujuan yang
telah ditetapkan.
Dengan adanya beberapa pengertian tersebut, diketahui bahwa dalam suatu
organisasi peran kepemimpinan adalah hal penting karena pembicaraan tentang
kepemimpinan akan mencangkup berbagai hal yang berkaitan dengan maju
mundurnya dan tumbuh kembangnya suatu organisasi. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan maju mundurnya suatu organisasi, yaitu tergantung dari
modal yang cukup, manajemen yang tertata, SDM yang memadai, dan struktur
organisasi yang tertata dengan baik, namun hal tersebut masih tergantung
bagaimana sosok kepemimpinan dalam sebuah organisasi tersebut.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan yang melekat pada diri seorang pemimpin yang
bergantung pada berbagai macam faktor internal dan eksternal. Kepemimpinan
juga merupakan suatu proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok
dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. 6
Berdasarkan dari berbagai pengertian kepemimpinan tersebut,
kepemimpinan memiliki pola yang digunakan untuk mengatur sebuah
organisasi. Pola merupakan model, cara kerja, atau sistem, sedangkan

6
Yulia Hartati, “Peranan Kepemimpinan dalam Pemberdayaan Pegawai pada Kantor
Bagian Pertahanan Sekretariat Daerah Kabupaten Lahat”, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 11
No. 1, dalam http://jurnal.untad.ac.id, diakses 15 Oktober 2022

5
kepemimpinan adalah suatu proses, perilaku, atau hubungan yang
menyebabkan suatu kelompok dapat bertindak secara bersama-sama atau secara
bekerja sama sesuai dengan aturan dan tujuan. Menurut DR. Hadari Nawawi di
dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Menurut Islam” mengatakan
bahwa kepemimpinan adalah sebagai perihal memimpin berisi kegiatan
menuntun, membimbing, memandu, menunjukkan jalan, mengepalai, melatih
agar orang-orang yang dipimpinnya dapat mengerjakan sendiri.7
Dengan demikian, jika dilihat dari berbagai teori tentang pengertian yang
dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa pola kepemimpinan adalah pola atau
gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang atau lebih yang
menggunakan pengaruh, wewenang atau kekuasaan terhadap orang lain dalam
menggerakkan mereka guna mencapai tujuan.

2.2 Gaya Kepemimpinan


Setiap pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai cara
dan gaya. Pemimpin memiliki sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan
kepribadian sendiri yang khas, sehingga tingkah laku gayanya yang
membedakan dirinya dari orang lain. Kegagalan atau keberhasilan yang
dipimpin dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya menunjukkan
kegagalan atau keberhasilan pemimpin itu sendiri. Raph White dan Ronald
Lippit menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu gaya yang
digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahan.8
Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006)
ditemukan bahwa “kinerja kepemimpinan sangat bergantung pada organisasi
maupun gaya kepemimpinan”. Pemimpin bisa efektif dan tidak efektif dalam
situasi tertentu. Untuk meningkatkan efektivitas organisasi dibutuhkan
kemauan untuk belajar bagaimana melatih pemimpin secara efektif, namun juga

7
Muslichan Noor, “Gaya Kepemimpinan Kyai”, Jurnal Kependidikan, Vol. 7 No. 1, dalam
https://scholar.google.com/scholar, diakses 15 Oktober 2022
8
Hardi Mulyono, “Kepemimpinan (Leadership) Berbasis Karakter dalam Peningkatan
Kualitas Pengelolaan Perguruan Tinggi”, Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora, Vol. 3
No.1 dalam https://scholar.google.com/scholar, diakses 14 Oktober 2022

6
menciptakan lingkungan organisasi yang pemimpinnya mampu melaksanakan
tugasnya sebaik mungkin.
Selain itu, Prasetyo berpendapat bahwa “gaya kepemimpinan adalah cara
yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam
perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk
bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan”. Lebih lanjut, Flippo (1987)
mengungkapkan bahwa “gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai
pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi
dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.9
Tiga gaya kepemimpinan yang disimpulkan oleh Lewin menurut University
of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002) adalah gaya
kepemimpinan autokratis/otokrasi, gaya kepemimpinan demokratis/partisipatif,
dan gaya kepemimpinan laissez-faire (kendali bebas). Untuk penjelasannya
adalah sebagai berikut:

1) Gaya Kepemimpinan Autokratis atau Otokrasi


Gaya kepemimpinan autokratis merupakan suatu gaya
kepemimpinan yang berdasarkan keputusan dan kebijakan dari dirinya
secara penuh. Gaya ini membuat pemimpin mengontrol setiap aspek
pelaksanaan kegiatan yang mana ia akan memberitahu target utama dan
target minor yang perlu dikejar dan cara untuk mencapai target tersebut.
Seorang pemimpin juga bertindak sebagai pengawas anggotanya dan
menyediakan cara penyelesaian masalah yang dihadapi anggota. Dengan
demikian, anggota organisasi tidak perlu repot-repot memikirkan apapun
dan cukup melakukan tindakan atas keputusan yang diambil oleh
pemimpinnya.
Kepemimpinan autokratis sangat sesuai dengan anggota yang
berkompetensi rendah tetapi berkomitmen yang tinggi. Menurut Rivai,
kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan

9
Syamsu Q. Badu dan Novianty Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
(Gorontalo: Ideas Publishing, 2017), hal. 33.

7
metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi. Robbins dan Coulter juga menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang
cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte
bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak,
dan meminimalisasi partisipasi karyawan.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan autokratis adalah sebagai berikut:
a) Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
b) Cara dan langkah pelaksanaan kegiatan diperintah oleh pimpinan.
c) Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap
anggota.
d) Keputusan dapat diambil secara cepat.
Kelemahan dari gaya kepemimpinan autokratis adalah sebagai berikut:
a) Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
b) Komunikasi hanya satu arah, yaitu ke bawah saja.
c) Pemimpin menjadi pihak yang dipuji dan dikecam terhadap pekerjaan
yang dilakukan anggotanya.
d) Pemimpin tidak terlibat dalam partisipasi kelompok aktif, kecuali bila
menunjukkan kemampuannya.10

2) Gaya Kepemimpinan Demokratis atau Partisipatif


Gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif merupakan suatu
gaya yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang memberikan kewenangan
secara luas dan adil. Gaya ini menuntun pemimpin untuk melibatkan
anggota sebagai tim yang utuh dalam menyelesaikan perkara yang dihadapi.
Pemimpin memberikan segala informasi terkait tugas, pekerjaan, dan
tanggung jawab anggotanya. Para bawahan berperan besar dalam gaya
kepemimpinan demokrasi, di mana seorang atasan hanya memberitahu

10
Ibid., hal. 34.

8
target yang ingin dicapai serta cara pencapaiannya dan anggotanya yang
menentukan.
Dalam gaya ini, para anggota diberikan fleksibilitas dalam
menindaklanjuti masalah yang terjadi. Kepemimpinan demokrasi sangat
sesuai dengan anggota yang berkompetensi tinggi dan memiliki beragam
komitmen serta ditandai dengan sebuah struktur yang dibuat berdasarkan
pendekatan pengambilan keputusan bersama. Rivai, menjelaskan bahwa di
bawah kepemimpinan demokratis (bawahan) cenderung bermoral tinggi,
dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri
sendiri.11
Menurut Robbins dan Coulter, gaya kepemimpinan demokratis
mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan
dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong
partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja, dan
tujuan yang ingin dicapai serta memandang umpan balik sebagai suatu
kesempatan untuk melatih karyawan. Kemudian Jerris menyatakan bahwa
gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk
mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis,
mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat
menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
a) Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
b) Setiap kebijakan diberikan pada kelompok diskusi dan pemimpin
membantu pengambilan keputusan.
c) Kelompok membahas tentang kegiatan yang akan dilakukan,
mempersiapkan tujuan, dan jika perlu pemimpin memberikan saran
terkait petunjuk teknis pelaksanaan dengan langkah-langkah alternatif
yang bisa dipilih.
d) Menekankan dua hal, yaitu bawahan dan tugas.

11
Ibid., hal. 35.

9
e) Pemimpin menjadi anggota kelompok biasa yang tidak perlu
melaksanakan banyak tugas, serta ia merupakan objektif atau fact
minded dalam pujian dan kecamannya.
f) Anggota kelompok bebas bekerja dengan tim pilihan mereka dan
pembagian tugas ditetapkan kelompok.
Kelemahan dari gaya kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
a) Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih lama.
b) Sulitnya mencapai kesepakatan.
c) Bawahan menjadi terlalu bebas mengeluarkan pendapat sehingga
kurang ada sikap saling menghormati satu sama lain.
d) Banyak menimbulkan pro dan kontra terhadap suatu keputusan yang
akan diambil.12

3) Gaya Kepemimpinan Laissez-faire


Gaya kepemimpinan laissez-faire (kendali bebas) merujuk pada
pemimpin yang hanya ikut serta dalam jumlah kecil di mana anggota yang
berperan aktif dalam menetapkan tujuan dan cara menyelesaikan masalah
yang timbul. Gaya kepemimpinan ini merupakan model yang dinamis, di
mana seorang pimpinan hanya memberitahu target utama yang ingin dikejar
oleh kelompok. Setiap bidang kelompok dipercayai untuk menetapkan
target minor, cara pencapaian target, dan cara penyelesaian perkara masing-
masing. Oleh karena itu, pimpinan hanya sebagai pengawas saja.
Di sisi lain, kepemimpinan kendali bebas sangat sesuai dengan
anggota yang berkompetensi dan berkomitmen tinggi. Tetapi pada era ini,
sebagian besar para ahli memberikan gaya kepemimpinan yang mampu
mengembangkan produktivitas kerja anggota, dari teori sifat sampai teori
situasional. Robbins dan Coulter berpendapat bahwa gaya kepemimpinan
kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan
memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan

12
Ibid., hal. 36.

10
keputusan serta menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang menurut
karyawannya paling sesuai.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan laissez-faire adalah sebagai berikut:
a) Anggota kelompok secara bebas mengambil keputusan dengan
keterlibatan minimal dari pimpinan.
b) Bahan yang disediakan oleh pemimpin membuat anggota selalu siap
jika dia akan memberikan informasi saat menjawab pertanyaan.
c) Anggota kelompok membuat keputusan yang sesuai dengan pencapaian
tujuan.
Kelemahan dari gaya kepemimpinan laissez-faire adalah sebagai berikut:
a) Pemimpin tidak berpartisipasi dalam penentuan tugas.
b) Kritikan yang secara impulsif diberikan kepada anggota kelompok atau
pertanyaan yang tidak bermaksud mengatur suatu peristiwa.
c) Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
d) Pemimpin hanya menentukan kebijakan dan tujuan umum.13

2.3 Fungsi Kepemimpinan


Fungsi kepemimpinan menjadi hal penting dalam pencapaian tujuan
organisasi, di mana kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kinerja pegawai yang menjadikan salah satu faktor pelengkap.
Oleh karena itu, untuk pencapaian yang baik dibutuhkan fungsi kepemimpinan
yang menjadi pengurai dari berbagai macam sikap dan karakter pegawai. Dalam
upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut
harus dijalankan sesuai dengan fungsinya.
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada di dalam situasi, bukan berada di luar situasi. Kepemimpinan
yang berfungsi sebagai gejala sosial harus diwujudkan dalam interaksi antar
individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.

13
Ibid., hal. 38.

11
Menurut Reza (2010) secara operasional ada lima fungsi pokok
kepemimpinan, antara lain:

1) Fungsi Instruktif
Dalam fungsi ini, pemimpin sebagai komunikator. Kepemimpinan yang
efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi
orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2) Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat dua arah. Konsultasi ini dimaksud untuk memperoleh
masukan umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan.
3) Fungsi Partisipasi
Fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya,
tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan
tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
4) Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan dari
pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
5) Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau
efektif maupun mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.14

14
P. F. Lano, “Fungsi Kepemimpinan Untuk Mengurangi Sikap Arogansi Pegawai”, Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 4 No. 1, dalam https://publikasi.unitri.ac.id, diakses 15 Oktober
2022

12
Fungsi kepemimpinan merupakan usaha untuk mempengaruhi dan
mengarahkan karyawannya untuk bekerja sebaik mungkin, dengan memiliki
semangat yang tinggi, dan memotivasi yang tinggi guna mencapai tujuan
organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi kepemimpinan mengatur
hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi
pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan individu atau kelompok yang
memiliki tujuan untuk mewujudkan organisasi yang bergerak kearah
pencapaian tepat sasaran.
Fungsi lain dengan ditetapkannya kepemimpinan (leadership) oleh
seorang manajer dalam organisasi agar dapat menciptakan integrasi yang serasi
dan mendorong semangat kinerja pegawai untuk mencapai sasaran yang
maksimal. Integrasi merupakan pembauran menjadi kesatuan yang utuh.
Dengan adanya sikap integrasi dalam pelaksanaan fungsi kepemimpinan,
semakin lebih mempermudah kinerja dalam mencapai tujuan dari organisasi. 15

2.4 Teori-Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan merupakan teori yang berusaha untuk menerangkan
cara pemimpin berperilaku dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya, dan
lingkungannya. Para teoritis (pakar) kepemimpinan, baik secara sosiologis
maupun manajerial telah banyak menawarkan berbagai teori tentang
kepemimpinan. Dari berbagai teori yang dikemukakan para tokoh, dapat
diidentifikasikan bahwa pada dasarnya teori kepemimpinan itu ada tiga macam.
Ketiga teori kepemimpinan tersebut adalah:
1) Teori sifat (trait theory)
Menurut Sondang P. Siagian, teori ini disebut pula teori genetic. Teori ini
menjelaskan bahwa eksistensi seorang pemimpin dapat dilihat dan dinilai
berdasarkan sifat-sifat yang dibawa sejak lahir sebagai sesuatu yang
diwariskan. Teori ini juga sering disebut sebagai teori bakat karena
menganggap pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk.

15
Ibid., hal. 75.

13
2) Teori perilaku (behavior theory)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa kepemimpinan harus dipandang
sebagai hubungan diantara orang-orang bukan sebagai sifat-sifat atau ciri-
ciri seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin
sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam berhubungan dan
berinteraksi dengan segenap anggotanya. Dengan kata lain, teori ini sangat
memperhatikan perilaku pemimpin sebagai aksi dan respon kelompoknya
yang dipimpin sebagai reaksi.
3) Teori lingkungan (environmental theory)
Teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu adalah
hasil dari waktu, tempat, dan keadaan. Dalam teori ini muncul sebuah
pernyataan “leader is made not born”, yaitu pemimpin itu dibentuk bukan
dilahirkan. Lahirnya seorang pemimpin adalah melalui evolusi sosial
dengan memanfaatkan kemampuannya untuk berkarya dan bertindak
mengatasi masalah-masalah yang timbul pada situasi dan kondisi tertentu.16

16
Tati Nurhayati, “Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja”,
Jurnal Pendidikan dan Sosial Ekonomi, Vol. 1 No. 2, dalam https://www.syekhnurjati.ac.id, diakses
15 Oktober 2022

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan kunci utama dalam sebuah organisasi, hal ini
dikarenakan kondisi suatu organisasi tergantung dari pola kepemimpinan yang
ada dalam sebuah organisasi. Dalam kepemimpinan memiliki pola yang
digunakan untuk mengatur sebuah organisasi. Pengertian dari pola
kepemimpinan adalah pola atau gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
seseorang atau lebih yang menggunakan pengaruh, wewenang atau kekuasaan
terhadap orang lain dalam menggerakkan mereka guna mencapai tujuan.
Setiap pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai
beberapa cara dan gaya. Pemimpin memiliki sifat, kebiasaan, temperamen,
watak, dan kepribadian sendiri yang khas, sehingga tingkah laku gayanya yang
membedakan dirinya dari orang lain. Beberapa gaya kepemimpinan, yaitu gaya
kepemimpinan autokratis/otokrasi, demokratis/partisipatif, dan laissez-faire.
Dalam beberapa gaya yang dimiliki kepemimpinan, pemimpin memiliki
beberapa karakteristik serta kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda.
Selain ada beberapa macam gaya, ada juga fungsi dari kepemimpinan.
Fungsi kepemimpinan menjadi hal penting dalam pencapaian tujuan
organisasi di mana kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kinerja pegawai, oleh karenanya untuk pencapaian yang baik
dibutuhkan fungsi kepemimpinan yang menjadi pengurai dari berbagai macam
sikap dan karakter pegawai. Secara operasional ada lima fungsi pokok
kepemimpinan, yaitu fungsi instruktif, fungsi konsultatif, fungsi partisipasi,
fungsi delegasi, dan fungsi pengendalian. Selain memiliki beberapa fungsi,
kepemimpinan juga memiliki beberapa teori mengenai penjelasan dari
karakteristik seorang pemimpin.
Teori kepemimpinan merupakan teori yang berusaha untuk menerangkan
cara pemimpin berperilaku dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya,
dan lingkungannya. Dari berbagai teori yang dikemukakan para tokoh, dapat

15
diidentifikasikan bahwa pada dasarnya teori kepemimpinan itu ada tiga. Ketiga
teori kepemimpinan tersebut adalah teori sifat (trait theory), teori perilaku
(behavior theory), dan teori lingkungan (environmental theory).

3.2 Saran
Setelah menyusun makalah ini, maka ada beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat, agar lebih paham mengenai model atau pola
kepemimpinan yang ada, sehingga masyarakat dapat meningkatkan
pemahaman mengenai hal tersebut untuk dapat mengetahui kinerja
seorang pemimpin dalam menjalankan bisnisnya.
2. Bagi mahasiswa, agar dapat memperkuat pemahamannya mengenai
suatu materi tentang pola kepemimpinan dalam mengelola bisnis
tersebut untuk menjadikannya sebagai ilmu atau pembelajaran di masa
depan.
3. Bagi pemerintah, agar bisa menjadi pelopor dalam urusannya mengenai
pola kepemimpinan untuk masa depan, sehingga pemerintah dapat
memberi contoh dalam menjalankan gaya kepemimpinan sesuai
kebutuhan dengan melakukan pelatihan pada masyarakat agar menjadi
pemimpin yang tegas dan berkarakter.

16
DAFTAR PUSTAKA

Badu, Syamsu Q. dan Novianty Djafri. 2017. Kepemimpinan dan Perilaku


Organisasi. Gorontalo: Ideas Publishing.

Dewi, Utami. 2013. Mencari Model Kepemimpinan Profetik Transformatif:


Menuju Indonesia Berdaulat. Sleman: Azzagrafika.

Hartati, Yulia. (2022). Peranan Kepemimpinan dalam Pemberdayaan Pegawai pada


Kantor Bagian Pertahanan Sekretariat Daerah Kabupaten Lahat. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 11(1), hal. 13-15.

Istikomah dan Budi Haryanto. 2021. Manajemen & Kepemimpinan Pendidikan


Islam. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Iwan Purwanto, https://www.inilah.com/ 2022/06/22/ semena-mena-kepada-


pekerja-bos-citilink-disomasi-dua-kali/. “Semena-mena kepada Pekerja,
Bos Citilink Disomasi Dua Kali” (Selasa, 18 Oktober 2022, 12.17).

Lano, P. F. (2015). Fungsi Kepemimpinan untuk Mengurangi Sikap Arogansi


Pegawai. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 4(1), hal. 75-77.

Mulyono, Hardi. (2018). Kepemimpinan (Leadership) Berbasis Karakter dalam


Peningkatan Kualitas Pengelolaan Perguruan Tinggi. Jurnal Penelitian
Pendidikan Sosial Humaniora, 3(1), hal. 291.

Noor, Muslichan. (2019). Gaya Kepemimpinan Kyai. Jurnal Kependidikan, 7(1),


hal. 144.

Nurhayati, Tati. (2012). Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi


Kerja. Jurnal Pendidikan dan Sosial Ekonomi, 1(2), hal. 80-81.

Tunnisa, Andriani., Makmur, Nurul Inayah., dan Hasan, Zakiah. (2021).


Kepemimpinan Ideal dalam Lembaga Pendidikan. Journal of Management
Education, 1(1), hal. 41-42.

17

Anda mungkin juga menyukai