Anda di halaman 1dari 171

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODEL SCHEMA-BASED

INSTRUCTION (SBI) DENGAN STRATEGI FOPS PADA


MATERI KAIDAH PENCACAHAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan


Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Rahmawati Fadlil Choeria
NIM : 11150170000039

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
ABSTRAK
RAHMAWATI FADLIL CHOERIA (11150170000039). “Pengembangan
Bahan Ajar Pendekatan Schema-Based Instruction (SBI) dengan Strategi FOPS
Pada Materi Kaidah Pencacahan”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fsakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2022.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berbasis Schema-Based


Instruction (SBI) dengan Strategi FOPS pada materi Kaidah Pencacahan. Schema-
Based Instruction (SBI) adalah sebuah pendekatan berbasis skema dan solusi
dengan menggunakan strategi FOPS, yaitu; Find the problem type, Organize the
information in the problem using the schematic diagram, Plan to solve the
problem, dan Solve the problem. Subjek uji coba diambil dengan teknik purposive
sampling pada siswa kelas XII SMA Perguruan Rakyat 1 Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan adalah hasil modifikasi dari model 4-D Thiagarajan
dengan tahap define, design, dan develop, sehingga tidak melalui tahap
disseminate.

Hasil penilaian bahan ajar menurut ahli menunjukan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan memiliki kriteria layak dengan skor rata-rata 4,09 dan memiliki
keunggulan pada aspek evaluasi. Adapun skor rata-rata respon siswa memiliki
kriteria sangat baik dengan skor rata-rata 4,40 pada keseluruhan aspek memiliki
kriteria sangat baik. Berdasarkan hal tersebut, bahan ajar yang dikembangkan
termasuk dalam kriteria layak dan dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika kelas XII SMA/MA.

Kata kunci : Bahan Ajar, Kaidah Pencacahan, Model Pengembangan 4-D,


Schema Based Instruction strategi FOPS.

i
ABSTRACT
RAHMAWATI FADLIL CHOERIA (11150170000039). "Development of
Schema-Based Instruction (SBI) Approach Teaching Materials with FOPS
Strategy on Enumeration Rules Materials". Thesis, Department of Mathematics
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, 2022.

This study aims to develop teaching materials based on Schema-Based Instruction


(SBI) with the FOPS Strategy on the Enumeration Rules material. Schema-Based
Instruction (SBI) is a scheme-based approach and solution using the FOPS
strategy, namely; Find the problem type, Organize the information in the problem
using the schematic diagram, Plan to solve the problem, and Solve the problem.
The test subjects were taken by using purposive sampling technique in class XII
students of SMA Perguruan Rakyat 1 Jakarta. The research method used is the
modification of the 4-D Thiagarajan model with the define, design, and develop
stages, so that it does not go through the disseminate stage.

The results of the assessment of teaching materials according to experts indicate


that the teaching materials developed have appropriate criteria with an average
score of 4.09 and have advantages in the evaluation aspect. The average score of
student responses has very good criteria with an average score of 4.40 in all
aspects having very good criteria. Based on this, the teaching materials developed
are included in the appropriate criteria and can be used in learning mathematics
for class XII SMA/MA.

Keywords: 4-D Development Model, Enumeration Rules, Schema Based


Instruction with FOPS startegy, Teaching Materials.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat-Nya penulis dapat


menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Model
Schema-Based Instruction (SBI) dengan Strategi FOPS pada Materi
Kaidah Pencacahan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan
umatnya.
Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada program studi pendidikan matematika. Penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dikarenakan
keterbatasan penulis. Berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak,
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Gusni Satriawati, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Otong Suhyanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan meluangkan waktu, energinya serta pikirnnya untuk
membimbing dan memberikan semangat dari awal proses penulisan skripsi
ini. Semoga Bapak selalu diberi kesehatan, kemudahan dalam segala
urusan, serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
4. Ramdani Miftah, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen
Penasihat Akademik yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk
tetap peduli, membimbing, memotivasi, dan memberikan semangat dari
awal perkuliahan hingga proses penyusunan skripsi. Semoga Bapak selalu
diberi kesehatan, dimudahkan segala urusannya, dan selalu dalam
lindungan Allah SWT.
5. Teristimewa untuk yang tercinta, Ayahanda Khoeron dan Ibunda Sariah,
yang tidak pernah merasa lelah dan menyerah untuk mendoakan dan

iii
memberikan kepercayaan kepada penulis. Saudara terbaik, Nurhayati
Choeria yang memberikan doa, semangat dan pengingat realita selama
penulisan skripsi ini. Serta keponakan tercinta, Salsabila Hanifa
Nurhidayati dan Syahanna Azahra Nurhidayati yang selalu memberikan
kebahagiaan dan menjadi penyemangat kepada penulis.
6. Sahabat terkasih, Rafi Ahmad As Sidiq, Virna Miawati, Ataya Samara,
Novalia Putri, Tri Apriliani, Deti Darmayanti dan Nabilah Rahmah, atas
semua doa dan dukungan kepada penulis. Terimakasih untuk tidak pernah
merasa lelah menjadi tempat kembali dan bercerita.
7. Adinda Salsabila, sahabat cuan yang mengenalkan Nessy judge, skincare,
nct, dan temen seperjuangan penulis dari awal niat sampai akhirnya
mengerjakan skripsi, terimakasih selalu menampung penulis.
8. Sahabat terkasih dari forum receh, Septi Nur Fuziya, S.Pd., Resminati
Dinda Salisa, S.Pd., Suciana Dewi, S.Pd., Fadhillah Dwi Gustika, S.Pd.,
Adinda Salsabila, Kalis Widya Arista, dan Aghnia Eri Hafillah, yang
menemani dari awal hingga akhir perkuliahan dengan banyak sekali canda
tawa serta memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
9. Keluarga besar pengurus dan pengawas KOPMA UIN Jakarta periode
2017, 2018, dan 2019, serta keluarga besar bidang keuangan, terimakasih
atas kesempatannya dan kepercayaannya untuk menambah pengalaman
dan senantiasa mendukung penulis.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya
tidak bisa penulis tuliskan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
meminta kritik dan saran yang bersifat membangun Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Jakarta, Juni 2022

Penulis
Rahmawati Fadlil Choeria

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................v

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................................1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................................................6

C. Pembatasan Masalah ......................................................................................................7

D. Rumusan Masalah ..........................................................................................................7

E. Tujuan Penelitian............................................................................................................7

F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan ...............................................................................8

G. Manfaat Penelitian..........................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................9

A. Deskripsi Teoritik ...........................................................................................................9

1. Pengembangan Bahan Ajar .................................................................................................. 9

2. Pendekatan Schema-Based Instruction............................................................................. 15

3. Kaidah pencacahan.............................................................................................................. 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................................................24

C. Kerangka Teoritik ........................................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................28

v
A. Model Pengembangan ..................................................................................................28

B. Prosedur Pengembangan ..............................................................................................28

1. Define (pendefinisian) ........................................................................................................ 28

2. Design (perencanaan) ......................................................................................................... 30

3. Development (pengembangan) .......................................................................................... 30

C. Desain Uji Coba ...........................................................................................................31

1. Uji Ahli atau Validasi Produk............................................................................................ 31

2. Uji Coba Kelompok Kecil .................................................................................................. 32

D. Subjek Uji Coba ...........................................................................................................32

E. Instrumen Penelitian .....................................................................................................32

1. Instrumen Penilaian Produk oleh Validasi Ahli .............................................................. 32

2. Angket Respon Siswa ......................................................................................................... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................................34

G. Teknik Analisis Data ....................................................................................................34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................................38

A. Deskripsi Hasil Pengembangan ....................................................................................38

1. Tahapan Define (Pendefinisian) ....................................................................................... 38

2. Tahapan Design (Perancangan) ......................................................................................... 42

3. Tahapan Develop (Pengembangan) .................................................................................. 44

B. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Uji Coba ................................................................55

1. Penilaian Ahli ...................................................................................................................... 55

2. Uji Coba Kelompok Kecil .................................................................................................. 60

C. Kajian Produk Akhir ....................................................................................................63

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................................64

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................................................66

vi
A. Simpulan ...........................................................................................................................66

B. Saran .................................................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................69

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli ...................................................... 33


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa ...................................................... 34
Tabel 3.3 Pemberian Skor Instrumen Validasi Ahli ............................................ 35
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Bahan Ajar LKS oleh Ahli ..................................... 36
Tabel 4.1 Hasil Validasi Bahan Ajar oleh Ahli.................................................... 56
Tabel 4.2 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Kelayakan Isi ......................... 57
Tabel 4.3 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Kebahasaan ........................... 57
Tabel 4.4 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Penyajian Materi ................... 58
Tabel 4.5 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Desai Tampilan ..................... 58
Tabel 4.6 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek SBI dengan strategi FOPS ..... 59
Tabel 4.7 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Evaluasi ................................. 59
Tabel 4.8 Hasil Angket Respon Siswa ................................................................. 63

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Tren Hasil PISA Matematika ............................................................. 2


Gambar 4. 1 Halaman Sampul Depan dan Halaman Francis ................................ 45
Gambar 4. 2 Pengetikan KI, KD, dan Indikator .................................................... 45
Gambar 4. 3 Pengetikan Petunjuk Penggunaan dan Peta Konsep ........................ 46
Gambar 4. 4 Penulisan Tujuan Pembelajaran dan Masalah Kontekstual.............. 47
Gambar 4. 5 Tahapan Find ................................................................................... 47
Gambar 4. 6 Tahapan Organize ............................................................................ 48
Gambar 4. 7 Tahapan Plan dan Solve ................................................................... 48
Gambar 4. 8 Pengetikan Latihan Soal .................................................................. 49
Gambar 4. 9 Pengetikan Kunci Jawaban............................................................... 50
Gambar 4. 10 Pengetikan Daftar Pustaka ............................................................. 50
Gambar 4. 11 Sampul Depan sebelum dan Sesudah Revisi ................................. 51
Gambar 4. 12 Soal Latihan LK.1 Sebelum dan Sesudah ...................................... 52
Gambar 4. 13 Perintah membaca informasi Sebelum dan Sesudah ...................... 53
Gambar 4. 14 Perbaikan Tahapan Find ................................................................ 53
Gambar 4. 15 Tahapan Solve LK.3 Sebelum dan Sesudah................................... 54
Gambar 4. 16 Kunci Jawaban LK.3 Sebelum dan Sesudah diperbaiki ................. 55

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pertanyaan Wawancara Guru Matematika ......................... 72


Lampiran 2 Transkip Hasil Wawancara Guru Matematika ................................ 74
Lampiran 3 Lembar Pertanyaan Wawancara Siswa............................................ 76
Lampiran 4 Transkip Hasil Wawancara Siswa ................................................... 77
Lampiran 5 Instrumen Uji Validitas Ahli............................................................ 79
Lampiran 6 Angket Respon Siswa ...................................................................... 84
Lampiran 7 Surat Permohonan Validator Bahan Ajar ........................................ 86
Lampiran 8 Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar oleh Ahli ............................ 88
Lampiran 9 Sampel Hasil Validasi Instrumen Uji Validitas Ahli....................... 93
Lampiran 10 Perhitungan Data Angket Respon Siswa ......................................... 99
Lampiran 11 Sampel Hasil Angket Respon Siswa ............................................. 101
Lampiran 12 Uji Referensi .................................................................................. 107
Lampiran 13 Bahan Ajar ..................................................................................... 110

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti dari
tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah atas. Matematika memiliki
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu matematika
salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh setiap manusia. Bahan kajian
matematika antara lain, berhitung, ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk
mengembangkan logika dan kemampuan peserta didik1.
Programme for International Students Assessment (PISA) mengadakan
penilaian ataupun survei tiga tahunan kepada anak berusia 15 tahun untuk
menilai pengetahuan inti serta keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat
berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Matematika menjadi salah satu tes
yang dilakukan oleh PISA. Pada penilaian Matematika difokuskan untuk
mengukur kapasitas siswa untuk merumuskan, menggunakan dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Untuk mencapai
keberhasilan siswa dalam tes PISA, maka siswa harus memiliki kemampuan
bernalar secara sistematis dan menggunakan konsep matematika, prosedur,
fakta, dan alat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena2. Hasil Program of International Student Assessment (PISA) pada
tahun 2018 menyatakan Indonesia berada di peringkat 72 dari 78 negara
dengan skor rata-rata matematika sebesar 379 sedangkan skor rata-rata
Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) sebesar
489, nilai ini cenderung stagnan selama 10 tahun terakhir3.

1
Republik Indonesia, Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, hal 33.
2
OECD, Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 Result, OECD,
2019. p. 104
3
Ibid, p. 18

1
2

Tren Hasil PISA Matematika


395
390
385
380
375
370
365
360
355
2000 2003 2006 2009 2012 2015 2018

Gambar 1. 1 Tren Hasil PISA Matematika


Terlihat grafik tren matematika dari 2003 sampai 2018 cukup fluktuatif.
Pada tahun 2006, nilai PISA pada bidang matematika mengalami kenaikan
secara kumulatif, kemudian mengalami penurunan pada dua putaran
selanjutnya. Walaupun demikian, sebaran nilai Indonesia bergeser ke nilai
yang lebih tinggi. Artinya secara kumulatif nilai PISA Indonesia cenderung
meningkat.4
Hasil kompetensi PISA bidang metematika menunjukan 71% siswa tidak
mencapai kompetensi minimum matematika. Artinya masih banyak siswa
Indonesia kesulitan dalam menghadapi situasi yang membutuhkan
kemampuan pemecahan masalah menggunakan matematika. Di antara
kelompok siswa yang memiliki kompetensi rendah, 43% berada di tingkat 1a
; 37% di 1b; 16% di 1c; dan 4% yang bahkan tidak mencapai tingkat 1c.5
Tingkat 1 menunjukan siswa dapat menjawab pertanyaan matematika dalam
konteks umum. Segala informasi yang berkaitan ada dan pertanyaannya
sangat jelas. Mereka mampu menggunakan rumus-rumus matematika biasa
berdasarkan instruksi langsung seperti membaca sebuah nilai dari grafik atau
tabel sederhana. Namun biasanya mereka tidak mampu mengerjakan soal
perhitungan aritmatika yang tidak menggunakan bilangan cacah atau soal
yang instruksinya tidak gamblang dan terinci dengan baik.6

4
Puspendik, Pendidikan di Indonesia Belajar dari Hasil PISA 2018, hal.42
5
Ibid, hal.50
6
Ibid, hal 49
3

Selain hasil PISA, berdasarkan kajian terhadap hasil analisis UN 2018,


ditemukan bahwa secara umum siswa SMA/MA dapat menyelesaikan soal-
soal yang hanya menggunakan rumus baku serta pengerjaan baku dan
kesulitan mengerjakan soal matematika yang mengharuskan mereka
membaca, memahami makna soal sebelum dapat melakukan penyelesaian.7
Pada salah satu soal UN 2018, materi kaidah pencacahan tentang dua orang
yang masuk ke sebuah gedung yang memiliki 8 pintu, berapa banyak cara
keluar masuk pintu jika mereka masuk dari pintu yang sama, tetapi keluar
dari pintu yang berbeda, hanya 28% siswa yang dapat menjawab benar.
Penyelesaian soal ini menuntut siswa untuk menafsirkan syarat yang ada pada
soal, sehingga tidak tersedia rumus langsung untuk menyelesaikannya.8
Hasil analisis UN 2019 secara umum ditemukan siswa SMA/MA jurusan
IPA dapat mengerjakan soal yang rutin mereka temui, namun belum mampu
untuk menyelesaikan soal level kognitif penalaran dan permasalahan yang
tidak biasa mereka temui atau non rutin. Materi kaidah pencacahan yang
diujikan pada salah satu soal UN 2019, merupakan soal rutin yang diberikan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
pemahaman mereka terhadap materi. Untuk menyelesaikan soal ini, siswa
harus bisa mengidentifikasikan apakah permasalahan yang diberikan
berkaitan dengan permutasi atau kombinasi. Namun, hanya 35% siswa yang
dapat menjawab benar. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa
belum mampu mengaplikasikan konsep kombinasi dan permutasi dalam
permasalahan matematika.9
Berdasar temuan tersebut, guru disarankan untuk memastikan siswa
memahami konsep matematika dan tidak hanya menghafal prosedur
menyelesaikan soal. Latihan soal penting dalam pembelajaran matematika,

7
Puspendik, Ringkasan Eksekutif Hasil Ujian Nasional SMA/MA IPA 2018, masukan untuk
pembelajaran di sekolah, hal.17
8
Puspendik 2018, Loc.cit
9
Puspendik, Ringkasan Eksekutif Hasil Ujian Nasional SMA/MA IPA 2019, masukan untuk
pembelajaran di sekolah, h.20
4

tetapi bukanlah yang utama. Dalam pembelajaran matematika yang utama


adalah memahami konsep yang kemudian dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan. Dalam pembelajaran, guru perlu memastikan
bahwa siswa telah benar-benar memahami konsep matematika yang diajarkan
sebelum melanjutkan ke konsep berikutnya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah menggunakan suatu tes pemahaman konsep dengan
memberikan soal-soal yang bukan terkait prosedur saja. Sebagai contoh,
untuk memastikan siswa telah paham konsep kombinasi dan permutasi, guru
dapat memberikan suatu permasalahan matematika kemudian meminta siswa
untuk menentukan prosedur penyelesaian yang tepat apakah kombinasi atau
permutasi, kemudian meminta siswa untuk menjelaskan alasan memilih
prosedur tersebut.10
Masalah dalam kehidupan nyata umumnya tidak disajikan dalam model
matematika secara langsung, namun dapat diselesaikan dengan menggunakan
model matematika. Oleh karena itu, perlu dilakukan interpretasi atau
penerjemahan masalah sehari-hari dalam bahasa matematika, misalnya dalam
persamaan matematika.11 Kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari kaidah
pencacahan dikarenakan kesalahan dalam memahami maupun menafsirkan
permasalahan. Selain itu, untuk dapat menyelesaikan permasalahan kaidah
pencacahan dibutuhkan penalaran dalam merencanakan penyelesaian dan
pemahaman konsep sehingga dapat menentukan solusi dengan tepat.
Berdasarkan analisis hasil UN 2018, Puspendik memberikan saran agar
siswa di kelas tidak hanya fokus mencari solusi atau penyelesaian
matematika, namun juga memperoleh pengalaman belajar dengan empat
tahapan secara utuh. Tahapan tersebut yaitu; 1) menerjemahkan masalah
nyata menjadi model matematika; 2) menyelesaikan model matematika yang
mungkin berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau lainnya untuk
menghasilkan solusi matematika; 3) menafsirkan solusi matematika ke dalam

10
Ibid.
11
Puspendik 2018, Loc.cit.
5

masalah nyata semula; 4) mengujikan solusi yang ditemukan ke masalah


aslinya.12
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan tujuan yang
akan dicapai. Pembelajaran di sekolah tidak lepas dari komponen perangkat
pembelajaran, salah satunya bahan ajar. Bahan ajar dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar membantu guru atau
pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya bahan ajar
memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara
runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai materi secara keseluruhan.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya bahan ajar yang
dikembangkan harus efektif agar mendorong siswa untuk terlibat aktif agar
siswa dapat memahami konsep dan materi lebih baik karena proses
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa menghasilkan pengetahuan yang
dikonstruksi oleh dirinya sendiri.
Implementasi dari kurikulum 2013 menuntut pemahaman guru secara
komprehensif tentang konsep, penyusunan, serta ketersediaan sarana dan
prasarana. Guru memiliki peranan penting dalam mengimplementasikan
kurikulum, salah satu keberhasilan kurikulum bergantung pada aktivitas dan
kreativitas guru dalam mengembangkan dan merealisasikannya13.
Pelaksanaan proses pembelajaran berdampak pada kualitas peserta didik.
Penggunaan buku cetak dalam proses pembelajaran, khususnya pada
pelajaran matematika terkadang kurang maksimal, peserta didik masih
mencatat materi yang guru sampaikan padahal materi, tersebut sudah terdapat
dalam buku14.
Scarlet Hughes dan Joshua Cuevas dalam penelelitiannya, “The Effects of
Schema-Based Instruction on Solving Mathematics Word Problems”
menyimpulkan bahwa penggunaan Schema-Based Instruction (SBI)

12
Ibid, hal.13
13
Heni Rahmadani, Yenita Roza, Atma Murni, Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Matematika Berbasis Teknologi Informatika (TI) di SMA IT Al Bayyinah Pekanbaru. Juring
Journal for Research in Mathematics Learning,, Vol.1 2018. p. 92
14
Ibid
6

menunjukan peningkatan penggunaan strategi dan akurasi pemecahan


masalah, karena instruksi berbasis skema menyediakan instruksi langsung,
identifikasi tipe masalah dan representasi visual dari masalah matematika15.
Penggunaan SBI dapat memfasilitasi siswa untuk lebih memahami struktur
masalah melalui penggunaan skema yang dapat membantu siswa memantau
kemampuan berpikirnya sehingga siswa dapat mengeksplor pengetahuannya
dan menggunakan simbol-simbol.
Pendekatan Schema based instruction (SBI) menjadi salah satu solusi
terhadap permasalahan kaidah pencacahan. Pendekatan SBI menekankan
pada analisis struktur masalah dengan menggunakan skema untuk mewakili
informasi penting yang ada pada masalah, kemudian menghubungkan
bagaimana skema tersebut saling berkaitan sehingga masalah dapat
diselesaikan karena menggunakan strategi yang tepat. Pendekatan SBI
menggunakan strategi pemecahan masalah heuristik yaitu strategi FOPS yang
digabungkan dengan menggunakan skema dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan bahan ajar pada
materi kaidah pencacahan Schema-Based Instruction (SBI) dengan
strategi FOPS”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yang
terjadi, yaitu:
1. Kesulitan menyelesaikan soal yang membutuhkan penafsiran syarat
dan tidak tersedia rumus langsung.
2. Bahan ajar yang tersedia kurang bervariasi
3. Bahan ajar yang tersedia kurang mendorong kemampuan matematika
siswa pada materi kaidah pencacahan

15
Scarlet Hughes, Joshua Cuevas, The Effects of Schema-Based Instruction on Solving
Mathematics Word Problems, Georgia Educational Researcher, Vol.17.2020. p.23
7

4. Pendekatan Schema Based Instruction (SBI) dengan strategi FOPS


belum diimplementasikan dalam bahan ajar matematika yang
digunakan di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan untuk memfokuskan
masalah yang akan dikaji. Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang diterapkan pada pada peneliatian ini adalah
pendekatan Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) Finding the problem type; (2)
Organize the information in the problem using the schematic diagram;
(3) Plan to Solve; dan (4) Solve the Problem.
2. Penelitian ini dibatasi pada materi kaidah pencacahan dan dilakukan
penelitian di jenjang SMA/MA Tahun ajaran 2021-2022
3. Model pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah model
pengembangan 4-D, yaitu define, design, dan develop.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan bahan ajar berbasis Schema based
instruction dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan?
2. Bagaimana kelayakan bahan ajar berbasis Schema based instruction
dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan yang dihasilkan?
3. Bagaimana respon siswa terhadap bahan ajar Schema based instruction
dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan yang dihasilkan?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Menghasilkan produk bahan ajar Schema-Based Instruction dengan
strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan (aturan penjumlahan,
aturan perkalian, permutasi dan kombinasi)
8

2. Mengetahui kelayakan bahan ajar Schema-Based Instruction dengan


strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan.
3. Mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar Schema-Based
Instruction dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan
F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan pada pengembangan ini adalah bahan ajar cetak
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis schema based instruction
dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan. Bahan ajar berisi
serangkaian soal atau masalah yang harus dikerjakan siswa baik secara
individu maupun kelompok.
G. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang didapat dari penelitian ini, antara lain;
1. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai bahan ajar kaidah pencacahan yang relevan
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan Schema-Based
Instruction maupun Kaidah pencacahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: (1)
pengembangan bahan ajar; (2) Schema-Based Instruction dengan strategi
FOPS; dan (3) Kaidah pencacahan. Penjelasan teori tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengembangan Bahan Ajar
a. Penelitian Pengembangan
Penelitian dan pengembangan atau Research and Development
(R&D) merupakan salah satu metode penelitian yang semakin sering
digunakan, termasuk penelitian dalam dunia pendidikan. Penelitian
pengembangan merupakan penelitian yang digunakan guna
menghasilkan sebuah produk dan menguji keefektivitasnya.1 Metode
penelitian dan pengembangan dalam dunia pendidikan berfokus pada
bidang desain atau rancangan pembelajaran. Produk yang dihasilkan
dari metode ini dalam dunia pendidikan dapat berupa model, media,
peralatan, buku, modul, alat evaluasi, serta perangkat pembelajaran,
seperti kurikulum dan kebijakan sekolah.2 hal ini menunjukan
produk yang dihasilkan oleh penelitian pengembangan tidak selalu
berbentuk hardware seperti buku, modul dan lain-lain. Namun
produk penelitian pengembangan dapat berupa perangkat lunak atau
software seperti buku elektronik, program pengolahan data, model
pembelajaran, dan lain-lain.
Menurut Richey dan Nelson, dalam penelitian pengembangana
ada dua hal yang dilakukan; pertama fokus pada desain dan evaluasi
produk atau program tertentu dengan tujuan mendapatkan gambaran
proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung
1
Amir hamzah,Metode Penelitian dan Pengembangan,(Malang: Literasi Nusantara,2020)
hal.1
2
P. Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, Edisi Keempat, Cet. 4, 2015), hal.276.

9
10

bagi implementasinya; kedua, mengkaji program pengembangan


yang dilakukan sebelumnya untuk memperoleh gambaran tentang
prosedur desain dan evaluasinya.3
Rickey dan Kelin menyatakan bahwa perencanaan dan penelitian
pengembangan merupakan sebuah kajian sistematis mengenai
pembuatan suatu produk, mengembangkan ataupun menghasilkan
suatu rancangan produk, mengevaluasi suatu rancangan produk yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai dasar
dalam membuat suatu rancangan produk itu, serta menghasilkan alat-
alat dan model pembelajaran ataupun bukan pembelajaran.4
Berdasarkan pengertian metode penelitian dan pengembangan
yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan adalah penelitian yang bertujuan menghasilkan
ataupun mengembangkan suatu produk, hal ini menunjukan produk
yang dihasilkan merupakan produk baru maupun mengembangkan
produk yang sudah ada sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan model 4-D yang dikembangkan oleh
Thiagarajan. Thiagarajan memaparkan empat tahap dalam penelitian
pengembangan, yaitu define, design, develop, dan disseminate.5
Berikut adalah keempat tahap tersebut:6
1) Tahap Define merupakan tahap untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pengembangan.
2) Tahap Design merupakan tahap perancangan produk
berdasarkan kriteria yang ditentukan berdasarkan analisis
yang dilakukan sebelumnya.

3
Risa Nur Sa’adah, Metode penelitian R&D. (Malang : Literasi Nusantara, 2020), hal. 13
4
Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan Research and Development, (Bandung:
Alfabeta, Cet. 3, 2019) hal. 28-29.
5
S. Thiagarajan, dkk., Instructional Development for Training Teachers of Exceptional
Children: A Sourcebook, (Minneapolis: Leadership Training Institute/Special Education, 1974),
hal. 5.
6
S. Thiagarajan, Loc.cit
11

3) Tahap Develop merupakan tahap di mana rancangan produk


yang telah dibuat dievaluasi dan divalidasi, serta diuji coba
pada sasaran subjek sebenarnya.
4) Tahap Disseminate merupakan tahap pendistribusian hasil
rancangan produk yang dianggap sudah memenuhi kualitas
kepada sasaran yang lebih luas.
b. Pengertian Bahan Ajar
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk
belajar7. Proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses
pendidikan di sekolah memerlukan beberapa komponen, yaitu guru,
isi atau materi pembelajaran dan siswa. Ketiga komponen tersebut
melibatkan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan
lingkungan belajar yang mendukung sehingga dalam tujuan
pembelajaran dapat tercapai8. Pembelajaran saat ini diharapkan
siswa tidak hanya menerima semua informasi yang bersumber dari
guru saja, namun siswa juga bisa bertindak sebagai penyampai
informasi, sehingga dapat terjadi komunikasi dua arah bahkan
komunikasi banyak arah.
Mempersiapkan perangkat pembelajaran serta adanya sumber
belajar yang beragam menjadikan proses pembelajaran efektif dan
maksimal. Seorang guru atau pendidik tidak tepat jika hanya
menggantungkan diri pada bahan buku teks sebagai satu-satunya
sumber bahan. Karena mengajar bukanlah menyelesaikan penyajian
suatu buku, melainkan membantu siswa untuk mencapai suatu
kompetensi.9 Guru atau pendidik hendaknya menggunakan sebanyak
mungkin sumber bahan ajar. Hal ini memungkinkan wawasan dan

7
Rudi Susilana, Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2018),
hal.1
8
Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2019), hal. 3
9
Ibid., hal. 149
12

pengalaman yang diterima siswa dalam proses pembelajaran lebih


banyak.
Amir Hamzah menyatakan bahwa bahan ajar merupakan
komponen isi pesan yang tercantum dalam kurikulum yang bersifat
wajib disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Komponen
bahan ajar memiliki pesan yanga beragam, ada yang berbentuk fakta,
konsep, prinsip atau kaidah, prosedur, problema dan sebagainya10
Menurut Abdul Majid, bahan ajar merupakan informasi, alat dan
teks yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar memungkinkan siswa untuk
mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga
secara akumulatif mampu menguasai kompetensi tersebut secara
utuh11.
Widodo dan Jasmadi memaparkan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan.12
Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian bahan ajar di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah alat atau perangkat
informasi yang digunakan untuk membantu tercapainya tujuan
kegiatan belajar mengajar.
Secara umum tujuan mengembangkan sumber belajar adalah
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, baik secara individu
maupun kelompok dengan menggunakan berbagai sumber belajar.
Secara khusus, pengembangan sumber belajar bertujuan sebagai
berikut13;

10
Amir Hamzah, Op.cit, hal.19
11
Abdul Majid, Perencanaan pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, cetakan
ke-11 2011), h.173
12
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan, (Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA), 2014), h. 185.
13
Amir Hamzah, op.cit., hal 20
13

1) Memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai gaya belajarnya


2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
sumber belajar sesuai dengan karakteristiknya
3) Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan
berbagai sumber
4) Memberi kesempatan kepada guru mengembangkan berbagai
model pembelajaran
5) Mendorong penggunaan pendekatan pembelajaran yang
baru, kreatif, dan inovatif
6) Menyinergikan penggunaan berbagai sumber belajar
sehingga tujuan belajar tercapai secara efektif dan efisien.
Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan kerena variabel-
variabel pembelajaran memiliki karakter yang berbeda-beda
berdasarkan kebutuhan tiap-tiap satuan pendidikan. Selain itu
terdapat faktor lain yang menjadi penyebab perlunnya dilakukan
pengembangan, antara lain14;
1) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni begitu
cepat sehingga bahan pelajaran yang ada dalam buku teks
pelajaran tidak dapat mengikutinya pada waktu bersamaan
2) Waktu yang tersedia dalam belajar secara tatap muka terbatas
dan tidak mampu mencakup semua pokok bahasan sehingga
kemungkinan tidak dapat mencapai kompetensi yang
ditetapkan
3) Masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-
beda dan tidak mungkin dipenuhi semuanya dalam kelas
4) Siswa perlu dilatih mencari, menemukan, mengolah, dan
menggunakan informasi secara mandiri
5) Sumber belajar yang ada perlu dimanfaatkan secara
terintegrasi dan optimal dengan proses pembelajaran di kelas
untuk efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran

14
Ibid, hal.20
14

6) Pusat sumber belajar dapat dijadikan sebagai penggerak


mengatasi berbagai masalah belajar dan membelajarkan
dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif dengan
berorientasi pada kepentingan siswa
Bahan ajar terus berkembang mengikuti kemajuan teknologi,
seperti bahan ajar dalam bentuk soft file, audio, audio visual,
multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web15. secara garis
besar, bahan ajar dikelompokan menjadi dua, yaitu bahan ajar cetak
dan non cetak.16 Secara rinci, Abdul Majid mengelompokan bahan
ajar dalam empat kategori, yaitu:17
1) Bahan ajar cetak (printed), meliputi handout, buku, modul,
lembar kerja siswa, brosur, leaflet, foto/gambar.
2) Bahan ajar suara (audio), meliputi kaset, piringan hitam,
compact disk, dan radio broadcasting.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), meliputi video atau
film, orang atau narasumber.
4) Bahan ajar interaktif, yaitu multimedia yang merupakan
kombinasi dari dua media atau lebih.
c. Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajar sangat diperlukan agar kegiatan belajar
mengajar tetap relevan dan sesuai dengan keaadaan dan situasi saat
ini. Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar
sangat beragam, oleh sebab itu diperlukan bahan ajar yang bervariasi
agar kendala atau permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar
dapat diselesaikan dengan tepat, sehingga mencapai tujuan
pembelajaran.
Hamzah B. Uno memaparkan perlunya bagi seorang guru untuk
merevisi bahan ajar. Revisi bahan ajar bertujuan untuk
menyempurnakan bahan ajar yang telah digunakan sebelumnya
15
Ibid, hal.19
16
Yuberti, op. cit., h.191.
17
A. Majid, op.cit, h.174
15

sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa


yang berdampak pada keefektifan tercapainya tujuan pembelajaran.18
Secara umum tujuan mengembangkan sumber belajar adalah
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, baik secara
individu maupun kelompok. Secara khusus, tujuan pengembangan
sumber belajar sebagai berikut :19
1) Memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan gaya
belajarnya.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sumber
belajar sesuai dengan karakteristiknya.
3) Memberikan pengalaman belajar dengan berbagai sumber.
4) Memberikan kesempatan kepada guru mengembangkan
berbagai model pembelajaran.
5) Mendorong penggunaan pendekatan pembelajaran yang baru,
kreatif, dan inovatif.
6) Menyinergikan penggunaan berbagai sumber bahan belajar
sehingga tujuan belajar tercapai secara efektif dan efesien.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti memilih untuk
megembangkan bahan ajar cetak berbentuk Lembar Kerja Siswa
(LKS). LKS merupakan bahan ajar yang bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan dan memenuhi prinsip-prinsip pengembangan
bahan ajar, dan LKS.
2. Pendekatan Schema-Based Instruction
a. Pendekatan Schema-Based Instruction
Pendekatan Schema-Based Instruction (SBI) diawali dari tulisan
Marshall mengenai penggunaan skema dalam pemecahan masalah,
kemudian selanjutnya dikembangkan oleh Jitendra. Teori skema
menunjukan bahwa kesadaran akan peran matematika secara
terstruktur terhadap suatu permasalahan sangat penting terhadap

18
H. B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 11, 2019), hal. 32.
19
Amir Hamzah, Op.cit, hal.20
16

keberhasilan solusi suatu masalah tersebut20. Marshall memaparkan


siswa memerlukan empat jenis pengetahuan yang berbeda untuk
menjadi mahir dalam pemecahan masalah matematika, yaitu;21
1) Identifikasi, pengetahuan identifikasi mengharuskan siswa
untuk memperhatikan struktur dasar matematika untuk
mengidentifikasi pola kesamaan dimasalah kata. Hal ini
memungkinkan siswa untuk mengklasifikasi struktur masalah.
2) Elaborasi, pengetahuan elaborasi mengharuskan siswa untuk
memetakan informasi yang disajikan dari masalah yang
diidentifikasikan secara skematis.
3) Perencanaan, pengetahuan perencanaan mengharuskan siswa
untuk menggunakan informasi dari pengetahuan identifikasi
dan pengetahuan elaborasi dalam menyusun rencana untuk
mendapatkan solusi
4) Eksekutif, pengetahuan eksekutif mengharuskan siswa untuk
mengatur sendiri perilaku mereka atau self-regulate untuk
melaksanakan rencana.
Skema adalah konteks pengetahuan yang mengatur informasi
secara terstruktur dan membantu siswa mengkategorikan berbagai
jenis masalah untuk menentukan tindakan yang paling tepat dalam
pemecahan masalah tersebut.
Pendekatan Schema-Based Instruction (SBI) berakar pada teori
skema dan menggabungkan model kognitif pemecahan masalah
matematika. Selain itu SBI juga terintegrasi beberapa instruksional
(instruksi eksplisit dan matematis, instruksi scaffolding dengan
pertanyaan terarah yang membantu mengklarifikasi dan
menyempurnakan berpikir siswa, umpan balik yang bersifat korektif,

20
Asha K.Jitendra, dkk, Improving Seventh Grade Student’s Learning of Ratio and
Proportion: the role of Schema-Based Instruction, Contemporary Educational Psychology, 2009,
p.252
21
Brittany L.Hott, Using Schema-Based Instruction to Improve the Mathematical Problem
Solving Skills of a Rural Student with EBD, Learning Disabilities: A Contemporary Journal, 2021,
p.128
17

dan tinjauan frekuensi kumulatif dari konsep-konsep utama) yang


mendukung pemecahan masalah bagi siswa.22
SBI melibatkan siswa untuk membangun skema yang bervariasi
pada struktur masalah yang berbeda, dengan mengidentifikasikan
persamaan dan perbedaan pada struktur. Dikarenakan informasi
terkait masalah dapat bervariasi, tapi tidak mengubah struktur
masalah.23 Penggunaan representasi skematik adalah cara yang
berguna untuk menyoroti dasar untuk struktur masalah. Diagram
skema bukan hanya sekedar merepresentasikan gambar atau jalan
cerita dari suatu permasalahan, melainkan menunjukan unsur-unsur
kritis dari struktur masalah.24
b. Strategi FOPS pada Pendekatan Pendekatan Schema-Based
Instruction
Strategi FOPS disusun berdasarkan teori skema yang
menyatakan bahwa masalah satu dengan lainnya memiliki
kemiripan sehingga penting untuk mengaitkan pengetahuan atau
masalah saat ini dengan pengetahuan yang telah dipahami
sebelumnya.25 Strategi FOPS melatih siswa untuk mengaktifkan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ketika berupaya
menemukan pemecahan masalah yang dihadapi saat ini dan
memfasilitasi berpikir nalar.26 Ketika menggunakan instruksi ini,
guru menuntun siswa sehingga tidak hanya capaian akhir
pemecahan masalah yang tepat diharapkan, namun yang lebih
penting adalah proses menemukan pemecahan matematika.

22
Asha K. Jitendra,dkk, A Randomized Trial of the Effects of Schema-Based Instruction on
Proportional Problem-Solving for Students With Mathematics Problem-Solving Difficulties,
(Journal of Learning Disabilities, 2016),p.4
23
Brittany L.Hott, p.129
24
Jon R. Star, dkk, Using Schema-Based Instruction to Improve Seventh Grade Student’s
Learning Ratio and Proportion, (New york, Paper presented at the annual meeting of the
American Educational Research Association, 2008), p.5
25
Nani Restati Siregar, Validasi Modul “FOPS” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Soal Cerita Matematika,(Kendari: Jurnal Nasional Pendidikan Matematika, 2022), hal.
161
26
Ibid, hal.160
18

Strategi pembelajaran FOPS yang digunakan pada pendekatan


Schema-Based Instruction terdiri dari empat tahap pembelajaran,
yaitu :27
1) Find the problem type (Menemukan jenis masalah)
Pendekatan SBI memfokuskan perhatian siswa untuk membaca
masalah, kemudian menafsirkannya ke dalam bahasa sendiri
sehingga siswa mendapatkan informasi yang diketahui dan
informasi yang tidak diketahui dalam permasalahan tersebut.
Pada tahap ini guru memikirkan cara untuk mengidentifikasi
jenis masalah dengan memeriksa informasi pada masalah.
Kemudian siswa mengidentifikasi jenis masalah menggunakan
self-questioning.
2) Organize the information in the problem using the schematic
diagram (Mengorganisasikan informasi yang terdapat pada
masalah menggunakan diagram skematik)
Pada tahap ini, guru mendemonstrasikan cara mengorganisasi
informasi menggunakan diagram skema. Diagram skematik
digunakan untuk mengorganisasikan atau mempresentasikan
informasi yang terdapat pada masalah. Dalam tahap ini juga
menggunakan self-questioning untuk mendapatkan informasi
penting pada soal. Siswa meng-garisbawahi informasi yang
penting dan melingkari kuantitas yang berhubungan dengan
objek masalah.
3) Plan to solve the problem (Merencanakan penyelesaian
masalah)
Guru memberikan berbagai solusi yang memungkinkan dalam
penyelesaian masalah. Pada tahap ini menekankan
perencanaan untuk menyelesaikan masalah pertama kali
dengan memilih operasi penyelesaian yang tepat. Informasi
27
Asha K.Jitendra, dkk, Improving Seventh Grade Student’s Learning of Ratio and
Proportion: the role of Schema-Based Instruction, Contemporary Educational Psychology, 2009,
p.256
19

yang telah di organisasikan serta di representasikan pada tahap


sebelumnya diubah menjadi suatu persamaan atau ekspresi
matematika.
4) Solve the problem (Menyelesaikan masalah)
Pada tahap ini, siswa menyelesaikan masalah dengan
menggunakan persamaan maupun ekspersi matematika yang
telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Siswa menuliskan
jawaban secara lengkap kemudian memeriksa keakuratan tidak
hanya perhitungan namun juga representasu dari solusi yang
digunakan.
3. Kaidah pencacahan
Teori peluang berkaitan dengan perhitungan peluang atau
kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Suatu kejadian merupakan
bagian dari suatu kejadian yang lebih besar yang disebut dengan ruang
sempel. Peluang suatu kejadian dapat diperoleh dengan mengetahui
berapa kali kejadian tersebut muncul dan berapa banyak ruang sempel
yang ada.
Prinsip dasar mencacah sering disebut dengan kaidah penggadaan.
Kaidah penggadaan merupakan metode menghitung banyaknya anggota
suatu kejadian mendaftar seluruh anggota terlebih dahulu28
a. Kaidah penggandaan
Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam m cara, dan jika kejadian
tersebut diikuti oleh kejadian lain yang dapat terjadi dalam n cara,
maka kedua kejadian tersebut dapat terjadi dalam m.n cara.29
Contoh soal
Kota A dan kota B dihubungkan oleh 3 jalan yang berbeda, kota
B dan kota C dihubungkan 2 jalan yang berbeda. Jika Amat memulai
perjalanan dari A ke kota C, berapa cara dia dapat memilih jalan?
Penyelesaian
28
Wilson Simangungsong, Matematika wajib kelas XII SMA/MA (Jakarta, Gematama 2016)
hal 131-133
29
Ibid, hal. 133
20

Banyaknya jalan yang menghubungkan dari kota A ke kota B ada


3, maka terdapat 3 cara menuju kota B dari kota A. Sedangkan jalan
yang terhubung dari kota B ke kota C ada 2, maka banyaknya cara
dari kota B ke kota C ada 2. Maka banyaknya cara Amat dapat
memilih jalan dari kota A ke kota C melalui kota B adalah : 3 x 2 = 6
b. Kaidah Penggandaan Umum
Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam n1 cara dan jika kejadian
tersebut diikuti oleh kejadian kedua yang dapat terjadi dalam n2
cara, jika kedua tersebut diikuti oleh kejadian ketiga yang dapat
terjadi dalam n3 cara, ... demikian seterusnya, maka k kejadian yang
terjadi secara berurutan tersebut dapat terjadi dalam(n1• n2 • n3 • ... •
nk) cara. 30
Contoh soal
Dalam berapa carakah sebuah organisasi dapat memilih satu
ketua, satu sekretaris, dan satu bendahara dari 10 anggotanya?
Penyelesaian
Ketua dapat dipilih dari 10 anggota yang ada, berarti ada 10 cara
untuk memilih ketua. Setelah ketua dipilih, maka tinggal (10-1)= 9
anggota yang dapa dipilih menjadi sekretaris, setelah ketua dan
sekretaris kepilih, maka tinggal (10-2)= 8 anggota yang dapat dipilih
menjadi bendahara. Dengan demikian banyaknya cara memilih
kepengurusan tersebut adalah = (10.9.8) cara = 720 cara.
c. Faktorial

30
Ibid, hal. 134
21

Notasi faktorial akan sering digunakan pada pembahasan materi


kaidah pencacahan. Faktorial dinotasikan dengan “!”. Faktorial
merupakan penulisan singkat perkalian bilangan asli. 31

Notasi n! Dibaca n faktorial.


Hal yang perlu diketahui:
0! =1
1! =1
2! = 2 1! = 2
Secara umum
( )( )
d. Permutasi
Permutasi adalah susunan yang berbeda atau urutan yang berbeda
yang dibentuk oleh sebagian atau keseluruhan unsur yang diambil
dari sekelompok unsur yang tersedia32.
1) Permutasi atas seluruh objek
benda berbeda akan membentuk susunan sebanyak Atau
dalam notasi permutasi dituliskan sebagai berikut

nPn
( )

Contoh Soal
Tentukan banyaknya susunan atau permutasi 3 huruf yang
diambil dari 3 huruf a,b,c yang tersedia.
Penyelesaian
Banyaknya huruf yang tersedia ada 3, yaitu a, b, dan c. Diambil
3 huruf, maka banyaknya susunan atau permutasi :

3P3
( )

31
Ibid, hal. 135
32
Sukino Suparmin, Maestro Matematika SMA/MA Kelas XII, (Sidoarjo: PT.Masmedia
Buana Pustaka, 2019) h.242
22

B C
A
C B
A C
B
C B
A B
C
B C

2) Permutasi atas sebagaian dari seluruh objek


Dari keseluruhan objek yang berbeda dipermutasikan
sebagian objek, banyaknya susunan yang mungkin terjadi
dapat dirumuskan sebagai berikut:

nPr
( )

Contoh soal
Kamar rawat inap di klinik bersalin “Selalu Sehat” hanya bisa
menampung 4 pasien yang akan melahirkan. Jika pada hari itu
kedatangan 6 pasien yang akan melahirkan, dalam beberapa cara
dapat disusun kemungkinan 6 pasien dapat dirawat inap di
klinik tersebut?
Penyelesaian
Cara 1 (menggunakan perkalian)
Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3 Kamar 4
6 6–1=5 6–2=4 6–3=3
Maka banyaknya susunan = cara

Cara 2 (menggunakan permutasi)

6P4 cara
( )

3) Permutasi Pemulihan
Permutasi pemulihan dikenal juga sebagai permutasi
pengulangan. Jika suatu permutasi sebanyak objek dari
objek ( ) dengan pengulangan berarti objek dapat
digunakan beberapa kali, dapat dirumuskan sebagai berikut.
23

n Pr

Contoh soal
Akan dilakukan pengecatan 5 rumah dengan 3 macam cat
(kuning, biru, dan cokelat) dengan kondisi warna cat dapat
dipakai berulang. Hitung banyaknya cara pengecatan 5 rumah
tersebut dengan 3 macam cat.
Penyelesaian
Permasalah tersebut dapat digambarkan dengan bagan sebagai
berikut;
Kuning Biru Coklat
5 rumah 5 rumah 5 rumah
Atau menggunakan permutasi pemulihan
5P3 = 125 cara
4) Permutasi Siklik
Banyaknya permutasi untuk objek berbeda yang diatur dalam
sebuah lingkaran atau bulatan disebut permutasi siklik.
Permutasi siklik dari unsur ( ) ditentukan oleh formula
berikut:
( ) ( )
Contoh soal
Terdapat tiga orang pemain mobile legend A, B, dan C yang
disusun melingkar. Hitung banyaknya susunan pemain dalam
kedudukan berbeda
Penyelesaian
Karena n= 3 , maka ( ) ( )
e. Kombinasi
Kombinasi merupakan pengembangan dari aturan perkalian dan
permutasi. Dalam permasalahan kontekstual permasalahan dalam
menemukan banyaknya cara pengambilan r objek dan n objek tanpa
memperhatikan urutan dikenal dengan prinsip kombinasi.
24

( )
( )
Contoh soal
Kantor wilayah departemen pendidikan akan menempatkan 4
sarjana matematika baru dari 10 sarjana matematika baru yang
menunggu penempatan sebagai guru matematika. Berapa banyak
cara menempatkan guru matematika tersebut?
Penyelesaian
Diketahui, dan

Maka ( ) cara.
( )

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian Gelar Dwirahayu, Mia Halpiani dan Dedek Kustiawati
(2019) yang berjudul “Peningkatan kemampuan berpikir aljabar melalui
pembelajaran Schema-Based instuction dengan startegi FOPS”,
menunjukan bahwa pembelajaran dengan Schema-Based Instuction
(SBI) dengan strategi FOPS dapat meningkatkan berpikir aljabar
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, serta pembelajaran
dengan Schema-Based Instuction (SBI) masih harus dikembangkan
khususnya pada pembuatan skema, diharapkan dengan skema siswa
akan lebih mudah memahami permasalahan khususnya dalam
pembuatan model atau persamaan matematis33.
2. Ivo Syifa Lutfia (2018) yang berjudul “Pengaruh Schema-Based
Instruction dengan strategi FOPS terhadap kemampuan representasi
matematis siswa” menunjukan bahwa kemampuan representasi
matematis siswa kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan
pendekatan Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS lebih

33
Gelar Dwirahayu, Mia Halpiani , Dedek Kustiawat, Peningkatan kemampuan berpikir
aljabar melalui pembelajaran Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS, (Jurnal
Pendidikan Matematika dan Matematika, 2019), h.114
25

tinggi daripada siswa kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan


34
pendekatan konvensional.
3. Lela Nur Safrida, Abdur Rahman, dkk (2016) artikel yang berjudul
“Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis problem solving
polya untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa
materi peluang kelas XI SMA” menunjukan bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) telah memenuhi
karakteristik langkah problem solving polya serta telah memenuhi
kriteria valid, praktis, dan efektif. Sehingga perangkat layak digunakan
sebagai alternatif bahan ajar untuk siswa SMA agar lebih memahami
materi permutasi dan kombinasi35.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan beberapa
hasil yang relevan. Adapun persamaan penelitian ini dan penelitian yang
dilakukan oleh gelar Dwirahayu, Mia Halpiani dan Dedek Kustiawati adalah
penggunaan pendekatan Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS.
Akan tetapi terdapat perbedaan pada kemampuan yang dikembangakan oleh
Gelar Dwirahayu dkk dalam penelitiannya. Kemampuan yang diteliti adalah
berpikir aljabar dan metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan
desain randomizer control group posttest only.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian Ivo Syifa Lutfia adalah
penggunaan pendekatan Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS.
Sedangkan perbedaan pada penelitian yang dikembangkan oleh Ivo Syifa
Luthfia terletak pada kemampuan representasi matematis serta metode yang
digunakan adalah kuasi eksperimen.

34
Ivo Syifa Luthfia, Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis problem solving
polya untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa materi peluang kelas XI SMA,
(Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2018), h. 66
35
Lela Nur Safrida, Abdur Rahman Asari, Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berbasis Problem Solving Polya untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa
materi peluang kelas XI SMA, (Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan pengembangan, 2016),
Vol.1, No.4,h. 590.
26

Adapun persamaan penelitian yang dikembangkan oleh Lela Nur Safrida,


Abdur Rahman, dkk adalah mengembangkan perangkat ajar pada materi
kaidah pencacahan. Akan tetapi pada penelitian tersebut pengembangan
perangkat ajar menggunakan problem solving polya serta difokuskan dalam
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa.
C. Kerangka Teoritik
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa
permasalahan yang terjadi. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal
yang membutuhkan penafsiran syarat dan tidak tersedia rumus langsung,
siswa mengalami kesulitan membedakan permutasi dan kombinasi,
ketersediaan bahan ajar yang digunakan oleh guru terbatas pada buku cetak
sekolah, dan LKS yang digunakan kurang memaksimalkan siswa dalam
kemampuan penyelesaian masalah kaidah pencacahan. Masalah tersebut jika
tidak segera diatasi akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
pembelajaran pada materi kaidah pencacahan. Oleh karena itu peneliti
mencoba untuk mengembangkan bahan ajar (LKS) meggunakan pendekatan
Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi kaidah
pencacahan.
27

Pembelajaran di Sekolah

Kendala yang ditemukan


1. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal yang membutuhkan penafsiran
syarat dan tidak tersedia rumus langsung.
2. Siswa mengalami kesulitan membedakan permutasi dan kombinasi
3. Bahan Ajar yang kurang bervariasi dan terbatas
Akibat

1. Kurangnya minat siswa untuk mencoba mencari tahu serta menggali informasi
mengenai materi yang akan dipelajari, khususnya materi kaidah pencacahan.
2. Hasil belajar siswa yang rendah pada materi kaidah pencacahan
Upaya yang dilakukan

Mengembangkan bahan ajar (LKS) dengan Schema-Based Instruction dengan


strategi FOPS menggunakan metode penelitian Riset dan Pengembangan dengan
model 4-D (Define, Design, dan Development) pada materi kaidah pencacahan

Hasil

Bahan ajar siswa (LKS) dengan Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS
yang telah di uji, diharapkan mampu meningkat kemampuan berpikir matematis
siswa dalam memecahkan masalah pada kaidah pencacahan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Research and
Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan. Metode penelitian
dan pengembangan digunakan dalam suatu kajian sistematik untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk, dalam penelitia ini produk yang
dihasilkan adalah bahan ajar.1 Model pengembangan yang digunakan
pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model
pengembangan Thiagarajan yaitu 4-D (Define, Design, Develop and
Disseminate)2. Pada tahapan dissemination atau penyebaran tidak dilakukan
pada penelitian ini dikarenakan untuk menghemat waktu dalam penelitian.
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar
matematika melalui pendekatan Schema-Based Instruction dengan strategi
FOPS pada materi kaidah pencacahan kelas XII SMA/MA.
B. Prosedur Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
model yang dikembangkan oleh 4-D Thiagarajan yaitu: (1) define
(Pendefinisian); (2) design (perancangan); dan (3) development
(pengembangan).
1. Define (pendefinisian)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menetapkan dan
mendefiniskan persyaratan instruksional. Hal ini dilakukan untuk
pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Thiagarajan menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap
pendefinisian, yaitu3;
a. Front-end Analysis (Analisis awal akhir)

1
Risa Nur Sa’adah, Metode penelitian R&D kajian teoritis dan aplikatif, Literasi
Nusantara, (Malang: 2020), h.14
2
S. Thiagarajan, Loc.cit. hal. 5
3
Ibid, p.6

28
29

Pada tahap ini, untuk meningkatkan mutu serta kinerja guru maka
dilakukan analisis masalah mendasar yang dihadapi oleh guru atau
pendidik selama proses kegiatan belajar mengajar. Analisis ini
dilakukan untuk menghasilkan solusi alternatif yang lebih efisien.
Pada tahap ini, peneliti menganalisis bahan ajar dan strategi
pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru.
b. Learner Analysis (Analisis peserta didik)
Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui karakter
peserta didik yang relevan dengan desain pengembangan yang
dilakukan. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara terhadap
beberapa peserta didik untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pelajaran matematika dan permasalahan yang dialami siswa dalam
mempelajari materi yang dianggap sulit.
c. Task Analysis (Analisis tugas)
Analisis tugas secara garis besar merupakan sebuah kegiatan
dalam menentukan materi ajar. Analisis ini memastikan cakupan
tugas yang komprehensif dalam materi pembelajaran.
d. Concept Analysis (Analisis konsep)
Analisis konsep mengidentifikasi konsep utama yang akan
diajarkan. Pada tahap ini menguraikan konsep-konsep yang
kemungkinan akan ditemukan siswa dalam mempelajari kaidah
pencacahan.
e. Specifying Instructional Objectivies (Perumusan tujuan
pembelajaran)
Berdasarkan hasil analisis tugas dan analisis konsep kemudian
disatukan menjadi serangkaian tujuan yang memberikan dasar
konstruksi uji dan desain instruksional. Pada tahap ini peneliti
merumuskan indikator pencapaian kompetensi yang mengacu pada
kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran menjadi acuan dalam
merancang bahan ajar jenis LKS berbasis Schema Based Instruction
dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan.
30

2. Design (perencanaan)
Pada tahap ini bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Tahap ini dapat dimulai setelah menetapkan serangkaian tujuan
pembelajaran untuk bahan ajar. Pada tahap perencanaan, terdapat 4
langkah, yaitu:4
a. Penetapan rancangan awal sesuai dengan struktur LKS sebagai
gambaran produk bahan ajar yang akan dihasilkan
b. Penggunaan strategi pembelajaran, yakni menggunakan
pendekatan Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS.
Adapun tahapan pembelajarannya terdiri dari pembelajaran skema
masalah dan pembelajaran solusi masalah. Kedua tahapan
tersebut menggunakan empat langkah strategi FOPS yaitu; (1)
Find the problem type; (2) Organize the information in the
problem; (3) Plan to solve the problem; dan (4) Solve the
problem. Semua tahapan tersebut terdapat di dalam rangkaian
kegiatan pembelajaran pada setiap aktivitas LKS.
c. Penyajian bahan ajar LKS atau draft 1
d. Penyusunan alat evaluasi bahan ajar, berupa angket validasi ahli
dan angket respon siswa untuk menentukan kelayakan dari bahan
ajar LKS yang dibuat oleh peneliti.
3. Development (pengembangan)
Tujuan pada tahap ini adalah memodifikasi bahan ajar. Dalam tahap
pengembangan umpan balik diterima melalui evaluasi formatif dan
materi direvisi dengan tepat.5
a. Pembuatan bahan ajar
Rancangan bahan ajar yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya kemudian direalisasikan dengan pembuatan bahan ajar
yang dilakukan oleh peneliti.
b. Validasi bahan ajar

4
Ibid, p.7
5
Ibid, p.8
31

Pada tahap validasi bahan ajar, penilaian ahli bertujuan untuk


mengetahui keabsahan produk pengembangan bahan ajar supaya
tetap sesuai dengan rancangan. Tahapan ini divalidasi oleh ahli yaitu
dosen dan praktisi lapangan yaitu guru mata pelajaran matematika
sesuai dengan tingkatan kelasnya. Setelah selesai dinilai oleh
validator, akan dilakukan revisi pada bahan ajar LKS
c. Revisi bahan ajar
Peneliti memperbaiki produk bahan ajar LKS sesuai dengan saran
yang diberikan oleh validator. Perbaikan ini perlu dilakukan agar
bahan ajar yang dilakukan layak untuk di uji coba ke lapangan.
d. Uji coba terbatas
Uji coba terbatas mencakup uji coba produk bahan ajar pada
subjek sasaran yaitu kelompok kecil untuk mengetahui apakah
produk bahan ajar dapat dipahami oleh siswa. Pada uji coba ini
mencari data tanggapan serta saran dari subjek sasaran pengguna
bahan ajar.
C. Desain Uji Coba
Uji coba bahan ajar merupakan sebuah upaya pengembangan produk.
Desain uji coba memiliki tujuan untuk mengetahui kelayakan dari bahan ajar
yang telah dibuat, mencapai target responden dan serta tujuan pembelajaran.
Desain uji coba pada bahan ajar dibagi menjadi dua tahapan, yaitu :
1. Uji Ahli atau Validasi Produk
Bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dihasilkan
sebelumnya pada tahap perancangan kemudian dilakukan penilaian dan
masukan oleh para ahli yang berjumlah 3 dosen pendidikan matematika
dan 3 guru matematika di sekolah. Ahli atau validator berkompeten untuk
menelaah dan menilai apakah LKS tersebut layak digunakan serta
memberikan masukan atau saran, hal ini dilakukan sebagai
penyempurnaan rancangan awal sehingga dapat dilakukan perbaikan.
32

2. Uji Coba Kelompok Kecil


Pada tahap ini, dilakukan uji coba terbatas dilakukan pada 10 siswa
SMA bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar LKS
yang dikembangkan, apakah bahan ajar yang dikembangkan
memudahkan siswa memahami materi matematik.
D. Subjek Uji Coba
Subjek pelaku dan pengembang dalam penelitian ini adalah peneliti.
Sedangkan untuk subjek uji ahli atau validasi produk untuk menilai tingkat
kelayakan produk bahan ajar adalah dosen Jurusan Pendidikan Matematika
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan guru matematika di sekolah.
Sedangkan uji coba produk peneliti hanya pada uji coba kelompok kecil yang
melibatkan 11 orang siswa yang terdiri dari kelas XII SMA Perguruan Rakyat
1 Jakarta. Teknik pengambilan sampel atau subjek uji coba yang digunakan
adalah teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.6
E. Instrumen Penelitian
Instrumen tes penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data pada penelitian. Adapun beberapa instrumen yang digunakan pada
penelitian ini sebagai berikut;
1. Instrumen Penilaian Produk oleh Validasi Ahli
Instrumen penilaian produk ini akan diberikan kepada dosen
pendidikan matematika dan tiga guru matematika SMA. Instrumen
penilaian produk oleh validasi ahli memiliki fungsi sebagai alat ukur
kualitas bahan ajar LKS yang akan dikembangkan. Selain itu, hasil dari
instrumen penilaian bahan ajar akan dijadikan bahan untuk perbaikan
sebelum diberikan pada tahap uji coba kelompok kecil. Berikut kisi-kisi
instrumen penilaian bahan ajar oleh para ahli :

6
Hengki Wijaya, Analisis Data Kuantitatif Ilmu Pendidikan Teologi, Makassar: Sekolah
Tinggi Theologia Jaffaray, 2018, h.17.
33

Tabel 3. 1
Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli
No. Item
No Aspek Indikator Jumlah
Pertanyaan
Kesesuaian materi
1, 2, 3
dengan KI dan KD
1 Kelayakan Isi Keakuratan materi 4, 5, 6, 7 10
Pendukung materi
8, 9, 10
pembelajaran
Lugas 11, 12, 13
Komunikatif 14, 15
Kesesuaian dengan
Aspek tingkat 16
2 8
Kebahasaan perkembangan siswa
Penggunaan istilah
dan simbol 17, 18
matematika
Penyajian
19, 20
Aspek Penyajian Pembelajaran
3 5
Materi Pendukung
21, 22, 23
Penyajian
Desain sampul
Aspek Desain 24, 25, 26, 27
4 (cover) 8
Tampilan
Desain isi bahan ajar 28, 29, 30, 31
Aspek
Pendekatan Tahapan Schema
5 32, 33, 34, 35 4
Schema Based Based Instruction
Instruction
Ilustrasi Masalah 36
6 Evaluasi 3
Soal Latihan 37, 38
34

2. Angket Respon Siswa


Angket respon siswa memiliki fungsi sebagai alat ukur untuk
mengetahui tanggapan siswa setelah menggunakan bahan ajar LKS.
Selain itu, peneliti juga dapat menerima saran serta masukan langsung
dari siswa yang dapat dijadikan sebagai perbaikan bahan ajar LKS
tersebut. Berikut merupakan kisi-kisi instrumen penilaian oleh siswa :
Tabel 3. 2
Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa
No Aspek No. Item Pertanyaan Jumlah
1 Tampilan 1,2 2
2 Kebahasaan 3, 4 2
3 Penyajian Materi 5, 6, 7 3
4 Manfaat 8,9 2
5 Evaluasi 10 1
F. Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diperoleh dari analisis instrumen uji validasi ahli
dan uji coba kelompom kecil berupa angket. Uji validasi dilakukan oleh para
ahli yang terdiri dari dosen pendidikan matematika dan tiga orang guru
matematika. Sedangkan uji coba dilakukan oleh siswa dengan mengamati
produk hasil pengembangan lalu mengisi angket.
G. Teknik Analisis Data
Data hasil instrumen validasi bahan ajar yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan angket penilaian instrumen kemudian dianalisis untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan terhadap bahan ajar yang
telah disusun sebelum diuji-cobakan.
Data hasil validasi terhadap pengembangan bahan ajar LKS oleh dosen
pendidikan matematika serta guru matematika, data kuantitatif yang diperoleh
dengan memberikan skor pada data kuantitatif dengan skala likert. Berikut
adalah teknik analisis data:
35

1. Analisis Data Instrumen Validasi Ahli


Analisis data instrumen validasi ahli berisi tanggapan dan masukan
dari Ahli untuk selanjutnya dirangkum dan dibuat kesimpulan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk bahan ajar yang
dikembangkan oleh peneliti sebelum di uji coba ke kelompok kecil.
Pemberian skor instrumen validasi ahli diisi dengan ketentuan sebagai
berikut: 7
Tabel 3. 3
Pemberian Skor Instrumen Validasi Ahli
Skor Kategori
1 Sangat Kurang
2 Kurang
3 Cukup
4 Baik
5 Sangat Baik
Data yang terkumpul dihitung skor rata-rata dari seluruh aspek
penilaian dengan rumus sebagai berikut :

̅

Keterangan :
̅ : Skor rata-rata seluruh aspek bahan ajar
∑ : Jumlah skor seluruh aspek
: Banyak butir pertanyaan
Data pertama yang diperoleh adalah nilai data kuantitatif, maka harus
diubah skor rata-rata seluruh aspek menjadi nilai kualitatif sesuai dengan
kriteria penilaian yang dijabarkan dalam tabel berikut:8

7
Sugiono, op.cit, h.165-66
8
Eko P. Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2009)
h. 238
36

Tabel 3. 4
Kriteria Penilaian Bahan Ajar LKS oleh Ahli
Rumus Interval Skor Kriteria
(̅ ) Sangat Layak
(̅ ) (̅ ) Layak
(̅ ) (̅ ) Cukup Layak
(̅ ) (̅ ) Kurang Layak
(̅ ) Tidak Layak
Keterangan :
: Skor Empiris
̅ : Rata-rata ideal

̅ ( )( )

: Simpangan baku ideal

̅ ( )( )

Skor Maks. Ideal : 5


Skor Min. Ideal :1
Berdasarkan tabel diatas, nilai kelayakan ditentukan dengan kriteria
minimal cukup layak/cukup baik, sehingga apabila skor hasil penilaian
oleh ahli berada pada rentang , maka bahan ajar
dianggap layak untuk dikembangkan. Bahan ajar dianggap tidak layak
apabila skor penilaian ahli tidak mencapai atau kurang dari 2,60,
sehingga perlu dilakukan revisi sampai skor memenuhi kriteria minimal,
yaitu cukup layak/cukup baik.
2. Analisis Data Angket Respon Siswa (Uji Coba Kelompok Kecil)
Analisis data angket respon siswa terhadap bahan ajar LKS berupa
taggapan dan masukan yang dirangkum kemudian disimpulkan untuk
mengetahui kelayakan dari bahan ajar LKS yang telah dikembangan.
Penilaian analisis data angket respon siswa memiliki ketemtuan yang
sama dengan analisis data instrumen validasi ahli seperti pada tabel 3.3.
Setelah skor rata-rata nilai data kuantitatif diperoleh, skor tersebut
37

kemudian diubah menjadi nilai data kualitatif dengan kriteria yang dapat
dilihat pada tabel 3.4.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pengembangan


Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan yang
dimodifikasi, yaitu: (1) define; (2) design; dan (3) develop. Salah satu tujuan
penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan ajar matematika yang valid,
dan tepat pada materi Kaidah pencacahan untuk siswa kelas XII SMA/MA.
Berikut adalah penjabaran hasil pengembangan bahan ajar matematika
pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi
kaidah pencacahan.
1. Tahapan Define (Pendefinisian)
Tahap define merupakan tahapan paling awal dalam mengembangkan
bahan ajar. Pada tahapan sebagai bahan analisis serta pengumpulan
informasi yang dibutuhkan peneliti untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pengembangan bahan ajar jenis LKS.
Peneliti melakukan beberapa analisis yang terdiri dari analisis awal-akhir,
analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan spesifikasi tujuan
pembelajaran.
a. Analisis Awal-Akhir
Pada analisis ini, peneliti melakukan wawancara kepada dua
orang guru matematika dan tiga orang siswa terkait pembelajaran di
kelas serta penerapan bahan ajar pada Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), serta observasi pada bahan ajar yang digunakan. Wawancara
dan observasi yang dilakukan berbeda dengan yang dilakukan pada
saat pengumpulan data untuk pra penelitian. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa pembelajaran
matematika yang diterapkan di Sekolah sudah mulai menerapkan
pembelajaran mandiri seperti diskusi kelompok, walaupun sebagain
besar tetap menggunakan metode ceramah. Bahan ajar yang tersedia

38
39

dan digunakan oleh guru terbatas, sehingga acuan dalam proses


pembelajaran hanya berpusat pada bahan ajar yang tersedia. Bahan
ajar utama yang digunakan oleh guru adalah buku pelajaran
matematika yang disediakan oleh pemerintah serta Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang biasanya disediakan oleh sekolah.
LKS tersebut berisi rangkuman materi dan beberapa contoh soal,
kemudian dilanjutkan dengan latihan soal tanpa memberikan
pemahaman konsep terlebih dahulu. Banyak siswa ketika dalam
pengerjaan soal latihan LKS masih bergantung atau mengaharapkan
penjelasan dari guru sehingga pembelajaran yang sedang
berlangsung tidak mandiri.
Kurikulum 2013 yang sekarang diterapkan menitik beratkan pada
pembelajaran yang berpusat kepada siswa agar siswa paham akan
konsep dasar materi yang diajarkan, maka dari itu dibutuhkan bahan
ajar yang efektif serta efisien yang tidak hanya membantu guru,
tetapi juga siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu cara
untuk mengatasi kesulitan siswa untuk memahami konsep dasar
materi yang diajarkan serta menarik antusiasme siswa untuk belajar
matematika adalah dengan mengembangkan bahan ajar LKS yang
berbasis Schema-Based-Instruction dengan strategi FOPS.
b. Analisis Siswa
Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap materi matematika yang dianggap sulit serta
permasalahannya yang dialami siswa dalam mempelajari materi
tersebut. Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara kepada tiga
orang siswa kelas XII. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, siswa
menyatakan bahwa pelajaran yang dianggap sulit adalah kaidah
pencacahan dan peluang. Siswa menyatakan kesulitan untuk
menafsirkan soal dan menentukan penggunaan rumus untuk
menyelesaikan permasalahan matematika. Selain itu siswa sulit
menentukan penggunaan permutasi dan kombinasi pada soal cerita.
40

c. Analisis Tugas
Analisis tugas dilakukan dengan mengidentifikasi serta
memetakan materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa. Materi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kaidah Pencacahan
untuk siswa kelas XII SMA/MA. Materi yang disajikan pada bahan
ajar terbagi menjadi empat LKS dengan latihan pada bagian akhir
setiap LKS sebagai tugas untuk siswa. Tugas yang diberikan berupa
soal esai yang bertujuan untuk menguji pemahaman konsep yang
telah diberikan.
d. Analisis Konsep
Analisis ini dilakukan dengan mengkaji Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018,
sesuai dengan KD 3.3 yaitu; Menganalisis aturan pencacahan (aturan
penjumlahan, aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi) melalui
masalah kontekstual, dan KD 4.3 yaitu; menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan kaidah pencacahan (aturan
penjumlahan, aturan perkalian, permutasi dan kombinasi).
Berdasarkan hasil kajian tersebut, maka diperoleh analisis konsep
sebagai berikut:
1) Menganalisis aturan pencacahan menggunakan aturan
penjumlahan melalui masalah kontekstual
2) Menganalisis aturan pencacahan menggunakan aturan
perkalian melalui masalah kontekstual
3) Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan
permutasi atas seluruh objek
4) Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan
permutasi atas sebagian dari seluruh objek
5) Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan
permutasi siklik
41

6) Mengidentifikasi fakta pada masalah kontekstual yang


berkaitan dengan kaidah pencacahan menggunakan Kombinasi

e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran


Berdasarkan hasil analisis tugas dan konsep yang telah
dijabarkan, spesifikasi tujuan pembelajaran dijadikan dasar dalam
perancangan bahan ajar pendekatan Schema based instruction
dengan strategi FOPS. Berikut adalah indikator pencapaian
kompetensi pada bahan ajar.
Indikator hasil belajar materi Kaidah Pencacahan
3.3.1 Mengidentifikasi aturan pencacahan menggunakan aturan
penjumlahan melalui masalah kontekstual
3.3.2 Menganalisis kaidah pencacahan menggunakan aturan
penjumlahan melalui masalah kontekstual
3.3.3 Mengidentifikasi aturan pencacahan menggunakan aturan
perkalian melalui masalah kontekstual
3.3.4 Menganalisis kaidah pencacahan menggunakan aturan
perkalian melalui masalah kontekstual
3.3.5 Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan
permutasi atas seluruh objek
3.3.6 Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan
permutasi atas sebagian dari seluruh objek
3.3.7 Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan
permutasi siklik
3.3.8 Mengidentifikasi fakta pada masalah kontekstual yang
berkaitan dengan kaidah pencacahan menggunakan
Kombinasi
4.3.1 Menyelesaikan permasalah kontekstual yang berkaitan
dengan kaidah pencacahan menggunakan aturan
penjumlahan
42

4.3.2 Menyelesaikan permasalah kontekstual yang berkaitan


dengan kaidah pencacahan menggunakan aturan perkalian
4.3.3 Menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan
dengan kaidah pencacahan menggunakan Permutasi
4.3.4 Menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan
dengan kaidah pencacahan menggunakan aturan kombinasi.
2. Tahapan Design (Perancangan)
Tahap design atau perencanaan dimaksudkan untuk merancang bahan
ajar yang akan dikembangkan berdasarkan langkah-langkah yang telah
dilakukan pada tahap define, sehingga dapat menghasilkan bahan ajar
berupa LKS pada materi kaidah pencacahan dengan menggunakan
pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi FOPS. Terdapat
empat langkah dalam tahap ini, yaitu;
a. Penetapan Rancangan Awal
Berdasarkan pedoman penyusunan bahan ajar, komponen yang
harus ada pada rancangan bahan ajar adalah sebagai berikut:1
1) Judul, judul dari bahan ajar LKS yang dibuat adalah “Lembar
Kerja Siswa berbasis Schema Based Instruction dengan
strategi FOPS pada materi Kaidah Pencacahan”
2) Petunjuk belajar, petunjuk belajar dibuat untuk memudahkan
siswa dalam menggunakan bahan ajar LKS.
3) Kompetensi yang akan dicapai, kompetensi ini meliputi
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, serta Indikator
pembelajaran yang telah dianalisis sebelumnya.
4) Informasi Pendukung, Informasi pendukung pada bahan ajar
LKS ini adalah peta konsep.
5) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, tugas-tugas yang
diberikan pada bahan ajar LKS menyesuaikan dengan
pembagian materi yang diseseuaikan dengan indikator,

1
Depdiknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Depdiknas, 2008), h. 24
43

sedangkan langkah-langkah kerja disesuaikan dengan tahapan


pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi FOPS.
6) Penilaian, penilaian yang digunakan pada LKS ini merupakan
latihan yang ada pada bagian akhir setiap LKS yang bertujuan
untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa akan materi
yang disampaikan dalam LKS.
b. Penggunaan Model Pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran pada bahan ajar LKS ditunjukan
untuk memudahkan penyampaian materi serta menanamkan konsep
dasar dari materi yang akan diajarkan. Peneliti menggunakan
pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi FOPS yang
memiliki empat tahapan inti, yaitu; (1) Find; (2) Organize; (3) Plan;
dan (4) Solve.
c. Penyajian bahan ajar
Pada tahap penyajian bahan ajar atau dapat dikatakan Draft 1, ada
beberapa hal yang yang peneliti perhatikan, yaitu :
1) Konten bahan ajar yang dikembangkan mengacu pada Buku
Siswa Matematika untuk SMA/MA kelas XII Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Edisi Revisi
2018, serta beberapa sumber lain yang berkaitan dengan
konten dari bahan ajar materi kaidah pencacahan.
2) Pembuatan bahan ajar menggunakan word 2013 dan bantuan
aplikasi canva.
3) Bentuk bahan ajar LKS akan dicetak dengan kertas ukuran A4
dan dijilid.
d. Penyusunan Alat Penilaian Bahan Ajar LKS
Alat penilaian bahan ajar LKS diperlukan untuk memvalidasi
produk bahan ajar yang sudah dibuat oleh peneliti. Alat penilaian
yang digunakan berupa instrumen validasi ahli dan angket respon
siswa. Instrumen validasi ahli dapat dilihat pada lampiran 1,
sedangkan angket respon siswa dapat dilihat pada lampiran 2.
44

3. Tahapan Develop (Pengembangan)


Tahap develop dilakukan dengan mengacu pada dua tahap
sebelumnya, yaitu tahap define dan design. Tahap ini merupakan sebuah
proses kegiatan pembuatan produk bahan ajar yang akan menghasilkan
bahan ajar LKS serta menguji validitas produk dari bahan ajar LKS.
a. Pembuatan Bahan Ajar
Pembuatan bahan ajar LKS dimulai dengan penyusunan LKS
yang dilakukan di Word 2013 kemudian menggunakan aplikasi
canva untuk mendesain LKS. Bahan ajar yang dikembangkan terdiri
dari empat LKS. Setiap LKS sudah memenuhi empat tahapan
Schema Based Instruction dengan strategi FOPS, serta sudah sesuai
dengan rancangan yang telah disusun oleh peneliti. Isi dan bahan ajar
LKS sudah sama dengan struktur LKS yang sudah di tetapkan oleh
Depdiknas2. Peneliti membuat masalah kontekstual yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan pada setiap LKS, kemudian untuk
menemukan konsep matematika yang sesuai dengan materi tersebut,
peneliti membuat tahapan Schema-Based-Instruction dengan strategi
FOPS, dengan menyediakan kolom yang diisi oleh siswa untuk
menyelesaikan perintah yang diberikan. Agar siswa dapat
memahami konsep matematika yang telah dipelajari, siswa diberikan
soal latihan pada setiap bagaian akhir LKS. Pembuatan bahan ajar
dapat dilihat pada gambar berikut.
1) Pembuatan sampul depan dan halaman Francis. Halaman
sampul depan memuat judul dari bahan ajar jenis LKS, kelas
dan jenjang dari tujuan sasaran bahan ajar, identitas siswa,
serta instansi penyusun. Halaman Prancis memuat informasi
mengenai judul bahan ajar, nama penyusun dan pembimbing,
juga instansi dari penyusun.

2
Depdiknas, Loc.cit.
45

(a) (b)
Gambar 4. 1
Halaman Sampul Depan dan Halaman Francis
2) Penulisan KI, KD, dan Indikator pembelajaran. Bagian ini
dibuat sesuai dengan Permendikbud Nomer 37 tahun 2018,
dengan KD pada materi kaidah pencacahan.

Gambar 4. 2
Pengetikan KI, KD, dan Indikator
3) Penulis petunjuk penggunaan dan pembuatan peta konsep.
Pada halaman “Petunjuk penggunaan”, memuat petunjuk-
petunjuk dalam menggunakan bahan ajar LKS, sedangkan
46

halaman “Peta Konsep” berisi pembahasan materi bahan ajar


secara gasis besar.

Gambar 4. 3
Pengetikan Petunjuk Penggunaan dan Peta Konsep
4) Penulisan tujuan pembelajaran, masalah kontekstual dan
tahapan Schema-Based-Instruction dengan strategi FOPS.
Tujuan pembelajaran dituliskan berdasarkan indikator yang
merupakan turunan dari KD 3.3 dan 4.3. masalah kontekstual
dibuat berdasarkan kaitannya dengan LKS tersebut. Penulisan
tahapan Schema-Based-Instruction dengan strategi FOPS
berisikan langkah kerja siswa dalam mempelajari LKS dengan
tahapan find, organize, plan, dan solve.
47

Gambar 4. 4
Penulisan Tujuan Pembelajaran dan Masalah Kontekstual

Gambar 4. 5
Tahapan Find
48

Gambar 4. 6
Tahapan Organize

Gambar 4. 7
Tahapan Plan dan Solve
49

5) Penulisan latihan soal. Pada setiap LKS diberikan kumpulan


soal latihan untuk melatih dan mengukur pemahaman siswa
terhadap materi yang sudah dipelajari.

Gambar 4. 8
Pengetikan Latihan Soal
6) Pembuatan kunci jawaban. Bagian ini merupakan kumpulan
kunci jawaban dari soal latihan yang diberikan pada bagian
akhir setiap LKS.
50

Gambar 4. 9
Pengetikan Kunci Jawaban
7) Pembuatan daftar pustaka. Halaman “Daftar Pustaka” memuat
sumber yang digunakan penyusun dalam menyusun bahan ajar
LKS.

Gambar 4. 10
Pengetikan Daftar Pustaka
51

b. Validasi Ahli
Validasi bahan ajar oleh para ahli dilaksanakan setelah bahan ajar
LKS (draft 1) selesai dibuat, tahap penilaian ahli ini dilakukan oleh
tiga orang dosen dan tiga guru matematika. Teknis penilaian
dilakukan dengan memberikan angket kepada setiap validator ahli
untuk memberikan nilai, kritik, dan/atau saran untuk perbaikan pada
bahan ajar LKS agar sesuai dengan kondisi siswa dan kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
c. Revisi Bahan Ajar
Bahan ajar LKS yang sudah divalidasi oleh Ahli, kemudian
dilakukan perbaikam berdasarkan saran dan arahan yang telah
diberikan oleh validator ahli sehingga bahan ajar LKS layak diuji
coba. Berikut adalah beberapa perbaikan pada bahan ajar LKS.
Perbaikan bahan ajar yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 13
1) Perbaikan sampul depan bahan ajar LKS pada Gambar 4.11 (a)
adalah penyesuaian judul dan penempatan teks judul yang
kurang tepat, serta tidak menunjukan identitas model
pembelajaran, sehingga hasil perbaikan komponen dapat
dilihat pada Gambar 4.11 (b)

(a) (b)
Gambar 4. 11
Sampul Depan sebelum dan Sesudah Revisi
52

2) Perbaikan soal latihan pada LK.1. Soal latihan pada LK.1


dapat dilihat pada Gambar 4.12 (a) soal nomer 4 dan 5 setipe.
Oleh karena itu perlu diganti agar soal menjadi bervariasi,
dapat dilihat pada Gambar 4.12 (b).

(a) (b)
Gambar 4. 12
Soal Latihan LK.1 Sebelum dan Sesudah
3) Perbaikan pada setiap Lembar Kerja untuk menambahkan
perintah membaca informasi sebelum mengerjakan latihan.
Salah satunya pada LK.1, dapat dilihat pada Gambar 4.13 (a)
tidak ada perintah untuk mmebaca informasi teks bacaan.
Perbaikan dapat dilihat pada Gambar 4.13 (b).
53

(a) (b)
Gambar 4. 13
Perintah membaca informasi Sebelum dan Sesudah
4) Perbaikan pada tahapan Find pada seluruh Lembar Kerja.
Dapat dilihat seperti pada Gambar 4.14 (a) pada tahapan Find
kurang menunjukan Self-Questioning. Perubahan dapat dilihat
pada Gambar 4.14 (b)

(a)
Gambar 4. 14
Perbaikan Tahapan Find
54

5) Perbaikan pada Lembar Kerja 3, bagian permutasi siklik, pada


tahapan Plan ditambahkan keterangan warna untuk
merefleksikan kejadian asli. Pada Gambar 4.15 (a) sebelum
ada penambahan keterangan. Perubahan dapat dilihat pada
Gambar 4.15 (b).

(a) (b)
Gambar 4. 15
Tahapan Solve LK.3 Sebelum dan Sesudah
6) Perbaikan pada kunci jawaban LK.3 Permutasi nomer 1.
Terdapat kesalahan hitung. Gambar 4.16 (a) sebelum
diperbaiki, terlihat kemungkinan bulan ada 12. Pada Gambar
4.16 (b) setelah diperbaikim kemungkinan bulan yang tepat
adalah 1.
55

(a)

(b)
Gambar 4. 16
Kunci Jawaban LK.3 Sebelum dan Sesudah diperbaiki
d. Uji Coba Terbatas
Bahan ajar LKS yang telah dinilai dan direvisi sesuai dengan
saran dari validator ahli, serta telah dinyatakan layak, maka peneliti
selanjutnya melakukan uji coba terbatas untuk mengetahui respon
siswa terhadap bahan ajar LKS yang telah disusun. Uji coba terbatas
dilakukan dengan memberikan angket respon siswa kepada 11 siswa
kelas XII SMA Perguruan Rakyat 1 Jakarta.
B. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Uji Coba
Berdasarkan pemaparan deskripsi hasil pengembangan, berikut adalah
pemaparan mengenai deskripsi dan analisa data hasil uji coba yang telah
peneliti lakukan, sebagai berikut:
1. Penilaian Ahli
Tahap penilaian ahli dilakukan dengan analisis dari hasil data
berdasarkan nilai validasi yang telah diberikan oleh para Ahli atau
validator. Penilaian ahli dilakukan untuk mengukur kelayakan bahan ajar
56

jenis LKS yang telah disusun. Instrumen penilaian ahli meliputi enam
aspek, yaitu kelayakan isi, kebahasaan, penyajian materi, desain
tampilan, pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi FOPS
yang diterapkan pada bahan ajar LKS, dan evaluasi. Enam aspek tersebut
dinilai melalui lembar validasi yang dibuat dengan skala penilaian 1
sampai 5.
Penilaian bahan ajar LKS dilakukan oleh ahli tiga orang dosen Jurusan
Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tiga orang
praktisi matematika, yaitu guru matematika. Dosen yang terlibat sebagai
validator adalah Bapak Dr.Otong Suhyanto, M.Si., Bapak Ramdani
Miftah, M.Pd., dan Bapak M. Hafiz, M.Pd. serta, tiga orang guru yang
menjadi validator ahli adalah guru matematika tingkat SMA/MA, yaitu
Bapak Tommy Adithya, M.Pd., dari SMAN 11 Kota Tangerang Selatan,
Bapak Suhanda, M.Pd dari SMAN 1 Cibinong, dan Ibu Fadillah
Nurhidayat, S.Pd dari SMA Perguruan Rakyat 1 Jakarta. Hasil
perhitungan data validasi bahan ajar secara lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 8 dan 9.
Tabel 4.1 Hasil Validasi Bahan Ajar oleh Ahli
Rata-Rata
No Aspek Kriteria
Skor
1 Kelayakan Isi 4,16 Layak
2 Kebahasaan 3,93 Layak
3 Penyajian Materi 4,06 Layak
4 Desain Tampilan 4,16 Layak
Pendekatan SBI dengan
5 3,95 Layak
Strategi FOPS
6 Evaluasi 4,27 Sangat Layak
Penilaian Keseluruhan 4,09 Layak
Penilaian bahan ajar LKS dilakukan secara bersamaan oleh para ahli.
Berdasarkan tabel 4.1, rata-rata skor penilaian ahli terhadap bahan ajar
adalah 4,09. Nilai rata-rata skor tersebut kemudian dikonversi sesuai
tabel 3.4, dan berdasarkan hasil konversi tersebut, bahan ajar LKS
57

menurut para ahli termasuk dalam kriteria layak. Penilaian setiap aspek
berdasarkan indikator yang digunakan pada Tabel 3.1 dapat diuraikan
secara lebih rinci sebagai berikut.
a. Aspek Kelayakan Isi
Aspek kelayakan isi memiliki tiga indikator penilaian, berikut
adalah rincian indikator beserta rata-rata skor setiap indikatornya.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Kelayakan Isi
Rata-Rata
No Indikator Kriteria
Skor
1 Kesesuaian materi dengan KI dan KD 4,27 Sangat Layak
2 Keakuratan materi 4,00 Layak
3 Pendukung materi pembelajaran 4,22 Sangat Layak
Penilaian Keseluruhan 4,16 Layak
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa penilaian pada aspek kelayakan isi
memiliki kriteria layak, yang berarti isi serta materi yang disajikan
dalam bahan ajar LKS sudah tepat dengan KI dan KD yang
digunakan.
b. Aspek Kebahasaan
Aspek kebahasaan memiliki empat indikator penilaian yang
digunakan untuk menilai aspek kebahasaan, berikut adalah rincian
tiap indikator dan rata-rata skornya.
Tabel 4.3 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Kebahasaan
Rata-Rata
No Indikator Kriteria
Skor
1 Lugas 3,72 Layak
2 Komunikatif 3,91 Layak
Kesesuaian dengan tingkat
3 4,33 Sangat Layak
perkembangan siswa
Penggunaan istilah dan simbol
4 4,08 Layak
matematika
Penilaian Keseluruhan 4,01 Layak
58

Berdasarkan penilaian terhadap aspek kebahasaan yang dapat


dilihat pada Tabel 4.3, aspek ini memiliki kriteria layak, yang dapat
diartikan bahwa penggunaan bahasa dalam bahan ajar LKS lugas,
komunikatif, dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa saat ini,
selain itu penggunaan istilah serta simbol matematika pada bahan
ajar ini juga dinilai tepat.
c. Aspek Penyajian Materi
Aspek penyajian materi memiliki dua indikator penilaian, yaitu
penyajian pembelajaran dan pendukung penyajian, berikut adalah
rincian rata-rata skor kedua indikator tersebut.
Tabel 4.4 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Penyajian
Materi
Rata-Rata
No Indikator Kriteria
Skor
1 Penyajian Pembelajaran 4,08 Layak
2 Pendukung Penyajian 4,05 Layak

Penilaian Keseluruhan 4,06 Layak

Tabel 4.4 menunjukkan dua indikator yang digunakan untuk


menilai aspek penyajian materi termasuk dalam kriteria layak, yang
berarti penyajian pembelajaran serta pendukungnya pada bahan ajar
LKS sudah tepat.
d. Aspek Desain Tampilan
Ada dua indikator penilaian untuk aspek desain, berikut adalah
rincian kedua indikator dan rata-rata skornya.
Tabel 4.5 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Desai Tampilan

No Indikator Rata-Rata Skor Kriteria

1 Desain sampul (cover) 4,33 Sangat Layak


2 Desain isi bahan ajar 4,00 Layak

Penilaian Keseluruhan 4,16 Layak


59

Dua indikator untuk menilai aspek desain tampilan memiliki


kriteria sangat layak berdasarkan Tabel 4.5, hal tersebut
menunjukkan bahwa desain sampul dan isi bahan ajar sudah sesuai
dan selaras.

e. Pendekatan Schema Based Instructon dengan strategi FOPS


Aspek pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi
FOPS memiliki satu indikator penilaian berikut adalah rincian
indikator beserta rata-rata skornya.
Tabel 4.6 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek SBI dengan
strategi FOPS
Rata-Rata
No Indikator Kriteria
Skor
Tahapan Schema Based Instruction
1 3,95 Layak
dengan strategi FOPS
Penilaian Keseluruhan 3,95 Layak
Aspek pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi
FOPS hanya memiliki satu indikator penilaian, dan indikator tersebut
termasuk dalam kriteria layak, seperti yang dapat dilihat pada Tabel
4.6. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tahapan pendekatan Schema Based Instruction dengan
strategi FOPS yang diterapkan dalam bahan ajar LKS sudah sesuai.
f. Evaluasi
Ada dua indikator penilaian untuk aspek evaluasi, berikut adalah
rincian kedua indikator dan rata-rata skornya.
Tabel 4.7 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Evaluasi

No Indikator Rata-Rata Skor Kriteria

1 Ilustrasi Masalah 4,25 Sangat Layak


2 Soal latihan 4,33 Sangat Layak
Penilaian Keseluruhan 4,29 Sangat Layak
60

Hasil penilaian aspek evaluasi pada Tabel 4.7 menunjukkan


bahwa aspek ini termasuk dalam kriteria sangat layak, yang berarti
ilustrasi masalah serta soal latihan yang diberikan sudah sesuai
dengan materi yang disajikan pada bahan ajar LKS.
2. Uji Coba Kelompok Kecil
Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui respon siswa
terhadap bahan ajar LKS yang sudah dibuat. Uji coba ini dilakukan
dengan pengisian angket respon siswa pada Google Form dengan skala
penilaian 1 sampai 5. Angket respon siswa terdiri dari lima aspek
penilaian dengan 10 butir pertanyaan. Uji coba kelompok kecil dilakukan
secara terbatas pada 11 orang siswa kelas XII SMA Perguruan Rakyat 1
Jakarta. Sebelum pengisian angket, siswa diminta untuk mengerjakan
LKS terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar siswa bisa menilai dengan
tepat bahan ajar yang dikembangkan. Pengerjaan LK.1 dilakukan oleh
dua orang siswa. Sedangkan pengerjaan LK.2, LK.3, dan LK.4
dikerjakan masing-masing oleh tiga siswa. Berikut adalah sampel
pengerjaan LKS telah dilakukan.
Lembar kerja 3, latihan permutasi no.1, dengan soal : Pada tahun
bulan Juli 2022, Rizka merayakan ulang tahunnya yang ke-17. Rizka
hendak membuat KTP di daerah tempat tinggalnya di kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan. berapa banyak kemungkinan susunan NIK
yang dimiliki oleh rizka nantinya?
61

Gambar 4. 17 Jawaban LK.3 salah satu siswa


Salah satu dari tiga siswa yang mengerjakan LK.3 menjawab soal
seperti gambar di atas. Terlihat siswa tersebut menyelesaikan soal latihan
menggunakan tahapan find, yaitu menafsirkan masalah kedalam bahasa
sendiri sehingga siswa mendapat data yang diketahui dan tidak
diketahui. Kemudian siswa mengerjakan dengan tahapan organize, yaitu
mengorganisasikan informasi dengan mendata aturan digit ktp dan
menuliskan kemungkinannya. Setelah itu siswa lanjut pada tahap plan,
yaitu menulis perencanaan untuk menyelesaikan masalah, terlihat siswa
merencanakan solusi menggunakan kotak pengisian tempat sesuai aturan
digit KTP. Pada tahapan solve, siswa menyelesaikan permasalahan
menggunakan informasi sebelumnya. Terlihat siswa menyelesaikan soal
menggunakan pengisisan tempat menggunakan perkalian. Terlihat siswa
sudah dapat menafsirkan soal dengan baik, namun belum mengubah
kedalam model matematika menggunakan permutasi.
Lembar kerja 4, latihan kombinasi no.2, dengan soal :
62

Gambar 4. 18 Jawaban LK.4 salah satu siswa

Salah satu dari tiga siswa yang mengerjakan LK.4 dan menjawab soal
nomer dua seperti gambar di atas. Siswa menyelesaikan soal latihan
tanpa menuliskan tahapan find secara terurut, namun terlihat siswa
tersebut menggaris bawahi beberapa informasi penting pada soal. Hal ini
bisa dikatakan siswa sudah dapat menafsirkan informsi kedalam bahasa
sendiri, kemudian siswa tersebut langsung mengerjakan dengan tahapan
organize, yaitu mengorganisasikan informasi dengan mendata
kemungkinan penempatan kamar. Setelah itu siswa lanjut pada tahap
plan, yaitu menulis perencanaan untuk menyelesaikan masalah, terlihat
siswa dapat menentukan n unsur dan r unsur pada permasalahan. Pada
tahapan solve, siswa menyelesaikan permasalahan menggunakan
informasi sebelumnya. Siswa menyelesaikan soal dengan menggunakan
tahapan perencanaan yang diubah kedalam model matematika. Siswa
63

sudah dapat menafsirkan soal dan membedakan penggunaan permutasi


dan kombinasi dengan baik.
Setelah siswa mencoba mengerjakan latihan soal pada LKS, kemudian
siswa mengisi angket respon terhadap bahan ajar. berikut ini adalah hasil
analisis angket respon siswa. Hasil perhitungan data angket respon siswa
secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 4 8 Hasil Angket Respon Siswa

No Aspek Rata-Rata Skor Kriteria


1 Tampilan 4,45 Sangat Baik
2 Kebahasaan 4,40 Sangat Baik
3 Penyajian Materi 4,36 Sangat Baik
4 Manfaat 4,45 Sangat Baik
5 Evaluasi 4,36 Sangat Baik
Penilaian Keseluruhan 4,40 Sangat Baik
Rata-rata skor penilaian angket siswa pada tabel di atas sudah
dikonversi berdasarkan Tabel 3.4. Dilihat dari hasil konversi tersebut,
bahan ajar LKS, didasari respon siswa, termasuk dalam kriteria sangat
layak dengan rata-rata skor 4,40.
C. Kajian Produk Akhir
Pengembangan bahan ajar LKS diawali tahap define dengan rincian
tahapan analisis awal-akhir, siswa, tugas, konsep, dan spesifikasi tujuan
pembelajaran, dengan produk akhir bahan ajar jenis LKS berbasis
pendekatan Schema based instruction dengan strategi FOPS pada materi
Kaidah pencacahan. Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah tahap
design, yaitu merancang bahan ajar, penggunaan empat tahapan Schema
based instruction dengan strategi FOPS pada tiap LKS, yaitu; Find,
Organizem Plan dan Solve, serta penyusunan alat penilaian bahan ajar untuk
validator ahli dan angket respon siswa. Tahap terakhir yang dilakukan adalah
tahap develop, yaitu pembuatan bahan ajar LKS yang akan dinilai oleh
validator ahli, yaitu tiga orang dosen Pendidikan Matematika dan tiga orang
64

guru mata pelajaran matematika. Hasil penilaian dan saran serta kritik dari
validator ahli digunakan sebagai dasar perbaikan bahan ajar LKS, setelah
perbaikan selesai dilakukan, pengembangan bahan ajar ini diakhiri dengan uji
coba kelompok kecil.
Berdasarkan hasil penilaian para ahli, bahan ajar berbasis Schema based
instruction dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan yang telah
dikembangkan oleh peneliti dinyatakan layak dengan skor rata-rata
keseluruhan 4,09. Hasil penilaian siswa terhadap bahan ajar LKS mendapat
skor rata-rata keseluruhan 4,40 dengan kriteria sangat baik. Hasil ini
menunjukan bahwa, bahan ajar berbasis schema based instruction dengan
strategi FOPS dapat diimplementasikan dan digunakan sebagai bahan ajar
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Penggunaan SBI dengan strategi FOPS pada bahan ajar diharapkan dapat
memudahkan siswa dalam menentukan penyelesaian secara tepat pada
permasalahan kaidah pencacahan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Ivo Syifa Lutfia, yaitu; “Pengaruh schema-based instruction dengan startegi
FOPS terhadap kemampuan representasi matematis siswa”, menunjukan
bahwa kemampuan representasi matematis siswa pada materi sistem
persamaan linear dua variabel yang diberikan perlakuan dengan pendekatan
schema based instruction dengan strategi FOPS tergolong lebih baik jika
dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan dengan pendekatan
konvensional3. Hal ini menunjukan pendekatan Schema based instruction
dengan strategi FOPS dapat diaplikasikan pada materi matematika lainnya.
D. Keterbatasan Penelitian
Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu:
1. Standar kelayakan bahan ajar LKS yang dihasilkan terbatas pada
jumlah validator ahli yang hanya berjumlah enam orang, sehingga

3
Ivo Syifa Luthfia, Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis problem solving polya
untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa materi peluang kelas XI SMA,
(Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2018), h. 66
65

memungkinkan kelayakan bahan ajar LKS berubah apabila dilakukan


penilaian oleh validator ahli yang lebih banyak.
2. Uji coba produk dilakukan hanya pada kelompok kecil, yaitu diuji
coba kepada 11 orang siswa SMA Perguruan Rakyat 1 Jakarta
sehingga respon yang diberikan pun terbatas, yang menyebabkan
kualitas bahan ajar LKS ini bisa saja berubah apabila dilakukan uji
coba pada kelompok yang lebih besar.
3. Penentuan standar kelayakan dan kualitas bahan ajar LKS masih
bergantung pada subjektivitas penilai yang dapat mempengaruhi hasil
skor rata-rata penilaian, karena penelitian ini masih bergantung kepada
interpretasi penilai terhadap bahan ajar LKS, sehingga bisa saja masih
ada bias pada saat penilaian bahan ajar LKS.
4. Pengembangan bahan ajar menggunakan model 4-D yang dimodifikasi
dengan tidak dilakukannya tahap disseminate dikarenakan untuk
menghemat waktu penelitian serta subjek penelitian yaitu siswa kelas
XII yang sudah tidak secara aktif belajar di sekolah, hal tersebut
mengakibatkan penyebarluasan bahan ajar LKS ke kelas maupun
sekolah lain tidak memungkinkan.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan bahan ajar dengan
pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi
kaidah pencacahan untuk siswa SMA/MA, diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Bahan ajar berbasis Schema Based Instruction dengan strategi FOPS
pada materi kaidah pencacahan yang dikembangkan menggunakan
model 4-D yang dimodifikasi, dengan tidak dilaksanakannya tahap
disseminate, sehingga tahapan yang digunakan adalah define, design,
dan develop.
a. Tahap define, hasil pada tahap ini adalah pembelajaran masih
berpusat kepada guru, kurangnya inovasi bahan ajar yang
digunakan pada saat pembelajaran yang tidak menarik minat siswa
untuk mempelajari konsep kaidah pencacahan, selanjutnya adalah
menentukan materi serta menguraikan konsep-konsep dan tujuan
pembelajaran yang akan diterapkan dalam bahan ajar LKS.
b. Tahap design, yaitu penetapan rancangan awal sesuai dengan
panduan pengembangan bahan ajar yang disusun DEPDIKNAS,
selain itu membuat rancangan bahan ajar kreatif dan inovatif,
dengan aspek sebagai berikut; (a) gagasan baru, (b) gagasan asli,
(c) gagasan yang merupakan kombinasi ide, (d) berbeda dengan
yang pernah ada, (e) unik, dan (f) dapat diterapkan untuk
memecahkan masalah, memperlancar/memudahkan pekerjaan atau
dapat mendatangkan hasil lebih baik1. Bahan ajar yang
dikembangkan menggunakan pendekatan Schema Based

1
Putri Nur Rahmawati, Kreativitas dan Inovasi Guru Dalam Pembuatan Materi
Guru Pada Masa Pandemi, Jurnal Administrasi Pendidikan, 2021, p.117

66
67

Instruction dengan strategi FOPS dapat digunakan untuk


memcahkan masalah pada kaidah pencacahan. Tahapan
penyelesaian menggunaan diagram skema memudahkan dalam
menafsirkan permasalahan kaidah pencacahan. Selanjutnya,
penyajian bahan ajar atau Draft 1, dan penyusunan alat penilaian
bahan ajar LKS yang terdiri dari instrumen validasi ahli dan angket
respon siswa.
c. Tahap develop, yaitu pembuatan bahan ajar menggunakan bantuan
Word 2013 dan aplikasi canva, lalu penilaian ahli yang dilakukan
oleh tiga dosen dan tiga orang guru matematika, kemudian revisi
bahan ajar berdasarkan saran yang diberikan oleh validator ahli
agar bahan ajar LKS layak digunakan dan diuji coba pada
kelompok kecil yang dilakukan oleh 11 orang siswa kelas XII
SMA/MA.
2. Bahan ajar jenis LKS berbasis Schema based instruction dengan
strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan yang dikembangkan
oleh peneliti mendapatkan kriteria layak dari penilaian ahli. Penilaian
ahli mencakup enak aspek, yaitu kelayakan isi, kebahasaan, penyajian
materi, desain tampilan, pendekatan schema based instruction dengan
strategi FOPS, dan evaluasi.
3. Bahan ajar jenis LKS berbasis Schema based instruction dengan
strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan mendapatkan respon
dari siswa dengan kriteria sangat baik. penilaian angket yang dilakukan
siswa mencakup lima aspek, yaitu aspel tampilan, kebahasaan,
penyajian materi, manfaat, dan evaluasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan bahan ajar dengan
pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi
kaidah pencacahan untuk siswa SMA/MA, diperoleh beberapa simpulan,
maka dari itu peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu:
68

1. Siswa disarankan menggunakan bahan ajar dengan pendekatan Schema


Based Instruction dengan strategi FOPS dalam mempelajari konsep
dasar dari kaidah pencacahan, karena telah mendapatkan penilaian
yang baik dan layak untuk digunakan.
2. Guru disarankan untuk menggunakan bahan ajar dengan pendekatan
Schema Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi kaidah
pencacahan untuk membantu siswa memahami konsep kaidah
pencacahan dan menarik minat siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
3. Sekolah diharapkan dapat memanfaatkan dan mengembangkan bahan
ajar dengan pendekatan Schema Based Instruction dengan strategi
FOPS dengan memperluas cakupan materi pada pembelajaran
matematika yang lain.
4. Bagi peneliti selanjutnya, bahan ajar LKS dengan pendekatan Schema
Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi kaidah
pencacahan ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan
penelitian dengan metode eksperimen. Peneliti selanjutnya juga
diharapkan menggunakan bahan ajar LKS ini untuk mencapai
kemampuan matematis tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Dwirahayu, Gelar., dkk. Peningkatan kemampuan berpikir aljabar melalui
pembelajaran Schema-Based Instruction dengan strategi FOPS. Jurnal
Pendidikan Matematika dan Matematika, 2019
Hamzah, amir. Metode Penelitian dan Pengembangan. Malang: Literasi
Nusantara, 2020
Hott, Brittany L. Using Schema-Based Instruction to Improve the Mathematical
Problem Solving Skills of a Rural Student with EBD, Learning Disabilities:
A Contemporary Journal, 2021
Hughes, Scarlet dan Joshua Cuevas. “The Effects of Schema-Based Instruction on
Solving Mathematics Word Problems”, Georgia Educational Researcher,
Vol.17.2020
Jitendra, Asha.K. Dkk. Improving Seventh Grade Student’s Learning of Ratio and
Proportion: the role of Schema-Based Instruction. Contemporary
Educational Psychology, 2009
Jitendra, Asha.K. dkk, A Randomized Trial of the Effects of Schema-Based
Instruction on Proportional Problem-Solving for Students With Mathematics
Problem-Solving Difficulties, Journal of Learning Disabilities, 2016
Luthfia, Ivo Syifa. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis problem
solving polya untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa
materi peluang kelas XI SMA. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2018
Majid, Abdul. Perencanaan pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
cetakan ke-11 2011
Rahmawati, Putri Nur, Kreativitas dan Inovasi Guru Dalam Pembuatan Materi
Guru Pada Masa Pandemi, Jurnal Administrasi Pendidikan, 2021
OECD. Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 Result,
OECD, 2019.
Puspendik. Ringkasan Eksekutif Hasil Ujian Nasional SMA/MA IPA 2018,
masukan untuk pembelajaran di sekolah.
_________. Ringkasan Eksekutif Hasil Ujian Nasional SMA/MA IPA 2019,
masukan untuk pembelajaran di sekolah.

69
Rahmadani, Heni, dkk. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Matematika Berbasis
Teknologi Informatika (TI) di SMA IT Al Bayyinah Pekanbaru. Juring
Journal for Research in Mathematics Learning,Vol.1 2018
Republik Indonesia. Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sa’adah, Risa Nur. Metode penelitian R&D kajian teoritis dan aplikatif. Malang:
Literasi Nusantara, 2020
Safrida, Lela Nur dan Abdur Rahman Asari. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Problem Solving Polya untuk meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa materi peluang kelas XI SMA.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan pengembangan, 2016
Setyosari, P. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta:
Prenadamedia Group, Edisi Keempat.2015
Simangungsong, Wilson. Matematika wajib kelas XII SMA/MA. Jakarta:
Gematama 2016
Siregar, Nani Restati. Validasi Modul “FOPS” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Soal Cerita Matematika. Kendari: Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika, 2022
Star, Jon R. dkk, Using Schema-Based Instruction to Improve Seventh Grade
Student’s Learning Ratio and Proportion. New york: Paper presented at the
annual meeting of the American Educational Research Association, 2008
Sugiyono. Metode Penelitian & Pengembangan Research and Development.
Bandung: Alfabeta, Cet. 3, 2019
Sukoriyanto, dkk. “Students’ Errors in Solving the Permutation and Combination
Problems Based on Problem Solving Steps of Polya”. Journal International
Education Studies, Vol. 9, 2016.
Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima, 2019
Suparmin, Sukino. Maestro Matematika SMA/MA Kelas XII. Sidoarjo:
PT.Masmedia Buana Pustaka, 2019
Susilana, Rudi,. dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima, 2018

70
Thiagarajan,S., dkk. Instructional Development for Training Teachers of
Exceptional Children: A Sourcebook. Minneapolis: Leadership Training
Institute/Special Education, 1974
Uno, H.B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 11, 2019
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan,
Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA), 2014
Widoyoko, Eko P. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
belajar, 2009
Wijaya, Hengki. Analisis Data Kuantitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Makassar:
Sekolah Tinggi Theologia Jaffaray, 2018

71
Lampiran 1
Lembar Pertanyaan Wawancara Guru Matematika
Narasumber :
Instansi :
1. Pertanyaan : Bagaimana minat dan antusiasme siswa dalam kegiatan
pembelajaran Matematika di Sekolah?
Jawaban :

2. Pertanyaan : Metode apa yang Bapak/Ibu guru gunakan dalam kegiatan


belajar mengajar di Sekolah?
Jawaban :

3. Pertanyaan : Apa saja kendala yang Bapak/Ibu guru temui dalam


kegiatan belajar mengajar matematika?
Jawaban :

4. Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu, materi apa yang dirasa sulit oleh siswa
kelas XII? dimana letak kesulitannya?
Jawaban :

5. Pertanyaan : Bahan ajar apa saja yang Bapak/Ibu gunakan sebagai


sumber atau media pembelajaran?
Jawaban :

6. Pertanyaan : Bagaimana hasil belajar siswa dengan penggunaan bahan


ajar tersebut?
Jawaban :

7. Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu, bahan ajar seperti apa yang baik atau
layak digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar
matematika?

72
Jawaban :

8. Pertanyaan : Apakah bahan ajar yang tersedia untuk siswa sudah sesuai
dan dapat dikatakan baik atau layak untuk digunakan pada
saat kegiatan belajar mengajar?
Jawaban :

9. Pertanyaan : Apakah bahan ajar yang ada sudah bisa mengkontruksikan


pemahaman siswa kedalam dunia nyata?
Jawaban :

10. Pertanyaan : Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terkait pengembangan


bahan ajar LKS yang menerapkan model tertentu untuk
pembelajaran matematika?
Jawaban :

73
Lampiran 2
Transkip Hasil Wawancara Guru Matematika

Nama Guru dan Instansi


Guru 1 : Siti Nurazizah, S.Pd (MA Terpadu Mukaromah)
Guru 2 : Erma widyaningsih, S.Pd (SMA Al Falah)
Jawaban
No
Guru 1 Guru 2
Bagaimana minat dan antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran
Matematika di Sekolah?
Kalau untuk antusiasme, cukup baik. Sangat beragam, beberapa siswa
1 namun terkadang di setiap kelas ada ada yang berminat dan antusias
beberapa siswa yang tidak antusias dan beberapa yang lain juga
sehingga memberikan pengaruh kepada masih ada yang kurang berminat
teman disekitarnya dan antusias.
Metode apa yang Bapak/Ibu guru gunakan dalam kegiatan belajar mengajar
di Sekolah?
Metode ceramah, diskusi,
Terkadang saya biasa menggunakan
kelompok dan ada metode
2 metode ceramah, terkadang
dimana siswa diarahkan untuk
berkelompok untuk menyelesaikan
kreatif dan mencari tahu sendiri
tugas. Terkadang mengadakan pretest
tentang pembahasan dalam
menggunakan quiziz
matematika.
Apa saja kendala yang Bapak/Ibu guru temui dalam kegiatan belajar
mengajar matematika?
Banyak sekali, pertama adalah minat Siswa yang susah menangkap
3 siswa belajar selama pandemi semakin materi, kecepatan siswa dalam
menurun, selain itu jam yang menangkap materi yang begitu
disesuaikan dengan masa pandemi juga beragam sehingga kadang2 perlu
membuat kegiatan belajar mengajar dijelaskan lagi dan lagi.

74
semakin terbatas.

Menurut Bapak/Ibu, materi apa yang dirasa sulit oleh siswa kelas XII?
dimana letak kesulitannya?
4 Dimensi tiga, letak kesulitannya
Dimensi tiga, siswa sulit membayangkan
ketika mengukur sudut bangun
soal cerita yang diberikan
ruang.
Bahan ajar apa saja yang Bapak/Ibu gunakan sebagai sumber atau media
pembelajaran?
5
PPT, buku paket, youtube, dan
LKS, Quiziz
google.

Bagaimana hasil belajar siswa dengan penggunaan bahan ajar tersebut?


6
Biasa saja Lumayan efektif.
Menurut Bapak/Ibu, bahan ajar seperti apa yang baik atau layak digunakan
pada saat kegiatan belajar mengajar matematika?
7
Yang bisa membantu siswa lebih PPT dan buku paket yang berisi
memahami materi yang disampaikan latihan soal2.
Apakah bahan ajar yang tersedia untuk siswa sudah sesuai dan dapat
dikatakan baik atau layak untuk digunakan pada saat kegiatan belajar
8 mengajar?
Cukup baik, tapi masih lebih bisa
Lumayan
ditingkatkan
Apakah bahan ajar yang ada sudah bisa mengkontruksikan pemahaman
9 siswa kedalam dunia nyata?
Belum Belum terlalu
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terkait pengembangan bahan ajar LKS
yang menerapkan model tertentu untuk pembelajaran matematika?
10 Bagus, karena dalam matematika
Bagus, bisa menambah bahan ajar baru membutuhkan banyak latihan
soal.

75
Lampiran 3
Lembar Pertanyaan Wawancara Siswa
Nama Siswa :
Asal Sekolah :
1. Pertanyaan : Bagaimana tanggapan kamu tentang pelajaran
matematika dan cara mengajar Bapak/Ibu guru di
sekolah?
Jawaban :

2. Pertanyaan : Materi apa yang menurut kamu tergolong sulit di kelas


XII?
Jawaban :

3. Pertanyaan : Apa kamu paham dengan apa yang dijelaskan oleh


Bapak/Ibu guru, khususnya pada materi Kaidah
Pencacahan?
Jawaban :

4. Pertanyaan : Kesulitan atau kendala apa yang kamu temukan pada


materi tersebut?
Jawaban :

5. Pertanyaan : Apa saja bahan ajar yang tersedia dan digunakan untuk
pembelajaran matematika? apa bahan ajar tersebut
memudahkan kamu untuk memahami materi kaidah
pencacahan?
Jawaban :

76
Lampiran 4
Transkip Hasil Wawancara Siswa

Nama Siswa dan Sekolah


Siswa 1 : Aisya Tyanafisya (SMAN 8 Tangerang Selatan)
Siswa 2 : Muhamad Fadli Azra (SMA Perguruan Rakyat 1 Jakarta)
Siswa 3 : Lathifah (MA Al Falah)
Jawaban
No
Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3
Bagaimana tanggapan kamu tentang pelajaran matematika dan cara mengajar
Bapak/Ibu guru di sekolah?
Math itu pelajaran yang
asik karena mebangun
logika dan cara berpikir
kita untuk memecahkan
1 Menurut saya sangat baik
Cukup mudah sebuah masalah. nah, aku
dan bagus, materi yang di
di mengerti makin paham karena guru
ajarkan mudah di pahami
yg ngajar disekolahku
mudah dimengerti,
caranya juga simple, jadi
makin suka

Materi apa yang menurut kamu tergolong sulit di kelas XII?


2
Peluang Kaidah pencacahan Menurutku peluang
Apa kamu paham dengan apa yang dijelaskan oleh Bapak/Ibu guru,
khususnya pada materi Kaidah Pencacahan?
Terkadang ada metode
3 kaidah pencacahan yang
Cukup paham kurang saya mengerti, tapi Paham
saya langsung
menanyakannya kepada guru

77
mapel yang berkaitan

Kesulitan atau kendala apa yang kamu temukan pada materi tersebut?

Cukup sulit

4 membedakan Sulit menentukan cara Kadang bingung pakai


soal untuk pengerjaan dan kombinasi, permutasi atau
menentukan menggunakan rumus yg mana
rumus
Apa saja bahan ajar yang tersedia dan digunakan untuk pembelajaran
matematika? apa bahan ajar tersebut memudahkan kamu untuk memahami
materi kaidah pencacahan?
Pembahasan materi, latihan
soal yang baru di bahas,
quiz. Bahan ajaran ini sangat lebih ke spidol dan papan
5 Buku, ppt
membantu karna sebelum tulis aja sih. soalnya nnti
Power point
kita memulai materi baru kita kn diterangi atau di
cukup
selalu membahas nya gambar lewat itu, jadi
membantu
terlebih dahulu agar tidak okelah
sulit dalam mengerjakan nya
nanti.

78
Lampiran 5
Instrumen Uji Validitas Ahli
Angket penilaian Bahan Ajar LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis Schema
Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi Kaidah Pencacahan
Judul : Pengembangan Bahan Ajar Model Schema-Based Instruction
Penelitian (SBI) Dengan Strategi Fops Pada Materi Kaidah Pencacahan
Peneliti : Rahmawati Fadlil Choeria
Dosen : 1. Dr. Otong Suhyanto, M.Si
Pembimbing 2. Ramdani Miftah, M.Pd
Nama Ahli : ……………………………

Instansi : ……………………………

A. Petunjuk Pengisian
1. Beri tanda centang () pada kolom skor sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu
terhadap kualitas bahan ajar secara objektif
2. Ketentuan penilaian sebagai berikut
Skor Kriteria
1 Sangat Kurang
2 Kurang
3 Cukup
4 Baik
5 Sangat Baik
B. Penilaian
Indikator Skor
No Butir Penilaian
Penilaian 1 2 3 4 5
Aspek Kelayakan Isi
Kesesuaian materi 1 Materi yang diajarkan sesuai dengan
dengan KI dan KI dan KD
KD 2 Konsep materi pada bahan ajar sudah
jelas dan tepat
3 Materi dalam bahan ajar sudah

79
Indikator Skor
No Butir Penilaian
Penilaian 1 2 3 4 5
lengkap
Keakuratan 4 Keakuratan konsep matematika
materi 5 Keakuratan prinsip dan fakta
6 Keakuratan ilustrasi masalah dan
gambar
7 Keakuratan soal latihan
Pendukung materi 8 Materi yang menarik
pembelajaran 9 Penerapan konsep matematika
10 Mendorong siswa untuk mencari
informasi lebih jauh
Aspek Kebahasaan
Lugas 11 Struktur kalimat pada bahan ajar
singkat, padat, dan jelas
12 Ketepatan struktur kalimat
13 Keefektifan kalimat
Komunikatif 14 Kalimat yang digunakan sesuai
dengan PUEBI
15 Kalimat yang digunakan mudah
dipahami
Kesesuaian 16 Kesesuaian dengan tahap
dengan tingkat perkembangan siswa
perkembangan
siswa
Penggunaan 17 Konsistensi penggunaan istilah
istilah dan simbol matematika
matematika 18 Konsistensi penggunaan simbol
matematika
Aspek penyajian materi

80
Indikator Skor
No Butir Penilaian
Penilaian 1 2 3 4 5
Penyajian 19 Dapat diaplikasikan dalam kehidupan
Pembelajaran sehari-hari
20 Materi tersusun secara sistematis
sehingga mudah dipahami
Pendukung 21 Ilustrasi masalah dalam setiap
Penyajian aktivitas LKS
22 Soal latihan pada setiap akhir aktivitas
23 Daftar pustaka
Aspek Desain Tampilan
Desain sampul 24 Cover bahan ajar menarik perhatian
(cover) siswa
25 Tampilan tata letak pada sampul muka
dan belakang sudah seirama dan
konsisten
26 Warna harmonis dan seirama
27 Ukuran font judul bahan anjar LKS
sudah proporsional dibandingkan
dengan font lain
Desain isi bahan 28 Konsistensi tata letak
ajar 29 Tata letak tidak mengganggu isi
kegiatan pembelajaran
30 Penempatan hiasan dan watermark
tidak mengganggu isi kegiatan
pembelajaran
31 Penyajian keseluruhan
Aspek Model Schema Based Instruction

81
Indikator Skor
No Butir Penilaian
Penilaian 1 2 3 4 5
Tahapan Schema 32 Tahap “Find” pada LKS efektif untuk
Based Instruction mengidentifikasi tipe masalah dengan
membaca dan menceritakan kembali
dengan bahasa siswa itu sendiri.
33 Tahap “Organize” pada LKS efektif
dalam membaca masalah untuk
mengidentifikasikan informasi dan
mempresentasikan menggunakan
diagram skema
34 Tahap “Plan” pada LKS efektif untuk
mendorong siswa menerjemahkan
informasi dalam diagram kedalam
persamaan matematika kemudian
memerencanakan strategi pemecahan
masalah
35 Tahap “Solve” pada LKS efektif untuk
membuat siswa menyelesaikan
masalah menggunakan strategi solusi
yang direncanakan sebelumnya dan
membenarkan solusi yang telah dipilih
Evaluasi
Ilustrasi Masalah 36 Situasi masalah atau ilustrasi masalah
yang disajikan sesuai dengan materi
pembelajaran
Soal latihan 37 Tingkat kesulitan pada soal latihan
beragam
38 Evaluasi soal sesuai dengan materi
C. Kritik dan Saran

82
……………………………………………………………………………………
………
……………………………………………………………………………………
………
……………………………………………………………………………………
………
……………………………………………………………………………………
………

D. Kesimpulan
Bahan Ajar LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis Model Ajar Model Schema-
Based Instruction (SBI) Dengan Strategi Fops Pada Materi Kaidah Pencacahan ini
dinyatakan:
Secara keseluruhan telah sesuai dengan Secara keseluruhan bahan ajar belum
indikator dan model pembelajaran yang sesuai dengan indikator dan model
digunakan. pembelajaran yang digunakan.

………..…, ……………... 2022


Validator

(________________________)

83
Lampiran 6
Angket Respon Siswa
Angket penilaian Bahan Ajar LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis model
Schema Based Instruction dengan strategi FOPS pada materi Kaidah
Pencacahan
Judul : Pengembangan Bahan Ajar Model Schema-Based Instruction
Penelitian (SBI) Dengan Strategi Fops Pada Materi Kaidah Pencacahan
Peneliti : Rahmawati Fadlil Choeria
Dosen : 1. Dr. Otong Suhyanto, M.Si
Pembimbing 2. Ramdani Miftah, M.Pd
Nama Siswa : ……………………………

Asal Sekolah : ……………………………

A. Petunjuk Pengisian
1. Beri tanda centang () pada kolom skor sesuai dengan penilaian Saudara/i
terhadap kualitas bahan ajar secara objektif.
2. Ketentuan penilaian sebagai berikut:
Skor Kriteria
1 Sangat Kurang
2 Kurang
3 Cukup
4 Baik
5 Sangat Baik
B. Penilaian
Skor
Aspek No Indikator
1 2 3 4 5
Tampilan 1 Penampilan bahan ajar menarik
2 Gambar dan ilustrasi dalam bahan ajar
sudah jelas
Kebahasaan 3 Informasi penggunaan bahan ajar sudah
jelas
4 Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar

84
mudah dipahami
Penyajian 5 Materi yang disajikan dalam bahan ajar
Materi sudah jelas
6 Materi yang disajikan dalam bahan ajar
berkaitan dengan penerapan kehidupan
sehari-hari
7 Setiap tahapan pembelajaran mudah untuk
diikuti
Manfaat 8 Saya dapat termotivasi untuk mempelajari
Kaidah Pencacahan melalui bahan ajar
tersebut
9 Saya dapat lebih mudah memahami materi
Kaidah Pencacahan melalui bahan ajar
tersebut
Evaluasi 10 Tingkat kesulitan soal pada bahan ajar
beragam, sehingga saya dapat melihat serta
mengukur sejauh mana pemahaman saya
terhadap materi Kaidah Pencacahan

Saran

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

………..…, ……………... 2022


Responden

(________________________)

85
Lampiran 7
Surat Permohonan Validator Bahan Ajar

86
87
Lampiran 8
Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar oleh Ahli
Dosen 1 : Dr. Otong Suhyanto, M.Si Guru 1 : Tommy Adithya, M.Pd
Dosen 2 : Ramdani Miftah, M.Pd Guru 2 : Suhanda, M.Pd
Dosen 3 : M. Hafiz, M.Pd Guru 3 : Fadillah N, S.Pd

Dosen Dosen Dosen Guru Guru Guru Rata-


No Butir Penilaian
1 2 3 1 2 3 Rata
Materi yang diajarkan
1 sesuai dengan KI dan 4 5 3 5 5 4 4,333
KD
Konsep materi pada
2 bahan ajar sudah jelas 4 4 3 5 5 5 4,333
dan tepat
Materi dalam bahan
3 4 5 3 5 4 4 4,167
ajar sudah lengkap
Keakuratan konsep
4 3 4 3 5 4 4 3,833
matematika
Keakuratan prinsip dan
5 4 4 3 5 5 4 4,167
fakta
Keakuratan ilustrasi
6 4 4 3 5 5 4 4,167
masalah dan gambar
7 Keakuratan soal latihan 3 4 3 4 4 5 3,833
8 Materi yang menarik 5 5 4 5 4 4 4,500
Penerapan konsep
9 4 4 4 5 4 3 4,000
matematika
Mendorong siswa
10 untuk mencari 4 4 3 4 5 5 4,167
informasi lebih jauh
Struktur kalimat pada
11 bahan ajar singkat, 4 5 3 4 3 3 3,667
padat, dan jelas

88
Ketepatan struktur
12 4 4 3 4 4 4 3,833
kalimat
13 Keefektifan kalimat 3 4 3 4 4 4 3,667
Kalimat yang
14 digunakan sesuai 4 4 2 4 5 4 3,833
dengan PUEBI
Kalimat yang
15 digunakan mudah 4 4 3 5 5 3 4,000
dipahami
Kesesuaian dengan
16 tahap perkembangan 4 4 3 5 5 5 4,333
siswa
Konsistensi
17 penggunaan istilah 4 5 3 5 4 4 4,167
matematika
Konsistensi
18 penggunaan simbol 4 4 3 5 4 4 4,000
matematika
Dapat diaplikasikan
19 dalam kehidupan 5 4 3 4 5 5 4,333
sehari-hari
Materi tersusun secara
20 sistematis sehingga 4 4 3 4 5 3 3,833
mudah dipahami
Ilustrasi masalah dalam
21 5 4 4 4 4 4 4,167
setiap aktivitas LKS
Soal latihan pada setiap
22 4 5 3 4 4 5 4,167
akhir aktivitas
23 Daftar pustaka 3 4 2 5 4 5 3,833
Cover bahan ajar
24 menarik perhatian 5 5 3 5 5 3 4,333
siswa

89
Tampilan tata letak
pada sampul muka dan
25 4 5 3 5 5 4 4,333
belakang sudah seirama
dan konsisten
Warna harmonis dan
26 4 5 3 5 5 5 4,500
seirama
Ukuran font judul
bahan anjar LKS sudah
27 proporsional 4 5 3 4 5 4 4,167
dibandingkan dengan
font lain
28 Konsistensi tata letak 3 4 3 4 5 4 3,833
Tata letak tidak
29 mengganggu isi 4 4 3 4 5 4 4,000
kegiatan pembelajaran
Penempatan hiasan dan
watermark tidak
30 4 4 3 4 5 5 4,167
mengganggu isi
kegiatan pembelajaran
31 Penyajian keseluruhan 3 4 3 5 4 5 4,000
Tahap “Find” pada
LKS efektif untuk
mengidentifikasi tipe
masalah dengan
32 5 4 2 4 5 2 3,667
membaca dan
menceritakan kembali
dengan bahasa siswa
itu sendiri.
Tahap “Organize” pada
LKS efektif dalam
33 membaca masalah 4 4 3 4 5 4 4,000
untuk
mengidentifikasikan

90
informasi dan
mempresentasikan
menggunakan diagram
skema
Tahap “Plan” pada
LKS efektif untuk
mendorong siswa
menerjemahkan
informasi dalam
34 diagram kedalam 4 4 3 4 5 5 4,167
persamaan matematika
kemudian
memerencanakan
strategi pemecahan
masalah
Tahap “Solve” pada
LKS efektif untuk
membuat siswa
menyelesaikan masalah
menggunakan strategi
35 4 4 3 4 5 4 4,000
solusi yang
direncanakan
sebelumnya dan
membenarkan solusi
yang telah dipilih
Situasi masalah atau
ilustrasi masalah yang
36 3 4 4 5 5 4 4,167
disajikan sesuai dengan
materi pembelajaran
Tingkat kesulitan pada
37 4 4 4 5 4 5 4,333
soal latihan beragam
Evaluasi soal sesuai
38 4 5 3 4 5 5 4,333
dengan materi

91
Rata-Rata Keseluruhan 3,947 4,289 3,053 4,500 4,579 4,158 4,088

92
Lampiran 9
Sampel Hasil Validasi Instrumen Uji Validitas Ahli

93
94
95
96
97
98
Lampiran 10
Perhitungan Data Angket Respon Siswa

Responden Rata-
Butir Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Rata
Penampilan bahan ajar menarik 3 5 3 5 5 4 5 5 5 4 4 4,364
Gambar dan ilustrasi dalam
3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4,545
bahan ajar sudah jelas
Informasi penggunaan bahan
4 5 3 5 5 4 5 5 5 4 4 4,455
ajar sudah jelas
Bahasa yang digunakan dalam
4 5 4 5 4 3 5 5 5 4 4 4,364
bahan ajar mudah dipahami
Materi yang disajikan dalam
3 4 4 5 5 4 5 5 5 5 3 4,364
bahan ajar sudah jelas
Materi yang disajikan dalam
bahan ajar berkaitan dengan 4 5 3 5 5 5 4 5 5 4 3 4,364
penerapan kehidupan sehari-hari
Setiap tahapan pembelajaran
3 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 4,364
mudah untuk diikuti
Saya dapat termotivasi untuk
mempelajari Kaidah Pencacahan 3 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4,364
melalui bahan ajar tersebut
Saya dapat lebih mudah
memahami materi Kaidah
4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4,545
Pencacahan melalui bahan ajar
tersebut
Tingkat kesulitan soal pada
bahan ajar beragam, sehingga
4 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 4,364
saya dapat melihat serta
mengukur sejauh mana

99
pemahaman saya terhadap
materi Kaidah Pencacahan

100
Lampiran 11
Sampel Hasil Angket Respon Siswa

101
102
103
104
105
106
Lampiran 12

107
108
109
Lampiran 13

PRODUK BAHAN AJAR

110
KAIDAH PENCACAHAN

Bahan Ajar LKS Matematika Menggunakan Schema Based Instruction dengan

startegi FOPS

Penyusun :

Rahmawati Fadlil Choeria

Pembimbing :

1. Dr. Otong Suhyanto, M.Si


2. Ramdani Miftah, M.Pd

Jurusan Pendidikan Matematika

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, karena atas izin Nya
penulis dapat menyelesaikan bahan ajar LKS matematika model Schema Based
Instruction (SBI) dengan strategi FOPS. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai contoh dan teladan umat muslim.

Bahan ajar ini merupakan produk tugas akhir mahasiswa Sarjana S-1 Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusun bahan ajar sebagai produk tugas yang dibimbing oleh Bapak Dr. Otong
Suhyanto, M.Si dan Bapak Ramdani Miftah, M.Pd.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada; Bapak Dr. Otong Suhyanto, M.Si dan
Bapak Ramdani Miftah, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
proses pengembangan bahan ajar matematika menggunakan model Schema Based
Instruction (SBI) dengan strategi FOPS pada materi kaidah pencacahan, serta Bapak
M.Hafiz, M.Pd. sebagai dosen validator yang telah bersedia meluangkan waktu dan
pikirannya untuk berdiskusi mengenai isi dan tampilan pada bahan ajar ini.

Bahan ajar matematika menggunakan model pembelajaran Schema Based


Instruction (SBI) dengan strategi FOPS terdiri dari LKS yang memuat materi Kaidah
Pencacahan untuk siswa kelas XII SMA/MA. Bahan ajar ini dapat digunakan sebagai
bahan ajar mandiri atau bahan ajar dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada model Schema Based Instruction (SBI)
dengan strategi FOPS.

Semoga bahan ajar ini dapat menjadi pedoman pembelajaran dalam rangka
menunjang dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Penulis menyadari bahan
ajar ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik, saran dan masukan penulis
harapkan dari pembaca sebagai bahan evaluasi dan perbaikan bahan ajar ini.

Penulis

i
STANDAR KOMPETENSI INTI DAN

KOMPETENSI DASAR

Bahan ajar LKS Matematika Menggunakan Model Schema Based Instruction (SBI) dengan
strategi Find, Organize, Plan dan Solve (FOPS).

Kompetensi Inti :

3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar :

3.3 Menganalisis aturan pencacahan (aturan penjumlahan, aturan perkalian,


permutasi, dan kombinasi) melalui masalah kontekstual
4.3 Menyelesaikan masalah kontekstual berkaitan dengan kaidah pencacahan (aturan
penjumlahan, aturan perkalian, permutasi dan kombinasi)

Indikator Pembelajaran :

3.3.1 Mengidentifikasi aturan pencacahan menggunakan aturan penjumlahan


melalui masalah kontekstual
3.3.2 Menganalisis kaidah pencacahan menggunakan aturan penjumlahan melalui
masalah kontekstual
3.3.3 Mengidentifikasi aturan pencacahan menggunakan aturan perkalian melalui
masalah kontekstual
3.3.4 Menganalisis kaidah pencacahan menggunakan aturan perkalian melalui
masalah kontekstual

ii
3.3.5 Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan permutasi atas
seluruh objek
3.3.6 Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan permutasi atas
sebagian dari seluruh objek
3.3.7 Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan permutasi siklik
3.3.8 Mengidentifikasi fakta pada masalah kontekstual yang berkaitan dengan
kaidah pencacahan menggunakan Kombinasi
4.3.1 Menyelesaikan permasalah kontekstual yang berkaitan dengan kaidah
pencacahan menggunakan aturan penjumlahan
4.3.2 Menyelesaikan permasalah kontekstual yang berkaitan dengan kaidah
pencacahan menggunakan aturan perkalian
4.3.3 Menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kaidah
pencacahan menggunakan Permutasi
4.3.4 Menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kaidah
pencacahan menggunakan aturan kombinasi

iii
PETUNJUK PENGGUNAAN

Agar Berikut cara menggunakan dan mempelajari bahan ajar ini, yaitu:

 Bacalah doa terlebih dahulu agar diberi kemudahan dan mempelajari materi
Kaidah Pencacahan
 Baca dan pahamilah tujuan dari pembelajaran ini
 Bacalah dengan teliti dan pahamilah setiap masalah dalam bahan ajar ini
 Ikuti berbagai kegiatan yang terdapat dalam bahan ajar ini
 Mintalah bimbingan dan arahan dari guru kalian ketika kalian mengalami
kesulitan dalam memahami bahan ajar
 Setelah kamu menyelesaikan dan memahami tiap masalah yang terdapat dalam
setiap unit bahan ajar, cobalah kamu kerjakan latihan-latihan soal yang terdapat
pada setiap akhir unit agar kamu semakin paham pada materi tersebut.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
STANDAR KOMPETENSI ............................................................................................................................. ii
PETUNJUK PENGGUNAAN ......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................v
PETA KONSEP................................................................................................................................................. vi
LKS 1 ATURAN PENJUMLAHAN ............................................................................................................... 7
LATIHAN LK. 1 .............................................................................................................................................. 10
LKS 2 ATURAN PERKALIAN..................................................................................................................... 11
LATIHAN LK. 2 .............................................................................................................................................. 15
LKS 3 PERMUTASI ...................................................................................................................................... 17
LATIHAN LK. 3 .............................................................................................................................................. 28
LKS 4 KOMBINASI ........................................................................................................................................ 30
LATIHAN LK. 4 .............................................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 45

v
PETA KONSEP

Bahan ajar LKS Matematika Menggunakan Model Schema Based Instruction (SBI) dengan
strategi Find, Organize, Plan dan Solve (FOPS).

Kaidah
Pencacahan

Aturan
Aturan Perkalian Permutasi Kombinasi
Penjumlahan

Permutasi dengan
Permutasi semua
beberapa unsur Permutasi siklik
unsur berbeda
yang sama

vi
LKS 1
ATURAN PENJUMLAHAN

Tujuan Pembelajaran LK 1:
1. Mengidentifikasi aturan pencacahan dengan aturan penjumlahan melalui masalah
kontekstual
2. Menganalisis kaidah pencacahan aturan penjumlahan melalui masalah
kontekstual
3. Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kaidah pencacahan
aturan perkalian
Bacalah text informasi berikut!

GIZI SEIMBANG

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan
status kesehatan. Pola makan yang tidak bergizi seimbang beresiko menyebabkan
kekurangan gizi seperti anemia dan berat badan kurang, dapat pula terjadi gizi berlebih
(obesitas) yang dapat beresiko terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi,
penyakit jantung koroner dan diabetes melitus. Dalam ilmu gizi ada macam-macam zat
gizi, seperti;

o Karbohidrat sebagai sumber energi atau tenaga


o Lemak berperan untuk memperoleh energi, selain itu melindungi organ-organ vital,
menjadi insulator yang mempertahankan panas tubuh, serta melarutkan dan
membawa vitamin larut lemak.
o Protein berperan sebagai penghasil energi, untuk pertumbuhan, dan mengganti sel-
sel tubuh yang telah rusak, pembuat enzim dan hormon, dan pembentuk antibodi
(sistem kekebalan tubuh).

7
o Vitamin diperlukan untuk mengatur fungsi tubuh dan mencegah dari beberapa
penyakit.
o Mineral Mineral berfungsi untuk menjaga kestabilan asam basa pada tubuh,
membantu dalam proses pembangunan sel, membantu reaksi kimia tubuh,
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, dan membentuk serta memelihara tulang

Sumber : emc.id

FIND

Adam adalah seorang ahli gizi pada rumah sakit suatu daerah. Untuk makan malam hari ini,
di dapur telah disediakan beras, kentang, ubi, brokoli, wortel, bayam, ayam, telur, daging, ikan,
pisang, jeruk, dan melon. Untuk memenuhi gizi seimbang, Adam harus membuat menu yang
mengandung zat karbohidrat, protein, dan vitamin. Adam memikirkan banyak cara yang dapat
dilakukan untuk memilih masing-masing satu dari zat tersebut.

A. Apa saja informasi yang diketahui dari masalah diatas?

B. Apa saja informasi yang di tanyakan dari masalah diatas?

ORGANIZE

Tulislah nama jenis makanan pada kolom tersebut, sesuai dengan jenis-jenisnya !
Vitamin
Karbohidrat Protein
Sayur Buah

8
PLAN

Buatlah beberapa skema menu berdasarkan tabel yang telah kamu isi pada tabel
“Organize”

SOLVE

Setelah kalian membuat skema diagram tersebut, ada berapa banyak cara Adam dalam
memilih masing-masing satu zat tersebut?

9
LATIHAN LK. 1

1. Sekolah Merdeka sedang melangsungkan pemilihan ketua Osis. Jabatan ketua


OSIS dapat diduduki oleh kelas XI atau XII. Jika siswa kelas XI terdiri dari 75 siswa
dan siswa kelas XII terdiri dari 135 siswa. Berapa banyak cara memilih ketua osis?
2. Setiap hari senin, sekolah Merdeka mengadakan lomba kebersihan kelas. Sekolah
Merdeka memiliki tiga ruang kelas X, tiga ruang kelas XI dan sisanya adalah ruang
kelas XII. Jika banyaknya cara memilih kelas yang paling bersih adalah 10 cara.
Maka banyaknya ruang kelas XII adalah?
3. Kantin sekolah merdeka menyediakan enam menu makanan, diantaranya ada
ayam goreng, ayam bakar, ikan goreng, ikan bakar, daging empal dan daging
rendang. Serta lima menu minuman, yaitu air mineral, teh panas, es teh, jeruk
panas, dan es jeruk. Berapa banyak menu yang dapat dipilih oleh Zahra jika Zahra
alergi terhadap ikan?
4. Diketahui ada tiga kantong yang berisi bola merah, bola biru, dan bola kuning.
Kotak A berisi 4 bola merah, 6 bola biru, dan 3 bola kuning.
Kotak B berisi 3 bola merah, 5 bola biru, dan 2 bola kuning.
Kotak C berisi 6 bola merah, 4 bola biru, dan 3 bola kuning.
Dari masing-masing kotak diambil 1 bola secara bersamaan, terambilnya bola
merah pada kotak A dimasukan ke kotak B, terambilnya bola biru dimasukan ke
kotak B dari kotak C dan terambilnya bola kuning dari kotak B dimasukan kembali
ke kotak B. Berapa banyak bola yang ada di kotak B?
5. Arbi berangkat ke Sekolah Merdeka menggunakan angkutan umum. Gambar di
bawah ini adalah peta rute perjalanan Arbu menuju sekolah. Jika rumah Arbi
adalah titik A dan sekolah merupakan titik C. Tentukan banyaknya rute yang bisa
Arbi pilih untuk berangkat ke Sekolah?

10
LKS 2
ATURAN PERKALIAN

Tujuan Pembelajaran LK 2:
1. Mengidentifikasi aturan pencacahan dengan aturan perkalian melalui masalah
kontekstual
2. Menganalisis kaidah pencacahan aturan perkalian melalui masalah kontekstual
3. Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kaidah pencacahan
aturan perkalian
Bacalah text Informasi berikut!
ISI PIRINGKU

Seiring perkembangan ilmu gizi, slogan


4 sehat 5 sempurna dirasa tidak cukup
tepat tanpa kesimbangan gizi. Secara
umum, "Isi Piringku" menggambarkan
porsi makan yang dikonsumsi dalam
satu piring yang terdiri dari 50 persen
buah dan sayur, dan 50 persen sisanya
terdiri dari karbohidrat dan protein.
Kampanye "Isi Piringku" juga
menekankan untuk membatasi gula,
garam, dan lemak dalam konsumsi
sehari-hari. Pedoman gizi seimbang
terdiri dari 10 pesan tentang menjaga gizi. Dari 10 pesan tersebut, dikelompokkan lagi
menjadi empat pesan pokok yakni pola makan gizi seimbang, minum air putih yang
cukup, aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan
yang sesuai untuk mengetahui kondisi tubuh.
Selain diagram "Isi Piringku" yang telah disebutkan, kampanye tersebut juga
menekankan empat hal penting lainnya yaitu cuci tangan sebelum makan, aktivitas fisik
yang cukup, minum air putih cukup, dan memantau tinggi badan dan berat badan.
(Sumber : https://kesmas.kemkes.go.id )

11
FIND
Info grafis diatas membantu kita untuk mengontrol asupan kalori dengan memberikan
beragam pilihan menu. Berapa kemungkinan menu yang dapat disajikan sesuai dengan
saran yang diberikan jika makanan pokoknya tetap nasi?

A. Apa saja informasi yang diketahui dari masalah tersebut?

B. Apa saja informasi yang di tanyakan dari masalah tersebut?

ORGANIZE
Berdasarkan informasi yang ada, tulislah nama jenis makanan pada kolom tersebut,
sesuai dengan jenis-jenisnya !
Lauk Pauk
Makanan Pokok Sayur Buah
Lauk Hewani Lauk Nabati

12
PLAN

Buatlah beberapa skema menu berdasarkan tabel yang telah kamu isi pada tabel
“Organize”

13
SOLVE

Setelah kalian membuat skema diagram tersebut, ada berapa jenis menu yang dapat
dibuat dengan nasi sebagai makanan pokok, tuliskan dengan notasi matematika!

14
LATIHAN LK. 2

Bacalah text informasi berikut!

DIET SEHAT

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Diet sehat adalah bagian dari cara
membantu mencegah malnutrisi dan mencegah penyakit tidak menular. Saat ini
makanan di sekitar kita cenderung tinggi kalori, lemak, gula, dan garam/natrium.
Hal ini diperparah dengan kebiasaan kurang makan sayur dan buah, serta sumber
serat lain, seperti biji-bijian. Komposisi menu diet sehat dan seimbang sangatlah
beragam, tergantung pada karakteristik individu. Misalnya, usia, jenis kelamin,
gaya hidup (termasuk tingkat aktivitas fisik), kebiasaan pola makan, konteks
budaya, hingga makanan yang tersedia. Mengutip buku Menu Katering Sehat yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, kalori atau energi rata-rata yang
diperlukan orang dewasa per hari berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
tahun 2013 adalah 2.150 kkal. Namun, jumlah kalori dapat bervariasi karena
berbagai faktor. Berikut contoh menu diet dalam seminggu.

(Sumber : www.msn.com)

15
1. Keluarga Pak Burhan berencana untuk mengubah pola makan menjadi lebih sehat
dengan mengikuti menu diet sehat setiap harinya dengan memesan menu diet
sehat pada salah satu restoran. Berapa banyak kemungkinan menu yang dipilih
oleh Pak Burhan jika tidak masalah memilih menu yang sama selama satu minggu
full?

2. Pada minggu ke-dua, Pak Burhan kembali memilih menu diet sehat untuk
dikonsumsi bersama keluarga. Istri Pak Burhan berpesan untuk memilih menu
yang berbeda setiap harinya. Berapa banyak kemungkinan menu diet sehat yang
dapat dipilih oleh Pak Burhan?

3. Pada minggu ke-tiga, Dito anak pertama Pak Burhan pulang kerumah karena
sedang libur kuliah. Pak Burhan tetap melanjutkan untuk mengkonsmsi menu diet
sehat. Ketika hendak memilih menu, Pak Burhan ingat bahwa Dito alergi dengan
ikan sehingga tidak memilih menu ikan. Berapa banyaknya kemungkinan menu
yang dipilih oleh pak Burhan jika tidak masalah memilih menu yang sama setiap
harinya?

4. Pada minggu ke-4, Dito hanya ada dirumah selama tiga hari, yaitu pada hari Senin,
Selasa dan Rabu. Istri Pak Burhan kembali berpesan bahwa ia tidak ingin ada
menu yang sama selama satu minggu penuh. Berapa banyak kemungkinan menu
yang dapat dipilih oleh Pak Burhan?

5. Pada minggu ke-5, Diana anak bungsu Pak Burhan berpesan kepada Pak Burhan
bahwa dia menginginkan menu empal daging, sedangkan dito ada dirumah pada
hari Senin sampai Rabu. Berapa banyak cara Pak Burhan memilih menu diet
untuk minggu ke-5 dengan mempertimbangkan pesan istri dan anak-anaknya?

16
LKS 3
PERMUTASI

Tujuan Pembelajaran LK 3:
1. Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan permutasi atas seluruh
objek
2. Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan permutasi atas
sebagian dari seluruh objek
3. Menganalisis masalah kontekstual yang berkaitan dengan permutasi siklik
4. Menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kaidah
pencacahan menggunakan Permutasi

Bacalah text informasi berikut!

FORMULA E JAKARTA 2022

Formula E secara resmi bernama ABB FIA


Formula E World Championship dan
mendapatkan status sebagai kejuaraan dunia.
Formula E merupakan kejuaraan olahraga
otomotif mobil kursi tunggal yang menggunakan
mobil listrik. Oleh karena itu formula E
dipercaya menjadi ajang balap mobil masa
depan.
Pada tanggal 4 Juni 2022, Formula E diadakan di
Ancol, Jakarta. Sirkuit Ancol memiliki cukup
banyak lintasan lurus panjang yang diikuti tikungan tajam. Hal ini yang membuat sirkuit
Ancol sangat kompetitif bagi permbalap. Sebanyak 22 pembalap dari 11 tim ikut
berkompetisi pada sirkuit Ancol. Kapasitas penonton pada sirkuit Ancol diperkirakan
mencapai 40-50 ribu orang. Penonton nantinya akan dibagi berdasarkan kelas, mulai dari
festival hingga VIP. Selain itu, panitia penyelenggara kegiatan Formula E melarang
penonton membawa makanan dari luar area sirkuit. Hal ini dikarenakan panitia sudah
menyiapkan puluhan UMKM disekitar sirkuit.
Sumber : www.kumparan.com

17
FIND

A. Apa saja informasi yang diketahui dari masalah diatas?

B. Apa saja informasi yang di tanyakan dari masalah diatas?

18
ORGANIZE

Isilah kemungkinan-kemungkinan Rizky dan temannya menempati kursi. Lingkari satu


nama pilihanmu untuk menempati kursi 1, nama yang sudah kamu lingkari tidak bisa
kamu tulis kembali di kursi selanjutnya. Lakukan hal yang sama untuk kursi lainnya.

PLAN

Buatlah beberapa skema berdasarkan tabel yang telah kamu isi pada tabel “Organize”

19
SOLVE

Berapa banyak susunan duduk Rizky dan teman-temannya yang mungkin terjadi dalam
menyaksikan Formula E?

20
Bacalah text informasi berikut!

FIND

21
A. Apa saja informasi yang diketahui dari masalah diatas?

B. Apa saja informasi yang di tanyakan dari masalah diatas?

ORGANIZE

PLAN

Buatlah beberapa skema berdasarkan tabel yang telah kamu isi pada tabel “Organize”

22
SOLVE

Berapa banyak kemungkinan yang terjadi untuk menentukan juara I, II dan III pada
pertandingan Formula E saat itu?

23
Bacalah text informasi berikut!

24
FIND

Formula E Jakarta 2022 yang


diselenggarakan di Jakarta
International E-Prix Circuit (JIEC) pada
4 Juni 2022 meninggalkan kesan
mendalam bagi penontonnya. Mitch
Evanspada berhasil keluar sebagai
pembalap pertama yang melintasi garis
finish Formula E di Jakarta. Rizky dan
teman-temannya sangat puas dan
senang bisa menyaksikan secara
langsung. Setelah menyaksikan pertandingan, Rizky, Ahmad, Fauzan dan Andri.
memutuskan untuk mencoba makanan yang ada di sekitar sirkuit. Mereka menempati
meja yang permukaannya lingkaran. Saat hendak duduk, Rizky kembali memikirkan
berapa banyak susunan mereka dapat duduk melingkar.

A. Apa saja informasi yang diketahui dari masalah diatas?

B. Apa saja informasi yang di tanyakan dari masalah diatas?

25
ORGANIZE
Perhatikan ilustrasi cara mereka duduk sebagai berikut

(Ilustrasi 1) (Ilustrasi 2) (Ilustrasi 3)


Beri tanda =, (jika menurut kalian susunannya sama) dan beri tanda ≠, (Jika menurut
kalian susunannya berbeda)
 Ilustrasi 1 ........... Ilustrasi 2 Tulis kesimpulan yang kalian dapat :
 Ilustrasi 1 ........... Ilustrasi 3
 Ilustrasi 2 ........... Ilustrasi 3

Buatlah beberapa Ilustrasi berbeda yang menggambarkan susunan duduk Rizky, Ahmad,
Fauzan dan Andri.

26
Plan

Buatlah beberapa skema berdasarkan tabel yang telah kamu isi pada tabel “Organize”

: Rizky : Ahmad : Fauzan : Andri

SOLVE
Berapa banyak kemungkinan susunan duduk melingkar yang dapat terjadi pada Rizky
dan temanya?

27
LATIHAN LK. 3

Bacalah text informasi berikut!

Undang-undang Administrasi Kependudukan


(Adminduk), NIK mulai diberlakukan secara
nasional pada tahun 2011. Undang-undang
Adminduk tersebut mengatur tentang
pengolahan informasi administrasi
kependudukan, yang akan dikelola melalui
sistem informasi administrasi kependudukan.
NIK dapat diakses oleh semua instansi
adminduk sehingga tidak dimungkinkan lagi satu warga memiliki dua identitas atau
lebih. Ketunggalan NIK dijaga melalui sistem identifikasi biometrik, sidik jari, iris mata
dan wajah pada program Penerapan KTP Elektronik. NIK terdiri dari 16 digit. Kode
penyusun NIK terdiri dari 2 digit awal merupakan kode propinsi, 2 digit setelahnya
merupakan kode kabupaten/kota, 2 digit sesudahnya kode kecamatan, 6 digit
selanjutnya merupakan tanggal lahir dalam format hhbbtt (untuk wanita tanggal
ditambah 40), lalu 4 digit terakhir merupakan nomor urut yang dimulai dari 0001.

(Sumber : isdukcapil.tanahbumbukab.go.id)

1. Pada tahun bulan Juli 2022, Rizka merayakan ulang tahunnya yang ke-17. Rizka
hendak membuat KTP di daerah tempat tinggalnya di kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan. berapa banyak kemungkinan susunan NIK yang dimiliki oleh rizka
nantinya?

2. Rizka berangkat ke kelurahan untuk membuat KTP pergi mengendarai sepeda


motor. Ketika sampai di parkiran, terdapat lima motor sudah terparkir. Kemudian
Rizka memarkirkan motornya. Sambil memarkirkan motornya, Rizka memikirkan
berapa banyak cara yang mungkin untuk menyusun motor di parkiran?

28
3. Rizka membuat KTP di kelurahan ditemani oleh Santi kakanya, pada saat
membuat KTP Rizka bersama 5 orang wanita dan 7 orang pria. Semuanya
menunggu di kursi panjang kelurahan, kemudian Rizka memikirkan berapa
banyak susunan cara mereka duduk bersama jika Rizka dan Santi kakanya selalu
bersebelahan?

4. Setelah membuat KTP, Rizka dan Sinta pergi ke kedai kopi. Mereka berencana
bertemu dengan tujuh orang sepupu mereka, diantaranya 2 wanita dan lima pria.
Beberapa banyak cara mereka duduk melingkar jika Rizka dan Santi saling
berdekatan?

5. Setelah membuat KTP, Rizka dan Sinta pergi ke kedai kopi. Mereka berencana
bertemu dengan tujuh orang sepupu mereka. Mereka bersembilan diantaranya
lima pria dan empat wanita. Beberapa banyak cara mereka duduk melingkar
wanita saling duduk berdekatan?

29
LKS 4

KOMBINASI
Tujuan Pembelajaran LK 3:

1. Mengidentifikasi fakta pada masalah kontekstual yang berkaitan dengan kaidah


pencacahan menggunakan Kombinasi
2. Menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kaidah
pencacahan menggunakan aturan kombinasi

Bacalah text informasi berikut!

BOLA VOLI

Bola voli merupakan salah satu


olahraga yang cukup digemari
masyarakat Indonesia. Olahraga
bola voli terbilang mudah bagi
orang yang menguasai teknik
permainannya. Dalam satu
pertandingan, terdapat dua regu
yang saling memperebutkan poin.
Penting bagi pemain memahami teknik dasar permainan agar dapat mencuri poin dari
lawan. Jumlah pemain bola voli dalam satu regu terdiri dari enam pemain utama dan
empat pemain cadangan. Jadi, total maksimal jumlah pemain bola voli yang berada dalam
satu regu adalah 10 orang. Pemain utama yang berada di dalam lapangan maksimal enam
orang, minimal empat. Apabila pemain kurang dari empat orang, tim tersebut akan
dianggap kalah oleh wasit. Satu pemain menjadi Libero saat posisi bertahan dan satu
orang menjadi server. Adapun tugas-tugas pemain voli antara lain: tosser sebagai
pengatur serangan atau pemberi umpan kepada smasher. Smasher atau spiker bertugas
melakukan smash atau serangan. Akan tetapi, pemain ini juga berfungsi sebagai blocker
ketika tim bertahan. Sementara itu, Libero berfungsi sebagai defender atau orang yang
menerima bola smash dari tim lawan.

Sumber : sport.okezone.com

30
FIND

Bagas mengikuti ekstrakurikuler voli di sekolahnya. Hari minggu nanti, Bagas dan Tim
voli mewakili sekolah mengikuti turnamen voli di Bandung. Hari sabtu tim voli yang
berjumlah 10 orang beserta satu pelatihnya berangkat ke Bandung. Panitia pelaksana
turnamen menyiapkan dua kamar berkapasitas 4 orang dan satu kamar berkapasitas 3
orang. Berapa banyak kemunungkinan untuk menempatkan kamar tersebut.

A. Apa saja informasi yang diketahui dari masalah diatas?

B. Apa saja informasi yang di tanyakan dari masalah diatas?

ORGANIZE

Perhatikan ilustrasi berikut


Misalkan kamar pertama berkapasitas 4
orang diisi oleh A, B, C dan D.
Menurutmu, apakah sama bila kamar
pertama diisi oleh (A – B – C – D) dan (B – C
– D – A)?
Jelaskan pendapatmu!

31
Plan

Buatlah beberapa skema berdasarkan tabel yang telah kamu isi pada tabel “Organize”

32
solve

Berapa banyaknya cara menempatkan kesebelas orang tersebut dalam kamar?

33
LATIHAN LK. 4

Bacalah text informasi berikut untuk mengerjakan soal latihan!


Wisata Candi di Magelang

Magelang memang terkenal dengan wilayah seribu Candi. Disetiap sisi wilayahnya
terdapat sebuah candi, entah itu besar atau kecil. Banyak Candi yang masih utuh
bentuknya, ada juga yang sudah rusak sejak ditemukannya. Namun, saat ini sudah di
kelola oleh Balai Konservasi untuk cagar budaya. Bagi wisatawan yang datang ke
Magelang, daftar candi berikut bisa dijadikan rekomendasi untuk dikunjungi. Ada yang
sudah bertiket, namun ada juga yang tidak dikenakan tiket masuk. Berikut adalah wisata
candi yang berada di Kabupaten Magelang, diantaranya:

1. Candi Borobudur, Candi ini berbentuk seperti Stupa yang didirikan oleh penganut
agama Budha Mahayana pada sekitar jaman abad ke 8 Masehi pada masa
pemerintahan Dinasti Syailendra yang berlokasi di Borobudur, Kabupaten
Magelang, Proivinsi Jawa Tengah Indonesia.
2. Candi Pawon, Candi Pawon merupakan tempat penimpanan abu jenazah Raja
Indra ( 782 – 812 M ), ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra. Candi ini
terletak di Dusun Brojonalan Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
3. Candi Pendem, Candi Pendem merupakan bukti peninggalan agama Hindu. Sesuai
dengan namanya, yaitu Pendem berarti candi yang terpendam didalam tanah
yang berlokasi di Sengi Magelang, Jawa Tengah.
4. Candi Asu, Candi ini merupakan candi peninggalan jaman kerajaan Mataram Kuno
dari trah Wangsa Sanjaya (Mataram Hindu). Candi ini berada di lereng Gunung

34
Merapi sebelah barat di tepian Sungai Tlingsing Pabelan. Candi ini berokasi di
Dusun Candi Pos, desa Sengi, Magelang.
5. Candi Umbul, Candi Umbul merupakan situs purbakala berupa pemandian air
panas yang dibangun sejak zaman Wangsa Syailendra. Candi ini berada di desa
Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
6. Candi Mendut, Candi Mendut merupakan candi bercorak yang dibangun pada
masa kerajaan dinasti Syailendra tahun 824M. Candi ini berlokasi di Jalan Mayor
usen kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Proinsi Jawa Tengah.
7. Candi Ngawen, Candi Ngawen ini berlatar belakang agama Budha. Hal ini
dibuktikan dengan temuan arca Dhyani budha Ratnasambhawa di candi II dan
arca Dhyani Buddha amithaba di Candi IV
8. Candi Gunung Sari, candi ini merupakan candi Hindu Siwa yang terletak di Dusun
Gunungsari, Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah
9. Candi Gunung Wukir, Candi Gunung Wukir, Candi Canggal, atau Shiwalingga
adalah candi Hindu yang berada di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan
Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
10. Candi Lumbung, Candi Lumbung terletak di Dusun Tlatar, Desa Krogowanan,
Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
11. Candiretno, Candiretno adalah desa di Kecamatan Secang, Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Desa Candiretno merupakan gabungan dari dua desa yaitu Desa Setan
dan Desa Candirejo.
12. Candi Selogriyo, Candi Selogriyo adalah sebuah peninggalan purbakala candi ini
diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Hindu. Candi ini terletak di
di Dusun Campurrejo , Desa Kembangkuning Kecamatan Windusari , Kabupaten
Magelang
Sumber: borobudurnews.com
1. Pak Amir berencana mengajak keluarganya wisata candi di Magelang untuk
mengenalkan sejarah Indonesia kepada anak dan keponakannya. Namun karena
keterbatasan waktu, Pak Amir hanya memungkinkan untuk mengunjungi ke-tiga
candi. Berdasarkan informasi bacaan diatas, berapa banyak pilihan objek wisata
yang dapat dipilih oleh Pak Amir?

35
2. Pak Amir berdiskusi dengan anak dan keponakannya untuk menentukan candi
yang akan dikunjungi selama mereka wisata. Anak dan keponakannya sepakat
untuk memilih candi Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata, berapa banyak
Pak Amir memilih dua tujuan wisata lainnya?

3. Pak Amir pergi wisata bersama Istri, 4 anak perempuannya beserta 3 orang
keponakannya. Pak Amir memesan dua kamar berkapasitas 2 orang dan satu
kamar berkapasitas 3 orang untuk anak dan keponaknnya. Berapa banyak cara
menempatkan anak dan keponaknnya dalam kamar?

4. Pak Amir membentuk tim yang berisi 4 orang untuk mengurus konsumsi selama
wisata. Tim tersebut adalah Istrinya, dua anaknya dan satu keponaknnya. Berapa
banyak cara dalam membentuk tim konsumsi?

5. Pak Amir dan Istrinya pergi untuk membeli beberapa oleh-oleh. Sesampainya di
pasar, mereka berencana membeli 3 tas dan 4 kain dari seorang pedagang yang
memiliki 7 macam tas dan 6 macam kain. Banyaknya cara memilih oleh-oleh
adalah?

36
KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN

LK 1 : Aturan Penjumlahan
No Soal Jawaban
1 Sekolah Merdeka sedang melangsungkan Cara memilih ketua Osis adalah
pemilihan ketua Osis. Jabatan ketua OSIS 75 siswa + 135 siswa = 210 cara
dapat diduduki oleh kelas XI atau XII. Jika
siswa kelas XI terdiri dari 75 siswa dan siswa
kelas XII terdiri dari 135 siswa. Berapa
banyak cara memilih ketua osis?
2 Setiap hari senin, sekolah Merdeka Cara memilih :
mengadakan lomba kebersihan kelas. Sekolah Kelas X + Kelas XI + kelas XII
Merdeka memiliki tiga ruang kelas X, tiga Banyaknya ruang kelas XII
ruang kelas XI dan sisanya adalah ruang kelas 10 – (3+3) = 4
XII. Jika banyaknya cara memilih kelas yang
paling bersih adalah 10 cara. Maka banyaknya
ruang kelas XII adalah?
3 Kantin sekolah merdeka menyediakan enam Jumlah menu makanan : 6
menu makanan, diantaranya ada ayam Menu mengandung ikan = 2
goreng, ayam bakar, ikan goreng, ikan bakar, Sehingga menu makanan yang
daging empal dan daging rendang. Serta lima dapat dipilih Zahra : 6-2=4
menu minuman, yaitu air mineral, teh panas, Menu minuman yang dapat
es teh, jeruk panas, dan es jeruk. Berapa dipilih Zahra = 5.
banyak menu yang dapat dipilih oleh Zahra Total menu yang dapat dipilih
jika Zahra alergi terhadap ikan? Zahra adalah
4 + 5 = 9 menu
4 Diketahui ada tiga kantong yang berisi bola Bola di kotak B :
merah, bola biru, dan bola kuning. (3 bola merah,+5 bola biru+2
Kotak A berisi 4 bola merah, 6 bola biru, dan 3 bola kuning) + 1 bola merah + 1
bola kuning. bola biru
Kotak B berisi 3 bola merah, 5 bola biru, dan 2 =12 bola
bola kuning.

37
Kotak C berisi 6 bola merah, 4 bola biru, dan 3
bola kuning.
Dari masing-masing kotak diambil 1 bola
secara bersamaan, terambilnya bola merah
pada kotak A dimasukan ke kotak B,
terambilnya bola biru dimasukan ke kotak B
dari kotak C dan terambilnya bola kuning dari
kotak B dimasukan kembali ke kotak B.
Berapa banyak bola yang ada di kotak B?
5 Arbi berangkat ke Sekolah Merdeka Dari rumah ke Sekolah tanpa
menggunakan angkutan umum. Gambar di melalui titik B = 3 cara
bawah ini adalah peta rute perjalanan Arbu Dari Dari rumah ke Sekolah
menuju sekolah. Jika rumah Arbi adalah titik dengan melalui titik B = 3 x 2 =
A dan sekolah merupakan titik C. Tentukan 6
banyaknya rute yang bisa Arbi pilih untuk
berangkat ke Sekolah?

38
LK 2 : Aturan Perkalian
No Soal Jawaban
1 Keluarga Pak Burhan berencana untuk Jumlah menu (n) : 7
mengubah pola makan menjadi lebih sehat Maka :
dengan mengikuti menu diet sehat setiap 7×7×7×7×7×7×7=77=823.543
harinya dengan memesan menu diet sehat pilihan menu
pada salah satu restoran. Berapa banyak
kemungkinan menu yang dipilih oleh Pak
Burhan jika tidak masalah memilih menu
yang sama selama satu minggu full?
2 Pada minggu ke-dua, Pak Burhan kembali Jumlah menu (n) : 7
memilih menu diet sehat untuk dikonsumsi Maka :
bersama keluarga. Istri Pak Burhan berpesan 7×6×5×4×3×2×1=7!=5.040
untuk memilih menu yang berbeda setiap menu
harinya. Berapa banyak kemungkinan menu
diet sehat yang dapat dipilih oleh Pak Burhan?
3 Pada minggu ke-tiga, Dito anak pertama Pak Jumlah menu (n)=7
Burhan pulang kerumah karena sedang libur Menu ikan = 2
kuliah. Pak Burhan tetap melanjutkan untuk Maka menu tanpa ikan : 7-2=5
mengkonsmsi menu diet sehat. Ketika hendak Banyaknya pilihan menu:
memilih menu, Pak Burhan ingat bahwa Dito 5×5×5×5×5×5×5=57=78.125
alergi dengan ikan sehingga tidak memilih pilihan menu
meu ikan. Berapa banyaknya kemungkinan
menu yang dipilih oleh pak Burhan jika tidak
masalah memilih menu yang sama setiap
harinya?
4 Pada minggu ke-tiga, Dito anak pertama Pak Dito dirumah pada hari senin-
Burhan pulang kerumah karena sedang libur rabu. Sehingga tidak ada ikan
kuliah. Pak Burhan tetap melanjutkan untuk pada hari tersebut. Sedangkan
mengkonsmsi menu diet sehat. Ketika hendak hari kamis sampai minggu ada
memilih menu, Pak Burhan ingat bahwa Dito menu ikan.

39
alergi dengan ikan sehingga tidak memilih
meu ikan. Berapa banyaknya kemungkinan S S R K J S M
menu yang dipilih oleh pak Burhan jika tidak 5 4 3 4 3 2 1
masalah memilih menu yang sama setiap
harinya? =1.440 menu
5 Pada minggu ke-5, Diana anak bungsu Pak Menu pada hari senin: Empal,
Burhan berpesan kepada Pak Burhan bahwa maka hanya ada 1 pilihan menu.
dia menginginkan menu empal daging untuk Hari selasa dan rabu tidak ada
hari senin, sedangkan Dito ada dirumah pada menu ikan, maka 5 menu tanpa
hari Senin sampai Rabu. Berapa banyak cara ikan dikurangi hari senin = 4
Pak Burhan memilih menu diet untuk minggu pilihan menu, sehingga
ke-5 dengan mempertimbangkan pesan istri S S R K J S M
dan anak-anaknya? 1 4 3 4 3 2 1
1x4x3x4x3x2x1=288 menu

40
LK 3 : Permutasi
No Soal Jawaban
1 Pada tahun bulan Juli 2022, Rizka merayakan 1. 6 digit = kode wilayah
ulang tahunnya yang ke-17. Rizka hendak Jakagakarsa Jakarta selatan, yaitu
membuat KTP di daerah tempat tinggalnya di 317409= 1 kemungkinan
kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. berapa 2. 2 digit = tanggal lahir
banyak kemungkinan susunan NIK yang ditambah 40, maka 41-71 (bulan
dimiliki oleh rizka nantinya? July 31 hari)= 31 kemungkinan
3. 2 digit = bulan lahir = 1
kemungkinan
4. 2 digit = tahun lahir = 1
kemungkinan
5. 4 digit = no urut SIAK (angka
dengan pengulangan, tapi tidak
ada nomer urut 0000)=10.000-
1=9999 kemungkinan
Cara 1 :
1 × 𝑃131 × 1 × 1 ×
9999 =309.969 kemungkinan
2 Rizka berangkat ke kelurahan untuk
membuat KTP pergi mengendarai sepeda
motor. Ketika sampai di parkiran, terdapat
lima motor sudah terparkir. Kemudian Rizka
memarkirkan motornya. Sambil
memarkirkan motornya, Rizka memikirkan
berapa banyak cara yang mungkin untuk
menyusun motor di parkiran?
3 Rizka membuat KTP di kelurahan ditemani Rizka dan kakanya selalu
oleh Santi kakanya, pada saat membuat KTP bersebelahan, maka menjadi 1.
Rizka bersama 5 orang wanita dan 7 orang Sehingga 5 wanita + 7 pria +
pria. Semuanya menunggu di kursi panjang (Rizka dan kakanya) =(5+7+1)
kelurahan, kemudian Rizka memikirkan =𝑃13
13 13! 13!
= (13−13)! = 0! = 13!

41
berapa banyak susunan cara mereka duduk
bersama jika Rizka dan Santi kakanya selalu Rizka (sebelah kanan), Santi
bersebelahan? (sebelah kiri) atau Rizka
(sebelah kiri), Santi (sebelah
kanan), = 2 kemungkinan.
Sehingga : 13!×2
4 Setelah membuat KTP, Rizka dan Sinta pergi Rumus permutasi siklis =(𝑛−1)!
ke kedai kopi. Mereka berencana bertemu Rizka dan kakanya saling
dengan tujuh orang sepupu mereka, berdekatan,
diantaranya 2 wanita dan lima pria. Beberapa maka=(8−1)!=7!=5.040
banyak cara mereka duduk melingkar jika kemungkinan
Rizka dan Santi saling berdekatan?
Rizka (sebelah kanan), Santi
(sebelah kiri) atau Rizka
(sebelah kiri), Santi (sebelah
kanan), = 2 kemungkinan.
Sehingga : 7!×2=10.080
kemungkinan
5 Setelah membuat KTP, Rizka dan Sinta pergi 9 orang = 4 wanita dan 5 pria,
ke kedai kopi. Mereka berencana bertemu jika wanita duduk saling
dengan tujuh orang sepupu mereka. Mereka berdekatan, maka
bersembilan diantaranya lima pria dan empat =(6−1)!=5!=120
wanita. Beberapa banyak cara mereka duduk Kemungkinan urutan wanita
melingkar wanita saling duduk berdekatan? =𝑃44 =4!=24
Sehingga : 5!×4!=120×24=2.880
kemungkinan

42
LK 4 : Kombinasi
No Soal Jawaban
1 Pak Amir berencana mengajak Diketahui:
keluarganya wisata candi di Jumlah candi di Magelang = 12
Magelang untuk mengenalkan Jumlah yang ingin dikunjungi = 3
sejarah Indonesia kepada anak Jawab.
dan keponakannya. Namun Maka :
karena keterbatasan waktu, Pak n=12, r=3
Amir hanya memungkinkan untuk 12!
𝐶312 =
(12 − 3)! 3!
mengunjungi ke-tiga candi.
12! 12 × 11 × 10 × 9!
Berdasarkan informasi bacaan 𝐶312 = =
9! 3! 9! 3!
diatas, berapa banyak pilihan
𝐶312 = 220
objek wisata yang dapat dipilih
oleh Pak Amir?
2. Pak Amir berdiskusi dengan anak Diketahui:
dan keponakannya untuk Jumlah candi yang belum dipilih : 12-1=11
menentukan candi yang akan Jumlah candi yang akan dikunjungi : 3-1=2
dikunjungi selama mereka wisata. Maka :
Anak dan keponakannya sepakat n=11, r=2
untuk memilih candi Borobudur 11!
𝐶211 =
(11 − 2)! 2!
sebagai salah satu tujuan wisata,
11! 11 × 10 × 9!
berapa banyak Pak Amir memilih 𝐶211 = =
9! 2! 9! 2!
dua tujuan wisata lainnya?
𝐶211 = 55
3. Pak Amir pergi wisata bersama
Istri, 4 anak perempuannya
beserta 3 orang keponakan nya.
Pak Amir memesan dua kamar
berkapasitas 2 orang dan satu
kamar berkapasitas 3 orang untuk
anak dan keponaknnya. Berapa
banyak cara menempatkan anak
dan keponaknnya dalam kamar?

43
4. Pak Amir membentuk tim yang
berisi 4 orang untuk mengurus
konsumsi selama wisata. Tim
tersebut adalah Istrinya, dua
anaknya dan satu keponaknnya.
Berapa banyak cara dalam
membentuk tim konsumsi?
5. Pak Amir dan Istrinya pergi untuk
membeli beberapa oleh-oleh.
Sesampainya di pasar, mereka
berencana membeli 3 tas dan 4
kain dari seorang pedagang yang =525 cara
memiliki 7 macam tas dan 6
macam kain. Banyaknya cara
memilih oleh-oleh adalah?

44
DAFTAR PUSTAKA

Bagja, Komaruddin, 2022. Berapa jumlah pemain bola voli?. Diakses pada 8 Juni 2022, dari

https://sports.okezone.com/read/2022/02/11/43/2545968/berapa-jumlah-pemain-bola-

voli#:~:text=Jadi%2C%20total%20maksimal%20jumlah%20pemain,akan%20dianggap%20

kalah%20oleh%20wasit.

Firmansyah, Fery. 2018. Isi Piringku. Diakses pada 5 Juni 2022, dari

https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/062511-isi-piringku

Handoko, Sentot. 2020. Gizi Seimbang Untuk Gaya Hidup Yang Sehat. Diakses pada 4 Juni 2022, dari

https://www.emc.id/id/care-plus/gizi-seimbang-untuk-gaya-hidup-yang-sehat

Kumparannews. 2022. Sirkuit Formula E Jakarta Lebih Kompetitif, Pebalap Leluasa Saling Salip.

Diakses pada 7 Juni 2022, dari https://kumparan.com/kumparannews/sirkuit-formula-e-

jakarta-lebih-kompetitif-pebalap-leluasa-saling-salip

Story, Ayana. 2019. Wisata Budaya di Pulau Jawa, Yuk Kunjungi 10 Candi bersejarah. Ini. Diakses

pada 8 Juni 2022, dari https://www.idntimes.com/travel/destination/maria-liana/candi-

bersejarah-di-pulau-jawa-exp-c1c2/1

Tim Progresif. 2019. Erlangga X-press UN SMA/MA Matematika IPA. Jakarta: Penerbit Erlagga.

45

Anda mungkin juga menyukai