Anda di halaman 1dari 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIS SISWA
KELAS VII DI SMP

Proposal Skripsi

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

HEDI PRATAMA
NPM. 2006103020010

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi oleh Hedi Pratama, NIM: 2006103020010 dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas VII di SMP” telah dibimbing dan disetujui untuk
diseminarkan.

Dosen Wali Akademik,

Dr. M. Ikhsan, M.Pd


NIP. 196407221989031002

Diisi oleh sekretaris/coordinator PSPM FKIP Unsyiah

Pembahas 1 :

Pembahas 2 :

Pembahas 3 :

Pembahas 4 :

Mengetahui
Koordinator Prodi S1 Pendidikan Matematika

Dr. Mailizar, S.Pd., M.Ed


NIP 19810525 200604 1 002

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Syukur alhamdulillah penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII di SMP” dengan baik. Shalawat dan

salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan para sahabat yang telah

memperjuangkan agama Allah dan membawa manusia dari zaman jahiliyyah kepada

zaman yang penuh dengan ilmu.

Pada dasarnya penyusunan proposal skripsi ini adalah hasil kerjasama dari

berbagai pihak yang telah mengulurkan bantuan pada penulis, baik berupa saran, kritikan

maupun motivasi dalam pengerjaan proposal ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. M. Ikhsan, M.Pd selaku dosen wali sekaligus pembimbing yang telah

membimbing dalam penyusunan proposal skripsi ini.

2. Orangtua, adik tersayang dan seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan

dukungan yang sangat berharga selama penulis Menyusun proposa.

3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan saling memberikan dukungan

serta motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis berharap dengan proposal ini akan memberikan manfaat yang besar kepada

pembaca dan ikut serta berpartisipasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Namun,
penulis juga menyadari bahwa proposal ini juga memiliki banyak keterbatasan dan

kekurangan, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan dalam penyusunan

proposal ini. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang diperlukan dalam memperbaiki

kekurangan yang ada pada proposal ini

Banda Aceh, 3 November 2023

HEDI PRATAMA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5
1.5 Definisi Operasional.............................................................................................. 6

BAB II ............................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 8
2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ..................................................... 12
2.2 Model Pembelajaran Generatif ........................................................................... 12
2.3 Keterkaitan Model Pembelajaran Generatif Dengan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ............................................................................................. 14
2.4 Tinjauan Materi Persegi Dan Persegi Persegi Panjang ………………………...15
2.5 Penelitian Terdahulu ...………………………………………………………….16
2.6 Hipotesis Penelitian …………………………………………………………….17

BAB III ………………………………………………………………………………....18


METODE PENELITIAN ................................................................................................. 18
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................................... 18
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................................... 19
3.3 Variabel Penelitian .............................................................................................. 20
3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 20
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................... 21
3.6 Prosedur Penelitian .............................................................................................. 21
3.7 Jadwal Penelitian ................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24


LAMPIRAN ..................................................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan dalam arti yang luas adalah hidup. Dapat dikatakan bahwa pendidikan

merupakan keseluruhan pembelajaran yang berlangsung melintasi ruang dan waktu,

serta situasi yang memberikan dampak positif bagi perkembangan setiap individu

(Pristiwanti dkk., 2022). Di dalam perundang undangan mengenai sistem pendidikan

No.20 tahun 2003, menyatakan bahwa Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif

dapat mengembangkan potensi setiap individu untuk memiliki kekuatan sepiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat” (Pristiwanti dkk., 2022).

Peranan guru sangat penting dalam pendidikan. Seorang guru harus memiliki dan

mampu menerapkan strategi tertentu supaya peserta didik dapat belajar secara efektif.

Setiap peserta didik memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku

belajar dapat diatur dan berjalan sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta

didik. Perbedaan peserta didik inilah yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam

menerapkan model pembelajaran yang sesuai, sehingga guru dapat mengetahui sejauh

mana peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan (Hakim,

2015a).

Salah satu hal terpenting dalam belajar matematika agar memiliki kemampuan

berpikir logis, analisis, kritis dan kreatif dapat tercapai adalah dengan mengembangkan

2
kemampuan pemecahan masalah matematika. Kemampuan pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan.

Sebagian masalah kadang tertutup atas peserta didik, dimana peserta didik bingung dan

tidak menemukan penafsirannya atau jalan keluar atas masalah yang dihadapinya, maka

pada saat itu tibalah peran guru untuk menjelaskan apa yang sulit dan tertutup bagi

peserta didik. Guru juga dapat memilih dan menerapkan suatu strategi pembelajaran

yang lebih efektif untuk disajikan sesuai dengan bentuk materi yang akan disampaikan

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika (Hakim, 2015a).

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan fundamental dalam

pembelajaran matematika dan merupakan salah satu tujuan utama dari pembelajaran

matematika. Artikel ini membahas mengenai kemampuan pemecahan masalah

matematis, permasalahan yang sering muncul dikalangan para peneliti adalah sulitnya

mendefinisikan, membuat indikator dan soal yang tepat yang dapat mengukur

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa karena kurangnya pengalaman dan

referensi (Amam, 2017).

Salah satu materi yang di pelajari di kelas VII adalah Persegi dan Persegi Panjang.

Persegi dan Persegi panjang merupakan bagian dari geometri, bangun ini bangun yang

menarik,selain itu untuk dasar mempelajari bangun-bangun yang lain seperti balok,

kubus, limas dan lain sebagainya. Namun pada kenyataanya, geometri merupakan

momok bagi siswa, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri

karena di dalam geometri terdapat banyak konsep dan prinsip yang dipelajari. Melihat

dari manfaat yang banyak dari geometri namun tidak seimbang dengan hasil di lapangan
di mana geometri masih menjadi momok bagi siswa maka dalam hal ini perlu adanya

suatu evaluasi pembelajaran (Lipianto, 2013).

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menyebabkan

siswa kurang mampu menyelesaikan soal yang bersifat non rutin dan siswa masih

kurang mengembangkan ide dan kemampuan yang dimilikinya (Suryani dkk., 2020).

Salah satu permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa yakni guru-

guru yang masih sangat banyak menggunakan model pembelajaran konvesional. Model

diawali dengan guru memberikan materi kemudian dilanjutkan diskusi dan tanya

jawab,selanjutnya guru memberikan contoh soal kemudia siswa mengerjakan latihan

yang sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu mengubah pembelajaran

konvensional yang masih digunakan oleh sebagian guru ke pembelajaran dengan

pendekatan konstruktivisme. Menurut Wahyuni (2006:5), “konstruktivisme merupakan

suatu rujukan belajar yang memandang bahwa pengetahuan itu harus dibangun oleh

pembelajar sendiri, sehingga belajar dipandang sebagai suatu proses aktif yang

dilakukan oleh pembelajar”. Pembelajar atau yang dalam hal ini disebut peserta didik

senantiasa dituntut untuk dapat membangun sendiri suatu pengetahuan atau konsep”.

Konstruktivisme sebagai sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan

suatu pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar

peserta didik, khususnya kemampuan pemecahan masalah. Pendekatan konstruktivisme

lebih menekankan pada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran,

pendekatan ini juga diharapkan dapat merangsang dan memberikan peluang kepada
peserta didik untuk lebih aktif belajar, berpikir inovatif, dan mengembangkan potensinya

secara optimal.

Sementara itu salah satu model pembelajaran yang mengacu pada konsep

konstruktivisme adalah model pembelajaran generatif. Hal ini Sesuai dengan yang

dikemukakan Wahyuni (2006:8), “model pembelajaran generatif merupakan salah satu

cara yang efektif untuk melatih kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah

karena model pembelajaran generatif merupakan salah satu model pembelajaran yang

berlandaskan pada kaidah konstruktivisme”.

Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut yakni guru

menerapkan model belajar berpusat pada siswa yang mempriotaskan keaktifan siswa dan

memberikan peluang pada siswa untuk menemukan suatu konsep sendiri dengan

difasilitasi oleh guru sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah lebih

baik. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah model

pembelajaran generatif.

Model pembelajaran generatif terdiri dari empat tahapan, yaitu pendahuluan atau

disebut tahap eksplorasi, pemfokusan, tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan

penerapan konsep. Secara teoritik tahapan-tahapan dalam model pembelajaran generatif

dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Hal ini dapat dilihat

pada tahapan penerapan, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah berkaitan

dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep

barunya (Mawaddah & Anisah, 2015).


Hasil penelitian Hardiyanti (2017) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika

melalui model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII di

SMP”.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini ialah “Apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran generatif lebih baik daripada siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran konvensional ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus, yaitu sebagai berikut.

1. Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan

informasi mengenai model pembelajaran yang efektif dan efisien dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Tujuan khusus yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui

model pembelajaran generatif kelas VII di SMP.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Khususnya bagi siswa kelas VII di SMP, dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis dalam penyelesaian permasalahan matematika.

2. Bagi Guru

Khususnya bagi guru matematika SMP, dapat menjadi tolak ukur dan bahan

pertimbangan dalam memilih model pembelajaran dikelas untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis.


3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktikpraktik

pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran

dan hasil belajar siswa meningkat.

1.5. Definisi Operasional

Peneliti menuliskan definisi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam


memahami beberapa istilah berikut:

1) Pemacahan masalah adalah proses berpikir individu secara terarah untuk

menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu masalah.

2) Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

proses berpikirnya untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi

masalah.

3) Model Pembelajaran Generatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis siswa. Dalam

konteks pendidikan, model ini dirancang untuk merangsang siswa untuk berpikir

lebih mendalam, menghasilkan gagasan sendiri, dan mengintegrasikan pengetahuan

ke dalam situasi kehidupan sehari-hari.

4) Materi Persegi dan Persegi Panjang adalah konsep geometri yang umum diajarkan di

sekolah dasar dan menengah. Persegi sebuah bentuk dengan empat sisi yang

panjangnya sama dan memiliki sudut-sudut yang sama besar (90 derajat). Persegi

Panjang adalah sebuah bentuk dengan dua pasang sisi yang panjangnya berbeda, dan

sudut-sudut yang sama besar (90 derajat).


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah sangat dibutuhkan oleh siswa, karena

kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam

pendidikan. Memiliki kemampuan pemecahan masalah artinya seseorang dapat

menyelesaikan permasalahan. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan

menyelesaikan permasalahan non-rutin yang berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari. Pembelajaran pemecahan masalah lebih berfokus pada proses dan strategi.

Sehingga keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan suatu permasalahan

tersebut menjadi kemampuan pokok yang wajib dimiliki dalam belajar matematika

(Yuhani dkk., 2018).

Memecahkan masalah membuat seseorang dengan sendirinya akan belajar,

belajar bagaimana caranya menyelesaikan masalah, dan juga belajar untuk menentukan

metode apa yang cocok untuk digunakan agar masalah tersebut dapat dipecahkan. siswa

dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang kemudian diaplikasikan dalam

permasalahan dengan bimbingan guru. Standar Proses NCTM menurut Sloan (2005),

siswa lebih cenderung untuk mengembangkan pemahaman dan konseptual dari ide-ide

matematika yang berbeda. Terdapat lima standar proses NCTM meliputi: (1) pemecahan

masalah, (2) penalaran dan bukti, (3) komunikasi, (4) koneksi, dan (5) penyajian.

Pembelajaran berstandar NCTM meliputi 4 komponen yaitu: (1) tugas, (2) wacana, (3)
lingkungan, dan (4) analisis. Kurikulum 2013 diterapkan di sebagian pendidikan di

Indonesia. Pada pembelajaran matematika kemampuan pemecahan masalah perlu dilatih

agar siswa menjadi terampil dalam kemampuan penalaran. Kemampuan pemecahan

masalah dan kemampuan bernalar siswa dapat ditingkatkan dengan melatih kemampuan

komunikasi matematika (Nisa, 2016).

Dalam matematika terdapat dua jenis masalah (soal) yaitu soal rutin dan soal non

rutin. Soal rutin merupakan soal yang prosedurnya sama atau mirip dengan hal yang

baru dipelajari, sedangkan soal non rutin, untuk menyelesaikannya diperlukan strategi

dan pemahaman konsep yang baik (Harahap, 2022). Masalah bagi siswa salah satu nya

adalah soal atau pertanyaan,termasuk matematika. Soal atau pertanyaan dalam bentuk

yang sesuai konsep memecahkan masalah adalah soal yang memberikan tantangan dan

metode untuk memecahkannya tidak langsung tampak pada soal atau pertanyaan

tersebut, tetapi diperlukan penerjemahan kalimat-kalimat tertentu dalam soal sehingga

akan didapat metode penyelesaian yang sesuai (Wardhani dkk., 2010). Siswa

membutuhkan pemikiran yang kreatif untuk memecahkan soal atau pertanyaan tersebut.

Berbicara mengenai soal pemecahan masalah bahwa terdapat 4 karakteristik soal

pemecahan masalah yaitu: minimal mempunyai dua cara jawab; minimal mempunyai

dua pemecahan; membutuhkan akal, penalaran dan percobaan; serta cocok dengan

kehidupan nyata dan minat siswa (Yuhani dkk., 2018). Berdasarkan pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa tidak semua soal matematika dapat dikategorikan sebagai soal

pemecahan masalah. Soal pemecahan masalah memiliki karateristik khusus sehingga

siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikirnya. Tidak semua masalah yang dapat

dijadikan dalam soal atau pertanyaan. Masalah dalam pembelajaran matematika dapat
disajikan dalam bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran

penomena atau kejadian, ilustrasi gambar, atau teka-teki (Lidinillah, 2011). Oleh karena

itu soal atau pertanyaan merupakan suatu masalah bagi siswa yang satu tetapi tidak

dengan siswa yang lain. Karena mungkin siswa tersebut bisa menyelesaikan soal yang

dianggap sebagai masalah bagi siswa lain. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki

tingkat kepandaian dan pengalaman yang berbeda.

Pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode

ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Menyelesaikan suatu

masalah berarti menemukan jalan, dimana jalanitu belum pernah diketahui sebelumnya,

menemukan jalan keluar dari kesulitan, jalan melewati rintangan, mendapatkan hasil

akhir tidak secara tiba-tiba dengan hasil yang tepat (Tanjung & Nababan, 2019).

Pemecahan masalah merupakan aktivitas yang khas dari para ilmuwan. Permasalahan

teoritis dirumuskan sebagai konsekuensi dari kehausan para ilmuwan akan pengetahuan,

dan penyelesaiannya mengambil bentuk proposisi umum, yang disebut hipotesis, yang

konsisten dengan, dan memberikan penjelasan yang memuaskan untuk sementara, secara

empiris. observasi. Masalah-masalah praktis muncul sebagai hasil umpan balik dari

dunia ekstra-ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, industri, dan praktik profesional

(Woodruff, 1976). Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah salah satu

kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu secara matematis memecahkan

masalah sering dijumpai di kehidupan nyata. Indikator kemampuan pemecahan masalah

matematis meliputi mampu memahami masalah, merencanakan strategi pemecahan

masalah, melakukan strategi atau prosedur pemecahan masalah, dan memeriksa

kebenaran jawaban atau hasil yang diperoleh (Purnamasari & Setiawan, 2019).
Langkah-langkah Polya dapat dijadikan sebagai inovasi dalam pembelajaran yang sesuai

dengan tuntutan kurikulum saat ini, yaitu: (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2)

mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; (3) membimbing invesitigasi mandiri dan

kelompok berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah Polya, diantaranya: (a)

memahami masalah; (b) menyusun rencana; (c) melaksanakan rencana; dan (d)

mengecek kembali; (4) melakukan pengembangan dan mempresentasikan hasil karya;

dan (5) melakukan analisis dan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah (Zakiah

dkk., 2019).

Siswa dikatakan telah memiliki kemampuan pemecahan masalah jika ketika

diberikan soal uraian siswa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

pada permasalahan tersebut, artinya siswa telah melakukan memahami masalah. Kedua

siswa menuliskan langkah-langkah apa saja yang akan digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut, artinya siswa telah melakukan langkah kedua yaitu

merencanakan penyelesaian. Ketiga siswa menjalankan rencana-rencana yang sudah

ditulis sebelumnya dengan benar, artinya telah melakukan langkah melaksanakan

rencana pemecahan. Keempat siswa memeriksa kebenaran jawaban yang telah dituliskan

sehingga, artinya siswa telah melakukan langkah yang terakhir yaitu memeriksa

kembali.

Kemampuan pemecahan masalah dengan kecerdasan matematis tingkat tinggi

dapat terlihat dengan: siswa mampu memahami masalah dengan menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan dengan tepat, merencanakan masalah, melaksanakan rencana

dengan tepat, serta melihat kembali hasil penyelesaian. Oleh karena itu, kemampuan
pemecahan masalah matematis yang baik sangat diperlukan karena merupakan lima

kemampuan dasar yang utama harus dimiliki siswa, sehingga tujuan pembelajaran pun

dapat tercapai dengan sangat baik (Rosita & Abadi, 2020).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematis adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan

permasalahan matematika dengan menggunakan pengetahuan yang telah didapat

berdasarkan langkah yang sistematis. Dengan mempelajari pemecahan masalah di dalam

matematika, para siswa akan mendapatkan cara-cara berfikir, kebiasaan tekun, dan

keingintahuan, serta kepercayaan diri di dalam situasi-situasi tidak biasa, sebagaimana

situasi yang akan mereka hadapi di luar ruang kelas matematika.Siswa juga akan

memiliki sifat kritis dan kreatif karena sisa terbiasa menghadapai masalah-masalah tidak

rutin, sehingga penalaran siswa lebih meningkat.

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat diukur dengan

menggunakan soal uraian untuk diselesaikan secara sistematis sesuai dengan langkah-

langkah penyelesaian masalah matematika. Indikator penilaian pemecahan masalah

matematis yang akan digunakan adalah indikator dari penjelasan Polya karena dalam

langkah Polya tahapan-tahapan yang digunakan dapat membuat pola pikir siswa menjadi

lebih sistematis dalam menyelesaikan suatu pemecahan masalah. Indikator tersebut

merupakan aturan skor yang ditetapkan sebagai pedoman dalam menilai jawaban siswa

akan penggunaan setiap langkah Polya digunakan dalam menjawab soal pemecahan

masalah. Pedoman penskoran yang digunakan adalah sebagai berikut:


Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
(Anggraini dkk., 2010).
Langkah-langkah Tahapan Penyelesaian Skor

Memahami masalah Tidak ada jawaban 0

Sebagian masalah disalahtafsirkan 1

Berhasil memahami masalah 2

Merencanakan penyelesaian Tidak ada data yang terkumpul 0

Sebagian data terkumpul 1

Semua data terkumpul 2

Menyelesaikan rencana
Tidak ada analisa atau perhitungan 0
penyelesaian

Ada analisa/perhitungan sebagian 1

Ada anlisa/perhitungan secara lengkap 2

Memeriksa kembali Jawaban salah 0

Sebagian jawaban benar 1

Seluruh penyelesaian benar 2

2.2 Model Pembelajaran Generatif

Menurut Holil (dalam Nur,2015) pembelajaran generatif merupakan suatu model

pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru

dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Tidak jauh
berbeda dengan Holil, Lusiana mengemukakan model pembelajaran adalah merupakan

suatu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang lebih menekankan pada

penyesuaian pengetahuan baru siswa dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa

sebelumnya. Model pembelajaran generatif menuntut siswa untuk aktif dalam

mengonstruksi pengetahuannya. Selain itu, siswa juga diberi kebebasan untuk

mengungkap ide atau gagasan dan alasan terhadap permasalahan yang diberikan

sehingga akan lebih memahami pengetahuan yang dibentuknya sendiri dan proses

pembelajaran yang dilakukan akan lebih optimal.

Sementara itu salah satu model pembelajaran yang mengacu pada konsep

konstruktivisme adalah model pembelajaran generatif (Hakim, 2015b). Teori

konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan,

sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah lebih baiknya di

ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri (Suparlan, 2019). Pembelajaran sesuai teori

konstruktivisme berpusat pada siswa, siswa adalah sebagai pusat pemebelajaran, dimana

siswa harus aktif dalam pembelajaran terutama aktif dalam penyusunan konsep. Guru

hanya membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri, dengan cara

mengarahkan kepada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Menurut Osborne dan Wilttrock dalam (Madio, 2012) langkah-langkah

pembelajaran generatif terdiri dari 4 tahap yaitu (1) tahap orientasi, tahapan untuk

memotivasi siswa dalam mempelajari materi yang diberikan, (2) tahap pengungkapan

ide, tahapan untuk mengungkap konsep awal siswa yang beragam mengenai topik yang

akan dibahas, (3) tahap tantangan dan restrukturisasi, tahapan untuk menciptakan
terjadinya konflik pada siswa, (4) tahap penerapan, tahapan yang bertujuan memberikan

kesempatan kepada siswa mengaplikasikan konsepsinya dalam memecahkan persoalaan

yang beragam.

Model pembelajaran generatif terdiri atas empat tahap pembelajaran yaitu:

eksplorasi, pemfokusan, tantangan, dan penerapan konsep atau aplikasi(Anzar dkk.,

2019).

Gambar 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Generatif

Menurut (Wena, 2009) juga mengemukakan bahwa model pembelajaran

generatif memiliki empat tahapan pembelajaran. Tahap pembelajaran dalam model

pembelajaran generatif akan diawali dengan fase pendahuluan/eksplorasi. Pada tahapan

ini, guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide

atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau dari

pembelajaran pada tingkat sebelumnya. Siswa diberikan permasalahan yang terkait

dengan materi yang akan diajarkan, kemudiannsiswa akan diberikan kesempatan untuk

memberikan hipotesisnya sesuai dengan pemahaman konsep yang telah mereka miliki.

Hipotesis tersebut nantinya akan dibuktikan secara ilmiah dengan mencari bukti-bukti

ilmiah dalam kegiatan praktikum. Pada fase pemusatan, hipotesis yang telah dibuat akan

diuji kebenarannya melalui kegiatan praktikum. Pelaksanaan praktikum dirancang agar

siswa lebih termotivasi untuk belajar dan mampu mengembangkan pikirannya. Setelah

fase pemusatan, kemudian dilaksanakan fase tantangan. Pada fase tantangan, setelah
diperoleh data, selanjutnya siswa menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja. Para

siswa diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas sehingga akan terjadi

proses tukar pengalaman di antara siswa. Di akhir pembelajaran dilaksanakan fase

aplikasi, dimana siswa akan diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pemahaman

konsep yang telah mereka miliki dalam memecahkan soal-soal yang berhubungan

dengan konsep yang telah dipelajari.

Setiap model pembelajaran pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun

kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran generatif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Generatif


Kelebihan Kekurangan

Siswa menjadi antusias dalam belajar, karena Membutuhkan waktu yang relatif lama

siswa dibebaskan untuk mengkonstruksikan

konsep yang akan dipelajarinya sendiri.

Siswa menjadi lebih aktif untuk berpendapat Dikhawatirkan terjadi salah konsep

dan berdiskusi dengan siswa lainnya bagi siswa

Siswa menjadi lebih berani dalam Siswa yang pasif merasa diteror untuk

mengungkapkan idenya mengonstruksi konsep.

Merangsang rasa ingin tahu siswa


2.3 Keterkaitan Model Pembelajaran Generatif Dengan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis

Langkah-langkah dalam pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Pertama tahap eksplorasi, pada tahap ini guru

memberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa untuk diselesaikan

dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah. Kedua tahap pengenalan

konsep, pada tahap ini guru memberikan lembar kerja siswa untuk diselesaikan secara

berkelompok, pada tahap ini siswa menggunakan sebagian langkah pemecahan masalah

yaitu memahami masalah dan merencanakan rencana penyelesaian sehingga siswa

mendapatkan pengetahuan baru. Ketiga tahap tantangan, pada tahap ini langkah

pemecahan masalah tidak terlalu terlihat digunakan siswa karena pada tahap ini siswa

bersama kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi yang dilakukan pada saat tahap

pengenalan konsep. Keempat tahap penerapan konsep, sama halnya pada saat tahap

eksplorasi pada tahap ini guru memberikan beberapa permasalahan yang harus

dikerjakan siswa. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan soal-soal pemecahan

masalah yang dapat dikerjakan dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan

masalah, sehingga dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah.
Tabel 2.3 Keterkaitan Langkah Model Pembelajaran Generatif dengan Langkah
Pemecahan Masalah Matematis
No Langkah Model Langkah Pemecahan Matematis

Pembelajaran Generatif

1 Eksplorasi Memahami masalah, merencanakan

peneyelesaian, melaksanakan rencana

penyelesaian, memeriksa kembali

2 Pengenalan Konsep Memahami masalah, merencanakan peneyelesaian

3 Tantangan -

4 Penerapan Konsep Memahami masalah, merencanakan

peneyelesaian, melaksanakan rencana

penyelesaian, memeriksa kembali

Berdasarkan Tabel 2.3 di atas dapat dikatakan bahwa langkah-langkah dalam

model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa karena langkah-langkahnya saling bersesuaian.

2.4 Persegi Dan Persegi Panjang

a). Persegi

Gambar 2.4 Persegi


1). Definisi Persegi

Persegi adalah bangun datar yang memiliki empat sisi yang sama panjang. Sisi

persegi biasanya disebut "s" atau "a".

2). Ciri-Ciri Persegi Panjang

a). Semua sisi persegi adalah sama panjang.

b). Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonaldiagonalnya.

c). Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang membentuk sudut siku –

siku.

d). Mempunyai 4 sumbu simetri.

e). Menempati bingkainya dengan 8 cara

3). Keliling Persegi

Keliling itu adalah jumlah dari seluruh jarak yang ditempuh dari satu titik ke titik

itu lagi. Sebagai contoh persegi ABCD.

Persegi ABCD memiliki 4 titik sudut. Apabila kita memutari persegi ini dari titik

A menuju B, lalu ke C, dan ke D, lalu ke A. maka dari panjang yang kita tempuh adalah

keliling persegi.
Gambar 2.3 Keliling Persegi

Kalau digambar seperti ini:

Rumusnya :

Keliling = sisi + sisi + sisi + sisi

Keliling = 4 x sisi

4). Luas Persegi

Gambar 2.4 Luas Persegi

Luas adalah area atau bidang yang ada di dalam persegi.

Rumus luas persegi adalah

L=sxs

Atau
Sebagai contoh persegi di atas. Ini adalah persegi ukuran panjang dan lebar 4cm.

Luasnya:

L=sxs

L=4x4

L = 16

b). Persegi Panjang

Gambar 2.5 Persegi Panjang

1. Definisi Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar yang mempunyai empat rusuk. Rusuk-

rusuknya yang saling berhadapan sama panjang. Persegi panjang mempunyai empat titik

sudut dan masing-masing sudutnya adalah siku-siku. Persegi panjang mempunyai 2

pasang rusuk yang sama panjang, rusuk yang lebih panjang sebut panjang, dan yang

lebih pendek disebut lebar.


2. Ciri-ciri persegi panjang:

a. Mempunyai empat sisi, dengan sepasang sisi yang berhadapan sama

panjang dan sejajar.

b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (900 ).

c. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua sama

besar.

d. Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.

e. Mempunyai 2 simetri lipat / sumbu simetri.

3. Keliling Persegi Panjang

Keliling persegi panjang adalah jumlah dari seluruh rusuk-rusuknya. 2 buah

rusuk panjang dan 2 buah rusuk lebar.

Keliling Persegi Panjang = P + P + l + l

= 2p + 2l

= 2 (p+l)

Jadi, keliling persegi panjang = 2 (p + l)

4. Luas Persegi Panjang

Luas persegi panjang adalah areal atau bidang yang ada di dalam bangun

persegi panjang. Sebenarnya sama saja pada intinya dengan persegi, namun karena

panjang rusuk-rusuknya ada yang berbeda maka diganti dengan panjang dan lebar.

Luas persegi panjang = panjang x lebar


2.5 Peneliti Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Penelitian tentang model pembelajaran generatif disekolah juga dilakukan oleh

(Jusniani & Nurmasidah, 2021) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Generatif

Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa” dengan lokasi

penelitian di I SMP Negeri 1 Karangtengah. Adapun yang di jadikan sampel dalam

penelitian ini di pilih sebanyak 2 kelas dari sebelas kelas yang ada, dipilih dengan teknik

purposive sampling. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran generatif lebih baik daripada

kemampuan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, dan sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran generatif

sebagian besar positif.

Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran generatif meningkatkan

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

Penelitian tentang model pembelajaran generatif disekolah juga dilakukan oleh

(Zulkarnain & Rahmawati, 2014) dengan judul “Model Pembelajaran Generatif Untuk

Mengembangkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa” dengan lokasi penelitian di

SMP Negeri 10 Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel mengunakan teknik

purposive sampling yang dilanjutkan dengan random sampling. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah rata-rata perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa

yang menggunakan model pembelajaran generatif lebih tinggi daripada siswa yang

menggunakan pembelajaran langsung. Dari kedua penelitian tersebut dapat dikatakan


bahwa model pembelajaran generatif dapat meningkatkan beberapa aspek penting dalam

pembelajaran matematika dan juga meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa. Kedua penelitian tersebut menjadi dasar dibuatnya penelitian ini karena dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan

model pembelajaran generatif. Kesimpulan mengenai manfaat model pembelajaran

generatif dan pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis di atas

meyakinkan bahwa untuk menerapkan pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa.

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis serta ditunjang dengan penelitian yang relevan di

atas, maka dapat dikemukakan hipotesis pada penelitian ini adalah bahwa penerapan

pembelajaran dengan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa kelas VII Di SMP.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis dari penelitian eksperimen. Peneliti menyelidiki

penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah siswa di SMP. Oleh karena itu, penelitian eksperimen ini memungkinkan

peneliti untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran generatif untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa di SMP.

Penelitian eksperimental adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat

antara variabel bebas dengan variabel terikat, dimana variabel bebas dikontrol dan

dikendalikan untuk dapat menentukan pengaruh yang ditimbulkan pada variabel terikat

(Ratminingsih, 2010).

Desain penelitian eksperimen dalam penelitian ini yaitu metode true

eksperimental. Dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang

mempengaruhi jalannya eksperimen sehingga validitas internal (kualitas pelaksanaan

rancangan penelitian) menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental adalah sampel

yang digunakan untuk kelompok eksperimen maupun kontrol diambil secara acak dari

populasi tertentu.

Bentuk desain yang dipilih adalah tipe pretest-posttest control group design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing -masing dipilih secara random

(R). Peneliti mengadakan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas. Untuk kelas

eksperimen pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran generatif, dan kelas

29
kontrol dengan pembelajaran konvensional. Kemudian masing-masing kelas diberi

pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan diberikan posttest sesudah

pembelajaran untuk mengetahui kemampuan akhir kedua kelas. Perbandingan hasil

antara kedua kelas menunjukkan efek dari perlakuan yang telah diberikan. Kelas kontrol

berfungsi sebagai pembanding dengan kelas eksperimen yang telah diberi perlakuan.

Model desainnya sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O1 (pretes) X1 O2 (posttest)

Kelas Kontrol : O1 (pretes) X2 O2 (posttest)

Efektivitas atau pengaruh dari variable bebas terhadap variabel terikat dilihat dari

perbedaan skor pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Apabila terdapat perbedaan skor antara kedua kelompok, dimana skor pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan skor pada kelompok kontrol, maka dapat

disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan mempunyai pengaruh atau efektif terhadap

perubahan yang terjadi pada vaiabel terikat.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII MTsN Model Banda

Aceh. populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang memiliki karakteristik

dan kualitas tertentu yang telah ditetapkan untuk diteliti (Sugiyono, 2016).

Teknik pengambilan sampel yaitu dengan metode random sampling. Simple

Random Sampling atau biasa disingkat Random Sampling merupakan suatu cara

pengambilan sampel dimana tiap anggota populasi diberikan opportunity (kesempatan)


yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Arieska & Herdiani, 2018). Berdasarkan

teknik pengambilan sampel tersebut, maka dipilih dua kelas sebagai sampel untuk

penelitian ini. Kelas VII-C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-D sebagai kelas

control masing-masing berjumlah 28 dan 28 siswa.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan berupa variabel bebas (independent variabel), dan

variabel terikat (dependent variabel). variabel penelitian adalah suatu objek penelitian

yang menjadi pusat perhatian dari penelitian yang dilakukan (Arikunto, 2021).

Secara rinci variabel dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel bebas : variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran generatif

2. Variabel terikat : variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel bebas. Varibel terikat

dalam penelitian ini ialah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa metode yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam suatu

penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan terdiri atas dua, yaitu

3.4.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Tes adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil

belajar siswa. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan

(Arikunto & Jabar, 2014).

Soal tes yang digunakan terdiri atas beberapa soal bentuk pilihan ganda yang

dibagikan kepada sekelompok siswa yang menjadi sampel. Tes diberikan guna untuk

melihat perbedaan hasil dari kemampuan spasial siswa antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Pemberian tes dilakukan dua kali yaitu pemberian pretes di awal pertemuan

dan postes diakhir pertemuan untuk kedua kelas yang menjadi sampel penelitian ini.

3.4.2 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu

laporan yang sudah tersedia. Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian

(Sugiyono, 2016).

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang

daftar nama siswa yang termasuk dalam kelas eksperimen dan kontrol, gambar/foto

kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Uji Prasyarat

Sebelum dilakukannya analisis data lebih lanjut, maka terlebih dahulu peneliti

melakukan uji prasyarat terhadap data yang telah dikumpulkan. Uji prasyarat yang

dilakukan terhadap data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.


1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik

sebelum dilakukan uji t. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui populasi

berdistribusi normal atau tidak. Untuk menyelidiki data tersebut, maka peneliti

menggunakan teknik analisis data dengan Chi Kuadrat.

Berikut rumus Chi Kuadrat :

Keterangan :

= nilai chi

kuadrat

= Frekuensi

pengamatan

= Frekuensi

harapan

Berikut langkah-langkah untuk menganalisis data dengan dengan Chi Kuadrat

antara lain:

 Merumuskan hipotesis

Ho = Data berdistribusi normal


Ha = Data tidak berdistribusi normal

 Membuat tabel penyajian data untuk memudahkan dalam menghitung harga Chi

Kuadrat

 Menentukan taraf signifikansi (α) untuk memperoleh harga Chi Kuadrat tabel.

Rumusnya :

Keterangan :

= Derajat kebebasan (df =(b - 1) (k - 1))

= Jumlah kolom

= Jumlah baris

= Taraf signifikansi = 0,05

 Mencari harga Chi Kuadrat hitung

 Menarik kesimpulan berdasarkan ketentuan, yaitu :

maka data berdistribusi normal (Ho diterima)

maka data tidak berdistribusi normal (Ho ditolak)

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan guna mengetahui variansi dari dua atau lebih sampel

memiliki variansi yang sama. Untuk melakukan uji homogenitas peneliti menggunakan
uji F. Berikut langkah-langkah analisis yang dilakukan untuk mengetahui homogenitas

dari data yang sudah diperoleh :

 Mencari Varians/standar deviasi dengan rumus :

∑ ∑

∑ ∑

 Mencari F hitung, dengan rumus :

 Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

 Menarik kesimpulan dengan menggunakan kriteria berikut :

Jika Fhitung Ftabel maka varians data homogen

Jika Fhitung > Ftabel maka varians data tidak homogen

3.1.1 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan guna melihat apakah ada atau tidaknya pengaruh

antara satu variabel dengan variabel lainnya. Uji hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan uji t. Tujuan dari dilakukannya uji tersebut ialah untuk melihat ada

tidaknya perbedaan kemampuan spasial siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran berbasis teori Van Hiele berbantuan geogebra dan siswa yang tidak
diajarkan dengan berbantuan geogebra pada model pembelajaran berbasis teori van

Hiele.

Sebelum dilakukannya pengujian peneliti terlebih dahulu membuat hipotesis

statistiknya yaitu :

H0 : µ1 = µ2 : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran generatif tidak terdapat perbedaan daripada siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Ha : µ1 > µ2 : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran generatif lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran konvensional.

Adapun rumus independent sample t-test adalah sebagai berikut :

̅̅̅ ̅̅̅

Keterangan :

̅̅̅ = Nilai rata-rata kelas eksperimen

̅̅̅ = Nilai rata-rata kelas kontrol

= Simpangan baku kelas eksperimen

= Simpangan baku kelas kontrol

= Banyak data kelas eksperimen


= Banyak data kelas kontrol

Keputusan yang diambil dari pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

Jika , maka penerimaan terhadap H0 sedangkan Ha ditolak.

Jika , maka penolakan terhadap H0 sedangkan Ha diterima.

3.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa tahapan, antara lain sebagai

berikut:

3.2.1 Tahap Pendahuluan

1) Mengajukan judul penelitian penelitian kepada dosen wali.

2) Menyusun kerangka proposal penelitian berdasarkan judul yang sudah disetujui.

3.2.2 Tahap Persiapan

1) Melanjutkan penyusunan proposal sesuai dengan pendekatan dan desain

penelitian yang telah disesuaikan dengan judul penelitian.

2) Setelah proposal penelitian dibuat, maka dilanjutkan dengan bimbingan atau

konsultasi kepada dosen penelaah awal.

3) Merevisi proposal penelitian berdasarkan bimbingan dosen penelaah awal guna

untuk persiapan pelaksanaan seminar proposal.


4) Mengadakan seminar proposal dan memperbaiki proposal sesuai dengan saran

dari dosen pembimbing dan penguji saat dilaksanakannya seminar proposal.

5) Membuat instrumen penelitian seperti RPP, LKPD, soal kemampuan spasial

siswa guna untuk pengumpulan data dari penelitian yang akan dilakukan.

6) Memohon surat izin untuk melaksanakan penelitian.

3.2.3 Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan proses belajar mengajar selama tiga kali pertemuan disekolah

tempat penelitian.

2) Memberikan soal pretest dan posttest kemampuan spasial siswa saat pertemuan

pertama dan terakhir.

3) Mencari data dokumenter yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.

4) Melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh saat dilakukan penelitian

dan dilanjutkan dengan membuat hasil penelitian ke dalam naskah dengan

bantuan atau bimbingan dosen pembimbing.

3.2.4 Tahap Akhir

1) Menyusun laporan berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan.

2) Melakukan konsultasi atau bimbingan dengan dosen pembimbing yang berguna

untuk dilakukan perbaikan atas laporan yang telah disusun sebelumnya.


3) Setelah diperbaiki dan mendapat persetujuan dari dosen pembimbing maka

laporan tersebut diperbanyak untuk dapat dilaksanakannya pengujian.

4) Selanjutnya dilaksanakan sidang skripsi untuk mempertanggungjawabkan hasil

atau laporan penelitian yang sudah disusun tersebut.

3.7 Jadwal Penelitian

Penelitian ini berencana akan dilakukan di MTsN Model Banda Aceh. Berikut

rencana jadwal pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan pada Mei 2024.

.
DAFTAR PUSTAKA

Amam, A. (2017). Penilaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP.


Teorema: Teori dan Riset Matematika, 2(1), 39–46.
Anggraini, L., Siroj, R. A., & Ilma, R. (2010). Penerapan model pembelajaran
investigasi kelompok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas viii-4 smp negeri 27 palembang. Jurnal Pendidikan
Matematika, 4(1). https://core.ac.uk/download/pdf/267822180.pdf
Anzar, Z., Arvyaty, A., Busnawir, B., & Fahinu, F. (2019). Pengaruh model
pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari. Jurnal Pendidikan Matematika, 10(1),
43–54.
Arieska, P. K., & Herdiani, N. (2018). Pemilihan teknik sampling berdasarkan
perhitungan efisiensi relatif. Jurnal Statistika Universitas Muhammadiyah
Semarang, 6(2). https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/statistik/article/view/4322
Arikunto, S. (2021). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 3. Bumi Aksara.
Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2014). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman teoritis
praktisi pendidikan. http://senayan.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=8777&keywords=
Hakim, A. R. (2015a). Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,
4(3). https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/155
Hakim, A. R. (2015b). Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,
4(3). https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/155
Harahap, R. (2022). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Rutin dan Non-
Rutin pada Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Sekolah. Edukatif: Jurnal
Ilmu Pendidikan, 4(3), 3470–3478.
Hardiyanti, N. (2017). UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
GENERATIF PADA POKOK BAHASAN BALOK DAN PRISMA SEGITIGA DI
KELAS VIII-D SMPN 97 JAKARTA [PhD Thesis, UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA]. http://repository.unj.ac.id/id/eprint/26335
Jusniani, N., & Nurmasidah, L. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Generatif Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal Ilmiah
Matematika Realistik, 2(2), 12–19.
Lidinillah, D. A. M. (2011). Heuristik dalam pemecahan masalah matematika dan
pembelajarannya di sekolah dasar. Jurnal Elektronik. Universitas Pendidikan
Indonesia, 1–11.
Lipianto, D. (2013). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesakan soal yang
berhubungan dengan persegi dan persegipanjang berdasarkan taksonomi solo
plus pada kelas vii. Mathedunesa, 2(1).
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/1218
Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015). Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
generatif (generative learning) di SMP. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(2).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/edumat/article/view/644
Nisa, K. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berstandar
NCTM (National Council Of Teachers Of Mathematics) Pada Pokok Bahasan
Bentuk Akar Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas X.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/73511
Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911–7915.
Purnamasari, I., & Setiawan, W. (2019). Analisis kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa SMP pada materi SPLDV ditinjau dari kemampuan awal
matematika. Journal of Medives: Journal of Mathematics Education IKIP
Veteran Semarang, 3(2), 207–215.
Ratminingsih, N. M. (2010). Penelitian eksperimental dalam pembelajaran bahasa
kedua. Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, Dan Pengajarannya, 6(11).
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/6816
Rosita, I., & Abadi, A. P. (2020). Kemampuan pemecahan masalah matematis
berdasarkan langkah-langkah polya. Prosiding Sesiomadika, 2(1d).
https://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/article/view/2452/0
Sugiyono, S. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparlan, S. (2019). Teori konstruktivisme dalam pembelajaran. Islamika, 1(2), 79–88.
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. (2020). Analisis kemampuan pemecahan
masalah siswa berdasarkan kemampuan awal matematika. Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika, 9(1), 119–130.
Tanjung, H. S., & Nababan, S. A. (2019). Pengembangan perangkat pembelajaran
berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis siswa SMA Negeri 3 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 10(2).
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1276944&val=1695
2&title=PENGEMBANGAN%20PERANGKAT%20PEMBELAJARAN%20BE
RBASIS%20MASALAH%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20KEMAMPU
AN%20PEMECAHAN%20MASALAH%20DAN%20KOMUNIKASI%20MAT
EMATIS%20SISWA%20SMA%20NEGERI%203%20KUALA%20KABUPAT
EN%20NAGAN%20RAYA
Wardhani, S., Wiworo, W., Guntoro, S. T., & Sasongko, H. W. (2010). Modul
matematika SMP program bermutu: Pembelajaran kemampuan pemecahan
masalah matematika di SMP.
https://repositori.kemdikbud.go.id/14402/1/2.%20Pembelajaran%20Kemampuan
%20Pemecahan%20Maslah%20Matematika%20di%20SMP.pdf
Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: bumi aksara, 2.
Woodruff, M. (1976). Problem-solving in science. Ciba Foundation Symposium, 44, 97–
114. https://doi.org/10.1002/9780470720264.ch7
Yuhani, A., Zanthy, L. S., & Hendriana, H. (2018). Pengaruh pembelajaran berbasis
masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. JPMI
(Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(3), 445–452.
Zakiah, N. E., Sunaryo, Y., & Amam, A. (2019). Implementasi pendekatan kontekstual
pada model pembelajaran berbasis masalah berdasarkan langkah-langkah polya.
Teorema: Teori dan Riset Matematika, 4(2), 111–120.
Zulkarnain, I., & Rahmawati, A. (2014). Model Pembelajaran Generatif untuk
Mengembangkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. EDU-MAT: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(1).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/edumat/article/view/582

Anda mungkin juga menyukai