Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

PENGARUH KECEMASAN MATEMATIS TERHADAP


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA KELAS VII SMPN 4 PRINGGABAYA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Matematika


Dosen Pengampu : Dr. Harry Soeprianto, M. Si.

DISUSUN OLEH:
NAMA : LAILA FADILA
NIM : E1R020062
KELAS : 6C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Kecemasan Matematis terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMPN 4
Pringgabaya”. Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Seminar Pendidikan Matematika. Dalam penyusunan proposal penelitian ini, peneliti
mengalami kesulitan dalam beberapa hal, sehingga proposal penelitian ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Dalam kesempatan ini pula peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Harry Soeprianto, M. Si. selaku dosen pengampu
mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan arahan
dan bimbingan kepada peneliti selama proses penyusunan proposal penelitian ini.
Peneliti berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.

Mataram, 27 Februari 2023

Laila Fadila
NIM: E1R020062

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................3
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian ...........................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian .........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................6
2.1 Landasan Teori ...............................................................................................6
2.1.1 Hakekat Matematika ...............................................................................6
2.1.2 Pemecahan Masalah Matematika............................................................7
2.1.3 Kecemasan Matematika ..........................................................................9
2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................................12
2.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................14
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................14
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................14
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................14
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................15
3.5 Instrumen Penelitian.....................................................................................15
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika adalah ilmu universal yang mampu mengembangkan daya pikir
manusia dan memegang peranan penting terhadap perkembangan berbagai displin
ilmu. Menurut Fajar Rizqi et al. (2019) Matematika merupakan elemen penting
dalam kehidupan, karena segala kegiatan atau hal-hal yang ada dalam kehidupan
terjadi karena terdapat kontribusi matematika di dalamnya, seperti kegiatan
berhitung, transaksi jual beli, teknologi, dan sebagainya. Berdasarkan hal itu,
kemampuan menguasai kompetensi Matematika atau ilmu Matematika menjadi
salah satu hal penting yang harus dimiliki setiap individu untuk memudahkannya
dalam menjalani kehidupan.
Dalam pembelajaran Matematika pemecahan masalah matematis
merupakan keterampilan yang harus dimiliki, karena salah satu indikator
keberhasilan dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan memecahkan
masalah (Makis Setiawan et al., 2021). Hal ini selaras dengan tujuan diberikan
mata pelajaran matematika yang tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun
2006 bahwa salah satu tujuan mempelajari matematika adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh (Ni Ketut Nandayani, 2022). Berdasarkan hal tersebut,
dalam pembelajaran Matematika kemampuan memecahkan masalah matematis
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa.
Kemampuan pemecahan masalah matematika seharusnya menjadi salah
satu kemampuan matematika yang dikuasai siswa dengan baik. Namun, diperoleh
fakta bahwa beberapa siswa SMPN 4 Pringgabaya yang duduk di kelas VII
mengungkapkan sudah dari awal tidak menyukai matematika, sehingga baik
sebelum atau saat proses pembelajaran khususnya saat menyelesaikan masalah
matematika para siswa diliputi oleh rasa takut, cemas, tegang dan berbagai rasa
negatif lainnya yang berakibat pada tidak tertarik dan tidak mampunya siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran matematika dengan baik, begitu pula dalam

1
menyelesaikan masalah matematika yang diberikan guru. Ini berdampak pada
tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang menjadi rendah.
Sejalan dengan hal tersebut menurut survei dari Trend In Mathematics and
Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assesment
(PISA), yang dilakukan oleh IEA dari 50 negara yang disurvei kemampuan peserta
didik Indonesia dalam memecahkan masalah menempati posisi ke-45. Hal
tersebut berarti kemampuan peserta didik di Indonesia dalam memecahkan
masalah masih sangat rendah (Makis Setiawan et al., 2021). Terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Selain faktor eksternal dari siswa, tentunya faktor internal dari dalam diri
siswa juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa. Seperti siswa dari awal
sudah tidak menyukai mata pelajaran matematika karena anggapan matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan dirasa sangat menakutkan bagi siswa.
Menurut Dian Putri Anggraini (2021) pandangan tersebut muncul karena
karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis dan penuh dengan
lambang serta rumus yang membingungkan, dan anggapan tersebut dapat
diperburuk dengan kondisi pembelajaran yang tidak menyenangkan. Maka dapat
disimpulkan bahwa rasa takut terhadap pelajaran matematika akan menimbulkan
kecemasan bagi siswa. Kecemasan tersebut dinamakan kecemasan matematika
(Math Anxiety).
Salah satu aspek afektif yang dapat mempengaruhi pembelajaran
matematika adalah kecemasan matematis. Kecemasan matematis merupakan
perasaan tegang, panik, dan gangguan mental yang muncul pada seseorang saat
menyelesaikan masalah matematika (Adam Supriatna et al., 2019). Manusia tidak
lepas dari rasa cemas dalam menjalani kehidupan sehari-harinya begitu pula pada
saat pembelajaran matematika di sekolah. Saat diberikan tugas sulit untuk
dikerjakan biasanya siswa akan merasa cemas. Sejalan dengan pendapat Novita
Mulidya Jalal, (2020) menyatakan bahwa kecemasan matematika akan timbul
akibat sikap negatif terhadap matematika secara berulang kali timbul saat peserta
didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal atau ketika ujian. Jika siswa
memiliki kecemasan matematis rendah maka siswa dalam menyelesaikan soal
akan merasa tertantang dan akan terus mencoba hingga soal tersebut terpecahkan.

2
Namun, siswa yang memiliki kecemasan tinggi akan cenderung bertindak
sebaliknya yang menghasilkan ketidakmampuan siswa dalam memecahkan soal
tersebut. Dan kenyataan pada kehidupan sehari-hari, banyak siswa yang
mengalami kecemasan matematis yang berlebih (tinggi). Oleh karena itu
kecemasan matematis merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Maryamah & Masykuri (2020) juga mengkaji pengaruh
kecemasan matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan matematis berpengaruh
negatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selanjutnya
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al., (2021) mengkaji hubungan antara
kecemasan matematis dengan kemampuan pemecahan masalah matematis pada
siswa SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan matematis
berpengaruh negatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Secara umum, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecemasan
matematis berpengaruh negatif terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatasi
kecemasan matematis siswa agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematisnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pada siswa kelas VII SMPN 4 Pringgabaya terkait bagaimana pengaruh
kecemasan matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Oleh karena itu, penelitian akan dilakukan dengan judul “Pengaruh
Kecemasan Matematika terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa kelas
VII SMPN 4 Pringgabaya”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Kemampuan siswa dalam menemukan pemecahan masalah matematika masih
rendah
2. Kecemasan matematika dianggap sebagai salah satu penghambat dalam proses
pembelajaran matematika terutama dalam tingkat kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa

3
1.3 Pembatasan Masalah
1. Kecemasan matematika yang dimaksud adalah gejala-gejala kecemasan yang
dialami siswa dalam proses pembelajaran matematika
2. Tingkat kecemasan matematis yang akan diukur adalah tingkat kecemasan
rendah dan tinggi
3. Tempat yang menjadi objek penelitian adalah SMPN 4 Pringgabaya (siswa
kelas VII) dengan subjek penelitian adalah kelas VII B
4. Materi pelajaran yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematika pada siswa kelas VII SMPN 4 Pringgabaya adalah materi
himpunan

1.4 Rumusan Masalah


Apakah terdapat pengaruh kecemasan matematis terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMPN 4 Pringgabaya ?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kecemasan matematis terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VII SMPN 4 Pringgabaya.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis: dapat memperluas wawasan pembaca serta meningkatkan
khasanah keilmuan khususnya dalam teori kecemasan matematika dan
kemampuan pemecahan masalah matematika.
2. Bagi peneliti: dapat mengetahui bagaimana pengaruh kecemasan matematis
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMPN
4 Pringgabaya.
3. Bagi siswa: dapat berkesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih
baik dengan memperhatikan kondisi emosi serta karakteristik diri sendiri
selaku siswa.
4. Bagi guru: memberikan informasi kepada semua guru tentang bagaimana
tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan keterkaitan

4
faktor kecemasan matematis didalamnya sehingga guru dapat memilih dan
mendesain model serta metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa.
5. Bagi peneliti selanjutnya: sebagai pembanding bagi peneliti-peneliti lainyang
ingin melakukan penelitian sejenis

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Hakekat Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Matematika adalah
ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasi yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Istilah matematika
berasal dari kata Yunani Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu
mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(Jamaluddin, 2021). Berdasarkan asal katanya, maka matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat dengan bepikir (bernalar). Berikut pengertian
matematika menurut beberapa ahli:
a) Handayani (2019) Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia
rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
b) Johnson dan Rising (Masruroh, 2019) Matematika adalah pola berpikir,
pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas
dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah
pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat
secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan,
aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu
tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti mengartikan
matematika adalah pengetahuan tentang sifat, konsep dan pola terstruktur yang
saling berhubungan untuk mendefinisikan kebenaran secara cermat, jelas, dan
akurat serta melatih berpikir tentang logika dan penalaran.

6
2.1.2 Pemecahan Masalah Matematika
Masalah merupakan suatu situasi atau pertanyaan yang dihadapi oleh
individu atau kelompok ketika mereka tidak mempunyai aturan atau algoritma
tertentu yang dapat segera digunakan untuk menentukan jawaban terkait.
Adapun ciri-ciri suatu masalah adalah: (1) individu mengenali suatu situasi
(pertanyaan-pertanyaan) yang sedang dihadapi, dan memiliki pengetahuan
prasyarat terkait situasi tersebut; (2) individu menyadari situasi tersebut
memerlukan tindakan dan menantang untuk diselesaikan; (3) langkah
pemecahan suatu masalah tidak begitu jelas ditangkap orang lain, berupa
individu tersebut sudah mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut meskipun belum jelas (Jamaluddin, 2021).
Masalah matematika adalah soal yang menantang dimana cara
penyelesaiannya tidak segera dapat dilihat oleh siswa. Masalah matematika
digolongkan berdasarkan tujuannya dan banyaknya jawaban. Menurut Rani
anggrainy & Gida Kadarisma, (2020) Polya mengelompokkan masalah dalam
matematika menjadi dua kelompok yaitu : (1) Masalah untuk menemukan,
dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret, termasuk teka-teki. Bagian
utama dari suatu masalah adalah apa yang dicari, bagaimana data yang
diketahui, dan bagaimana syaratnya Ketiga bagian utama tersebut merupakan
landasan untuk dapat menyelesaikan masalah jenis ini; (2) Masalah untuk
membuktikan, adalah menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar, salah,
atau tidak keduanya. Bagian utama dari masalah ini adalah hipotesis dan
konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua
bagian utama tersebut sebagai landasan utama untuk dapat menyelesai-kan
masalah jenis ini.
Menurut Polya (Jamaluddin, 2021), pemecahan masalah adalah usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan
mudah dapat dicapai. Hamimah (2019) mengungkapkan bahwa memecahkan
suatu masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal
cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain. Dalam dunia pendidikan
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa akan menjadi masalah

7
apabila pertanyaan itu harus dipahami dan merupakan tantangan yang harus
dipecahkan namun siswa sulit untuk memecahkannya.
Sejalan dengan hal tersebut Melinda Rismawati et al., (2022)
mengungkapkan bahwa faktor – faktor penyebab siswa kesulitan dalam
memecahkan masalah matematika : (1) rendahnya analisis pemecahan masalah
yang dimiliki siswa dalam mengerjakan soal berbentuk himpunan; (2) siswa
kurang cermat pada saat mengerjakan soal himpunan; (3) langkah penyelesaian
tidak terstruktur; (4) kesusahan dalam memlaksankan prosedur penarikan suatu
kesimpulan akhir; (5) tidak berlatih terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal;
(6) siswa kurang mampu untuk menguraikan soal dalam konteks yang lebih
konkret [8]. Dari uraian tersebut, kita menegtahui bahwa sebagian besar siswa
melakukan kesalahan dalam pemecahan masalah karena rendahnya tingkat
kemampuan mereka dalam melakukan prosedur pemecahan masalah.
Menurut Polya (Rani anggrainy & Gida Kadarisma, 2020) terdapat
empat langkah pokok pemecahan masalah antara lain: “Understanding the
problem (memahami masalah), Devising a Plan (menyusun rencana
penyelesaian), Carrying out the Plan (melaksanakan rencana), dan Looking
Back (memeriksa kembali hasil yang diperoleh)”. Secara terperinci keempat
langkah tersebut dijabarkan dalam tabel berikut:

Langkah Pemecahan Masalah Indikator Tahapan Pemecahan Masalah


1 Memahami masalah 1. Memberikan perhatian pada informasi
yang relevan dengan mengabaikan
informasi yang tidak relevan
2. Menentukan bagaimana
mempresentasikan masalah
2 Menyususn rencana 1. Siswa dapat menentukan syarat lain
penyelesaian yang tidak diketahui pada soal cerita
seperti rumus atau informasi lainnya
jika memang ada
2. Siswa dapat membuat rencana langkah-
langkah penyelesaian dari soal yang
diberikan
3 Melaksanakan rencana 1. Selesaikan masalah menggunakan
rencana yang telah dibuat
2. Periksa setiap baris penyelesaian
sebelum menulis baris selanjutnya

8
Langkah Pemecahan Masalah Indikator Tahapan Pemecahan Masalah
3. Jika rencana yang dilaksanakan belum
berhasil setelah menulis beberapa baris
buat rencana lainnya dan laksanakan
4 Mengevaluasi kembali 1. Siswa dapat memeriksa kembali
jawaban yang telah diperoleh dengan
menggunakan cara atau langkah yang
benar
2. Siswa dapat meyakini kebenaran dari
jawaban yang telah dibuat
(Sumber: Jamaluddin (2021))
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang kompleks,
sebagai proses dalam mengatasi suatu masalah yang ditemui dan diperlukan
sejumlah strategi untuk menyelesaikannya. Pemecahan masalah mempunyai
fungsi penting dalam kegiatan belajar mengajar matematika, karena melalui
pemecahan masalah siswa dapat melatih dan mengintegrasikan konsep-konsep,
teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk
memecahkan masalah.

2.1.3 Kecemasan Matematis


Menurut Ashcraft (Dina Julya & Iyan, 2022) kecemasan matematis
ialah perasaan tegang, cemas, dan ketakutan yang dialami oleh seseorang
sehingga menghambat dalam melakukan kinerja dalam matematika.
Kecemasan matematis adalah bentuk perasaan seseorang baik berupa
perasaan tegang, takut maupun khawatir dalam menghadapi permasalahan
matematika atau dalam melaksanakan pembelajaran matematika yang disertai
dengan berbagai gejala (Faiq Zulfikar Hadi et al., 2020). Berdasarkan definisi
tersebut dapat didefinisikan bahwa kecemasan matematika adalah sebagai
perasaan kecemasan bahwa seseorang tidak dapat melakukan sesuatu dengan
efisien dalam situasi yang melibatkan, penggunaan matematika.
Kecemasan juga sering muncul akibat dari pengalaman yang kurang
menyenangkan yang dialami oleh seseorang sehingga menimbulkan trauma
dan sikap negatif terhadap matematika. Freedman (Dina Julya & Iyan, 2022)
mengemukakan kecemasan matematis sebagai “an emotional reaction to

9
mathematics based on past unpleasant experience which harm future
learning”. Kutipan ini bermakna bahwa kecemasan matematika adalah suatu
reaksi emosional yang muncul akibat dari pengalaman yang tidak
menyenangkan dan berdampak negatif terhadap proses belajar selanjutnya.
Tobias (Dina Julya & Iyan, 2022) menyatakan bahwa terdapat tiga
faktor penyebab kecemasan matematis pada peserta didik antara lain sebagai
berikut:
1. Otoritas yang dipaksakan artinya peserta didik berpikir bahwa guru
adalah satu-satunya sumber pengetahuan.
2. Merasa takut dalam mengemukakan pendapat, artinya peserta didik
takut bertanya atau memberikan jawaban di depan kelas karena takut
salah dan dipermalukan.
3. Ketika ujian dapat menyebabkan kecemasan dan strees bagi peserta
didik.
Selain itu menurut Sugianto et al., (2019) mencatat bahwa kecemasan
matematika disebabkan oleh banyak faktor yang dapat dibagi menjadi
lingkungan, intelektual (mental), dan individu. Dari studi yang telah
dilakukan, penyebab dari kecemasan matematika kompleks dan disebabkan
oleh faktor kepribadian, intelektual dan lingkungan. Faktor kepribadian yaitu
penghargaan diri yang rendah, ketidakmampuan dalam mengontrol frustasi,
rasa malu dan intimidasi. Secara intelektual, faktor yang berkontribusi kuat
adalah ketidakmampuan dalam memahami konsep matematika,
ketidaktepatan dalam gaya belajar dan keraguan diri akan kemampuan.
Kemudian faktor terakhir adalah lingkungan. Faktor tersebut sangat
bergantung kepada dua macam. Hal pertama adalah orang tua, dimana
harapan dan tekanan persepsi orang tua yang sangat kuat. Kedua adalah
pengalaman negatif dengan kelas, seperti buku teks yang tidak bermutu,
penekanan pada sistem drill tanpa pemahaman dan guru matematika yang
kurang kompeten.
Menurut Faiq Zulfikar Hadi et al., (2020) tingkat kecemasan adalah
suatu rentang respon yang membagi individu apakah termasuk cemas ringan,

10
sedang, berat, atau bahkan panik. Beberapa kategori menurut Stuart (2007)
yaitu:
1. Kecemasan Ringan, kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan
yang menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
2. Kecemasan Sedang, kecemasan ini memungkinkan individu untuk
berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Kecemasan sedang ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian, individu tidak mengalami perhatian yang selektif namun
dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3. Kecemasan Berat, pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi
lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu
yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
Berbeda dengan pengelompokan tingkat kecemasan diatas, pada
penelitian ini kecemasan matematika digolongkan pada dua tingkatan
peneliti yaitu pada tingkat kecemasan rendah (kecemasan ringan) dan
tingkat kecemasan tinggi (kecemasan berat). Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar hipotesis yang diuji tidak banyak.
Kemudian terkait indikator dalam kecemasan matematis adalah sebagai
berikut: a) Mood yaitu ditandai dengan perasaan tegang, khawatir, takut, was-
was dan gugup. b) Motorik yaitu ditandai dengan ketegangan pada gerakan
(motorik), seperti gemetar dan sikap tidak tenang atau terburu-buru. c) Kognitif
yaitu ditandai dengan kesulitan dalam berkonsentrasi, dan tidak mampu
mengambil suatu keputusan dalam menyelesaikan permasalahan. d) Sematik
yaitu ditandai dengan gangguan pada jantung seperti meningkatnya denyut
jantung dan tangan berkeringat (Dina Julya & Iyan, 2022). Selain itu menurut
Faiq Zulfikar Hadi et al., (2020) dalam kecemasan matematis terdiri dari tiga
aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan fisiologis.

11
Faktor Kecemasan Indikator
Aspek kognitif Kemampuan diri
Kepercayaan diri
Sulit konsentrasi
Takut gagal
Aspek afektif Gugup
Kurang senang
Gelisah
Aspek fisiologis Rasa mual
Berkeringat dingin
Jantung berdebar
Sakit kepala

2.2 Kerangka Berpikir


Penelitian ini mengenai pengaruh kecemasan matematis terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMPN 4
Pringgabaya, terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kecemasan matematis siswa dan
variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Kecemasan matematika merupakan keadaan khawatir seseorang
mengenai kemampuannya dan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan
matematika yang ditandai dengan jantung berdebar, rasa takut gagal, berkeringat
dingin, rasa mual, gugup, prilaku menghindar, sakit kepala, gelisah, sulit
konsentrasi, tidak percaya diri, dan tidak yakin akan kemampuan dirinya sendiri.
Sederhananya kecemasan matematis merupakan kecemasan atau ketakutan yang
dirasakan oleh siswa saat menghadapi pelajaran matematika atau tugas-tugas
matematika.
Kecemasan matematis dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah siswa. Hal ini terjadi karena kecemasan matematis dapat mengganggu
konsentrasi siswa dan mengurangi kepercayaan diri siswa dalam menghadapi
masalah matematika. Kemampuan pemecahan masalah siswa merupakan
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah matematika, merumuskan

12
strategi penyelesaian, melakukan perhitungan matematika, dan mengevaluasi
solusi yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat diketahui kecemasan
matematis berpengaruh negatif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan matematis siswa,
maka kemampuan pemecahan masalah siswa semakin menurun.

2.3 Hipotesis Penelitian


1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa
yang memiliki kecemasan rendah dengan siswa yang memiliki kecemasan
tinggi
2. Terdapat pengaruh antara kecemasan matematis terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMPN 4 Pringgabaya

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti populasi dan sampel tertentu. Penelitian dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif adalah pendekatan dengan menekankan analisis pada data-
data angka yang diolah dengan metode statistika. Jenis penelitian ini adalah
Causal Comparative Research yang merupakan jenis penelitian dari ex post facto.
Penelitian Causal Comparative Research yaitu penyelidikan empiris yang
sistematis, dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung
karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut
pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi. Pada penelitian ini diperoleh informasi
mengenai pengaruh kecemasan matematis terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan mengggunakan dua variabel sebagai titik tolak
untuk menganalisa atau menguji hipotesis yaitu variabel bebas berupa kecemasan
matematika dan variabel terikat berupa kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMPN 4 Pringgabaya tahun pelajaran
2023/2024 dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sampai
selesai.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII pada SMP
Negeri 4 Pringgabaya tahun pelajaran 2020/2021. Populasi terdiri dari 4 kelas
diantaranya VII A, VII B, VII C, dan VII D dengan total jumlah siswa yaitu 120
siswa. Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel Cluster Random sampling yaitu jenis pengambilan
sampel yang dapat dilakukan ketika kelompok-kelompok populasi adalah

14
homogen. Dari seluruh populasi sebanyak empat kelas, dipilih secara acak satu
kelas sebagai sampel, yaitu kelas VII B sebanyak 30 siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes berguna untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Teknik tes dalam penelitian ini digunakan
untuk mengumpulkan data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang berupa tes uraian terkait materi himpunan. Teknik non tes yang digunakan
berupa kuesioner (angket) untuk mengukur tingkat kecemasan matematika siswa.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari angket
kecemasan matematika berupa lembar kuesioner dan tes kemampuan pemecahan
masalah matematika berbentuk uraian sebanyak 8 soal. Instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematika digunakan untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan himpunan. Soal
tertulis berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah matematika menurut Polya
(Ratna & Amran, 2020).
3.5.1 Kuesioner (Angket)
Data pada penelitian ini dikumpulkan menggunakan daftar isian
angket. Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan pengaruh kecemasan matematis terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VII di SMPN 4 Pringgabaya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert
memiliki dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan posisitf dan negatif.
Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau

15
pertanyaan. Adapun kisi-kisi instrumen kecemasan matematis sebagai
berikut:

Butir Jumlah
Dimensi
No Indikator Pernyataan Butir
Kecemasan
Positif Negatif Soal
1 Kognitif Kemampuan diri 7 3,10 4
(berpikir)
Kepercayaan diri 13 2
Sulit konsentrasi 14 1
Takut gagal 18 6 2
2 Afektif Gugup 9 1
(sikap) Kurang senang 12 17 3
Gelisah 2 1
3 Fisiologis Rasa mual 15 5,8 3
(reaksi Berkeringat dingin 4,16 2
kondisi Jantung Berdebar 1 1
fisik) Sakit kepala 11 1
Jumlah Butir 7 11 18

Adapun angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket


tertutup. Angket tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kecemasan matematis siswa. Angket ini akan dibagikan kepada siswa
kelas VII SMPN 4 Pringgabaya. Data mengenai kecemasan matematis
yang berbentuk skala likert yang terdiri dari dari pernyataan positif dan
negatif dengan diberikan 4 alternatif jawaban , yaitu:
Tabel Skala Likert
Skor untuk Skor untuk
Interprestasi
pernyataan positif pernyataan negatif
4 1 Sangat Setuju
3 2 Setuju
2 3 Tidak Setuju
1 4 Sangat Tidak Setuju

Pilihan jawaban “netral” ditiadakan karena dapat menimbulkan


kecenderungan siswa menjawab “netral” terutama bagi mereka yang ragu-
ragu atas arah kecenderungan jawabnnya.

16
3.5.2 Tes
Instrumen penelitian untuk tes kemampuan pemecahan masalah
matematika menggunakan soal uraian. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika.
Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SMP kelas VII dengan
materi Himpunan yang mengacu pada kurikulum yang ditetapkan di
SMPN 4 Pringgabaya. Data kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa diperoleh berdasarkan nilai tes dengan mengacu pada pedoman
penskoran berikut:
Tabel Pedoman Penskoran
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Aspek yang Skor Keterangan


dinilai
Memahami 0 Terjadi kesalahan pemahaman yang lengkap
masalah terhadap masalah.
1 Terjadi beberapa kesalahan pemahaman, atau
kesalahan interprestasi terhadap beberapa
bagian dari masalah
2 Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan tapi kurang tepat
3 Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan secara tepat.
Menyusun 0 Tidak ada usaha, atau rencana yang dibuat
rencana tidak sesuai
penyelesaian 1 Sebagian rencana benar yang didasarkan pada
sebagian dari masalah yang dipahami atau
diinterprestasi dengan benar.
2 Rencana yang dibuat membawa kepada
jawaban benar jika diimplementasikan dengan
baik.
Melaksanakan 0 Tidak ada jawaban sama sekali atau jawaban
rencana salah karena rencana yang tidak sesuai.
1 Salah menulis, salah perhitungan, atau hanya
sebagian jawaban jika masalah terdiri dari
beberapa jawaban.
2 Melaksanakan rencana dengan menuliskan
jawaban setengah atau sebagian besar
jawaban benar.
3 Melaksanakan rencana dengan menuliskan
jawaban dengan lengkap dan benar.
0 Tidak ada menuliskan kesimpulan

17
Aspek yang Skor Keterangan
dinilai
Mengevaluasi 1 Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan
kembali membuat kesimpulan tetapi kurang tepat
2 Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan
membuat kesimpulan secara tepat.
Sumber: Polya dalam Jamaluddin (2021)

Pada penelitian ini digunakan standar mutlak untuk menentukan


nilai yang diperoleh siswa, yaitu dengan menggunakan formula sebagai
berikut:

Nilai akhir = × 100

Keterangan:
Skor mentah : skor yang diperoleh siswa
Skor maksimum ideal : skor maksimum x banyaknya soal

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a) Uji Validitas Instrumen
Uji validitas data ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kelayakan atas butir-butir dari pernyatan kuesioner yang dimana
nantinya akan menjelaskan suatu variabel. Adapun metode yang
digunakan dalam uji ini nantinya yaitu menggunakan metode moment
person dengan sig sebesar 5%.
b) Uji Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan Teknik Alpha
cornbarch menggunakan program SPSS. Arikunto (2012:100)
menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Uji reliabilitas tes dengan menggunakan SPSS versi 16.
3.6.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya dengan tanpa membuat

18
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik
deskriptif dalam penelitian ini menggunakan kelas interval, frekuensi,
kategori, dan persentase. Penelitian ini terdapat lima kategori yang
digunakan untuk menggambarkan keadaan hasil dari penelitian dari
sampel yang diolah, mulai dari kategori sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah, dan sangat rendah.
Penetapan kriteria skor masing-masing variabel tersebut sebagai berikut :
a. Angket kecemasan matematika. Jumlah item 18 soal, untuk skor
tertinggi yang diperoleh adalah item dikalikan dengan skor
tertinggi yaitu 18 x 4 = 72 dan skor terendah yaitu 18 x 1 = 18.
b. Tes pemahaman matematis. Jumlah item 8 soal, untuk skor
tertinggi yang diperoleh yaitu 100 dan skor terendah yaitu 0.

Tabel Tingkat Pencapaian Skor


pada Variabel Kecemasan Matematis

Skor Kategori
59-72 Sangat tinggi
45-58 Tinggi
31-44 Rendah
18-30 Sangat rendah

Tabel Tingkat Pencapaian Skor


pada Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Skor Kategori
76-100 Sangat tinggi
51-75 Tinggi
26-50 Rendah
0-25 Sangat rendah

3.6.3 Statistik Inferensial


Statistik inferensial disebut juga probabilitas atau statistik induktif
karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data

19
sampel itu kebenarannya bersifat peluang. Dalam statistik inferensial
terdapat statistik parametris dan nonparametris. Pada penelitian ini statistik
yang digunakan adalah statistik parametris. Statistik parametris digunakan
untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran
populasi melalui data sampel (Dian Putri Anggraeni, 2022).
Analisis data ini dilakukan dengan statistika inferensial yaitu uji
hipotesis dengan menggunakan uji regresi linear sederhana. Menurut
Ratna & Amran, (2022) regresi linear sederhana adalah hubungan secara
linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas (Shinta
Dwi Handayani,2019).

a) Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Langkah pertama untuk mengnalisis data secara spesifik
digunakan uji normalitas. Dengan pengujian ini, dapat diketahui
apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Kemudian,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian kolmogrov-
smirnov dengan taraf sign.5% (0,05). Pengujian hipotesis memiliki
kriteria pengujian apabila sign. lebih besar dari taraf sign.(a =
0,05), maka dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh
berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
bebas dan variabel terikat memiliki hubungan yang linear secara
signifikan atau tidak. Dasar pengambilan keputusan dari uji ini
dapat dilihat dari nilai signifikan, apabila nilai signifikan >0,05
dapat disimpulkan bahwa hubungan bersifat linear.

b) Uji Hipotesis
Setelah pengujian prasyarat, maka dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear sederhana

20
terhadap variabel bebas kecemasan matematis sedangkan yang
menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
Model regresi linear sederhana (hipotesis 1) yang digunakan
dalam penelitian ini dijelaskan dalam persamaan berikut.
Minat belajar = α + β1 (kecemasan matematika) + ε
Keterangan :
Y : Minat belajar
α : Konstanta
β1 : Koefisien regresi
X : kecemasan matematika
ε : Error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.
Untuk menyelidiki bentuk hubungan antar variabel terikat dan
beberapa variabel bebas maka digunakan pengujian regresi linear
sederhana, untuk mengetahui apakah semua variabel bebas bersama-
sama berpengaruh signifikan pada variabel terikat.
1. Uji t
Untuk menguji suatu hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji “t”. Manfaat dari Uji “t” untuk membutikan ada
atau tidaknya pengaruh yang signifikan mengenai pengaruh
kecemasan matematika terhadap minat belajar. Menurut Ghozali,
teknik yang digunakan untuk uji “t” adalah membandingkan nilai
statistic t dengan nilai tabel. Apabila nilai t hasil perhitunganya
tinggi daripada nilai ttabel, maka hipotesis alternatif dinyatakan atau
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Koefisien Korelasi
Penelitian ini menggunakan analisis koefisien korelasi untuk
mencari seberapa besar pengaruh self-efficacy terhadap hasil
belajar matematika siswa. Berikut adalah rumus dari korelasi
product-moment :

21
Keterangan :
= koefisien korelasi product moment
= banyak responden
= skor kecemasan matematis
= skor total

22
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Dian Putri. 2022. Pengaruh Kecemasan Matematis (Math Anxiety)


terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis pada Materi Relasi dan
Fungsi Siswa Kelas VIII di MTS Hidayatul Mubtadiin Sidodadi Jember
Tahun Pelajaran 2021/2022. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Kegururan. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember:
Jember.

Gida, Kadarisma,. dan Rany, A. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematik Siswa SMP Kelas VII pada Materi Himpunan. Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2): 1072-1082.

Hadi, F. Z., Maman, F., dan Cecep, A. H. F. (2020). Kecemasan Matematika dan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Sekolah Menengah
Pertama. Algoritma Journal of Mathematics Education (AJME), 2(1): 59-
72.

Hamimah. (2019). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. AdMathEdu, 1(1):


8-15.

Handayani, Shinta Dwi. (2019). Pengaruh Kecemasan Matematika terhadap


Pemahaman Konsep Matematika. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 4(1):
59-65.

Jalal, Novita Maulidya. (2020). Kecemasan Siswa pada Mata Pelajaran Matematika.
J-PiMat, 2(2): 256-264.

Jamaluddin. 2021. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi


Himpunan di Kelas VII SMP Negeri 1 Tanasitolo. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar:
Makassar.

Julya, Dina., & Iyan, R. D. I. (2022). Studi Literatur Mengenai Kecemasan Matematis
terhadap Pembelajaran Matematika. Jurnal Didactical Mathematics, 4(1):
181-190.

Maryamah, N., & Masykuri, M. (2020). Pengaruh Kecemasan Matematis terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Matematika dan Sains, 4(1): 1-7.

Masruroh, Laili. (2019). Pengaruh Kecemasan Siswa pada Matematika terhadap Hasil
Belajar Matematika di SMP. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI
Sidoarjo, 3(2): 175-186.

Nandayani, Ni Ketut. 2022. Analisis Hubungan Kecemasan Matematika terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung: Lampung.

23
Rahman, A. F., Kurniawan, W., & Saputra, E. (2021). Hubungan Kecemasan
Matematis dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 5(1): 1-9.

Ratna. dan Amran, Y. (2022). Kecemasan Matematika terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI. Plusminus: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(3): 1-16.

Riski, Fajar., Indiana, M., & Isna, R. (2019). Pengaruh Kecemasan Matematika
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa di SMA. GAUSS:
Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2): 11-23.

Rismawati, Melinda., Rupinus, I., dan Anita, B. (2022). Analisis Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan
Himpunan. Kadikma, 13(1): 60-67.

Setiawan, Makis., Emi, P., & Bambang, E. S. (2021). Tinjauan Pustaka Sistematik:
Pengaruh Kecemasan Matematika terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa. Qalamuna-Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 13(2):
239-256.

Sugiatno., Derry, P., dan Sri, R. (2019). Tingkat dan Faktor Kecemasan Matematika
pasa Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika,
6(1): 12-22.

Supriatna, Adam., dan Raziq, Z.(2019). Studi Kasus Tingkat Kecemasan Matematis
Siswa SMA. Sesiomadika (Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika), 12(2): 33-46.

24

Anda mungkin juga menyukai