Anda di halaman 1dari 248

PENGARUH METODE BERMAIN BERBANTUAN ALAT

PERAGA PAPAN STIK TERHADAP KECERDASAN LOGIKA


MATEMATIKA SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG
PERKALIAN KELAS II MI/SD

(Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas II Semester II SDN Curug01 Kota Depok
Tahun Ajaran 2017/2018)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
Khoirun Nisa
11140183000061

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439H
ABSTRAK

KHOIRUN NISA (11140183000061). Pengaruh Penggunaan Metode Bermain


Berbantuan Alat Peraga Papan Stik terhadap Kecerdasan Logika Matematika
Siswa pada Materi Operasi Hitung Perkalian Kelas II MI/SD. Skripsi. Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode bermain
berbantuan alat peraga papan stik terhadap kecerdasan logika matematika siswa kelas
II SDN 01 Curug Kota Depok pada materi operasi hitung perkalian. Alat peraga
papan stik merupakan salah satu alat peraga matematika yang berfungsi untuk
memudahkan siswa dalam menghitung perkalian melalui benda kongkret hanya
dengan menghitung titik temu. Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SDN 01 Curug
Kota Depok pada tahun ajaran 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitianThe Nonequivalent
Posttest-Only Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas kelas
eksperimen yang berjumlah 20 siswa dan kelas kontrol yang berjumlah 20 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan
metode bermain berbantuan alat peraga papan stik memperoleh nilai rata-rata
kecerdasan logika matematika siswa lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
kecerdasan logika matematika siswa yang diajar tanpa menggunakan metode bermain
berbantuan alat peraga papan stik.
Berdasarkan analisis data dapat dilihat hasil uji t-test posttest kelas eksperimen dan
kontrol sebesar 0,008 dengan taraf signifikansi 0,05. Selain itu, berdasarkan hasil
perhitungan uji pengaruh (effect size) diperoleh nilai d sebesar 0,733. Nilai effect size
yang diperoleh menginterpretasikan bahwa penggunaan metode bermain berbantuan
alat peraga papan stik memiliki pengaruh dalam kategori sedang. Dengan demikian,
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sedang dari penggunaan metode
bermain berbantuan alat peraga papan stik terhadap kecerdasan logika matematika
siswa di Kelas II SDN 01 Curug Kota Depok.

Kata Kunci: Metode Bermain, Alat Peraga Papan Stik, Pembelajaran Operasi Hitung
Perkalian, Kecerdasan Logika Matematika.
ABSTRACT

KHOIRUN NISA (11140183000061). Influence of Use of Assisted Playing Method


of Sticker Mouse Attendance Tool on Student's Mathematical Logic Intelligence on
Operational Material Counting Class II MI / SD. Thesis. Department of Teacher
Education Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Faculty of Tarbiyah and Teacher Training
(FITK), Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2018.

The purpose of this study is to determine the effect of the use of assisted play method
sticks board props to the intelligence of mathematical logic of students of class II
SDN 01 Curug Depok City on multiplication counting material. Sticker board props
is one of the tools of mathematics that serves to facilitate students in calculating
multiplication through concrete objects only by calculating the intersection. This
research was conducted in class II SDN 01 Curug Kota Depok in the academic year
2017/2018. The method used in this research is quasi experimental method with
research design of The Nonequivalent Posttest-Only Control Group Design.The
sample in this study consisted of 20 experimental students and control class which
amounted to 20 students. The results showed that students who were taught by using
the method of playing assisted board props get the average value of mathematical
logic intelligence of students is higher than the average value of mathematical logic
intelligence of students who are taught without using the method of play assisted
board props.
Based on the data analysis can be seen the result of t test test posttest experimental
class and control 0,008 with significance level 0,05. In addition, based on the
calculation of effect test (effect size) obtained d value of 0.733. The value of the effect
size obtained interprets that the use of assisted play method of sticks boards has an
influence in the medium category. Thus, this shows that there is a moderate influence
of the use of assisted play method of sticks on the mathematical intelligence of
students in Class II SDN 01 Curug Kota Depok

Keywords: Playing Methods, Sticker Attachment Boards, Operations Counting


Multiplication, Mathematical Logical Intelligence.

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat Iman, Islam, dan Ihsan beserta limpahan hidayah dan taufik
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd). Dalam penyusunan Skripsi ini, Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa
tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, tetapi
juga berkat dukungan, bantuan dan kerja sama dari banyak pihak. Oleh karena itu,
peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendorong, membimbing, memberikan motivasi, serta dukungan orang-orang
terdekat demi kelancaran penyusunan skripsi ini. Dalam ruang yang terbatas ini
penulis mengucapkan terima kasih:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.A. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
MadrasahIbtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus selakudosen
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan arahan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
GuruMadrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK)Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. H. Abdul Shomad, M.A, selaku dosen Pembimbing Akademik (PA),
yangsenantiasa memberikan arahan, saran, serta bimbingan.

iii
5. Dr. Fery Muhamad Firdaus, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yangtelah
memberikan bimbingan, nasihat, motivasi dan arahan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
7. Suryadi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 01 Curug Kota Depok yang telah
memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah
yang beliau pimpin.
8. Atikah, S.Pd dan Darjah, S.Pd, selaku guru kelas II A dan II B yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas
yang beliau ajar.
9. Teristimewa ditujukan kepada Kedua Orang Tua saya, Fathullah. HAR dan
Masiah yang selalu mendo‟akan penulis setiap waktu, memberikan motivasi
dan dukungan moril dan material kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, keberkahan, umur, rizki
yang berlimpah serta diberkahkan setiap langkahnya. Tanpanya diri ini
bukanlah apa-apa, bersama mereka diri ini menjadi bermakna.
10. Kakak-kakakku Rofi, Jazuli, Rian,dan Wawan serta adik-adikku Yudi,Afdol,
dan Sina yang tercinta, yang telah memberi dukungan dan semangat, serta
pembelajaran yang sangat berharga. Maaf peneliti belum bisa menjadi yang
terbaik.
11. Keponakan-keponakanku tercinta dan sangat menggemaskan, Muhammad
Sulhan Refi, Dhea Nur Azzalia, almarhum Muhammad Nur Ramadhan, Azka
Hamizan Ahmad, dan Diandra Almeera Ahmad yang selalu menjadi
penyemangat, memberikan keceriaan, penghilang rasa jenuh bagi penulis.
Semoga selalu diberikan lindungan oleh Allah SWT.
12. Komaruzaman S.Kom, yang selalu ada disaat penulis membutuhkan saran dan
masukan, pemberi nasihat, penghilang rasa jenuh, dan selalu memberikan
motivasi positif kepada penulis.

iv
13. Seluruh teman seperjuangan mahasiswa jurusan PGMI 2014, teristimewa
untuk PGMI B 2014 juga terkhusus untuk teman-temanku tercinta, sahabat
seperjuangan Pasmen yaitu Eva, Naena, Nasti, Sinta, Linda, Aulia Sahara,
Asiyah, dan Mayreka yang selalu setia mendengar keluh kesah peneliti serta
memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih, semoga kita
dapat terus berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bantuan bimbingan, motivasi, dan doa yang telah diberikan menjadi
pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan dari peneliti.
Peneliti menerima segala bentuk saran serta masukan yang bersifat membangun
sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umum serta semua
pihak tentunya.

Jakarta, Mei 2018


Peneliti

Khoirun Nisa

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A. Landasan Teori ......................................................................................... 11
1. Hakikat Kecerdasan Logika Matematika ................................................ 11
2. Hakikat Metode Bermain berbantuan Alat Peraga Papan Stik ................. 15
3. Perkalian Menggunakan Alat Peraga Papan Stik..................................... 28
4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ........................................... 32
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 36
C. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 38
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 40

vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 41
1. Tempat Penelitian .................................................................................. 41
2. Waktu Penelitian .................................................................................... 41
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 43
1. Populasi ................................................................................................. 43
2. Sampel ................................................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 44
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 45
1. Instrumen Tes ........................................................................................ 45
2. Observasi ............................................................................................... 49
F. Kontrol Terhadap Validitas Internal .......................................................... 50
1. Uji Validitas ........................................................................................... 50
2. Pengujian Reliabilitas ............................................................................. 52
3. Analisis Tingkat Kesukaran .................................................................... 54
4. Pengujian Daya Pembeda ....................................................................... 56
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 57
1. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 58
2. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 60
3. Uji Pengaruh (Effect Size) ...................................................................... 62
H. Hipotesis Statistik ..................................................................................... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data .......................................................................................... 65
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ........................... 74
C. Temuan Penelitian .................................................................................... 79
D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian .................................................. 90
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 97

vii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 98
B. Implikasi ................................................................................................... 98
C. Saran......................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian ...................................................... 41


Tabel 3.2 Rancangan Desain Penelitian ......................................................... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika ............... 46
Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Tes Kecerdasan Logika Matematika ................ 47
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ...................... 49
Tabel 3.6 Interprestasi Korelasi r xy ................................................................ 51
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen ........................................................ 52
Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas ......................................... 53
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ..................................................... 54
Tabel 3.10 Kriteria Indeks Kesukaran ............................................................. 55
Tabel 3.11 Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen ........................... 55
Tabel 3.12 Kriteria Indeks Daya Pembeda ...................................................... 57
Tabel 3.13 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen ............................................... 57
Tabel 3.14Kriteria Effect Size.......................................................................... 64
Tabel 4.1 Data Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 66
Tabel 4.2 Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen..................................... 67
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen ................... 68
Tabel 4.4 Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol ........................................... 69
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol.......................... 70
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ........................................ 72
Tabel 4.7 Perbandingan Rata-rata Tingkat Kecerdasan Logika Matematika
Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................ 73
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji NormalitasPosttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ................................................................................ 74
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .......................................................................................... 76
Tabel 4.10 Hasil Hasil Uji T-Test Posttest Kelas Eksperimendan Kelas
Kontrol .......................................................................................... 77

ix
Tabel 4.11 Hasil Uji pengaruh Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .......................................................................................... 78
Tabel 4.12 Rata-rata Hasil Tes Kecerdasan Logika Matematika Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................................. 91

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perkalian Cross-line satuan dengan satuan ............................... 21
Gambar 2.2 Perkalian Cross-line satuan dengan puluhan............................. 23
Gambar 2.3 Perkalian Cross-line puluhan dengan puluhan .......................... 24
Gambar 2.4 Perkalian Cross-line ratusan dengan satuan .............................. 25
Gambar 2.5 Bagian Papan Alat Peraga Papan Stik ...................................... 27
Gambar 2.6 Bagian Stik Alat Peraga Papan Stik ......................................... 28
Gambar 2.7 Bagian Alat Peraga Papan Stik ................................................. 29
Gambar 2.8 Stik Putih dan Stik Ungu.......................................................... 30
Gambar 2.9 Stik ungu pada Lubang Stik ungu ............................................ 30
Gambar 2.10 Stik Ungu pada lubang Stik Ungu, Stik Putih Pada Lubang
Stik Putih ................................................................................. 31
Gambar 2.11 Titik Temu/Titik Potong ............................................................ 31
Gambar 2.12 Kerangka Berfikir .................................................................... 39
Grafik 4.1 Histogram Hasil Posttest Kelas Eksperimen ............................. 61
Grafik 4.2 Histogram Hasil Posttest Kelas Eksperimen ............................. 63
Gambar 4.1 Kegiatan Pembelajaran Siswa Kelas Eksperimen
Menggunakan Metode Bermain dengan berbantuan
Papan Stik ............................................................................... 73
Gambar 4.2 Kegiatan Pembelajaran Siswa Kelas Kontrol ........................... 74
Gambar 4.3 Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen Mempresentasikan
Jawaban ................................................................................... 75
Gambar 4.4 Kegiatan Siswa Kelas Kontrol Mempresentasikan
Jawaban ................................................................................... 75
Gambar 4.5 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Kuantitas ............................... 77
Gambar 4.6 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Kuantitas ............................... 77
Gambar 4.7 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Mengenal

xi
Konsep Perkalian yang Bersifat Waktu .................................... 78
Gambar 4.8 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Waktu .................................... 79
Gambar 4.9 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator
Menunjukkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Secara Logis ............................................................................ 80
Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Menunjukkan
Keterampilan Pemecahan Masalah Secara Logis ...................... 80
Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Memahami
Pola-pola dan Hubungan-hubungan ......................................... 81
Gambar 4.12 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Memahami
Pola-pola dan Hubungan-hubungan ......................................... 82
Gambar 4.13 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator
Menggambarkan Informasi Visual dalam Bentuk
Grafik (Gambar) ...................................................................... 83
Gambar 4.14 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator
Menggambarkan Informasi Visual dalam Bentuk
Grafik (Gambar) ...................................................................... 83
Grafik 4.3 Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .................................................................................... 85

xi
Gambar 4.8 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Waktu .................................... 79
Gambar 4.9 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator
Menunjukkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Secara Logis ............................................................................ 80
Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Menunjukkan
Keterampilan Pemecahan Masalah Secara Logis ...................... 80
Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Memahami
Pola-pola dan Hubungan-hubungan ......................................... 81
Gambar 4.12 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Memahami
Pola-pola dan Hubungan-hubungan ......................................... 82
Gambar 4.13 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator
Menggambarkan Informasi Visual dalam Bentuk
Grafik (Gambar) ...................................................................... 83
Gambar 4.14 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator
Menggambarkan Informasi Visual dalam Bentuk
Grafik (Gambar) ...................................................................... 83
Grafik 4.3 Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .................................................................................... 85

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 104
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 105
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen.. ... 106
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ........... 126
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ......................................146
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ............................................. 162
Lampiran 7 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes .....................................172
Lampiran 8 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes .................................173
Lampiran 9 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ......................... 174
Lampiran 10 Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ........................... 175
Lampiran 11 Kisi-kisi Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika ............. 176
Lampiran 12 Penskoran Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika .......... 177
Lampiran 13 Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika ........................... 179
Lampiran 14 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika .. 182
Lampiran 15 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Belajar Siswa ................................ 183
Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa .................................184
Lampiran 17 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........... 196
Lampiran 18 Nilai PosttestTertinggi Kelas Eksperimen ................................... 197
Lampiran 19 Nilai Posttest Terendah Kelas Eksperimen .................................. 200
Lampiran 20 Nilai Posttest Tertinggi Kelas Kontrol ........................................203
Lampiran 21 Nilai Posttest Terendah Kelas Kontrol ........................................206
Lampiran 22 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen .......................... 209
Lampiran 23 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol ................................ 210
Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen............... 211
Lampiran 25 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ..................... 212
Lampiran 26 Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ............................................................................. 213

xiii
Lampiran 27 Perhitungan Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ............................................................................. 214
Lampiran 28 Perhitungan Uji Pengaruh (Effect Size)....................................... 215
Lampiran 29 Uji Referensi .............................................................................. 216
Lampiran 30 Dokumentasi .............................................................................. 224
Lampiran 31 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 225

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Pendidikan
sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Berbagai
upaya dilakukan seseorang untuk mendapatkan pendidikan. Dengan pendidikan
seseorang akan mendapat ilmu pengetahuan. Salah satu tujuan negara Republik
Indonesia yang tercantum pada pembukaan Undang-undang Dasar1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai tindak lanjut dari tujuan tersebut, maka
diadakan program pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal ini pemerintah
telah mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan, diantaranya mengenai
melaksanakan pendidikan sekarang ini yang lebih diorientasikan pada
peningkatan mutu, khususnya untuk memacu penguasaan pengetahuan dan
teknologi yang diperlukan ditingkatkan. Hal ini Berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan bahwa
“pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. 1
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dibekali berbagai macam kelebihan
dibandingkan makhluk lainnya. Salah satu yang terbesar yaitu manusia diberi akal
pikiran (inteligensi/kecerdasan). Inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Israa‟
ayat 70 yang artinya: “Sungguh Kami telah memuliakan anak Adam dan
mengangkat mereka di darat dan di laut dan memberi rizki kepada mereka yang

1
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional

1
2

baik-baik dan Kami melebihkan mereka dari makhluk yang lain dengan
kelebihan-kelebihan”. (QS. Al-Israa‟: 70).
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional di atas tujuan Pendidikan salah satunya
adalah kecerdasan. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai berikut:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang
merupakan konsekuensi dalam suasana budaya.
2. Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang
mendekati situasi yang sasaran harus dicapai.
3. Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat ke arah
sasaran tersebut.2

Gardner juga memunculkan sebuah teori kecerdasan majemuk (Multiple


Intelligence) yang dimiliki oleh setiap manusia:
1. Kecerdasan musik (Musical Intelligence)
2. Kecerdasan Gerakan-Badan (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
3. Kecerdasan logika-matematika (Mathematical Intelligence)
4. Kecerdasan linguistik (Linguistic Intelligence )
5. Kecerdasan Ruang (Spasial Intelligence)
6. Kecerdasan AntarPribadi (Interpersonal Intelligence)
7. Kecerdasan Intra Pribadi (Intrapersonal Intelligence)3

Salah satu kecerdasan menurut garner tersebut ada kecerdasan yang


berkaitan dengan matematika yaitu kecerdasan logika matematika. Kecerdasan
logika-matematika menurut Amstrong merupakan “kemampuan untuk
menggunakan angka-angka secara efektif, misalnya penggunaan dalam pekerjaan
matematika, statistik, akuntansi, perpajakan, ilmuan, dan pemrograman
4
komputer.” Jadi kecerdasan logika matematika itu kemampuan seseorang dalam
menghitung, mengukur, dan meyelesaikan hal-hal yang bersifat matematis.
Kecerdasan logika matematika ini memiliki ciri-ciri, berikut ciri-ciri kecerdasan
logika matematika yang di lihat dari karakteristik siswa sekolah dasar yaitu: 1)

2
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2009), Cet ke-1, h. 236
3
Hamzah B Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), h. 61
4
Ibid
3

mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab dan
akibat, 2)menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis, 3)
memahami pola-pola dan hubungan-hubungan, serta 4) menggambarkan
informasi visual dalam bentuk grafik (gambar).
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di
SD. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 77I
Ayat 1 yang menyatakan:struktur kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang
sederajat terdiri atas muatan:5
1. Pendidikan agama,
2. Pendidikan kewarganegaraan,
3. Bahasa,
4. Matematika,
5. Ilmu pengetahuan alam,
6. Ilmu pengetahuan sosial,
7. Seni dan budaya,
8. Pendidikan jasmani dan olahraga,
9. Keterampilan/kejuruan, dan
10. Muatan lokal.

Matematika adalah mata pelajaran yang sangat penting karena dapat


memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan siswa. Karena dengan
mempelajari matematika maka siswa akan lebih mudah untuk mempelajari ilmu
pengetahuan lainnya. 6 Pada kenyataannya, masih terdapat banyak masalah yang
berkaitan dengan mata pelajaran matematika.
Fathani dalam Anita menyatakan bahwa “rendahnya minat siswa untuk
menekuni matematika salah satunya disebabkan oleh adanya image yang
mengganggu pikiran sebagian besar siswa bahwa matematika adalah pelajaran
yang rumit, rajanya pelajaran studi, dan jelimet”.7Pembelajaran matematika
walaupun sudah diajarkan sejak dini, namun kenyataannya matematika masih

5
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 77I Ayat 1
6
Anita Safitri, Hubungan Antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Kedisiplinan
Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Gugus III Kecamatan Pengasih tahun ajaran 2013-
2014. (Skripsi Mahasiswa UNY : tidak dipublikasikan, 2014), h. 2
7
Ibid, h.2
4

dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan pelajaran yang tidak menyenangkan
oleh sebagian besar siswa.
Selain itu, proses penyelesaian masalah dalam matematika saat ini banyak
dilakukan oleh siswa adalah dengan cara menghafal rumus matematika yang akan
digunakan, sehingga membuat kecerdasan logika matematika siswa tidak
berfungsi secara maksimal. Dengan cara menghafal akan membuat siswa merasa
terbebani dengan banyaknya rumus yang ada, hal ini yang menyebabkan
pelajaran matematika menjadi menakutkan, susah untuk dipelajari.
Setiap anak didik memang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
Demikian pula dengan kecerdasan yang berhubungan dengan kecerdasan logika
matematika ini. Mereka pasti memilikinya tetapi masih belum berkembang
dengan optimal. Namun dengan desain pembelajaran di kelas yang menarik
sehingga menyenangkan. Sehingga kecerdasan logika matematika bisa di latih
dan di tingkatkan sehingga dapat berkembang dengan optimal.
Sebelum memulai pembelajaran tentunya memerlukan perencanaan
terlebih dahulu, dalam hal ini guru sebagai penyampai materi memiliki kewajiban
membuat perencanaan. Komponen perencanaan pembelajaran setidaknya terdiri
atas berberapa unsur diantaranya yaitu: siswa, tujuan, kondisi, sumber-sumber
belajar, serta hasil belajar.8 Kelima komponen ini harus saling terkait agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai, maka siswa harus menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Untuk
memudahkan guru dalam menyampaikan materi maka diperlukan metode serta
alat peraga pembelajaran. Dengan metode dan alat peraga pembelajaran siswa
akan mudah dalam menerima materi. Salah satu metode yang akan membuat
siswa senang dalam belajar matematika yaitu metode bermain. Bermain adalah
sebuah kegiatan manusiawi, di mana dengan bermain pembelajaran akan menjadi
menyenangkan dan akan berguna bagi siswa.

8
Ibid
5

Metode dan alat peraga dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur
yang amat sangat penting dalam proses pembelajaran. Alat peraga pembelajaran
menurut Ali dalam Rostina merupakan “segala sesuatu yang digunakan untuk
menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”.9Penggunaan alat peraga pada
siswa sekolah dasar dirasa sangat perlu adanya. Mengingat pada tahapan sekolah
dasar berdasarkan teori kognitif Piaget, anak berada pada tahap operasional
konkret, dimana pada tahap ini menurut Nafia dan Asep bahwa “anak mulai
dapat bernalar secara logis mengenai kejadian konkret dan mengklasifikasi objek
ke latar yang berbeda”.10Oleh karena itu, sebagai pendidik sangatlah penting
mengetahui tahapan perkembangan siswa, karena menurut teori Piaget dalam Uno
menyatakan “Guru yang mengajar, tetapi menghiraukan tahapan-tahapan ini akan
cenderung menyulitkan siswanya. Misalnya saja, mengajarkan konsep abstrak
tentang matematika kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya usaha
untuk „mengkonkretkan‟ konsep tersebut, tidak hanya akan percuma, tetapi justru
akan lebih membingungkan para siswa itu”.11Maka dapat disimpulkan
berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa penggunaan alat peraga pada
pembelajaran matematika sangatlah penting, dimana siswa usia SD terutama pada
kelas II berada pada tahap operasional konkret, apabila pembelajaran
menggunakan alat peraga yang merupakan benda konkret maka siswa akan
mudah mempelajari konsep matematika tersebut.
Pada pembelajaran matematika terdapat materi operasi hitung seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan sebagainya. Di sekolah
dasar operasi hitung ini sudah mulai diajarkan pada siswa sejak masih di bangku
kelas 1. Siswa sekolah dasar (SD) yang umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun,
sampai 12 atau 13 tahun.

9
Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika,
(Bandung: Alfabeta, 2015), h. 7
10
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD,
(Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 185
11
Hamzah B Uno, Op.Cit, h. 11-12
6

Dimana kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam
proses pemahaman, berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Sehingga dalam fase
ini kecerdasan logika matematika siswa sangat di perlukan.
Dari usia-usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan
objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran
matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat
peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga
lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Oleh karena itu, dalam kegiatan
pembelajaran perlu adanya metode dan media guna membantu siswa memahami
materi. Contohnya pada pembelajaran perkalian di kelas II Sekolah Dasar tempat
peneliti PPKT. Peneliti mengobservasi dalam pembelajaran perkalian di kelas dan
melihat bahwa kecerdasan logika matematika masih rendah dikarenakan
pembelajaranya masih menggunakan metode menghafal yang membuat siswa
sulit.
Selain itu peneliti mengobservasi salah satu sekolah di daerah Depok yaitu
di SDN Curug 01 Kota Depok kecerdasan logika matematika siswa di sekolah ini
masih terbilang rendah masih belum berkembang dengan optimal yang ditandai
dengan kurangnya keterampilan siswa dalam berhitung dan menyelesaikan soal-
soal matematika pada materi perkalian yang lebih kompleks misalnya saja soal
perkalian dalam bentuk soal cerita, juga siswa masih belum bisa memahami pola-
pola serta hubungan-hubungan pada materi perkalian yang merupakan
penjumlahan berulang, selain itu dari segi konsep yang bersifat kuantitas, waktu,
dan hubungan sebab akibat, serta keterampilan dalam memecahkan masalah
secara logis, pada materi perkalian masih banyak siswa yang merasa kesulitan
sehingga mereka merasa menyerah dan tidak meyukai apabila berhadapan dengan
permasalahan-permasalahan matematika.
Jika kecerdasan logika matematika anak tidak berkembang secara optimal,
maka akan mengakibatkan anak mengalami hambatan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya anak akan mengalami kesulitan dalam mengenal konsep angka dan
7

bilangan, mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas waktu dan hubungan


sebab dan akibat, menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis
serta memahami pola-pola dan hubungan-hubungan.
Realita permasalahan di atas tergambar ketika proses belajar mengajar
terjadi, karena seringnya guru mengajarkan materi perkalian dengan menghafal,
hal itu yang sulit dilakukan siswa dan membuat kecerdasan logika matematika
siswa tidak berkembang dengan optimal. Seperti yang diketahui bahwa dalam
satu kelas terdiri dari berbagai macam karakter siswa yang berbeda-beda, ada
siswa yang mudah memahami materi perkalian hanya dengan menghafal ada juga
siswa yang sulit menghafal sehingga memerlukan media yang konkret. Oleh
karenanya, diperlukan berbagai macam metode dan alat peraga untuk
mempelajari materi perkalian pada kelas II MI/SD ini agar siswa tidak jenuh juga
pembelajaran lebih menarik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
semua siswa dapat paham akan materi yang dipelajari.
Salah satu metode yang cocok untuk pembelajaran perkalian yaitu metode
bermain karena pada siswa kelas II memiliki karakteristik yang senang bermain.
Untuk membuat metode bermain ini menyenangkan maka sangatlah cocok
menggunakan alat peraga yang konkret yang membuat siswa minat dalam belajar.
Salah satu penelitian terdahulu membuat tulisan bahwa alat yang mungkin cocok
untuk materi perkalian ini menggunakan papan stik yang dikembangkan
berdasarkan pendapat stik perkalian dan blok al-Khawarizmi. 12
Alat Peraga papan stik (stik board) merupakan media pembelajaran yang
menyajikan cara berhitung perkalian dengan menggunakan sebuah papan dan
beberapa stik. Dengan menggunakan Papan Stik ini siswa akan lebih mudah
untuk belajar perkalian dengan menghitung titik temu dari stik-stik yang
disusunnya. Selain itu alat peraga papan stik ini didesain semenarik mungkin,
tidak hanya itu dengan papan stik ini siswa akan memiliki pengalaman langsung
dalam menghitung hasil perkalian dari stik – stik yang sudah disusun.

12
http://dokumen.tips/documents/stik-perkalian-dan-blok-al-khawarizmi.html diakses
pada tanggal 13/04/2018
8

Berdasarkan paparan latar belakang di atas bahwasanya peneliti


menginginkan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Bermain berbantuan
Alat Peraga Papan Stik terhadap Kecerdasan Logika Matematika Siswa pada
Materi Operasi Hitung Perkalian Kelas II MI/SD.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
diidentifikasi area penelitiannya sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika yang digunakan guru selama ini masih cenderung
berpusat pada guru.
2. Metode dalam pembelajaran yang dilaksanakan masih kurang variatif dan
inovatif.
3. Penggunaan metode dan media pembelajaran sebagai alat bantu penyampai
materi pelajaran Matematika belum optimal.
4. Kecerdasan logika matematika siswa masih rendah dan belum optimal.
5. Rendahnya minat siswa dalam belajar matematika, karena sudah merasa
kesulitan begitu mendengar kata matematika.
6. Terdapat siswa yang belum memahami pola-pola dan hubungan-hubungan,
serta banyak siswa yang masih belum bisa memecahkan masalah secara logis
pada materi perkaliaan.
Dari keenam penyebab masalah tersebut peneliti hanya akan mengambil
satu masalah yang akan di teliti yaitu rendahnya kecerdasan logika matematika
siswa akan pelajaran matematika, dalam hal ini peneliti akan fokus pada pengaruh
metode bermain berbantuan alat peraga papan stik terhadap kecerdasan logika
matematika siswa. Mengapa hal ini perlu dibahas, karena penggunaan metode
yang baik akan sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan logika
matematika peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan.
9

C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan pengkajian teoritis dan penelitian serta menghindari
pembahasan yang terlalu luas dalam penelitian ini, maka ruang lingkup dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Kecerdasan logika matematika siswa terutama dalam hal mengenal konsep-
konsep yang bersifat kuantitas, waktu, hubungan sebab-akibat, menunjukkan
keterampilan pemecahan masalah secara logis, memahami pola-pola dan
hubungan-hubungan, serta menggambarkan informasi visual dalam bentuk
grafik (gambar) pada materi operasi hitung perkalian kelas II MI/SD.
2. Metode bermain berbantuan alat peraga papan stik pada materi operasi hitung
perkalian.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut : “Apakah metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan logika matematika
siswa materi operasi hitung perkalian?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
tujuan daripenelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik terhadap kecerdasan logika matematika siswa pada materi operasi
hitung perkalian siswa kelas II MI/SD.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode bermain berbantuan alat
peraga papan stik terhadap kecerdasan logika matematika siswa materi
operasi hitung perkalian

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk semua orang yang
membacanya, baik secara teoritis maupun secara praktis.
10

a. Manfaat secara teoritis


Memberikan informasi bagaimana cara mengatasi permasalahan yang
ada dalam proses belajar mengajar matematika, terutama dalam kecerdasan
logika matematika siswa dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian ini
juga dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan dasar, khususnya mata
pelajaran matematika.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang
diajarkan.
2) Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pembelajaran agar
dapat tercipta suasana pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna.
3) Bagi Sekolah, dapat dijadikan sebagai contoh bentuk peningkatan
pendidikan yang berbasis sekolah dalam upaya peningkatan pelaksanaan
tujuan pembelajaran.
4) Bagi Peneliti, sebagai upaya peningkatan profesional memperbaiki
kualitas pembelajaran matematika di kelas secara berkelanjutan.
5) Bagi Peneliti lain, dapat menjadi landasan saat akan mengadakan
penelitian yang sejenis pada penelitian berikutnya yang lebih luas dan
mendalam.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori
1. Hakikat Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan (Intelligence) merupakan kekuatan atau kemampuan untuk
melakukan sesuatu. Masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah
yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk
memecahkan problem yang dihadapi. 15
Hagehan dan Oslon mengungkapkan pendapat piaget tentang
kecerdasan yang didefinisikan sebagai: An intelligent act is one cause an
approximation to the conditions optimal for an organism’s survival. In the
word’s, intelligence allows an organism’s to deal effectively with
environment.16 Menurut pendapat diatas dapat diartikan bahwa kecerdasan
merupakan suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya perhitungan atas
kondisi-kondisi yang secara optimal bagi organism dapat hidup berhubungan
dengan lingkungan secara efektif.
Salah satu kecerdasan manusia menurut gardner adalah kecerdasan
logis matematis. Kecerdasan ini berkaitan dengan berhitung atau
menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. 17Menurut Armstrong
dalam Uno, kecerdasan logika matematika sebagai “kemampuan untuk
menggunakan angka-angka secara efektif, misalnya penggunaan dalam
pekerjaan matematika, statistik, akuntansi, perpajakan, ilmuan, dan
pemrograman komputer.”18

15
Hamzah B Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), h. 58
16
Ibid, h. 59
17
Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara,2009).h. 100
18
Hamzah B Uno, Op.Cit, h. 61

11
12

Kecerdasan logika matematika menurut Riyanto, “kecerdasan logika


matematika adalah kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya:
ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang
benar (misalnya, sebagai ilmuwan, pemrograman komputer, atau ahli logika).
Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola hubungan logis, pertanyaan, dan
dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi logis, dan abstraksi-abstraksi lain.”19
Kecerdasan logis matematis dikenal dengan istilah cerdas angka termasuk
kemampuan ilmiah (Scientific) yang sering disebut dengan berpikir kritis.
Orang tyang memiliki kecerdasan ini cenderung melakukan sesuatu dengan
data untuk melihat pola-pola dan hubungan. Berpikir induktif, deduktif, dan
rasional merupakan cirri yang melekat pada orang yang memiliki kecerdasan
logis matematis. 20
Menurut Gardner dalam Hoerr Kecerdasan logis-matematis (logical-
mathematical intelligence) adalah “the ability to handle chains of reasoning
and to recognize patterns and order”21. Yaitu kemampuan untuk menangani
kejadian/alasan-alasan yang berantai/terkait dan menghargai pola-pola dan
keteraturan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut tersebut dapat dipahami
bahwa kecerdasan logika matematika yaitu kemampuan mengenai angka,
perhitungan, pola serta pemikiran logis dan ilmiah. Kecerdasan logika
matematika meliputi keterampilan mengolah angka, kemampuan
menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, serta menciptakan sesuatu
dengan angka dan penalaran.
Kecerdasan logika-matematika mempunyai karakteristik atau ciri-ciri
yang dapat membedakan dengan jenis-jenis kecerdasan lainnya. Linda
Campbell, dkk menguraikan, seseorang yang memiliki kecerdasan logika-
19
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2009) Cet ke-1, h. 237
20
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak
(Multiple Intelligences), (Jakarta: Kencana Pranadamedia Group, 2013), Cet ke-1, h. 63
21
Thomas R. Hoerr, Becoming a multiple intelligences school, (Alexandria: Association for
Supervision and Curriculum Development, 2000) h. 4
13

matematika mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1) Merasakan berbagai


tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya, 2) Mengenal konsep-konsep
yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab dan akibat, 3)
Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata
(konkret), baik objek maupun konsep-konsep, 4) Menunjukkan keterampilan
pemecahan masalah secara logis, 5) Memahami pola-pola dan hubungan-
hubungan, 6) Mengajukan dan menguji hipotesis, 7) Menggunakan
bermacam-macam keterampilan matematis seperti memperkirakan
(estimating), perhitungan algoritme (calculating algorithms), menafsirkan
statistik (interpreting statistics), dan menggambarkan informasi visual dalam
bentuk grafik (gambar), 8) Menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus,
fisika, pemrograman komputer, atau metode penelitian, 9) Berpikir secara
matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis, merumuskan
berbagai model, mengembangkan contoh-contoh tandingan dan membuat
argumen-argumen yang kuat, 10) Menggunakan teknologi untuk memecahkan
masalah matematis, 11) Mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti
akuntansi, teknologi komputer, hukum, mesin dan ilmu kimia, serta 12)
Menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu
pengetahuan alam dan matematika.22
Dari indikator di atas dalam penelitian ini penulis memilih 4 indikator
yang akan penulis teliti dan yang akan penulis kembangkan yaitu :
1) Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan
sebab dan akibat,
2) Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis,
3) Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan, dan
4) Menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik (gambar).
Alasan penulis memilih keempat indikator tersebut yaitu penulis
melihat dengan karakteristik siswa kelas 2, selain itu pemilihan indikator

22
Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Terbaru Melesatkan
Kecerdasan, (Depok: Intuisi Press, 2002), h. 41
14

tersebut juga berdasarkan dari penelitian terdahulu dari Anita Safitri, yaitu
penelitian tersebut meneliti siswa kelas 5 sekolah dasar adapun indikator yang
dipilih untuk diteliti antara lain : memahami konsep-konsep yang bersifat
kuantitas, waktu, dan hubungan sebab akibat, memiliki pemahaman yang baik
tentang pola-pola dan hubungan-hubungan, dan menyukai operasi yang
kompleks.
Menurut Uno dan Masri Kuadrat, Gardner menjelaskan bahwa
kecerdasan mencakup tiga bidang yang saling berhubungan: matematika,
sains, dan logika. Untuk mengembangkan kecerdasan logis matematis, berikut
beberapa hal yang perlu diketahui:
1) Seseorang harus engetahui apa yang menjadi tujuan dan fungsi
keberadaannya terhadap lingkungannya;
2) Mengenal konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab
akibatnya;
3) Menggunakan simbol abstrak untuk menunjukan secara nyata, baik objek
abstrak maupun konkrit;
4) Menunjukan keterampilan pemecahan masalah secara logis;
5) Memahami pola dan hubungan;
6) Mengajukan dan menguji hipotesis;
7) Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis;
8) Menyukai operasi yang komplek; dan sebagainya 23
Uno dan Masri Kuadrat menjelaskan bahwa di kelas, jika guru hendak
menciptakan suasana belajar yang mengoptimalkan proses pembelajaran
maka perlu dikembangakan proses belajar aktif, seperti berikut:
1) Menggunakan bermacam-macam strategi tanya jawab;
2) Mengajukan masalah untuk dipecahkan oleh para siswa;
3) Mengkontruksi model dari konsep kunci;

23
Hamzah B Uno dan Masri, Op.Cit, h. 102
15

4) Meminta siswa untuk mengungkapkan pemahaman mereka menggunakan


objek yang konkret;
5) Memprediksi dan membuktikan hasil secara logis;
6) Mempertajam pola dan hubungan dalam bermacam-macam fenomena;
7) Meminta siswa untuk mengemukakan alasan dari pernyataan dan pendapat
mereka
8) Menyediakan kesempatan bagi para siswa untuk melakukan pengamatan
dan analisis
9) Mendorong siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari belajar
10) Menghubungkan konsep atau proses matematis dengan mata pelajaran lain
dan juga dengan kehidupan nyata24
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang didesain menjadi belajar aktif akan dapat mengembangkan kecerdasan
logika matematika siswa, oleh sebab itu dalam penelitian ini peneliti memilih
pembelajaran aktif dengan meminta siswa untuk mengungkapkan pemahaman
mereka menggunakan objek yang konkret serta mengajukan masalah untuk
dipecahkan oleh para siswa sehingga akan membuat kecerdasan logika
matematika mereka berkembang.

2. Hakikat Metode Bermain berbantuan Alat Peraga Papan Stik


a. Metode Bermain
Menurut Mayesty dalam Sujiono, “bagi seorang anak, bermain
adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak
bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan.”25
Menurut Docket dan Feer bahwa “bermain merupakan kebutuhan
bagi anak, karena melalui bermain, anak akan memperoleh pengetahuan
yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan

24
Ibid, h. 105
25
Sujiono & Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (PT Indeks:
Jakarta,2009), h.134
16

suatu aktifitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktifitas lain seperti
belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu
hasil akhir.”26
Menurut Ali dan Muhlisrarini, metode bermain ini metode yang
dapat menolong meningkatkan motivasi siswa. Ketika para siswa terlihat
tidak konsentrasi pada pelajaran yang diterangkan guru, maka dialihkan
kepada metode bermain dengan waktu tertentu sampai mereka kembali
berkonsentrasi.”27
Pada hakikatnya kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya
bersifat spontan penuh imajinatif dan dilakukan dengan segenap
perasaannya. Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan
masalah, berkomunikasi dan bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa
khayalan, melatih keterampilan fisik, social dan kognitif.
Langkah-langkah menggunakan metode permainan yaitu : 1)
Merumuskan tujuan instruksional; 2) Memilih topik (sub topik) yang akan
dipakai sebagai permainan; 3) Merinci kegiatan belajar-mengajar; 4)
Menyiapkan alat-alat atau sarana yang akan dipakai sebagai alat
permainan.28
Adapun Manfaat dari permainan matematika dalam pembelajaran
matematika yaitu: 1) Menimbulkan dan meningkatkan minat; 2)
Menumbuhkan sikap yang baik terhadap matematika; 3) Untuk
mengembangkan konsep; 4) Untuk melatih keterampilan; 5) Untuk
penguatan; 6) Untuk memupuk kemampuan pemahaman; 7) Untuk
pemecahan masalah; 8) Untuk mengisi waktu senggang. 29
Sedangkan menurut Dines menyebutkan “dengan metode bermain
dengan pelajaran matematika peserta didik akan:

26
Ibid
27
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 281
28
Ibid
29
Ibid
17

1) Berkenalan dengan konsep matematika melalui benda-benda konkrit;


2) Menambah atau memperkaya pengalaman peserta didik;
3) Tertanam konsep matematika pada peserta didik;
4) Dapat menelaah sifat bersama atau dapat membedakan antara dua
jenis benda;
5) Mampu mengatakan representasi suatu konsep dengan belajar
membuat simbol;
6) Belajar mengorganisasikan konsep-konsep matematika secara formal
sampai pada aksioma dalil atau teori.”30
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa metode bermain pada pembelajaran matematika dapat dikemas
dalam bentuk permainan kreatif sehingga dapat mengembangkan
kecerdasan logika matematika serta nalar peserta didik.

b. Alat Peraga Papan Stik


Istilah alat peraga sering menggantikan istilah mediapembelajaran.
Alat peraga dapat diartikan sebagai suatu perangkatbenda konkrit yang
dirancang, dibuat, dan disusun secara sengajayang digunakan untuk
membantu menanamkan dan memahamikonsep-konsep atau prinsip-
prinsip dalam matematika. 31
Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyatakan pesan merangsang, pikiran, perasaan, dan perhatian dam
kemaauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. 32 Menurut
Pramudjono alat peraga matematika adalah benda konkret yang dibuat,

30
Ibid
31
Siti Annisah, Alat Peraga Pembelajaran Matematika, (Jurnal Tarbawiyah STAIN Jurai
Siwo Metro, 2014), Vol. 11 No.1, h. 3. (diakses tanggal 15 Mei 2018)
32
Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika,
(Bandung: Alfabeta, 2015), h. 7
18

dihimpun, atau disusun, secara sengaja digunakan untuk membantu


menanamkan atau mengembangkan konsep matematika. 33
Menurut Gagne dan Brigs secara implisit menyatakan bahwa
“media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain buku, tape-recorder,
kaset, video-camera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik,
televisi, komputer.”34
Dalam memahami konsep matematika yang abstrak, anak
memerlukan alat peraga seperti benda-benda konkrit (riil) sebagai
perantara atau visualisasinya. Dalam pembelajaran matematika,
penggunaan alat peraga juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman yang mengungkapkan
bahwa dalam pembelajaran matematika kita sering menggunakan alat
peraga, dengan menggunakan alat peraga, maka:
1) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupunguru, dan
terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akansenang, terangsang,
tertarik, dank arena itu akan bersikappositif terhadap pembelajaran
matematika.
2) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkritdan
karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dandapat
ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
3) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan bendabendadi
alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
4) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrityaitu
dalam bentuk model matematik yang dapat dipakaisebagai objek
penelitian maupun sebagai alat untuk menelitiide-ide batu dan
relasi baru menjadi bertambah banyak. 35

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas maka peneliti


dapat menyimpulkan bahwa alat peraga merupakan bagian dari media
pembelajaran, yaitu seluruh alat atau bahan yang bersifat menyalurkan
pesan mengenai informasi belajar atau penyalur pesan guna mencapai

33
Ibid
34
Ibid, h. 5
35
Siti Annisah, Op.Cit, h. 4
19

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai peserta didik. Selain itu dengan
menggunakan alat peraga yang konkret dalam pembelajaran akan
membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan konsep
pembelajaran matematika yang abstrak dengan dibantu alat peraga yang
konkret akan membuat pelajaran lebih dipahami dan dimengerti.
Alat peraga papan stik (Stick Board) menyajikan cara berhitung
perkalian angka 1 sampai perkalian angka 10 yang sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa kelas II sekolah dasar, dimana pada tahap
ini anak usia sekolah dasar masih berapa pada tahap operasional konkret.
Alat peraga papan Stik merupakan media yang dikembangkan untuk
membantu siswa dalam memahami konsep perkalian bagi siswa pemula.
Alat peraga ini didesain sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ada pada kelas II.
Alat peraga papan stik ini dibuat berdasarkan pada teori teknik
cross-line. Dimana teknik cross-line salah satu teknik pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika khususnya
pada materi perkalian. Cross-line adalah suatu teknik dengan menghitung
titik persilangan pada garis, seperti menggambar garis mendatar dan garis
tegak yang nantinya disilangkan, lalu diberikan tanda titik pada
persilangan garis tersebut dan dihitung banyak titik sebagai hasil
perkaliannya. Teknik perkalian cross-line pada dasarnya adalah
“mewakilkan” angka yang akan dikalikan dengan garis. 36 Elisa Arisandi
berpendapat, bahwa hasil perkalian yang dihitung dengan teknik cross-
line, didapatkan hanya dengan menjumlahkan banyaknya titik potong
persilangan garisnya. Operasi perkalian ini bersifat komutatif maka dapat
bebas menentukan garis tegak dan mendatar untuk angka yang akan

36
Nur Hidayah. “Pengaruh Penggunaan Teknik Cross-Lineterhadap Pemahaman Konsep
Matematika pada Materi Perkalian Kelas III SDN Cempaka Putih 01 Ciputat Tahun Ajaran
2016-2017” Skripsi pada Jurusan PGMI UIN Jakarta, Jakarta, 2016, h. 20, tidak
dipublikasikan.
20

dikalikan. 37 Berdasarkan teori tersebut maka dibuatlah alat peraga yang


konkret yang dibuat untuk memudahkan siswa dalam menghitung
perkalian secara konkret, dimana penggunaan alat peraga papan stik sama
dengan teknik crossline itu hanya bedanya pada bentuknya saja yaitu
papan stik lebih kepada benda konkret untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah pada soal perkalian.
Teknik cross-line ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaannya. Menurut Auliya, terdapat beberapa kelebihan dari teknik
ini antara lain: 38
1. Dapat digunakan kapan saja, dimana saja, dan untuk siapa saja.
2. Menarik minat belajar siswa karena ada unsur menggambar garis dan
titik dengan warna-warni, sederhana dan mudah (tidak rumit).
3. Siswa tidak perlu menghafal dalam menyelesaikan perhitungan
perkalian, meskipun dalam perkalian dasar sekalipun.
4. Teknik ini mengunakan cara visual dalam pengerjaannya, sehingga
dapat mudah dilihat dan dipahami oleh siswa.
Sedangkan kekurangan dari teknik cross-line adalah tidak bisa
digunakan bagi anak yang belum bisa berhitung dengan baik dan ketika
digunakan untuk menghitung bilangan yang lebih besar atau dengan angka
lebih dari 5, penyusunan garis yang digunakan akan semakin banyak sehingga
mengakibatkan proses perhitungannya juga menjadi lebih lama dan sedikit
membingungkan.
Dalam pembelajaran konsep perkalian dengan menggunakan teknik
cross-line merupakan salah satu cara yang efektif dalam menghitung
perkalian dengan jumlah bilangan yang lebih dari dua. Teknik cross-line
mampu mengembangkan otak secara seimbang. Dengan penggunaan garis-
garis yang disilangkan memudahkan siswa dalam menghitung perkalian

37
Elisa Arisandi, “Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian untuk Anak Diskalkulia
Melalui Metode Garismatika”,Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus vol. 3, 2014, h. 480.
38
Ibid.
21

daripada dengan metode menghafal. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa


teknik cross-line pada dasarnya adalah “mewakilkan”. Yaitu mewakilkan
angka yang akan dikalikan melalui garis. Satu satuan angka akan diwakilkan
dengan satu garis. Berikut ini merupakan langkah-langkah teknik cross-line
dalam menyelesaikan perkalian: 39
1. Perkalian satuan dengan satuan
Perkalian satuan dengan satuan dalam penggunaan teknik cross-
line, hasil perkalian dapat diketahui dari jumlah persilangan garis
horizontal (mendatar) dan vertical (tegak) dengan kemiringan sekitar
45o.Garis horizontal mewakilkan perkalian pertama dan garis vertical
mewakilkan perkalian kedua.Sebagai contoh perkalian 5 × 4. Angka 5
diwakilkan dengan garis horizontal dan angka 4 diwakilkan dengan garis
vertical, dari persilangan garis horizontal dan vertical tersebut dapat
diketahui hasil perkalian dari 4 × 5 = 20.

Gambar 2.1
Perkalian Cross-line Satuan dengan Satuan
Keterangan :
= mewakilkan angka 5
= mewakilkan angka 4
= hasil persilangan garis

39
Nur Hidayah, Op.Cit, h. 20-25
22

2. Perkalian satuan dengan puluhan


Untuk menentukan nilai tempat pada persilangan pertama dapat
diketahui bahwa hasil pertama berupa puluhan. Sebagai contoh yaitu
perkalian 63× 8 = …
Langkah-langkah:
1) Pertama akan dibuat 6 garis horizontaldengan kemiringan 45odi
bagian atas.
2) 3 garis horizontal dibagian bawah dengan sedikit terpisah pada
garis sebelumnya
3) Buat 8 garis vertical dengan kemiringan 45 o yang menyilang garis
horizontal yang telah dibuat.
4) Setelah dibuat garis horizontal dan vertical dapat diketahui bahwa
hasil perkalian dari 63 × 8 yaitu sebagai berikut :
 60 (puluhan) × 8 (satuan), hasil persilangan berjumlah 48,
karena perkalian tersebut perkalian puluhan dengan satuan
maka hasil yang didapat berupa puluhan, dari hasil tersebut
dapat dikali dengan 10 (mendapat imbuhan angka 0)
 3 (satuan) × 8 (satuan), hasil persilangan dari 3 dan 8
berjumlah 24. Hal ini berarti 20 (puluhan) + 4 satuan.
 Maka hasil dari persilangan tersebut adalah :
480
20
4 +
504
23

Gambar 2.2
Perkalian Cross-line Satuan dengan Puluhan
3. Perkalian puluhan dengan puluhan
Dalam menentukan hasil perkalian puluhan dengan puluhan,
sebagai contoh yaitu perkalian 26 × 32. Langkah dalam membuat garis
persilangan yaitu:
1) Untuk angka 26 dibuat 2 garis horizontaldengan kemiringan
45odibagian atas dan 6 garis horizontal dibagian bawah dengan
sedikit terpisah.
2) Untuk angka 32 dibuat 3 garis vertical dengan kemiringan 45o
yang menyilang garis horizontal 2 dan 6 di bagian kiri serta 2 garis
vertical di sebelah kanan dengan sedikit terpisah.
3) Untuk menentukan nilai tempat dalam hasil perkalian 26 × 32
yaitu sebagai berikut :
 Perkalian 20 (puluhan) × 30 (puluhan) = ratusan.
Nilai ratusan diwakili dengan kumpulan persilangan
dibagian kiri atas yaitu berjumlah 6, maka 6 dalam nilai
ratusan 6 × 100 = 600.Karena nilai tempat pertama ratusan
maka nilai tempat selanjutnya puluhan dan satuan.
 Perkalian 20 (puluhan) × 2 (satuan) = puluhan.
Nilai puluhan 20 × 2 diwakili dengan kumpulan persilangan
bagian kanan atas yaitu berjumlah 4, dalam nilai puluhan
berarti 4 × 10 = 40
24

 Perkalian 6 (satuan) × 30 (puluhan) = puluhan.


Nilai puluhan 6 × 30 diwakili dengan kumpulan persilangan
bagian kiri bawah yaitu berjumlah 18, dalam nilai puluhan,
berarti 18 × 10 = 180
 Perkalian 6 (satuan) × 2 (satuan) = satuan.
Nilai satuan 6 × 2 dapat dilihat dari kumpulan persilangan
bagian kanan bawah yaitu berjumlah 12. Angka 12 berarti
10 (puluhan) + 2 (satuan)
4) Maka hasil perkalian 26 × 32 dengan teknik cross-line yaitu:
600
40
180
12 +
832

Gambar 2.3
Perkalian Cross-line Puluhan dengan Puluhan
4. Perkalian ratusan dengan satuan
Pada perkalian ratusan dengan satuan, sebagai contoh adalah
perkalian 132 × 6. Sama seperti perkalian sebelumnya, langkah-
langkahnya yaitu:
1) Untuk mewakili angka 132, dibuat 1 garis horizontalkemiringan
45odibagian atas, 3 garis horizontal di bagian bawah garis 1 dengan
25

sedikit terpisah, dan 2 garis horizontal dibawah garis 3 dengan


sedikit terpisah.
2) Untuk mewakili angka 6, dibuat 6 garis vertical dengan kemiringan
45o yang menyilang garis horizontal.
3) Untuk menentukan nilai tempat pada perkalian 132 × 6 = (100 + 30
+ 2) × (6) yaitu sebagai berikut :
 100 (ratusan) × 6 (satuan) = ratusan
Nilai ratusan diwakili dengan kumpulan persilangan pada
garis horizontal dan vertical paling atas, yaitu berjumlah 6.
Nilai ratusan 6 berarti 6 × 100 = 600
 30 (puluhan) × 6 (satuan) = puluhan
Nilai puluhan diwakili dengan kumpulan persilangan garis
horizontal dan vertical pada bagian dalam (tengan), yaitu
berjumlah 18. Nilai puluhan 18 berarti 18 × 10 = 180
 2 (satuan) × 6 (satuan) = satuan
Nilai satuan diwakili dengan kumpulan persilangan garis
horizontal dan vertical terakhir (bagian bawah) yang
berjumlah 12. Nilai satuan dari 12 berarti 10 + 2
4) Maka hasil perkalian dari 132 × 6 dengan teknik cross-line yaitu:
600
180
12 +
792

Gambar 2.4
Perkalian Cross-line Ratusan dengan Satuan
26

Perkalian merupakan salah satu dasar dalam operasi hitung bilangan yang
memiliki hubungan dengan operasi hitung penjumlahan, yaitu perkalian dapat
dicari hasilnya dengan penjumlahan berulang. Ada beberapa teknik atau cara
yang biasa diajarkan guru kepada siswa dalam menghitung perkalian,
diantaranya yaitu teknik hafalan, biasa, bersusun pendek, dan bersusun panjang.
Namun terdapat teknik atau cara yang dapat diajarkan guru kepada siswa
untuk dapat melatih kemampuan representasi matematis siswa yaitu dengan
menggunakan teknik cross-line. Teknik cross-line dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian dapat dilakukan cara mewakilkan angka yang akan dihitung
dengan garis-garis horizontal dan vertical yang dimiringkan sekitar 45 odengan
warna yang sama atau berbeda dan hasil dari perkaliannya ditentukan dengan
menghitung titik-titik yang merupakan titik pertemuan atau persilangan antara
garis-garis tersebut.
Perkalian merupakan salah satu dasar dalam operasi hitung bilangan yang
memiliki hubungan dengan operasi hitung penjumlahan, yaitu perkalian dapat
dicari hasilnya dengan penjumlahan berulang. Namun terdapat teknik atau cara
yang dapat diajarkan guru kepada siswa untuk dapat melatih kecerdasan logika
matematika siswa yaitu dengan menggunakan alat peraga papan stik yang
diadaptasi berdasarkan teknik cross-line.
Adapun keunggulan dari penggunaan alat peraga papan stik antara lain:
bermanfaat di ruang manapun tanpa harus ada penyesuaian khusus, pemakai
dapat secara fleksibel membuat perubahan-perubahan sementara penyajian
berlangsung, mudah digunakan.
Dengan menggunakan papan stik, terdapat beberapa keuntungan, yaitu:
Alat dan bahan yang dibutuhkan banyak di sekitar kita dan biaya yang
dikeluarkan sangat sedikit karena hanya membutuhkan bambu/kardus dan
Karton, pembelajarannya semakin menarik bagi siswa karena ada media
kongkret untuk menghitung perkalian dengan mudah tanpa menghafal,
penggunaannya yang mudah, karena untuk menghitung perkaliannya hanya
menjumlahkan titik temu/titik potong pada setiap stik.
27

Cara pembuatan alat peraga papan stik :


1) Siapkan kardus/papan lalu buat menjadi dua bagian , bagian yang
satu untuk alas danbagian kedua untuk lubang-lubang yang akan di
letakkan stik-stik.
2) Buatlah lubang-lubang pada bagian kedua yang bebentuk persegi,
di sisi yangpanjang di buat 10 lubang (dengan member khas
bewarna Ungu / ditempel kartonungu) dan sisi yang lebar 10
lubang (dengan member khas bewarna Putih/ ditempelkarton
putih).
3) Tempelkan angka 1-10 ke setiap lubang panjang dan lebar, karena
untuk perkalian 1-10 untuk kelas 2 SD.
4) Siapkan bambu atau kayu untuk membuat stik serta kertas
berwarna ungu dan putih sebagai pembungkus stiknya.
5) Kemudian buatlah stik yang terdiri dari 1-10 stik , dan masing-
masing stik tersebut ditempelkan karton yang terdiri dari 10 stik
dengan karton ungu dan 10 stik dengankarton putih.
 Bagian papan

Gambar 2.5
Bagian Papan Alat Peraga Papan Stik

 Bagian stik yang terdiri dari 10 stik ungu dan 10 stik putih
28

Gambar 2.6
Bagian Stik Alat Peraga Papan Stik

3. Perkalian Menggunakan Alat Peraga Papan Stik


a. Pengertian Perkalian
Menurut Herman, Karlimah dan Komariah, “Operasi perkalian
pada suatu bilangan bulat pada hakikatnya adalah operasi penjumlahan
yang dilakukan secara berulang. Oleh karena itu operasi perkalian
bilangan bulat secara umum membutuhkan landasan pengertian operasi
penjumlahan. Lambang untuk menyatakan operasi perkalian antara dua
bilangan atau lebih adalah dengan tanda silang (×)”.40Sejalan dengan itu,
menurut Negoro dan Harahap, “Perkalian dapat didefinisikan sebagai
berikut: jika a dan b bilangan-bilangan cacah, maka a × b adalah
penjumlahan berulang yang mempunyai a suku, dan setiap suku sama
dengan b. Perkalian berlainan dengan penjumlahan. Akan tetapi antara
perkalian dan penjumlahan terdapat hubungan, yaitu perkalian dapat dicari
hasilnya dengan penjumlahan berulang”. 41
Pada prinsipnya perkalian sama dengan penjumlahan secara
berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki
siswa sebelum mepelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.

40
Tatang Herman,Karlimah, dan Komariah, Pendidikan Matematika I, (Bandung: UPI
PRESS, 2007), Cet ke-1, h.20.
41
ST. Negoro dan B. Harahap, Ensiklopedia Matematika, (Ghalia Indonesia, 2003), Cet
ke-4, h. 263.
29

Perkalian merupakan topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa.


Contoh : 4 × 3 = 3 + 3 + 3 + 3 = 1
b. Perkalian Menggunakan Alat Peraga Papan Stik
Alat peraga papan stik ini berbentuk papan persegi yang disertai
dengan stik. Adapun papannya yang terbuat dari triplek dan kayu atau bias
juga menggunakan kardus , dan stik yang terbuat dari bambu. Papan disini
digunakan sebagai tempat stik ketika menghitung operasi perkalian.
berikut ini gambaran tentang alat peraga papan stik.

Stik

Bentuk papan stik

Papan
Lubang tempat stik

Gambar 2.7
Bagian Alat Peraga Papan Stik

Cara menghitung perkalian menggunakan papan stik:


Hitung hasil dari 4 × 3 =
Adapun langkah penyelesaian menggunakan alat peraga papan stik
yaitu sebagai berikut :
30

1) Ambilah 4 stik berwarna ungu dan 3 stik yang berwarna putih.

Gambar 2.8
Stik Putih dan Stik Ungu

2) Letakkan 4 stik yang berwarna ungupada lubang papan berwarna ungu


sesuai dengan urutan penomeran (stik 1 pada lubang nomer 1, stik 2
pada lubang nomer 2, stik 3 pada lubang nomer 3, dan stik 4 pada
lubang nomer 4).

Gambar 2.9
Stik ungu pada Lubang Stik ungu

3) Letakkan 3 stik yang berwarna putih pada lubang papan yang


berwarna putih sesuai dengan urutan penomeran (stik 1 pada lubang
nomer 1, stik 2 pada lubang nomer 2 dan stik 3 pada lubang nomer
31

Gambar 2.10
Stik Ungu pada lubang Stik Ungu, Stik Putih Pada Lubang
Stik Putih

4) Setelah semua stik terpasang hitunglah titik temu antara stik warna
hijau dan warna putih

Gambar 2.11 Titik temu/titik potong


Titik Temu/Potong

Setelah dihitung jumlah titik temuanya adalah 12, maka di dapat


jawaban dari 4 × 3 = 1
32

4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


a. Pengertian Matematika
Menurut Ali dan Muhlisrarini, matematika dapat didefinisikan
sebagai berikut :42
1. Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi
Jadi matematika merupakan salah satu pengetahuan yang terorganisasi
yang berhubungan dengan pelajaran yang menggunakan pikiran serta
logika.
2. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak
Konsep utama yang diajarkan pada mata pelajaran matematika yaitu
diantaranya konsep pengukuran dan letak.
3. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-
hubungannya
4. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan
hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis
5. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan
besaran, konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan
terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan teorema
Jadi dapat disimpulkan berdasarkan pendapat ahli diatas bahwa
matematika merupakan ilmu yang menggunakan pikiran maupun logika
dimana konsep dalam pelajaran matematika biasanya mengenai keluasan
atau pengukuran, mengenai hubungan-hubungan, pola-pola serta
perhitungan dengan pemecahan masalah yang logis.
Menurut Uno dan Masri Kuadrat bahwa “matematikan adalah
sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat piker, berkomunikasi, alat
untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsure-unsurnya
logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas,

42
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Op.Cit. h. 47-48
33

dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri,


dan analisis.”43
Karso mengatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang
berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur
yang abstrak dan hubungan di antara bentuk-bentuk atau stuktur-struktur
yang abstrak tersebut. Dalam pengertian lain Russefendi memberikan
pengertian Matematika adalah bahasa symbol: ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif: ilmu tentang pola keteraturan, dan
struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan, ke
unsure yang didefinisikan, ke aksioma atau prostulat, dan akhirnya dalil. 44
Menurut Ismail dalam Ali dan Muhlisrarini, mendefinisikan
hakikat “matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan
perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai
kuantitas dan besaran mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur,
sarana berpikir, kumpulan sistem,struktur dan alat.”45
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti
bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, struktur
konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

b. Pembelajaran Matematika Menurut Karakteristik Siswa


Sekolah Dasar (MI/SD)
Bruner dalam Ruseffendi menjelaskan bahwa “dalam
pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang diperlukannya. Dalam pembelajaran ini guru lebih

43
Hamzah B Uno dan Masri Kuadrat, Op.Cit, h. 109
44
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014) cet ke-4, h. 1
45
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Loc.Cit
34

banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi


tahu.”46
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun,
sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase
operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
logika, meskipun masih terikat dengan objek yang masih bersifat
konkret.47
Karakteristik dari anak yang akan diberikan kegiatan
pembelajaran, merupakan dasar bagi pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sebagai pendidik wajib mengetahui karakteristik dari
peserta didik agar bisa merencanakan suatu pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa SD dari setiap tingkatan. Sejalan dengan ini
menurut Yaumi, “hasil studi yang dilakukan piaget selama bertahun-
tahun, menyatakan tentang perkembangan intelektual anak menunjukkan
bahwa perbedaan umur menentukkan adanya perbedaan perkembangan
intelektual.”48
Siswa Sekolah Dasar (SD) mempunyai umur berkisar antara 6 atau
7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Dimana menurut piaget siswa yang
berumur 7-11 disebut dalam tahap operasional konkret.49 Yang berarti
taraf berpikir anak usia SD belum formal dan relatif masih konkret,
bahkan untuk sebagian anak SD kelas rendah terutama kelas II berada
pada tahap operasional konkret belum memahami hukum kekekalan,
sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap
berpikir konkret sudah bisa memahami hukum kekekalan, tetapi belum

46
Heruman, Op.Cit. h. 4
47
Ibid.
48
Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013), h. 120
49
Ibid
35

bisa diajak untuk berpikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil


matematika sulit untuk dimengerti oleh siswa. Siswa SD kelas atas (lima
dan enam dengan usia 11 tahun ke atas) sudah pada tahap berpikir formal.
Siswa ini sudah berpikir secara deduktif. 50
Karakteristik perkembangan kognitif anak sangat penting untuk
diketahui oleh pendidik. Karna berdasarkan usia perkembangan kognitif,
siswa SD masih sangat terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap
oleh panca indera. Dalam materi pembelajaran matematika yang abstrak,
maka siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang
dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru, sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Nafia dan Asep mengemukakan beberapa karakteristik
perkembangan kognitif anak pada usia MI/SD yang dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
1) Kognitif simbolis, yaitu kemampuan anak dalam memahami
lingkungannya secara simbolis bahasa misalnya pemberian
nama, dan memperkenalkan nama-nama benda.
2) Kognitif imajinatif, yaitu kemampuan anak dalam berimajinasi
misalnya dalam memerankan keteladanan para tokoh idola.
3) Kognitif intuitif, yaitu kemampuan anak yang berkaitan dengan
rasa ingin tahu yang tinggi atas jawaban dari sejumlah
pertanyaan yang dia ajukan.
4) Kognitif logis, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan soal-
soal yang berkaitan dengan objek-objek yang konkrit sesuai
dengan yang diminta dengan benar dan lengkap.
5) Kognitif rasional, yaitu kemampuan anak yang dapat
menyelesaikan penyelesaian konkrit secara abstrak.
6) Kognitif hipotetik, yaitu kemampuan anak untuk membuat
prediksi secara hipotesis (dugaan) terhadap terdapatnya
hubungan atau pengaruh antara dua variableatau lebih secara
logis rasional.
7) Kognitif integrative, yaitu kemampuan anak dalam memahami
benda atau objek tertentu secara keseluruhan. 51

50
Ibid. h. 22
51
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD,
(Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 186-188.
36

Oleh karena itu, berdasarkan perkembangan kognitif siswa SD


yang masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca
indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan
alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang
akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti
oleh siswa, juga agar konsep yang diajarkan dapat mengendap
danbertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola
pikir dan pola tindakannya.
B. Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kajian
hasil penelitian yang sesuai dengan apa yang akan peneliti lakukan diantaranya
yaitu:
1. Dita Aulia Rizki dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Deskriptif
Pengembangan Kecerdasan Logika Matematika di TK Bina Karsa Kota
Bandar Lampung” Dalam penelitian ini sama-sama membahas penelitian
mengenai kecerdasan logika matematika tetapi perbedaannya pada penelitian
ini mengembangkan kecerdasan logika matematika anak TK. Pada penelitian
ini dalam mengembangkan kecerdasan logika matematika siswa guru
merancang sebuah permainan untuk pengembangan kecerdasan logika
matematika. Guru tersebut membuat media edukatif yang menarik dan
pastinya sangat disukai anak-anak dalam pembelajaran. 52
2. Dwi Apriliyani dalam penelitiannya yang berjudul “Mengembangkan
Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui Media Celemek Hitung pada
Kelompok B di TK Pertiwi Sidowarno II Wonosari Klaten Tahun Ajaran
2014-2015” Dalam penelitian ini sama-sama membahas penelitian mengenai
kecerdasan logika matematika tetapi perbedaannya pada penelitian ini
mengembangkan kecerdasan logika matematika anak TK. Pada penelitian ini

52
Dita Aulia Rizki, Studi Deskriptif Pengembangan Kecerdasan Logika Matematika di
TK Bina Karsa Kota Bandar Lampung, (Skripsi Mahasiswa Universitas Lampung : tidak
dipublikasikan, 2017)
37

kecerdasan logika anak di kembangkan dengan menggunakan media celemek


hitung pada pembelajaran. 53
3. Anita Safitri dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara
Kecerdasan Logika-Matematika dengan Kedisiplinan Belajar Matematika
Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Pengasih Tahun Ajaran 2013-2014”
Dalam penelitian ini sama-sama membahas penelitian mengenai kecerdasan
logika matematika siswa sekolah dasar tetapi pada tingkat yang lebih tinggi
yaitu kelas 5, dalam penelitian ini mengambil ciri-ciri kecerdasan logika
matematika yang dikembangkan untuk kelas 5 yaitu memahami konsep-
konsep yang bersifat kuantitas, waktu, dan hubungan sebab-akibat, memiliki
pemahaman yang baik tentang pola-pola dan hubungan-hubungan , dan
menyukai operasi yang kompleks. Sedangkan pada penelitian ini mengambil
cirri-ciri kecerdasan logika matematika yang akan dikembangkan untuk kelas
2 yaitu memahami konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu, dan
hubungan sebab-akibat, menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
secara logis, memahami pola-pola dan hubungan-hubungan, dan
menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik (gambar), kenapa
berbeda karena di sesuaikan dengan karekteristik siswa kelas II yang sangat
berbeda dengan karakteristik siswa kelas 5. 54
4. Diyah Kurniasih dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara
Kecerdasan Logika Matematika dengan Minat Belajar Matematika Siswa
Kelas V SD Negeri Se-Gugus 1 Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo
Tahun Ajaran 2015-2016” Dalam penelitian ini membahas hubungan antara
kecerdasan logika matematika dengan minat belajar matematika siswa kelas 5
SD dimana penelitian ini memberi gambaran bahwa Perkembangan
intelegensi siswa salah satunya dipengaruhi oleh minat atau pembawaan,

53
Dwi apriliyani, Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika Anak melalui Media
Celemek Hitungpada Kelompok B di TK Pertiwi Sidowarno II Wonosari Klaten Tahun Ajaran
2014-2015, (Skripsi Mahasiswa UMS : tidak dipublikasikan, 2015)
54
Anita Safitri, Hubungan Antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Kedisiplinan Belajar
Matematika Siswa Kelas 5 SD Gugus III Kecamatan Pengasih tahun ajaran 2013-2014, (Skripsi
Mahasiswa UNY : tidak dipublikasikan, 2014)
38

sehingga sangat penting mengembangkan minat siswa terhadap matematika


agar kecerdasan logika siswa dapat berkembang dengan baik. 55
5. Arini Olivia Zaque pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Metode
Permainan MatematikaTerhadap Peningkatan Kecerdasan Logis Matematis
Siswa Kelas VII PadaMateri Segitiga dan Segiempat di MTS Nu Serangan
Bonang Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.” Dalam penelitian ini sama-sama
membahas metode permainan dan kecerdasan logika matematika siswa, akan
tetapi didalam penelitian ini meneliti siswa kelas VII. Adapun hasil
penelitiannya menunjukkan Ada perbedaan yang signifikan antara kecerdasan
logis matematis siswa yang diajar dengan metode permainan matematika dan
yang diajar dengan metode konvensional. Ditunjukkan dengan rata-rata dari
kelaseksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol ( 79,375> 69,61).56

C. Kerangka Berfikir
Dari hasil observasi, diketahui bahwa kecerdasan logika matematikasiswa
masih belum berkembang dengan optimal. Selain dikarenakan pembelajaran yang
dilakukan selalu berpusat kepada guru sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam
kegiatan pembelajaran, hal ini senada dengan pendapat heruman yang
menyatakan bahwa “pembelajaran matematika harus terjadi secara
„kontruktivisme‟ dalam kontruktivisme, kontruksi pengetahuan dilakukan sendiri
oleh siswa, sedangkan guru perperan sebagai fasilitator dan menciptakan iklim
yang kondusif.”57
Matematika adalah pelajaran yang diaggap sulit oleh sebagian besar siswa
di Indonesia, karena sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah yang pada

55
Diyah Kurniasih, Hubungan Antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Minat
Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Se-Gugus 1 Kecamatan Wates Kabupaten
Kulon Progo Tahun Ajaran 2015-2016. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNY,
(Yogyakarta: 2016)
56
Arini Olivia Zaque. Pengaruh Metode Permainan Matematika Terhadap Peningkatan
Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas VII Pada Materi Segitiga dan Segiempat di Mts Nu
Serangan Bonang Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi Ilmu Pendidikan Matematika
Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang. (Semarang: 2014). dipublikasikan
57
Heruman, Op.Cit, h. 5
39

umumnya lebih didominasi oleh pelajaran konvensional, dimana pembelajaran


hanya berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif karena mereka hanya
menerima materi sehingga siswa kurang kreatif dan inovatif. Selain itu,
penggunaan metode dan alat peraga dalam pembelajaran matematika dirasa
kurang variatif. Akibatnya kecerdasan logika matematika siswa belum optimal
sehingga siswa akan kesulitan dalam memecahkan soal matematika yang
diberikan oleh guru. agar kecerdasan logika matematika siswa optimal maka
penggunaan metode dan alat peraga pada penelitian ini sangat diperlukan, juga
sebagai wujud agar tercapainya tujuan pembelajaran. Metode dan alat peraga
yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode bermain dengan alat peraga
papan stik.
Berdasarkan masalah yang telah ditemukan, maka kerangka berfikir dalam
penelitian ini yaitu:

Fenomena di lapangan :
Jika tidak diatasi :
Kurangnya metode dan Efeknya :
Jika tidak segera
alat peraga yang variatif Menjadikan
diatasi pembelajaran
pada saat pembelajaran kecerdasan logika
akan terasa kurang
materi operasi hitung matematika siswa
efektif dan tujuan
perkalian sehingga rendah dan akan
pembelajaran tidak
membuat kecerdasan berdampak pada
akan tercapai secara
logika siswa belum masa depannya
maksimum.
optimal

Ditangani dengan :
Tujuan :
Menggunakan Cara :
Agar kecerdasan logika
metode bermain Melalui penerapan
matematika siswa dapat
berbantuan alat metode bermain
optimal dan berkembang
peraga papan stik berbantuan alat
dengan baik serta tujuan
menyenangkan untuk peraga papan stik di
pembelajaran dapat
menghitung dalam pembelajaran
tercapai.
perkalian.

Gambar 2.12
Kerangka Berfikir
40

Alasan dipilihnya metode dan alat peraga ini untuk memudahkan siswa
dalam menghitung perkalian. Selain itu, pembelajaran dengan menggunkan
metode bermain berbantuan alat peraga papan stik ini sangat sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa SD. Karena siswa SD masih pada tahap operasional
konkret. Dimana siswa dalam hal ini, mereka melihat segala sesuatu yang bersifat
konkret atau nyata. Siswapun menjadi aktif dalam pembelajarannya. Jadi peneliti
menyimpulkan, pembelajaran menggunakan metode bermain berbantuan alat
peraga papan stik dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasan logika
matematika siswa.

D. Hipotesis Penelitian
Dari teori-teori yang telah dikemukakan, maka sebelum dilakukan
penelitian, dirumuskan terlebih dahulu hipotesis penelitian sebagai dugaan awal
penelitian, yaitu: “Terdapat pengaruh metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik terhadap kecerdasan logika matematika siswa pada materi operasi
hitung perkalian Kelas II MI/SD”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Curug 01 Kota Depok, Jl.Jl. Raya
Curug Rt 01/06 Kel. Curug, Kec. Bojongsari-Depok. Penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas II sebanyak 2 kelas.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama semester ganjil tahun ajaran
2017/2018. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Curug 01 Kota
Depok tahun ajaran 2017/2018.

Tabel 3.1
Kegiatan dan Waktu Penelitian
No. Keterangan Bulan
Des Jan Mar Apr Mei Agust
1. Observasi
2. Studi Pembuatan Literatur
3. Pembuatan Instrumen Penelitian
4. Uji Coba Instrumen
5. Pelaksanaan Penelitian
6. Analisis Data
7. Penyempurnaan Laporan

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif eksperimen semu (quasi-experiment). Menurut Sugiyono, “Desain ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

41
42

mengontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan eksperimen.


Metode ini digunakan karena pada kanyataannya sulit mendapatkan kelompok
kontrol yang digunakan untuk penelitian.”58
Ada beberapa karakteristik yang fundamental dalam penelitian
eksperimen ini. Pertama, dalam pelaksanaan metode eksperimen, peneliti
melakukan perlakuan tertentu (treatment) kepada sekolompok orang
yang dijadikan subjek penelitian. Perlakuan inilah yang dieksperimenkan
yang kemudian dinamakan variabel bebas (independent variable). Kedua,
peneliti mengobservasi secara sistematik apa yang terjadi akibat
perlakuan tersebut. Ini yang kemudian dinamakan variabel terikat atau
variabel tergantung (dependent variable). Ketiga, selain terhadap
treatment yang sengaja dilakukan, peneliti juga melakukan kontrol
terhadap segala sesuatu yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.59

Metode ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan (treatment), yaitu
pelaksanaan pembelajaran matematika materi operasi hitung perkalian dengan
menggunakan alat peraga papan stik yang diterapkan pada kelompok eksperimen
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran
matematika materi operasi hitung tanpa menggunakan alat peraga papan stik.
Adapun desain peneliti yang digunakan adalah The Nonequivalent
Posttest-only Control Group Design. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang
memilikikemampuan sama dengan pembelajaran yang berbeda. Dalam penelitian
ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Terhadap keduanya, diberikan dua perlakuan yang berbeda. Dengan perlakuan
yang berbeda di dua kelas, maka dapat terlihatperbedaan yang terjadi pada siswa
di kelas.Rancangan desain ini dapat digambarkan melalui tabel berikut:

58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 77
59
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta:
Kencana, 2014), 88.
43

Desain penelitian yang digunakan adalah The Nonequivalent Posttest-


only Control Group Design. Adapun rancangan penelitian dapat dinyatakan
dengantabel berikut:60
Tabel 3.2
Rancangan Desain Penelitian
The Nonequivalent Posttest-only Control Group Design
Perlakuan (x) Tes Akhir
X O
O

Keterangan:
X = Perlakuan/Treatment yang diberikan (Variabel Independen)
O = Tes akhir yang sama pada kedua kelas (Posttest)

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 61Jadi populasi
merupakan keseluruhan obyek/subyek yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian sebagai sumber data penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas II SDN
Curug 01 Kota Depok tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 2 kelas
yang memiliki kemampuan yang sama (populasi homogen).

2. Sampel
Menurut Sugiyono, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”62Sampel adalah sebagian

60
Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan
Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h. 136
61
Sugiyono, Op.Cit, h. 80.
62
Ibid. h. 81
44

atau wakil populasi yang diteliti. Jadi, sampel merupakan bagian dari populasi
yang diteliti dengan karakteristik yang sesuai.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan teknik sampel bertujuan (Purposive Sampling). Menurut
Sugiyono “Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).”63 Pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis orang
tertentu yang dapat memberikan data yang diinginkan, entah karena mereka
adalah satu-satunya yang memilikinya, atau memenuhi beberapa kriteria yang
ditentukan oleh peneliti. 64 Teknik ini digunakan karna pertimbangan tertentu
yakni materi dan kompetensi dasar yang dipilih dan diajarkan memang untuk
kelas II.
Penelitian ini terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen adalah kelas yang kegiatan belajar mengajarnya menggunakan
metode bermain berbantuan alat peraga papan stik, sedangkan kelas kontrol
adalah kelas yang kegiatan belajar mengajarnya tanpa menggunakan metode
bermain berbantuan alat peraga papan stik.Jadi, sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas II SDN Curug 01 Kota Depok, yaitu kelas II-A yang
merupakan kelas eksperimen dengan siswa yang berjumlah 20 orang dan
kelas kontrol yaitu kelas II-B dengan jumlah siswa 20 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data menurut Suwartono yaitu “Berbagai cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring
data penelitian.”65. Teknik pengumpulan data ini menggunakan tes, observasi, dan
dokumentasi. Adapuntesnya yaitu berbentuk evaluasi sebagai tes akhir (posttest)
dan observasi berupa lembar observasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen
dalam menggunakan alat peraga papan stik.Instrument yang digunakan yaitu tes
63
Ibid
64
Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Bisnis, (Jakarta: PT. Indeks,
2009), cet. ke-1, h. 74.
65
Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2014),
h. 41
45

uraian dan lembar observasi. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan
dalam rangka pengukuran dan penilaian. Adapun tes yang dibuat berupa tes
uraian sebanyak 14 soal. Tahappertama dalam pengembangan instrument adalah
pembuatan instrument.Tahap berikutnya uji coba instrument dilanjutkan dengan
revisi.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini ada dua jenis:
1. Instrumen Tes
Tes adalah cara (yang dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau perintah-perintah (yang
harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari
hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi testee.66
Tes itu sendiri merupakan salah satu kegiatan pengukuran, dimana
didalamnya bisa berupa pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. bentuk tes yang akan digunakan dalam
penelitian ini berupa tes tertulis (uraian), untuk mengukur kecerdasan logika
matematik siswa dalam materi operasi hitung perkalian. Di dalam alam hal ini
peneliti menyiapkan soal uraian yang terdiri dari 14 soal. Soal tersebut di buat
berdasarkan dari empat indikator yang sesuai dengan kompetensi dasar.
Menurut Ruseffendi, “keunggulan tes tipe uraian dibandingkan dengan
tes tipe objektif, ialah akan timbulnya sikap kreatif pada diri siswa dan hanya

66
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). Cet.
Ke-11. h. 67
46

siswa yang telah menguasai materi betul-betul yang bisa memberikan jawaban
yang baik dan benar.”67
Menurut Arikunto sebuah tes yang dikatakan baik sebagai alat
pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki : Validitas,
Reliabilitas, Objektivitas.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika pada Materi Perkalian
Kelas II SD.
No Variabel Indikator Indikator Nomor Jumlah
. Kecerdasan Logika Operasional Soal Butir
Matematika Soal
Mengenal konsep- Mengenal Konsep 1a, 1b, 1
konsep yang bersifat Perkalian yang dan 1c
kuantitas, waktu dan bersifat kuantitas.
1. hubungan sebab dan Mengenal Konsep 2 dan 3 2
akibat, Perkalian yang
bersifat waktu
2. Menunjukkan Memecahkan 4,5, dan 3
Kecerdasan keterampilan masalah yang 7
Logika pemecahan masalah berkaitan dengan
Matematika secara logis, perkalian
3. Memahami pola- Mehubungkan 6a, 6b, 1
pola dan hubungan- konsep perkalian dan 6c
hubungan, dengan penjumlahan
4. Menggambarkan Menggambar 1
informasi visual perkalian dengan 8a, 8b,
dalam bentuk grafik menggunakan papan dan 8c
(gambar) stik (Eksperimen)
dan keranjang
kelereng (Kontrol)
Dari tabel kisi-kisi instrumen di atas, perlu adanya suatu pedoman
kriteria penyekoran agar dapat memperoleh data kecerdasan logika
matematika siswa terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal.Kriteria
penyekoran yang digunakan adalah skor rubrik berikut ini:

67
Ruseffendi. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan bidang non-eksata lainnya,
(Bandung: PT Tarsito Bandung, 2005) edisi revisi, h. 118
47

Tabel 3.4
Kriteria Penskoran Tes Kecerdasan Logika Matematika pada Materi
Perkalian Kelas II SD.
No. Indikator Keterangan Skor
Operasional
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 1
bersifat kuantitas sangat terbatas, dan sebagian
besar jawaban mengandung perhitungan yang
salah.
1. Mengenal Konsep Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 2
Perkalian yang bersifat kuantitas kurang lengkap, dan jawaban
bersifat kuantitas mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 3
bersifat kuantitas hampir lengkap, dan perhitungan
secara umum benar namun mengandung sedikit
kesalahan.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 4
bersifat kuantitas sangat lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang lengkap dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 1
bersifat waktu sangat terbatas, dan sebagian besar
jawaban mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 2
2. Mengenal Konsep bersifat waktu kurang lengkap, dan jawaban
Perkalian yang mengandung perhitungan yang salah.
bersifat waktu Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 3
bersifat waktu hampir lengkap, dan perhitungan
secara umum benar namun mengandung sedikit
kesalahan.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 4
bersifat waktu sangat lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang lengkap dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
3. Memecahkan konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
masalah yang berarti apa-apa.
berkaitan dengan Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan 1
perkalian pada perkalian sangat terbatas, dan sebagian besar
jawaban mengandung perhitungan yang salah.
48

Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan 2


pada perkalian kurang lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan 3
pada perkalian hampir lengkap, dan perhitungan
secara umum benar namun mengandung sedikit
kesalahan.
Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan 4
pada perkalian sangat lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang lengkap dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa.
Kecerdasan dalam menghubungkan konsep 1
perkalian dengan penjumlahan sangat terbatas, dan
sebagian besar jawaban mengandung perhitungan
4. Mehubungkan konsep yang salah.
perkalian dengan Kecerdasan dalam menghubungkan konsep 2
penjumlahan perkalian dengan penjumlahan kurang lengkap, dan
jawaban mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam menghubungkan konsep 3
perkalian dengan penjumlahan hampir lengkap, dan
perhitungan secara umum benar namun
mengandung sedikit kesalahan.
Kecerdasan dalam menghubungkan konsep 4
perkalian dengan penjumlahan sangat lengkap, dan
jawaban mengandung perhitungan yang lengkap
dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak berarti
apa-apa.
Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 1
menggunakan papan stik sangat terbatas, dan
Menggambar sebagian besar jawaban mengandung perhitungan
5. perkalian dengan yang salah.
menggunakan papan Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 2
stik menggunakan papan stik kurang lengkap, dan
jawaban mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 3
menggunakan papan stik hampir lengkap, dan
perhitungan secara umum benar namun
mengandung sedikit kesalahan.
Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 4
menggunakan papan stik sangat lengkap, dan
jawaban mengandung perhitungan yang lengkap
dan benar.
49

2. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung.68
Cara ini sangat sesuai untuk mengkaji proses dan perilaku.
Menggunakan metode ini berarti menggunakan mata dan telinga sebagai
jendela untuk merekam data. Dilihat sejauh mana keterlibatan
peneliti/pengumpul data dalam event yang diamati.69 Pada penelitian ini
menggunakan observasi pengamatan aktivitas belajar siswa kelas eksperimen
yang menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik,
observasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran pada kelas
eksperimen yang menggunakan alat peraga papan stik terlaksana dengan baik
atau tidak
Tabel 3.5
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Kelas Eksperimen

No. Aspek yang di nilai Indikator NomerItem Jumlah


Butir
1. Kemampuan siswa Siswa mampu mengaitkan 1 2
dalam menggunakan konsep perkalian
alat peraga penjumlahan berulang
dengan menggunakan alat
peraga papan stik
2. Kemampuan siswa Siswa mampu memecahkan
memecahkan masalah soal pada LKS dengan 2 4
menggunakan alat peraga
papan stik
3. Siswa Siswa mampu 3 3
mengkomunikasikan mengkomunikasikan di
sendiri hasil depan mengenai materi
pemikirannya perkalian dengan
menggunakan alat peraga
papan stik serta

68
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012) cetke-17, h. 149
69
Suwartono, Op.Cit, h. 41
50

mencontohkan nya di depan


kelas.
4. Kemampuan siswa Siswa mampu menggambar 4 2
dalam menggambar alat peraga papan stik
alat peraga papan stik

F. Kontrol Terhadap Validitas Internal


Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, realibiltas, dan objektivitas.
Maka sebelum soal tersebut diberikan kepada siswa, soal itu harus dianalisis
validitas, realibilitasnya dan daya pembeda serta indeks kesukaran soal.

1. Uji Validitas
Menurut Puguh, “Validitas adalah pengukuran yang menunjukkan
tingkat ketepatan (kesahihan) ukuran suatu instrument terhadap konsep yang
diteliti.”70 Suatu instrument tepat untuk digunakan sebagai ukuran suatu
konsep jika memiliki tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, validitas
rendah mencerminkan bahwa instrumen kurang tepat untuk diterapkan. 71
Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat
yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar
menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi dasar
penyusunan instrumen.
Karena sudah dilakukan uji validitas. Pengujian menggunakan teknik
analisis product moment guna menghitung menggunakan rumus dari Pearson
sebagai berikut :72
nΣ XY − Σ𝑋 Σ𝑌
𝑟𝑥𝑦
𝑛Σ𝑋 2 − Σ𝑋 2 𝑛Σ𝑌 2 − Σ𝑌 2

70
Puguh Suharso, Op.Cit. h. 108
71
Ibid
72
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2010) Cet ke-1, h. 180
51

Keterangan:
rxy : koefisien korelasi x dan y
n : Banyak siswa yang diteliti
Y :Total skor
X :Skor item yang dicari validitasnya
N :Jumlah responden
Setelah diperoleh hasil rxy, dilakukan pengujian validitas dengan
membandingkan hasil perhitungan rxy dengan rtabel dengan taraf
signifikansiproduct moment dengan α = 0,05 dengan ketentuan:
Jika rxy< rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid
Jika rxy ≥ rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid.
Maka soal tersebutdinyatakan valid tetap dipertahankan dalam
instrumen yang selanjutnyadigunakan untuk proses pengolahan data dalam
penelitian yang sebenarnya. interprestasi terhadap nilai koefisiensi rxy
digunakan criteria sebagai berikut:73
Di dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis
oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: “A test is Valid if it
measure what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebig kurang
demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia „valid‟ disebut istilah „sahih‟.” 74
Tabel 3.6
Interprestasi Korelasi rxy
Nilai rxy Keterangan
0,00 – 0, 20 Korelasi sangat rendah
0,20 – 0,40 Korelasi rendah
0,40 – 0,70 Korelasi sedang
0,70 – 0,90 Korelasi tinggi
0,90 – 1,00 Korelasi sangat tinggi
73
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet ke-
25, h. 193
74
Suharsimi Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2006) Cet ke-6 , h. 65
52

Pada penelitian ini, untuk menghitung tingkat kevalidan tiap butir soal
tes kecerdasan logika matematika siswa, peneliti menggunakan software
Anates versi 4.0.5 yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran7 dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Kecerdasan Logika Matematika
Indikator Kecerdasan Butir Soal Korelasi Signifikansi
Logika Matematika
Mengenal konsep-konsep 1a 0,600 Signifikan
yang bersifat kuantitas, 1b 0,590 Signifikan
waktu dan hubungan sebab 1c 0,496 Signifikan
dan akibat, 2 0,042 Tidak Signifikan
3 0,556 Signifikan
Menunjukkan keterampilan 4 0,081 Tidak Signifikan
pemecahan masalah secara 5 0,687 Sangat Signifikan
logis, 7 0,704 Signifikan
Memahami pola-pola dan 6a 0,616 Sangat Signifikan
hubungan-hubungan, 6b 0,508 Signifikan
6c 0,595 Signifikan
Menggambarkan informasi 8a 0,794 Sangat Signifikan
visual dalam bentuk grafik 8b 0,630 Sangat Signifikan
(gambar) 8c 0,618 Sangat Signifikan
Dari hasil uji validitas instrumen di atas, diketahui bahwa terdapat 2
soal dari 14 soal pada instrumen tes kecerdasan logika matematika siswa
tersebut yang tidak valid. Berdasarkan uji validitas tersebut maka peneliti
memilih instrument soal yang valid yaitu berjumlah 12 soal.

2. Pengujian Reliabilitas
Menurut Purwanto, “Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu
alat evaluasi. Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan reliable, jika tes/alat
tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi, yang
dipentingkan di sini ialah ketelitiannya: sejauh mana tes atau alat tersebut
dapat dipercaya kebenarannya”.75

75
Ngalim Purwanto, Op.Cit, h. 139
53

Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang
sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan
yang berbeda.Karena tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
uraian, maka untuk menguji reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan
rumus Alpha Cronbach, yaitu berikut:76
𝑛 𝛴𝑠𝑖2
r11= 1−
𝑛−1 𝑠𝑡2

Dimana:
r11 = Koefisien reliabilitas
n = Banyak butir soal
𝑠𝑖2 = Variansi skor butir soal ke-i
𝑠𝑡2 = Variansi skor total
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas instrumen
ditentukan berdasarkan kriteria menurut Guilford sebagai berikut:77
Tabel 3.8
Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Validitas
0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik
0,70 ≤ r< 0,90 Tinggi Tepat/baik
0,40 ≤ r< 0,70 Sedang Cukup tepat/ cukup baik
0,20 ≤ r< 0,40 Rendah Tidak tepat/ buruk
r< 0,20 Sangat rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk

Pada penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrumen soal tes


kecerdasan logika matematika, peneliti menggunakan software Anates versi
4.0.5 yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

76
Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan
Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h. 206
77
Ibid.
54

Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Kecerdasan Logika Matematika
Rata-rata Simpangan Korelasi XY Reliabilitas Interpretasi
Baku Reliabilitas
45,40 10,65 0,68 0,81 Kategori Tinggi

3. Analisis Tingkat Kesukaran


Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat
kesukaran suatu butir soal. Indeks kesukaran sangat erat kaitannya dengan
daya pembeda, jika soal terlalu sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda
soal tersebut menjadi buruk karena baik siswa kelompok atas maupun siswa
kelompok bawah dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau tidak dapat
menjawab soal tersebut dengan tepat.78
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Jika suatu soal memiliki tingkat
kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal
tersebut baik. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari indeks kesukaran
adalah sebagai berikut:79
𝐵
𝑃=
𝐽𝑆
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

78
Ibid, h. 223-224
79
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006) Cet ke-6, h. 208
55

Menurut Karunia dan Ridwan, indeks kesukaran


seringdiklasifikasikan sebagai berikut:80
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi Indeks Kesukaran
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah

Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh,


maka soal tersebut termasuk katagori sukar. Sebaliknya makin besar indeks
yang diperoleh, maka soal tersebut termasuk katagori mudah.
Pada penelitian ini, untuk menguji tingkat kesukaran instrumen soal
tes kecerdasan logika matematika, peneliti menggunakan software Anates
versi 4.0.5 yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 9 dan hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.11
Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran
Kecerdasan Logika Matematika
No Soal Indeks Kesukaran (IK) Kriteria
1 (a) 66,07 Sedang
1 (b) 92,86 Sangat Mudah
1 (c) 87,50 Sangat Mudah
2 91,07 Sangat Mudah
3 78,57 Mudah
4 91,07 Sangat Mudah
5 67,86 Sedang
6 (a) 66,07 Sedang
6 (b) 69,64 Sedang
6 (c) 80,36 Mudah
7 66,07 Sedang
8 (a) 69,64 Sedang
8 (b) 75,00 Mudah
8 (c) 75,00 Mudah

80
Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Op.Cit, h. 224
56

4. Pengujian Daya Pembeda


Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah). 81Semakin tinggi koefisien daya
pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan
antara peseta didik yang kurang menguasai kompetensi.
Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung daya pembeda
soal adalah:
1. Merangkai skor hasil tes uji coba, yaitu mengurutkan hasil tes siswa
mulaidari skor tertinggi sampai dengan skor terendah
2. Mengelompokkan seluruh peserta tes menjadi 2 bagian yaitu,
kelompokatas dan kelompok bawah.
Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda soal adalah: 82
𝐵𝐴 𝐵𝐵
D= - = PA – PB
𝐽𝐴 𝐽𝐵

Keterangan:
D = Indeks daya pembeda
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peseta bawah yang menjawab benar
Butir-butir soal yang baik adalah butir–butir soal yang mempunyai
indeks deskriminasi 0,4 sampai 0,7. Kriteria daya pembeda yaitu: 83

81
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 211
82
Ibid, h. 213-214
83
Ibid, h. 218
57

Tabel 3.12
Kriteria Indeks Daya Pembeda

Nilai Interpretasi Daya Pembeda


D < 0,00 Sangat Jelek
D = 0,00 – 0,20 Jelek
D = 0,21 – 0,40 Cukup
D = 0,41 – 0,70 Baik
D = 0,71 – 1,00 Baik Sekali

Pada penelitian ini, untuk menguji daya pembeda instrumen soal tes
kecerdasan logika matematika, peneliti menggunakan software Anates versi
4.0.5 yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 10
Tabel 3.13
Hasil Uji Daya Pembeda
Kecerdasan Logika Matematika
Nomor Butir Simpangan Baku Daya Pembeda Kriteria
Soal Gabungan (%)
1 (a) 0,73 60,71 % Baik Sekali
1 (b) 0,57 14.29 % Baik
1 (c) 0,53 25.00 % Baik
2 0,57 17.86 % Baik
3 0,81 42.86 % Baik Sekali
4 0,59 10.71 % Baik
5 0,86 50.00 % Baik Sekali
6 (a) 0,77 53.57 % Baik Sekali
6 (b) 0,69 46.43 % Baik
6 (c) 0,65 39.29 % Baik
7 0,77 53.57 % Baik Sekali
8 (a) 0,75 60.71 % Baik Sekali
8 (b) 0,72 50.00 % Baik Sekali
8 (c) 0,72 50.00 % Baik Sekali

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah untuk dibaca agar data yang terkumpul itu dapat dianalisa
kemudian diambil kesimpulan. Teknik analisis data yang akan dipakai adalah Uji-
t. Sebelum menghitung uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
58

1. Uji Prasyarat Analisis


a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Ujinormalitas yang digunakan
adalah uji Kolmorogov- Smirnov , yaitu:. Pengujian Kolmogorov-Smirnov
menggunakan kecocokankumulatif sampel X dengan distribusi
probabilitas normal. 84Distribusi probabilitas pada variable tertentu
diakumulasikan dan dibandingkan dengan kumulasi sampel. Selisih dari
setiap bagian adalah selisih kumulasi dan selisih yang paling besar
dijadikan patokan pada pengujian hipotesis. UjiKolmogorov-Smirnov yang
digunakan dengan bantuan software SPSS 19, dengan taraf signifikansi
5% (α= 0,05). Jikasignifikansi > 0,05 maka sampel berdistribusi normal,
dan jikasignifikansi < 0,05 maka sampel tidak berdistribusi
normal.Perhitungan uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 24 dan 25.Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung
uji normalitas data posttest siswa dengan menggunakan SPSS Versi 19
adalah sebagai berikut:85
1) Merumuskan Hipotesis :
H0: Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
2) Masukan data pada DataSet, pada variabel view
3) Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze→Descriptive

Statisticts→Explore
4) Masukan data pada kotak Dependen list dengan meng-klik tanda
panah, kemudian klik Plot dan checklist Normality plots with test
pada explore Plots, lalu klik continue. Untuk memperoleh tampilan
output nilai statistic beserta plots pilih Both pada Display.

84
Budi Susetyo, Op.Cit, h. 145
85
Karunia Eka dan Ridwan, Op.Cit, h.244
59

5) Kemudia klik OK, maka output akan muncul.

b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara
dua keadaan atau populasi. Uji Homogenitas dilakukan dengan melihat
keadaan kehomogenan populasi Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Fisher pada taraf signifikansi 0,05, dengan rumus
dan langkah-langkah sebagai berikut:
𝑆12 𝑛 𝛴 𝑋12 (𝛴𝑥)2
F= 2
dimana S2 =
𝑆2 𝑛(𝑛−1)

Keterangan:
F = Nilai Uji F
S12 = Varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok
yangmempunyai deviasi standar terbesar .
S22 = Varians kecil nilai kuadrat deviasi standar data kelompok
yangmempunyai deviasi standar terkecil .
Adapun langkah-langkahnya, yaitu:
1) Tentukan hipotesis
2) Bagi data menjadi dua kelompok
3) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok
4) Tentukan Fhitung dengan rumus yang ada di atas
5) Tentukan kriteria pengujian:
a) Jika Fhitung< Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians
keduapopulasi homogeny
b) Jikaa Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji homogenitasdengan
menggunakan One Way Anova. Dengan bantuan UjiHomogenity of
Variance test pada One-way Anova, jika nilaisignifikansi > 0,05 maka
dikatakan bahwa varian dari data atau lebihkelompok populasi data terbukti
60

sama (homogen), jika nilaisignifikan <0,05 maka dikatakan bahwa varian


dari data atau lebihkelompok populasi data terbukti tidak sama (tidak
homogen). Perhitungan uji homogenitas ini dapat dilihat lampiran 26.
Langkah-langkah menghitung uji homogenitas dengan menggunakan SPSS
Versi 19 adalah sebagai berikut:86
1) Merumuskan hipotesis
H0 : Kedua varians homogen
H1 : Kedua varians tidak homogen
2) Masukan data pada DataSet
3) Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze → Compare Means →
One-Way ANOVA
4) Masukan data skor kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kotak
Dependent listdan data Group pada kotak faktor, kemudian tekan
Option dan Homogenity of variance test pada One-Way
ANOVA:Options, lalu tekan continue.
5) Tekan OK, dan output akan muncul.

2. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data yang menggunakan uji
normalitas dan uji homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal
dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis dengan uji t, adapun
rumusnya yaitu:
𝑋̅ 1 − 𝑋̅ 2
t= 1 1
𝑑𝑠𝑔 +
𝑛1 𝑛2

Keterangan:
X̅1= Rata-rata data kelas eksperimen
X̅2= Rata-rata data kelas kontrol
dsg = Nilai deviasi standar gabungan kelompok eksperimen dan kontrol
n1 = Jumlah data kelas eksperimen
86
Ibid, h. 250
61

n2 = Jumlah data kelas kontrol


Langkah-langkah pengujian hipotesis:
9) Menentukan uji statistik
Mengajukan hipotesis, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Ha : μ1 ≠ μ2 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
10) Menghitung nilai thitung dengan uji-t
11) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus dk = (n1-1) + (n2-1)
12) Menentukan nilai t tabel dengan α=0,05
13) Menguji hipotesis dengan ketentuan berikut:
Menentukan kriteria penerimaan hipotesis
Kriterianya : t hitung ≤ ttabel, maka Ho diterima, danthitung> ttabel, maka Ho
ditolak.
14) Melakukan pengambilan kesimpulan
Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya dinyatakan:
thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima, dan
thitung> ttabel, maka Ho ditolak.
Peneliti menggunakan uji-t dengan bantuan Program SPSS Versi
19 forWindows. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis Independent
Samples Test.Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya
perbedaanantara hasil tes kecerdasan logika matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik dengan hasil tes kecerdasan logika matematika siswa yang
diajarkan tanpa menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan
stik pada materi operasi hitung perkalian pada siswa kelas II SDN 01 Curug
Kota Depok. Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran 27.
Langkah-langkah menghitung uji hipotesis dengan menggunakan SPSS
Versi 19 adalah sebagai berikut :
62

1) Merumuskan hipotesis
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan logika matematika
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1 : terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan logika matematika siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2) Menentukan hipotesis statistik
H0 : µ𝐴 ≤ µ𝐵

H1 : µ𝐴 >µ𝐵
Keterangan:
µA= Rata-rata kecerdasan logika matematika siswa kelas eksperimen.
µB= Rata-rata kecerdasan logika matematika siswa kelas kontrol.
3) Masukkan data pada DataSet dengan menggabungkan kedua sampel
pada kolom yang sama.
4) Pada bagian faktor klik values, untuk values tulis angka 1 diberi label
eksperimen kemudian klik add dan setelah itu tulis kembali angka 2
dikolomvalues lalu diberi label kontrol, klik add, setelah itu klik ok.
5) Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze → Compare Means →
Independent-Samples T Test
6) Masukan data skor kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kotak Test
Variable. masukkan factor pada kolom grouping variable, lalu tekan
Define Groups, lalu isikan Group 1 dengan angka 1 dan Group 2 dengan
angka 2 (sesuai dengan kode yang telah dipilih sebelumnya), lalu tekan
continue.
7) Tekan OK, dan output akan muncul.

3. Uji Pengaruh (Effect Size)


Menurut Carl J. Dunst, Deborah W. Hamby, and Carol M. Trivette,
“An effect size is a measure of the magnitude of the strength of a
relationshipbetween an independent (intervention) and dependent (outcome)
63

variable.”87Yang berarti bahwa uji besar pengaruh adalah uji yang dilakukan
untuk mengukur besarnya kekuatan hubungan antara variabel independen
(intervensi) dan variabel dependen (hasil). Berdasarkan hal tersebut maka uji
pengaruh sangatlah penting karena untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
treatment yang telah diberikan dalam pembelajaran pada kelas eksperimen.
Rumus yang akan digunakan untuk mengetahui besar pengaruh (effect
size) pada penelitian ini adalah rumus Cohen’s dsebagai berikut:88
𝑥 1 −𝑥 2
d=
𝑆𝑔𝑎𝑏
Dengan

(𝑛 1 −1) 𝑠12 (𝑛 2 −1) 𝑠22


Sgab=
𝑛 1+ 𝑛 2 − 2

Keterangan :
X : Rata-rata kelas eksperimen
X : Rata-rata kelas kontrol
n1 : jumlah sampel kelas eksperimen
n2 : jumlah sampel kelas control

𝑠12 : varians kelas eksperimen

𝑠22 : varians kelas kontrol

Penelitian ini menggunakan aplikasi Effect Size Calculator by Marley


W. Watkinsuntuk menghitung hasil effect size.Hasil perhitungan effect size
diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi menurut Cohen, yaitu :89

87
Carl J. Dunst, Deborah W.Hamby, dan Carol M.Trivette, Guidelins for Calculating
Effect Sizes for Practice-Based Research Syntheses, Centerscope (Evidence-Based
Approaches to Early Childhood Development) Volume 3, Number 1, 2004, p. 1.
88
Will Thalheimer and Samantha Cook.How to calculate effect sizes from published
research articles: A simplified methodology. A Work-Learning Research Publication. 2002, p.
4.
89
Lee A. Becker, Effect Size (ES), Journal,
http://web.uccs.edu/lbecker/Psy590/es.htm.2000, pp. 3
64

Tabel 3.14
Kriteria Effect Size

Besar d Interpretasi

0,8 ≤ d ≤ 2,0 Tinggi


0,5 ≤ d < 0,8 Sedang
0,2 ≤ d < 0,5 Rendah

H. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1> µ2
Keterangan:
H0: Hipotesis 0, tidak terdapat pengaruh metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik terhadap kecerdasan logika matematika siswa pada materi operasi
hitung perkalian.
H1 : Hipotesis 1, terdapat pengaruh metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik terhadap kecerdasan logika matematika siswa pada materi operasi
hitung perkalian.
µ1 = Nilai rata-rata kecerdasan logika matematika siswa yang pembelajarannya
dengan menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik.
µ2 = Nilai rata-rata kecerdasan logika matematika siswa yang pembelajarannya
tanpa menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai kecerdasan logika
matematika siswa ini dilakukan di kelas II SDN Curug 01 Kota Depok, Jl. Raya
Curug Rt 01/06 Kel. Curug, Kec. Bojongsari-Depok. Adapun sampel yang
digunakan berjumlah dua kelas (kelompok), yaitu kelas II-A dan kelas II-B. Pada
proses pembelajaran, kedua kelompok tersebut mendapatkan perlakuan yang
berbeda. Kelompok eksperimen dilakukan pada kelas II-A dengan melakukan
pembelajaran pada materi perkalian yang menggunakan metode bermain
berbantuan alat peraga papan stik, sedangkan kelompok kontrol dilakukan pada
kelas II-B dengan melakukan pembelajaran pada materi perkalian tanpa
menggunakanmetode bermain berbantuan alat peraga papan stik. Jumlah siswa
pada kelompok eksperimen yaitu 20 siswa dan kelompok kontrol yaitu 20 siswa.
Penelitian ini dilakukan selama enam kali pertemuan termasuk kegiatan
posttest di kelas eksperimen dan enam kali pertemuan termasuk kegiatan posttest
di kelas kontrol. Materi pembelajaran yang diajarkan pada penelitian ini
mengenai operasi hitung perkalian, dengan lima kali treatment untuk masing-
masing kelas eksperimen dan kontrol. Pada akhir pembelajarankedua kelompok
diberikan test akhir atauposttest berupa tes uraian yang terdiri dari 14 butirsoal
yang digunakan untuk mengetahui kecerdasan logika matematika kedua
kelompok.
Sebelum dilakukan tes akhir, instrumen tersebut diuji cobakan
terlebihdahulu kepada sampel yang sudah pernah diajarkan materi perkalian.
Sampel tersebut adalah 25 siswa kelas II di SDN Curug 01 Kota Depok. Setelah
di lakukan uji validitas, daya pembeda, tarafkesukaran dan uji reliabilitas
diperoleh hasil dari 14 butir soal yang diuji cobakan, terdapat 2 butir soal yang
tidak valid. Butir soal yang digunakanadalah butir soal yang valid yaitu 12 butir
soal.

65
66

Data hasil penelitian ini adalah posttest dari kelas eksperimen


dankontrol. Posttest dilakukan untuk mengukur kecerdasan logika matematika
siswa pada kelas dua pada materi operasi hitung perkalian.
Berikut ini akan disajikan deskripsi data beserta analisis berupa hasil tes
kecerdasan logika siswa saat diberikan posttest kepadakelas eksperimen dan kelas
kontrol SDN Curug 01 Kota Depok yang dilakukan setelah lima kali
pembelajaran.
Berikut merupakan data-data yang diperoleh dari hasil tes akhir
(posttest) masing-masing siswapada kelas eksperimen dan kelas kontrol:
Tabel 4.1
Data Hasil Posttest Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Nilai Kelas Nilai


Eksperimen Posttest Kontrol Posttest
E1 75 K1 46
E2 88 K2 65
E3 73 K3 44
E4 83 K4 79
E5 75 K5 58
E6 75 K6 54
E7 83 K7 79
E8 90 K8 79
E9 58 K9 69
E10 92 K10 73
E11 92 K11 65
E12 94 K12 85
E13 31 K13 58
E14 69 K14 79
E15 98 K15 88
E16 88 K16 54
E17 85 K17 91
E18 90 K18 75
E19 88 K19 65
E20 83 K20 29
Jumlah 1610 Jumlah 1335
Rata-rata 80,50 Rata-rata 66,75
67

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa pada kelas


eksperimen untuk hasil dari nilai posttest memiliki jumlah 1610yang berarti kelas
eksperimen memiliki rata-rata 80,50 dan posttest kelas kontrol berjumlah 1335
yang berarti kelas kontrol memiliki rata-rata 66,75.
Berikut merupakan gambaran analisis tentang data-data posttest pada
kelas ekperimen yaitu kelas II-A dan kelas kontrol yaitu kelas II-B

1. Data Posttest Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas


Eksperimen
Penyajian hasil data posttest kelas eksperimen dengan menggunakan
aplikasi SPSS 19sebagai berikut:
Tabel 4.2
Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen
Kelas Eksperimen
N Valid 20
Missing 0
Mean 80,50
Median 84,00
Mode 75
Minimum 31
Maximum 98
Sum 1610

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa hasil posttest kelas
eksperimen setelah dilakukan treatment sebanyak 5 kali, maka diperoleh data
sebanyak 20 siswa denganvalid data 20 dan missing data 0, hasil posstest pada
kelas eksperimen berjumlah (sum) 1610. Dengan nilai rata-rata (Mean) yaitu
80,50, dengan nilai tengah (Median) yaitu 84,00 dan modus (Mode) yaitu 75.
Nilai minimal (Minimum) yaitu 31 dan nilai maksimal (Maksimum) yaitu 98.
Dapat dilihat pada lampiran 16. Hasil perhitungan posttest pada kelas
eksperimen,dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut :
68

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen

Skor Frekuensi Persentase


Valid
31 1 5.0
58 1 5.0
69 1 5.0
73 1 5.0
75 3 15.0
83 3 15.0
85 1 5.0
88 3 15.0
90 2 10.0
92 2 10.0
94 1 5.0
98 1 5.0
Total 20 100.0
Secara visual, penyajian data posttest untuk kelas eksperimen
dapatdisajikan pula dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Grafik 4.1
Histogram Hasil PosttestKelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.2 yang diperjelas dengan histogram pada grafik


4.1 diatas, menunjukkan frekuensi dari data hasil posttest pada kelas
eksperimen, bahwa siswa yang mendapatkan nilai 31, 58, dan 69 masing-
69

masing terdapat 1 orang , nilai 73 dan 75 terdapat 4 orang, nilai 83, 85, dan
88, terdapat 7 orang dan nilai 90, 92, 94, dan 98 terdapat 6 orang. Hal ini
membuktikan bahwa banyak siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yang
telah ditentukan yaitu 65 yaitu sebanyak 18 siswa yang mendapatkan nilai di
atas KKM. Nilai terendah yang berada di bawah KKM yaitu 31 dan 58. Nilai
tertinggi hanya 1 orang siswa yaitu mendapatkan nilai 98. Distribusi frekuensi
hasil posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 22.

2. Data Posttest Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas


Kontrol
Penyajian hasil data posttest kelas kontrol dengan menggunakan
aplikasi SPSS 19 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen
N Valid 20
Missing 0
Mean 66,75
Median 67,00
Mode 79
Minimum 29
Maximum 91
Sum 1335

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa hasil posttest kelas
kontrol diperoleh data sebanyak 20 siswa dengan jumlah data nilai 1335.
Dengan nilai rata-rata (Mean) yaitu 66,75 dengan nilai tengah (Median) yaitu
67,00 dan modus (Mode) yaitu 79. Nilai minimal (Minimum) yaitu 29 dan
nilai maksimal (Maksimum) yaitu 91. Dapat dilihat pada lampiran 17. Hasil
perhitungan posttest pada kelas kontrol, dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut :
70

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol

Skor Frekuensi Persentase


Valid
29 1 5.0
44 1 5.0
46 1 5.0
54 2 10.0
58 2 10.0
65 3 15.0
69 1 5.0
73 1 5.0
75 1 5.0
79 4 20.0
85 1 5.0
88 1 5.0
91 1 5.0
Total 20 100.0

Secara visual, penyajian data posttest untuk kelas kontrol dapat


disajikan pula dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Grafik 4.2
Histogram Hasil PosttestKelas Kontrol
71

Berdasarkan tabel 4.5 yang diperjelas dengan histogram pada grafik


4.2 diatas, menunjukkan frekuensi dari data hasil posttest pada kelas kontrol,
bahwa siswa yang mendapatkan nilai 29 terdapat 1 orang, nilai 44 dan 46
terdapat 2 orang, nilai 54 dan 58 terdapat 4 orang, nilai 65 dan 69 terdapat 4
orang, nilai 73, 75, dan 79 terdapat 6 orang, nilai 85 dan 88 terdapat 2 orang,
dan nilai 91 terdapat 1 orang. Banyak siswa kelas kontrol yang mendapatkan
nilai di atas KKM yaitu sebanyak 13 siswa dari 20 siswa. Sedangkan siswa
yang mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu sebanyak 7 siswa. Nilai
terendah pada kelas kontrol yaitu 29 dan nilai tertinggi hanya yaitu
98.Distribusi frekuensi hasil posttest kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran
23.

3. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa


Menurut Anas, “Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan
untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Pada observasi eksperimental dimana tingkah laku yang diharapkan
uncul karena peserta didik dikenai perkaluan (treatment) atau suatu kondisi
tertentu, maka observasi memerlukan perencanaan, dan persiapan yang
matang”. 90
Hasil lembar observasi pada penelitian ini diperoleh dengan
melakukan pengamatan terhadap siswa kelas eksperimen ,pengamatan ini
dilakukan di setiap petemuan oleh peneliti untuk mengetahui seberapa aktif
siswa dalam melakukan pembelajaran perkalian menggunakan alat peraga
papan stik. Semua aktivitas belajar siswa dari mulai kesiapan mengikuti
pelajaran, siswa ikut terlibat dalam kegiatan eksplorasi, ikut terlibat dalam
memecahkan masalah, kekompakan dalam kerja kelompok, dan melakukan
presentasi di depan kelas sampai pada akhir kegiatan pembelajaran.

90
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 32
72

Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No. Aspek yang di Nilai Presentase (%) Rata- Kategori


P1 P2 P3 P4 P5 rata
1. Kemampuan siswa dalam menggunakan
alat peraga Papan Stik
a. Siswa menggunakan alat peraga sesuai 80 80 80 90 100 86 Sangat
cara-cara yang telah guru ajarkan Baik
b. Siswa mengetahui cara penggunaan 80 80 80 90 100 86 Sangat
alat peraga papan stik untuk mengaitkan Baik
konsep perkalian yang merupakan
penjumlahan berulang
2. Kemampuan siswa memecahkan masalah
a. Mengerjakan LKS yang diberikan 65 70 75 80 90 76 Baik
secara diskusi
b. Memastikan semua anggota kelompok 65 70 75 80 90 76 Baik
sudah menguasai materi dalam LKS
c. Mampu memecahkan masalah pada 65 70 75 80 90 76 Baik
soal yang rumit
d. Berpikir kreatif seperti mencoba 65 70 75 80 90 76 Baik
memecahkan masalah-masalah pada
latihan soal yang mempunyai variasi
berbeda dengan contoh yang
diberikan)
3. Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil
pemikirannya
a. Berani berpendapat mengenai 67 73 80 87 100 81 Sangat
penggunaan alat peraga papan stik Baik
b. Menjelaskan konsep perkalian dengan 67 73 80 87 100 81 Sangat
menggunakan alat peraga papan stik Baik
c. Mencontohkan cara penggunaan alat 67 73 80 87 100 81 Sangat
peraga papan stik dengan soal yang Baik
diberikan guru
4. Siswa mampu menggambar alat peraga
papan stik
a. Menggambar papan stik sesuai dengan 70 80 80 90 100 84 Sangat
yang telah diajarkan Baik
b. Dalam menggambar bentuk gambaran 70 80 80 90 100 84 Sangat
sesuai dengan pertanyaan yang ada Baik
pada LKS
Rata-Rata Keseluruhan 88 Sangat
Baik
Keterangan : P = Pertemuan
73

Dari tabel 4.6 diatas, terlihat bahwa rata-rata persentase keseluruhan


hasil observasi aktivitas siswa dalam melakukan pembelajaran menggunakan
alat peraga papan stik adalah sebesar 88, dengan kriteria penilaian sangat
baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga papan stik dalam
pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen terlaksana dengan baik.
Lembar observasi pertemuan 1 sampai 5 dapat dilihat pada lampiran16

4. Perbandingan Tingkat Kecerdasan Logika Matematika Siswa


Kelas Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan uraian mengenai hasil kecerdasan logika matematika siswa
materi operasi hitung perkalian yang dilakukan di kelas eksperimen dan kelas
kontrolsesudah penelitian, ditemukan adanya perbedaan hasilkecerdasan logika
matematika siswa materi operasi hitung perkalian antara kedua kelastersebut.
Adapun perbedaan tersebut antara kedua kelas dapatdilihat dari hasil
perbandingan kecerdasan logika matematika siswa sesudah penelitian pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, lebihjelasnya disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Perbandingan Rata-rata
Tingkat Kecerdasan Logika Matematika Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik Kelas
Ekperimen Kontrol
Minimum (Xmin) 31 29
Maksimum (Xmax) 98 91
Rata-rata 80,50 66,75
Jumlah Sampel 20 20

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh informasi bahwa rata-rata kecerdasan


logika matematika siswa kelas ekperimen cenderung lebih besar dari pada
rata-rata kecerdasan logika matematika siswa kelas kontrol yaitu kelas
eksperimen sebesar 80,50 dan kelas kontrol sebesar 66,75. Untuk skor
maksimum kita dapat lihat bahwa skor maksimum kelas ekperimen lebih
besar dari pada kelas kontrol.Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
74

kecerdasan logika matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi


dibanding kelas kontrol.

B. PengujianPersyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis


Setelah diperoleh data hasil penelitian, maka data tersebut akan dianalisis
terlebih dahulu yang bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan
dalam penelitian, untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak. Maka dilakukan perbandingan nilai posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji hipotesis, harus dilakukan uji prasyarat yaitu
uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal dan mempunyai ragam yang sama atau tidak. Adapun hasil
uji prasyarat analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Perhitungan lengkap mengenai
uji normalitas dapat dilihat pada lampiran. Uji normalitas yang digunakan
adalah metode Kolmorogov-Smirnovpada aplikasi SPSSStatisticsversi 19,
kriteria pengujiannya yaitu: Jika signifikansi < 0,05, artinya distribusi data
tidak normal dan jika signifikansi > 0,05, artinya distribusi data normal.
Diukur dengan taraf signifikansi α = 0,05, untuk mengetahui hasil posttest
data normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dilihat pada
tabel uji normalitas.
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji NormalitasPosttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Kolmorogov-Smirnov
Statistic Df. Sig. Kesimpulan

Posttest Eksperimen 0,215 20 0,016 H0 diterima


Berdistribusi Normal
Kontrol 0,126 20 0,200 H0 diterima
Berdistribusi Normal
75

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa hasil posttest kelas


eksperimen diperoleh signifikansi = 0,016 dengan taraf signifikan α = 0,05
untuk n = 20. Karena signifikansi lebih dari taraf signifikan (0,016 > 0,05)
maka H0diterima,artinya data yang terdapat pada kelas eksperimen berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan uji
normalitas untuk posttest pada kelas kontrol diperoleh signifikansi = 0,200
dengan α = 0,05 untuk n = 20. Karena nilai signifikansi lebih besar dari taraf
signifikan (0,200 > 0,05) maka H0 diterima, yang artinya data hasil posttest
pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan dapat
dilihat hasil perhitungannya pada lampiran 24 dan 25.

2. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas dan kedua kelas tersebut dinyatakan
berdistribusi normal atau tidak, maka selanjutnya dilakukan perhitungan uji
homogenitas. Uji homogenitas dilakukan digunakan untuk mengetahui apakah
kedua kelas sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One-Way Anova,
dengan bantuan Uji Homogenity of Variances pada One-Way Anova. Kriteria
pengujian yaitu apabila nilai signifikansi kedua kelas < 0,05, maka dikatakan
bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama
atau tidak homogen dan jika nilai signifikansi > 0,05, maka maka dikatakan
bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama atau
homogen. Hasil perhitungan ujihomogenitas untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel uji homogenitas.
Pada perhitungan ini peneliti menggunakan SPSS Statistics versi
19,dan dapat dilihat pada lampiran 26 adapun hasil uji homogenitas terdapat
pada tabel berikut:
76

Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Varians Levene Statistic df1 df2 Sig Kesimpulan


Posttest kelas H0 diterima
eksperimen dan 0,503 1 38 0,483 Populasi

kontrol Homogen

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai Sig. pada posttest


untuk kelas eksperimen dan kontrol sebesar 0,483 artinya 0,483 > 0,05.Sesuai
dengan kriteria bahwa jika nilai signifikansi > 0,05, maka dapatdikatakan
bahwa varians dari dua atau lebih kelompok populasi dataadalah sama.
Perolehan nilai posttest tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol berasal dari populasi yang sama (homogen).

3. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis ternyata populasi
berdistribusinormal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujiandilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes kecerdasan logika
matematika siswa kelas eksperimen yang menggunakan metodebermain
berbantuan alat peraga papan stikpada materi operasi hitung perkalian lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan dengan rata-rata tes kecerdasan logika
matematika siswa kelas kontrol yang tidak menggunakan metodebermain
berbantuan alat peraga papan stik pada materi operasi hitung perkalian.
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria
pengujianyaitu, jika signifikansi t-test > 0,05, maka H0 diterima dan H1
ditolak, jikasignifikansi t-test ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Pada
tarafkepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 5%.
Pengujian hipotesis posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik. Hal ini dikarenakan hasil
data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Oleh
77

karena itu, penelitian ini menggunakan uji Independent Sample T-Test dengan
bantuan program SPSS Statistic versi 19 dan dapat dilihat pada lampiran 27.
Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10
Hasil Hasil Uji T-Test Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

thitung Sig. (2-tailed) Taraf Kesimpulan


Signifikan

2,766 0,008 0,05 Tolak H0 dan H1


diterima

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa t hitung lebih kecil dari
ttabel dengan siginifikansi (0,008 ≤ 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima
dengantaraf signifikansi 5% atau dengan kata lain terdapat pengaruh terhadap
kecerdasan logika matematika siswa. Untuk lebih jelasperhitungan uji t-test
posttest dapat dilihat pada lampiran.
Perbedaan rata-rata dari hasil tes kecerdasan logika matematika siswa
antara kedua kelas tersebut menunjukkan bahwapembelajaran matematika
dengan menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik pada
materi operasi hitung perkalian lebih efektif daripada tanpa menggunakan
materi metode bermain berbantuan alat peraga papan stik pada materi operasi
hitung perkalian. Hal ini didukung pula oleh hasilpengamatan langsung
peneliti selama pembelajaran, pada awal pembelajaransiswa terlihat antusias
dengan alat peraga papan stik. Banyak siswa pada saat pembelajaran terlihat
menggunakan alat peraga papan stik pada saat menghitung, bahkan setelah
pulang sekolah pun mereka masih mencoba untuk menghitung dengan papan
stik.
Pada penelitian ini, lebih tingginya hasil tes kecerdasan logika
matematika siswa yang menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik dibuktikanoleh perbedaan nilai rata-rata dan diperkuat dengan hasil
pengujianhipotesis. Selain itu, pada pelaksanaan kegiatan belajar para siswa
78

sangatantusias untuk berkompetisi dengan menggunakan alat peraga papan


stik.

4. Uji Pengaruh (Effect Size)


Uji pengaruh (effect size) dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh yang diperoleh dari penggunaan metode
bermain berbantuan alat peraga papan stik terhadap kecerdasan logika
matematika siswa pada materi operasi hitung perkalian siswa kelas II SDN
Curug 01 Kota Depok.
Tabel 4.11
Hasil Uji pengaruh Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas N Mean Std. Deviation


Eksperimen 20 80,50 15,178
Kontrol 20 66,75 16,134
Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean)
pada kelas ekperimen sebesar 80,50 dan pada kelas kontrol sebesar 66,75.
Sedangkan standar deviasi (standar deviation) pada kelas eksperimen sebesar
15,178 dan pada kelas kontrol sebesar 16,134. Dari data yang telah diperoleh
tersebut, data kemudian di olah dengan menggunakan bantuan program Effect
Size (Cohen’s d) Calculator For a Students t-Test oleh Marley W.Watkins,
dan diperoleh Common Language Effect Size(d) sebesar 0,733 Untuk lebih
jelas, hasil perhitungan effect size dapat dilihat pada lampiran 28.
Hasil perhitungan effect size tersebut diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi menurut Cohen’s dan berada pada kategori sedang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik memiliki pengaruh yang sedang terhadap kecerdasan logika
matematika siswa pada materi perkalian kelas II SDN Curug 01 Kota Depok.
79

C. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil posttest diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 80,50
dan kelas kontrol 66,75. Terjadi perbedaan rata-rata tes kecerdasan logika
matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yangdisebabkan adanya
perbedaan perlakuan dalam belajar. Pada kelas eksperimenditerapkan metode
bermain berbantuan alat peraga papan stikdan pada kelas kontrol diterapkan
pembelajaran yang tanpa menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga
papan stik, tetapi dengan menggunakan teknik crossline dan teknik
menghafal.Penelitian ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan rincian 5
kalipembelajaran dan 1 kali pertemuan tes akhir (posttest) yaitu pada pertemuan
ke-6 Penelitian menggunakan dua kelas yang dijadikan sebagai sampel
penelitianyaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditetapkan sebelum
awalpenelitian dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa sebelum
mendapatkan perlakuan yang berbeda, kedua kelompok memiliki tingkat
kemampuan yang sama. Dan setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka terdapat perubahan yang cukup
signifikan pada kedua kelas tersebut.

1. Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen dan Kelas


Kontrol
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan termasuk
kegiatan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol dengan pokok bahasan
operasi hitung perkalian pada kelas II. Peneliti menggunakan dua kelas yang
dijadikan sebagai sampel penelitian. Kedua kelas tersebut diberi perlakuan
yang berbeda yakni untuk kelas eksperimen pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik, sedangkan
untuk kelas kontrol pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan metode
bermain berbantuan alat peraga papan stik.
80

Dari setiap pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dan


kelas kontrol, peneliti memberikan LKS dengan materi yang sama kepada
kedua kelas untuk dikerjakan secara berkelompok. Namun, pada kelas
eksperimen LKS tersebut dikerjakan dengan menggunakan alat peraga papan
stik dan pada kelas kontrol, LKS tersebut dikerjakan dengan teknik hafalan.
Berikut merupakan gambaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Gambar 4.1.(a) Gambar 4.1.(b)

Gambar 4.1.(c) Gambar 4.1.(d)


Gambar 4.1
Kegiatan Pembelajaran Siswa Kelas Eksperimen Menggunakan
Metode Bermain dengan berbantuan Papan Stik

Pada gambar 4.1 diatas merupakan proses kegiatan pembelajaran


siswa kelas eksperimen dengan menggunakan alat peraga papan stik. Siswa
mengerjakan LKS dengan bermain menggunakan alat peraga papan stik agar
memudahkan untuk mengerjakan soal. Serta gambar saat salah satu
perwakilan kelompok sedang menggambar perhitungan perkalian
81

menggunakan gambar papan stik nya. Sedangkan proses


kegiatanpembelajaran pada kelas kontrol yaitu tanpa menggunakan alat
peraga papan stik seperti dibawah ini:

Gambar 4.2. (a) Gambar 4.2.(b)


Gambar 4.2
Kegiatan Pembelajaran Siswa Kelas Kontrol

Pada gambar 4.2 siswa kelas kelas kontrol sedang mengerjakan LKS
yang diberikan oleh peneliti secara berkelompok. Peneliti memberikan waktu
sekitar 25 menit untuk siswa mengerjakan. Selanjutnya, peneliti dan siswa
melakukan kofirmasi terhadap jawaban yang telah didiskusikan oleh siswa
dengan perwakilan dari setiap kelompok atau seluruh anggota kelompok
menyampaikan jawabannya di depan kelas secara bergantian

Gambar 4.3
Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen
Mempresentasikan Jawaban

Berdasarkan gambar 4.3 di atas, pada siswa kelas eksperimen


mempresentasikan hasil jawaban LKS yang telah mereka jawab, kelas
82

ekperimen menjawab pertanyaan-pertanyaan pada soal yang terdapat di dalam


LKS dengan suara yang lantang dan menjelaskan dengan jawaban yang detail
serta menggambarnya di papan tulis.

Gambar 4.4
Kegiatan Siswa Kelas Kontrol
Mempresentasikan Jawaban

Berdasarkan gambar 4.4 di atas, siswa kelas kontrol pada saat


mempresentasikan hasil jawaban LKS yang telah mereka jawab, kelas kontrol
menjawab dengan masih malu-malu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
pada soal yang terdapat di dalam LKS, mereka menjawab dengan suara yang
kurang terdengar dengan siswa yang lain, tetapi mereka menjawab pertanyaan
yang terdapat pada LKS dengan tepat, walapun masih malu-malu untuk
mempresentasikannya.
Selanjutnya, peneliti mengapresiasi satu kelompok dari siswa yang
aktif dan tertib serta telah mengumpulkan bintang (point) terbanyak dengan
memberikan hadiah kepada kelompok tersebut pada setiap pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti. Setelah peneliti melakukan pembelajaran sebanyak 5
kali pada kelas eksperimen dan 5 kali pada kelas kontrol, peneliti memberikan
tes akhir (posttest) kepada kedua kelas untuk mengukur kecerdasan logika
83

matematika siswa setelah diberikannya treatment yang berbeda di kedua


kelas.

2. Analisis Jawaban Kecerdasan Logika Matematika Siswa


Hasil tes akhir kecerdasan logika matematika siswa padakelas
eksperimen dan kontrol secara garis besar mengalami perbedaan.Berikut ini
adalah analisis jawaban tes akhir (posttest) kecerdasan logika siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan indikator-indikatornya.

a. Indikator Mengenal Konsep-konsep yang Bersifat


Kuantitas, Waktu dan Hubungan Sebab dan Akibat
Indikator mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu
dan hubungan sebab dan akibat di bagi menjadi dua indikator operasional
yaitu :
1) Mengenal Konsep Perkalian yang bersifat kuantitas, pada soal tes
kecerdasan logika matematika siswa indikator ini terdapat pada butir
soal nomor 1 yang terdiri dari soal a,b, dan c. Adapun salah satu
contoh jawaban kecerdasan logika siswa pada indikator ini sebagai
berikut:

Gambar 4.5
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Kuantitas

Berdasarkan gambar 4.5 di atas, dapat dilihat contoh dari salah


satu jawaban siswa pada kelas eksperimen, dalam menjawab soal
indikator mengenal konsep perkalian yang bersifat kuantitas.
84

Siswakelas eksperimen sudah mampu menjawab bentuk suatu


perkalian dalam bentuk gambar menjadi bentuk penjumlahan
berulang, juga mengubah bentuk perkaliannya dengan tepat. Hasil
jawaban yang diberikan juga benar sesuai dengan soal yang telah
diberikan.

Gambar 4.6
Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Kuantitas

Dari gambar 4.6 di atas, dapat dilihat contoh dari salah satu
jawaban siswa pada kelas kontrol, dalam menjawab soal indikator
mengenal konsep perkalian yang bersifat kuantitas. Siswa pada kelas
kontrol juga sudah mampu menjawab bentuk suatu perkalian dalam
bentuk gambar menjadi bentuk penjumlahan berulang, juga mengubah
bentuk perkaliannya dengan tepat. Hasil jawaban yang diberikan juga
benar sesuai dengan soal yang telah diberikan.
Berdasakan hal di atas maka di simpulkan bahwa untuk soal
tes kecerdasan logika matematika siswa pada indikator mengenal
konsep perkalian yang bersifat kuantitas, kelas eksperimen dan kelas
kontrol keduanta sudah mampu dalam menjawab soal dengan benar
dan sesusai dengan soal yang telah diberikan.
2) Mengenal konsep perkalian yang bersifat waktu, pada soal tes
kecerdasan logika matematika siswa indikator ini terdapat pada butir
soal nomor 2 yang berisi soal perkalian dalam bentuk soal cerita.
Adapun salah satu contoh jawaban kecerdasan logika siswa pada
indikator ini sebagai berikut:
85

Gambar 4.7
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Waktu

Berdasarkan gambar 4.7 di atas, dapat dilihat contoh dari salah


satu jawaban siswa pada kelas eksperimen dalam menjawab soal
indikator mengenal konsep perkalian yang bersifat waktu. Siswa sudah
mampu menjawab pertanyaan perkalian dalam bentuk soal cerita dan
bersifat waktu dengan menjawab soal secara tepat dan lengkap. Siswa
pada kelas eksperimen menjawab dengan menggunakan gambar papan
stik/crossline yang telah di ajarkan oleh guru seperti terlihat pada
gambar di atas, itu berarti siswa pada kelas eksperimen telah
menggunakan pengetahuannya yang telah di dapat pada saat
pembelajaran dengan menerapkan dalam menjawab soal.

Gambar 4.8
Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Mengenal
Konsep Perkalian yang Bersifat Waktu

Sedangkan pada gambar 4.8, dapat diketahui bahwa kelas


kontrol juga sudah mampu menjawab pertanyaan perkalian dalam
bentuk soal cerita dan bersifat waktu, siswa pada kelas kontrol
menjawab soal dengan benar hasilnya. Namun jawaban tidak lengkap
86

yaitu tidak di tulis bahwa 35 itu merupakan hasil perkalian dari 5x7
tetapi hanya menjawab hasilnya saja sehingga kelas kontrol hanya
mendapatkan skor 2 karna menjawab soal kurang lengkap dan sangat
terbatas.

b. Indikator Menunjukkan Keterampilan Pemecahan


Masalah Secara Logis
Pada indikator ini peneliti memilih indikator operasionalnya yaitu
memecahkan masalah yang berkaitan dengan perkalian.
Indikatormenunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis
yang terdapat pada soal tes kecerdasan logika matematika siswa terdapat
dalam butir soal nomor 3 dan 5. Soal pada butir nomor 3
berbentukpenyelesaian masalah dalam perkalian dari soal cerita,
sedangkan pada butir soal nomer 5 soal berbentuk perkalian biasa dengan
siswa mencari n dan hasil perkaliannya. Berikut merupakan salah satu
jawaban kecerdasan logika matematika siswa pada indikatormenunjukkan
keterampilan pemecahan masalah secara logis.

Gambar 4.9
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator
Menunjukkan Keterampilan Pemecahan Masalah Secara Logis

Berdasarkan gambar 4.9 di atas, dapat dilihat contoh dari salah


satu jawaban soal nomer 3 siswa pada kelas eksperimen dalam menjawab
soal indikatormenunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis.
Siswa sudah mampu menjawab pertanyaan perkalian serta sudah
menunjukkan keterampilan dalam memecahkan permasalahan pada soal
87

tersebut. Tetapi siswa masih belum menuliskan mendapatkan angka 7 dari


mana, siswa hanya menuliskan 2x7=14 yang seharusnya dijawab dengan 2
x (3+4) = 2x7 =14, tetapi guru masih memakluminya dan sudah di anggap
jawaban tersebut benar.

Gambar 4.10
Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Menunjukkan
Keterampilan Pemecahan Masalah Secara Logis

Sedangkan pada gambar 4.10, dapat dilihat contoh dari salah satu
jawaban soal nomer 3 siswa pada kelas kontrol dapat diketahui bahwa
kelas kontrol juga sudah mampumenunjukkan keterampilan dalam
memecahkan permasalahan pada soal tersebut, akan tetapi siswa pada
kelas kontrol menjawab soal dengan benar hasilnya. Namun jawaban tidak
lengkap sama seperti soal sebelumnya siswa hanya menjawab hasilnya
saja. Sehingga guru hanya memberikan skor 2 karna menjawab soal
kurang lengkap dan sangat terbatas.

c. Indikator Memahami Pola-pola dan Hubungan-hubungan


Pada indikator ini peneliti memilih indikator operasionalnya yaitu
menghubungkan konsep perkalian dengan penjumlahan. Indikator
memahami pola-pola dan hubungan-hubunganyang terdapat pada soal tes
kecerdasan logika matematika siswa terdapat dalam butir soal nomor 4
yang terdiri dari soal a,b, dan c. Berikut merupakan salah satu jawaban
kecerdasan logika matematika siswa pada indikatormemahami pola-pola
dan hubungan-hubungan:
88

Gambar 4.11
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Memahami
Pola-pola dan Hubungan-hubungan

Berdasarkan gambar 4.9 di atas, dapat dilihat contoh dari salah satu
jawaban soal nomor 4 bagian a siswa pada kelas eksperimen dalam
menjawab soal indikatormemahami pola-pola dan hubungan-hubungan.
Siswa sudah mampu menjawab pertanyaan perkalian serta
sudahmemahami pola-pola dan hubungan-hubungan pada perkalian dalam
bentuk penjumlahan berulang. Siswa pada kelas eksperimen dalam
mengoperasikan perkalian kedalam bentuk penjumlahan berulang sudah
benar dan hasilnya sudah sesuai dengan soal yang diberikan.

Gambar 4.12
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator Memahami
Pola-pola dan Hubungan-hubungan

Sedangkan pada gambar 4.12, dapat dilihat contoh dari salah satu
jawaban soal nomer 4 bagian a siswa pada kelas kontrol, dapat diketahui
bahwa siswa tersebut masih salah dalam mengubah bentuk
penjumlahanberulang dari soal bentuk perkalian, hal tersebut dapat dilihat
padajawaban diatas dengan menjawab 7× 9 = 63 dari
89

7+7+7+7+7+7+7+7+7. Hasil jawabansiswa kurang tepat karena masih


terbalik dalam menempatkan posisi penjumlahan berulang yang sesuai
dengan soal tersebut. Seharusnya untuk mengubahkedalam bentuk
penjumlahan berulang dari bentuk perkalian dengan cara melihat angka
kedua yaitu 9 yang berarti angka kedua tersebut yang di gunakan dalam
penjumlahan berulang yaitu 7 x 9 = 9+9+9+9+9+9+9 yang berarti angka 9
nya sebanyak 7. Oleh karena itu siswa tersebut kurangtepat dalam
menjawab soal tersebut mengenai pengubahan bentuk perkalian ke dalam
bentukpenjumlahan berulang.

d. Menggambarkan Informasi Visual dalam Bentuk Grafik


(Gambar)
Pada indikator ini peneliti memilih indikator operasionalnya yaitu
menggambar perkalian dengan menggunakan papan stik pada kelas
eksperimen dan menggunakan keranjang kelereng pada kelas kontrol.
Indikator menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik
(Gambar)yang terdapat pada soal tes kecerdasan logika matematika siswa
terdapat dalam butir soal nomor 6 yang terdiri dari soal a,b, dan c. Berikut
merupakan salah satu jawaban kecerdasan logika matematika siswa pada
indikatormenggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik (Gambar):

Gambar 4.13
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Indikator
Menggambarkan Informasi Visual dalam Bentuk Grafik (Gambar)
90

Berdasarkan gambar 4.13 di atas, dapat dilihat contoh dari salah satu
jawaban siswa pada kelas eksperimen dalam menjawab soal indikator
informasi visual dalam bentuk grafik (Gambar). Siswa sudah mampu
menjawab pertanyaan perkalianserta sudah mampu menggambar perkalian
dalam bentuk papan stik dengan benar dan lengkap.Hasil jawabannya juga
sudah sesuai dengan soal yang telah di berikan.

Gambar 4.14
Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Indikator Menggambarkan
Informasi Visual dalam Bentuk Grafik (Gambar)

Berdasarkan gambar 4.14 di atas, contoh gambar salah satu


jawaban siswa pada kelas kelas kontrol pada indikator menggambarkan
informasi visual dalam bentuk grafik (Gambar). Dapat dilihat bahwa siswa
pada kelas kontrol tersebut juga sudah mampu menjawab pertanyaan
perkalian serta sudah mampu menggambar perkalian dalam bentuk
keranjang kelereng.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada
indikator kecerdasan logika matematika yang satu ini siswa sudah mampu
menggambarkan informasi visual mengenai soal perkalian yang di
dapatkannya dari penjelasan guru kedalam bentuk gambar.

D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan
data yang menunjukkan terdapatnya pengaruh yang cukup signifikan dari
penggunaan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik terhadap
91

kecerdasan logika matematika siswa pada materi operasi hitung perkalian kelas II
SDN 01 Curug Kota Depok. Hal tersebut dapat diketahui dari perbedaan hasil
rata-rata nilai akhir (Posttest) siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah diberikan perlakuan yang berbeda, seperti yang terdapat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.12
Rata-rata Hasil Tes Kecerdasan Logika Matematika Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Posttest
Eksperimen 80,50
Kontrol 66,75

Selanjutnya, penyajian data posttestpada kelas eksperimen dan kelas


kontrol dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

14

12

10

8
Kelas Eksperimen
6
Kelas Kontrol
4

0
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

Grafik 4.3
Histogram Nilai Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dapat diketahui dari tabel 4.12 dan diperjelas dengan grafik 4.3,
terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest siswa kelas eksperimen sebesar 80,50
yang lebih besardari pada nilai posttest siswa kelas kontrol yaitu sebesar 66,75.
92

Perbedaan hasil tes kecerdasan logika matematika siswa yangterjadi antara kelas
eksperimen dan kontrol bukanlah suatu kebetulan,akan tetapi perbedaan tersebut
disebabkan oleh perlakuan guru dalam menggunakan metode bermain berbantuan
alat peraga papan stik selama proses pembelajaran padakelas eksperimen dan
pada kelas kontrol dengan menggunakanpembelajaran kooperatif tanpa
menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik.
Hal tersebut juga telah dibuktikan oleh pengujian hipotesis
yangmenyatakan bahwa nilai t sebesar 0,008 dengan taraf signifikansi 0,05.Selain
itu, dalam penelitian ini juga dilakukan perhitungan uji pengaruh (Effect Size)
dengan perolehan nilai d = 0,733 yang berarti berada pada tingkatpengaruh yang
sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain
berbantuan alat peraga papan stik mempunyai pengaruh yang positif terhadap tes
kecerdasan logika matematika siswa di kelas II SDN Curug 01 Kota Depok.
Hasil dari nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen 80,50,
sedangkan pada kelas kontrol hanya sebesar 66,75. Data tersebut menunjukkan
bahwa penggunaan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik memiliki
pengaruh terhadap kecerdasan logika matematika siswa. Kecerdasan logika
matematika sangatlah penting dalam proses pembelajaran matematika, Sesuai
dengan penelitian Anita Safitri mengatakan “menurut Hudojo bahwa terdapat
hubungan antara kecerdasan dengan proses dalam belajar matematika.” 91 Dalam
penelitian anita safitri juga di jelaskan bahwa “kecerdasan logika-matematika
adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
kebutuhan matematika sebagai solusinya. Selain itu, hasil penelitian yang
diperoleh juga sejalan dengan pendapat tersebut, Adi W. Gunawan menyatakan,
“salah satu ciri dari orang yang memiliki keunggulan dalam kecerdasan logika-
matematika adalah menyukai pelajaran matematika.” 92 Oleh karena itu
berdasarkan pendapat tersebut maka sangatlah penting kecerdasan logika

91
Anita Safitri. Hubungan Antara Kecerdasan Logika-Matematika dengan Kedisiplinan
Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Pengasih Tahun Ajaran 2013-
2014. Skripsi pada Jurusan PGSD UNY (Yogyakarta : 2014) h. 74. Dipublikasikan
92
Ibid
93

matematika siswa dalam pembelajaran matematika, selain itu apabila siswa


unggul dalam kecerdasan logika matematikanya secara otomatis mereka akan
menyukai pelajaran matematika dan tidak berfikir bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit.
Penggunaan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik yang
dapat meningkatkan kecerdasan logika matematika siswa dikarenakan dengan
adanya pembelajaran yang menyenangkan karena bermain dengan alat peraga
yang kongkrit membuat siswa lebih tertarik dalam memahami konsep perkalian.
Karena karakteristik siswa MI/SD kelas II yang masih senang bermain. Sejalan
dengan hal tersebut dalam penelitian Dwi Apriliyani juga mengungkapkan bahwa
“Penggunaan media celemek hitung dapat mengembangkan kecerdasan logika
siswa secara optimal.”93 Selain itu sejalan dengan pendapat dari Piaget, yang
berpendapat bahwa “perkembangan anak tingkat MI/SD yang usianya berkisar
pada usia 7 sampai 11 tahun berada pada fase operasional konkret, yang artinya
bahwa siswa MI/SD sudah bisa bernalar secara logis, namun masih berkaitan
dengan benda nyata yang bersifat konkret yang dapat ditangkap oleh panca
indera.”94Berdasarkan hal tersebut maka dapat di simpulkan penggunaan alat
peraga papan stik dalam pembelajaran matematika materi perkalian dapat
membuat kecerdasan logika matematika siswa berkembang dengan optimal
karena papan dan stik merupakan objek nyata/benda kongkret yang dapat
mempermudah siswa dalam menghitung perkalian hanya dengan menghitung titik
potong pada stik tanpa siswa harus menghafal.
Alat peraga papan stik pada penelitian ini merupakan alat peraga yang di
desain sendiri oleh peneliti. Desain alat peraga papan stik ini memenuhi
persyaratan sebagai alat peraga yang dapat diraba, dipegang, dipindahkan,
dimainkan, dipasangkan dan diambil dari susunannya. Alat peraga papan stik ini
93
Dwi Apriliyani.Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui Media
Celemek Hitung pada Kelompok B di TK Pertiwi Sidowarno II Wonosari Klaten Tahun
Ajaran 2014-2015. Skripsi PIAUD Universitas Muhammadiyah Surakarta (Surakarta : 2015)
h.11 . Dipublikasikan.
94
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip. Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD.
(Jakarta: UNI PRESS, 2015), h. 185.
94

berfungsi untuk memahami konsep abstrak pada materi operasi hitung perkalian.
Hal itu senada dengan teori belajar matematika menurut Brunner yang
menyatakan bahwa, belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur yang termuat dalam pokok bahasan
yang diajarkan dan dengan menggunakan alat peraga serta diperlukannya
keaktifan siswa tersebut.95
Selama peneliti melakukan pembelajaran di kelas eksperimen, peneliti
mengamati bahwa penggunaan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik
pada materi perkalian dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran, karena
selama pembelajaran peneliti mengobservasi aktivitas belajar siswa di dalam
kelompok. Pembelajaran yang membuat siswa aktif dikarenakan penggunaan
metode bermain berbantuan alat peraga papan stik dapat menarik minat belajar
siswa karena ada unsur benda kongkret dengan warna-warni, penggunaannya
yang sederhana dan mudah (tidak rumit). Dalam diskusi saat mengerjakan LKS,
siswa berdiskusi dengan aktif dan mengerjakan soal secara besama-sama. Siswa
juga tidak perlu menghafal dalam menyelesaikan perhitungan perkalian,
meskipun dalam perkalian dasar sekalipun. Hal itu memiliki pengaruh yang
positif terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berbeda dengan
pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol. Siswa cenderung tidak aktif
berdiskusi dan beberapa siswa berkeinginan untuk mengerjakan LKS secara
individu. Hasil pengamatan tersebut, sesuai dengan pendapat Hurlock bahwa
terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, diantaranya
adalah ontogenik yaitu fungsi eksternal yang berkembang dari hasil proses
belajar, latihan, pengalaman, dan lainnya seperti menulis, membaca, dan
menghitung.96
Jadi dalam pembelajaran yang dilakukan harus memberi latihan dan
pengalaman yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik peserta

95
Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h.1
96
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, op.cit., h. 60.
95

didik yang dapat berkembangnya kecerdasan peserta didik secara optimal seperti
melakukan pembelajaran dengan metode bermain berbantuan alat peraga papan
stik yang dapat mengembangkan pengalaman proses belajar siswa menjadi lebih
bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Baltes yang menyatakan bahwa
perkembangan manusia disertai 2 hal kejadian yaitu prinsip memperoleh sesuatu
dan prinsip kehilangan sesuatu, prinsip memperoleh sesuatu disini di maksud
perkembangan manusia yang di tandai dengan adanya peningkatan kompetensi,
kemampuan, pengalaman, pengetahuan, sehingga seseorang dapat melakukan
sesuatu sesuai dengan kemampuannya tersebut.97
Terdapatnya perbedaan dari rata-rata nilai posttest siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini disebabkan oleh pengalaman
yang didapatkan oleh kedua kelas berbeda. Kelas eksperimen mendapatkan
pembelajaran yang menggunakan metode bermain berbantuan alat peraga papan
stik, sedangkan kelas kontrol melakukan pembelajaran tetap dengan
menggunakan teknik hafalan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat dari
Croncbach dalam Riyanto yang menyatakan bahwa “belajar itu merupakan
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Croncbach bahwa
belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan
pancaindera. Dengan kata lain bahwa belajar adalah sesuatu cara mengamati,
membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti
arah tertentu98.
Penjelasan dari hasil penelitian ini, sesuai dengan penelitian-penelitian
yang telah di lakukan terdahulu mengenai kecerdasan logika matematika siswa,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Dwi Apriliyani yang berjudul
“Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui Media Celemek
Hitung pada Kelompok B di TK Pertiwi Sidowarno II Wonosari Klaten Tahun
Ajaran 2014-2015.” Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu

97
Ibid. h. 44
98
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2009), Cet ke-1, h. 5
96

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), hasil penelitian menunjukkan bahwa


Prosentase pencapaian kecerdasan logika matematika anak yang
mencapaiberkembang sesuai harapan (BSH) keatas, pada pra siklus sebesar
35,71%, siklus Isebesar 71,43%, dan siklus II sebesar 92,86%. Berdasarkan hasil
uji F dapatdiperoleh hasil Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 11,426 ≥ 3,24,
maka Ho ditolakdan Ha diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara
hasil perkembangankecerdasan logika matematika anak pada pra siklus, siklus I,
dan siklus II. Penelitian ini menunjukkan bahwa melalui media celemek hitung
dapatmengembangkan kecerdasan logika matematika anak pada kelompok B di
TKPertiwi Sidowarno II Wonosari, Klaten Tahun Ajaran 2014-2015.99
Arini Olivia Zaque pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Metode
Permainan MatematikaTerhadap Peningkatan Kecerdasan Logis Matematis Siswa
Kelas VII PadaMateri Segitiga dan Segiempat di MTS NU Serangan Bonang
Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.” hasil penelitian menunjukkan Ada
perbedaan yang signifikan antara kecerdasan logismatematis siswa yang diajar
dengan metode permainan matematika dan yangdiajar dengan metode
konvensional. Ditunjukkan dengan rata-rata dari kelaseksperimen lebih tinggi dari
kelas control ( 79,375> 69,61). Dengan Uji hipotesis yang digunakan
adalahrumus uji t, menunjukkan bahwa nilai t-test lebih tinggi daripada nilai
ttable.Berdasarkan hasil penghitungan dari t-test diperoleh t hitung = 4,487 dan
ttabel=1,67. Ini menunjukkan bahwa t hitung> ttabel. Uji t-test menggunakan rumus t-
testmenunjukkan nilai dari t-test lebih tinggi daripada nilai t-tabel. Nilai t-
testadalah 4,487, sementara nilai dari t-tabel pada α = 5% adalah 1,67 (4,487
>1,67).100
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik terhadap

99
Dwi Apriliyani. Op.Cit
100
Arini Olivia Zaque. Pengaruh Metode Permainan Matematika Terhadap Peningkatan
Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas VII Pada Materi Segitiga dan Segiempat di Mts Nu
Serangan Bonang Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi Ilmu Pendidikan Matematika
Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang. (Semarang: 2014). dipublikasikan
97

kecerdasan logika matematika siswa. Siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan


logikamatematika yang tinggi akan memiliki sikap positif terhadap pelajaran
matematika.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang dilaksanakan ini, peneliti menyadari bahwa
penelitian yang dilakukan ini belum sempurna. Peneliti sudah melakukan
berbagai upaya agar penelitian ini dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Namun, masih terdapat faktor yang belum mampu dikendalikan oleh peneliti
sehingga dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada pelajaran matematika dalam materi
perkalian.
2. Alokasi waktu dalam melaksanakan pembelajaran yang sangat terbatas
menuntut guru untuk menjadilebih efektif dalam memanfaatkan waktu yang
tersedia.
3. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini hanya pada aspek kecerdasan
logika matematika siswa mengenai operasi hitung perkalian saja,sehingga
kemungkinan terjadi jika hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh variabel
lain di luar variabel yang telah ditentukan.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkanbahwa
terdapat pengaruh penggunaan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik
terhadap kecerdasan logika matematika siswa di kelas II SDN Curug 01 Kota Depok.
Hal ini ditunjukkan dari hasil uji hipotesis posttest yangmendapatkan nilai t sebesar
0,008 dengan taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
satu (H1) diterima. Selain itu, nilai rata-rata posttest menunjukkan bahwa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yakni sebesar 80,50 untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebesar 66,75.
Penelitian ini juga dilakukan perhitungan uji pengaruh (Effect Size) dengan
perolehan nilai d = 0, 733 yang berarti berada pada tingkat pengaruh yang sedang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain berbantuan alat
peraga papan stik mempunyai pengaruh yang sedang terhadap kecerdasan logika
matematika matematis siswa di kelas II SDN Curug 01 Kota Depok.

B. Implikasi
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV,maka
implikasi dari hasil-hasil tersebut dapat dikemukakan sebagaiberikut:
1. Untuk dapat meningkatkan kecerdasan logika matematika siswa agar dapat
berkembang dengan optimal pada materi operasi hitung perkalian siswa dapat
difasilitasi dengan menggunakan metode yang menyenangkan dan
menggunakan alat peraga yang menarik seperti metode bermain dengan
berbantuan alat peraga papan stik.
2. Pemilihan alat peraga yang tepat dapat berpengaruh terhadappencapaian
kecerdasan logika matematika siswa. Untuk pelajaran matematikapada materi
operasi hitung perkalian terdapat perbedaan hasilkecerdasan logika
matematikaoperasi hitung perkalian yangpembelajarannya menggunakan alat

98
99

peraga papan stik denganpembelajaran yang tanpa menggunakan alat peraga


papan stik.
3. Penggunaan metode bermain berbantuan alat peraga papan stik dapat
dijadikan alternatif untukmeningkatkan motivasi dan mengatasi kejenuhan
siswa dalam prosespembelajaran, karena dengan menggunakan metode
bermain berbantuan alat peraga papan stik siswa menjadi lebih antusias, aktif,
dan merasa senang mengikutiproses pembelajaran.
4. Selain itu penggunaan metode dan alat peraga yang menarik dapat membantu
dan memudahkan guru dalam melibatkan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan memengaruhi kecerdasan logika matematika siswa seperti:
a. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan
sebab dan akibat,
b. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis ,
c. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan, dan
d. Menggambarkan Informasi visual dalam bentuk grafik (gambar)

C. Saran
Penelitian pengaruh pembelajan dengan menggunakan metode bermain
berbantuan alat peraga papan stik terhadap kecerdasan logika matematika siswa
operasi hitung perkalian siswa sekolah dasar. Meskipun mendapatkan hasil yang
memuaskan, namun pada dasarnya masih mempunyai keterbatasan penelitian.
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang lebih sempurna maka diperlukan
penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang dengan memperhatikan
saran-saran berikut ini :
1. Guru yang hendak menerapkan alat peraga papan stik dalam
prosespembelajarannya diharapkan dapat mendesain pembelajaran
secaraefektif sehingga pembelajaran dapat selesai tepat waktu dan efisien.
Selain itu guru yang akan menerapkan alat peraga papan stik ini bisa bekerja
sama dengan siswa untuk membuat alat peraga papan stik yang lebih
sederhana yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dengan membuat
100

alat peraga papan stik maka setiap siswa akan mempunyai papan stik tersebut
sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan akan membuat siswa memahami
materi perkalian dengan bermain menggunakan alat peraga papan stik
tersebut.
2. Dengan adanya keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, sebaiknya
dapat dilakukan penelitian lanjutan bagi peneliti lainnya tentang penggunaan
metode bermain berbantuan alat peraga papan stik pada materi operasi hitung
perkalian untuk mengukur aspek kecerdasan logika matematika yang lain atau
tingkatan sekolah yang berbeda.
101

DAFTAR PUSTAKA

Annisah , Siti. 2018. Alat Peraga Pembelajaran Matematika. Jurnal Tarbawiyah


STAIN Jurai Siwo Metro. Vol. 11 No.1 diakses tanggal 15 Mei 2018
Apriliyani, Dwi. 2015. Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika Anak
melalui Media Celemek Hitungpada Kelompok B di TK Pertiwi Sidowarno II
Wonosari Klaten Tahun Ajaran 2014-2015. Skripsi Mahasiswa UMS :
dipublikasikan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Arisandi, Elisa. 2014. Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian untuk Anak
Diskalkulia Melalui Metode Garismatika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus
Vol. 3.
Campbell, Linda, Bruce Campbell dan Dee Dickinson. 2002. Metode Terbaru
Melesatkan Kecerdasan. Depok: Intuisi Press
Dunst, Carl J, Deborah W.Hamby, dan Carol M.Trivette. 2004. Guidelins for
Calculating Effect Sizes for Practice-Based Research Syntheses, Centerscope.
Evidence-Based Approaches to Early Childhood Development. Volume 3,
Number 1.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Rajawali Pers
Heruman. 2014. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Hidayah, Nur. 2016. Pengaruh Penggunaan Teknik Cross-Lineterhadap Pemahaman
Konsep Matematika pada Materi Perkalian Kelas III SDN Cempaka Putih 01
Ciputat Tahun Ajaran 2016-2017. Skripsi pada Jurusan PGMI UIN Jakarta,
Jakarta: tidak dipublikasikan.
102

Hoerr,Thomas R. 2000. Becoming a multiple intelligences school. Alexandria:


Association for Supervision and Curriculum Development.
Hoerr, Thomas R.2007.Buku Kerja Multiple Intelligence. Bandung: Kaifa
Lee A. Becker. 2000. Effect Size (ES).http://web.uccs.edu/lbecker/Psy590/es.htm
Journal.
Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2015. Penelitian
Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 77I Ayat 1
Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Riyanto,Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group
Rizki, Dita Aulia. 2017. Studi Deskriptif Pengembangan Kecerdasan Logika
Matematika di TK Bina Karsa Kota Bandar Lampung. Skripsi Mahasiswa
Universitas Lampung : dipublikasikan
Ruseffendi. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan bidang non-eksata
lainnya. Bandung: PT Tarsito Bandung
Safitri, Anita. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Logika Matematika dengan
Kedisiplinan Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Gugus III Kecamatan
Pengasih tahun ajaran 2013-2014. Skripsi Mahasiswa UNY : tidak
dipublikasikan
Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana
Sella Sri Prasetyani. 2010. Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Melalui
Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Simo
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi
UNS : dipublikasikan
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
. 2014. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
103

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta
Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Bisnis. Jakarta: PT.
Indeks
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. PT
Indeks: Jakarta
Sundayana, Rostina. 2015. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.
Bandung: Alfabeta
Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika
Aditama
Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset
Thalheimer, Will and Samantha Cook. 2002. How to calculate effect sizes from
published research articles: A simplified methodology. A Work-Learning
Research Publication.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Uno , Hamzah B. 2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Uno, Hamzah Bdan Masri Kudrat Umar. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wafiqni, Nafia dan Asep Ediana Latip. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia
MI/SD. Jakarta: UIN PRESS
Yaumi, Muhammad dan Nurdin Ibrahim. 2013. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan
Jamak (Multiple Intelligences) Jakarta: Kencana Pranadamedia Group
Zaque , Arini Olivia. 2014. Pengaruh Metode Permainan Matematika Terhadap
Peningkatan Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas VII Pada Materi
Segitiga dan Segiempat di Mts Nu Serangan Bonang Demak Tahun Pelajaran
2013/2014. Semarang:Skripsi Ilmu Pendidikan Matematika Institut Agama
Islam Negeri Walisongo. Dipublikasikan.
104

Lampiran 1
105

Lampiran 2
106

Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidika : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan perkalian sebagai penjumlahan yang berulang.
3.1.2 Menguraikan bentuk perkalian menjadi penjumlahan berulang dengan
menggunakan papan stik.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa mampu menjelaskan perkalian
sebagai penjumlahan berulang dengan baik dan tepat.
2. Melalui demonstrasi dan bermain, siswa mampu menguraikan bentuk
perkalian menjadi penjumlahan berulang dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian dalam bentuk penjumlahan berulang
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Problem Based Learning
2. Metode pembelajaran : Bermain, Demonstrasi, Penugasan, Tanya jawab,
diskusi
107

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan saling 10 menit


mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca doa
bersama
 Apersepsi:
Guru menanyakan kembali tentang
menghitungpenjumlahan

 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari


 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Ekplorasi 45 menit
Inti  Guru menunjukkan alat peraga “Papan Stik”
kepada siswa
 Selanjutnya guru menjelaskan penggunaan alat
peraga papan stik pada perkalian yang merupakan
penjumlahan berulang
 Siswa mengamati apa yang telah di jelaskan oleh
guru
 Siswa diberi kesempatan bertanya apabila ada hal
yang belum di mengerti.
 Guru menceritakan sebuah permasalahan sehari-
hari yang berkaitan dengan perkalian.
 Guru memperagakan dan mendemonstrasikan
contoh cara penggunaan papan stik untuk
membantu menyelesaikan permasalahan/soal cerita
tersebut.
108

 Kemudian guru mengorganisasikan siswa menjadi


4 kelompok secara heterogen.
 Guru membagikan LKS 1 kepada setiap kelompok
 Guru menjelaskan cara-cara mengerjakan LKS
yang diberikan kepada setiap kelompok dan
meminta setiap kelompok untuk menjawab
pertanyaan di dalam LKS dengan bermain
perkalian menggunakan papan stik yang sudah di
sediakan.
 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan tugas
secara berkelompok dan bekerja sama dengan
baik.

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta
kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas
 Kelompok lain mengomentari hasil presentasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang
akan mengajukan pertanyaan

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan dari 15 menit
materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama
109

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


 Sumber : Buku Siswa kelas II
 Alat dan Media : Papan Stik, dan LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)

81 – 100 A SB (Sangat Baik)

66 – 80 B B (Baik)

51 – 65 C C (Cukup)

0 – 50 D K (Kurang)
110

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidika : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II / II
Pertemuan ke : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Melakukan perkalian 1 sampai 5
3.1.2 Menghitung operasi perkalian 1 sampai 5 dengan menggunakan papan stik.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui mengamati penjelasan guru, siswa mampu melakukan perkalian 1
sampai 5 dengan tepat.
2. Melalui metode bermain dan penugasan, siswa mampu menghitung operasi
perkalian 1 sampai 5 menggunakan papan stik dengan teliti dan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 1 sampai 5
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
2. Teknik : Crossline
3. Metode pembelajaran : Bermain, Penugasan, Tanya jawab, dan diskusi
111

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan saling 10 menit


mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca doa
bersama
 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Ekplorasi 45 menit
 Guru menunjukkan alat peraga “Papan Stik” kepada
siswa
 Guru menjelaskan kembali penggunaan alat peraga
papan stik terhadap materi perkalian, dan
memberitahukan kepada siswa bahwa penggunaan
alat peraga papan stik hari ini berbeda dengan
kemarin.
 Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari
perkalian 1 – 5 dengan menggunakan teknik
crossline dan papan stik
 Guru mencontohkan perkalian 3 x 5 = 15 dengan
menggunakan papan stik
 Siswa diberi kesempatan untuk mencoba bermain
perkalian 1-5 dengan menggunakan papan stik.
 Kemudian guru memberikan contoh perkalian
dengan menggambar teknik crossline yang cara-
cara penyelesaian perkaliannya hampir sama
dengan penggunaan papan stik
112

 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk


bertanya jika ada yang tidak di mengerti
 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4 kelompok
secara heterogen, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapatkan nomor.
 Guru membagikan LKS 2 kepada setiap kelompok
dan mengerjakannya.
 Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru memanggil
salah satu nomor, siswa yang di panggil melaporkan
hasil kerja sama mereka.
 Kelompok lain mengomentari hasil presentasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang
akan mengajukan pertanyaan
Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara kontekstual
pada kehidupan sehari-hari dari pelajaran yang
telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan dari 15 menit
materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama
113

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


 Sumber : Buku Siswa kelas II
 Alat dan Media : Papan Stik, dan LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)
114

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 3 (Tiga)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Melakukan perkalian 6 sampai 10
3.1.2 Menghitung operasi perkalian 6 sampai 10 menggunakan papan stik.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa mampu melakukan perkalian 6
sampai 10 dengan tepat.
2. Melalui metode bermain dan penugasan, siswa mampu menghitung operasi
perkalian 6 sampai 10 menggunakan papan stik dengan teliti dan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 6 sampai 10
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Realistik Mathemathics Education (RME)
2. Teknik : Crossline
3. Metode pembelajaran : Bermain, Penugasan, Tanya jawab, Diskusi, dan
Cerdas Cermat.
115

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan saling 10 menit


mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca doa
bersama
 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Ekplorasi 45 menit

Inti  Siswa mengamati contoh cara menghitung


perkalian 6 – 10 dengan cara cross-line
menggunakan potongan kertas katon warna yang
ditempelkan di papan tulis
 Siswa mengamati penjelasan dari guru
 Siswa diberi kesempatan membuat pertanyaan dari
contoh yang diamati.
 Kemudian guru menceritakan sebuah permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari seperti membeli 7 sate
dan setiap satu tusuk sate terdapat 5 potong daging
ayam.
 Guru meminta siswa untuk menyelesaikan
permsalahan tersebut, dan mendiskusikan
jawabannya.
 Kemudian guru menyimpulkan hasil jawabannya
kepada siswa bahwa dalam kehidupan sehari-hari
kita masih berhubungan dengan perkalian.
 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4
116

kelompok secara heterogen.


 Guru mendemonstrasikan kegiatan yang akan
dilakukan siswa secara berkelompok yaitu bermain
Cercerper (cerdas cermat perkalian) dengan
menggunakan papan stik
 Kelompok yang mendapatkan skor tertinggi dalam
bermain Cercerper akan mendapatkan reward
 Guru membagikan LKS 3 kepada setiap kelompok
 Guru meminta siswa agar dapat mengerjakan tugas
secara berkelompok
Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta
kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas
 Kelompok lain mengomentari hasil presentasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang
akan mengajukan pertanyaan

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara kontekstual
pada kehidupan sehari-hari dari pelajaran yang
telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan dari 15 menit
materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama
117

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


 Sumber : Buku Siswa kelas II
 Alat dan Media : Papan Stik, dan LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)
118

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 4 (Empat)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Melakukan perkalian 1 sampai 5 dalam bentuk soal cerita.

3.1.2 Memecahkan permasalahan dalam perkalian 1 sampai 5 dalam bentuk soal


cerita dengan menggunakan papan stik.

D. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran ini bertujuan agar kamu mampu:
1. Dengan mengamati penjelas guru, siswa mampu melakukan perkaliansampai
5 dalam bentuk soal cerita dengan tepat.
2. Melalui metode bermain dan penugasan, siswa mampu memecahkan
permasalahan dalam perkalian 1 sampai 5 dalam bentuk soal cerita
menggunakan papan stik dengan teliti dan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 1 sampai 5 dalam bentuk soal cerita
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Snowball Throwing
2. Teknik : Crossline
3. Metode pembelajaran : Bermain, Penugasan, Tanya jawab, dan Diskusi.
119

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan 10 menit


saling mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca
doa bersama
 Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Ekplorasi 45 menit
 Guru menjelaskan perkalian 1 -5 dalam bentuk
soal cerita dengan bantuan papan stik
 Siswa mengamati penjelasan dari guru
 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4
kelompok secara heterogen.
 Guru menyiapkan sebuah bola kertas yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan perkalian.
 Guru melemparkan bola kertas kepada setiap
kelompok, dan kelompok yang mendapatkan
bola kertas mendapat satu pertanyaan dan
menjawabnya dengan bantuan papan stik.
 Setiap kelompok mendapatkan satu buah
pertanyaan yang terdapat di dalam bola kertas.
 Kemudian guru membagikan LKS 4 kepada
setiap kelompok
 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan
120

tugas secara berkelompok

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru
meminta kepada setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok di
depan kelas
 Kelompok lain mengomentari hasil presentasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
yang akan mengajukan pertanyaan

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan dengan menceritakan
sebuah permasalahan sehari-hari yang
berkaitan dengan perkalian.
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara
kontekstual pada kehidupan sehari-hari dari
pelajaran yang telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan 15 menit
dari materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa
bersama

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


 Sumber : Buku Siswa kelas II
 Alat dan Media : Papan Stik, dan LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
121

2. Bentuk instrumen : Uraian


3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)

Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)
122

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 5 (Lima)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3.Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Melakukan perkalian 6 sampai 10 dalam bentuk soal cerita

3.1.2 Memecahkan permasalahan dalam perkalian 6 sampai 10 dalam bentuk soal


cerita dengan menggunakan papan stik

D. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran ini bertujuan agar kamu mampu:
1. Dengan mengamati penjelas guru, siswa mampu melakukan perkalian 6
sampai 10 dalam bentuk soal cerita dengan tepat.
2. Melalui metode bermain, siswa mampu memecahkan permasalahan dalam
perkalian 6 sampai 10 dalam bentuk soal cerita menggunakan papan stik
dengan teliti dan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 6 sampai 10 dalam bentuk soal cerita
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Kooperatif tipe Student Team AD
2. Teknik : Crossline
3. Metode pembelajaran : Bermain, Penugasan, Tanya jawab, dan Diskusi.
123

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan saling 10 menit


mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca doa
bersama
 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Ekplorasi 45 menit
Inti  Guru menjelaskan perkalian lanjutan dari kemarin
yaitu perkalian 6 - 10 dalam bentuk soal cerita
dengan bantuan papan stik dan crossline
 Siswa mengamati penjelasan dari guru
 Siswa diberi kesempatan bertanya jika ada
pertanyaan yang belum di pahami
 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4
kelompok secara heterogen.
 Guru mendemonstrasikan kegiatan yang akan
dilakukan siswa yaitu permainan mesin penjawab
dimana setiap kelompok akan ada yang
berkesempatan menjadi mesin penjawab yang
harus menjawab pertanyaan berupa soal cerita
terkait perkalian dengan menggunakan papan stik
dan kelompok-kelompok lain yang berperan
sebagai mesin penanya.
 Setelah selesai permainan mesin penjawab, Guru
membagikan LKS 5 kepada setiap kelompok
124

 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan tugas


secara berkelompok

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta
kepada perwakilan kelompok untuk membacakan
jawaban LKS yang telah di kerjakan
 Siswa mempresentasikan jawabannya
 Guru memberikan reward kepada siswa yang
berani mempresentasikan jawabannya
Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara kontekstual
pada kehidupan sehari-hari dari pelajaran yang
telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan dari 15 menit
materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


 Sumber : Buku Siswa kelas II
 Alat dan Media : Papan Stik, dan LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
125

Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)
126

Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3.Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan perkalian sebagai penjumlahan yang berulang.
3.1.2 Menguraikan bentuk perkalian menjadi penjumlahan berulang.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa mampu menjelaskan perkalian
sebagai penjumlahan berulang dengan baik dan tepat.
2. Melalui metode make a match, siswa mampu menguraikan bentuk perkalian
menjadi penjumlahan berulang dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian dalam bentuk penjumlahan berulang
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Kooperatif tipe Make a Match
2. Metode pembelajaran : Penugasan, Tanya jawab, dan Diskusi
127

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan 10 menit


saling mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca
doa bersama
 Apersepsi:
Guru menanyakan kembali tentang menghitung
penjumlahan
 Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Ekplorasi 45 menit
 Siswa mengamati penjelasan guru tentang
perkalian sebagai penjumlahan berulang.
 Siswa diberi kesempatan membuat pertanyaan
dari contoh yang diamati.
 Kemudian guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi soal dan jawaban
 Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu
 Setiap siswa diberi waktu untuk menghitung
soal di kartu yang didapat
 Setelah selesai, siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu jawaban yang sesuai
dengan jawabannya.
 Setiap siswa yang mencocokan kartunya
sebelum batas waktu akan diberi reward.
128

 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4


kelompok secara heterogen.
 Guru membagikan LKS 1 kepada setiap
kelompok
 Guru menjelaskan cara-cara mengerjakan
LKS 1
 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan
tugas secara berkelompok

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru
meminta kepada setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok di
depan kelas
 Kelompok lain mengomentari hasil presentasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
yang akan mengajukan pertanyaan

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan 15 menit
dari materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa
bersama

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


 Sumber : Buku Siswa kelas II
 Alat dan Media : LKS (Lembar Kerja Siswa)
129

I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)
130

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3.Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan perkalian 1 sampai 5
3.1.2 Menghitung operasi perkalian 1 sampai 5
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa mampu Menjelaskan perkalian 1
sampai 5 dengan tepat.
2. Melalui teknik crossline, siswa mampu menghitung operasi perkalian 1
sampai 5 dengan teliti dan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 1 sampai 5
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
2. Teknik : Crossline
3. Metode pembelajaran : Penugasan, Tanya jawab, dan Diskusi.
131

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan saling 10 menit


mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca doa
bersama
 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Ekplorasi 45 menit
Inti  Guru menjelaskan bahwa hari ini akan belajar
perkalian yaitu perkalian 1 – 5 dengan
menggunakan teknik Crossline
 guru mencontohkan perkalian 3 x 5 = 15 dengan
menggunakan teknik Crossline
 siswa diberi kesempatan untuk mencoba perkalian
dengan teknik crosslinedi depan kelas.
 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak di mengerti
 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4
kelompok secara heterogen, dan setiap siswa di
dalam kelompok ada di berikan nomor urut yang
di tempel di atas kepala.
 Guru membagikan LKS 2 kepada setiap
kelompok
 Guru menjelaskan cara-cara mengerjakan LKS 2
 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan tugas
secara berkelompok
132

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru
memanggil salah satu nomor pada setiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas
 Kelompok lain mengomentari hasil presentasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang
akan mengajukan pertanyaan

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara kontekstual
pada kehidupan sehari-hari dari pelajaran yang
telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan dari 15 menit
materi yang telah dipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


• Sumber : Buku Siswa kelas II
• Alat dan Media : LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
133

Skor yang diperoleh X 100


Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)
134

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 3 (tiga)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan perkalian 6 sampai 10
3.1.2 Menghitung operasi perkalian 6 sampai 10

D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa mampu menjelaskan perkalian 6
sampai 10 dengan benar
2. Melalui teknik crossline, siswa mampu menghitung operasi perkalian 6
sampai 10 dengan teliti dan tepat
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 6 sampai 10
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Kooperatif tipe Student Team Learning (STL)
2. Teknik : Crossline
3. Metode pembelajaran : Penugasan, Tanya jawab, dan diskusi.
135

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan saling 10 menit


mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca doa
bersama
 Apersepsi:
Guru menanyakan kembali tentang menghitung
penjumlahan
 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Ekplorasi 45 menit
Inti  Siswa mengamati contoh yang diberikan guru
yaitu cara menghitung perkalian lanjutan dari
kemarin yaitu perkalian 6 – 10 dengan cara
crossline menggunakan potongan kertas karton
warna yang ditempelkan di papan tulis.
 Siswa mengamati penjelasan dari guru
 Siswa diberi kesempatan membuat pertanyaan
dari contoh yang diamati.
 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4
kelompok secara heterogen.
 Guru membagikan LKS 3 kepada setiap kelompok
 Guru menjelaskan cara-cara mengerjakan LKS 3
 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan tugas
secara berkelompok
136

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta
kepada perwakilan kelompok untuk membacakan
jawaban LKS yang telah di kerjakan
 Siswa mempresentasikan jawabannya
 Guru memberikan reward kepada siswa yang
berani mempresentasikan jawabannya

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara kontekstual
pada kehidupan sehari-hari dari pelajaran yang
telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan dari 15 menit
materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


• Sumber : Buku Siswa kelas II
• Alat dan Media : LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)

Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
137

Skor yang diperoleh X 100


Skor maksimal

Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)
138

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 4 (Empat)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3.Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1Memecahkan permasalahan dalam perkalian 1 sampai 5 dalam bentuk soal cerita
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa mampu memecahkan
permasalahan dalam perkalian 1 sampai 5 dalam bentuk soal cerita dengan
tepat.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 1 sampai 5
F. Metode Pembelajaran
1.Pendekatan : Problem Solving
2.Model pembelajaran : Kooperatif tipe Learning Together (LT)
3. Teknik : Crossline
4. Metode pembelajaran : Ceramah, Penugasan, Tanya jawab, Diskusi.

G. Langkah-langkah Pembelajaran
139

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu

Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan saling 10 menit


mengucap salam.
 Siswa membuka pelajaran dengan membaca doa
bersama
 Apersepsi:
Guru menanyakan kembali tentang menghitung
penjumlahan
 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Ekplorasi 45 menit
 Guru menjelaskan perkalian 1 - 5 dalam bentuk
soal cerita
 Guru memberikan contoh soal cerita yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
 Siswa mengamati penjelasan dari guru
 Guru mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok menjadi 4 kelompok
 Selanjutnya guru menuliskan contoh perkalian
soal cerita di papan tulis, dan meminta setiap
kelompok untuk menjawab nya dengan
menggambar crossline.
 Guru memberikan waktu untuk setiap kelompok
menjawab nya, dan apabila ada kelompok yang
sudah terlebih dahulu menemukan jawabannya,
guru meminta kelompok tersebut untuk maju dan
menjawab pertanyaannya, dan guru akan
140

memberikan reward kepada kelompok tersebut.


 Guru membagikan LKS 4 kepada setiap
kelompok
 Guru menjelaskan cara-cara mengerjakan LKS 4
 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan tugas
secara berkelompok

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta
kepada perwakilan kelompok untuk membacakan
jawaban LKS yang telah di kerjakan
 Siswa mempresentasikan jawabannya
 Guru memberikan reward kepada siswa yang
berani mempresentasikan jawabannya

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara kontekstual
pada kehidupan sehari-hari dari pelajaran yang
telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan dari 15 menit
materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


• Sumber : Buku Siswa kelas II
• Alat dan Media : LKS (Lembar Kerja Siswa)
I. Penilaian Pembelajaran
141

1. Teknik penilaian : Tes Tertulis


2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)
81 – 100 A SB (Sangat Baik)
66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


142

(RPP Kelas Kontrol)


Satuan Pendidikan : SDN Curug 01 Kota Depok
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/ II
Pertemuan ke : 5 (Lima )
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi (SK)


3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
B. Kompetensi Dasar
3.1 Melakukan Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Memecahkan permasalahan dalam perkalian 6 sampai 10 dalam bentuk soal
cerita
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati penjelasan guru, siswa mampu memecahkan
permasalahan dalam perkalian 6 sampai 10 dalam bentuk soal cerita dengan
benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka
2. Perkalian 6 sampai 10
F. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran : Cooperative Learning
2. Metode pembelajaran : Ceramah, Penugasan, Tanya jawab, Diskusi, dan
Mesin Penjawab
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan  Siswa bersama guru mengucap salam dan 10 menit
saling mengucap salam.
143

 Siswa membuka pelajaran dengan membaca


doa bersama
 Apersepsi:
Guru menanyakan kembali tentang menghitung
penjumlahan
 Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Ekplorasi 45 menit
 Guru menjelaskan perkalian lanjutan dari
kemarin yaitu perkalian 6 - 10 dalam bentuk
soal cerita
 Siswa mengamati penjelasan dari guru
 Siswa diberi kesempatan bertanya jika ada
pertanyaan yang belum di pahami
 Guru mengorganisasikan siswa menjadi 4
kelompok secara heterogen.
 Guru mendemonstrasikan kegiatan yang akan
dilakukan siswa yaitu permainan mesin
penjawab dimana setiap kelompok akan ada
yang berkesempatan menjadi mesin penjawab
yang harus menjawab pertanyaan berupa soal
cerita terkait perkalian dan kelompok-
kelompok lain yang berperan sebagai mesin
penanya.
 Setelah selesai permainan mesin penjawab,
Guru membagikan LKS 5 kepada setiap
kelompok
 Guru menjelaskan cara-cara mengerjakan LKS
144

5
 Guru meminta siswa agar dapat megerjakan
tugas secara berkelompok

Elaborasi
 Setelah selesai mengerjakan LKS, guru
meminta kepada perwakilan kelompok untuk
membacakan jawaban LKS yang telah di
kerjakan
 Siswa mempresentasikan jawabannya
 Guru memberikan reward kepada siswa yang
berani mempresentasikan jawabannya

Konfirmasi
 Guru memberikan penguatan singkat tentang
materi yang diajarkan
 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya jika ada yang tidak bisa di pahami
 Guru memberikan penjelasan secara
kontekstual pada kehidupan sehari-hari dari
pelajaran yang telah dibahas
Penutup  Siswa bersama guru melakukan kesimpulan 15 menit
dari materi yang telah ipelajari
 Siswa menutup pelajaran dengan
berdoabersama

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


• Sumber : Buku Siswa kelas II
• Alat dan Media : LKS (Lembar Kerja Siswa)

I. Penilaian Pembelajaran
145

1.Teknik penilaian : Tes Tertulis


2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Instrumen/soal : soal dalam bentuk LKS (terlampir)
Penilaian :
Skor maksimal : 100 ( satu soal bernilai 25)
Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimal
Panduan Konversi Nilai:

Konversi Nilai Predikat Klasifikasi


(Skala 0-100)

81 – 100 A SB (Sangat Baik)


66 – 80 B B (Baik)
51 – 65 C C (Cukup)
0 – 50 D K (Kurang)

Lampiran 5
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162

Lampiran 6
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172

Lampiran 7
Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika Siswa
173

Lampiran 8
Hasil Uji Reliabilitas Tes Kecerdasan Logika Matematika Siswa
174

Lampiran 9
Hasil Uji Taraf Kesukaran Tes Kecerdasan Logika Matematika Siswa
175

Lampiran 10
Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kecerdasan Logika Matematika Siswa
176

Lampiran 11
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika pada Materi
Perkalian Kelas II SD.

No. Variabel Indikator Indikator Nomor Jumlah


Kecerdasan Logika Operasional Soal Butir
Matematika Soal
Mengenal konsep- Mengenal Konsep 1a, 1b, 1
konsep yang bersifat Perkalian yang dan 1c
kuantitas, waktu dan bersifat kuantitas.
1. hubungan sebab dan Mengenal Konsep 2 dan 3 2
akibat, Perkalian yang
bersifat waktu
2. Menunjukkan Memecahkan 4,5, dan 7 3
Kecerdasan keterampilan masalah yang
Logika pemecahan masalah berkaitan dengan
Matematika secara logis, perkalian
3. Memahami pola-pola Mehubungkan 6a, 6b, 1
dan hubungan- konsep perkalian dan 6c
hubungan, dengan penjumlahan
4. Menggambarkan Menggambar 1
informasi visual perkalian dengan 8a, 8b,
dalam bentuk grafik menggunakan papan dan 8c
(gambar) stik (Eksperimen)
dan keranjang
kelereng (Kontrol)
177

Lampiran 12
Tabel 3.4
Kriteria Penskoran Tes Kecerdasan Logika Matematika
pada Materi Perkalian Kelas II SD.

No. Indikator Keterangan Skor


Operasional
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 1
bersifat kuantitas sangat terbatas, dan sebagian besar
jawaban mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 2
1. Mengenal bersifat kuantitas kurang lengkap, dan jawaban
Konsep Perkalian mengandung perhitungan yang salah.
yang bersifat Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 3
kuantitas bersifat kuantitas hampir lengkap, dan perhitungan
secara umum benar namun mengandung sedikit
kesalahan.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 4
bersifat kuantitas sangat lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang lengkap dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa.
2. Mengenal Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 1
Konsep Perkalian bersifat waktu sangat terbatas, dan sebagian besar
yang bersifat jawaban mengandung perhitungan yang salah.
waktu Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 2
bersifat waktu kurang lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 3
bersifat waktu hampir lengkap, dan perhitungan
secara umum benar namun mengandung sedikit
kesalahan.
Kecerdasan dalam mengenal konsep perkalian yang 4
bersifat waktu sangat lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang lengkap dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa.
Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan pada 1
perkalian sangat terbatas, dan sebagian besar jawaban
178

3. mengandung perhitungan yang salah.


Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan pada 2
perkalian kurang lengkap, dan jawaban mengandung
perhitungan yang salah.
Memecahkan Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan pada 3
masalah yang perkalian hampir lengkap, dan perhitungan secara
berkaitan dengan umum benar namun mengandung sedikit kesalahan.
perkalian Kecerdasan dalam memecahkan permasalahan pada 4
perkalian sangat lengkap, dan jawaban mengandung
perhitungan yang lengkap dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang
konsepsehingga informasi yang diberikan tidak
4. Mehubungkan berarti apa-apa.
konsep perkalian Kecerdasan dalam menghubungkan konsep perkalian 1
dengan dengan penjumlahan sangat terbatas, dan sebagian
penjumlahan besar jawaban mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam menghubungkan konsep perkalian 2
dengan penjumlahan kurang lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam menghubungkan konsep perkalian 3
dengan penjumlahan hampir lengkap, dan
perhitungan secara umum benar namun mengandung
sedikit kesalahan.
Kecerdasan dalam menghubungkan konsep perkalian 4
dengan penjumlahan sangat lengkap, dan jawaban
mengandung perhitungan yang lengkap dan benar.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya 0
memperlihatkan ketidak pahaman tentang konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-
apa.
5. Menggambar Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 1
perkalian dengan menggunakan papan stik sangat terbatas, dan
menggunakan sebagian besar jawaban mengandung perhitungan
papan stik yang salah.
Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 2
menggunakan papan stik kurang lengkap, dan
jawaban mengandung perhitungan yang salah.
Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 3
menggunakan papan stik hampir lengkap, dan
perhitungan secara umum benar namun mengandung
sedikit kesalahan.
Kecerdasan dalam menggambar perkalian dengan 4
menggunakan papan stik sangat lengkap, dan
jawaban mengandung perhitungan yang lengkap dan
benar.
179

Lampiran 13
Instrumen Tes Kecerdasan Logika Matematika
180
181
182

Lampiran 14
Kunci Jawaban Tes Kecerdasan Logika Matematika Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Butir Soal Jawaban

1 (a) 4+4+4
= 3 x 4 = 12
1 (b) 2+2+2+2
=4x2=8
1 (c) 6+6+6+6
= 4 x 6 = 24
2 5 kali sehari x 7 hari
5 x 7 = 35
Jadi, umat muslim sholat selama seminggu sebanyak 35 kali
3 2 keranjang ( 4 apel + 3 jeruk)
2 x ( 4 + 3 ) = 2 x 7 = 14
4 (a) 7 x 9 = 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 63
4 (b) 6 x 8 = 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 48
4 (c) 5 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 50
5 n = 2 hasil perkaliannya yaitu 10 x 6 = 60
6 (a) 4 papan x 6 Stik =

6 + 6 + 6 + 6
= 24

6 (b) 3 papan x 4 stik

4 + 4 + 4
= 12

6 (c) 2 papan x 7 stik =

7 + 7
= 14
183

Lampiran 15
Tabel 3.3
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Kelas Eksperimen

No. Aspek yang di nilai Indikator Nomer Jumlah


Item Butir
1. Kemampuan siswa Siswa mampu mengaitkan
dalam menggunakan konsep perkalian 1 2
alat peraga penjumlahan berulang
dengan menggunakan alat
peraga papan stik

2. Kemampuan siswa Siswa mampu memecahkan


memecahkan masalah soal pada LKS dengan 2 4
menggunakan alat peraga
papan stik
3. Siswa Siswa mampu
mengkomunikasikan mengkomunikasikan di
sendiri hasil depan mengenai materi 3 3
pemikirannya perkalian dengan
menggunakan alat peraga
papan stik serta
mencontohkan nya di depan
kelas

4. Kemampuan siswa Siswa mampu menggambar


dalam menggambar alat peraga papan stik 4 2
alat peraga papan stik
184

Lampiran 16
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Kelas Eksperimen
Materi Pokok :
Kelas/Semester :
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda checklist √ untuk setiap deskriptor yang nampak
Kriteria Penskoran :
• Skor 1 diberikan jika X ≤ 20%
• Skor 2 diberikan jika 20% < X ≤ 40%
• Skor 3 diberikan jika 40% < X ≤ 60%
• Skor 4 diberikan jika 60% ≤ 80%
• Skor 5 diberikan jika X > 80%

Dengan X adalah banyaknya siswa yang aktif melakukan pembelajaran dengan alat
peraga papan stik.
Kualitas :
• 1 = sangat kurang; • 4 = baik
• 2 = kurang; • 5 = baik sekali
• 3 = cukup;

Skor
No. Aspek yang di nilai Skor
Indikator
1 2 3 4 5
1. Kemampuan siswa dalam menggunakan alat
peraga Papan Stik
a. Siswa menggunakan alat peraga sesuai cara-
cara yang telah guru ajarkan
b. Siswa mengetahui cara penggunaan alat
peraga papan stik untuk mengaitkan konsep
perkalian yang merupakan penjumlahan
berulang
2. Kemampuan siswa memecahkan masalah
185

a. Mengerjakan LKS yang diberikan secara


diskusi
b. Memastikan semua anggota kelompok sudah
menguasai materi dalam LKS
c. Mampu memecahkan masalah pada soal
yang rumit
d. Berpikir kreatif seperti mencoba
memecahkan masalah-masalah pada latihan
soal yang mempunyai variasi berbeda
dengan contoh yang diberikan)
3. Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil
pemikirannya
a. Berani berpendapat mengenai penggunaan
alat peraga papan stik
b. Menjelaskan konsep perkalian dengan
menggunakan alat peraga papan stik
c. Mencontohkan cara penggunaan alat peraga
papan stik dengan soal yang diberikan guru
4. Siswa mampu menggambar alat peraga papan
stik
a. Menggambar papan stik sesuai dengan yang
telah diajarkan
b. Dalam menggambar bentuk gambaran sesuai
dengan pertanyaan yang ada pada LKS

Keterangan :

Jumlah Skor yang didapat X 100


Jumlah Skor maksimal
 Sangat Baik : 81 – 100
 Baik : 61 – 80
 Cukup : 41 – 60
 Kurang : 30 – 40
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196

Lampiran 17
Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Nilai Kelas Nilai


Eksperimen Posttest Kontrol Posttest
E1 75 K1 46
E2 88 K2 65
E3 73 K3 44
E4 83 K4 79
E5 75 K5 58
E6 75 K6 54
E7 83 K7 79
E8 90 K8 79
E9 58 K9 69
E10 92 K10 73
E11 92 K11 65
E12 94 K12 85
E13 31 K13 58
E14 69 K14 79
E15 98 K15 88
E16 88 K16 54
E17 85 K17 91
E18 90 K18 75
E19 88 K19 65
E20 83 K20 29
Jumlah 1610 Jumlah 1335
Rata-rata 80,50 Rata-rata 66,75
197

Lampiran 18
Nilai Tertinggi Posttest Kelas Eksperimen
198
199
200

Lampiran 19
Nilai Terendah Posttest Kelas Eksperimen
201
202
203

Lampiran 20
Nilai Tertinggi Posttest Kelas Kontrol
204
205
206

Lampiran 21
Nilai Terendah Posttest Kelas Kontrol
207
208
209

Lampiran 22
Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen
210

Lampiran 23
Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol
211

Lampiran 24
Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
212

Lampiran 25
Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
213

Lampiran 26
Perhitungan Uji Homogenitas Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
214

Lampiran 27
Perhitungan Uji Hipotesis Posttest
215

Lampiran 28
Perhitungan Uji Effect SizePosttest
216

Lampiran 29
217
218
219
220
221
222
223

Lampiran 30
Dokumentasi
224

Lampiran 31
225
226
227

TENTANG PENULIS

Khoirun Nisa lahir di Jakarta,

11November1995. Peneliti

merupakan anak kelima dari

delapanbersaudara. Beralamat di

Jalan H. Tohir RT 003/07 No. 51

Sukabumi Selatan Kebon Jeruk

Jakarta Barat. Pada tahun 2002-

2008, penulis menempuhpendidikan dasar di SDI Al-Falah 1 Petang Kebon

Jeruk Jakarta Barat. Kemudian, Penulis melanjutkan pendidikan di

Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta Selatan pada tahun 2008-2011.

Belum cukup dengan ilmu yang didapat, penulis melanjutkan pendidikan di

MA Al-Falah Jakarta dengan jurusan IPS pada tahun 2011-2014. Pada

tahun 2014, penulis melanjutkan studi S1 di UIN Syarif

HidayatullahJakarta pada program studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI).
228

Anda mungkin juga menyukai