Anda di halaman 1dari 203

Pengaruh Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


(Penelitian Quasi Eksperimen Di SMP Bhinneka Tunggal Ika)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh

Dewi Andriani
107017001190

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Dewi Andriani (107017001190), Pengaruh Pendekatan Model-Eliciting
Activities (MEAs) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
(Kuasi Eksperimen di SMP Bhinneka Tunggal Ika Jakarta Barat), Skripsi Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Desember 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan model-eliciting


activities terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian
dilakukan di SMP Bhinneka Tunggal Ika Jakarta Barat pada siswa kelas VIII
tahun ajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi
ekperimen dengan rancangan penelitian two group randomized post test only.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik cluster random
sampling. Sampel penelitian pada kelas eksperimen berjumlah 30 siswa yaitu
pada kelas VIII-B dengan menggunakan pendekatan model-eliciting activities.
Sampel pada kelas kontrol berjumlah 30 siswa yaitu pada kelas VIII-A dengan
menggunakan pendekatan konvensional. Berdasarkan analisis dengan uji t dan
taraf signifikansi (α) = 0,05, diperoleh nilai nilai thitung yaitu sebesar 3,049 lebih
besar dibandingkan dengan nilai ttabel yaitu sebesar 1,99 (3,34 > 1,99), yang
artinya rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pendekatan model-eliciting activities lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan
demikian, penerapan pendekatan model-eliciting activities berpengaruh positif
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Kata Kunci: Model-Eliciting Activities, Pemecahan Masalah

i
ABSTRACT
Dewi Andriani (107017001190), The Influence Of Model-Eliciting Activities
Approach To Mathematical Problem Solving Ability Of Student (Quasi-
Experiments in Bhinneka Tunggal Ika West Java), Skripsi for Department of
Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif
Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, December 2013

This research aims to find the influence of model-eliciting activities approach to


mathematical problem solving ability of student. The research was conducted at
SMP Bhinneka Tunggal Ika West Java class VIII student of the school year
2012/2013. The research method used was quasi experimental research design
two group randomized subject post test only. Samples were taken by using
technique cluster random sampling. The research sample in the experimental
class numbered 30 students that is in class VIII-B using model-eliciting activities
approach. The sample in control class numbered 30 students that is in class VIII-
A using conventional approach. Based on analyss by t test and a significance level
(α) = 0.05, t value obtained is equal to 3.049 greater than the value of t tables is
equal to 1.99 (3.34> 1.99), which means an average of mathematical problem
solving ability of students taught using model-eliciting activities approach to
teaching higher than the average of students’ mathematical problem solving skills
are taught using conventional teaching. Thus, the implementation of model-
eliciting activities approach a positive effect on students; mathematical problem
solving ability.

Key Words: Model-Eliciting Activities, Problem Solving


ii

KATA PENGANTAR
‫ﺑﺳﻢﺍﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻦﺍﻟﺭﺤﻳﻢ‬

Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah


memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan
yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan salam senantiasa
dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak


sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa,
perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif
dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh
sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam melancarkan
proses sebelum penelitian dan sesudah penelitian.
2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu dalam melancarkan proses sebelum penelitian dan sesudah
penelitian.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu dalam melancarkan proses sebelum penelitian dan sesudah
penelitian.
4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang
penuh kesabaran, bimbingan, waktu, arahan, dan semangat dalam
membimbing penulis selama ini.
5. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, selaku Dosen Pembimbing II yang penuh
kesabaran, bimbingan, waktu, arahan, dan semangat dalam membimbing
penulis selama ini.

ii
iii

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan
Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
8. Kepala SMP Bhinneka Tunggal Ika, Bapak Supriyanto, S.Pd yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Bhinneka Tunggal Ika,
Bapak Raden Budi J, S.Si selaku guru matematika yang telah membantu
penulis melaksanakan penelitian di kelas VIII-A dan VIII-B, dan seluruh
karyawan dan guru serta siswa-siswi SMP Bhinneka Tunggal Ika yang telah
membantu melaksanakan penelitian.
9. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
10. Keluargaku tercinta Ayahanda Junaidin, S.Pd, Ibunda Siti Asmah, S.Pd yang
tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan
dukungan moril maupun materil kepada penulis. Adik-adikku tercinta
Muhammad Ryan dan Ahmad Ajun Fadillah, serta semua keluarga yang
selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam
menggapai mimpi untuk meraih cita-cita.
11. Sahabatku tercinta Siti Azizah, Shinta Khoerunnisa, Syafiqotul Aimmah, Siti
Muniroh, Nurul Aisah, dan Eka Yuniarti yang senantiasa selalu memberika
energi positif kepada penulis berupa doa dan dorongan semangat sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsinya.
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2007
kelas A terutama yang selalu memberikan energi positif kepada penulis yaitu
Damai Yanti, Tuti Haryati, Purnawati, Muhammad yusuf, Abdul Gofur, Hafiz
Faturrahman, Devi Fauziah, Kholifa Damaya, Yuni Hanstin Jamil, Stantia

ii
iv

Sari serta teman-teman kelas B yaitu Fellani Cahya Utama dan lainnya yang
tidak bisa disebut satu persatu.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namnya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan
berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan
doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah
SWT di dunia dan di akhirat. Amin yaa robbal’alamin. Demikianlah betapapun
penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun
karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran skripsi ini
masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan.
Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis
terima dengan hati terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa
manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khusunya dan bagi pembaca sekalian
umumnya.

Jakarta, 30 Desember 2013

Penulis

ii
v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar belakang masalah ...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 12
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 12
D. Perumusan Masalah Penelitian .................................................................. 13
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 13
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 14
BAB II Deskripsi Teoritik, Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Penelitian .......................................................................................... 15
A. Deskripsi Teoritik ....................................................................................... 15
1. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) .......................................... 15
a. Hakikat Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) ..................... 15
b. Tahapan Pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) ................ 21
2. Pembelajaran Konvensional ........................................................................25
3. Pemecahan Masalah Matematika ............................................................... 26
a. Hakikat Pemecahan Masalah Matematika ........................................... 26
b. Indikator Pemecahan Masalah Matematika ......................................... 30
c. Tahapan Pemecahan Masalah Matematika .......................................... 32
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Pembelajaran
Model-Eliciting Activities (MEAs) ............................................................. 34
B. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 38
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39

v
vi

D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 43


A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 43
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 43
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 45
E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 45
1. Validitas ...................................................................................... 47
2. Reliabilitas .................................................................................... 48
3. Taraf Kesukaran ........................................................................... 49
4. Daya Pembeda ............................................................................. 50
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 51
1. Uji Normalitas ….......................................................................... 51
2. Uji Homogenitas .......................................................................... 52
3. Uji Hipotesis ................................................................................. 53
G. Hipotesis Statistik .............................................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 57
A. Deskripsi Data ................................................................................... 57
1. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen .................. 57
2. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol ......................... 59
3. Tahapan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ...................................................................................63
4. Respon Siswa Terhadap Pendekatan MEAs .......................................... 65
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis ........................................................ 66
1. Uji Normalitas ............................................................................. 66
2. Uji Homogenitas .......................................................................... 67
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 69
1. Proses Pembelajaran dengan Pendekatan MEAs ............................. 69
a. Model

vi
vii

b. Eliciting
c. Activities
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .............................................................. 73
a. Kelas Eksperimen
b. Kelas Kontrol
E. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 79
A. Kesimpulan ................................................................................. 79
B. Saran ............................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...................................................................................41


Tabel 3.2 Desain Penelitian ..................................................................................42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes .........................................................................45
Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran ..............................................48
Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda .................................................49
Tabel 4.1 Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
sxsdsdsd Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................................57
Tabel 4.2 Persentase Rata-rata Tahapan Pemecahan Masalah Kelompok ddfdfdfd
fdgdggfg Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................59
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan
dfddfdfd Kontrol ..................................................................................................61
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan
fdgfvfhg Kontrol ..................................................................................................61
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................62

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....62
Gambar 4.2 Suasana Kelas Saat Membuat Model Matematika ............................64
Gambar 4.3 Suasanan Kelas Saat Diskusi Kelompok ...........................................65
Gambar 4.4 Suasana Kelas Saat Presentasi Kelompok .........................................66
Gambar 4.5 Contoh Salah Satu LKS Pertemuan Pertama ....................................68
Gambar 4.6 Contoh Salah Satu LKS Pertemuan Ketiga .......................................69
Gambar 4.7 Contoh Salah Satu LKS Pertemuan Keenam ....................................70
Gambar 4.8 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 2 .....................................71
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 2 ............................................72
Gambar 4.10 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 3 ...................................74
Gambar 4.11 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 3 ..........................................74
Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 4 ...................................76
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 4 ..........................................76

ix
viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Pra Penelitian ....................................................85


Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ................87
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ......................101
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ......................................................................113
Lampiran 5 Kisi-Kisi Uji CobaInstrumen Tes Kemampuan Pemecahan
sdsdsdsdsd Masalah Matematika ......................................................................137
Lampiran 6 Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
sasasasasas Matematika ....................................................................................138
Lampiran 7 Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan ddddvvcvf
ffdfdfdfdfd Pemecahan Masalah Matematika ...................................................141
Lampiran 8 Perhitungan Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan
dcdfdfdffd Daya Pembeda ................................................................................151
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Instrumen ........................................................153
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ....................................................154
Lampiran 11 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ............................................155
Lampiran 12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen ..............................................156
Lampiran 13 Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ....157
Lampiran 14 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas Tes Essay ...............159
Lampiran 15 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Reliabilitas ............................161
Lampiran 16 Langkah-Langkah Perhitungan Taraf Kesukaran ..........................162
Lampiran 17 Langkah-Langkah Perhitungan Daya Pembeda ............................163
Lampiran 18 Data Mentah Hasil Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas
fvffdfdfdfdf Kontrol ...........................................................................................164
Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen .............................165
Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ...................................166
Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas .......................................................167
Lampiran 22 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ...............................................168
Lampiran 23 Hasil Wawancara Siswa Untuk Mengetahui Respon Siswa
dfdfffdfdfd Terhadap Penerapan Pendekatan MEAs ........................................169

xviii
xi

Lampiran 24 Luas Di Bawah Kurva Normal ......................................................171


Lampiran 25 Harga Kritis Korelasi Product Moment Pearson ...........................172
Lampiran 26 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ..........................173
Lampiran 27 Nilai Kritis Distribusi F .................................................................174
Lampiran 28 Nilai Kritis Distribusi T .................................................................175

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin
keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali, seperti yang tertuang pada UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 5:1
Ayat (1) : Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
Ayat (2) : Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Selain UU di atas, yang merupakan landasan operasional pendidikan di
Indonesia, terdapat juga landasan ideal, konstitusional, dan spiritual. Landasan
ideal pendidikan Indonesia adalah pancasila. Landasan konstitusional pendidikan
Indonesia adalah UUD 1945. Dan landasan spiritual pendidikan di Indonesia bagi
warga yang mayoritas Islam adalah Al Qur’an.
Al Qur’an surat Al Mujadalah ayat 11 juga menyebutkan tentang
pendidikan yaitu bahwa orang-orang yang berilmu diberi kedudukan tinggi
beberapa derajat. Ungkapan ayat tersebut adalah sebagai berikut:
ِ‫……………خَبِيزُنَتَعْمَلُىبِمَاللهُىَتٍجَادَرَالْعِلْمَاأُوتُىوَاّلَذِينَمِنكُمْاءَامَنُىالَّذِينَاللهُيَزْفَع‬

Artinya: “………., niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang


beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sejalan dengan pernyataan di atas, setiap warga negara khususnya anak-
anak sudah seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak untuk diterimanya
seperti halnya anak-anak dari seluruh dunia yang mendapat pendidikan dari

1
Bidang DIKBUD KBRI Tokyo, Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2012, h. 4, (www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf).

1
2

negaranya. Apalagi di negara kita Indonesia yang mayoritas penduduknya


beragama islam, sesuai dengan perintah dalam Al Qur’an yang merupakan
pedoman hidup agama islam, kita sebagai seorang muslim diwajibkan untuk
menuntut ilmu setinggi-tingginya karena orang-orang yang berilmu diberikan
tempat yang tinggi sederajat oleh Allah SWT. Salah satu tempat dimana anak-
anak bisa mendapatkan pendidikan diantaranya sekolah.
Sekolah sebagai suatu tempat untuk mendidik siswa menjadi orang
yang berguna bagi dirinya dan negaranya, harus dapat memenuhi kebutuhan dasar
tersebut yaitu pendidikan. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan formal
yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid di bawah pengawasan guru.2
Lembaga pendidikan formal memang sengaja dirancang sebagai lembaga
pendidikan yang mempunyai metode dan teknik pengajaran yang didasarkan pada
kurikulum yang baku. Keberadaan lembaga ini menjadi sangat penting karena
kemajuan zaman sudah menuntut generasi muda untuk mendapatkan pengetahuan
lebih yang tidak mungkin didapatkan di rumah. Peran lembaga pendidikan formal
pun akan semakin diperlukan seiring kemajuan kehidupan masyarakat. Para guru
diharapkan mampu menularkan ilmu dan mentransfer ilmu mereka demi
menjadikan anak didiknya orang-orang yang hebat dan bermartabat.
Sebagai pusat pendidikan, sekolah dapat menjalankan fungsi
pendidikan secara optimal dengan cara mengembangkan kemampuan anak guna
meningkatkan kualitas hidup dan kedigdayaan bangsa. Jika generasinya pintar,
bersiaplah untuk menjadi bangsa yang maju. Sebaliknya, kalau generasi muda tak
mendapatkan pendidikan yang layak, bersiaplah menjadi bangsa yang dijajah
secara keseluruhan oleh bangsa lain yang haus kekuasaan. Salah satu pelajaran
yang diajarkan di sekolah adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu
pengetahuan yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial dan
linguistik. Pemikiran yang sistematis, logis dan kritis dibutuhkan untuk menguasai
kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Matematika yang bersifat abstrak merupakan salah satu mata pelajaran yang

2
Wikipedia,Sekolah, 2013, h. 1,(http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah).

2
3

mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Perkembangan matematika yang


begitu pesat juga menuntut generasi muda untuk lebih meningkatkan kualitasnya
agar dapat bersaing di masa yang akan datang.
Syarat penguasaan matematika jelas tidak bisa dikesampingkan.
Kemampuan berpikir secara logis, analitis, sistematis, kreatif dan bekerja sama
dalam belajar matematika diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Namun meningkatnya ilmu matematika masih belum dibarengi dengan sumber
daya manusia terutama di Indonesia. Karena nyatanya ilmu matematika di
Indonesia masih kurang diminati oleh para generasi muda khususnya pelajar
sekolah menengah. Padahal matematika merupakan ilmu dasar dari setiap hal
yang terjadi di lingkungan kita.
Tidak heran jika matematika diajarkan dari jenjang pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi. Selain itu matematika juga diberi porsi jam pelajaran
lebih banyak dibanding mata pelajaran lain. Namun sampai saat ini masih banyak
siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan,
dan membosankan karena siswa-siswi kesulitan untum memahami konsep dan
mengerjakan soal-soal matematika.
Kenyataan dewasa ini, matematika belum diterima dengan sukarela atau
senang hati oleh siswa menjadi pekerjaan atau tugas khusus bagi guru sebagai
pendidik khususnya guru matematika. Hal ini dapat diantisipasi dengan
memberikan wawasan dan arahan serta pendekatan yang tepat kepada siswa.
Khususnya tentang penggunaan atau aplikasi matematika dalam bidang ilmu lain
dalam kehidupan sehari-hari. Secara sengaja atau tidak sengaja maupun langsung
atau tidak langsung, masyarakat atau siswa menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Soal-soal matematika yang ditulis dalam beberapa buku paket
matematika sekolah tidak hanya berupa angka tapi juga banyak yang berupa soal
cerita. Soal-soalnya pun tidak hanya menuntut cara berpikir yang rutin tetapi
banyak juga soal-soal cerita yang menuntut cara berpikir yang tidak biasa. Saat ini

3
4

mulai banyak metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah tidak hanya


sekedar ceramah sehingga pengetahuan matematika tidak berpusat pada guru saja
tetapi siswa juga dituntut untuk membangun suatu konsep. Soal matematika yang
disajikan dalam soal cerita (tidak hanya bilangan) dan metode pembelajarannya
dapat memberikan makna tertentu.
Melalui matematika, siswa dapat berlatih menggunakan fikirannya
secara logis, sistematis, kritis dan kreatif serta membantu siswa dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang mungkin dihadapinya di kehidupan sehari-
hari. Matematika yang disajikan dalam bentuk masalah akan memberikan
motivasi kepada siswa untuk mempelajari matematika lebih dalam. Dengan
dihadapkan suatu masalah matematika, siswa akan berusaha menemukan
penyelesaiannya melalui berbagai strategi pemecahan masalah matematika.
Kepuasan akan tercapai apabila siswa dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Kepuasan intelektual ini merupakan motivasi intrinsik bagi siswa.
Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu
menjadi masalah tergantung bagaimana seseorang mendapatkan masalah tersebut
sesuai kemampuannya. Terkadang dalam pendidikan matematika di sekolah ada
masalah bagi kelas rendah namun bukan masalah bagi kelas tinggi.
Banyak ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah
merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, namun mereka juga
menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah.
Menurut Cooney dalam Atmini, suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya
jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak
dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah
diketahui oleh pemecah masalah.3 Masalah merupakan suatu konflik, hambatan
bagi siswa dalam menyelesaikan tugas belajarnya di kelas. Namun masalah harus
diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang. Semakin banyak siswa
dapat menyelesaikan setiap permasalahan matematika, maka siswa akan kaya
akan variasi dalam menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk apapun.

3
Atmini Dhurori dan Markaban, Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
dalam Kajian Aljabar di SMP, (Yogyakarta: PPPPTK, 2010), h. 6-7.

4
5

Masalah yang dihadapi di dunia nyata tidak beraturan, mengambang, kacau,


kompleks, dan amat sering tidak memiliki satu solusi yang tepat. Bentuk masalah-
masalah seperti ini menuntut paradigma yang berbeda juga di mana para pendidik
dan pembelajarnya dihadapkan dengan situasi yang mengambang yang menuntut
pemecahan masalah. Karenanya siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan
dalam memecahkan berbagai masalah, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di
luar kelas. Kemampuan yang dapat memberikannya pengetahuan yang berguna
tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di kehidupan nyata.
Menurut NCTM, dalam belajar matematika siswa dituntut untuk
memiliki kemampuan: problem solving (pemecahan masalah), reasoning and
proof (pemahaman konsep),connections (koneksi matematika), communication
(komunikasi matematika) dan representation (representasi matematika).4
Sejalan dengan NCTM, Sumarmo mengatakan bahwa pembelajaran
matematika hendaknya mengutamakan pada pengembangan daya matematik
siswa yang meliputi: kemampuan untuk mengeksplorasi, menyusun konjektur dan
memberikan alasan secara logis, kemampuan untuk menyelesaikan masalah non
rutin, mengomunikasikan ide mengenai matematika dan menggunakan
matematika sebagai alat komunikasi, menghubungkan ide-ide dalam matematika
antar matematika dan kegiatan intelektual lainnya.5 Sejalan dengan hal tersebut,
kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting dan harus segera dimiliki oleh
siswa yang mempelajari matematika.
Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memilikikemampuan sebagai berikut:6
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
danmengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien
dantepat dalam pemecahan masalah.

4
The National Council of Teachers of Mathematics, Principles and Standards for
School Mathematics, (USA: NCTM, 2000), p. 7
5
Utari Sumarmo, Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik, (Bandung: FMIPA-UPI, 2010), h. 3
6
Sri Wardhani, Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk
Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika, (Yogyakarta: PPPPTK Matematika, 2008), h. 2

5
6

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi


matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkansolusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau medialain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajarimatematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Salah satu implementasi dari Permendiknas no 22 Tahun 2006 adalah
penekanan soal pemecahan masalah pada soal olimpiade. Fajar menyatakan
bahwa hal ini dapat dilihat dengan sebagian besar soal olimpiade matematika
nasional yang berorientasi pada pemecahan masalah. Sejalan dengan sola
olimpiade matematika nasional, dalam olimpiade matematika internasional juga
terdapat soal penyelesaian masalah. Salah satu olimpiade matematika
internasional adalah TIMSS (Trend in International Mathematics and Science
Study) dan fakta penting pada penyelenggaraan TIMSS adalah Negara Latvia
memperoleh perubahan nilai yang signifikan pada penyelenggaraan TIMSS 1995
dan TIMSS 2003. Hal ini karena Latvia merombak seluruh kurikulum, tujuan
pendidikan serta buku pelajaran sesuai dengan refleksi dari tes internasional.
Hal di atas menunjukkan bahwa arah atau orientasi pembelajaran
matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematika. Kemampuan ini
sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami matematika maupun kehidupan
sehari-hari, bukan saja mereka yang mendalami matematika, tetapi juga yang akan
menerapkannya dalam bidang lain. Karena dalam kehidupan nyata, sebagian besar
pekerjaan sehari-hari membutuhkan suatu pemecahan masalah, baik sebagai
seorang manajer, mekanik mobil, dokter, guru, konselor, atau pekerjaan lain.

6
7

Pemecahan masalah (problem solving) merupakan kompetensi atau


kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa setelah mempelajari matematika.
Kemampuan tersebut tidak hanya diperlukan siswa saat mempelajari matematika
atau pelajaran lain, namun sangat dibutuhkan setiap manusia pada umumnya pada
saat memecahkan suatu masalah atau membuat keputusan. Kemampuan yang
demikian memerlukan pola pikir yang memadai. Pola pikir yang memadai dalam
memecahkan masalah adalah pola pikir yang melibatkan pemikiran kritis,
sistematis, logis dan kreatif. Pola pikir seperti itu dibina dan dikembangkan dalam
belajar matematika.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Bhinneka Tunggal Ika tahun ajaran 2012/2013. Rendahnya
hasil belajar matematika siswa ada kaitannya dengan pendekatan pembelajaran
yang dilakukan guru. Proses pembelajaran matematika pada umumnya dilakukan
secara konvensional, drill, bahkan ceramah. Proses pembelajaran seperti ini hanya
menekankan pada tuntutan pencapaian kurikulum daripada mengembangkan
kemampuan belajar siswa.
Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi Matematika di SMP
Bhinneka Tunggal Ika mengenai kondisi siswa dalam berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar matematika.7 Beliau mengatakan bahwa hasil belajar matematika
siswa kelas VIII masih kurang. Hal ini terlihat saat siswa diberi suatu
permasalahan masih belum dapat menyelesaikan dengan langkah yang benar. Dan
terkadang kecepatan mengerjakan soalpun sangat lambat. Seringkali satu
pertemuan hanya mampu mengerjakan dua hingga tiga soal pemecahan masalah.
Sehingga membuat materi lain menjadi terlambat untuk dipelajari.
Disamping itu, masalah lain yang muncul di sekolah tersebut
diantaranya siswa masih terlalu bergantung pada guru. Siswa hanya dapat
mengerjakan soal latihan yang sama persis dengan yang dicontohkan guru, namun
setelah diberikan soal lain yang sedikit diubah bentuknya maka siswa cenderung

7
Wawancara dengan Bapak Budi S.Pd. selaku guru bidang studi Matematika di
SMP Bhinneka Tunggal Ika, Jakarta Pusat, pada tanggal 10 Agustus 2012

7
8

bingung dan tidak mampu menyelesaikannya. Hal tersebut terjadi karena guru di
sekolah masih cenderung menggunakan cara-cara tradisional seperti ceramah,
tanya jawab dan drill.
Matematika merupakan ilmu yang kaya, menarik, banyak terkait
dengan kehidupan, memungkinkan banyak eksplorasi dan interaksi yang dapat
dilakukan siswa. Namun, dalam pembelajaran matematika interaksi yang sering
terjadi adalah pemberitahuan definisi dan aturan oleh guru kemudian dilanjutkan
dengan demonstrasi pemakaian definisi dan aturan tersebut dalam contoh dan
latihan soal.
Menurut Ruseffendi, proses pembelajaran matematika di sekolah, pada
umumnya siswa mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh gurunya bukan
melalui kegiatan eksplorasi. Sehingga pembelajaran matematika kurang
melibatkan aktivitas siswa secara optimal.8
Pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang aktif karena
kurang memberi peluang kepada siswa untuk lebih banyak berinteraksi dengan
sesama dan dapat membuat siswa memandang matematika sebagai suatu
kumpulan aturan dan latihan yang dapat berujung pada rasa bosan dan bingung
saat diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan.
Selain cara mengajar guru, rendahnya hasil belajar siswa juga
disebabkan lemahnya siswa dalam kemampuan dasar bermatematika lainnya.
Jenning dan Dunne mengatakan bahwa pada umumnya siswa mengalami
kesulitan dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari,
indikasinya adalah pada pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya
dijadikan tempat mengaplikasikan konsep.
Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah
karena pembelajaran matematika dirasakan kurang bermakna. Guru dalam
pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya
(prior-knowledge) yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan

8
Ruseffendi, Pengantar Kepada Mengembangkan Kompetensi Guru Matematika
untuk Meningkatkan CBSA Pengajaran Matematika Modern, (Bandung: Tarsito, 2006)

8
9

kesempatan untuk menemukan kembali (reinvention) dan mengkonstruksi sendiri


ide-ide matematika.
Pendidikan matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada
pendidikan matematika konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik
dan mekanistik. Kebanyakan guru matematika mengontrol secara penuh materi
serta metode penyampaiannya. Dengan cara seperti ini, penekanan hanya pada
kemampuan mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) dan sangat
kurang penekanan pada pemahaman (understanding). Karena itu perlunya
pendekatan yang tidak hanya berpusat pada guru melainkan pada siswa.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat
pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa
(learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif
dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Menurut Gregoria,
pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan
menggunakan sepasang perspektif, yaitu fokus pada individu pembelajar
(keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan
kebutuhan) dengan fokus pada pembelajaran (pengetahuan yang paling baik
tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang praktek
pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan motivasi, pembelajaran, dan
prestasi bagi semua pembelajar). Fokus ganda ini selanjutnya memberikan
informasi dan dorongan pengambilan keputusan pendidikan. Melalui proses
pembelajaran dengan keterlibatan aktif siswa ini berarti guru tidak mengambil hak
anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya.
Pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa
memperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk membangun sendiri pengetahuannya
sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning),
dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Salah satu proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah dengan menggunakan pendekatan
Model-Eliciting Activities (MEAs). Selain itu, karena adanya kekurangan pada
pendekatan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan pemecahan

9
10

masalah matematika siswa, maka muncullah pendekatan MEAs yang diharapkan


dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Menurut Chamberlin, pembelajaran matematika dengan pendekatan
Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan suatu alternatif pendekatan yang
berupaya membuat siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
matematika di kelas. Dalam pendekatan MEAs memunculkan masalah yang nyata
adalah salah satu karakteristiknya. Dengan memunculkan masalah yang nyata
maka secara lebih mudah dapat mengaitkan konsep matematika yang abstrak oleh
siswa. Sehingga dapat memunculkan ketertarikan siswa terhadap masalah tersebut
dan membuatnya aktif untuk mencari penyelesaiannya.9 Keaktifan siswa itu
terwujud dalam salah satu karakteristik pendekatan MEAs yaitu memberikan
siswa peluang untuk mengambil kendali atas pembelajaran mereka sendiri dengan
memunculkan masalah yang berhubungan dengan siswa.
Chamberlin menambahkan pendekatan Model-Eliciting Activities
(MEAs) didasarkan pada situasi kehidupan nyata siswa, bekerja dalam kelompok
kecil, dan menyajikan sebuah model matematis untuk membantu siswa
membangun pemecahan masalah. Selain itu MEAs juga disusun untuk membantu
siswa membangun pemecahan masalah dunia nyata mereka ke arah peningkatan
konstruksi matematika dan terbentuk karena adanya kebutuhan untuk membuat
siswa menerapkan prosedur matematis yang telah dipelajari.

Model-Eliciting Activities (MEAs) sendiri merupakan pendekatan yang


didasarkan pada masalah realistic yang sesuai dengan himbauan Kurikulum 2004
dan Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 yang mengemukakan bahwa
dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika diharapkan dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi kontekstual.
Menurut Geetanjali dalam Lesh, Model-Eliciting Activities (MEAs)
didesain untuk mendorong siswa membangun model matematika untuk
memecahkan masalah yang kompleks dan sebagai alat bagi para pendidik untuk

9
Chamberlin dan Moon, How Does the Problem Based Learning Approach
Compare to the Model-Eliciting Activities Approach in Mathematics?, 2012, p. 7,
(www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/chamberlin.pdf).

10
11

lebih memahami pemikiran siswa. Beberapa peneliti pendidikan telah


mengembangkan serangkaian alat refleksi memikirkan dan merekam strategi
khusus saat pemecahan masalah.
Dalam Model-Eliciting Activities (MEAs), kegiatan pembelajaran
diawali dengan penyajian situasi masalah yang memunculkan aktivitas untuk
menghasilkan model matematis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
matematika. Dalam MEAs, siswa menghasilkan alat konseptual yang
mengandung sistem deskriptif yang tegas atau sistem yang menjelaskan fungsi
sebagai model yang menyatakan aspek penting mengenai bagaimana para siswa
menginterpretasikan situasi pemecahan masalah.
Menurut Chamberlin dan Moon, dalam kegiatan Model-Eliciting
Activities (MEAs) terdiri atas empat bagian. Bagian pertama adalah
mempersiapkan konteks permasalahan, menyajikan masalah, dan membacakan
teks. Bagian kedua adalah bagian pertanyaan “siap-siaga”. Bagian ketiga adalah
bagian data. Bagian keempat adalah tugas pemecahan masalah. Melalui rangkaian
kegiatan MEAs tersebut, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika.
Menurut Lesh, dalam tahapan Model-Eliciting Activities (MEAs) selain
memetakan suatu model matematis dari situasi kehidupan nyata, terdapat juga
langkah memanipulasi model matematis untuk menghasilkan prediksi dan
memcari pemecahan masalahnya. Selanjutnya menerjemahkan model matematis
tersebut kembali ke kehidupan nyata dan membuktikan kegunaannya. Tahapan
tersebut diharapkan dapat membuat siswa aktif dalam kelompok.
Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan jembatan
antara model dan interpretasi, memberi peluang yang besar kepada siswa untuk
mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar matematika. Dengan
menggunakan MEAs, belajar siswa menjadi lebih bermakna karena ia dapat
mempelajari situasi kehidupan nyata dan menyelesaikan masalah yang terdapat di
dalamnya. Sehingga pelajaran di kelas pun menjadi terasa nyata karena masalah
yang dipelajari berasal dari dunia nyata yang sering mereka hadapi sehari-hari.
Hal ini diharapkan membuat siswa mengubah pandangannya bahwa matematika

11
12

sebagai pelajaran yang sulit dan siswa sebenarnya mampu mempelajari


matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka keperluan untuk melakukan studi
yang berfokus pada pengembangan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, yakni pembelajaran matematika
dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dipandang penulis sangat
penting. Dalam kaitan ini maka penulis mencoba melakukan penelitian yang
berhubungan dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs dengan
kemampuan pemecahan masalah yang dilaksanakan di SMP, dan mengungkapkan
apakah pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) memberikan kontribusi
terhadapa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian ini
dirancang untuk melihat Pengaruh Pendekatan Model-Eliciting Activities
(MEAs) Terhadap Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP.
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini melibatkan siswa kelas VIII SMP Bhinneka Tunggal Ika
Jakarta Pusat. Dipilih kelas VIII dikarenakan peneliti akan mengambil materi
tentangsistem persamaan linear dua variabel. Berdasarkan latar belakang yang
dipaparkan, maka permasalahan dapat dididentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
2. Rendahnya kemampuan memecahkan permasalahan matematika.
3. Pendekatan belajar yang kurang menarik dan membosankan bagi siswa dan
kurang mengaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta terlalu berpusat
pada guru dan kurang mengembangkan ide dan kreativitas siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah, penelitian ini dibatasi pada
penggunaan pendekatanModel-Eliciting Activities (MEAs) terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam belajar matematika. Beberapa
istilah terkait dengan masalah tersebut diberi batasan sebagai berikut:
1. Bidang yang diteliti hanya mencakup pembelajaran sistem persamaan linear
dua variabel dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activites
(MEAs) di SMP Bhinneka Tunggal Ika Jakarta Pusat. Dan siswa yang

12
13

dimaksud dalam penelitian adalah siswa SMP Bhinneka Tunggal Ika kelas
VIII semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.
2. Pendekatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan Model-
Eliciting Activities yaitu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan
penyajian situasi maslah dunia nyata yang memunculkan aktivitas untuk
menghasilkan model matematis yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah matematika melalui tahapan proses pemodelan matematika.
3. Kemampuan yang ingin diteliti adalah kemampuan pemecahan masalah
matematika yaitu satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna
mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai tanpa
menggunakan prosedur yang rutin.Indikator pemecahan masalah matematika
yang diambil pada aspek kognitif dan pada tingkatan pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi (penerapan).
D. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang masalah dan identifikasi masalah,
maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)?
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajarkan dengan pendekatan konvensional?
3. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan
dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi dari siswa
yang diajarkan dengan pendekatan konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan
pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs).
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan
pendekatan konvensional.
3. Perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dengan

13
14

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan


pendekatan konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam proses
pembelajaran.
2. Guru, sebagai masukan atau informasi untuk memperoleh gambaran
mengenai pendekatan pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam
kegiatan belajar mengajar matematika, sehingga dapat dijadikan alternatif
dalam pembelajaran matematika dikelas.
3. Peneliti selanjutnya, sebagai salah satu sumber informasi dan bahan rujukan
untuk mengadakan penelitian yang lebih lanjut yang dapat mengembangkan
pendekatan pembelajaran di kelas.
4. Sekolah, dapat meningkatkan kualitas sekolah melalui peningkatan hasil
belajar siswa dan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran
matematika di sekolah.
5. Siswa, dapat memberikan pengalaman baru dalam proses belajar mengajar
matematika.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan
 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan
pendekatan, model, dan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa.
 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam pembelajaran matematika.

14
15

BAB II
DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)
a. Hakikat Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)
W. Gulo dalam Evelin mengemukakan bahwa, pendekatan
pembelajaran adalah suatu pandangan dalam mengupayakan cara siswa
berinteraksi dengan lingkungannya.10 Sedangkan menurut Roy Killen dalam
Wina, ada dua macam pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru (tracher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat
pada siswa (student-centered approaches).11 Pendekatan Model-Eliciting Activites
(MEAs) adalah salah satu pendekatan yang berpusat pada siswa yang
memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar di
dalam kelas.
Model-Eliciting Activites (MEAs) terbentuk pada pertengahan tahun
1970-an dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan pengguna kurikulum. MEAs
disusun oleh pendidik matematika, profesor dan lulusan di seluruh Amerika dan
Australia, untuk digunakan oleh guru matematika. Ada dua alasan terbentuknya
MEAs, yang pertama MEAs akan mendorong siswa untuk membuat suatu model
matematika untuk memecahkan masalah yang rumit, seperti yang biasa seorang
ahli matematika lakukan di kehidupan nyata. Kedua, MEAs dirancang untuk
memungkinkan para peneliti menyelidiki berpikir matematis siswa. MEAs
memiliki potensi untuk mengembangkan bakat matematika, karena melibatkan
para siswa dalam tugas-tugas matematika yang rumit.12

10
Evelin Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Cet. II, h. 75.
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2011), Ed. 1, Cet. 8, h. 127.
12
Chamberlin, S. A., Moon, S. M., Model-Eliciting Activities as a Tool to Delevop
and Identify Creatively Gifted Mathematicians, Journal of Secondary Gifted Education, 2005,
Vol. XVII, No. I

15
16

Mereka mengharapkan siswa dapat mengembangkan sebuah model


matematis berupa sistem konseptual yang membuat siswa merasakan beragam
pengalaman matematis tertentu. Model matematis siswa adalah hasil dari proses-
proses rekursif ketika siswa mengemukakan ide, menguji, meninjau ulang dan
memperluas interpretasi mereka.
Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan perluasan
atau pengembangan dari pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Pendekatan
MEAs adalah pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian situasi
masalah yang memunculkan aktivitas yang menghasilkan model matematis yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika. Pendekatan MEAs berisi
masalah-masalah matematika yang dibuat oleh para pengajar matematika,
professor dan pascasarjana, melalui Amerika dan Australia, untuk digunakan oleh
instruktur matematika .13
Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan pendekatan
yang didasarkan pada masalah realistis, bekerja dalam kelompok kecil, dan
menyajikan sebuah model untuk membantu siswa membangun pemecahan
masalah dan membuat siswa menerapkan pemahaman konsep matematika yang
telah dipelajarinya. Iterasi pemecahan masalah yang paling penting dari sebuah
MEAs adalah untuk mengemukakan, menguji, dan meninjau kembali model yang
akan memecahkan suatu permasalahan.14 Perolehan model dan sistem berpikir
ditekankan secara kontras untuk menyatukan ide yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah. Menurut Eric dan Richard, iterasi dalam kelompok melalui
siklus “mengemukakan, menguji, meninjau kembali” dari suatu model peninjauan
kembali dapat menghasilkan struktur kognitif dan pemahaman baru dalam
anggota kelompok, lebih efektif daripada satu kali aplikasi siklus. Solusi MEAs
menawarkan sebuah alternatif keseimbangan bagaimana “hasil” dan “proses”
ditekankan dalam kurikulum.

13
Chamberlin, S. A., Moon, S. M. , How Does the Problem Based Learning Approach
Compare to the Model-Eliciting Activities Approach in Mathematics?, 2005, p.
4,(http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/chamberlin.pdf).
14
Eric Hamilton, Richard Lesh, et. al. Model-Eliciting Activities (MEAs) as a Bridge
Between Engineering Education Research and Mathmatics Education Research, (Los Angeles:
Advance in Engineering Education, 2008), p. 4.

16
17

Model-Eliciting Activities (MEAs) secara ideal disusun untuk


membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan
nyata sehingga siswa memiliki konstruksi matematika yang kuat. MEAs
membantu perkembangan pemikiran siswa karena siswa membuat model mereka
sendiri untuk memecahkan masalah-masalah matematika. Siswa tidak perlu
berlama-lama mencari satu jawaban yang mungkin hanya diketahui oleh gurunya.
Untuk memperkenalkan MEAs, guru tidak mencontohkan proses algoritma untuk
menyelesaikan permasalahan seperti yang dilakukan dalam langkah-langkah
pembelajaran biasa. Dalam MEAs siswa didorong untuk belajar mandiri,
menemukan metode-metode dan model-model yang dapat memecahkan
permasalalahan. Dan kemudian mereka dituntut untuk dapat mengeluarkan ide
pikiran dan berani mengemukakannya melalui model matematis, serta menguji
dan meninjau kembali model jika terdapat kesalahan.
MEAs mempunyai tujuan agar siswa lebih memahami dan mendorong
siswa dalam pemecahan masalah, yaitu mendorong siswa membangun model
matematika untuk memecahkan masalah yang kompleks, dan sarana bagi para
pendidik untuk lebih memahami pemikiran siswa.15 Dalam Model-Eliciting
Activities (MEAs) siswa menghasilkan alat konseptual (rumus) yang berisi
penggambaran eksplisit atau sistem penjelasan yang berfungsi sebagai model
dimana siswa memberitahu aspek-aspek penting bagaimana siswa tersebut
menginterpretasi situasi pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan Model-Eliciting Activites
(MEAs) adalah pendekatan yang berpusat pada siswa dimana kegiatan yang
dilakukan siswa diawali dengan menemukan suatu masalah dari kehidupan nyata
yang sering terjadi sekitar siswa, lalu mengambil informasi yang penting dan
mengubahnya menjadi suatu model matematis yang dapat digunakan untuk situasi
sejenis dan kemudian mencari penyelesaian dari model tersebut serta
menginterpretasikan solusi pemecahan masalah tersebut kembali ke dunia nyata.

15
Geetanjali Soni, Model-Eliciting Activities and Reflection Tools for Problem
Solving, (http://litre.ncsu.edu/sltoolkit/MEA/MEA.htm).

17
18

Lesh dan Doerr menyatakan enam prinsip untuk mengembangkan


Model-Eliciting Activities (MEAs), yaitu: The personal meaningfulness principle,
The model construction principle, The self-evaluation principle, The model-
documentation principle, The simple prototype principle, dan The model
generalisation principle.16
Chamberlin dan Moon memaparkan keenam prinsip tersebut sebagai
berikut. Prinsip yang pertama adalah Prinsip Realitas (The personal
meaningfulness principle/The reality principle). Prinsip ini disebut juga prinsip
keberartian. Prinsip ini menyatakan bahwa skenario yang disajikan sebaiknya
realistis dan dapat terjadi dalam kehidupan siswa. Prinsip ini bertujuan untuk
meningkatkan minat siswa dan menstimuluskan aktivitas yang nyata, menerapkan
cara matematikawan ketika menyelesaikan permasalahan. Permasalahan yang
lebih realistis lebih memungkinkan solusi kreatif dari siswa.
Prinsip yang kedua yaitu Prinsip konstruksi model (The model
construction principle). Prinsip ini menyatakan bahwa respon yang sangat baik
dari tuntutan permasalahan adalah penciptaan sebuah model. Sebuah model
adalah sebuah sistem yang terdiri atas elemen-elemen, hubungan antar elemen,
operasi yang menggambarkan interaksi antar elemen, dan pola atau aturan yang
diterapkan pada hubungan-hubungan dan operasi-operasi. Sebuah model menjadi
penting ketika sebuah sistem menggambarkan sistem lainnya. Prinsip ini berisi
pengkonstruksian, pemodifikasian, perluasan, dan atau peninjauan kembali dari
sebuah model. Karakteristik MEAs yag paling penting ini mengusulkan disain
aktivitas yang merangsang kreativitas dan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Chamberlin dan Moon menuturkan bahwa penciptaan model matematis
membutuhkan suatu konsep yang kuat tentang pemahaman masalah sehingga
dapat membantu siswa menjelmakan pemikiran mereka. Keuntungan menciptakan
model matematis adalah dapat memberikan pemahaman mendalam dan
memungkinkan siswa untuk mentransfer respon mereka kepada situasi serupa
untuk melihat apakah model dapat digeneralisasikan. Pembelajaran MEAs
16
Richard Lesh, Helen M. Doerr, Beyond Constructivism: Models and Modeling
Perspectives on Mathematics Problem Solving, Learning, and Teaching. (New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates Publishers, 2003), p. 43-44

18
19

membiasakan siswa dengan proses siklis dari pemodelan: menyatakan, menguji,


dan meninjau kembali.
Prinsip yang ketiga yaitu Prinsip Penilian Diri (The self-evaluation
principle/The self-assessment). Prinsip penilaian diri menyatakan bahwa siswa
harus mampu mengukur kelayakan dan kegunaan solusi tanpa bantuan guru.
Siswa dapat menggunakan informasi untuk menghasilkan respon dalam iterasi
berikutnya. Chamberlin dan Moon menyatakan bahwa prinsip penilaian diri
terjadi saat kelompok-kelompok mencari jawaban yang tepat. Biasanya siswa
jarang menemukan jawaban terbaik pada usaha pertama dan mereka melakukan
usaha berikutnya untuk memperoleh jawaban yang tepat. Kegiatan presentasi
membuat siswa menghakimi pemikiran mereka. Jika siswa tidak mampu
mendeteksi kekurangan dalam cara pikir mereka, siswa tidak mungkin membuat
usaha-usaha penting untuk mengembangkan cara pikir mereka.
Prinsip ke empat yaitu PrinsipDokumentasi Model (The model
documentation principle). Prinsip ini menyatakan pemikiran mereka sendiri
selama bekerja dalam MEAs dan bahwa proses berpikir mereka harus
didokumentasikan dalam solusi. Prinsip ini berhubungan dengan prinsip penilaian
diri, yang menghendaki siswa mengevaluasi seberapa dekat solusi mereka dengan
dokumentasi. Tuntutan dokumentasi solusi melibatkan teknis penulisan. Prinsip
ini juga membantu untuk memastikan bahwa guru yang menerapkan MEAs
memusatkan proses berpikir siswa selama pemecahan masalah, sebaik model
akhir mereka.
Prinsip kelima yaitu PrinsipPrototipe Sederhana (The simple prototype
principle). Prinsip ini menyatakan bahwa model yang dihasilkan harus dapat
ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Siswa dapat menggunakan prototipe
pada situasi yang sama. Prinsip ini membantu siswa belajar bahwa solusi kreatif
yang diterapkan pada permasalahan matematis adalah berguna dan dapat
digeneralisasikan. Solusi terbaik dari masalah matematis non rutin harus cukup
kuat untuk diterapkan pada situasi berbeda dan mudah dipahami.
Prinsip ke enam yaitu Prinsip Konstruksi kemampuan untuk dipakai
bersama dan digunakan kembali (The Construct shareability and reusability

19
20

principle). Prinsip ini menyatakan bahwa model harus dapat digunakan pada
situasi serupa. Jika model yang dikembangkan dapat digeneralisasi pada situasi
serupa, maka respon siswa dikatakan sukses. Prinsip ini berhubungan dengan
prinsip prototipe sederhana. Berbagai respon dari siswa terhadap tugas
dimungkinkan untuk memiliki berbagai tingkat ketepatan. Tugas-tugas dalam
MEAs merupakan tugas yang berat jika diselesaikan sendiri oleh seorang siswa,
karena itu tugas harus diselesaikan dalam kelompok. Kerja kelompok dalam
MEAs bertujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja yang
mungkin menuntut individu lebih sering berinteraksi dengan teman sebaya.
Enam prinsip di atas sangat penting dalam membimbing pengembangan
MEAs. Hal tersebut adalah tolok ukur yang harus selalu ditinjau kembali bahwa
tugas yang ada ditulis dengan melihat pertumbuhan ide-ide pikiran siswa. Ide-ide
pikiran ini adalah di mana siswa membawa pengetahuan awalnya ke suatu situasi
dan mengubahnya menjadi lebih berkembang dan terarah.
Cynthia dan Leavitt menyatakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
implementasi MEAs antara lain: pemilihan kelompok, relevansi MEAs, presentasi
kelompok dan peran guru selama MEAs berlangsung.17 Distribusi siswa dengan
kemampuan beragam adalah penting bagi keefektifan kerja sama siswa. Dalam
kegiatan MEAs, banyaknya siswa pada setiap kelompok biasanya tiga atau empat
orang. Semua siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian di
dalam proses aktivitaas secara kolaboratif.
Kelompok yang dibentuk harus dapat memfasilitasi siswa, siswa harus
merasa nyaman untuk berbicara dan mengemukakan ide mereka dalam
kelompoknya. Pertukaran selama tahap sense-making ketika siswa menjelajah
gagasan mereka untuk mengembangkan model adalah penting bagi
pengembangan model. Sebaiknya membentuk kelompok siswa dengan beragam
kemampuan dari tinggi, sedang, lemah berdasarkan hasil tes yang dikombinasikan
dengan pengamatan kelas. Kelompok dapat dibentuk ulang berdasarkan penilaian
partisipasi siswa dan pesan individu.
17
Cynthia Ahn, Della Leavitt. Implementation Strategies for Model-Eliciting Activites:
A Teachers Guide. 2007, h. 1 (http://site.educ.indiana.edu/Portals/161/Public/Ahn%20&%20Leav-
itt.pdf)

20
21

Pentingnya memilih konteks aktivitas yang berarti bagi siswa. Relevansi


MEAs membantu siswa memahami tujuan aktivitas dan lebih imajinatif dalam
mengemukakan ide dalam mengembangkan model matematis yang sesuai dengan
konteks. Dan hal yang dapat dilakukan di kelas adalah memulai aktivitas
pemanasan sebelum siswa memulai MEAs.
Presentasi kelompok dan saran-saran tertulis individu juga bagian penting
dalam kegiatan MEAs yang harus diperhatikan.Setelah diskusi kelompok usai,
setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dalam sesi Tanya Jawab di
mana guru dan siswa lainnya memberikan pertanyaan tentang model.Tampilkan
semua hasil pekerjaan setiap kelompok di depan kelas. Beri akses kepada siswa
untuk melihat catatan dan hasil perhitungan mereka yang disimpan secara aman
dalam folder kelompok. Kembalikan jawaban kepada siswa tepat waktu dan
berikan waktu diskusi.
Ketepatan waktu akan membantu siswa mengingat lebih baik tanggapan
mereka tentang model serta saran dan tanggapan. Memberikan waktu diskusi
dapat memberi petunjuk kepada siswa untuk melanjutkan berpikir dan meninjau
ulang tugas MEAs mereka.
Peran guru selama MEAs sangatlah penting. Guru memimpin pengenalan
kegiatan MEAs dan mendengarkan penjelasan siswa ketika menguraikan model-
model matematik. Guru meninjau kembali materi dengan seluruh siswa dan
memastikan siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan (siswa memahami
tugas dan tujuan akhir). Guru juga harus dapat mengantisipasi semua
kemungkinan tantangan dari masalah.
Guru harus mau mendengarkan penjelasan dan pemikiran siswa dan jangan
memberitahukan secara langsung kesalahan yang dilakukan siswa. Guru harus
menghindari untuk memberikan hanya kepada pertanyaan khusus tentang arti dari
konteks permasalahan.Selama melaksanakan kreativitas, guru menanyakan secara
informal yang mungkin ditanyakan pada sesi Tanya Jawab.
b. Tahapan PembelajaranModel-Eliciting Activities (MEAs)
Chamberlin dan Moon dalam jurnal pendidikan yang berjudul Model-
eliciting Activities as a Tool to Develop and Identify Creatively Gifted

21
22

Mathematicians, mengatakan bahwa setiap kegiatan MEAs terdiri atas empat


bagian. Bagian pertama adalah mempersiapkan konteks permasalahan,
menyajikan masalah, dan membacakan teks. Teks ini berupa halaman simulasi
artikel koran yang ditulis untuk membangkitkan diskusi dan minat siswa tentang
permasalahan. Bagian kedua adalah bagian pertanyaan “siap-siaga”. Pertanyaan-
pertanyaan pada bagian ini ditujukan untuk memperoleh jawaban siswa tentang
artikel yang telah diberikan pada bagian pertama . Tujuan bagian ini adalah untuk
memastikan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan dasar yang mereka perlukan
untuk menyelesaikan permasalahan. Bagian ketiga adalah bagian data. Pada
bagian ini dapat digunakan berbagai bentuk diagram, grafik, peta, dan tabel.
Bagian ini sering kali mengacu pada bagian pertanyaan “siap-siaga”. Bagian
keempat dari MEAs adalah tugas pemecahan masalah. Pada bagian ini siswa
diminta untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang kompleks. Salah
satu karakteristik unik dari MEAs adalah bahwa siswa menyelesaikan masalah
yang diberikan kepada mereka dan mengeneralisasi model yang mereka buat
untuk situasi serupa.
Menurut Chamberlin secara khusus menyatakan bahwaModel-Eliciting
Activities (MEAs) dapat diterapkan dalam beberapa langkah, yaitu: guru membaca
sebuah artikel koran yang mengembangkan konteks siswa; siswa siap dengan
pertanyaan berdasarkan artikel tersebut; guru membacakan pernyataan masalah
bersama siswa dan memastikan bahwa setiap kelompok mengerti apa yang sedang
ditanyakan; siswa berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut; siswa
mempresentasikan model matematis mereka setelah membahas dan meninjau
ulang solusi; dan interpretasi siswa tentang aktivitas untuk menciptakan
konstruksi-konstruksi yang sesuai dengan titik pandang aktivitas tertentu.18
Sedangkan Lesh dan Doerr mengatakan bahwa dalam siklus kegiatan
memodelkan, terdapat empat langkah dasar. Empat langkah tersebut diantaranya:
(a)description that establishes a mapping to model world from the real (or
imagined) world, (b) manipulation of the model in order to generate predictions
18
Chamberlin, S. A., Moon, S. M. , How Does the Problem Based Learning Approach
Compare to the Model-Eliciting Activities Approach in Mathematics?, 2005, p.
2,(http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/chamberlin.pdf)

22
23

or actions related to the original problem solving situation, (c) translation (or
prediction) carrying relevant result back into the real (or imagined) world, and
(d) verification concerning the usefulness of actions and predictions.19
Menurut Lesh dan Doerr, description adalah di mana siswa membangun
sebuah pemetaan dari situasi kehidupan dunia nyata menjadi suatu model, yaitu
mengubah situasi nyata menjadi sebuah model matematis yang dapat
digeneralisasikan. Sedangkan manipulation adalah siswa memanipulasi model
matematis yang tadi telah didapat untuk menghasilkan solusi yang berkaitan
dengan situasi pemecahan masalah yang asli, dengan kata lain mencari solusi dari
masalah yang ada melalui model matematis. Translation adalah terjemahan (atau
prediksi) yaitu siswa membawa hasil yang relevan kembali ke dunia nyata,
mengubah solusi yang didapat menjadi penyelesaian untuk situasi masalah
sebelumnya. Siswa menyimpulkan dan menginterpretasikan solusi pemecahan
masalah yang telah didapat. Sedangkan verification adalah pembuktian tentang
kegunaan dari solusi tadi, mengaitkan hasil yang didapat dengan kehidupan nyata
dan melihat adanya kemungkinan solusi tersebut dapat berguna untuk situasi yang
sejenis.
Model-Eliciting Activities (MEAs) di dalamnya terdapat proses
permodelan matematis. Proses permodelan matematis adalah proses non linear
yang meliputi tahap-tahap yang saling berhubungan. Tahap-tahap dasar dalam
proses permodelan matematis adalah sebagai berikut:20
1. Mengidentifikasi dan menyederhanakan (simplifikasi) situasi masalah dunia
nyata. Pada tahap pertama, siswa mengidentifikasi masalah yang akan
dipecahkan dalam situasi dunia nyata, dan menyatakannya dalam bentuk
yang setepat mungkin. Dengan observasi, bertanya, dan diskusi, mereka
berpikir tentang informasi apa yang penting atau tidak dalam situasi yang

19
Richard Lesh dan Helen M. Doerr, Beyond Constructivism: Model and Modeling
Perspectives on Mathematics Problem Solving, Learning, and Teaching, (New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates Publishers, 2003), p. 17
20
Yanto Permana, Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi
Matematis Siswa SMA Melalui Model-Eliciting Activities, Pasundan Journal of Mathematics
Educations Tahun 1 Nomor 1, 2011, h. 77-78.

23
24

diberikan. Kemudian mereka menyederhanakan situsi dengan mengabaikan


informasi yang kurang penting.
2. Membangun model matematis. Pada tahap kedua, siswa mendefinisikan
variabel, membuat notasi, dan secara eksplisit mengidentifikasi beberapa
bentuk dari hubungan dan sturktur matematis, membuat grafik, atau
menuliskan persamaan. Melalui matematisasi, siswa didorong untuk
membangun model matematis. Lesh dan Doerr menggabungkan kedua tahap
ini, simplifikasi dan matematisasi, dan menamakannya sebagai description,
seperti yang telah dijelaskan di atas.
3. Mentrasformasi dan memecahkan model. Pada tahap ketiga yaitu
transformasi, siswa menganalisa dan memanipulasi model untuk
menemukan solusi yang secara matematika signifikan terhadap masalah
yang terindentifikasi. Tahap ini biasanya familier bagi siswa. Model dari
tahap kedua dipecahkan, dan jawaban dipahami dalam konteks maslah yang
orisinil. Siswa mungkin perlu menyederhanakan model lebih lanjut jika
model tersebut tidak dapat dipecahkan.
4. Menginterpretasi model. Pada tahap ke empat yaitu interpretasi, siswa
membawa solusi matematis mereka yang dicapai dalam konteks dari model
matematis kembali ke situasi masalah yang spesifik (atau terformulasi). Jika
model yang sudah dikonstruk telah melewati pengujian yang diberikan
dalam proses validasi, model tersebut dapat dipertimbangkan sebagai model
yang kuat. Seperti yang diungkapkan Lesh dan Doerr, suatu model yang
bersifat sharable (yang dapat dipakai bersama) dan reusable (yang dapat
digunakan kembali).
Keunggulan dari pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) di kelas
diantaranya saat siswa belajar mendapatkan model matematika melalui pemikiran
yang mendalam, kegiatan ini dapat membantu siswa mengeluarkan ide-ide untuk
digunakan dalam memecahkan sebuah masalah. Selain itu, kegiatan saling
mengeluarkan pendapat dalam kelompok saat berdiskusi dapat mengembangkan
sikap tanggung jawab dalam memecahkan suatu persoalan. Keunggulan

24
25

pendekatan MEAs juga dapat membuat siswa membiasakan masalah matematika


dengan masalah kehidupan sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka.
2. Pembelajaran Konvensional
Konvensional adalah sebuah pendekatan secara klasikal yang biasa
digunakan oleh setiap pendidik dalam mendidik siswanya. Pendekatan
pembelajaran ini menempatkan guru sebgai inti dalam keberlangsungan proses
belajar mengajar. Guru memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan
proses belajat mengajar karena guru harus menjelaskan materi secara panjang
lebar untuk menjamin materi tersebut dapat dipahami oleh semua peserta didik.
Dengan demikian proses pembelajran lebih terpusat pada guru.
Pembelajaran konvensional jarang melibatkan pengaktifan pengetahuan
awal dan jarang memotivasi siswa untuk proses pengetahuannya. Pembelajaran
konvensional masih didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat
dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Dalam pembelajaran konvensional, cenderung pada belajar hafalan yang
mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep,
latihan soal dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper
dan pinsil, tes yang hanya menuntut pada satu jawaban benar.
Beberapa ciri-ciri pada pembelajaran konvensional, yaitu::
a. Siswa adalah penerima informasi secara pasif
b. Belajar secara individual
c. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
d. Perilaku dibangun atas kebiasaan
e. Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final
f. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
g. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
Dalam pembelajaran konvensional, peran siswa adalah sebagai penerima
informasi pasif, yaitu siswa lebih banyak belajar sendiri secara individual. Siswa
tidak diberi kesempatan banyak untuk mengemukakan pendapat dan berinteraksi
dengan siswa lain. Siswa hanya dijadikan objek didik dan pembelajarannya pun
terfokus pada tiga kegiatan, yaitu dengan, catat, dan hafal. Keadaan seperti ini

25
26

membuat proses belajar menjadi tidak efektif, karena waktu para siswa hanya
dihabiskam untuk mengisi buku tugas, mendengarkan pengajaran, dan
menyelesaikan latihan-latihan
3. Pemecahan Masalah Matematika
a. Hakikat Pemecahan Masalah Matematika
Dalam kehidupan sehari-hari akan muncul banyak permasalahan, tetapi
justru dari permasalahan inilah nantinya yang dapat menjadikan seseorang lebih
dewasa. Pendewasaan dapat dicapai dari proses belajar, yaitu belajar dari masalah,
sehingga ia mempunyai banyak pengalaman dalam menyelesaikannya.
Pengalaman dapat memberikan sumbangan terhadap apa yang sedang dipelajari
seseorang, sehingga dapat memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
Masalah setiap orang akan berbeda, begitu pula cara mengatasinya.
Menurut Bell dalam Isrok’atun, suatu situasi dikatakan masalah bagi seseorang
jika ia menyadari keberadaan situasi tersebut, mengakui bahwa situasi tersebut
memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat menemukan
pemecahannya.21 Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan
itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan
oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui si pelaku,
maka untuk menyelesaikan suatu masalah diperlukan waktu yang relatif lebih
lama dari proses pemecahan soal rutin biasa.22 Dengan demikian masalah dapat
diartikan sebagai pertanyaan yang harus dijawab pada saat itu, dan kita harus
mempunyai rencana solusi yang jelas.
Masalah merupakan hal yang relatif karena kemampuan setiap siswa
berbeda. Jadi suatu soal dapat dianggap masalah bagi seorang siswa, tetapi
mungkin saja soal tersebut merupakan soal yang rutin bagi siswa yang lain.
Seperti yang ditegaskan oleh Ruseffendi, bahwa masalah dalam matematika
sebagai suatu persoalan yang siswa sendiri mampu menyelesaikannya tanpa

21
Isrok’atun, Konsep Pembelajaran pada Materi Peluang Guna Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah. 2006, (file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_
DASAR/Nomor_14Oktober_2010/KONSEP_PEMBELAJARAN_PADA_MATERI_PELUANG_
GUNA_MENINGKATKAN_KEMAMPUAN_PEMECAHAN_MASALAH.pdf)
22
Fajar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi, (Yogyakarta:
PPPG Matematika, 2004), h. 11.

26
27

menggunakan cara atau algoritma yang rutin.23 Artinya siswa dituntut untuk
memiliki ide dan kemampuan dalam mendapatkan solusi masalah baik dengan
cara yang biasa maupun dengan cara yang tidak biasa.
Suherman dkk. menyatakan bahwa suatu masalah biasanya memuat
suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi
tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.24
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ruseffendi bahwa suatu persoalan merupakan
suatu masalah bagi seseorang: pertama, bila persoalan itu tidak dikenalnya; kedua,
siswa harus mampu menyelesaikannya; ketiga, bila ia ada niat untuk
menyelesaikannya.25
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa situasi persoalan merupakan
masalah bagi seseorang jika dia menyadari adanya situasi persoalan tersebut.
Menyadari bahwa situasi persoalan tersebut menghendaki tindakan penyelesaian,
dan ia pun mau atau perlu bertindak dan melakukan tindakan dan segera
menyelesaikan masalah tersebut. Suatu persoalan mungkin menjadi masalah bagi
seseorang, tetapi bukan masalah bagi orang lain. Dan suatu persoalan menjadi
masalah pada saat ini tetapi belum tentu menjadi masalah pada saat berikutnya.
Menurut Hudojo dalam Hanny, syarat suatu masalah bagi seorang siswa
sebagai berikut: 1) Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah
dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan
tantangan baginya untuk menjawabnya; 2) Pertanyaan tersebut tidak dapat
dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa. Karena itu, faktor
waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang sebagai hal yang
esensial.
Dengan demikian, masalah dapat diartikan sebagai pertanyaan yang
harus dijawab pada saat itu, sedangkan kita tidak mempunyai rencana solusi yang
jelas. Suatu persoalan dikatakan masalah bagi seorang siswa apabila ia tidak bisa

23
Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalan Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Bandung: Tarisito, 2006), h. 216.
24
Erman Suherman, dkk., Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer, (Bandung: JICS UPI, 2003), h. 86.
25
Ruseffendi, loc. cit., h. 217-218.

27
28

menyelesaikan persoalan tersebut dengan algoritma rutin. Selain itu, dalam


menghadapi suatu masalah siswa harus dapat membedakan jenis masalah yang
sedang dihadapi agar lebih mudah menentukan solusi masalahnya.
Menurut Preisseisen, keterampilan pemecahan masalah yaitu
keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan
masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai
alternatif pemecahan masalah, dan memilih pemecahan masalah yang paling
efektif.26 Jadi untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa harus mampu melihat
masalah apa yang dihadapinya dan mampu menentukan jenis masalahnya
sehingga dapat dengan tepat memilih strategi pemecahan masalah. Dengan
dihadapkan pada suatu masalah matematika, siswa akan berusaha menemukan
penyelesaiannya melalui berbagai strategi pemecahan masalah matematika.
Menurut Krulin & Rudnik dalam Haryadin, problem (masalah) adalah
suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban. Sedangkan problem solving
(pemecahan masalah) adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut.
Jadi aktivitas problem solving (pemecahan masalah) diawali dengan konfortasidan
berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.
Memecahkan masalah berarti menemukan seluruh kemungkinan logis
dalam mencari jawaban suatu masalah. Ollerton dalam Dyana menyebutkan
bahwa terdapat 5 kriteria yang harus terjadi dalam menerapkan situasi pemecahan
masalah, yaitu:27
a) Sebuah masalah harus dapat mengembangkan pengetahuan siswa.
b) Siswa memiliki pengetahuan dasar dalam menyelesaikan masalah, namun
dalam waktu yang sama belum dapat menyelesaikan masalah dengan cara

26
Martinus Yamin, Strategi Pembelajaran Bebasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2004), h. 9
27
Dyana Wijayanti, Analisis Soal Pemecahan Masalah Pada Buku Sekolah Elektronik
Pelajaran Matematika SD/MI, Penelitian Bidang Keilmuan-FKIP Unissula, Semarang, 2010, h. 4-
5.

28
29

seperti yang sudah diketahui.


c) Menggunakan lebih banyak pertanyaan terbuka.
d) Untuk mengetahui perbedaan pemahaman siswa, masalah perlu diperluas.
e) Membantu perkembangan kemandirian belajar siswa.
Padapembelajaran matematika, siswa sering dihadapkan dengan
persoalan yang belum tentu dapat diselesaikannya. Namun dalam pembelajaran di
kelas, siswa dituntut untuk berusaha menyelesaikan persoalan tersebut apalagi jika
persoalan tersebut adalah persoalan yang tidak dapat langsung dikerjakan dengan
cara biasa. Maka dari itu diperlukan kemampuan khusus untuk menyelesaikan
persoalan tidak biasa tersebut dengan menggunakan pemecahan masalah
matematika. Pada dasarnya pelajaran matematika adalah suatu usaha keras
memecahkanmasalah dan sebagai suatu sarana/wahana untuk menghasilkan dan
melatih kemampuan pemecahanmasalah.
Proses penyelesaian masalah dikenal sebagai suatu proses pemecahan
masalah. Hudojo dalam Hanny mengemukakan bahwa pemecahan masalah secara
sederhana merupakan suatu proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.Seorang siswa harus menerima tantangan ini agar
dapat meningkatkan kemampuannya dalam belajar matematika.
Sedangkan Polya dalam Rosi mengartikan pemecahan masalah sebagai
satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan
yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai.28 Usaha yang dilakukan siswa
ketika menghadapi suatu masalah dapat berguna ketika mereka berada di
kehidupan nyata. Kemampuan memecahkan masalah yang didapat saat melakukan
pemecahan masalah, membuat siswa lebih siap berhadapan dengan masalah dunia
nyata yang terjadi di sekitarnya.
Pemecahan masalah adalah komponen penting untuk belajar
matematika di masa sekarang, dengan pemecahan masalah, siswa akan
mempunyai kemampuan dasar bermakna lebih dari sekedar kemampuan berpikir,

28
Rosi Aprilianti, Upaya meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Metakognitif, Skripsi, Tidak dipublikasikan, UPI, 2011,
h. 10.

29
30

dan dapat membuat strategi-strategi penyelesaian untuk masalah-masalah


selanjutnya.
Menurut Branca dalam Sumardyono, secara garis besar terdapat tiga
macam interpretasi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, yaitu (1)
pemecahan masalah sebagai tujuan (a goal), berarti pemecahan masalah tersebut
tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, hanya tentang bagaimana
menyelesaikan masalah merupakan alasan utama belajar matematika; (2)
pemecahan masalah sebagai proses (as a process), dapat diartikan sebagai proses
mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan
tidak biasa; dan (3) pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar (as a basic
skill), berarti pemecahan masalah hanya untuk sekedar menjawab tentang
pertanyaan: apa itu pemecahan masalah ?29
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan
masalah matematika adalah suatu kegiatan yang mengatasi kesulitan yang ditemui
dengan menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh
sebelumnya, sehingga diperoleh jalan keluar untuk mencapat suatu tujuan yang
diinginkan. Melalui penggunaan masalah-masalah yang tidak rutin, siswa tidak
hanya terfokus pada bagaimana menyelesaikan masalah dengan berbagai strategi
yang ada, tetapi juga menyadari kekuatan dan kegunaan di dunia nyata dan terlatih
melakukan penerapan berbagai konsep yang telah dipelajari.
b. Indikator Pemecahan Masalah Matematika
Pada Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004
tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan
Buku Laporan Hasil Belajar Siswa, dimuat indikator pencapaian kemampuan
pemecahan masalah, yaitu:30
1) Menunjukkan pemahaman masalah,
2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan

29
Sumardyono, Pengertian Dasar Problem Solving, diakses melalui internet pada
tanggal 8 oktober 2012, h. 5-6
(http://p4tkmatematika.org/file/problemsolving/PengertianDasarProblemSolving_smd.pdf).
30
Sri Wardhani, Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika, (Yogyakarta:
PPPPTK Matematika, 2010), h. 22

30
31

masalah,
3) Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk,
4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat,
5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah,
6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah dan
7) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Prosedur rutin merupakan prosedur yang secara konseptual wajib
dipelajari semua siswa pada saat belajar matematika. Merespon suatu tes atau
penugasan dengan menggunakan prosedur rutin dapat diartikan sebagai
menerapkan secara langsung suatu konsep, dalil, atau prosedur yang sebelumnya
sudah dipelajari siswa, kemudia diperoleh penyelesaian sehingga hal-hal yang
diterapkan itu bukan merupakan hasil olah pikir baru, namun karena memang
sudah dipelajari siswa, begitu juga untuk soal tidak rutin.
Selain perlunya soal tidak rutin dalam menentukan indikator
kemampuan pemecahan masalah, ada hal yang juga tidak kalah pentingnya yaitu
pemahaman akan masalah yang dihadapi. Siswa harus dapat memahami masalah
dengan cara mengidentifikasi masalah sehingga mereka memahami apa yang
harus diketahui untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan hal tersebut, Utari
Sumarmo mengemukaan indikator yang mencakup hal tersebut.
Indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Utari Sumarmo
dapat dirinci sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan
kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Merumuskan masalah matematika dan membuat model matematika dari
suatu situasi atau masalah sehari-hari.
3) Memilih dan menerapkan strategi (metode) untuk menyelesaikan masalah
matematika dan atau di luar matematika.
4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesaui permasalahan asal, serta
memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
5) Menggunakan matematika secara bermakna.

31
32

c. Tahapan Pemecahan Masalah Matematika


Fajar menguraikan empat langkah penting yang harus dilakukan dalam
proses pemecahan masalah, diantaranya:1)memahami masalahnya; 2)
merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan rencana; dan 4) menafsirkan
hasilnya.312
Ada empat fase penting dalam memecahan masalah yang sudah
diterima luas, ini bersumber dari buku George Polya yang berjudul “How to Solve
It”. Polya dalam Suherman mengemukakan bahwa dalam pemecahan masalah
terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan.32Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman
terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan
masalah tersebut dengan benar. Fase selanjutnya mereka harus mampu menyusun
rencana penyelesaian masalah. Pada fase ini sangat bergantung pada pengalaman
siswa dalam menyelesaikan masalah, semakin berpengalaman mereka maka ada
kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun renca penyelesaian suatu
masalah. Fase selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana
yang dianggap tepat. Dan fase yang terkahir adalah melakukan pengecekan atas
apa yang telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai ketiga. Dengan begitu
maka berbagai kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga siswa sampai pada
jawaban yang benar.
Menurut Keedy dan Bittinger, ada lima tahap dalam pemecahan
masalah dalam aljabar yaitu: (1) familiarize yourself with the problem situation,
(2) translate to mathematical language, (3) carry out some mathematical
manipulation, (4) check your possible answer in the original problem, (5) state
the answer clearly.33

31
Fajar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi, (Yogyakarta:
PPPG Matematika, 2004), h.11.
32
Erman Suherman, dkk., Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer, (Bandung: JICS UPI, 2003)
33
Mervin L. Keedy and Marvin L. Bittinger. A Problem-Solving Aprroach To
Intermediate Algebra. (Canada: Addison-Wesley Publishing Company, 1986), h. 2

32
33

Menurut Keedy dan Bittinger, lima tahap tersebut diantaranya yang


pertama menyesuaikan diri dengan situasi permasalahan yang ada. Tahap pertama
adalah tahap yang penting dalam pemecahan masalah. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah membuat daftar informasi penting dari permasalahan yang
ditanyakan dan mencari informasinya lebih jauh lagi. Tahap kedua adalah
mengubahnya menjadi bahasa matematika misalnya membuat grafik atau tabel.
Tahap ketiga adalah menyiapkan beberapa manipulasi matematis misalnya dengan
cara memberikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian.
Tahap keempat adalah mengecek solusi permasalahan kedalam masalah asalnya.
Tahap kelima adalah menguraikan jawaban solusi pemecahan masalah tersebut.
Soejadi dalam Heryanto mengemukakan, untuk menyelesaikan soal
matematika umumnya dan terutama soal cerita, dapat ditempuh langkah-langkah
berikut: (1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna kalimat, (2)
memisahkan dan mengungkapkan: apa yang diketahui dalam soal, apa yang
diminta/ditanyakan oleh soal, membuat model matematika dari soal,
menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapatkan
jawaban dari model tersebut, mengembalikan jawaban model kepada soal asal.
Menurut John Dewey, dalam buku How we think membahas secara
ringkas lima langkah pemecahan masalah, langkah-langkah tersebut adalah: (1)
mengenali adanya masalah, (2) mengidentifikasi masalah, (3) memanfaatkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya, (4) menguji hipotesis-hipotesis atau
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian secara berurutan, (5) mengevaluasi
penyelesaian-penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti.34
Dengan demikian, tahapan pemecahan masalah matematika yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) memahami situasi masalah,
(2) memisahkan informasi yang diketahui dari suatu persoalan dan
mengungkapkan apa yang ditanya (3) membuat model matematika dari soal dan
memilih rencana penyelesaian (4) menerapkan rencana penyelesaian menurut

34
Lia Kurniawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMP, ALGORITMA
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta: CeMED FITK UIN, Vol. 1 No. 1,
2006), h. 83.

33
34

aturan-aturan matematika (5) mengevaluasi alternatif pemecahan (6)


mengembalikan jawaban model ke situasi dunia nyata.
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Pembelajaran
Pendekatan Model-Eliciting Activities
Model-Eliciting Activities (MEAs) dikembangkan oleh para peneliti
pendidikan matematika untuk lebih memahami dan mendorong pemecahan
masalah matematika siswa. MEAs disusun untuk mendorong siswa membangun
model matematika untuk memecahkan masalah yang rumit.35 MEAs memang
diciptakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sering terjadi dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas, khususnya bagi siswa agar dapat
mengembangkan kemampuan matematikanya. Salah satu kemampuan matematika
yang ingin dicapai peningkatannya dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa khususnya di jenjang Sekolah Menengah
Pertama.
Model-Eliciting Activities (MEAs) mengajak siswa ke dalam
pemecahan masalah yang non rutin dan menyediakan kesempatan untuk siswa
agar mengembangkan bakat bermatematika kreatif.Pendekatan MEAs
membutuhkan penggunaan satu atau lebih konsep matematika yang tidak
ditentukan oleh masalah. Siswa harus membuat pengetahuan dan pemahaman
baru untuk merumuskan sebuah model matematika yang dapat digeneralisasikan
dan yang dapat digunakan oleh orang lain untuk menyelesaikan permasalahan
yang serupa.36 Di dalam pendekatan MEAs terdapat masalah yang harus
dipecahkan siswa melalui pembentukan model matematika dari sebuah situasi
masalah yang kemudian dicari penyelesaiannya menggunakan konsep-konsep dan
aturan-aturan dalam matematika.
Model-Eliciting Activities (MEAs) asalnya didesain sebagai sebuat alat
penelitian dengan tiga tujuan: (1) untuk menjadi gagasan dalam pikiran dimana

35
Geetanjali Soni, Model-Eliciting Activities and Reflection Tools for Problem
Solving, (http://litre.ncsu.edu/sltoolkit/MEA/MEA.htm)
36
Chamberlin, S. A., Moon, S. M., Model-Eliciting Activities as a Tool to Develop
and Indentify Creatively Gifted mathematicians, Journal of Secondary Gifted Education, 2005,
Vol. XVII, No. I

34
35

hasil dari kelompok-kelompok siswa akan mengungkapkan proses pemikiran dari


para siswa, (2) untuk simulasi dari aplikasi dunia nyata, dan (3) untuk
mengidentifikasi kemampuan siswa yang tidak dapat diukur oleh tes yang
terstandar.37 MEAs harus dapat menjadi gagasan dalam pikiran sehingga para
peneliti dapat memahami proses pemecahan masalah matematika yang digunakan
siswa. Dalam mempelajari proses pemecahan masalah matematika, MEAs
diciptakan untuk mendapatkan model yang mengharuskan para siswa untuk
menghadirkan pemikiran mereka dalam menulis. Siswa ditempatkan pada situasi
dunia nyata dalam MEAs. Para peneliti ingin memahami proses pemecahan
masalah matematika siswa di dalam konteks aplikasi dunia nyata. Penggunaan
MEAs dalam konteks kehidupan dunia nyata membantu peneliti untuk
mengidentifikasi cara berpikir siswa yang tidak diungkapkan pada pemecahan
masalah dalam buku teks.
Menurut penelitian yang dilakukan Moore, Model-Eliciting Activities
(MEAs) telah terbukti berkerja sangat baik di dalam kelas. Aspek gagasan dalam
pikiran dari MEAs mengizinkan para pengajar untuk memahami apa yang siswa
pikirkan ketika mengerjakan suatu permasalahan. Konteks dunia nyata dari MEAs
mengizinkan siswa untuk dapat memiliki pengalaman pemecahan masalah
matematika yang lebih asli di dalam sebuah settting ruang kelas.38 Dengan adanya
penggunaan MEAs dalam ruang kelas, diharapkan pengajar dapat memahami
jalan pemikiran siswa ketika sedang melakukan kegiatan pemecahan masalah
matematika. Dan dengan memasukkan permasalahan dunia nyata ke dalamnya
diharapkan dapat membangkitkan minat belajar siswa dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa karena mempelajari sesuatu
yang sudah sering mereka hadapi sehari-hari.
Model-Eliciting Activities (MEAs) didesain untuk membantu siswa
sekolah menengah mengembangkan dasar konseptual untuk membuka ide lebih
dalam dan lebih tinggi dalam matematika sebelum jenjang perkuliahan. Setiap

37
Tamara J. Moore. Model Eliciting Activities: A Case-Based Approach for Getting
Student Interest in Material Science and Engineering, (Minneapolis: Department of Curriculum
and Instruction, University of Minnesota, 2008)
38
Ibid.

35
36

kegiatan MEAs meminta siswa untuk menginterpretasikan sebuah permasalahan


nyata secara matematis dan membutuhkan penjelasan, tahapan dan metode secara
matematis untuk menghasilkan kesimpulan atau solusi yang sesuai dengan
masalah.39Karena siswa menghasilkan sebuah model matematika dan bekerja
dalam kelompok, mereka mengeluarkan dan mengungkapkan pemikiran mereka
melalui aktivitas di dalam solusi akhir mereka. Pemikiran mereka membantunya
dalam merefleksikan sebaik apa pemikiran strategi awal mereka dalam
memecahkan permasalahan matematika dan membuat peninjauan kembali yang
tepat untuk solusi masalah mereka.
Adapun tahapan pembelajaran pendekatanMEAs dalam penelitian ini
yang mengambil materi mengenai SPLDVadalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi.
2. Guru menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi persamaan linear satu
variabel dan dua variabel dalam kehidupan sehari-hari.
3. Guru mulai membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4
orang tiap kelompok.
4. Guru memberikan LKS tentang PLSV yang berkaitan dengan masalah
kehidupan sehari-hari.
5. Siswa mulai mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru dalam
kelompoknya masing-masing.
6. Guru memastikan bahwa seluruh kelompok mengerti mengenai masalah yang
diberikan dalam LKS yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
7. Siswa bekerja dalam kelompoknya berusaha menggunakan informasi untuk
mengidentifikasikan pertanyaan yang memuat masalah.
8. Siswa menyederhanakan situasi masalah dunia nyata dan membangun model
matematis dari informasi yang didapat.
9. Siswa mencari strategi memecahkan masalah dan mulai melakukan pemecahan
masalah berdasarkan model matematis.
10. Siswa membuktikan solusi yang didapat ke kehidupan nyata.
39
Michelle Chamberlin. Design Principles for Teacher Investigations of Student Work,
Mathematics Teachers Education and Development, (Colorado: University of Northern Colorado,
2004), Vol. 6, p. 52-62

36
37

11. Siswa menginterpretasi hasil pemecahan masalah menggunakan kata-kata


sendiri.
12. Guru mengawasi dan mengarahkan kelompok dalam melalui tahapan
pendekatan MEAs.
13. Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
14. Setelah diskusi kelompok, salah satu perwakilan dari tiap kelompok
menuliskan hasil diskusi di papan tulis.
15. Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
16. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hasil diskusi
kepada kelompok yang sedang presentasi.

Contoh Penerapan Model-Eliciting Activities yang berkaitan dengan Sistem


Persamaan Linear Dua Variabel

Mona membeli 2 kg salak dan 3 kg jeruk dengan harga Rp. 32.000,00. Sedangkan
Nina membeli 4 kg salak dan 2 kg jeruk dengan harga Rp. 50.000,00. Jika Nurul
ingin membeli6 kg salak dan 5 kg jeruk, bantulah dia menghitung berapa harga
yang harus dibayarkan ke pedagang.

Penyelesaian:

 Tuliskan apa yag diketahui dari masalah di atas.


Diketahui: harga 2 kg salak dan 3 kg jeruk sama dengan Rp. 32.000,-
Harga 4 kg salak dan 2 kg jeruk sama dengan Rp. 50.000,-
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas.
Ditanya: harga 6 kg salak dan 5 kg jeruk.
 Buatlah model matematis yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Misalnya: 1 kg salak =
1 kg jeruk
Persamaan (1):
Persamaan (2):

37
38

 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah dibuat.


Mengeliminasi variabel x, diperoleh:

Mengeliminasi variabel y, diperoleh:

Jadi Himpunan Penyelesaiannya {(10.750,3.500)}


( ) ( )

 Uji kembali jawaban yang didapat ke dalam persamaan.


Persamaan (1): ( ) ( )

Persamaan (2): ( ) ( )

Terbukti
 Buatlah kesimpulan dan interpretasi mengenai solusi masalah di atas.
Kesimpulannya harga satu kg salak adalah Rp. 10.750,- sedangkan harga sati
kg jeruk adalah Rp. 3.500,- Nurul ingin membeli 6 kg salak dan 5 kg jeruk,
jadi harga yang harus dibayar Nurul adalah Rp. 82.000,-
B. Penelitian yang Relevan
1. Edy Heru Prasetyo (2011) menyebutkan bahwa penerapan Model-Eliciting
Activities dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran

38
39

matematika yaitu adanya peningkatan aktivitas mencatat atau membuat


ringkasan ketika mengikuti pembelajaran, aktivitas siswa dalam
mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengemukakan ide dalam
pembelajaran, mengerjakan soal dan tugas, dan mengerjakan soal kedepan
kelas.
2. Yanto Permana (2010) dengan judul penelitian “Mengembangkan
Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematis Siswa
Sekolah Menengah atas Melalui Model-Eliciting Activities”. Penelitian
menemukan bahwa: pendekatan model-eliciting activities (MEAs), kluster
sekolah, dan kemampuan awal matematika (KAM) siswa memberi pengaruh
terhadap pencapaian dan perolehan (gain) kemampuan pemahaman,
komunikasi, dan disposisi matematis. Pengaruh pendekatan MEAs lebih
unggul dibandingkan dengan pengaruh kluster sekolah, KAM siswa, dan
pembelajaran konvensional dalam pencapaian dan perolehan kemampuan
pemahaman dan komunikasi, dan disposisi matematis siswa.
3. Widyastuti (2010), dengan judul penelitian Pengaruh Pembelajaran Model-
Eliciting Activities terhadap Kemampuan Representasi Matematis dan Self
Efficacy Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Model
Eliciting Activities secara statistik lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara peningkatan kemampuan representasi matematis siswa
kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah pada kelompok
siswa yang memperoleh pembelajaran Model Eliciting Activities.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran matematika pada dasarnya bukanlah hanya
sekedar mentransfer ide/gagasan dan pengetahuan dari guru kepada siswa. Lebih
dari itu, proses pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang dinamis,
dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan
memikirkan gagasan-gagasan yang diberikan. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran matematika sebenarnya merupakan kegiatan interaksi antara guru-

39
40

siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru untuk memperjelas pemikiran dan pemahaman


terhadap suatu gagasan.
Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa dapat memiliki
kemampuan pemahaman, penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah
matematika. Seperti yang tercantum dalam NCTM bahwa dalam belajar
matematika siswa dituntut untuk memiliki kemampuan: pemahaman, pemecahan
masalah, komunikasi, dan koneksi matematika. Bahkan di dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 juga menyebutkan bahwa tujuan
pelajaran matematika di sekolah adalah salah satunya agar peserta didik memiliki
kemampuan memecahkan masalah.
Kemampuan yang sekarang masih jarang diteliti adalah kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa khususnya siswa menengah pertama masih rendah. Padahal
kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang sangat mendesak untuk
segera dikuasai siswa, karena mengingat berkembangnya zaman semakin cepat
menuntut kemampuan dari sumber daya manusianya juga. Sehingga sangatlah
perlu siswa-siswa segera diberi stimulus agar terpancing ide-ide kreatif dalam
pikirannya melalui sebuah pendekatan. Selain akibat dari kurang kondusifnya
lingkungan belajar, juga disebabkan oleh kemampuan guru dalam memilih
pendekatan dan model pembelajaran. Dengan kenyataan yang ada maka
muncullah pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) sebagai solusi untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Pendekatan Model-Eliciting Activites (MEAs) adalah pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memahami situasi permasalahan
dunia nyata dan memformulasikan masalah tersebut menjadi model matematis
agar dapat dicari solusinya dan menginterpretasikan hasilnya kembali ke
kehidupan nyata. Melalui pendekatan MEAs dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa terutama dalam masalah kehidupan sehari-hari.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
disebabkan oleh faktor kurangnya dilatih untuk menghadapi persoalan dunia
nyata padahal sering mereka temui di kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan

40
41

pendekatan MEAs di dalam kelas, siswa dapat merasakan langsung belajar


matematika sambil memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari. Mereka
menjadi lebih merasakan manfaatnya belajar matematika.
Selain itu, dilihat dari tiap-tiap butir indikator pencapaian kemampuan
pemecahan masalah, diharapkan dapat tercapai melalui langkah-langkah dalam
pendekatan Model-Eliciting Aactivities(MEAs). Pada tahap mengidentifikasi
situasi masalah dunia nyata dibutuhkan pemahaman mengenai suatu masalah.
Kemudian mengorganisasikan data dan memilih informasi yang penting. Setelah
itu memformulasikan masalah dan menyajikannya dalam bentuk model
matematik, lalu memecahkan masalah tersebut dan menafsirkannya kembali ke
dunia nyata.
Melalui pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs), guru dapat
mengetahui cara berpikir siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Karena dalam tahapan kegiatan pembelajaran MEAs, siswa berdiskusi dalam
kelompoknya dan berusaha mengembangkan ide dan pemikirannya pada masalah
dunia nyata yang sedang berusaha diselesaikannya dalam kelompok. Dengan
membentuk kelompok diskusi, diharapkan siswa dapat saling berbagi ide dan
gagasan dalam menyelesaikan masalah dunia nyata.
Maka dari itu diharapkan melalui pendekatan Model-Eliciting
Activities(MEAs), kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat.
Karena dilatih untuk memecahkan berbagai macam permasalahan yang tidak rutin
yang muncul di sekitarnya. Melalui kegiatan memodelkan situasi dunia nyata
menjadi sebuah kesimpulan pemecahan masalah, diharapkan membuat siswa
mampu bertahan dalam kehidupan masa depannya yang dituntut untuk mampu
menyelesaikan berbagai persoalan yang kian beragam karena adanya kemajuan
teknologi dan sains.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan yaitu: Pemecahan masalah
matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities

41
42

(MEAs) lebih tinggi dibandingkan dengan pemecahan masalah matematika siswa


yang diajarkan dengan pendekatan konvensional.

42
43

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bhinneka Tunggal Ika yang
beralamatkan di Jalan K.H. Moh. Mansyur No. 222 A Jembatan Lima, Jakarta
Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2012/2013 yaitu dimulai tanggal 13 November sampai tanggal 7 Desember.

Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No Jenis Kegiatan Sep Okt Nov Des
1 Persiapan dan perencanaan V
2 Observasi (studi lapangan) V
3 Pelaksanaan Pembelajaran V V
4 Analisis Data V
5 Laporan Penelitian V

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuasi
eksperimen yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan
pengontrolan secara penuh terhadap sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel
akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan dengan menggunakan
pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs). Sedangkan kelompok kontrol akan
diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Perlakuan
ini diberikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Two Group
Randomized Subject Post Test Only, dimana kedua kelompok tersebut hanya akan
diberikan tes yng sama di pertemuan terakhir. Desain penelitian tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut:

43
44

Tabel 3.2
Desain Penelitian

Kelas Treatment Test

Eksperimen XE Y

Kontrol Xp Y

Keterangan :
: Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan
pendekatan Model-Eliciting Activites (MEAs)
: Perlakuan pada kelompok kontrol yaitu pembelajaran secara konvensional
: Tes kemampuan pemecahan masalah

Langkah yang dilakukan sebelum memberikan tes kemampuan


pemecahan masalah adalah melakukan proses pembelajaran pada kedua kelas
tersebut. Perlakuan khusus diberikan pada kelas eksperimen dalam bentuk
pembelajaran dengan Pendekatan MEAs untuk kemudian dilihat pengaruhnya
pada variabel terikat (Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa).

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh
peneliti sedemikian rupa sehingga setiap individu/variabel/data daat dinyatakan
dengan tepat apakah individu tersebut menjadi anggota atau tidak. 40Populasi
target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Bhinneka Tunggal Ika
Jakarta Barat, sedangkan populasi terjangkau adala seluruh siswa kelas VIII SMP
Bhinneka Tunggal IkaJakarta Barat yang terdaftar di sekolah pada tahun ajaran
2012/2013. Penempatan siswa SMP Bhinneka Tunggal Ika dilakukan secara
merata dalam kemampuan, jumlah pertemuan dan waktu belajar yang diberikan
sama, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang diberikan juga sama,
maka karakteristik antar kelas dapat dikatakan homogen, sedangkan karakteristik

40
Kadir, Statistika : Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta : Rosemata Sampurna,
2010), h. 85.

44
45

dalam kelas cukup heterogen, artinya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang
karakteristiknya benar-benar diselidiki.41 Sampel yang diambil dalam penelitian
ini dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan
sampel sebanyak dua kelas secara acak dari tiga kelas yang ada. Dari dua kelas
tersebut diundi kembali, kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan
kontrol. Dan kelas VIII-B dengan jumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen.
Sedangkan kelas VIII-C dengan jumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a) Melakukan observasi ke sekolah.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar pada
pokok bahasan yang dipilih.
c) Menyusun instrumen penelitian.
d) Melakukan uji coba instrumen penelitian.
e) Analisis hasil uji coba instrumen.
f) Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak
menggunakan teknik Cluster Random Sampling.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Menerapkan pendekatan Model Eliciting Activites (MEAs) pada kelompok
eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan pendekatan
konvensional dengan jumlah jam pelajaran dan pokok bahasan yang sama.
b) Pemberian tes akhir pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebagai evaluasi pembelajaran.
c) Data diambil dari hasil tes kedua kelompok sampel dengan pemberian soal
instrumen tes pemecahan masalah yang sama.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes akhir (post test). Tes merupakan alat atau prosedur yang

41
Ibid, h. 85

45
46

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes ini berupa tes akhir (post test),
berbentuk uraian essay sebanyak 10 butir soal pada pokok bahasan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel. Tes berupa soal-soal pemecahan masalah yang
berguna untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Tes uraian disusun berdasarkan konsep tes pemecahan masalah yang
memenuhi tahapan-tahapan polya, yaitu kemampuan: (a) memahami masalah, (b)
membuat rencana pemecahan masalah, (c) melakukan perhitungan, (d) memeriksa
kembali jawaban.
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
digunakan aturan penskoran model Schoen dan Oehmka yang dikemukakan oleh
Utari-Sumarmo seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Membuat
Memahami Melakukan Memeriksa
Skor Rencana
Masalah Perhitungan Kembali Hasil
Pemecahan
0 Salah Tidak ada Tidak melakukan Tidak ada
menginterpretasikan/ rencana, perhitungan pemeriksaan atau
salah sama sekali membuat tidak ada
rencana yang keterampilan lain
tidak relevan
1 Salah menafsirkan Membuat Melaksanakan Ada pemeriksaan
masalah, rencana prosedur yang tetapi tidak tuntas
mengabaikan pemecahan soal benar, mungkin
kondisi soal yang tidak dapat menghasilkan
dilaksanakan jawaban yang
benar, tetapi salah
perhitungan
2 Memahami masalah Membuat Melakukan Pemeriksaan
soal selengkapnya rencana yang proseadur yang dilaksanakan
benar, tetapi benar dan untuk melihat
salah dalam mendapatkan kebenaran proses
hasil/tidak ada hasil yang benar
hasil
3 Membuat
rencana yang
- - -
benar, tetapi
belum lengkap

46
47

4 Membuat
rencana sesuai
dengan prosedur
- - -
dan memperoleh
jawaban yang
benar
Skor maksimal 2 Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2

Untuk mengetahui persyaratan tes yang baik, sebelum digunakan


instrumen penelitian tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu agar ketetapan
alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai
apa yang seharusnya dinilai.
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi persyaratan tes. Maka sebelum soal tersebut diberikan kepada siswa,
soal itu harus dianalisis validitas, reliabilitasnya dan daya pembeda serta indeks
kesukaran soal. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Reliabilitas berkaitan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Sehingga kedua hal tersebut sangat penting diuji
terlebih dahulu, agar hasil yang didapatkan dapat memenuhi standar penilaian.
1. Validitas
Validitas digambarkan sebagai “suatu penetapan evaluasi terintegrasi
tentang derajat bukti empiris dan dasar teoritis yang mendukung ketercukupan dan
kesesuaian tindakan dan kesimpulan yang berdasarkan pada skor tes atau model-
model lain dari penilaian”.42 Tes disebut valid apabila memiliki tingkat ketepatan
yang tinggi dalam mengungkap aspek yang hendak diukur.
Pengujian validitas dilakukan menggunakan rumus Product Moment
Pearson:43

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

42
Harun Rasyid, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 134.
43
H. M. Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), h. 130

47
48

Keterangan:

: Koefisien korelasi variabel X dan Y

N : Banyaknya peserta tes


X : Skor item soal
Y : Skor total
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka harus
mengetahui hasil perhitungan rhit dibandingkan rtabelProduct Moment pada
dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Jika hasil perhitungan
maka soal tersebut valid. Jika hasil penelitian maka soal tersebut
dinyatakan tidak valid.Setelah dihitung uji validitasnya, diperoleh dari 10 butir
soal yang diujicobakan, dihasilkan 7 butir soal yang valid dan 3 butir soal yang
tidak valid. (Terlampir)

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Dalam
konsep reliabilitas suatu instrumen, suatu instrumen yang telah memiliki sifat
kesahihan dan keandalan, maka instumen itu harus memberikan hasil yang
konsisten atau stabil jika digunakan beberapa kali pada objek yang sama,
sepanjang materi yang dikukur tidak berubah.44 Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap.45 Untuk menentukan reliabilitas soal uraian, penulis
menggunakan rumus Koefisien Alpha (Alpha Cronbach), yaitu:46

( )( )

Keterangan:

: Koefisien reliabilitas

: Banyaknya butir soal yang valid

44
Harun Rasyid, Mansur, op. cit., h.146-147.
45
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 86
46
Ibid, 109

48
49

∑ : Jumlah varians skor tiap-tiap item soal

: Varians skor total


Setelah dilakukan perhitungan uji reliabilitas, diperoleh hasil
reliabilitasnya sebesar 0,7881 dan itu berarti bahwa taraf kepercayaan instrumen
tersebut sebesar 78,81%. (Terlampir)

3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang memuat ketiga kriteria, yaitu: sukar,
sedang, dan mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang, dan mudahnya
suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Untuk mengukur taraf
kesukaran soal digunakan rumus:

Keterangan:

: Tingkat kesukaran
∑ : Jumlah skor butir i yang dijawab oleh kelompok atas dan bawah

: Jumlah siswa kelompok atas dan bawah

: Skor maksimal soal yang bersangkutan


Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal
digunakan kriteria sebagai berikut:47

Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran

Nilai TK Interpretasi
Sangat sukar
Sukar
Sedang
Mudah

47
H. M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005),
h.134

49
50

Setelah dilakukan perhitungan uji taraf kesukaran, diperoleh 2 butir soal


dengan kriteria mudah, 4 butir soal dengan kriteria sedang, dan 4 butir soal
dengan kriteria sukar. (Terlampir)

4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah).48 Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir
soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang
menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai
kompetensi.Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus:49

Keterangan:

: Indeks daya pembeda suatu butir soal

: Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

: Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

: Banyaknya siswa pada kelompok atas

: Banyaknya siswa pada kelompok bawah


Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal
digunakan kriteria sebagai berikut:50

Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Interpretasi
Sangat jelek
Jelek

48
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Ervaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. 5, 2005), h. 211.
49
Ibid., h. 213-214.
50
H. M. Subana, Sudrajat, op. cit., h. 135.

50
51

Cukup
Baik
Sangat baik
Setelah dilakukan perhitungan uji daya pembeda, diperoleh 3 butir soal
dengan kriteria jelek, 3 butir soal dengan kriteria cukup, dan 4 butir soal dengan
kriteria baik. (Terlampir)

F. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu suatu teknik
analisis yang penganalisaannya dilakukan dengan perhitungan, karena
berhubungan dengan angka, yaitu dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah
matematika yang diberikan. Penganalisaannya dilakukan dengan membandingkan
hasil tes kelas kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan
konvensional dengan kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya
menggunakan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs).
Dari data yang telah didapat, kemudian dilakukan perhitungan statistik
deskriptif dengan membuat distribusi frekuensi, hitungan mean, median, modus,
varians, simpangan baku, ketajaman, dan kemiringan (kurtosis). Kemudian
dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji Chi-kuadrat dan uji Fisher. Setelah itu
dilakukan uji statistik inferensia dengan melakukan analisis perbandingan antara
kedua kelas tersebut untuk mengetahui kontribusi pendekatan Model Eliciting
Activities (MEAs) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Perhitungan statistik yang digunakan yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, pengujian normalitas
menggunakan uji Chi-kuadrat, adapun prosedur pengujian adalah sebagai
berikut:51
a. Menentukan hipotesis
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

51
H. M. Subana dan Sudrajat, op. cit., h. 149-150

51
52

Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal


b. Menentukan rata-rata
c. Menetukan standar deviasi
d. Membuat daftar frekuensi
e. Rumus banyak kelas interval: (aturan Struges)
( ) ; dengan n = banyaknya subjek
1) Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
2) Panjang kelas ( )
( )
f. Cari dengan rumus ∑

Dengan Fo adalah frekuensi interval dan Fe = n * Luas Interval.


g. Cari dengan derajat kebebasan (dk) = banyak kelas (k) – 3 dan taraf
kepercayaan 95% dan taraf signifikansi .
h. Kriteria pengujian:
1) Terima jika , maka diterima dan ditolak

(subjek berdistribusi normal)


2) Tolak jika , maka ditolak dan diterima

(subjek tidak berdistribusi normal)


2. Uji Homogenitias
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari skor
pada kedua kelompok populasi, apakah kelompok tersebut homogen atau tidak.
Homogenitas data mempunyai arti atau makna bahwa data memiliki variansi atau
keragaman nilai yang sama atau secara statistik sama. Jadi penekanan dari
homogenitas data adalah terdapat pada keragaman varians atau standar deviasi
dari data tersebut.52 Untuk uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji
Fisher dengan taraf signifikan .
Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:53
a. Menentukan hipotesis

52
Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rosemata Sampurna,
2010), h. 117.
53
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), Cet. III, h. 249

52
53

Ho :
H1 :
b. Cari Fhitung dengan rumus:

c. Tetapkan taraf signifikansiα = 5 %


d. Hitung Ftabel dengan rumus: ( )

Dimana derajat bebas db1= (n1-1) untuk pembilang dan derajat bebas db2 =
(n2-1) untuk penyebut, dan n adalah banyaknya anggota kelompok.
e. Tentukan kriteria pengujian H0yaitu:
1) Jika maka H0diterima (homogen) dan H1 ditolak.
2) Jika maka H0ditolak (tidak homogen) dan H1 diterima.
3. Uji Hipotesis
Jika sampel yang diteliti memenuhi uji prasyarat analisis maka untuk
enguji hipotesis, digunakan uji-t dengan taraf signifikan
Rumus uji-t yang digunakan yaitu:
a. Untuk sampel homogen54
̅̅̅ ̅̅̅

( ) ( )
Dengan

Dan derajat kebebasan (dk) =


Keterangan:
̅̅̅ : Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
eksperimen
̅̅̅ : Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol
: Banyaknya sampel pada kelas eksperimen
: Banyaknya sampel pada kelas kontrol
: Varians kelas eksperimen
: Varians kelas kontrol
: Simpangan baku gabungan kelas eksperimen dan kelas kontrol

54
Sudjana, Ibid, h. 239

53
54

Setelah harga thitung didapat, maka peneliti menguji kebenaran kedua


hipotesis tersebut dengan membandingkan besarnya thitung dengan ttabel, dengan
terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasan dengan rumus: (dk) = .
Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel pada taraf
kepercayaan 95% atau taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria pengujiannya
sebagai berikut:

Jika maka H0diterima.

Jika maka H0ditolak.

b. Untuk sampel yang tak homogen (heterogen)55


1) Mencari nilai thitung dengan rumus:
̅̅̅ ̅̅̅

2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:

( )
( ) ( )

3) Mencari ttabel dengan taraf signifikansi ( )


4) Kriteria pengujian hipotesis:
Jika maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika maka H0 ditolak dan H1 diterima
c. Jika data tidak berdistribusi normal maka untuk menguji kesamaan dua
rata-rata digunakan statistik nonparametrik, yaitu uji Mann Whitney.
Rumus statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:56

( )

( )
Dimana

55
Sudjana,Ibid., h. 241.
56
Kadir, op. cit., h. 275.

54
55

Keterangan:
: Statistik uji Mann Whitney
: Ukuran sampel pada kelompok 1
: Ukuran sampel pada kelompok 2
: Hasil kali ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2
: Jumlah ranking yang diberikan pada kelompok yang ukuran
sampelnya
: Statistik uji Z yang berdistribusi normal N(0,1)
G. Hipotesis statistik
Hipotesis statistiknya adalah :
Ho :

α :
Keterangan :

1
: rata-rata hasil kemapuan pemecahan masalah kelas yang diajarkan
dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)
: rata-rata hasil kemapuan pemecahan masalah kelas yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional
Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih
rendah atau sama dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
H1 : Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih
tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Tingkat signifikasi yang diambil dalam penelitian ini adalah derajat


kepercayaan 95 % atauα = 5 %. Dengan kriteria penerimaan sebagai berikut :

55
56

Terima Ho, jika thitung ≤ ttabel, ini berarti bahwa rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen sama dengan rata-
rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas kontrol. Tolak
Ho, jika thitung > ttabel, ini berarti bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas kontrol.

56
57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SMP Bhinneka Tunggal Ika Jakarta Barat
sebanyak 8 kali pertemuan pembelajaran. Peneliti mengambil dua kelas untuk
dijadikan sebagai kelas penelitian. Penempatan siswa SMP Bhinneka Tunggal Ika
dilakukan secara merata artinya tidak ada kelas unggulan, maka karakteristik antar
kelas dapat dikatakan homogen. Sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan sampel
sebanyak dua kelas secara acak dari tiga kelas yang ada. Dari dua kelas tersebut
diundi kembali, kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kontrol.
Dan kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen. Sedangkan kelas VIII-C sebagai
kelas kontrol. Total sampel yang digunakan sebanyak 60 siswa, 30 siswa kelas
eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Pada penelitian ini, kelas VIII-B sebagai
kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan Pendekatan MEAs,
sedangkan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan pendekatan
konvensional.
Tes kemampuan pemecahan masalah matematika ini diberikan kepada
kedua kelompok siswa setelah menyelesaikan pokok bahasan mengenai Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, dimana dalam proses pembelajarannya kedua
kelompok siswa diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen
diajarkan dengan menggunakan Pendekatan MEAs sedangkan kelas kontrol
diajarkan dengan pendekatan konvensional, lalu kedua kelas tersebut diberikan tes
akhir yang sama berbentuk essay.
Berikut ini akan disajikan data hasil perhitungan tes kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.
1. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok
eksperimen yang diperoleh, disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:

57
58

Tabel 4. 1
Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matetmatika Siswa Kelompok Eksperimen

Frekuensi Titik Frekuensi


No Interval
Absolut ( f i ) Tengah ( ) komulatif ( )
1 20 – 32 2 26 2
2 33 – 45 4 39 6
3 46 – 58 6 52 12
4 59 – 71 10 65 22
5 72 – 84 5 78 27
6 85 – 97 3 91 30
Jumlah 30
Mean 61.1
Tabel di atas menunjukkan data hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas eksperimen. Nilai-nilai siswa dikelompokkan
agar lebih mudah terlihat bahwa frekuensi terendah berada pada rentang antara
20-32. Sedangkan frekuensi tertinggi berada pada rentang antara 59-71. Hal ini
berarti hanya 2 siswa yang mendapat nilai paling rendah, dan siswa yang
mendapat nilai paling tinggi pun hanya sebanyak 3 orang. Sedangkan sebanyak 10
siswa mendapat nilai antara 59-71. Dari data di atas, dapat dilihat juga bahwa
banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan panjang tiap interval kelas adalah 13.
Titik tengah digunakan untuk memudahkan menghitung Mean pada
data kelompok seperti di atas. Setelah dihitung maka didapat Mean atau rata-rata
kelas yang diperoleh dari data di atas adalah 61,1. Dari frekuensi maupun mean
dapat diperkirakan hasil tes ini di atas rata-rata. Dari tabel di atas dapat dilihat
Modus atau nilai yang sering muncul berada pada rentang antaran nilai 59-71. Hal
ini berarti kebanyakan siswa mendapat nilai diantara 59-71. Sedangkan Median
atau nilai tengah yang diperoleh dari kelompok eksperimen tersebut dapat dilihat
melalui kolom frekuensi komulatif. Setengah dari jumlah siswa adalah 15 maka
median berada pada rentang 59-71 karena frekuensi komulatifnya sebanyak 22.

58
59

Jadi perolehan nilai mean, median, dan modus pada data di atas menunjukkan
bahwa modus > mean > median. Berarti data memiliki kecenderungan
mengumpul di atas rata-rata.
Secara visual data pada kelas eksperimen dapat juga dilihat pada
histogram di bawah ini:

Frekuensi

10

Nilai
19,5 32,5 45,5 58,5 71,5 84,5 97,5

Gambar 4. 1

Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Kelompok Eksperimen
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terdapat
pada interval 59-71 yaitu sebanyak 10 siswa. Perolehan nilai yang didapat pada
kelas eksperimen tersebut menunjukkan bahwa data cenderung mengumpul di
atas rata-rata karena kemiringan kurva sebesar 0,13 maka kurva memiliki ekor

59
60

memanjang ke kiri atau miring ke kanan. Ketajaman kurva (kurtosis) sebesar 2,43
maka model kurvanya adalah runcing atau leptokurtis.
2. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol
Dari hasil tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang dalam
pembelajarannya menggunakan pendekatan konvesional, diperoleh nilai rata-rata
sebesar 46,76 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 10. Data hasil
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diperoleh, disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4. 2
Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelompok Kontrol

Frekuensi Titik Tengah Frekuensi


No Interval
Absolut ( f i ) ( ) komulatif ( )

1 10 – 22 3 3 3
2 24 – 37 7 10 10
3 38 – 51 9 19 19
4 52 – 65 6 25 25
5 66 – 79 3 28 28
6 80 – 93 2 30 30
Jumlah 30
Mean 46,83
Tabel di atas menunjukkan data hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas kontrol. Nilai frekuensi terendah berada pada
rentang antara 80-93. Sedangkan frekuensi tertinggi berada pada rentang antara
38-51. Hal ini berarti hanya 3 siswa yang mendapat nilai paling rendah, dan siswa
yang mendapat nilai paling tinggi pun hanya sebanyak 2 orang. Sedangkan
sebanyak 9 siswa mendapat nilai antara 38-51. Dari data di atas, dapat dilihat
bahwa banyak kelas interval adalah 6 kelas.
Titik tengah digunakan untuk memudahkan menghitung Mean. Setelah
dihitung maka didapat Mean atau rata-rata kelas yang diperoleh adalah 46,83.
Dari mean dapat diperkirakan hasil tes ini di bawah rata-rata. Dari tabel di atas

60
61

dapat dilihat Modus atau nilai yang sering muncul berada pada rentang antaran
nilai 38-51. Hal ini berarti kebanyakan siswa mendapat nilai diantara 38-51.
Sedangkan Median atau nilai tengah yang diperoleh dari kelompok eksperimen
tersebut dapat dilihat melalui kolom frekuensi komulatif. Setengah dari jumlah
siswa adalah 15 maka median berada pada rentang 38-51 karena frekuensi
komulatifnya sebanyak 19. Siswa yang kemampuan pemecahan masalah
matematikanya rendah, yaitu sebanyak 3 siswa yang pada interval 10-22,
sedangkan siswa yang kemampuan pemecahan masalah matematikanya tinggi
yaitu sebanyak 2 orang siswa yang berada pada interval 80-93.
Secara visual data pada kelas kontrol dapat juga dilihat pada histogram:

Frekuensi

10

Nilai
9,5 23,5 37,5 51,5 65,5 79,5 93,5

Gambar 4. 2

Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Kelompok Kontrol

61
62

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terdapat


pada interval 38-51 yaitu sebanyak 9 siswa. Perolehan nilai yang didapat pada
kelas kontrol tersebut menunjukkan bahwa data cenderung mengumpul di bawah
rata-rata dengan kemiringan kurva sebesar 0,95 maka kurva memiliki ekor
memanjang ke kanan atau miring ke kiri. Ketajaman kurva (kurtosis) sebesar 2,5
maka model kurvanya runcing atau leptokurtis.
Berdasarkan uraian mengenai hasil kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, ditemukan
adanya beberapa perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan hasil
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 3
Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok kontrol

Kelompok
Statistika
Eksperimen Kontrol
Jumlah Siswa 30 30
Maksimum 96 88
Minimum 20 10
Rata-rata 62,67 46,76
Median (Me) 67,5 43,5
Modus (Mo) 70 45
Varians 305,89 353,89
Simpangan Baku (S) 17,489 18,81
Kemiringan 0,13 0,95
Ketajaman 2,43 2,5

Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik


deskriptif antara kedua kelompok. Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelompok kontrol
dengan selisih sebesar 15,91. Nilai siswa tertinggi dari dua kelompok tersebut
terdapat pada kelompok eksperimen yaitu dengan nilai 96. Sedangkan nilai siswa

62
63

terendah dari dua dua kelompok tersebut terdapat pada kelompok kontrol yaitu
dengan nilai 10. Selain itu nilai median dan modus pada kelompok eksperimen
lebih tinggi dibanding nilai median dan modus pada kelas kontrol. Artinya
kemampuan pemecahan masalah matematika perorangan tertinggi terdapat pada
kelompok eksperimen sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematika
perorangan terendah terdapat pada kelompok kontrol.
Jika dilihat dari variansnya, kelompok eksperimen memiliki varians
yang lebih kecil daripada kelompok kontrol, artinya siswa-siswi di kelompok
eksperimen lebih berkelompok atau lebih homogen daripada kelompok kontrol.
Berdasarkan perolehan nilai dari kemiringan kurva didapat perolehan kelompok
eksperimen sebesar 0,13 artinya nilai penyebaran data kelompok eksperimen
mengumpul di atas rata-rata, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 0,95
artinya nilai penyebaran data kelompok kontrol mengumpul di bawah rata-rata.
Artinya, secara deskriptif hasil belajar matematika perorangan tertinggi terdapat di
kelas eksperimen dan hasil belajar matematika perorangan terendah terdapat di
kelas kontrol. Sebaran data dari kedua kelas terlihat bahwa kelas eksperimen
memiliki sebaran yang lebih heterogen karena memiliki nilai simpangan baku
yang lebih besar dari kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
secara dominan nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada
kelompok eksperimen lebih baik dari nilai tes kemampuan pemecahan masalah
siswa di kelompok kontrol.
3. Tahapan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Ditinjau dari tahapan pemecahan masalah menurut Polya tersebut, skor
persentase rata-rata tahapan kemampuan pemecahan masalah pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini.

63
64

Tabel 4. 4
Persentase Rata-rata Tahapan Pemecahan Masalah Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol

Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
Tahapan Pemecahan
No. Rata-Rata Rata-Rata Skor
Masalah
Skor per per indikator
indikator (%) (% )
1 Memahami Masalah (MM) 76,4 67,1

2 Melakukan Rencana (MR) 51,2 42,0

3 Melakukan Perhitungan (MP) 51,7 46,4

4 Mengecek Kembali (MK) 28,1 14,3

Jumlah 207,4 169,8

Persentase data kemampuan pemecaham masalah matematika yang


disajikan di atas berdasarkan perhitungan dari rata-rata skor yang dijawab benar
oleh siswa dibandingkan dengan skor ideal setiap tahapan pemecahan masalah.
Dari tabel di atas terlihat bahwa siswa kelas eksperimen sudah mampu untuk
memahami masalah yang ada pada soal-soal postest, dengan menuliskan apa saja
yang diketahui di dalam soal dan masalah apa yang dipertanyakan atau ditanya.
Siswa yang mampu memahami masalah sebanyak 76,4%. Untuk tahap melakukan
penghitungan dan melakukan rencana, presentasenya sebanyak 51,7% dan 51,2%.
Persentase yang paling kecil dari keempat tahapan tersebut yaitu tahap menguji
kembali yaitu 28,1%.
Persentase siswa yang memahami masalah pada kelompok eksperimen
paling tinggi diantara tahapan yang lain, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
siswa terhadap soal-soal pemecahan masalah khususnya masalah sehari-hari
sudah meningkat pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pemahaman
masalah siswa pada kelas kontrol. Selain itu dibandingkan dengan tahapan yang
lainnya, tahapan memahami masalah lebih mudah dipelajari siswa sehingga baik
di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol tahapan ini yang paling dominan.

64
65

Persentase tahapan yang paling rendah adalah pada tahapan menguji


kembali. Sedangkan pada tahapan melakukan penghitungan dan melakukan
rencana menghasilkan persentase yang berbeda tipis dan tahapan melakukan
penghitungan lebih tinggi sebanyak 0,5%. Hal ini disebabkan adanya siswa yang
menyelesaikan masalah tanpa melalui proses perencanaan yang berarti siswa
langsung menebak jawaban masalah tersebut yang kebetulan benar. Ada
kemungkinan siswa tersebut mendapat jawaban dari siswa lainnya.
Pada kelas kontrol persentase tahapan yang paling tinggi sama dengan
kelas ekperimen yaitu pada tahap memahami masalah sebanyak 67,1%. Untuk
tahap melakukan perhitungan dan tahap melakukan rencana sebanyak 46,4% dan
42,0%. Presentase terkecil yaitu pada tahap menguji kembali sebanyak 14,3%.
Tabel di atas menunjukan adanya perbedaan presentase tahapan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara kelompok eksperimen
yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan MEAs dan kelompok
kontrol yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Dari
tabel dapat diketahui bahwa nilai presentase tahapan pemecahan masalah
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada presentase kelas kontrol. Dengan
selisih secara berurutan yaitu 9,3%, 9,2%, 5,5%, dan 13,8%.
4. Respon Siswa Terhadap Pendekatan MEAs
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan setelah penelitian mengenai
respon siswa terhadap pendekatan MEAs, didapat bahwa siswa merasa belajar
matematika dengan pendekatan MEAs dapat membangkitkan ide-ide dalam
menyelesaikan persoalan. Siswa merasa bahwa membahas suatu persoalan
matematika secara berkelompok lebih menyenangkan dan lebih mudah, karena
siswa dapat saling memberikan ide solusi pemecahan masalah matematika. Hal ini
seperti menurut para ahli, pembelajaran dengan pendekatan MEAs adalah
pembelajaran yang didasarkan pada masalah realistis dan bekerja dalam kelompok
kecil untuk membantu siswa membangun pemecahan masalah matematika.
Respon siswa yang mengatakan bahwa belajar dalam berkelompok lebih
menyenangkan karena dapat berdiskusi dengan teman satu kelompok. Siswa juga
berpendapat bahwa belajar dalam kelompok dapat memudahkan memahami

65
66

pelajaran matematika. Dan juga pada kegiatan MEAs terdapat presentasi tiap
kelompok, pada kegiatan tersebut siswa mendiskusikan solusi masalah dalam
lembar kerja siswa dengan kelompok yang lain. Hal ini seperti yang disebutkan
dalam teori mengenai pendekatan MEAs, yaitu pemilihan kelompok dalam
diskusi sangat penting karena siswa harus merasa nyaman dalam kelompok agar
lebih leluasa mengeluarkan ide-ide dan bagi siswa yang memiliki kemampuan
tinggi bisa saling membantu siswa yang memiliki kemampuan sedang atau
rendah.
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh = 1,43, dengan
jumlah sampel 30, taraf signifikansi α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 3 maka
diperoleh = 7,81, dengan demikian (1,43 ≤ 7,81), ini
berarti bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
a. Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh = 1,81, dengan
jumlah sampel 30, taraf signifikansi α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 3 maka
diperoleh = 7,81, dengan demikian (1,81 ≤ 7,81), ini
berarti bahwa nilai kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok
kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelas N Kesimpulan
(α = 5%)
Eksperimen 30 1,43 7,81 Data berasal dari populasi
Kontrol 30 1,81 7,81 yang berdistribusi normal

66
67

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel berasal dari populasi yang sama (homogen) atau berbeda
(heterogen). Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji F.
kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok dikatakan homogen
apabila diukur pada taraf signifikansi tertentu.
Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen diperoleh varians = 305,89
dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians = 353,89, sehingga diperoleh nilai
= 1,156. dari tabel distribusi F dengan taraf signifikansi α = 5% dan dk
pembilang = dk penyebut = 29, diperoleh . karena
(1,156 ≤ 1,9), maka Ho diterima atau dengan kata lain varians kedua populasi
homogen. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. 6
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelas N Kesimpulan
Eksperimen 30 Varians kedua kelompok
1,156 1,9
Kontrol 30 homogen

C. Pengujian Hipotesis
Dari hasil perhitungan uji prasyarat menunjukan bahwa data kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji t maka diperoleh
thitung = 3,049 menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% dan
derajat kebebasan (db) = 58, diperoleh harga ttabel (α=0.05) = 1,99. Hasil perhitungan
uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini:

67
68

Tabel 4. 7
Hasil Uji Hipotesis

Kelas thitung ttabel (α=0.05) Kesimpulan


Eksperimen
3,049 1,99 Tolak Ho
Kontrol

Dari tabel di atas terlihat bahwa thitung > ttabel (3,049 > 1,99) maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, dengan taraf signifikansi 5%,
berikut sketsa kurvanya:

1,99 3,04

Gambar 4. 3
Kurva Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol

Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa nilai thitung yaitu 3,049
lebih besar dari ttabel yaitu 1,99 artinya jelas bahwa thitung jatuh pada daerah
penolakan Ho (daerah kritis). Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika
dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) berpengaruh baik terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Data secara rinci dapat dilihat
pada lampiran.
Setelah uji hipotesis dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
ditolak, sedangkan diterima. menyatakan bahwa rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan

68
69

pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi dari rata-rata


kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok kontrol yang
menggunakan pendekatan konvensional.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Proses Pembelajaran dengan Pendekatan MEAs
a. Model
Pada pendekatan MEAs, salah satu poin yang penting adalah membuat
model matematika. Di kelas eksperimen yang diberikan perlakuan yaitu
pembelajaran dengan pendekatan MEAs, siswa belajar membuat model
matematika dari suatu masalah kehidupan sehari-hari yang tercantum di LKS.
Siswa dilatih untuk mengubah kalimat yang memuat masalah menjadi suatu
model matematis berupa simbol yang dapat diselesaikan dengan cara matematika.
Pada pelaksanaannya siswa membuat model matematika bersama-sama
dalam kelompoknya. Siswa berdiskusi dalam kelompok belajarnya untuk
menentukan informasi yang berguna dalam membuat suatu model matematika.
Beberapa kali siswa kesulitan menentukan informasi mana yang perlu dan tidak
perlu digunakan. Mereka sempat kesulitan mengubah kalimat masalah sehari-hari
menjadi suatu model yang memuat simbol matematika. Setelah cukup lama
berdiskusi dalam kelompoknya, mereka mulai mengerti dan lebih mudah
mengerjakan masalah selanjutnya.
Interaksi siswa dalam diskusi kelompok dalam dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.4
Aktivitas Siswa

69
70

Ketika hari pertama kelas eksperimen melakukan pembelajaran


menggunakan pembelajaran dengan pendekatan MEAs, mereka terlihat sangat
tertarik dan senang. Siswa belajar mengubah masalah kehidupan sehari-hari
menjadi kalimat matematika dan membentuknya menjadi suatu model
matematika. Misalnya pada gambar di atas siswa mencoba membuat model
matematika berupa simbol matematis dari informasi yang diketahui mengenai
bebek dan sapi. Namun mereka masih agak kesulitan mengerjakan LKS karena
mereka masih baru melakukan kegiatan ini. Tetapi beberapa hari berikutnya
mereka sudah terbiasa dalam melaksanakan langkah-langkah yang ada di LKS. Ini
juga terlihat dari pembelajaran selanjutnya yaitu siswa lebih rileks dan terlihat
senang dalam belajar. Jika ada sedikit kesulitan yang susah mereka atasi sendiri,
maka guru siap memberi masukan kepada siswa.
b. Eliciting
Setelah membuat model matematika, selanjutnya siswa mengumpulkan
informasi yang penting untuk menentukan rencana dalam mencari solusi masalah.
Kegiatan ini dinamakan eliciting yang dalam bahasa Inggris artinya mendapatkan
dan memperoleh. Dari model matematika yang didapat, siswa berusaha mencari
cara mengerjakan masalah tersebut yang sudah berbentuk notasi matematika.
Dalam hal ini, siswa menggunakan beberapa metode yang ada di buku seperti
metode grafik, eliminasi, substitusi dan gabungan. Ada beberapa kelompok yang
saling membagi-bagi masalah untuk dikerjakan dalam sub kelompoknya.
Maksudnya mereka membagi dua kelompoknya untuk mempercepat pengerjaan
masalah-masalah dan setelahnya berdiskusi lagi menjelaskan solusi dari tiap
masalah yang saling mereka dapat. Interaksi dalam kelompok ini dalam juga
dilihat sebagai berikut:

70
71

Gambar 4.5
Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok
Pada saat pembelajaran, awalnya ada beberapa siswa yang tidak
terbiasa melakukan diskusi kelompok karena mereka terbiasa mendapatkan
informasi dengan mencari sendiri. Sedangkan dalam pendekatan MEAs, siswa
dituntut menyelesaikan masalah bersama-sama dalam kelompok dan berbagi
informasi antar anggota kelompok seperti yang terlihat pada gambar di atas.
Melalui kegiatan ini siswa terlihat dapat memumbuhkan rasa tanggung jawab dan
kerjasama dalam kelompoknya.
c. Activities
Pada pembelajaran dengan pendekatan MEAs di kelas, hampir semua
tahapan memerlukan aktivitas yang lebih dari siswa. Karena dalam
pembelajarannnya, siswa harus aktif berdiskusi dalam kelompok mulai dari
membuat model matematika, merencanakan pengerjaan, mencari solusi hingga
menyimpulkan penyelesaian masalah yang ada. Kegiatan-kegiatan yang menuntut
seluruh siswa untuk ikut berpartisipasi yaitu dalam diskusi kelompok, karena
setiap siswa berhak mengeluarkan pendapatnya sehubungan dengan masalah-
masalah yang diberikan kepada mereka melalui LKS. Selain itu setelah seluruh
kelompok menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS, selanjutnya masing-
masing perwakilan siswa mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas.
Suasana kelas pada saat presentasi dapat dilihat sebagai berikut:

71
72

Gambar 4.6
Aktivitas Siswa Saat Presentasi Kelompok
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa seorang siswi sedang
mempresentasikan hasil jawaban kelompoknya di depan kelas dan menjelaskan
kepada seluruh kelompok lain. Setelah itu kelompok yang sedang presentasi
menerima pertanyaan atau pernyataan dari kelompok lain sehubungan dengan
hasil jawaban yang sedang dipresentasikan. Kegiatan yang saling memberi dan
menerima ini penting, karena setelah sebelumnya siswa berdiskusi dalam
kelompoknya sendiri dan sekarang giliran berdiskusi dengan kelompok lain
melalui presentasi kelompok. Dengan adanya kegiatan diskusi kelompok seperti
ini, seluruh siswa dapat ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan dan tahapan
pembelajaran.
Berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol siswa hanya
diajarkan dengan pendekatan konvensional yang di dalamnya guru hanya
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab soal. Bahkan dalam kelas kontrol
siswa hanya sedikit diajarkan persoalan-persoalan yang menyangkut kehidupan
sehari-hari dan hanya diajarkan simbol-simbol matematikanya saja. Sehingga
tidak semua siswa dapat memahami masalah dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan persoalan kehidupan sehari-hari.
Perbedaan rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan MEAs lebih baik dari pada pembelajaran dengan pendekatan

72
73

konvensional. Siswa terlihat lebih semangat dalam meningkatkan kemampuan


pemecahan masalah menggunakan pembelajaran dengan pendekatan MEAs.
Adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen disebabkan karena di setiap tahap
pembelajaran dengan dengan pendekatan MEAs siswa dituntut untuk
menggunakan semua logikanya dalam memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari seperti yang terdapat pada latihan-latihan soal di LKS. Pada
kelompok eksperimen, siswa mulai merasa terurut dan sistematis dalam
memecahkan suatu permasalahan dan merasa lebih mudah memahami soal cerita.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
a. Kelas Eksperimen
Hasil akhir tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelaas eksperimen pada bahasan sistem persamaan linear dua variabel memiliki
persentase terendah dalam langkah keempat yaitu melihat kembali atau
memeriksa kembali. Banyak siswa yang melewatkan langkah tersebut. Dari hasil
wawancara kepada siswa dapat disimpulkan bahwa hal tersebut terjadi karena
mereka masih belum terbiasa dalam melakukan langkah tersebut, dan mereka juga
mengatakan mereka takut soal yang mereka kerjakan tidak terselesaikan karena
soal terlalu banyak dan waktunya terbatas.
Untuk tahap yang pertama yaitu tahap memahami masalah, hampir
seluruh siswa dapat memahaminya seperti yang terlihat pada hasil persentase
kemampuan pemecahan masalah siswa pada tahap memahami masalah sebesar
76,4%. Di bawah ini adalah salah satu contoh hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematika pada aspek memahami masalah:

Gambar 4.7
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 1

73
74

Gambar di atas adalah salah satu contoh jawaban siswa yang


menunjukkan bahwa dia memahami masalah yang ditanyakan. Hal ini karena
mereka sudah cukup terbiasa dalam menentukan masalah dan mengumpulkan
informasi dari soal yang diberikan, mereka mulai menguasai cara membuat
pemisalan masalah dan dilanjutkan dengan membuat model matematika. Hanya
saja ada beberapa siswa yang belum lengkap dalam langkah memahami masalah,
menemukan masalah di dalam soal, dan masih kurang tepat dalam menentukan
masalah.
Untuk tahap menyusun rencana, persentase skor yang didapat kelompok
eksperimen ini adalah sebesar 51,2%. Sebagian besar siswa meyusun rencana
dengan mengerjakan soal menggunakan metode gabungan eliminasi dan substitusi
dalam menyelesaikan masalah. Jawaban siswa pada aspek menyusun rencana
secara visual dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.8
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 3
Gambar di atas adalah contoh jawaban siswa yang dengan tepat
menunjukkan tahapan menyusun rencana penyelesaian dengan menggunakan
metode gabungan eliminasi dan substitusi. Namun masih ada siswa yang
kebingungan dalam menentukan rencana atau metode yang ingin digunakan.

74
75

Beberapa ada yang masih belum mengerti menggunakan metode eliminasi,


substitusi dan grafik.
Hasil pekerjaan siswa yang lainnya, rata-rata bermasalah dalam langkah
melakukan penghitungan, kebanyakan dari mereka kurang tepat dan kurang teliti
dalam melakukan penghitungan aljabar, baik perkalian, pembagian bahkan sampai
penjumlahan. Skor persentase kemampuan pemecahan masalah pada tahap
melakukan perhitungan pada kelas eksperimen sebesar 51,7%. Jawaban siswa
pada aspek melakukan perhitungan secara visual dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.9
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 2
Gambar di atas adalah salah satu contoh jawaban siswa yang dengan
tepat melakukan perhitungan dan mendapatkan solusi dari masalah yang ditanya.
Namun pada kelompok eksperimen, kemampuan ini mendapat skor cukup rendah
karena kebanyakan siswa mengerjakan masalah hanya sampai menyusun rencana.
Siswa kurang cermat dan kurang memperhatikan informasi penting dari masalah
yang diberikan. Sehingga kebanyakan dari mereka hanya mengerjakan sebagian
dan tidak sampai mendapatkan jawaban yang benar.
Untuk tahap menguji kembali, persentase skor yang didapat sebesar
28,1%. Ini adalah skor kemampuan pemecahan masalah yang terendah diantara
konponen tahapan pemecahan masalah yang lain. Padahal tahap ini juga salah satu
tahapan yang penting untuk mengetahui kebenaran solusi yang didapat. Walaupun
masih ada siswa yang menguji kembali jawaban yang didapat, tetapi tidak sedikit
yang mengabaikan pengujian hasil dan langsung menyimpulkan solusi masalah.

75
76

Jawaban siswa pada aspek menguji kembali secara visual dapat dilihat sebagai
berikut:

Gambar 4.10
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 4
Gambar di atas adalah salah satu contoh jawaban siswa yang
menyelesaikan masalah dan tidak lupa untuk menguji kembali solusi yang telah
didapatnya. Setelah dia mendapatkan nilai yang ditanyakan, kemudian dia
menguji kembali nilai tersebut ke dalam model matematika yang sudah dibuat
sebelumnya. Namun tetap saja masih ada siswa yang belum memahami
pentingnya tahapan ini dan mengabaikannya. Apalagi tahapan ini adalah tahap
yang terakhir jadi beberapa siswa beranggapan kurang penting untuk menguji
kembali, asalkan sudah menemui jawaban masalah maka tidak perlu lagi menguji
jawaban tersebut padahal sebaliknya.
b. Kelas Kontrol
Hasil akhir tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelaas kontrol pada bahasan sistem persamaan linear dua variabel memiliki

76
77

persentase terendah dalam langkah keempat yaitu melihat kembali atau


memeriksa kembali.
Di bawah ini adalah salah satu contoh hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematika pada aspek memahami masalah:

Gambar 4.11
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 3
Untuk tahap yang pertama yaitu tahap memahami masalah yang di
dalamnya dapat mengukur kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman
masalah serta mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
pemecahan masalah. Pada tahap ini, persentase kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelompok kontrol sebesar 67,1%. Gambar 4.8 adalah salah satu
contoh jawaban siswa pada kelompok kontrol, meskipun tidak lengkap tapi dapat
terlihat bahwa dia memahami masalah. Hal ini dapat dilihat dari permisalan
variabel dan simbol matematika yang benar.
Jawaban siswa pada aspek melakukan rencana secara visual dapat
dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.12
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 4

77
78

Untuk tahapan melakukan rencana yang di dalamnya dapat mengukur


kemampuan siswa dalam menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai
bentuk dan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat,
serta mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah. Persentase skor yang
didapat kelompok kontrol pada tahap ini adalah sebesar 42%. Gambar 4.8
menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol menggunakan metode gabungan
eliminasi dan substitusi.
Jawaban siswa pada aspek melakukan perhitungan secara visual dapat
dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.13
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 2
Untuk tahapan melakukan perhitungan yang di dalamnya dapat
mengukur kemampuan siswa dalam membuat dan menafsirkan model matematika
dari suatu masalah dan menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Persentase skor
kelompok kontrol pada tahap ini sebesar 46,4%. Gambar 4.8 menunjukkan siswa
kelas kontrol tidak melakukan perhitungan, dia berhenti mencari solusi dan hanya
sampai mendapatkan variabel saja. Hal ini mungkin karena dia masih kurang
memahami masalah yang ditanyakan.
Jawaban siswa pada aspek menguji kembali secara visual dapat dilihat
sebagai berikut:

78
79

Gambar 4.14
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 5
Untuk tahapan mengecek kembali yang di dalamnya dapat mengukur
kemampuan siswa untuk menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai
bentuk. Persentase skor kelompok kontrol pada tahap ini sebesar 14,3%. Gambar
4.8 menunjukkan jawaban kelas kontrol yang tidak menunjukkan langkah menguji
kembali variabel yang didapat.
Dari semua uraian di atas, jelas terlihat bahwa pembelajaran dengan
pendekatan MEAs pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel,
yang diterapkan pada proses pembelajaran dalam penelitian di SMP Bhinneka
Tunggal Ika memberikan dampak baik yaitu siswa mampu menunjukkan
pemahaman masalah matematika, mengorganisasi data dan memilih informasi
yang relevan dalam pemecahan masalah, menyajikan masalah secara matematik
dalam berbagai bentuk, memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
secara tepat, mengembangkan strategi pemecahan masalah, membuat dan
menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan menyelesaikan masalah
yang tidak rutin. Sebagian besar siswa meyusun rencana dengan mengerjakan soal
menggunakan metode gabungan eliminasi dan substitusi dalam menyelesaikan
masalah. Siswa lebih percaya diri pada saat menyelesaikan soal persamaan linear
dua variabel, sehingga terlihat lebih bersemangat, sehingga mampu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang mungkin dapat
dilaksanakan di kelas.

79
80

Meskipun ada beberapa siswa yang masih memiliki kekurangan dalam


beberapa kemampuan pemecahan masalah. Namun dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang diajarkan dengan pendekatan konvensional, pada
kelompok eksperimen siswa lebih aktif belajar dan lebih semangat belajar
matematika karena mereka dapat berdiskusi dengan teman yang lainnya dan
berbagi pendapat. Sesdangkan pada kelompok kontrol, siswa hanya terpaku
kepada penjelasan dan ceramah dari guru sehingga kurang menunjukkan aktivitas
dari siswa. Untuk selanjutnya pembelajaran dengan pendekatan MEAs dapat
memancing ide baru dari siswa dalam menyelesaikan masalah dan mencari solusi
yang tepat untuk berbagai masalah sehari-hari.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan
kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh
hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat
terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun
mempunyai keterbatasan. Hal tersebut antara lain:
1. Setiap siswa harus beradaptasi dengan anggota kelompoknya dalam setiap
pergantian kelompok. Terkadang ada siswa yang merasa kurang cocok jika
berkelompok dengan salah satu temannya.
2. Pembagian kelompok sering kali kurang seimbang karena jumlah siswa yang
masuk kategori pintar, sedang dan kurang tidak seimbang sehingga terkadang
ada kelompok yang tidak maksimal saat melakukan kegiatan bersama-sama.
3. Bahasan matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya terdiri
dari satu materi yaitu mengenai Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Masih terbuka peluang bagi peneliti lain untuk meneliti pada materi yang
lainnya dengan menggunakan pendekatan MEAs.

80
81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Bhinneka
Tunggal Ika, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Model-
Eliciting Activities (MEAs) dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa SMP. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil
belajar dilakukan pada kelompok eksperimen yang diajarkan dengan
Pendekatan MEAs. Berdasarkan analisis dengan uji-t, maka diperoleh hasil t-
hitung 3,049 dan t-tabel pada signifikansi 5% sebesar 1,99, maka nilai
dan ditolak yang artinya kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan
Model-Eliciting Activites (MEAs) lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian terdapat
pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities
(MEAs) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.
2. Pada umumnya respon yang diberikan siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities
(MEAs) yang dilaksanakan cukup baik, ini terlihat dari pendapat siswa
melalui wawancara yang dilakukan diakhir penelitian. Siswa mengemukakan
bahwa materi yang disajikan melalui pendekatan pembelajaran MEAs mudah
dipahami karena terkait dengan situasi dunia nyata dan hal-hal yang real bagi
mereka.
B. SARAN
Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada
beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya:

81
82

1. Guru disarankan mampu mewujudkan kondisi belajar yang dapat


meningkatkan aktivitas siswa dan memunculkan ide kreatif dalam
memecahkan masalah matematika. Salah satunya dengan menerapkan
pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam pembelajaran di kelas.
2. Sekolah diharapkan mampu memberikan dukungan dalam memaksimalkan
sarana dan prasarana sekolah agar guru dapat menerapkan berbagai jenis
pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekolah
seperti: mengadakan seminar atau pelatihan mengenai pendekatan Model-
Eliciting Activities (MEAs).
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar memperhatikan alokasi waktu, dan
mempersiapkan semua persiapan dan peralatan yang akan digunakan sebelum
pembelajaran dimulai. Sebisa mungkin hindari pemakaian peralatan bersama
pada setiap kelompok, seperti lem, pensil warna dan lain-lain. Serta perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji seberapa besar pengaruh
pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan dan sekolah yang
berbeda.

82
83

DAFTAR PUSTAKA
Ahn, Cynthia, and Leavitt, Della. Implementation Strategies for Model-Eliciting
Activites: A Teachers Guide. 2007
http://site.educ.indiana.edu/Portals/161/Public/Ahn%20&%20Leavitt.pdf
Aprilianti, Rosi. Upaya meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Metakognitif. Skripsi.
Tidak dipublikasikan. UPI. 2011
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2006
Bidang DIKBUD KBRI Tokyo. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
Chamberlin, Michelle. Design Principles for Teacher Investigations of Student
Work. Mathematics Teachers Education and Development. Colorado:
University of Northern Colorado. Vol. 6, 2004
Chamberlin dan Moon. How Does the Problem Based Learning Approach
Compare to the Model-Eliciting Activities Approach in Mathematics?.
2012. www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/chamberlin.pdf
Chamberlin, S. A., Moon, S. M. Model-Eliciting Activities as a Tool to Delevop
and Identify Creatively Gifted Mathematicians. Journal of Secondary
Gifted Education. Vol. XVII, No. I, 2005
Dhurori, Atmini dan Markaban. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
dalam Kajian Aljabar di SMP. Yogyakarta: PPPPTK, 2010
Hamilton, Eric and Lesh, Richard et. al. Model-Eliciting Activities (MEAs) as a
Bridge Between Engineering Education Research and Mathmatics
Education Research. Los Angeles: Advance in Engineering Education,
2008
Isrok’atun. Konsep Pembelajaran pada Materi Peluang Guna Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah. 2006.
file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_14Oktob
er_2010/KONSEP_PEMBELAJARAN_PADA_MATERI_PELUANG_G
UNA_MENINGKATKAN_KEMAMPUAN_PEMECAHAN_MASALAH
.pdf

Kadir. Statistika : Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Rosemata


Sampurna, 2010

83
84

Keedy, Mervin L., and Bittinger, Marvin L.. A Problem-Solving Aprroach To


Intermediate Algebra. Canada: Addison-Wesley Publishing Company,
1986
Kurniawati, Lia. Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa
SMP. ALGORITMA Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika.
Jakarta: CeMED FITK UIN. Vol. 1 No. 1, 2006
Lesh, Richard, and Doerr, Helen M. Beyond Constructivism: Models and
Modeling Perspectives on Mathematics Problem Solving, Learning, and
Teaching. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2003
Moore, Tamara J. Model Eliciting Activities: A Case-Based Approach for Getting
Student Interest in Material Science and Engineering. Minneapolis:
Departmen of Curriculum and Instruction, University of Minnesota. 2008
Permana, Yanto. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi
Matematis Siswa SMA Melalui Model-Eliciting Activities. Pasundan
Journal of Mathematics Educations. Tahun 1 Nomor 1, 2011
Rasyid, Harun, dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima,
2009
Ruseffendi. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalan Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarisito, 2006
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, Ed. 1 Cet. 8, 2011
Shadiq, Fajar. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta:
PPPG Matematika, 2004
Siregar, Evelin, dan Nara, Hartini. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, Cet. II, 2010
Soni, Geetanjali. Model-Eliciting Activities and Reflection Tools for Problem
Solving. http://litre.ncsu.edu/sltoolkit/MEA/MEA.htm
Subana, H. M., dan Sudrajat Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka
Setia, 2005
Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, Cet. III, 2005
Suherman, Erman dkk. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICS UPI, 2003
Sumardyono. Pengertian Dasar Problem Solving, diakses melalui internet pada
tanggal 8 oktober 2012.

84
85

http://p4tkmatematika.org/file/problemsolving/PengertianDasarProblemSo
lving_smd.pdf
Sumarmo, Utari. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FMIPA-UPI,
2010
The National Council of Teachers of Mathematics. Principles and Standards for
School Mathematics. USA: NCTM, 2000
Wawancara dengan Bapak Budi S.Pd. selaku guru bidang studi Matematika di
SMP Bhinneka Tunggal Ika, Jakarta Pusat, pada tanggal 10 Agustus 2012
Wardhani, Sri. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk
Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK
Matematika, 2008
Wardhani, Sri. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika. Yogyakarta:
PPPPTK Matematika, 2010
Wijayanti, Dyana. Analisis Soal Pemecahan Masalah Pada Buku Sekolah
Elektronik Pelajaran Matematika SD/MI. Penelitian Bidang Keilmuan-
FKIP Unissula, Semarang, 2010
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah
Yamin, Martinus. Strategi Pembelajaran Bebasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2004

85
86

LAMPIRAN 1

HASIL WAWANCARA GURU PRA PENELITIAN

1. Apakah pembagian kelas VIII berdasarkan tingkat kemampuan siswa?


Jawab. Tidak, setiap kelas memiliki tingkat kemampuan yang beraga, ada yang pintar,
kurang pintar, rajin, dan malas.
2. Apakah siswa aktif bertanya ketika mereka mengalami kesulitan pada saat pembelajaran
matematika?
Jawab. Hanya beberapa siswa yang aktif dan itu pun bisa dihitung dengan jari.
3. Pembelajaran yang bagaimana yang biasa Bapak lakukan?
Jawab. Ceramah dan latihan soal.
4. Kendala apa saja yang Bapak hadapi selama proses KBM berlangsung pada saat
pembelajaran matematika di kelas?
Jawab. Materi pelajaran yang terlalu banyak dan jam pelajaran yang sedikit membuat
setiap pertemuan tidak dapat secara maksimal dipaparkan sehingga hanya dapat
menjelaskan secara umum.
5. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII secara umum
terhadap pembelajaran matematika?
Jawab. Beberapa siswa masih sering kurang fokus saat menerima pelajaran sehingga
ketika pertemuan berikutnya sudah lupa dengan apa yang dipelajari sebelumnya.
6. Kendala apa saja yang biasanya dihadapi siswa saat memecahkan masalah matematika?
Jawab. Pemahaman terhadap masalah perlu penjelasan ulang, ketika ada masalah masih
tanya-tanya cara, cepat lupa dengan materi sebelumnya.
7. Menurut Bapak bagaimana peran pendekatan pembelajaran matematika pada proses
KBM?
Jawab. Sangat penting karena untuk melihat respon siswa terhadap pelajaran matematika
dan membuat siswa sadar pentingnya memerhatikan pelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar matematika.
8. Bagaimana pendapat Bapak mengenai Pendekatan MEAs?
Jawab. Saya belum pernah mencoba pendekatan ini, dilihat dari teorinya seperti
pendekatan MEAs dapat menghidupkan suasana kelas lebih aktif dan membuat siswa
tidak cepat bosan belajar matematika.

86
87

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah benar telah diajukan kepada Bapak Raden Budi
K. sebagai guru matematika kelas VIII-A, VIII-B, dan VIII-C di SMP Bhinneka Tunggal
Ika Jakarta Barat pada hari Senin, 8 Oktober 2012 dan telah dijawab oleh guru yang
bersangkutan sebagimana tertulis di atas.
Guru Matematika SMP B.T. Ika

Raden Budi J., S.Si

87
88

LAMPIRAN 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KELAS EKSPERIMEN

A. IDENTITAS MATA PELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Bhinneka Tunggal Ika


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII-B / Ganjil
Jumlah Pertemuan : 8 pertemuan
Alokasi Waktu : 16 jam pelajaran (@ 45 menit)
Tahun Ajaran : 2012/2013

B. STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
C. KOMPETENSI DASAR
1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.
2. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua variabel.
3. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
D. INDIKATOR
1. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear satu variabel dan menyelesaikan masalah persamaan linear satu variabel.
2. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear dua variabel dan menyelesaikan masalan persamaan linear dua variabel.
3. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang
melibatkan sistem persamaan linear dua variabel.
4. Menerapkan metode grafik dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
5. Menerapkan metode substitusi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.

88
89

6. Menerapkan metode eliminasi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan


linear dua variabel.
7. Menerapkan metode gabungan eliminasi dan substitusi dalam menyelesaikan
masalah sistem persamaan linear dua variabel.
8. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel yang memuat pecahan.
9. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan non
linear dua variabel.
10. Menyelesaikan masalah sistem persamaan non linear dua variabel dengan metode
yang ada pada SPLDV.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear satu variabel dan menyelesaikan masalah persamaan linear satu variabel.
2. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear dua variabel dan menyelesaikan masalan persamaan linear dua variabel.
3. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang
melibatkan sistem persamaan linear dua variabel.
4. Menerapkan metode grafik dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
5. Menerapkan metode substitusi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.
6. Menerapkan metode eliminasi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.
7. Menerapkan metode gabungan dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.
8. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel yang memuat pecahan.
9. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan non
linear dua variabel.
F. KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN
Karakter siswa yang diharapkan dalam pembelajaran ini adalah:
Disiplin
Pantang menyerah
Optimis
90

Percaya diri
Bertangggung jawab
Komunikatif

G. MATERI AJAR
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
H. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Model-eliciting activities ( MEAs)
Setting : Diskusi Kelompok
Metode : Ceramah, Tanya jawab dan Penugasan.

I. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama (Persamaan linear satu variabel)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi pendukung sebelumnya yaitu mengenai
aljabar.
 Motivasi
- Menghubungkan materi persamaan linear satu variabel dan kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi persamaan linear satu
variabel.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang PLSV yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
- Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
- Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang persamaan
linear satu variabel.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
91

- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.


- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil
diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan kedua (Persamaan linear dua variabel)


Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai persamaan linear satu
variabel.
 Motivasi
- Menghubungkan materi persamaan linear dua variabel dan kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi persamaan linear dua
variabel.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang PLDV yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
- Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
92

-Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang persamaan


linear dua variabel.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil
diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan ketiga (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai persamaan linear dua
variabel.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
grafik dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode grafik.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang SPLDV dengan metode grafik yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
93

-Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat


pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
- Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode grafik.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil
diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan keempat (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode grafik.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
substitusi dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode substitusi.
94

Kegiatan Inti (65 menit)


 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang SPLDV dengan metode substitusi yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
- Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
- Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil
diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan kelima (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
95

Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan


linear dua variabel dengan metode substitusi.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
eliminasi dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode eliminasi.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang SPLDV dengan metode eliminasi yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
- Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
- Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil
diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan keenam (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan
eliminasi dan substitusi)
96

Pendahuluan (15 menit)

 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode eliminasi.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
gabungan eliminasi dan substitusi dan kaitannya dalam kehidupan sehari-
hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode gabungan eliminasi dan substitusi.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang SPLDV dengan metode gabungan eliminasi
dan substitusi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
- Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
- Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan eliminasi dan
substitusi.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil
diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
97

- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan


yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan ketujuh (Sistem persamaan linear dua variabel yang memuat pecahan)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode gabungan eliminasi dan substitusi.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel yang memuat
pecahan dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel yang memuat pecahan.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang SPLDV yang memuat pecahan yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
- Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
- Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang sistem
persamaan linear dua variabel yang memuat pecahan.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
98

- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil


diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan kedelapan (Sistem persamaan non linear dua variabel)


Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan non linear dua variabel dan
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan non
linear dua variabel.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap
kelompok.
- Guru memberikan LKS tentang SPNLDV yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
- Siswa mendiskusikan masalah berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada LKS.
- Guru mengawasi dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan.
- Siswa mempersentasikan hasil diskusi di dalam kelompok dan dievaluasi
oleh guru.
- Siswa beserta guru menyimpulkan bersama-sama materi tentang sistem
persamaan non linear dua variabel.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada LKS
secara berkelompok.
99

- Guru mengawasi serta membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.


- Salah satu perwakilan dari tiap kelompok menuliskan hasil diskusi di papan
tulis.
- Setiap kelompok membantu perwakilannya untuk mempersentasikan hasil
diskusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya guna persiapan tes
pada pertemuan berikutnya.

J. SUMBER BELAJAR
a. Sumber belajar : Buku Paket
b. Alatdan media pembelajaran : Spidol, Papan Tulis, dan Lembar Kerja Siswa

K. PENILAIAN HASIL BELAJAR


Teknik : Tes tertulis
Bentuk instrumen : Uraian
Pertemuan ke-1
1. Pak Ahmad membeli tanah berbentuk persegi panjang dengan keliling 36 meter.
Panjang tanah tersebut adalah 3 meter lebih panjang dari lebarnya. Bantulah pak
Ahmad menghitung panjang dan lebar tanah tersebut !
2. Kakaknya Gaby berumur 3 tahun lebih tua dari Gaby. Ayah mereka berumur dua
kali jumlah umur mereka. Jika jumlah umur mereka bertiga adalah 63 tahun.
Bantulah Gaby menghitung umur kakaknya dan umur ayahnya !
3. Pak Reza ingin menyewakan tanah di belakang rumahnya yang berbentuk persegi
panjang. Jika salah satu sisinya memiliki panjang 10 meter dan keliling tanah
tersebut adalah 28 meter. Maka bantulah pak Reza menghitung luas tanah
tersebut!

Pertemuan ke-2
1. Dua kali bilangan pertama ditambah tiga kali bilangan kedua adalah 6. Bilangan
pertama adalah bilangan bulat diantara -3 dan 3. Bilangan kedua adalah bilangan
asli. Tentukan model matematikanya dan tentukan pula bilangan-bilangan itu !
2. Setiap hari Pak Adi berjualan roti. Menurut Pak Adi, roti tawar rata-rata dibeli
oleh a orang dan roti isi selai rata-rata dibeli oleh b orang. Jika pada hari Senin
100

banyaknya roti tawar dan roti isi selai yang terjual adalah 24 roti. Hitunglah
kemungkinan masing-masing roti yang terjual !
3. Tina adalah seorang penjahit. Setiap hari Tina menjahit baju dan celana dan
menjualnya di toko. Pada hari Minggu, baju dan celana yang terjual sebanyak 30
buah. Jika banyaknya baju adalah p buah, dan banyaknya celana adalah q buah.
Tentukanlah masing-masing kemungkinan banyaknya baju dan celana !

Pertemuan ke-3
1. Ibu Dini membeli 5 tiket dewasa dan 3 tiket anak seharga Rp. 30.000,- sedangkan
Ibu Lara membeli 2 tiket dewasa dan 2 tiket anak seharga Rp. 16.000,- Maka
berapa harga yang harus dibayar Ibu Eka jika ingin membeli 3 tiket dewasa dan 4
tiket anak ?
2. Diketahui 2 angka. Tiga kali angka pertama dikurang angka kedua hasilnya 3. Dan
angka pertama ditambah dua kali angka kedua hasilnya 8. Tentukan hasil
penjumlahan kedua angka tersebut !
3. Pak Dodi menjual 1 ekor bebek dan 3 ekor ayam seharga Rp. 90.000,- Sedangkan
jika ia menjual 2 ekor bebek dan 2 ekor ayam, ia menerima uang Rp. 100.000,-
Maka jika Pak Dodi ingin menjual 5 ekor bebek dan 5 ekor ayam, berapa uang
yang akan ia terima ?

Pertemuan ke-4
1. Umur Nisa sekarang 2 tahun lebihnya dari umur Tati. Jika 6 tahun yang lalu
jumlah umur mereka adalah 26 tahun. Maka berapakah jumlah umur mereka 10
tahun yang akan datang ?
2. Seorang pria menjual 15 hewan yang terdiri dari anjing dan kucing seharga Rp.
2.750.000,- Jika harga seekor anjing adalah Rp. 450.000,- dan harga seekor kucing
adalah Rp. 50.000,- Berapa banyak masing-masing anjing dan kucing yang
dijualnya ?
3. Dalam suatu pertunjukkan drama musikal, terjual tiket kelas VIP dan kelas non
VIP sebanyak 150 lembar. Harga tiket kelas VIP adalah Rp. 80.000,- dan harga
tiket kelas non VIP adalah Rp. 30.000,- Jika hasil penjualan seluruh tiket adalah
Rp. 10.000.000,- Bagaimana cara menentukan selisih tiket VIP dan tiket non VIP?

Pertemuan ke-5
1. Ibu membeli 4 kg mangga dan 6 kg alpukat dengan harga Rp. 38.000,- Sedangkan
Ayah membeli 2 kg mangga dan 4 kg alpukat seharga Rp. 22.000,- Maka berapa
harga yang harus dibayar Sisca jika ingin membeli 5 kg mangga dan 5 kg aplukat?
2. Di suatu peternakan milik Pak Jaya terdapat 40 hewan ternak yang terdiri dari
bebek dan sapi. Jika jumlah kaki kedua jenis hewan ternak milik Pak Jaya adalah
150. Bantulah Pak Jaya untuk menentukan selisih kedua jenis hewan ternak
tersebut ?
3. Jumlah kelereng Tio empat butir lebih sedikit daripada jumlah kelereng Aris. Jika
jumlah kelereng mereka 24 butir, tentukan jumlah masing-masing kelereng yang
dimiliki Tio dan Aris !
101

Pertemuan ke-6
1. Jumlah dua bilangan adalah 48. Empat kali bilangan pertama ditambah tiga kali
bilangan kedua adalah 20. Misalkan bilangan pertama adalah x dan bilangan kedua
adalah y. Tentukan masing-masing nilai bilangan tersebut !
2. Soni membeli enam pensil dan tujuh pulpen dengan harga Rp. 11.750,- Sedangkan
Aldi membeli empat pensil dan tiga pulpen dengan harga Rp. 5.750,- Jika Mira
ingin membeli lima pensil dan lima pulpen, berapa harga yang harus dibayarnya ?
3. Dua tahun yang lalu umur Ana enam kali umur Imran. Delapan belas tahun
kemudian umur Ana akan menjadi dua kali umur Imran. Tentukan umur Ana dan
umur Imran sekarang !

Pertemuan ke-7
1. Jika pembilang dan penyebut sebuah pecahan kedua-duanya dikurangi 5, maka
pecahan itu sama dengan . Jika pembilang dan penyebut kedua-duanya ditambah
1, pecahan itu sama dengan . Berapakah pecahan itu ?
2. Ibu Nurul membeli gula kg dan telur kg seharga Rp. 16.000. Sedangkan Ibu
Nifa membeli gula kg dan telur 2 kg seharga Rp. 25.000. Berapakah yang harus
dibayar oleh Ibu Anis jika ingin membeli 1 kg gula dan 3 kg telur ?

Pertemuan ke-8
1. Jumlah kuadrat dua bilangan adalah 13 dan dua kali kuadrat bilangan pertama
ditambah kuadrat bilangan kedua adalah 17. Tentukan masing-masing bilangan
pertama dan bilangan kedua. Misalkan bilangan pertama adalah x dan bilangan
kedua adalah y.
2. Diketahui dua bilangan a dan b. Jumlah kebalikan a dan b adalah 2. Dua kali
kebalikan a ditambah dua kalu kebalikan b sama dengan 14. Tentukan bilangan a
dan b.
3. Jumlah kuadrat dua bilangan adalah 185, sedangkan selisih kuadrat-kuadratnya
adalah 53. Tentukan jumlah dua bilangan tersebut.

Jakarta, 31 Oktober 2012


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Raden Budi J, S.Si Dewi Andriani


102

LAMPIRAN 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KELAS KONTROL

A. IDENTITAS MATA PELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Bhinneka Tunggal Ika


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII-A / Ganjil
Jumlah Pertemuan : 8 pertemuan
Alokasi Waktu : 16 jam pelajaran (@ 45 menit)
Tahun Ajaran : 2012/2013

B. STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
C. KOMPETENSI DASAR
1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.
2. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua variabel.
3. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
D. INDIKATOR
1. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear satu variabel dan menyelesaikan masalah persamaan linear satu variabel.
2. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear dua variabel dan menyelesaikan masalan persamaan linear dua variabel.
3. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang
melibatkan sistem persamaan linear dua variabel.
4. Menerapkan metode grafik dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
5. Menerapkan metode substitusi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.

102
103

6. Menerapkan metode eliminasi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan


linear dua variabel.
7. Menerapkan metode gabungan eliminasi dan substitusi dalam menyelesaikan
masalah sistem persamaan linear dua variabel.
8. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel yang memuat pecahan.
9. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan non
linear dua variabel.
10. Menyelesaikan masalah sistem persamaan non linear dua variabel dengan metode
yang ada pada SPLDV.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear satu variabel dan menyelesaikan masalah persamaan linear satu variabel.
2. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan persamaan
linear dua variabel dan menyelesaikan masalan persamaan linear dua variabel.
3. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang
melibatkan sistem persamaan linear dua variabel.
4. Menerapkan metode grafik dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
5. Menerapkan metode substitusi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.
6. Menerapkan metode eliminasi dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.
7. Menerapkan metode gabungan dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan
linear dua variabel.
8. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel yang memuat pecahan.
9. Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sistem persamaan non
linear dua variabel.
F. KARAKTER YANG DIKEMBANGKAN
Karakter siswa yang diharapkan dalam pembelajaran ini adalah:
Disiplin
Pantang menyerah
Optimis
104

Percaya diri
Bertangggung jawab
Komunikatif

G. MATERI AJAR
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
H. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Konvensional
Metode : Ceramah dan Penugasan.

I. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama (Persamaan linear satu variabel)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi pendukung sebelumnya yaitu mengenai
aljabar.
 Motivasi
- Menghubungkan materi persamaan linear satu variabel dan kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi persamaan linear satu
variabel.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan linear satu variabel dengan
menggunakan media papan tulis.
- Guru memberikan beberapa contoh persamaan linear satu variabel dan cara
menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
linear satu variabel.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
105

Penutup (10 menit)


 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan kedua (Persamaan linear dua variabel)


Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai persamaan linear satu
variabel.
 Motivasi
- Menghubungkan materi persamaan linear dua variabel dan kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi persamaan linear dua
variabel.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan media papan tulis.
- Guru memberikan beberapa contoh persamaan linear dua variabel dan cara
menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
linear dua variabel.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
-
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.
106

Pertemuan ketiga (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai persamaan linear dua
variabel.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
grafik dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode grafik.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan linear dua variabel dengan
metode grafik menggunakan media papan tulis.
- Guru memberikan beberapa contoh persamaan linear dua variabel dengan
metode grafik dan cara menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
linear dua variabel menggunakan metode grafik.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan keempat (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
107

 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode grafik.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
substitusi dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode substitusi.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan linear dua variabel dengan
metode substitusi menggunakan media papan tulis.
- Guru memberikan beberapa contoh persamaan linear dua variabel dengan
metode substitusi dan cara menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
linear dua variabel menggunakan metode substitusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan kelima (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode substitusi.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
eliminasi dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
108

- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua


variabel dengan metode eliminasi.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan linear dua variabel dengan
metode eliminasi menggunakan media papan tulis.
- Guru memberikan beberapa contoh persamaan linear dua variabel dengan
metode eliminasi dan cara menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
linear dua variabel menggunakan metode eliminasi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan keenam (Sistem persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan
eliminasi dan substitusi)

Pendahuluan (15 menit)

 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode eliminasi.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel dengan metode
gabungan eliminasi dan substitusi dan kaitannya dalam kehidupan sehari-
hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode gabungan eliminasi dan substitusi.
109

Kegiatan Inti (65 menit)


 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan linear dua variabel dengan
metode gabungan eliminasi dan substitusi menggunakan media papan tulis.
- Guru memberikan beberapa contoh persamaan linear dua variabel dengan
metode eliminasi dan substitusi dan cara menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
linear dua variabel menggunakan metode eliminasi dan substitusi.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan ketujuh (Sistem persamaan linear dua variabel yang memuat pecahan)
Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode gabungan eliminasi dan substitusi.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan linear dua variabel yang memuat
pecahan dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan linear dua
variabel yang memuat pecahan.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan linear dua variabel yang
memuat pecahan menggunakan media papan tulis.
110

-Guru memberikan beberapa contoh persamaan linear dua variabel yang


memuat pecahan dan cara menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
linear dua variabel yang memuat pecahan.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya.

Pertemuan kedelapan (Sistem persamaan non linear dua variabel)


Pendahuluan (15 menit)
 Orientasi
- Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi dan kompetensi
yang akan dicapai setelah pembelajaran.
- Guru menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran.
 Apresepsi
Siswa diingatkan lagi tentang materi sebelumnya mengenai sistem persamaan
linear dua variabel.
 Motivasi
- Menghubungkan materi sistem persamaan non linear dua variabel dan
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi sistem persamaan non
linear dua variabel.
Kegiatan Inti (65 menit)
 Eksplorasi
- Siswa diminta untuk membuka buku paket Matematika pada bab sistem
persamaan linear dua variabel.
- Guru menjelaskan mengenai subbab persamaan non linear dua variabel
dengan menggunakan media papan tulis.
- Guru memberikan beberapa contoh persamaan non linear dua variabel dan
cara menyelesaikannya.
 Elaborasi
- Siswa memperdalam materi dengan mengerjakan latihan yang ada pada buku
paket Matematika secara individu.
111

- Guru memfasilitasi siswa jika ada yang ingin bertanya mengenai persamaan
non linear dua variabel.
 Konfirmasi
- Guru melakukan tanya jawab sambil mengarahkan siswa untuk menemukan
jawaban dari permasalahan yang diberikan.
- Guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi hasil dari permasalahan
yang telah disajikan.
Penutup (10 menit)
 Siswa bersama-sama menyimpulkan materi dengan arahan guru.
 Siswa beserta guru melakukan refleksi.
 Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi selanjutnya guna persiapan tes
pada pertemuan berikutnya.

J. SUMBER BELAJAR
a. Sumber belajar : Buku Paket
b. Alat dan media pembelajaran : Spidol, Papan Tulis, dan Lembar Kerja Siswa

K. PENILAIAN HASIL BELAJAR


Teknik : Tes tertulis
Bentuk instrumen : Uraian
Pertemuan ke-1
1. Tentukan himpunan penyelesaian dari untuk variabel pada himpunan
bilangan cacah.
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan berikut apa bila variabelnya pada
himpunan bilangan asli.
a.
b.
3. Selesaikan persamaan berikut menggunakan sifat-sifat kesamaan.
a. ( )
b. ( )

Pertemuan ke-2
1. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan: untuk
untuk * +
2. Tentukan nilai t pada persamaan , sesuai dengan tiap persyaratan
berikut.
a. Melalui titik ( )
b. Sejajar garis
3. Tentukan lima titik yang dilalui oleh garis dari persamaan berikut ini.
a.
b. ( )
112

Pertemuan ke-3
Selesaikan sistem persamaan di bawah ini dengan metode grafik dan tentukan
himpunan penyelesaiannya:
1. dan
2. dan
3. dan

Pertemuan ke-4
Selesaikan sistem persamaan di bawah ini dengan metode substitusi dan tentukan
himpunan penyelesaiannya:
1. dan
2. dan
3. dan

Pertemuan ke-5
Selesaikan sistem persamaan di bawah ini dengan metode eliminasi dan tentukan
himpunan penyelesaiannya:
1. dan
2. dan
3. dan

Pertemuan ke-6
Selesaikan sistem persamaan di bawah ini dengan metode gabungan eliminasi dan
subtitusi dan tentukan himpunan penyelesaiannya:
1. ( ) ( ) dan ( ) ( )
2. ( ) ( ) dan ( ) ( )
3. dan ( ) ( )

Pertemuan ke-7
Selesaikan sistem persamaan di bawah ini dan tentukan himpunan penyelesaiannya:
1. dan

2. dan

3. dan

Pertemuan ke-8
Tentukanlah solusi dan himpunan penyelesaian dari masing-masing sistem persamaan
non linear dua variabel di bawah ini untuk variabel

1. dan

2. dan
113

3. dan

Jakarta, 31 Oktober 2012


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Raden Budi J, S.Si Dewi Andriani


114

LAMPIRAN 4

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan
persamaan linear satu variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah persamaan linear
2.
satu variabel.
3.
4.

Masalah Pertama

Pak Ahmad membeli tanah berbentuk persegi panjang dengan keliling 36 meter. Panjang
tanah tersebut adalah 3 meter lebih panjang dari lebarnya. Bantulah pak Ahmad menghitung
panjang dan lebar tanah tersebut.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Buatlah model keliling tanah Pak Ahmad berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang kalian buat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji panjang dan lebar yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematis keliling tanah !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

114
115

 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Masalah Kedua

Siska membeli bingkai lukisan dengan panjang 30 cm dan lebar


X cm
20 cm seperti gambar di samping. Jika keliling lukisan yang
20 cm
X ingin dipasang di bingkai itu adalah 80 cm. Maka bantulah
Siska menghitung lebar kayu yang ada di pinggiran lukisan itu.
30 cm
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Buatlah model matematis yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah dibuat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali jawaban yang telah didapat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Buatlah kesimpulan dan interpetasi mengenai solusi masalah tersebut !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Masalah Ketiga

Kakaknya Gaby berumur 3 tahun lebih tua dari Gaby. Ayah mereka berumur dua kali jumlah
umur mereka. Jika jumlah umur mereka bertiga adalah 63 tahun. Bantulah Gaby menghitung
umur kakaknya dan umur ayahnya.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
116

 Buatlah model matematis yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah dibuat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali jawaban yang telah didapat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Buatlah kesimpulan dan interpetasi mengenai solusi masalah tersebut !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Masalah Keempat

Pak Reza ingin menyewakan tanah di belakang rumahnya yang berbentuk persegi panjang.
Jika salah satu sisinya memiliki panjang 10 meter dan keliling tanah tersebut adalah 28 meter.
Maka bantulah pak Reza menghitung luas tanah tersebut.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Buatlah model matematis yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah dibuat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali jawaban yang telah didapat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Buatlah kesimpulan dan interpetasi mengenai solusi masalah tersebut !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
117

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan
persamaan linear dua variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah persamaan linear dua
2.
variabel.
3.
4.

Masalah Pertama

Dua kali bilangan pertama ditambah tiga kali bilangan kedua adalah 6. Bilangan pertama
adalah bilangan bulat diantara -3 dan 3. Bilangan kedua adalah bilangan asli. Tentukan model
matematikanya dan tentukan pula bilangan-bilangan itu !

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model penjumlahan bilangan tersebut !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Cari nilai yang memenuhi model penjumlahan bilangan yang telah dibuat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah diperoleh dengan mensubstitusi ke dalam model
penjumlahan bilangan !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
118

Masalah Kedua

Pak Toni berternak sapi dan kambing. Saat ini jumlah sapi dan kambing seluruhnya ada 15
ekor. Jika x adalah banyaknya sapi dan y adalah banyaknya kambing. Tentukan kemungkinan
banyaknya sapi dan kambing masing-masing.

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model jumlah hewan ternak Pak Toni !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Carilah nilai yang memenuhi model matematika yang telah kalian buat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah diperoleh dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Ketiga

Setiap hari Pak Adi berjualan roti. Menurut Pak Adi, roti tawar rata-rata dibeli oleh a orang
dan roti isi selai rata-rata dibeli oleh b orang. Jika pada hari Senin banyaknya roti tawar dan
roti isi selai yang terjual adalah 24 roti. Hitunglah kemungkinan masing-masing roti yang
terjual.

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
119

 Buatlah model jumlah roti yang dijual Pak Adi !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Carilah nilau yang memenuhi model matematika yang telah kalian buat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah diperoleh dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya!
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Masalah Keempat

Tina adalah seorang penjahit. Setiap hari Tina menjahit baju dan celana dan menjualnya di
toko. Pada hari Minggu, baju dan celana yang terjual sebanyak 30 buah. Jika banyaknya baju
adalah p buah, dan banyaknya celana adalah q buah. Tentukanlah masing-masing
kemungkinan banyaknya baju dan celana.

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model jumlah baju dan celana yang dijual Tina !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Carilah nilai yang memenuhi model matematika yang telah kalian buat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah diperoleh dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya!
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
120

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan sistem
persamaan linear dua variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah sistem persamaan
2.
linear satu variabel dengan metode grafik.
3.
4.

Masalah Pertama

Ibu Dini membeli 5 tiket dewasa dan 3 tiket anak seharga Rp. 30.000,- sedangkan Ibu Lara
membeli 2 tiket dewasa dan 2 tiket anak seharga Rp. 16.000,- Maka berapa harga yang harus
dibayar Ibu Eka jika ingin membeli 3 tiket dewasa dan 4 tiket anak ?

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematika yang memuat tiket dewasa dan tiket anak berdasarkan
informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah di atas dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode grafik !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
121

 Uji kembali nilai yang telah diperoleh dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya!
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Masalah Kedua

Diketahui 2 angka. Tiga kali angka pertama dikurang angka kedua hasilnya 3. Dan angka
pertama ditambah dua kali angka kedua hasilnya 8. Tentukan hasil penjumlahan kedua angka
tersebut.

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model yang memuat kedua bilangan tersebut !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah di atas dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode grafik !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah diperoleh dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya!
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
122

Masalah Ketiga

Pak Dodi menjual 1 ekor bebek dan 3 ekor ayam seharga Rp. 90.000,- Sedangkan jika ia
menjual 2 ekor bebek dan 2 ekor ayam, ia menerima uang Rp. 100.000,- Maka jika Pak Dodi
ingin menjual 5 ekor bebek dan 5 ekor ayam, berapa uang yang akan ia terima ?

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model yang memuat harga bebek dan ayam berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah di atas dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode grafik !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah diperoleh dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya!
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
123

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan sistem
persamaan linear dua variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah sistem persamaan
2.
linear dua variabel menggunakan metode
substitusi. 3.
4.

Masalah Pertama

Umur Nisa sekarang 2 tahun lebihnya dari umur Tati. Jika 6 tahun yang lalu jumlah umur
mereka adalah 26 tahun. Maka berapakah jumlah umur mereka 10 tahun yang akan datang.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematika yang memuat umur Nisa dan umur Tati berdasarkan
informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang kalian buat menggunakan
metode substitusi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
124

 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Kedua

Seorang pria menjual 15 hewan yang terdiri dari anjing dan kucing seharga Rp. 2.750.000,-
Jika harga seekor anjing adalah Rp. 450.000,- dan harga seekor kucing adalah Rp. 50.000,-
Berapa banyak masing-masing anjing dan kucing yang dijualnya ?

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model yang memuat anjing dan kucing berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode substitusi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
125

 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Ketiga

Dalam suatu pertunjukkan drama musikal, terjual tiket kelas VIP dan kelas non VIP sebanyak
150 lembar. Harga tiket kelas VIP adalah Rp. 80.000,- dan harga tiket kelas non VIP adalah
Rp. 30.000,- Jika hasil penjualan seluruh tiket adalah Rp. 10.000.000,- Bagaimana cara
menentukan selisih tiket VIP dan tiket non VIP.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematis yang memuat tiket VIP dan tiket non VIP berdasarkan
informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode substitusi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang didapat dengan mensubstitusi ke dalam model matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
126

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan sistem
persamaan linear dua variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah sistem persamaan
2.
linear dua variabel menggunakan metode
eliminasi. 3.
4.

Masalah Pertama

Ibu membeli 4 kg mangga dan 6 kg alpukat dengan harga Rp. 38.000,- Sedangkan Ayah
membeli 2 kg mangga dan 4 kg alpukat seharga Rp. 22.000,- Maka berapa harga yang harus
dibayar Sisca jika ingin membeli 5 kg mangga dan 5 kg aplukat.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematika yang memuat mangga dan alpukat berdasarkan informasi di
atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang kalian buat menggunakan
metode eliminasi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
127

 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Kedua

Di suatu peternakan milik Pak Jaya terdapat 40 hewan ternak yang terdiri dari bebek dan sapi.
Jika jumlah kaki kedua jenis hewan ternak milik Pak Jaya adalah 150. Bantulah Pak Jaya
untuk menentukan selisih kedua jenis hewan ternak terebut.

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model yang memuat bebek dan sapi berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode eliminasi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
128

 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Ketiga

Jumlah kelereng Tio empat butir lebih sedikit daripada jumlah kelereng Aris. Jika jumlah
kelereng mereka 24 butir, tentukan jumlah masing-masing kelereng yang dimiliki Tio dan
Aris.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematis yang memuat kelereng Tio dan kelereng Aris berdasarkan
informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode eliminasi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang didapat dengan mensubstitusi ke dalam model matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
129

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan sistem
persamaan linear dua variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah sistem persamaan
2.
linear dua variabel menggunakan metode
gabungan eliminasi dan substitusi. 3.
4.

Masalah Pertama

Jumlah dua bilangan adalah 48. Empat kali bilangan pertama ditambah tiga kali bilangan
kedua adalah 20. Misalkan bilangan pertama adalah x dan bilangan kedua adalah y. Tentukan
masing-masing nilai bilangan tersebut.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematika yang memuat bilangan-bilangan tersebut berdasarkan
informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang kalian buat menggunakan
metode gabungan eliminasi dan substitusi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
130

 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Kedua

Soni membeli enam pensil dan tujuh pulpen dengan harga Rp. 11.750,- Sedangkan Aldi
membeli empat pensil dan tiga pulpen dengan harga Rp. 5.750,- Jika Mira ingin membeli
lima pensil dan lima pulpen, berapa harga yang harus dibayarnya ?

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model yang memuat pensil dan pulpen berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode gabungan eliminasi dan substitusi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
131

 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Ketiga

Dua tahun yang lalu umur Ana enam kali umur Imran. Delapan belas tahun kemudian umur
Ana akan menjadi dua kali umur Imran. Tentukan umur Ana dan umur Imran sekarang.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematis yang memuat umur Ana dan umur Imran berdasarkan
informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode gabungan eliminasi dan substitusi !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang didapat dengan mensubstitusi ke dalam model matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
132

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan sistem
persamaan linear dua variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah sistem persamaan
2.
linear dua variabel yang mengandung
pecahan. 3.
4.

Masalah Pertama

Jika pembilang dan penyebut sebuah pecahan kedua-duanya dikurangi 5, maka pecahan itu
sama dengan . Jika pembilang dan penyebut kedua-danya ditambah 1, pecahan itu sama
dengan . Berapakah pecahan itu ?
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematika yang memuat bilangan-bilangan pecahan tersebut
berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang kalian buat menggunakan
metode yang telah dipelajari sebelumnya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
133

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Kedua

Ibu Nurul membeli gula kg dan telur kg seharga Rp. 16.000. Sedangkan Ibu Nifa membeli
gula kg dan telur 2 kg seharga Rp. 25.000. Berapakah yang harus dibayar oleh Ibu Anis jika
ingin membeli 1 kg gula dan 3 kg telur ?

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model yang memuat gula dan telur berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode yang telah kalian pelajari sebelumnya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
134

 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Ketiga

Lia membeli minyak kg dan gula jawa kg seharga Rp. 28.000. Sedangkan Devi membeli
minyak kg dan gula jawa 1 kg seharga Rp. 32.000. Berapakah yang harus dibayar oleh Ibu
Anis jika ingin membeli 2 kg minyak dan 2 kg gula jawa ?
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematis yang memuat minyak dan gula jawa berdasarkan informasi di
atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat
menggunakan metode yang telah kalian pelajari sebelumnya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang didapat dengan mensubstitusi ke dalam model matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
135

LEMBAR KERJA SISWA


Tujuan Pembelajaran: Nama Kelompok :
Siswa dapat membuat model matematika dari Nama Anggota :
masalah sehari-hari yang melibatkan sistem
persamaan linear non variabel. Siswa dapat 1.
menyelesaikan masalah sistem persamaan
2.
non linear dua variabel.
3.
4.

Masalah Pertama

Jumlah kuadrat dua bilangan adalah 13 dan dua kali kuadrat bilangan pertama ditambah
kuadrat bilangan kedua adalah 17. Tentukan masing-masing bilangan pertama dan bilangan
kedua. Misalkan bilangan pertama adalah x dan bilangan kedua adalah y.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematika yang memuat bilangn pertama dan bilangan kedua
berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang kalian buat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
136

 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Kedua

Diketahui dua bilangan a dan b. Jumlah kebalikan a dan b adalah 2. Dua kali kebalikan a
ditambah dua kalu kebalikan b sama dengan 14. Tentukan bilangan a dan b.

 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model yang memuat bilangan-bilangan tersebut berdasarkan informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang telah didapat dengan mensubstitusi ke dalam model
matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
137

 Nyatakan kesimpulan mengenai solusi masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri !


_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Masalah Ketiga

Jumlah kuadrat dua bilangan adalah 185, sedangkan selisih kuadrat-kuadratnya adalah 53.
Tentukan jumlah dua bilangan tersebut.
 Tuliskan apa yang diketahui dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Tuliskan apa yang ditanyakan dari masalah di atas ?
_______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
 Buatlah model matematis yang memuat bilangan-bilangan tersebut berdasarkan
informasi di atas !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Selesaikan masalah tersebut dengan model matematika yang telah kalian buat !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Uji kembali nilai yang didapat dengan mensubstitusi ke dalam model matematikanya !
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
 Nyatakan kesimpulan solusi masalah di atas dengan kata-katamu sendiri !

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
138

LAMPIRAN 5

KISI-KISI INSTRUMEN UJI COBA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : VII (Delapan) / I

Standar Kompetensi : Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan


menggunakannya dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel

2. Membuat model matematika dari masalah yang


berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel

3. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang


berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel

Indikator Kemampuan Nomor


Indikator Kompetensi
Pemecahan Masalah Butir
a. Memahami masalah Menyelesaikan model matematika dari 1, 2*
b. Melakukan rencana masalah yang berkaitan dengan sistem
c. Melakukan persamaan linear satu variabel
perhitungan Menyelesaikan model matematika dari 3,4,5,6
d. Mengecek kembali masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel
Menyelesaikan model matematika dari 7,8*
masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel yang
memuat pecahan
Menyelesaikan model matematika dari 9,10*
masalah yang berkaitan dengan sistem

138
139

persamaan non linear dua variabel


Keterangan: (*) Tidak Valid : 2, 8, dan 10

Soal Valid : 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 9


140

LAMPIRAN 6
Nama :

Kelas :

SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES


SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARABEL

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar !

No. Masalah Solusi


1. Tiffany membeli 5 buah es krim cappucinno,
jika Tiffany membayar dengan uang Rp.
150.000,00 maka uang pengembaliannya Rp.
40.000,00. Bantulah Tiffany menentukan
harga 8 buah es krim cappucinno. Buatlah
model matematikanya dan uji kembali
jawabanmu ke dalam persamaan! Nyatakan
kesimpulan masalah tersebut dengan kata-
katamu sendiri!
2. Ibu membeli 5 kg mangga dan 8 kg alpukat
dengan harga Rp. 85.000,00. Jika harga 1 kg
mangga Rp. 10.000,00. Bantulah ibu
menghitung harga 7 kg alpukat. Buatlah
model matematikanya dan uji kembali
jawabanmu ke dalam persamaan! Nyatakan
kesimpulan masalah tersebut dengan kata-
katamu sendiri!
3. Di suatu peternakan milik pak Ardy terdapat
35 hewan ternak yang terdiri dari bebek dan
sapi. Jika jumlah kaki kedua jenis hewan
ternak milik pak Ardy adalah 120. Bantulah
pak Ardy untuk menentukan selisih kedua
jenis hewan ternak tersebut. Buatlah model
matematikanya dan uji kembali jawabanmu

140
141

ke dalam persamaan! Nyatakan kesimpulan


masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri!
4. Dina membeli 8 buah buku tulis dan 6 buah
pensil dengan harga Rp. 14.400,00.
Sedangkan Doni membeli 6 buah buku tulis
dan 5 buah pensil dengan harga Rp.
11.200,00. Jika Dani ingin membeli 5 buah
buku tulis dan 8 buah pensil, maka berapa
harga yang harus dibayar Dani? Buatlah
model matematikanya dan uji kembali
jawabanmu ke dalam persamaan! Nyatakan
kesimpulan masalah tersebut dengan kata-
katamu sendiri!
5. Dalam suatu pertunjukkan drama musikal,
terjual tiket kelas VIP dan kelas non VIP
sebanyak 300 lembar. Harga tiket kelas VIP
adalah Rp. 100.000 dan harga tiket kelas non
VIP adalah Rp. 50.000. Jika hasil penjualan
seluruh tiket adalah Rp. 21.000.000.
Bagaimana cara menentukan selisih jumlah
tiket kelas VIP dan tiket kelas non VIP!
Buatlah model matematikanya dan uji
kembali jawabanmu! Nyatakan kesimpulan
masalah tersebut dengan kata-katamu sendiri!
6. Umur Andi sekarang 3 lebihnya dari umur
Budi. Jika 7 tahun yang lalu jumlah umur
mereka adalah 26 tahun. Maka berapakah
jumlah umur mereka 10 tahun yang akan
datang? Buatlah model matematikanya dan
uji kembali jawabanmu ke dalam persamaan!
Nyatakan kesimpulan masalah tersebut
dengan kata-katamu sendiri!
142

7. Seperempat uang Vina ditambah setengah


uang Vani sama dengan Rp. 22.000,00.
Sedangkan setengah uang Vina ditambah tiga
perempat uang Vani sama dengan Rp.
18.000,00. Bantulah Vina dan Vani
menentukan jumlah uang mereka berdua jika
digabungkan. Buatlah model matematikanya
dan uji kembali jawabanmu ke dalam
persamaan! Nyatakan kesimpulan masalah
tersebut dengan kata-katamu sendiri!
8. Jika pembilang dan penyebut sebuah pecahan
kedua-duanya dikurangi 5, maka pecahan itu
sama dengan . Jika pembilang dan penyebut

kedua-duanya ditambah 1, pecahan itu sama


dengan . Berapakah pecahan itu? Buatlah

model matematikanya dan uji kembali


jawabanmu ke dalam persamaan!
9. Ayu dan Intan masing-masing mempunyai
sejumlah uang. Apabila Ayu memberi Rp.
30.000 kepada Intan maka uang Intan menjadi
dua kali sisa uang Ayu. Tapi apabila Ayu
menerima Rp. 10.000 dari Intan, maka
uangnya akan menjadi tiga kali sisa uang
Intan. Bantulah menghitung jumlah uang Ayu
dan Intan. Buatlah model matematikanya dan
uji kembali jawabanmu ke dalam persamaan!
10. Sebuah bilangan yang terdiri atas dua angka,
nilainya 7 kali besar jumlah angka-angkanya.
Jika kedua angka ditukarkan maka diperoleh
bilangan baru yang nilainya 18 lebih dari
jumlah angka-angkanya. Berapakah bilangan
itu?
143

LAMPIRAN 7

KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIKA
1. Diketahui: 5 es krim Capucinno, Uang yang dibayar 150.000, dan
kembaliannya 40.000.
Ditanya: Harga 8 es krim Capucinno = ?
Jawab.
Misal: Harga es krim Capucinno =
Maka harga 5 es krim Capucinno =

Harga 5 es krim Capucinno = 110.000


... (Model i)

Harga 8 es krim Capucinno =


Jadi

Harga 8 es krim Capucinno = 176.000


Uji Hasil, substitusi ke dalam Model i,

Terbukti
Kesimpulannya, harga 1 es krim Capucinno adalah Rp. 22.000,- Dan harga 8
es krim Capucinno adalah Rp. 176.000,-
SKOR = 6

2. Diketahui: 5 kg mangga dan 8 kg alpukat harganya Rp. 85.000


1 kg mangga harganya Rp. 10.000
Ditanya: Harga 7 kg alpukat = ?
Jawab.
Misal: 1 kg mangga = sedangkan 1 kg alpukat =
Maka dapat diperoleh ....... (Model i)
Dan
Substitusi ke dalam Model i,

143
144

Harga 7 kg alpukat =
Substitusi ke dalam

Harga 7 kg alpukat = 30.625


Uji Hasil, dan ke dalam Model i,

Terbukti
Kesimpulannya harga 1 kg alpukat adalah Rp. 4.375,- Dan harga 7 kg
alpukat adalah Rp. 30.625,-
SKOR = 6

3. Diketahui: 35 hewan ternak terdiri dari bebek dan sapi.


Jumlah kaki bebek adalah 2 dan jumlah kaki sapi adalah 4.
Misal: Bebek = dan Sapi =
Model bebek dan sapi: ..... (Model i)
..... (Model ii)
Ditanya: Selisih bebek dan sapi = ?
Jawab.
Dengan metode eliminasi, hilangkan dari Model i dan Model ii
x1
x2

Substitusi nilai ke Model ii

Uji Hasil dan ke Model i


145

Terbukti
Selisih bebek dan sapi =
Selisih bebek dan sapi =
Selisih bebek dan sapi =
Kesimpulannya jumlah bebek di kandang Pak Ardy ada 10 ekor, sedangkan
jumalh sapi di kandang Pak Ardy ada 25 ekor. Jadi selisih kedua jenis ternak
tersebut adalah 15 ekor.
SKOR = 10

4. Diketahui: 8 buku tulis dan 6 pensil harganya Rp. 14.000


6 buku tulis dan 5 pensil harganya Rp. 11.200
Misal: buku tulis = dan pensil =
Model buku tulis dan pensil: ...... (Model i)
...... (Model ii)
Ditanya: Harga 5 buku tulis dan 8 pensil = ?
Jawab.
Dengan metode eliminasi, hilangkan dari Model i dan Model ii
x6
x8

Substitusi nilai ke Model i

Uji Hasil dan ke Model ii

Terbukti
146

Harga 5 buku tulis dan 8 pensil =

Kesimpulannya harga 1 buku tulis adalah Rp. 700, sedangkan harga 1 pensil
adalah Rp. 1.400. Jadi harga 5 buku tulis dan 8 pensil adalah Rp. 14.700.
SKOR = 10

5. Diketahui: Jumlah tiket VIP dan tiket non VIP adalah 300 lembar.
Harga tiket VIP adalah Rp. 100.000,- dan harga tiket non VIP adalah
Rp. 50.000,-
Total penjualan semua tiket adalah Rp. 21.000.000,-
Misal: jumlah tiket VIP = dan jumlah tiket non VIP =
Model jumlah tiket VIP dan non VIP:
....... (Model i)
...... (Model ii)
Model ii, kedua ruas dibagi sehingga menjadi
..... (Model ii)
Ditanya: Selisih jumlah tiket VIP dan tiket non VIP = ?
Jawab.
Dengan metode eliminasi, hilangkan dari Model i dan Model ii
x 10
x1

Substitusi nilai ke Model ii

Uji Hasil dan ke Model i

Terbukti
147

Selisih jumlah tiket VIP dan tiket non VIP =

Kesimpulannya jumlah tiket VIP adalah 120 tiket, sedangkan jumlah tiket
non VIP adalah 180 tiket. Jadi selisih jumlah tiket VIP dan tiket non VIP
adalah 60 tiket.
SKOR = 10

6. Diketahui: Umur Andi 3 tahun lebih dari umur Budi.


7 tahun lalu jumlah umur mereka adalah 26 tahun.
Misal: umur Andi = dan umur Budi =
Model umur Andi dan Budi:

....... (Model i)

...... (Model ii)


Ditanya: jumlah umur Andi dan Budi 10 tahun yang akan datang = ?
Jawab.
Dengan metode eliminasi, hilangkan dari Model i dan Model ii

Substitusi nilai ke Model i

Uji Hasil dan ke Model II

Terbukti
Umur Andi 10 tahun yang akan datang =
Umur Budi 10 tahun yang akan datang =
Jadi jumlah umur Andi dan Budi 10 tahun yang akan datang =
148

Kesimpulannya umur Andi sekarang adalah 21,5 tahun, sedangkan umur


Budi sekarang adalah 18,5 tahun. Jadi jumlah umur Andi dan Budi 10 tahun
yang akan datang adalah 60 tahun.
SKOR = 10

7. Diketahui: Seperempat uang Vina ditambah setengah uang Vani menjadi Rp.
25.000,-
Setengah uang Vina ditambah tiga perempat uang Vani menjadi
Rp. 48.000,-
Misal: uang Vina = dan uang Vani =
Model uang Vina dan Vani:
............ (Model i)
Kedua ruas dikali 4 (KPK dari 4 dan 2)
............ (Model iii)
............ (Model ii)
Kedua ruas dikali 4 (KPK dari 2 dan 4)
.......... (Model iv)
Ditanya: Jumlah uang Vani dan Vina jika digabungkan = ?
Jawab.
Dengan metode eliminasi, hilangkan dari Model iii dan Model iv
x2
x1

Substitusi nilai ke Model iii

Uji Hasil dan ke Model i

Terbukti
149

Jumlah uang Vina dan uang Vani =

Kesimpulannya jumlah uang Vina adalah Rp. 84.000,- sedangkan jumlah


uang Vani adalah Rp. 8.000,- Jadi jumlah uang Vani dan Vina jika
digabungkan adalah Rp. 92.000,-
SKOR = 12

8. Diketahui: Pembilang dan penyebut sebuah pecahan keduanya dikurangi 5,


maka pecahan itu sama dengan ⁄ . Pembilang dan penyebut
sebuah pecahan ditambah 1, maka pecahan itu sama dengan ⁄ .
Misal: pembilangnya = dan penyebutnya =
Model pembilang dan penyebut pecahan itu:

........ (Model i)

......... (Model ii)


Ditanya: Nilai pecahan tersebut = ?
Jawab.
Dengan metode eliminasi, hilangkan dari Model i dan Model ii
x3
x2 6

Substitusi nilai ke Model i

Uji Hasil dan ke Model ii


150

Terbukti
Nilai pecahan tersebut =

Kesimpulannya nilai pembilangnya adalah 11 sedangkan nilai penyebutnya


adalah 17. Jadi nilai pecahan tersebut adalah .
SKOR = 12

9. Diketahui: Uang Intan akan menjadi dua kali sisa uang Ayu jika Ayu
memberi Rp. 30.000 kepada Intan. Uang Ayu akan menjadi tiga
kali sisa uang Intan jika Ayu menerima Rp. 10.000.
Misal: uang Ayu = dan uang Intan =
Model uang Ayu dan Intan:

...... (Model i)

........ (Model ii)


Ditanya: Jumlah uang Ayu dan Intan jika digabungkan = ?
Jawab.
Dengan metode eliminasi, hilangkan dari Model i dan Model ii
x1
x2

Substitusi nilai ke Model i

Uji Hasil dan ke Model ii


151

Terbukti
Jumlah uang Ayu dan Intan jika digabungkan =

Kesimpulannya jumlah uang Ayu adalah Rp. 62.000,- sedangkan jumlah


uang Intan adalah Rp. 34.000,- Jadi jumlah uang Ayu dan Intan jika
digabungkan adalah Rp. 96.000,-
SKOR = 12

10. Diketahui: Bilangan terdiri dari dua angka, nilainya 7 kali besar jumlah
angka-angkanya.
Jika kedua angka ditukar, maka diperoleh bilangan baru yang
nilainya 18 lebih dari jumlah angka-angkanya.
Misal: bilangan pertama = dan bilangan kedua =
Model bilangan tersebut:
…….(Model i)

……… (Model iii)


……………. (Model ii)

…… (Model iv)
Ditanya: Bilangan tersebut = ?
Jawab.
Pada Model iv dapat diperoleh nilai

Dengan menggunakan metode substitusi, masukkan ke Model iii


152

Uji Hasil dan ke Model i

Terbukti
Kesimpulannya bilangan pertama adalah 4, sedangkan bilangan kedua
adalah 2. Jadi bilangan tersebut adalah 42.
SKOR = 12

SKOR TOTAL = 100


153

LAMPIRAN 8
PENGHITUNGAN UJI VALIDITAS, RELIABILITAS, TARAF KESUKARAN, DAN
DAYA PEMBEDA

A. Uji Validitas
Contoh penghitungan uji validitas nomor 1
∑ (∑ )(∑ )
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )
( ) ( )( )
√( ( ) ( ) )( ( ) ( ) )

Dengan dan diperoleh


Karena ( ) maka soal nomor 1 valid.
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, penghitungan uji validitas sama dengan
penghitungan uji validitas nomor 1.

B. Uji Reliabilitas
Tentukan nilai varians skor tiap soal, misal varians skor nomor 1

( )

( )

Didapat jumlah varian tiap soal


Varians total

( )( )

( )( )

C. Taraf Kesukaran
Contoh penghitungan taraf kesukaran nomor 1

153
154

( )( )

Berdasarkan klasifikasi taraf kesukaran, nilai berada pada kisaran


, maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran mudah.
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, penghitungan taraf kesukaran sama dengan
penghitungan uji validitas nomor 1.

D. Daya Pembeda
Contoh penghitungan daya pembeda nomor 1

( )( ) ( )( )

Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai berada pada kisaran


maka soal nomor 1 memiliki daya pembeda dengan kriteria baik.
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, penghitungan daya pembeda sama dengan
penghitungan uji validitas nomor 1.
LAMPIRAN 9

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN

Nomor Butir
No Nama
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 y
1 A 0 5 0 7 7 0 5 0 0 0 24
2 B 6 0 4 10 4 4 5 1 3 0 37
3 C 6 3 4 4 4 5 5 2 2 2 37
4 D 3 6 4 10 0 3 0 0 0 0 26
5 E 6 5 10 7 6 5 1 0 1 0 41
6 F 0 0 10 10 2 1 0 0 0 2 25
7 G 5 0 0 2 0 8 1 0 0 0 16
8 H 2 3 0 7 0 4 0 0 0 0 16
9 I 6 3 1 8 0 1 2 0 0 0 21
10 J 0 2 6 8 0 0 0 0 0 2 18
11 K 6 6 1 1 4 1 1 0 0 0 20
12 L 5 5 2 8 5 1 2 0 0 0 28
13 M 6 6 5 10 4 1 2 0 0 0 34
14 N 2 5 0 8 0 0 0 0 0 2 17
15 O 2 2 6 8 6 0 5 0 0 0 29
16 P 4 5 1 8 0 0 0 0 0 0 18
17 Q 6 4 0 0 0 0 0 0 0 0 10
18 R 0 6 0 10 3 0 0 0 0 0 19
19 S 0 0 1 10 0 1 2 2 1 2 19
20 T 6 0 6 8 0 0 0 0 0 0 20
21 U 5 0 0 8 10 8 0 5 8 0 44
22 V 2 3 0 8 0 2 0 0 0 0 15
23 W 2 2 5 6 6 5 0 0 2 2 30
24 X 0 6 4 3 1 0 0 0 0 0 14
25 Y 6 4 1 1 0 0 0 0 0 0 12
26 Z 6 6 10 10 8 1 0 0 2 0 43
27 AA 6 4 10 10 10 10 4 0 2 3 59
28 AB 6 6 10 10 10 8 6 0 3 1 60
Σ 104 97 101 200 90 69 41 10 24 16 752
rxy 0,498 0,426 0,704 0,577 0,855 0,736 0,635 0,305 0,584 0,44
rtabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374
TIDAK TIDAK TIDAK
KRITERIA VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
VALID VALID VALID

155
LAMPIRAN 10

HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN

Nomor Butir Skor


No. Nama
x1 x3 x4 x5 x6 x7 x9 total

1 A 0 0 7 7 0 5 0 19
2 B 6 4 10 4 4 5 3 36
3 C 6 4 4 4 5 5 2 30
4 D 3 4 10 0 3 0 0 20
5 E 6 10 7 6 5 1 1 36
6 F 0 10 10 2 1 0 0 23
7 G 5 0 2 0 8 1 0 16
8 H 2 0 7 0 4 0 0 13
9 I 6 1 8 0 1 2 0 18
10 J 0 6 8 0 0 0 0 14
11 K 6 1 1 4 1 1 0 14
12 L 5 2 8 5 1 2 0 23
13 M 6 5 10 4 1 2 0 28
14 N 2 0 8 0 0 0 0 10
15 O 2 6 8 6 0 5 0 27
16 P 4 1 8 0 0 0 0 13
17 Q 6 0 0 0 0 0 0 6
18 R 0 0 10 3 0 0 0 13
19 S 0 1 10 0 1 2 1 15
20 T 6 6 8 0 0 0 0 20
21 U 5 0 8 10 8 0 8 39
22 V 2 0 8 0 2 0 0 12
23 W 2 5 6 6 5 0 2 26
24 X 0 4 3 1 0 0 0 8
25 Y 6 1 1 0 0 0 0 8
26 Z 6 10 10 8 1 0 2 37
27 AA 6 10 10 10 10 4 2 52
28 AB 6 10 10 10 8 6 3 53
∑ 104 101 200 90 69 41 24 629
5,918 13,1 9,337 11,95 8,892 3,963 2,837

55,997

12,59771332
158,702381
0,755023

156
157
LAMPIRAN 11

HASIL UJI TARAF KESUKARAN INTRUMEN

Nomor Butir
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AB 6 6 10 10 10 8 6 0 3 1
KELOMPOK ATAS

AA 6 4 10 10 10 10 4 0 2 3
U 5 0 0 8 10 8 0 5 8 0
E 6 5 10 7 6 5 1 0 1 0
Z 6 6 10 10 8 1 0 0 2 0
C 6 3 4 4 4 5 5 2 2 2
M 6 6 5 10 4 1 2 0 0 0
B 6 0 4 10 4 4 5 1 3 0
Σ 47 30 53 69 56 42 23 8 21 6
J 0 2 6 8 0 0 0 0 0 2
KELOMPOK BAWAH

H 2 3 0 7 0 4 0 0 0 0
G 5 0 0 2 0 8 1 0 0 0
V 2 3 0 8 0 2 0 0 0 0
N 2 5 0 8 0 0 0 0 0 2
X 0 6 4 3 1 0 0 0 0 0
Y 6 4 1 1 0 0 0 0 0 0
Q 6 4 0 0 0 0 0 0 0 0
Σ 23 27 11 37 1 14 1 0 0 4
TK 0,729 0,593 0,4 0,662 0,356 0,35 0,125 0,041 0,109 0,052
KRITERIA mudah sedang sedang sedang sedang sedang sukar sukar sukar sukar

157
LAMPIRAN 12

HASIL UJI DAYA PEMBEDA INSTRUMEN

Nomor Butir
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AB 6 6 10 10 10 8 6 0 3 1
KELOMPOK ATAS

AA 6 4 10 10 10 10 4 0 2 3
U 5 0 0 8 10 8 0 5 8 0
E 6 5 10 7 6 5 1 0 1 0
Z 6 6 10 10 8 1 0 0 2 0
C 6 3 4 4 4 5 5 2 2 2
M 6 6 5 10 4 1 2 0 0 0
B 6 0 4 10 4 4 5 1 3 0
Σa 47 30 53 69 56 42 23 8 21 6
J 0 2 6 8 0 0 0 0 0 2
KELOMPOK BAWAH

H 2 3 0 7 0 4 0 0 0 0
G 5 0 0 2 0 8 1 0 0 0
V 2 3 0 8 0 2 0 0 0 0
N 2 5 0 8 0 0 0 0 0 2
X 0 6 4 3 1 0 0 0 0 0
Y 6 4 1 1 0 0 0 0 0 0
Q 6 4 0 0 0 0 0 0 0 0
Σb 23 27 11 37 1 14 1 0 0 4
Σa-Σb 24 3 42 32 55 28 22 8 21 2
DP 0,5 0,062 0,525 O,4 0,687 0,35 0,229 0,083 0,218 0,02
KRITERIA baik jelek baik cukup baik cukup cukup jelek cukup jelek

158
159

LAMPIRAN 13
Nama :

Kelas :

INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARABEL

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar !

No. Masalah Solusi


1. Tiffany membeli 5 buah es krim
cappucinno, jika Tiffany membayar
dengan uang Rp. 150.000,00 maka uang
pengembaliannya Rp. 40.000,00. Bantulah
Tiffany menentukan harga 8 buah es krim
cappucinno. Buatlah model matematikanya
dan uji kembali jawabanmu ke dalam
persamaan! Nyatakan kesimpulan masalah
tersebut dengan kata-katamu sendiri!

2. Di suatu peternakan milik pak Ardy


terdapat 35 hewan ternak yang terdiri dari
bebek dan sapi. Jika jumlah kaki kedua
jenis hewan ternak milik pak Ardy adalah
120. Bantulah pak Ardy untuk menentukan
selisih kedua jenis hewan ternak tersebut.
Buatlah model matematikanya dan uji
kembali jawabanmu ke dalam persamaan!
Nyatakan kesimpulan masalah tersebut
dengan kata-katamu sendiri!

3. Dina membeli 8 buah buku tulis dan 6


buah pensil dengan harga Rp. 14.400,00.
Sedangkan Doni membeli 6 buah buku
tulis dan 5 buah pensil dengan harga Rp.
11.200,00. Jika Dani ingin membeli 5 buah
buku tulis dan 8 buah pensil, maka berapa
harga yang harus dibayar Dani? Buatlah
model matematikanya dan uji kembali
jawabanmu ke dalam persamaan!
Nyatakan kesimpulan masalah tersebut
dengan kata-katamu sendiri!

4. Dalam suatu pertunjukkan drama musikal,


terjual tiket kelas VIP dan kelas non VIP
sebanyak 300 lembar. Harga tiket kelas
VIP adalah Rp. 100.000 dan harga tiket
159
160

kelas non VIP adalah Rp. 50.000. Jika


hasil penjualan seluruh tiket adalah Rp.
21.000.000. Bagaimana cara menentukan
selisih jumlah tiket kelas VIP dan tiket
kelas non VIP! Buatlah model
matematikanya dan uji kembali
jawabanmu! Nyatakan kesimpulan
masalah tersebut dengan kata-katamu
sendiri!

5. Umur Andi sekarang 3 lebihnya dari umur


Budi. Jika 7 tahun yang lalu jumlah umur
mereka adalah 26 tahun. Maka berapakah
jumlah umur mereka 10 tahun yang akan
datang? Buatlah model matematikanya dan
uji kembali jawabanmu ke dalam
persamaan ! Nyatakan kesimpulan masalah
tersebut dengan kata-katamu sendiri!

6. Seperempat uang Vina ditambah setengah


uang Vani sama dengan Rp. 22.000,00.
Sedangkan setengah uang Vina ditambah
tiga perempat uang Vani sama dengan Rp.
18.000,00. Bantulah Vina dan Vani
menentukan jumlah uang mereka berdua
jika digabungkan. Buatlah model
matematikanya dan uji kembali
jawabanmu ke dalam persamaan! Buatlah
interpretasi mengenai solusi masalah
tersebut!

7. Ayu dan Intan masing-masing mempunyai


sejumlah uang. Apabila Ayu memberi Rp.
30.000 kepada Intan maka uang Intan
menjadi dua kali sisa uang Ayu. Tapi
apabila Ayu menerima Rp. 10.000 dari
Intan, maka uangnya akan menjadi tiga
kali sisa uang Intan. Bantulah menghitung
jumlah uang Ayu dan Intan. Buatlah model
matematikanya dan uji kembali
jawabanmu ke dalam persamaan!
161

LAMPIRAN 14

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UJI VALIDITAS TES ISIAN (ESSAY)

Contoh tabel validitas nomor 1:

No. Nama X1 X12 Y Y2 X1Y


1 A 0 0 24 576 0
2 B 6 36 37 1369 222
3 C 6 36 37 1369 222
4 D 3 9 26 676 78
5 E 6 36 41 1681 246
6 F 0 0 25 625 0
7 G 5 25 16 256 80
8 H 2 4 16 256 32
9 I 6 36 21 441 126
10 J 0 0 18 324 0
11 K 6 36 20 400 120
12 L 5 25 28 784 140
13 M 6 36 34 1156 204
14 N 2 4 17 289 34
15 O 2 4 29 841 58
16 P 4 16 18 324 72
17 Q 6 36 10 100 60
18 R 0 0 19 361 0
19 S 0 0 19 361 0
20 T 6 36 20 400 120
21 U 5 25 44 1936 220
22 V 2 4 15 225 30
23 W 2 4 30 900 60
24 X 0 0 14 196 0
25 Y 6 36 12 144 72
26 Z 6 36 43 1849 258
27 AA 6 36 59 3481 354
28 AB 6 36 60 3600 360
104 552 752 24920 3168

Contoh mencari validasi nomor 1

 Menentukan nilai X = Jumlah skor soal no.1

= 104

161
162

 Menentukan nilai Y = Jumlah skor total

= 752

 Menentukan nilai X 2
= Jumlah kuadrat skor no.1

= 552

 Menentukan nilai Y 2
= Jumlah kuadrat skor total

= 24920

 Menentukan nilai  XY = Jumlah hasil kali skor no.1 dengan skor total

= 3168

N ( XY )  ( X )( Y )
 Menentukan nilai rxy 
N  X 2

 ( X ) 2 . N  Y 2  ( Y ) 2 
28(3168)  104(752)
rxy   0,424
 
. 28(552)  104 28(24920)  (752)
2 2

 Mencari nilai rtabel, dengan dk = n – 2 = 36 – 2 = 34 dan tingkat signifikansi sebesar 0,05
diperoleh nilai rtabel = 0,316
 Setelah diperoleh nilai rxy = 0,53, lalu dikonsultasikan dengan nilai rtabel = 0,316. Karena
rxy > rtabel (0,53 > 0,316), maka soal No.1 valid
Untuk soal selanjutnya menggunakan langkah seperti soal no.1
LAMPIRAN 15

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS TES URAIAN

1. Menentukan nilai varians skor tiap-tiap soal


Misal, untuk mencari varians nomor 1:

2. Menentukan nilai jumlah varians semua soal (∑ )


Berdasarkan tabel penghitungan reliabilitas tes uraian di atas, dipeoleh: ∑
3. Menentukan nilai varians total

4. Menentukan n = banyaknya soal, yaitu 7 soal

 n    i   7  55,996 
2

5. Menentukan nilai r11    1  1    0,755


 n  1   t2   7  1  12,957 

6. Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai berada diantara interval nilai 0,70 < r11 ≤ 0,90
maka tes uraian tersebut memiliki tingkat korelasi tinggi.

163
LAMPIRAN 16
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UJI TARAF KESUKARAN

 Menentukan  x = Jumlah skor butir i yang dijawab oleh peserta tes


 Menentukan N = Jumlah peserta kelompok atas dan bawah
 Menentukan Sm = Skor maksimal soal yang bersangkutan
 Misal, untuk no.1 perhitungan tingkat kesukarannya sebagai berikut :
∑ Sm = 6, N = 16
 Menetukan Tingkat Kesukaran :

 Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran, TK = 0,729 berada kisaran nilai


0,3 < TK < 0,70 , maka soal nomor 1 tersebut memiliki tingkat kesukaran
mudah.
 Untuk nomor 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama
dengan perhitungan tingkat kesukaran soal nomor 1.

164
LAMPIRAN 17
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN DAYA BEDA SOAL

 Menentukan jumlah kelompok atas dan bawah dengan cara:


Jumlah kelompok = 27% x Jumlah siswa
= 27% x 28
= 7,56 ≈ 8
 Nilai siswa diurutkan dari yang terbesar, sehingga 8 siswa dengan nilai
tertinggi menempati kelompok A dan 8 siswa dengan nilai terendah
menempati kelompok B
 Menentukan BA = Jumlah nilai kelompok atas
 Menentukan BB = Jumlah nilai kelompok bawah
 Sm = jumlah skor maksimal butir soal
 NA = jumlah peserta kelompok atas
 NB = jumlah peserta kelompok bawah
 Misal, untuk soal no.1, perhitungan daya bedanya adalah sebagai berikut :

 Menentukan DP = Daya Pembeda

 Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai D = 0,5 berada diantara kisaran


nilai , maka soal nomor 1 tersebut memiliki daya pembeda
baik.
 Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama
dengan perhitungan daya pembeda soal nomor 1.

165
LAMPIRAN 18
DATA MENTAH HASIL PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN
DAN KELAS KONTROL
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No. Nama Skor No. Nama Skor
1 A 40 1 A 16
2 B 55 2 B 30
3 C 65 3 C 36
4 D 71 4 D 39
5 E 80 5 E 42
6 F 96 6 F 45
7 G 45 7 G 65
8 H 58 8 H 60
9 I 70 9 I 75
10 J 78 10 J 88
11 K 20 11 K 25
12 L 50 12 L 35
13 M 70 13 M 40
14 N 75 14 N 45
15 O 25 15 O 58
16 P 55 16 P 75
17 Q 71 17 Q 10
18 R 96 18 R 30
19 S 60 19 S 45
20 T 80 20 T 60
21 U 46 21 U 78
22 V 71 22 V 28
23 W 50 23 W 40
24 X 95 24 X 65
25 Y 70 25 Y 30
26 Z 70 26 Z 58
27 AA 83 27 AA 39
28 AB 35 28 AB 16
29 AC 65 29 AC 50
30 AD 35 30 AD 80
Jumlah 1880 Jumlah 1403
Rata-rata 62,6667 Rata-rata 46,7667

166
LAMPIRAN 19
Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Luas
Kelas Batas
No z F(z) Kelas Fe Fo (Fo-Fe)2/Fe
Interval Kelas
Interval
19,5 -2,38 0,00869
1 20-32 0,04231 1,2693 2 0,42
32,5 -1,64 0,051
2 33-45 0,13521 4,05635 4 0,00
45,5 -0,89 0,18621
3 46-58 0,2547 7,64098 6 0,35
58,5 -0,15 0,44091
4 59-71 0,28304 8,49122 10 0,27
71,5 0,59 0,72395
5 72-84 0,18558 5,56751 5 0,06
84,5 1,34 0,90954
6 85-97 0,07176 2,15265 3 0,33
97,5 2,08 0,98129
Rata-rata 61,1
Simpangan Baku 17,49
x^2Hitung 1,43
x^2 Tabel (0.05)(3) 7,81
x^2 Tabel (0.01)(3) 11,3
Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Normal
Kesimpulan : Terima Ho

167
LAMPIRAN 20
PERHITUNGAN UJI NORNALITAS KELAS KONTROL
Luas
Kelas Batas
No z F(z) Kelas Fe Fo (Fo-Fe)2/Fe
Interval Kelas
Interval
9,5 -1,98 0,02368
1 10-23 0,08404 2,35321 3 0,18
23,5 -1,24 0,10773
2 24-37 0,20278 5,67778 7 0,31
37,5 -0,49 0,31051
3 38-51 0,28815 8,06818 9 0,11
51,5 0,25 0,59865
4 52-65 0,24127 6,75558 6 0,08
65,5 0,99 0,83993
5 66-79 0,11901 3,33221 3 0,03
79,5 1,74 0,95893
6 80-93 0,03455 0,96734 2 1,10
93,5 2,48 0,99348
Rata-rata 46,8
Simpangan Baku 18,81
x^2Hitung 1,81
x^2 Tabel (0.05)(3) 7,81
x^2 Tabel (0.01)(3) 11,3
Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Normal
Kesimpulan : Terima Ho

168
LAMPIRAN 21
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Varians (s2) 305,89 353,89
Fhitung 1,15
Ftabel 1,9
Kesimpulan Varians kedua kelompok homogen

2
s1 353,89
Fhitung = 2
  1,15
s2 305,89

Keterangan:
2
s1 : Varians terbesar
2
s2 : Varians terkecil

169
LAMPIRAN 22

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Rata-rata 61,1 46,83
Varians (s2) 305,89 353,89
s gabungan 18,16
t hitung 3,049
t table 1,99
Kesimpulan Tolak H0 dan terima H1

s gab 
n1  1s1 2  n2  1s 2 2 
(30  1)(305,89)  (30  1)(353,89)
 18,16
n1  n2  2 30  30  2

X1  X 2 61,1  46,83
t hitung    3,049
1 1 1 1
s gab  18,16 
n1 n2 30 30

Keterangan:

X 1 dan X 2 : nilai rata-rata hitung data kelas eksperimen dan kontrol


2 2
s1 dan s2 : varians data kelas eksperimen dan kontrol
sgab : simpangan baku kedua kelas
n1 dan n2 : jumlah kelas eksperimen dan kontrol

170
LAMPIRAN 23
HASIL WAWANCARA SISWA SETELAH PENELITIAN
1. Apakah kamu menyenangi pelajaran matematika?
Jawab. Siswa A: Nggak terlalu. Siswa Z: Iya.
2. Apakah kamu merasa sulit jika mengikuti proses belajar mengajar matematika? Jika
merasa sulit, kesulitan seperti apa yang kamu rasakan dalam belajar matematika
tersebut?
Jawab. Siswa K : Iya, terlalu banyak angkanya jadi bikin pusing.
Siswa E: Kadang-kadang ada materi yang susah ada juga yang mudah.
3. Apakah kamu aktif bertanya kepada guru bila mengalami kesulitan dalam pembelajaran
matematika?
Jawab. Siswa F: Iya. Siswa O : Tidak.
4. Bagaimana selama ini pembelajaran matematika yang pernah kamu alami di kelas
sebelum pelajaran matematika yang diajarkan oleh saya?
Jawab. Siswa J : Agak sedikit bosan. Siswa AD: Bikin ngantuk dan bosan.
5. Bagaimana menurut kamu setelah mengikuti proses belajar matematika yang diajarkan
oleh saya dalam beberapa pertemuan di kelas?
Jawab. Siswa AA : Agak beda dari biasanya dan lumayan seru soalnya bisa diskusi.
Siswa B : Seru juga soalnya tiap pertemuan dapat kelompok yang beda.
6. Apakah kamu suka belajar secara berkelompok?
Jawab. Siswa R : Iya karena bisa diskusi kalau ada yang susah.
Siswa U : Iya soalnya bisa lancar ngerjain soal karena ngerjainnya bareng-bareng.
7. Apakah kamu dan anggota kelompokmu yang lain aktif dalam diskusi kelompok?
Jawab. Siswa C : Ada yang aktif ada juga yang tidak aktif.
Siswa Y : Iya kita saling ngasih ide-ide untuk mengerjakan soal-soalnya.
8. Apakah kamu lebih suka memperhatikan penjelasan guru atau mencari sendiri informasi
dengan percobaan saat pembelajaran matematika?
Jawab. Siswa D : Memperhatikan penjelasan guru.
9. Apakah petunjuk-petunjuk dalam LKS yang diberikan oleh guru membantumu dalam
menyelesaikan soal matematika yang diberikan?
Jawab. Siswa W : Iya cukup bisa dipahami. Siswa R : Iya.
10. Bagaimana kesan dan pesanmu mengenai pelajaran matematika yang saya ajarkan?
Jawab. Siswa AB : Lumayan menyenangkan karena beda dari pelajaran sebelumnya.
Siswa AC : Agak seru soalnya belajarnya secara kelompok.

171
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah benar ditanyakan kepada siswa-siswi kelas VIII
SMP Bhinneka Tunggal Ika pada hari Jum’at, 7 Desember 2012 dan telah dijawab oleh
yang bersangkutan sebagaimana tertulis di atas.
Kepala Sekolah

H. SUPRIYANTO AR, S. Pd.

172
LAMPIRAN 24
HASIL TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 2 3 4 5 6 7
No. Nama Jml Nilai MM MR MP MK
MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK
1 A 1 2 2 1 2 2 2 0 1 2 2 1 2 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 25 40 9 8 6 2
2 B 2 4 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2 1 2 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 35 55 11 12 7 5
3 C 2 4 2 1 2 4 1 0 2 4 2 1 1 3 1 1 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 35 65 11 15 6 3
4 D 2 4 2 2 2 3 2 0 2 4 2 2 2 4 2 1 2 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 42 71 12 16 9 5
5 E 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 0 2 1 0 0 54 80 13 21 11 9
6 F 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 0 2 2 2 1 62 96 14 23 14 11
7 G 1 2 0 0 1 2 2 0 1 2 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 17 45 7 8 2 0
8 H 2 4 2 2 2 3 2 0 2 4 2 2 1 2 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 35 58 11 13 7 4
9 I 2 4 2 2 2 3 2 1 2 4 2 2 2 3 2 1 2 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 43 70 12 16 9 6
10 J 2 4 2 2 2 4 2 0 2 4 2 2 2 3 2 1 2 1 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 44 78 12 17 10 5
11 K 2 1 0 0 1 2 0 0 2 1 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 20 7 6 0 0
12 L 1 2 0 0 1 4 1 0 1 2 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 19 50 8 10 1 0
13 M 2 4 2 2 2 4 2 0 2 4 2 2 1 3 1 1 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 38 68 11 15 7 5
14 N 2 4 2 2 2 4 1 1 2 4 2 2 2 3 2 1 2 2 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 45 75 12 18 9 6
15 O 2 0 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 25 7 3 0 0
16 P 2 0 0 0 1 3 2 0 2 0 0 0 1 2 1 0 2 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 20 55 10 7 3 0
17 Q 2 4 2 0 2 3 2 1 2 4 2 0 2 3 2 1 2 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 38 71 12 16 8 2
18 R 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 3 2 0 2 2 2 1 61 96 13 23 14 11
19 S 2 4 1 0 1 3 2 1 2 4 1 0 2 3 1 1 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 32 60 11 14 5 2
20 T 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 1 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 0 2 1 0 0 53 80 12 21 11 9
21 U 2 3 2 0 1 3 2 0 2 3 2 0 1 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 26 46 9 11 6 0
22 V 2 4 2 2 2 3 2 0 2 4 2 2 2 3 2 1 2 1 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 43 71 12 16 10 5
23 W 2 4 2 0 2 3 1 0 2 4 2 0 1 2 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 30 50 11 13 6 0
24 X 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 3 2 0 2 2 2 1 61 95 13 23 14 11
25 Y 2 4 2 0 2 3 2 1 2 4 2 0 2 3 2 1 2 1 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 40 70 12 16 10 2
26 Z 2 4 2 2 1 4 2 0 2 4 2 2 2 3 2 1 2 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 42 70 11 17 9 5
27 AA 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 0 2 1 0 0 54 83 13 21 11 9
28 AB 2 3 1 0 1 2 1 0 2 3 1 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 35 7 10 3 0
29 AC 2 4 1 0 2 2 1 0 2 4 1 0 1 3 2 1 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 30 62 11 13 5 1
30 AD 2 2 2 0 1 2 0 0 2 2 2 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 35 7 8 4 0
Jumlah 1086 1875 321 430 217 118
Rata-Rata 11 14 7.2 3.9
Skor Ideal 14 28 14 14
Persentase (%) 76 51 52 28
HASIL TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MAS

1 2 3 4
No. Nama
MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK
1 A 2 3 2 0 1 0 0 0 2 3 2 0 2 4 2 0
2 B 1 3 2 0 1 1 0 0 2 4 2 0 0 0 0 0
3 C 1 2 1 0 0 1 0 0 2 2 2 0 2 4 2 2
4 D 1 2 2 0 2 4 2 0 2 3 2 0 2 4 2 2
5 E 2 3 2 0 2 3 2 0 2 4 2 0 2 4 2 2
6 F 1 0 1 0 1 1 1 0 1 2 1 0 1 4 2 1
7 G 2 4 2 0 0 0 0 0 1 2 1 0 2 4 2 1
8 H 1 3 2 0 2 3 2 0 2 2 1 0 2 4 2 1
9 I 2 3 2 2 1 0 1 0 2 2 1 0 2 4 2 1
10 J 1 2 1 0 1 3 1 0 2 3 1 0 2 4 2 1
11 K 1 1 0 0 1 3 1 0 1 3 1 0 1 3 1 0
12 L 2 3 2 0 0 0 0 0 1 2 1 0 2 4 2 1
13 M 2 3 2 0 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0 0
14 N 2 3 2 0 2 3 2 0 2 4 2 0 2 4 2 1
15 O 1 3 1 0 0 0 0 0 2 4 2 0 0 0 0 0
16 P 2 4 2 0 2 4 2 0 2 4 2 0 2 4 2 1
17 Q 2 4 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 1
18 R 2 4 2 0 1 0 0 0 1 2 1 0 2 4 2 1
19 S 1 2 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
20 T 2 2 1 0 1 2 1 0 2 3 2 0 2 2 1 0
21 U 0 1 0 0 0 1 0 0 2 3 2 0 2 3 2 0
22 V 1 3 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
23 W 1 2 1 0 2 2 1 0 2 2 1 0 2 3 2 0
24 X 2 2 1 2 1 2 1 2 0 1 0 2 0 1 0 2
25 Y 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 0 1 0 2
26 Z 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 0 1 0 2
27 AA 0 0 0 0 0 1 0 0 2 4 2 0 2 4 2 1
28 AB 2 3 2 0 2 3 2 0 2 2 1 0 2 4 2 1
29 AC 2 4 2 0 2 4 2 0 1 2 1 0 2 3 2 0
30 AD 2 3 2 1 2 3 2 1 2 2 1 0 2 4 2 1
MAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

5 6 7
Jml Nilai MM MR MP MK
MM MR MP MK MM MR MP MK MM MR MP MK
1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 27 40 11 10 6 0
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 18 55 6 8 4 0
0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 65 5 11 6 2
2 4 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 42 71 13 17 10 2
2 4 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 44 80 14 18 10 2
2 4 2 0 2 0 0 0 1 0 0 0 28 96 9 11 7 1
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 24 45 8 10 5 1
1 0 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 32 58 10 12 9 1
2 4 2 0 2 0 0 0 1 0 0 0 36 70 12 13 8 3
2 4 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 36 78 12 16 7 1
1 3 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 24 20 7 13 4 0
2 3 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 29 50 9 12 7 1
1 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 15 68 6 6 3 0
2 3 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 42 75 14 17 10 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 14 25 4 7 3 0
0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 35 55 10 16 8 1
2 4 2 0 2 0 0 0 1 0 0 0 42 71 12 15 8 7
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 24 96 8 10 5 1
1 3 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 16 60 6 5 5 0
1 2 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 28 80 11 11 6 0
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 19 46 7 8 4 0
1 3 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 17 71 6 6 5 0
1 2 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 28 50 11 11 6 0
2 3 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0 30 95 7 9 4 10
1 2 1 2 0 0 0 0 2 0 0 0 33 70 7 10 6 10
2 3 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 33 70 7 10 6 10
2 4 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 30 83 10 13 6 1
2 4 2 0 1 0 0 0 2 0 0 0 39 35 13 16 9 1
2 3 2 1 2 0 0 0 2 0 0 0 39 62 13 16 9 1
2 4 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 42 35 14 16 9 3
Jumlah 890 1875 282 353 195 60
Rata-Rata 9.4 11.8 6.5 2
Skor Ideal 14 28 14 14
Persentase (%) 67.1 42 46.4 14.3
LAMPIRAN 25

LUAS DI BAWAH KURVA NORMAL

174
LAMPIRAN 26

HARGA KRITIS KORELASI PRODUCT MOMENT PEARSON

175
LAMPIRAN 27

NILAI KRITIS DISTRIBUSI KAI KUADRAT (CHI SQUARE)

176
LAMPIRAN 28

NILAI KRITIS DISTRIBUSI F

f0,05 (v1, v2)

177
LAMPIRAN 29

NILAI KRITIS DISTRIBUSI t

178
bbbb

Anda mungkin juga menyukai