Anda di halaman 1dari 156

PENGARUH KECEMASAN MATEMATIKA (MATHEMATICS

ANXIETY) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Penelitian kausal komparatif di MTs. Khazanah Kebajikan, Pondok Cabe)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

SATRIYANI
1111017000046

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016M/1437H
ABSTRAK
Satriyani (1111017000046), Pengaruh Kecemasan Matematika (Mathematics
Anxiety) dan Gender Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kecemasan
matematika dan gender terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
(KPMM). Penelitian ini dilakukan di kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan
Cirendeu tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kausal komperatif dengan rancangan treatment by level 2 x 2. Sampel
yang digunakan sebanyak 120 siswa yang terdiri dari 60 siswa perempuan dan 60
siswa laki-laki yang masing-masing dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok
kecemasan rendah dan kelompok kecemasan tinggi. Data dikumpulkan dengan
menggunakan tes dan dianalisis dengan ANOVA dua jalan. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa: 1) Terdapat pengaruh kecemasan terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika, dimana rata-rata skor siswa berkecemasan
rendah lebih tinggi dibanding siswa berkecemasan tinggi 2) Terdapat pengaruh
gender terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, dimana rata-rata
skor siswa perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki 3) Tidak terdapat
pengaruh interaksi antara kecemasan matematika dan gender terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh kecemasan matematika dan gender terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Kata kunci: Kecemasan matematika, gender, dan kemampuan pemecahan
masalah matematika

i
ABSTRACT
Satriyani (1111017000046), The Effect of Mathematics Anxiety and Gender on
the Students Mathematics Problem Solving Ability, Thesis of Mathematics
Education Major, Faculty of Education Science and Teaching, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta.s
This study aimed to analyze the effect of mathematics anxiety and gender
on mathematics problem solving ability (KPMM). This study conducted in 8th
grade of MTs. Khazanah Kebajikan Cirendeu in the second semester of the
academic year 2015/2016. The method used in this study was causal comparatif
with treatment by level 2 x 2 design. Samples that used in this research were 120
students consist of 60 female students and 60 male students which devided in two
group (lower anxiety group and higher anxiety grup). The data were collected by
test and analysis used two way ANOVA. The result from this research showed
that: 1) There was the effect of mathematics anxiety on mathematics problem
solving ability, where the mean of students mathematics probem solving ability
from lower anxiety group was higher than students from higher anxiety 2) There
was the effect of gender on mathematics problem solving ability, where the mean
of mathematics problem solving ability on male student was higher than female
students 3) There was no effect on the interaction between mathematics anxiety
and gender to mathematics problem solving ability. Based on the result on this
study can be concluded that mathematics anxiety and gender has effect on
mathematics problem solving.

Keywords: Mathematics anxiety, gender, and mathematics problem solving


ability.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Pengaruh
Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety) dan Gender Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa” Skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi syarat menyelesaikan studi S1 di Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjugan
kita Nabi Besar Muhammad SWA. yang telah mengajarkan kita arti penting
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakrta serta
merangkap sebagai dosen Pembimbing I, terima kasih untuk setiap arahan,
motivasi, saran, dan pelajaran yang telah diberikan serta kesabaran
menghadapi kekurangan penulis.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si selaku dosen Pembimbing II serta merangkap
sebagai dosen penasehat akademik, terima kasih untuk bimbingan, saran, dan
motivasi yang terus diberikan kepada penulis.
4. Dosen beserta staf akademik jurusan pendidikan matematika, terima kasih
untuk setiap ilmu dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis.
5. Bapak Suardin, S.Sos.I, selaku kepala sekolah yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di MTs. Khazanah Kebajikan, Bapak
Sutikyono, M.Pd, Ibu Syahidah B.N, S.Pd dan Bapak Khairul Imam, selaku

iii
guru bidang studi matematika yang telah banyak memberikan saran dan
arahan kepada penulis selama melaksankana penelitian
6. Seluruh siswa-siswi kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan, terima kasih untuk
setiap bantuan serta telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini
7. Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta dan Ibu Fitriyani yang
telah bersedia menerima penulis untuk melakukan uji validiatas intrumen
yang digunakan
8. Siswa-siswi kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN jakarta,
terima kasih telah bersedia untuk bantuan kalian dalam proses validitas
instrumen yang penulis gunakan
9. Ayahnda Bapak Rudiyanto dan Ibunda Ibu Suti Warna, atas doa, cinta, dan
kasih sayangnya yang tak pernah terhitung, dan untuk kakak-kakak penulis
yang tak henti-hentinya mendorong, menyemangati agar penulis segera
menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak H. Komaruddin dan Hj. Rusmallah Dewi, selaku wali penulis, terima
kasih telah berbesar hati untuk membesarkan, mendidik, serta mengantarkan
penulis ke jenjang pendidikan yang lebih baik, terima kasih untuk setiap
kesabaran dan semua bantuan yang telah diberikan.
11. Keluarga besar Yayasan Khazanah Kebajikan, terima kasih untuk setiap
kebaikan, bantuan, serta naunagan selama bertahun-tahun yang telah
diberikan kepada penulis, semoga tetap istiqomah bergerak di jalan Allah
SWT.
12. Teman-teman PMTK angkatan 2011, terima kasih untuk kebersamaan kita
yang penuh dengan warna dan suka cita.
13. Teman-teman Kontrakan Gg. Bungur: Iin, Ririn, Mila, Aulia, Haifa, dan
Yasifa serta Fina, Yoan, dan Ulan, terima kasih sudah menemani penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk banyak cerita yang telah
kita lewati bersama.
14. Dilla, Dyah, Dini, Diona, dan Rifa , terima kasih untuk setiap kebersamaan
kita selama ini, semoga tetap bisa saling silatuhrahim smapai nanti.
Terkhusus untuk Wahyu Rahma Dilla, terima kasih untuk setiap nasehat,

iv
rangkulan hangat, motivasi, dan kamar kosnya yang sering digunakan
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
15. Fuji Lestari, terima kasih untuk persahabatan yang terjalin antara kita, untuk
persahabatan yang kadang kita lalui dalam diam, terima kasih untuk waktu-
waktu yang pernah kita lewati bersama.
16. Fatiakh Suryani, Readyson Jumadi, dan Kak Aninda, terima kasih karena
telah sama-sama menguatkan dan kerjasama yang terjalin antara kita
17. Odong Rengers: Mila, Dimas, Fian, terima kasih sudah merekrut penulis
sebagai onggota The ODONGS, meski kita gak pernah odong beneran, terima
kasih untuk setiap tawa, nasehat dan semua waktu yang pernah kita lewati
bersama, dari kalian saya banyak belajar arti sebuah ketulusan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan tidak dapat
disebutkan satu-persatu. Semoga amal ibadah kita semua mendapatkan pahala di
sisi Allah SWT.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan
kemajuan pendidikan di Indonesia. Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr wb

Jakarta , 24 Juni 2016

Satriyani

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian.............................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian............................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN


HIPOTESIS PENELITIAN
A. Landasan Teori .................................................................................. 9
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika................................. 9
a. Pengertian Masalah. ..................................................................... 9
b. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika .......................... 10
c. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. ......... 15
2. Kecemasan Matematika .................................................................. 16
a. Pengertian Kecemasan................................................................ 16
b. Teori Penyebab Kecemasan ....................................................... 17
c. Gejala-gejala Kecemasan. .......................................................... 18
d. Kecemasan Matematika.............................................................. 20

vi
e. Tingkat Kecemasan Matematika ................................................ 23
f. Indikator Kecemasan Matematika. ............................................. 23
3. Gender dalam Pembelajaran Matematika ....................................... 25
B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 30
C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 31
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 35

BAB III METODE PNELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 36
B. Metode dan Desain Penelitian ......................................................... 36
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 38
E. Analisis Instrumen Penelitian.......................................................... 42
1. Validitas Instrumen. ........................................................................ 42
g. Validitas Isi. ................................................................................ 42
h. Validitas Empiris ........................................................................ 43
2. Reabilitas ......................................................................................... 45
3. Taraf Kesukaran. ............................................................................. 46
4. Daya Pembeda. ................................................................................ 47
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 48
1. Uji Prasyarat Analisis. ..................................................................... 49
a. Uji Normalitas. ........................................................................... 49
b. Uji Homogenitas ......................................................................... 49
2. Uji Perbedaan Rata-rata .................................................................. 50
G. Hipotesis Statistik............................................................................ 53

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 54
1. KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan Rendah. ..................... 56
2. KPMM Siswa Laki-laki Berkecemasan dan Tinggi ........................ 57
3. KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasan Rendah. .................. 58

vii
4. KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasan Tinggi. ................... 59
B. Pengujian Prasyarat Analisis ........................................................... 60
1. Uji Normalitas. ................................................................................ 60
2. Uji Homogenitas ............................................................................. 61
C. Pengujian Hipotesis. ........................................................................ 61
1. Pengaruh Kecemasan, Gender, dan Interaksinya ............................ 61
2. Besar Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat. .......... 62
3. Uji Lanjut dengan t-Dunnet............................................................. 63
D. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 64
1. Pengaruh Kecemasan Matematika Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah. .......................................................................................... 64
2. Pengaruh Gender Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah ...... 68
E. Keterbatasan Penelitian. .................................................................. 72

BAB IV PENUTUP
F. Kesimpulan...................................................................................... 73
G. Saran ................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 79

viii
DAFTAR TABEL

2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ......................................... 16


2.2 Faktor dan Indikator Kecemasan Matematika Siswa .............................................. 25
2.3 Perbedaan Gender dalam Struktur Otak .................................................................. 26
3.1 Desain Treatment by Level 2x2 ............................................................................... 36
3.2 Distribusi Populasi Penelitian Berdasarkan Kelas dan Gender............................... 37
3.3 Kisi-kisi Instrumen Kecemasan Matematika .......................................................... 39
3.4 Format Penskoran Kecemasan Matematika ............................................................ 39
3.5 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah ......................................... 40
3.6 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ................................. 41
3.7 Perolehan CVR Butir Soal ...................................................................................... 43
3.8 Perolehan Validitas Empiris................................................................................... 44
3.9 Distribusi Item Valid Instrumen Kecemasan .......................................................... 44
3.10 Kriteria Koefisien Reabilitas .................................................................................. 45
3.11 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ............................................................................... 46
3.12 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ............................................................................ 47
3.13 Rekapitulasi Validitas, Reabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Soal...... 47
3.14 Persiapan ANOVA ................................................................................................. 51
4.1 Statistik Deskriftif Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika .......... 54
4.2 Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan Rendah ............ 56
4.3 Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan Tinggi ............. 57
4.4 Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasan Rendah ......... 58
4.5 Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasan Tinggi ........... 59
4.6 Hasil Uji Normalitas Data KPMM .......................................................................... 60
4.7 Hasil Uji Homogenitas Data KPMM ..................................................................... 61
4.8 ANOVA Dua Jalan ................................................................................................. 61
4.9 Perhitungan Uji Lanjut t-Dunnet............................................................................ 51

ix
DAFTAR GAMBAR

4.1 Grafik Distribusi KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan Rendah ................... 56
4.2 Grafik Distribusi KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan Tinggi ................... 57
4.3 Grafik Distribusi KPMM Siswa Perempaun dan Berkecemasan Rendah ............. 58
4.4 Grafik Distribusi KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasan Tinggi ................ 59
4.5 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah No.5 ................................................... 65
4.6 Contoh Penyelesaian Soal Tes Berdasarkan Tingkat Kecemasan .......................... 66
4.7 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah No.1 ................................................... 69
4.8 Contoh Penyelesaian Soal Tes Berdasarkan Gender ............................................ 69

x
DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................................... 34


3.1 Pengambilan Sampel Penelitian .............................................................................. 37

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Matematika ............................................................ 79


2. Kuesioner Kecemasan Matematika Sebelum Uji Coba ............................................ 80
3. Kuesioner Kecemasan Matematika Setelah Uji Coba ............................................... 82
4. Kisi-kisi Intrumen Tes Pemecahan Masalah Matematika Sebelum CVR ................ 84
5. Lembar Uji Validitas KPMM dengan CVR ............................................................... 85
6. Lembar Perbaikan Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ....................... 90
7. Lembar Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ......................................................... 93
8. Daftar Siswa Laki-laki Sebagai Sampel Awal ........................................................ 102
9. Daftar Siswa Perempuan Sebagai Sampel Awal ....................................................... 104
10. Daftar Siswa Laki-laki sebagai Sampel Akhir ........................................................ 102
11. Daftar Siswa Perempuan sebagai Sampel Akhir .................................................... 104
12. Tabel Skor Uji Validitas Instrumen Kecemasan .................................................... 106
13. Tabel Output Uji Validitas Instrumen Kecemasan ................................................ 108
14. Tabel Keputusan Uji Validitas Instrumen Kecemasan .......................................... 109
15. Tabel Output Uji Reabilitas Instrumen Kecemasan ............................................... 110
16. Tabel Hasil Perhitungan CVR Instrumen Pemecahan Masalah ............................. 111
17. Tabel Perolehan Uji Validitas Instrumen Pemecahan Masalah ............................. 112
18. Tabel Output Uji Validitas Instrumen Pemecahan Masalah ................................. 113
19. Tabel Keputusan Uji Validitas Instrumen Pemecahan Masalah ............................ 114
20. Tabel Output Uji Reabilitas Instrumen Pemecahan Masalah ............................... 115
21. Tingkat Kesukaran Soal ....................................................................................... 116
22. Daya Pembeda Soal............................................................................................... 118
23. Tabel distribusi KPMM Siswa Laki-laki Berkecemasan Rendah ......................... 120
24. Tabel Distribusi KPMM Siswa Laki-laki Berkecemasan Tinggi ......................... 121
25. Tabel distribusi KPMM Siswa Perempuan Berkecemasan Rendah ..................... 122
26. Tabel Distribusi KPMM Siswa Perempuan Berkecemasan Tinggi ...................... 123
27. Perhitungan KPMM Berdasarkan Tingkat Kecemasan dan Gender ..................... 124
28. Perhitungan KPMM Berdasarkan Tingkat Kecemasan, Gender........................... 125
29. Perhitungan Uji Normalitas .................................................................................. 127
30. Perhitungan Uji Homogenitas .............................................................................. 128
31. Tabel Persiapan ANOVA Dua Jalan ..................................................................... 129
32. Tabel Perhitungan ANOVA .................................................................................. 130
33. Uji Referensi ......................................................................................................... 130
34. Surat Bukti Penelitian ........................................................................................... 140

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta daya analisis
manusia. Matematika memiliki peranan besar dalam setiap aspek kehidupan,
Beberapa ilmuan menyatakan “Mathenatics is the queen as well as the servant of
all sciences” (Matematika adalah ratu sekaligus pelayan semua ilmu
pengetahuan).1 Sebagai ratu, matematika seolah menjadi pedoman untuk semua
ilmu pengetahuan dan sebagai pelayan, matematika melayani ilmu–ilmu lainya
yang menggunakan matematika untuk penelitian dan pengembangan dirinya.
Mempelajari matematika akan melatih seseorang untuk memiliki
kemampuan berpikir secara kritis, logis, analitis, kreatif dan sistematis.
Kemampuan tersbut akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan
diberbagai permasalahan hidupnya. Dengan bahasa lain, dapat dikatakan
mempelajari matematika akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, yang
siap hidup menghadapi tantangan zaman yang terus berubah, tak pasti dan
kompetitif seperti saat ini.
Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006, salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah. Polya dalam
bukunya yang sangat fenomenal How To Solve It mengartikan pemecahan
masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna
mencapai satu tujuan yang tidak mudah untuk segara dicapai. Merujuk dari
pengertian pemecahan masalah menurut Polya tersebut, berarti masalah yang
dikatakan sebagai sebuah pemecahan masalah adalah suatu masalah yang bersifat
menantang dan tidak rutin. Sifat pemecahan masalah yang demikian, dapat
mengajarkan siswa untuk terbiasa menghadapi tantangan, berpikir secara
mendalam dan tidak tergesa-tergesa dalam mengambil suatu keputusan dari
permasalahan baik itu dalam konteks matematika ataupun dalam konteks dunia
nyata.

1
Frans Susilo, Landasan Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.v

1
2

NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) sebagai sebuah


lembaga yang bergerak dalam bidang penggembangan kurikulum pembelajaran
matematika di Amerika Serikat, menyatakan bahwa pemecahan masalah harus
menjadi fokus pada kurikulum matematika di sekolah.2 Hal tersebut karena
pemecahan masalah adalah tujuan yang prinsipil dalam proses pembelajaran, yaitu
untuk mengembangkan keinginan berpikir.
Proses berpikir dalam pemecahan masalah sudah seharusnya
mendapatkan perhatian para pendidik terutama untuk mengembangkan siswanya
agar terbiasa berpikir secara logis. Cooney et al. dalam Hudojo mengatakan
bahwa mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah memungkinkan siswa itu
menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan didalam kehidupan, sebab
siswa akan terbiasa untuk mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi, dan meneliti kembali hasil yang diperolehnya.3 Dengan demikian tidak
disalahkan jika ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa pemecahan
masalah adalah jantungnya matematika (Heart of mathematics).
Pentingnya pemecahan masalah tidak sejalan dengan kualitas
kemampuan pemecahan masalah yang sesungguhnya. Kenyataan menunjukan
prestasi matematika siswa Indonesia masih tergolong rendah. TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study) sebagai suatu studi internasional
dalam bidang matematika dan sains yang dilaksanakan untuk mengetahui dan
mendapatkan informasi mengenai pencapain prestasi matematika dan sains di
negara-negara peserta melaporkan di tahun 2011, skor rata-rata prestasi
matematika kelas 8 siswa Indonesia menduduki peringkat 38 dari 42 negara
peserta.4 Dimana dalam TIMSS soal atau masalah yang diberikan berisfat tidak
rutin atau membutuhkan penalaran yang tidak sederhana.
Rendahnya kemamapuan pemecahan masalah matematis siswa, bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu faktor eksternal maupun faktor internal

2
Sobel dan Malestky, Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.60
3
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang :
UNM, 2005), h. 126
4
Ahmad Fauzy, Pembelajaran Matematika di Indonesia Masuk Peringkat Rendah,
(http://nasional.sindonews.com/read/804091/15/pembelajaran-matematika-di-indonesia-masuk-
peringkat-rendah-1384111047), 2013, diakses 22-10-15 pukul 14.06
3

siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti
metode atau strategi pembelajaran. Sementara itu faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri siswa, seperti emosi dan sikap terhadap matematika.
Faktor internal memiliki peranan yang cukup besar dalam kemampuan pemecahan
masalah matematika. Hal tersebut disebabkan karena pemecahan masalah
matematika itu sendiri, yang bersifat tidak rutin dan membutuhkan tingkat
pemahaman yang tidak sederhana. Sehingga dapat menimbulkan konflik dalam
diri siswa. Penelitian Lyons dan Beilock (2012) dalam Dzulfikar menunjukkan
bahwa masalah-masalah matematis dapat menyebabkan otak menjadi sakit.5
Namun sejauh ini, penelitian yang dilakukan lebih fokus pada metode
atau strategi pembelajaran saja dan masih sangat sedikit yang melakukan
penelitian secara spesifik terhadap faktor internal siswa dalam kemampuan
pemecahan masalah, walaupun realita menunjukan rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematika diperparah dengan kenyataan ketidak sukaan
siswa terhadap matematika itu sendiri. Selain itu, sebagian besar siswa
menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit dipelajari dan
menakutkan. Rasa takut yang timbul tersebut dapat menimbulkan kecemasan saat
siswa sedang belajar atau berinetaksi dengan matematika atau biasa dikenal
dengan kecemasan matematika (mathematics anxiety).
Freedman mengemukakan kecemasan matematika sebagai "an emotional
reaction to mathematics based on past unpleasant experience which harms future
learning."6 Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin (konflik).7 Kecemasan merupakan gangguan dari
dalam diri yang sudah menjadi bagian dari kehiduan manusia sehari-hari dan
merupakan gejala yang normal. Setiap orang cenderung pernah merasakan
kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda.

5
Ahmad Dzulfikar, Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif dalam Mengatasi
Kecemasan Matematika dan Mengembangkan Self Efficacy Matematis Siswa, Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan pendidikan Matematika, FMIPA UNY, 2013, MP.47
6
Ellen Freedman, Do You Have Math Anxiety? A Self Test, www.math-power.com
diakses 11-11-2-15 pukul 03.15
7
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), cet.23, h.20
4

Rasa cemas yang berlebihan terhadap matematika dapat menimbulkan


pengaruh negatif. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Zakaria dan Nordin, yang menemukan bahwa kecemasan memiliki
hubungan yang negatif terhadap prestasi matematika siswa.8 Pengaruh negatif
tersebut pada dasarnya timbul karena sifat materi matematika itu sendiri. Dimana
matematika untuk kebanyakan siswa dianggap sebagai materi yang bersifat
abstrak, rumit dan membutuhkan pemahaman khusus serta waktu yang tidak
sebentar dalam menyelesaikannya, khususnya pemecahan masalah matematika
yang bersifat tidak rutin.
Dalam proses pembelajaran ada siswa yang cepat paham, namun banyak
juga yang tidak. Siswa yang tidak mudah paham tersebut biasanya akan
mengalami rasa cemas. Terdapat dua kemungkinan terhadap siswa yang cemas
tersebut. Pertama siswa akan cuek dan bersikap acuh dengan tugas matamatika
yang diberikan, kedua siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk
memahami matematika. Namun hal tersebut dapat meningkatkan rasa cemas
mereka saat tidak kunjung ditemukan penyelesaian. Wicaksono dan Saufi
mengatakan rasa cemas yang meningkat akan memperburuk pemahaman siswa
terhadap matematika itu sendiri.9 Selain faktor kecemasan ada faktor lain yang
tidak kalah penting dalam pemecahan masalah matematika, yaitu faktor gender.
Perbedaan gender tentu menyebabkan perbedaan fisiologis dan
psikologis antara laki-laki dan perempaun. Sehingga siswa laki-laki dan
perempuan tentu memiliki banyak perbedaan dalam belajar. Kimura dan Hampson
dalam Jensen mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki cara yang
sangat berbeda dalam mendekati dan menyelesaikan masalah.10 Khusus dalam
pembelajaran matematika Kruteski dalam Nafi’an mengatakan laki-laki lebih

8
Effandy Zakariah dan Norazah M. Nurdin, The Effects of Mathematics Anxiety on
Matriculation Studentsas Related to Motivation and Achievement , Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 2008, 4(1), 27-30, h.27
9
Arief Budi Wicaksono dan M.Saufi, Mengolah Kecemasan Siswa dalam Pembelajaran
Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 2013, ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4, p.12
10
Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis Otak,( Jakarta:Indeks, 2011), h.46
5

unggul dalam penalaran, sedangkan perempuan lebih unggul dalam ketepatan,


ketelitian, kecermatan, dan keseksamaan berpikir.11
Perbedaan gender selain mempengaruhi cara belajar juga mempengaruhi
kecemasan matematika. Furner dan Duffy mengemukakan bahwa salah satu faktor
yang dapat menimbulkan kecemasan matematika, adalah faktor gender.12 Hal
tersebut disebabkan karena perbedaan cara berpikir antara laki-laki dan
perempuan. Peneliti terdahulu mengatakan perbedaan cara berpikir antara laki-laki
dan perempuan dipengaruhi oleh keadaan struktur fisik dan biologis otak yang
berbeda, yang akibatnya dapat menimbulkan perbedaan prilaku, pengembangan,
dan pengolahan kognitif.13 Dimana perbedaan-perbedaan tersebut akan
mengakibatkan cara yang berbeda dalam menyelesaikan sebuah masalah serta
mengolah rasa cemas.
Dengan adanya informasi mengenai masalah yang ditimbulakan oleh
adanya tingkat kecemasan yang berlebihan serta perbedaan cara berpikir dan
menyelesaikan masalah antara laki-laki dan perempuan, serta pentingnya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada latar belakang diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh
Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety) dan Gender Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”.

11
Muhammad Ilman Nafi’an, Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika dengan tema ”Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran”, di Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN: 978–979–16353–6–3, 2011, MP.573 – 574.
12
Joseph M.Furner dan Mary Lou Duffy, Equity for All Students in the New Millenium:
Disabling Math Anxiety, Artikel ilmiah U. LDOn, 2002, vol. 38, No.2, p.69
13
Jensen, Op. Cit, h.41
6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, permasalahan
yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika non
rutin masih rendah.
2. Kecemasan matematika dianggap sebagai salah satu penghambat dalam proses
pembelajaran matematika, khususnya pemecahan masalah matematika
3. Kecemasan matematika belum banyak diteliti secara spesifik sebagai faktor
yang menentukan keberhasilan kemampuan pemecahan masalah matematika.
4. Perbedaan biologis, fisikologis, dan psikologis antara laki-laki dan perempuan
dianggap sebagai pembentuk perbedaan cara berpikir dan menyelesaikan
masalah.
5. Karakteristik gender dan kecemasan merupakan faktor yang berinteraksi dan
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh tingkat kecemasan
matematika (Mathematics Anxiety) dan gender terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Adapun pembatasan masalah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah :
1. Kecamasan matematika yang dimaksud adalah gejala-gejala kecemasan yang
dialami siswa dalam proses pembelajaran matematika.
2. Tingkat kecemasan yang akan diukur, adalah tingkat kecemasan rendah dan
tinggi.
3. Gender yang dimaksud adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
4. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah kemampuan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang bersifat tidak rutin.
7

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan
masalah diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antar
siswa yang memiliki kecemasan rendah dengan siswa yang memiliki
kecemasan tinggi?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika
antara siswa laki-laki dan siswa perempuan?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara kecemasan matematika dan gender
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian
Bersesuaian dengan rumusan penelitian masalah diatas, penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menganalisis pengaruh kecemasan matematika terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika.
2. Menganalisis pengaruh gender terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika.
3. Menganalisis ada tidaknya pengaruh interaksi antara kecemasan matematika
dan gender terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak,
baik itu manfaat secara teoritik ataupun praktis.
1. Manfaat Teoritik
a. Gambaran dan hasil dari penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat
bermanfaat untuk dunia pendidikan pada umunya dan secara khusus dalam
pemebelajaran matematika terutama dalam pengemabangan metode atau
strategi dalam pembelajaran matematika guna untuk mencapai tujuan
matematika itu sendiri.
8

b. Sebagai pembanding bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan


penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dengan ditemukanya pengaruh tingkat kecemasan dan gender
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, siswa
berkesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih baik dengan
memperhatikan kondisi emosi serta karakteristik siswa.
b. Bagi guru, sebagai salah satu acuan untuk mengetahui beberapa faktor
yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,
sehingga dapat mengkondisikan dan menggunakan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dalam mengoptimalkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa.
c. Bagi sekolah, dengan ditemukannya pengaruh tingkat kecemasan dan
gender terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, sekolah
dapat merancang pembelajaran matematika yang lebih baik guna untuk
mengoptimalkan kemampuan siswa-siswinya dalam tujuan pembelajaran
matematika itu sendiri.
d. Bagi dinas pendidikan, dengan ditemukan pengaruh kecemasan dan gender
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, akan bermanfaat
dalam pengembangan kurikulum pembelajaran matematika guna untuk
meningkatkan mutu pendidikan matematika.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini meliputi: Kemampuan pemecahan
masalah matematika, kecemasan matematika, dan gender dalam pembelajaran
matematika.
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
a. Pengertian Masalah
Pengertian masalah pada dasarnya adalah kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan. Masalah menurut sebagian ahli pendidikan
matematika adalah pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, namun tidak
semua pertanyaan otomatis menjadi masalah. Sumardyono mengatakan
sebuah pertanyaan setidaknya memiliki kedua ciri berikut untuk dikatakan
sebagai sebuah masalah, yaitu soal tersebut harus menantang pikiran
(challenging) dan soal tersebut tidak otomatis dikateahui cara penyelesainnya
(nonroitine).1 Sedangkan Hudojo mengatakan suatu pertanyaan akan
merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan atau
hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban
dari pertanyaan tersebut.2 Sejalan dengan Sumardyono dan Hudojo, Shadiq
mengatakan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak
dapat dipecahakan dengan prosedur rutin (routine procedure) yang sudah
diketahui si pelaku.3

1
Sumardyono, Pengertian Dasar Problem Solving,
(https://erlisilitonga.files.wordpress.com/2011/12/pengertiandasarproblemsolving_smd.pdf),
diakses 10-11-2015 pukul 06.30, h.1
2
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang :
UNM, 2005), h.123
3
Fajar Shodiq, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, (Yogyakarta: Diknas
PPPG Matematika, 2004), h.10.

9
10

Memperhatikan pengertian-pengertian masalah tersebut diatas,


nampak bahwa sebuah masalah akan tergantung dengan individu, waktu dan
tempat. Masalah menurut seseorang belum tentu akan menjadi masalah untuk
orang lain, masalah saat ini belum tentu akan tetap menjadi masalah untuk
beberapa waktu yang akan datang, dan masalah di tempat A belum tentu akan
menjadi masalah di tempat B.
Masalah dalam matematika merupakan pertanyaan atau soal yang
belum diketahui prosedur pemecahannya oleh siswa. Polya dalam Hudojo
mengatakan tardapat dua jenis masalah dalam matematika, yaitu masalah
untuk menemukan dan masalah untuk membuktikan. Masalah menemukan
adalah masalah-masalah matematika yang dapat berbentuk teoritis atau
praktis, abstrak atau konkret, termasuk didalamnya teka-teki yang menuntut
siswa menemukan variabel masalah, menghasilkan atau mengkonstruksi
semua jenis obyek yang dapat dipergunakan dalam menyelesaikan masalah.
Sementara itu, masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukan bahwa
suatu pertanyaan itu benar atau salah atau tidak keduanya dimana
pertanyaannya dapat berbentuk hipotesis dan konkulasi dari suatu teorema.4
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang pengertian masalah
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah adalah suatu keadaan, dimana
keadan tersebut belum ditemukan cara penyelesainya, bersifat tidak rutin dan
memunculkan rasa tertantang pada si pemecah masalah, sedangkan masalah
dalam matematka adalah soal yang bersifat non rutin serta belum diketahui
prosedur pemecahanya oleh si pemecah masalah. Dimana masalah akan
bergantung pada waktu, tempat, dan si pemecah masalah.
b. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar bagi
kehidupan manusia. Karena pada dasarnya kehidupan seseorang adalah
kumpulan dari masalah-masalah yang harus diselesaikan. Hudojo mengatakan
bahwa pemecahan masalah adalah proses penerimaan masalah sebagai

4
Hudojo, Op.cit, h.124-125
11

tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.5 Sedangkan menurut Yeo


pemecahan masalah dalam matematika dapat dijelaskan sebagai berpikir dan
bekerja dengan matematika.6 Lebih lanjut Yeo mengatakan pemecahan
masalah matematika adalah sebuah proses yang berbelit-belit dimana proses
tersebut meminta si pemecah masalah untuk mengorganisir dan menguraikan
pengetahuan khusus serta pengetahuan umum yang berkaitan dengan tugas-
tugas matematika.
NCTM merekomendasikan pemecahan masalah termasuk manipulasi
materi, sebagai aktivitas utama dalam pembelajaran matematika, sebab
pemecahan masalah merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan
penguasan konsep dan pemahaman matematika dibalik algoritma
perhitungan. Selanjutnya NCTM menyatakan bahwa by learnig problem
solving in mathematics, student should acquire ways of thinking, habits of
persistence and curiosity and confidence in unfamiliar situations that will
serve them well outside the mathematics classroom.7 Mempelajari pemecahan
masalah matematika membuat siswa mendapatkan jalan dalam berpikir,
memiliki keingitahuan dan ketekuanan dan percaya diri dengan situasi yang
tidak biasa ditemuinya diluar kelas.
Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan pokok
pembelajaran matematika. Menurut Polya yang dikutip Sumardyono tugas
utama seorang guru matematika adalah mengerahkan seluruh kemampuanya
untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa.8 Sementra
itu NCTM mengemukakan bahwa pemecahan masalah haruslah menjadi
fokus pembelajaran matematika di sekolah.9 Hal tersebut dikarenakan oleh
langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya, dengan terbiasa
memecahkan masalah, maka seseorang akan terbiasa untuk berpikir secara
sistematis, logis, dan analitis terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi.

5
ibid
6
Kai Kow Joseph Yeo, Secondary 2 Students’ Difficulities in Solving Non-Routine
Problems, Jurnal Ilmiah, Nanyang Technological University, Singapore, hal. 3.
7
Principles Standar for School Mathematics (NCTM: USA, 2000), P.34
8
Sumardyono, Op. Cit, h.6
9
Sobel dan Malestky, Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.60
12

Hal ini menunjukan dengan mempelajari kemampuan pemecahan masalah,


seseorang dapat lebih selektif terhadap isu-isu global yang marak saat ini.
Hudojo mengatakan pemecahan masalah adalah suatu yang esensial
dalam pembelajaran matematika, karena:10 1) Siswa menjadi terampil
menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya
meneliti kembali hasilnya; 2) Keputusan intelektual akan timbul dari dalam
merupakan hadiah instrinsik bagi siswa; 3) Potensi intelektual siswa
meningkat; 4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui
proses malakukan penemuan.
Pemecahan masalah matematis bertujuan membangun penegetahuan
matematika baru, karena berawal dari masalah, siswa dapat berpikir lebih
mendalam untuk menyelesaikanya. Selain itu, menurut Sumardyono
kemampuan pemecahan masalah matematis menjadi semangkin penting, hal
ini dikarenakan sifat matematika dan sifat pemecahan masalah itu sendiri.
Dimana matematika merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola,
artifisial, abstrak, dan yang tidak kalah penting menghendaki justifikasi,
sedangkan kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan yang
menghendaki siswa untuk berpikir secara logis dan strategik.11 Dengan
demikian mempelajari kemampuan pemecahan masalah matematis akan
membuat siswa terbiasa menyelesaikan problematika kehidupan baik itu
secara luas ataupun sempit.
Dalam menyelesaikan masalah matematika, seoarang siswa harus
menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah itu sendiri. Menurut Dodson
dan Hollander dalam Suryawan kemampuan pemecahan masalah yahg harus
ditumbuhkan siswa dalam mempelajari matematika adalah: 1) Kemampuan
mengerti konsep dan istilah matematika; 2) Kemampuan untuk mencatat
kesamaan, perbedaan, dan analogi; 3) Kemampuan untuk mengidentifikasi
elemen terpenting dan memilah prosedur yang benar; 4) Kemampuan untuk
mengetahui hal yang tidak berkaitan; 5) Kemampuan untuk menaksir dan

10
Hudojo, Op. Cit, h.129
11
Sumardyono, Op. Cit, h.6
13

menganalisis; 6) Kemampuan untuk memvisualisasikan dan


menginterprestasikan kualitas ruang; 7) Kemampuan untuk memperumum
berdasarkan beberapa contoh; dan 8) Kemampuan untuk berganti metode
yang telah diketahui.12
Seorang guru yang bertugas untuk mendidik siswanya haruslah
memperhatikan banyak aspek dalam mengidentifikasi kemampuan
pemecahan masalah. Salah satu aspek tersebut adalah karakteristik pemecah
masalah (problem solver). Menurut Dodson dalam Sudyam yang dikutip oleh
Sumardyono ada beberapa karakteristik pemecah masalah yang baik, yaitu: 1)
Mampu memahami istilah dan konsep matematika; 2) Mampu mengenali
keserupaan, perbedaan, dan analogi; 3) Mampu mengindentifikasi bagian
yang penting serta mampu memilih prosedur dan data yang tepat; 4) Mampu
mengenali detail yang tidak relevan; 5) Mampu memperkirakan dan
menganalisis; 6) Mampu memvisualkan dan mengintepretasi fakta dan
hubungan yang kuantitatif; 7) Mampu melakukan generalisasi dari beberapa
contoh; 8) Mampu mengaitkan metode-metode dengan mudah; 9) Memiliki
harga diri dan kepercayaan diri yang tinggi, dengan tetap memiliki hubungan
baik dengan rekan-rekannya; 10) Tidak cemas terhadap ujian atau tes. 13
Shadiq mengatakan siswa tidak akan tertarik untuk belajar
memecahkan masalah jika ia tidak tertantang untuk mengerjakannya.14
Karena itu, selain memperhatikan karakteristik pemecah masalah, guru juga
harus mampu memotivasi siwa untuk merasa tertantang dalam mengerjakan
pemecahan masalah itu sendiri. Jika siswa merasa tertantang, maka mereka
akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah yang
diberikan. Sebab itu sangatlah penting untuk memformulasikan kalimat pada
masalah yang akan disajikan kepada para siswa dengan cara yang semenarik
mungkin, baik itu dalam penyajian, keterkaitan masalah dengan dunia nyata,

12
Herry Pribawanto Suryawan, Strategi Pemecahan Masalah Matematika, (PPPPTK:
Yogyakarta, 2010), h.2
13
Sumardyono, Op. Cit, h.9
14
Fajar Shodiq, Pentingnya Pemecahan Masalah, (Widyaiswara PPPPTK Matematika:
Yogyakarta), t.t, h.6
14

serta jangan memberikan masalah yang terlalu sulit. Pemberian masalah yang
tidak pernah dapat diselesaikan siswa dapat menurunkan motivasi serta
meningkatkan rasa cemas mereka.
Ada beberapa cara atau langkah-langkah yang ditawarkan oleh para
ilmuan matematika dalam menyelesaikan masalah masalah matematika. Salah
satu yang paling penomenal adalah empat langkah menurut Polya, yaitu:
pertama memahami masalah (understanding the problem), kedua menyusun
rencana (devising a plan), ketiga melaksanakan rencana (carrying out the
plan), dan terakhir menguji kembali (looking back). Secara rinci keempat
langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:15
1) Memahami masalah, dalam langkah ini siswa harus memahami: masalah
apa yang dihadapi?; Apa kondisinya?; Apa yang ditanya?; Bagiamana
yang harusnya diabaikan?
2) Menyusun rencana, dalam langkah ini siswa harus mampu menemukan
hubungan antara data dengan hal-hal yang pernah yang belum diketahui
sebelumnya, atau mengkaitkan hal-hal yang mirip secara analogi dengan
masalah. Apakah pernah mengalami problem yang mirip? Apakah
mengetahui masalah yang berkaitan? Teorema apa yang dapat digunakan?
Apakah ada pola yang dapat digunakan?
3) Melaksanakan Rencana, dalam langkah ini siswa menjalankan rencana
untuk menemukan solusi, melakukan dan memeriksa setiap langkah
apakah sudah benar, bagaimana membuktikan bahwa perhitungan,
langkah-langkah dan prosedur sudah benar.
4) Memeriksa kembali, dalam langkah ini siswa melakukan pemeriksaan
kembali terhadap proses dan solusi yang dibuat untuk memastikan bahwa
cara sudah baik dan benar, memberikan alasan, mencari apakah dapat
dibuat generalisasi, untuk menyelesaikan masalah yang sama, menelaah
atau mencari kemungkinan adanya penyelesaian lain.

15
George Polya, How to Slove it, (Princeton: Princeton University Press, 1973), cet ke-2,
h.xvi-xvii
15

Tak berbeda jauh, Dominowski dalam Widjajanti, menyatakan ada


tiga tahapan umum untuk menyelesaikan suatu masalah, yaitu:16
1) Interpretasi, langkah ini merujuk pada bagaimana seseorang pemecah
masalah memahami atau menyajikan secara mental suatu masalah yang
harus diselesaikan.
2) Produksi, langkah ini menyangkut terhadap pemilihan jawaban atau
langkah-langkah yang mungkin dapat diambil untuk menyelesaikan
masalah.
3) Evaluasi, langkah ini adalah proses dari penilaian kecukupan dari jawaban
yang mungkin, atau langkah lanjutan yang telah dilakukan selama
mencoba atau berusaha menyelesaikan suatu masalah.
Sifat pemecahan masalah matematika yang khas membutuhkan
strategi tertentu dalam menyelesaikanya. Menurut Loren C. Larson dalam
Suryawan ada 12 strategi untuk memecahkan masalah matematika, yaitu: 1)
Mencari pola; 2) Membuat gambar; 3) Buat masalah yang setara; 4)
Modifikasi soal; 5) Pilih notasi yang tepat; 6) Pergunakan simetri; 7)
Kerjakan dalam kasus-kasus; 8) Bekerja mundur; 9) Berargumentasi dengan
kontradiksi; 10) Pertimbangkan paritas; 11) Perhatikan kasus-kasus ekstrim;
12) Buat masalah menjadi lebih umum.17
c. Indikator Pemecahan Masalah Matematika
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pemecahan masalah
matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang bersifat tidak rutin berdasarkan langkah kerja
pemecahan masalah menurut Polya, yaitu memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali
hasil dari penyelesaian. Sementara itu indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meliputi
kegiatan:

16
Djamilah Bondan Widjajanti, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa
Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkanya, Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, 2009, h.406
17
Suryawan, Op. Cit, h.3-4
16

Tabel 2.1
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Aspek Pemecahan Indikator
Masalah
Memahami masalah Mengidentifikasi informasi yang diketahui.
Mengidentifikasi apa yang ditanyakan.
Merencanakan Merencanakan langkah-langkah penyelesaian
pemecahan masalah dengan memilih konsep (rumus) yang akan
digunakan.
Membuat sketsa gambar.
Melaksanakan rencana Menjalankan rencana penyelesaian sesuai
penyelesaian masalah dengan langkah-langkah yang telah
direncanakan
Memeriksa kembali Memeriksa kembali solusi yang diperoleh
terhadap solusi Memberikan alasan yang relevan untuk solusi
yang diperoleh.

2. Kecemasan Matematika
a. Pengertian Kecemasan
Kecemasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
perasaan tidak tentram, khawatir, dan gelisah. Kecemasan merupakan
ganguan psikologi yang berisafat wajar dan dapat timbul kapan dan
dimanapun. Setiap orang pasti pernah menggalami kecemasan dengan tingkat
yang berbeda-beda. Rasa cemas biasa muncul dikarenakan terdapat suatu
keadaan yang harus dihadapi atau diselesaikan. Gunarso mengemukakan
keemasan merupakan kekuatan yang besar untuk menggerakan tingkah laku
baik tingkah laku normal ataupun tingkah laku yang menyimpang, yang
terganggu dan keduanya merupaka pernyataan, penampilan, penjelmaan, dan
pertahanan terhadap rasa cemas yang muncul.18
Darajat mengatakan kecemasan adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang
mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik).

18
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/09/Pengertian-Kecemasan-dan-Tingkat-
Kecemasan-Menurut-Pendapat-Ahli.html# diakses 30-11-2015 pukul 00.52
17

Dimana tekanan perasaan (frustasi) adalah suatu keadaan dari berbagai proses
emosi yang bercampur yang dapat menghambat seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Taylor dalam Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
yang dikutif Anita mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu
perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau
tidak adanya rasa aman.19 Tak jauh berbeda dari TMAS, Suharyadi
berpendapat bahwa kecemasan akan muncul ketika siswa merasa tidak siap
mental dan tidak dapat mengontrol emosinya pada saat mengadapi suatu
persoalan dalam lingkungan yang tidak kondusif.20
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kecemasan adalah gejala emosi yang memberikan perasaan tidak nyaman,
rasa takut, rasa khawatir, rasa gelisah, rasa tidak menyenangkan akan sesuatu
yang akan terjadi yang dirasa mengancam, yang dapat ditimbulkan dari
lingkungan atau keadaan yang tidak kondusif dan menimbulkan perasaan
tertekan (frustasi) yang dapat menghambat seseorang untuk mendapatkan
tujuan yang diingkan.
b. Teori Penyebab Kecemasan
Terdapat beberapa teori yang menyebabkan munculnya kecemasan,
diantaranya adalah teori menurut Stuart dan Sundeen, yaitu:21
1) Teori Psikoanalitis
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi pada dua elemen
kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari

19
Ika Wahyu Anita, Pengaruh Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety) Terhadap
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP, Jurnal Ilmiah, Bandung, 2014, h.127
20
Suharyadi, Hasil Belajar Matematika: Studi Korelasi Antara Konsep Diri, Kecemasan
dan Hasil Belajar Matematika Siswa SD Kelas V, Tesis UNJ, 2003, t.p
21
Gail W. Stuart dan Sandra J Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, pen. Achir Yani
S. Hamid, (Jakarta: EGC, 1998), h. 177-179
18

dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah


mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Teori Perilaku
Kecemasan merupakan produk tekanan mental yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kecemasan dianggap sebagai suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan dalam diri untuk menghindari kepedihan. Para ahli
meyakini bahwa adanya hubungan timbal balik antara konflik dan
kecemasan, yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan
konflik yang dirasakan.
4) Teori Keluarga
Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara
gangguan kecemasan dengan depresi.
5) Teori Biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa kesehatan umum individu dan riwayat
kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi
kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
c. Gejala-gejala Kecemasan
Menurut Stuart kecemasan dapat diekspresikan secara langsung
melalui perubahan fisiologis dan perilaku.22
1) Gejala kecemasan fisiologis, diantaranya adalah kardiovaskular (jantung
berdebar dan rasa ingin pingsan), pernafasan (sesak nafas, tekanan pada

22
Stuart dan Sundeen, Op.cit, h.111
19

dada, dan sensasi tercekik), neuromuskular (insomnia, mondar-mandir,


dan wajah tegang), gastrointestinal (nafsu makan hilang, mual, dan diare),
saluran perkemihan (tidak dapat menahan kencing), dan kulit (berkeringat,
wajah memerah, dan rasa panas dingin pada kulit).
2) Gejala kecemasan perilaku yang meliputi kognitif dan afektif. Perilaku
kognitif diantaranya adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
pelupa, salah memberikan penilaian, hambatan berfikir, kehilangan
objektivitas, bingung, takut, dan mimpi buruk. Perilaku afektif diantaranya
adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ngeri,
khawatir, rasa bersalah, dan malu.
Harry berpendapat dalam buku yang berjudul Abnormal Psychology
bahwa terdapat empat tipe gejala kecemasan, yaitu: Somatik simptoms,
emotional symptoms, cognitive simptoms, dan behavioral symptoms.23
1) Somatik, yaitu gejala kecemasan yang berhubungan dengan gerakan secara
sadar, meliputi : Merinding, otot tegang, denyut jantung meningkat,
bernapas tak teratur, menarik nafas, pupil melebar, asam lambung
meningkat, air liur menurun dan lain sebagianya.
2) Emosional, yaitu gejala kecemasan yang berhubungan dengan emosi,
meliputi : Rasa takut, rasa diteror, gelisah, dan lekas marah
3) Kognitif, yaitu gejala kecemasan yang berhubungan dengan faktor
kognitif, meliputi : Antisipasi dari bahaya, konsentrasi terganggu, rasa
khawatir,suka termenung, kehilangan control, rasa takut mati, dan berpikir
tidak realistik
4) Tingkah laku, meliputi : Melarikan diri, menghindari, membeku, dan lain
sebagianya.

23
Susan Nolen-Hoeksema, Abnormal Psychology, (New York :McGraw-Hill, 2007),
h.220
20

d. Kecemasan Matematika
Kecemasan matematika atau mathematics anxiety adalah rasa cemas
yang muncul saat berinteraksi dengan matematika. Ashcraft mengatakan
kecemasan matematika adalah sebuah perasaan tegang, cemas atau ketakutan
yang mengganggu kinerja matematika.24 Siswa yang mengalami kecemasan
matematika cenderung menghindari situasi dimana mereka harus mempelajari
dan mengerjakan matematika.
Kecemasan matematika ialah respon emosional terhadap matematika
saat mengikuti kelas matematika, menyelesaikan masalah matematika, dan
mendiskusikanya. Freedman mengemukakan kecemasan matematika sebagai
"an emotional reaction to mathematics based on past unpleasant experience
which harms future learning." Kecemasan matematika adalah sebuah reaksi
emosional tehadap matematika yang didasari oleh pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan yang mana akan menggangu pembelajaran
selanjutnya.25 Sementara itu Richardson dan Suinn yang dikutip oleh
Mahmood dan Khatoon mendefinisikan kecemasan matematika sebagai
perasaan tertekan dan cemas yang menggangu manipulasi masalah
matematika baik itu dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam kehidupan
akademik.26 Sejalan dengan Richardson, Blazer mengatakan “math anxiety is
a defined as negative emotions that interfere with the solving of mathematical
problems”.27
Sebagai suatu gejala emosi, kecemasan dapat terlihat dari berbagai
prilaku psikis ataupun fisik yang ditunjukan. College et al. Dalam Blazer
mengatakan kecemasan matematika dapat terlihat dari gejala fisik seperti;
detak jantung yang meningkat, tangan yang berkeringat dan sakit perut, gejala

24
Mark H. Ashcraft, Math Anxiety: Personal, Educational, and Cognitive Consequences,
Artikel Ilmiah, Vol.11, No.5, Department of Psychology, Ohio, 2002, p.1
25
Ellen Freedman, Do You Have Math Anxiety? A Self Test, www.math-power.com
diakses 11-11-2-15 pukul 03.15
26
Sadia Mahmood dan Tahira Khatoon, Devloment and Validation of the Mathematics
Anxiety Scale for Secondary and Senior Secondary and Senior Secondary School Students, British
Journal of Art and Social Sciences, 2011, vol.2 no.2, p.170
27
Christie Blazer, Strategis for Reducing Anxiety, Information Capsule Research
Services, vol.1102, 2011, p.1
21

psikologi seperti; tidak bisa berkonsentrasi dan merasakan ketidakberdayaan,


khawatir dan aib, serta gejala tingkah laku seperti; menghindari kelas
matematika, enggan menyelesaikan tugas matematika dan tidak belajar
matematika secara rutin.28
Cooke et al. Dalam Dzulfikar mengatakan terdapat empat indikator
yang dapat menyebabkan kecemasan matematika, yaitu faktor pemahaman
matematika (mathematics understanding) yang berkaitan pikiran tentang
matematika, faktor somatik (somatic) yang berkaitan dengan perubahan
kondisi tubuh, faktor kognitif (kognitif) yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir, dan faktor sikap (attitude) yang berhubungan sikap seseorang siswa
saat menghadapi matematika.29 Selanjutnya Anoka et al. mengatakan
kecemasan matematika dapat disebabkan oleh gejala psikologi dan gejala
fisik yang muncul saat berhadapan dengan matematika.30 Dimana gejala fisik
meliputi; mual, sesak napas, berkeringat, jantung berdebar-debar, tekanan
darah meningkat . Sedangkan gejala psikologi meliputi; kehilangan memori,
kelumpuhan pemikiran, kehilangan kepercayaan diri, negatif self–talk,
penghindaran terhadap matematika, dan merasa terisolasi.
Preis et al. yang dikutip oleh Anoka et al. menyatakan bahwa
kecemasan matematika terbentuk oleh sebuah lingkaran setan atau yang
mereka sebut sebagai “vicious cycle” yaitu: negative math experience
(pengalaman belajar matematika yang tidak menyenangkan), poor math
performance (kinerja matematika yang buruk), math avoidance (menghindari
matematika), dan poor preparation (persiapan yang tidak maksimal).31
Suharyadi mengataka dalam kaitan pembelajaran matematika kecemasan
lebih disebabkan oleh karena kemampuan kognitif siswa dimana kesulitan
matematika tidak berasal dari ketidakamampuan siswa belajar namun karena
sebuah sikap daripada bakat dan reaksi emosiaonal yang mendalam terhadap

28
Ibid
29
Ahmad Dzulfikar, Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif dalam Mengatasi
Kecemasan Matematika dan Mengembangkan Self Efficacy Matematis Siswa, Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan pendidikan Matematika, FMIPA UNY, 2013, MP.47
30
Anoka et.al, How to Overcome Math Anxiety, Artikel Ilmiah, 2015, p.1
31
Ibid
22

objek matematika berdasarkan pengalaman masa lalu yang buruk. 32 Blazer


mengatakan “the intellectual factor that most strongly contributes to math
anxiety is the inability to undestand mathemtical concepts.”33 Selain faktor
intelektual, Blazer juga mangatakan personaliti dan lingkungan belajar seperti
orang tua dan guru juga dapat memnyebabkan kecemasan matematika.
Berdasarkan beberapa definisi kecemasan matematika diatas, dapat
dikatakan bahwa kecemasan matematika adalah reaksi emosional siswa
berupa rasa takut, tegang, rasa gelisah dan tertekan saat berhadapan atau
berinteraksi dengan matematika. Faktor kognitif sebagai faktor proses dalam
memperoleh pengetahuan dan pemahaman matematika memiliki peranan
yang besar, karena kecemasan dapat timbul akibat kurangnya pemahaman
terhadap konsep matematika itu sendiri. Selain itu, kecemasan matematika
berkaitan dengan perasaan dan sikap terhadap matematika, dimana perasaan
dan sikap tersebut akan mempengaruhi pemahaman terhadap matematika itu
sendiri. Wicaksono dan Saufi mengatakan dalam pembelajaran matematika,
jika siswa tidak mengerti akan apa yang dipelajari merasa cemas, maka
mereka tidak akan ragu berusaha lebih keras untuk memahami dan ketika
kecemasan itu semangkin meningkat mereka akan berusaha semangkin keras
yang tanpa mereka sadari akan membuat pemahaman mereka semangkin
memburuk.34
Pemahaman siswa yang memburuk jika dibiarkan terus-menerus
akan berdampak negatif, karena akan mempengaruhi persepsi siswa terhadap
pembelajaran matematika selanjutnya ataupun mata pelajaran yang lain.
Miller yang dikutip Mahmood dan Khatoon menyimpulkan bahwa “math
anxiety is directly related to perceptions of one’s own mathematical skill in
relation to skills in other subject areas”.35 (Kecemasan matematika
berhubungan langsung terhadap persepsi kemampua matematika yang

32
Suharyadi, Op. Cit, h.46
33
Blazer, Op. Cit, h.2
34
Arief Budi Wicaksono dan M.Saufi, Mengolah Kecemasan Siswa dalam Pembelajaran
Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 2013, ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4, p.12
35
Mahmood dan Khatoon, Op. Cit, h.170
23

berhubungan dengan mata pelajaran yang lain). Woolfolk dalam Suharyadi


mengatakan bahwa kecemasan tampaknya dapat meningkatkan kinerja pada
tugas-tugas yang sederhana atau pada keterampilan yang sering dipraktekan,
namun akan menghambat penyelesaian tugas-tugas yang lebih kompleks atau
ketrampilan yang tidak dipraktekan secara keseluruhan.36 Masih dalam
sumber yang sama, Hill dan Eaton menemukan bahwa siswa-siswi kelas V
dan VI yang sangat cemas bekerja dengan sama cepatnya dan sama akuratnya
dengan kawan-kawan sekelas mereka yg kurang merasa cemas ketika tidak
ada pembatasan waktu untuk memecahkan soal-soal berhitung (aritmatika),
namun ketika waktu dibatasi siswa yg sangat cemas membuat 3 kali
kesalahan lebih banyak ketimbang kawan-kawan sekelas mereka dan
menghasilkan waktu 2 kali lebih banyak pada setiap soal dan mencontek 2
kali lebih sering ketimbang kelompok yg tidak cemas.
Kecemasan matematika yang dialami siswa dapat muncul selama
berinteraksi dengan matematika ataupun saat-saat tertentu. Berdasarkan
penelitian terdahulu kecemasan matematika meningkat saat siswa akan
menghadapi ujian, baik itu ujian harian, kenaikan kelas, ataupun ujian umum,
yang mana tingkat kecemasan tersebut mempengaruhi prestasi matematika
secara negatif, dalam artian jika kecemasan tinggi maka prestasi siswa
rendah, begitupun sebaliknya.
e. Tingkat Kecemasan Matematika
Setiap siswa memiliki tingakat kecemasan yang berbeda-beda dalam
matematika. Zakariah dan Nurdin menggolongkan tingkat kecemasan
menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat kecemasan rendah, tingkat kecemasan
menengah, dan tingkat kecemasan tinggi.37 Sedangkan Freedman
mengelompokan kedalam empat tingkat kecemasan, yaitu siswa yang

36
Suharyadi, Op.cit, p. 51
37
Effandy Zakariah dan Norazah M. Nurdin, The Effects of Mathematics Anxiety on
Matriculation Studentsas Related to Motivation and Achievement , Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 2008, 4(1), p.28
24

berkecemasan matematika, siswa yang takut terhadap matematika, siswa yang


mungkin berkecemasan, dan siswa yang menyukai matematika.38
Berbeda dengan pengelompokan tingkat kecemasan menurut
Zakariah dan Nurdin serta Freedman diatas, dalam penelitian ini kecemasan
matematika digolongkan kedalam 2 tingkatan, yaitu kecemasan rendah dan
kecemasan tinggi. Hal ini dilakukan agar hipotesis yang diuji tidak terlalu
banyak.
f. Indikator Kecemasan Matematika
Berdasarkan uraian diatas, maka kecemasan matematika yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap atau reaksi emosional yang
ditunjukan ataupun dirasakan siswa saat mengikuti pembelajaran atau
berinteraksi dengan matematika. Dimana instrumen tes yang akan digunakan
untuk mengukur kecemasan matematika adalah instrumen kecemasan
matematika yang akan diadaptasi dari Suharyadi dengan judul penelitian
Hasil Belajar Matematika: Studi Korelasi Antara Konsep Diri, Kecemasan
Matematika dan Hasil Belajar Matematika Siswa SD Kelas V (2003), yang
akan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2
Faktor dan Indikator Kecemasan Matematika Siswa
Faktor Kecemasan Indikator
Kognitif (Berpikir) Kemampuan diri
Kepercayaan diri
Sulit konsentrasi
Takut gagal
Afektif (Sikap) Gugup
Kurang senang
gelisah
Fisiologis (Reaksi kondisi Rasa mual
fisik) Berkeringat dingin
Jantung berdebar
Sakit kepala

38
Freedman, Op. Cit
25

3. Gender dalam Pembelajaran Matematika


Secara etimologis kata gender yang berasal dari bahasa inggris diartikan
sebagai jenis kelamin. Di dalam Women’s Encyclopedia, sebagaimana dikutip
Jamil dan Lubis, bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya
membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat.39 Karena gender berkembang sesuai dengan konsep kultural
masyarakat, maka gender tidak bersifat tetap atau akan terbentuk sesuai pola
sbudaya yang sedang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, dimana
budaya tersebut akan menentukan perbedaan-perbedaan yang mungkin terjadi
pada laki-laki dan perempuan, hal ini sejalan dengan pendapat Santrock yang
mengatakan bahwa peran gender adalah harapan sosial yang menentukan
bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir, bertindak, dan
merasakan.40
Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada laki-laki dan perempuan tentu
menyebabkan perbedaan pola pikir dan perbedaan cara menghadapi berbagai
permasalahan dalam belajar. Sehingga laki-laki dan perempuan tentu memiliki
banyak perbedaan dalam belajar matematika. Jensen mengemukakan peneliti
terdahulu percaya bahwa pengaruh faktor gender dalam matematika adalah kerena
adanya perbedaan biologis dalam otak laki-laki dan perempuan.41 Perbedaan
biologis pada struktur otak laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam tabel
berikut: 42

39
Asriati Jamil dan Amany Lubis, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi
Wanita UIN J akarta, 2003), h. 54
40
Jhon. W. Santrock, Remaja, pen. Benedictine Widyasinta, (Jakarta: Erlangga, 2007),
ed.11 jilid 1, h.217
41
Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis Otak,( Jakarta:Indeks, 2011), h.41
42
Susan B. Bastable, Perawat sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran, Pen. Gerde Wulandari dan Giantino Widiyanto, (EGC: Jakarta, 1999), h. 194
26

Tabel 2.3
Perbedaan gender dalam struktur otak
Struktur Otak Laki-laki Perempuan
Lobus temporal Pada laki-laki yang Neuron yang terletak di
Daerah korteks secara daerah temporal, di tempat
serebral kognitif normal, sebagian dimana bahasa, melodi, dan
Membantu kecil daerah pada lobus nada bicara
mengendalikan temporal memiliki dimengerti, lebih banyak.
pendengaran, ingatan, neuron sekitar 10% lebih
dan kesadaran kecil dibandingkan
seseorang akan diri perempuan.
dan waktu
Korpus kalosum Volume bagian otak ini Bagian belakang kalosum dalam
Jembatan utama antara pada laki-laki lebih kecil otak perempuan
otak kiri dan otak daripada perempuan, lebih besar. Ini menerangkan
kanan berisi seberkas artinya komunikasi yang mengapa
neuron yang terjadi antara kedua perempuan memakai dua sisi
membawa pesan antara hemisfer otak lebih otaknya untuk bahasa.
kedua hemisfer otak. sedikit
Komisura anterior Komisura milik laki-laki Komisura perempuan lebih
Kumpulan sel saraf ini lebih kecil dari milik besar dari laki-laki, yang
lebih kecil dari Korpus perempuan, meskipun mungkin menyebabkan hemisfer
kalosum, juga ukuran otak laki-laki serebral mereka terlihat seperti
menghubungkan ratarata lebih besar bekerjasama untuk menjalankan
hemisfer otak. dibandingkan otak tugas yang berkenaan dengan
perempuan. bahasa sampai respon
emosional.
Hemisfer otak Sisi kiri Hemisfer kanan otak Perempuan cenderung
otak mengendalikan lakilaki cenderung lebih menggunakan otak secara lebih
bahasa, dan sisi kanan dominan. holistik, sehingga menggunakan
otakadalah tempat kedua
emosi. hemisfernya secara serentak.
Ukuran otak Otak laki-laki rata-rata Otak perempuan rata-rata lebih
Berat total otak kira- lebih besar dari otak kecil karena struktur anatomi
kira 1,39 kg perempuan. seluruh tubuh mereka lebih
kecil. Akan tetapi neuron
mereka lebih
banyak (seluruhnya 11%) yang
berjejalan di dalam korteks
serebral.
27

Menurut Santrock dalam bukunya yang berjudul Remaja, ada tiga hal
yang mempengaruhi gender yaitu: pengaruh biologis pengaruh sosial, dan faktor
kognitif:43
a. Pengaruh Biologis terhadap Gender
Hasil dari penelitian Ankey menunjukan bahwa otak laki-laki 10-15
persen lebih besar dari perempuan, sedangkan menurut Allen dan Gorski anterior
commissure umumnya lebih besar pada perempuan dibanding laki-laki, yang
memungkinakan wanita menangkap informasi verbal dan non verbal secara lebih
efisien.44 Selanjutnya Erikson berpendapat bahwa karena struktur genitalnya, laki-
laki memiliki sifat lebih suka mencampuri dan lebih agresif, sedangkan
perempuan lebih bersifat inklusif dan pasif.
b. Pengaruh Sosial terhadap Gender
Menurut Alice Eagly beberapa ahli berpendapat bahwa prilaku gender
dipengaruhi oleh sosial budaya yang berkembang di masyarakat, hal tersebut biasa
disebut social rule theory, yaitu: Pengaruh orang tua, orang tua memiliki peran
yang sangat kuat dalam perkembangan anak-anaknya, karena orang tua biasnya
mengarahkan anak-anaknya untuk melakukan suatu tindakan tertentu dari mulai
mereka balita.
Santrock berpendapat bahwa orang tua memiliki ekspektasi prestasi yang
berbeda terhadap remaja laki-laki dan perempuan, khususnya dalam bidang-
bidang akademik seperti matematika dan ilmu pengetahuan. Selain itu banyak
yang beranggapan bahwa matematika lebih penting untuk masa depan anak laki-
lakinya dibanding anak perempuanya, hal tersebut mempengaruhi nilai-nilai yang
dikembangkan anak mengenai prestasi matematika. Selain faktor dari orang tua,
lingkungan sosial yang juga mempengaruhi seorang anak adalah saudara kandung,
temen sebaya, serta guru dan sekolah. Karena seorang anak memang cendrung
melakukan imitasi terhadap sesuatu yang paling sering berinteraksi dengannya.

43
Jhon. W. Santrock, Remaja, pen. Benedictine Widyasinta, (Jakarta: Erlangga, 2007,
ed.11, jilid 1, ), h. 219-226
44
ibid, h.42
28

c. Pengaruh Kognitif terhadap Gender


Menurut teori perekmbangan kognitif dan teori skema gender, prilaku
seorang dalam memandang dirinya muncul bersamaan dengan perkembangan
tingkat kognitifnya. Misalkan saat memasuki krakteristik operasional formal yang
abstrak, idealis dan logis maka seseorang akan memilih identitas gender dengan
apa yang mereka inginkan.
Kruteski dalam Nafi’an menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam belajar matematika sebagai berikut: 1) Laki-laki lebih unggul
dalam penalaran, perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian,
kecermatan, dan keseksamaan berpikir. 2) Laki-laki memiliki kemampuan
matematika dan mekanika yang lebih baik dari pada perempuan, perbedaan ini
tidak terlihat jelas pada tingkat dasar akan tetapi menjadi tampak lebih jelas pada
tingkat yang lebih tinggi.45
Menurut Heymans dalam Kartini Kartono yang dikutip Iswahyudi
menyatakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan terletak pada sifat-sifat
sekunderitas, emosional dan aktivitas dari fungsi kejiwaan, pada wanita fungsi
sekunderitas tidak terletak di bidang intelektual tetapi pada perasaan, sehingga
nilai perasaan dan pengalarnan-pengalaman jauh lebih lama mempengaruhi
struktur kepribadiannya, jika dibandingkan dengan nilai perasaan laki-laki.
Perempuan merealisasi dengan respon-respon yang lebih kuat dan lebih emosional
dari pada laki-laki. Selanjutnya menurut Kartini Kartono adanya perbedaan-
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dikarenakan perempuan pada umumnya
perhatiannya tertuju pada hal-hal yang bersifat konkrit, praktis, emosional dan
personal, sedangkan kaum laki-laki tertuju pada hal-hal yang yang bersifat
intelektual, abstrak dan objektif.46

45
Muhammad Ilman Nafi’an, Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika dengan tema ”Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran”, di Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN: 978–979–16353–6–3, 2011, MP.573 – 574.
46
Gatut Iswahyudi, Aktivitas Metakognisi dalam Memecahkan Masalah Pembuktian
Langsung Ditinjau dari Gender dan Kemampuan Matematika, disampaikan pada seminar nasional
program studi pendidikan matematika UNS 21 November 2012,hal.12
29

Dalam beberapa penelitian lain, ditemukan bahwa bukan hanya adanya


perbedaan kemampuan dalam matematika yang didasari oleh faktor gender, tetapi
cara memperoleh pengetahuan matematika juga terkait dengan perbedaan gender.
Hal ini sejalan dengan pendapat Keitel dalam Amir yang menyatakan, “Gender,
social, and cultural dimensions are very powerfully interacting in
conceptualizations of mathematics education,...”.47 (Gender, soasial, dan dimensi
budaya sangat berpengaruh terhadap pengkonsepan dari pembelajaran
matematika). Sementara itu, Maccoby dan Jaklyn dalam Nafi’an mengatakan
perbedaan laki-laki dan perempuan terdapat pada kemampuan berikut: 1)
Perempuan mempunyai kemampuan verbal lebih tinggi daripada laki-laki 2) Laki-
laki lebih unggul dalam kemampuan visual spatial (pengelihatan keruangan)
daripada perempuan 3) Laki-laki lebih unggul dalam kemmapuan matematika.48
Berkenaan dengan perbedaan-perbedaan gender yang tersebut diatas,
maka terdapat perbedaan prestasi antara keduanya. Dari beberapa penelitian
terdahulu menunjukan bahwa laki-laki lebih berprestasi dibidang matematika
dibanding perempuan. Salah satunya adalah data PISA (Programme for
International Student Assessment) tahun 2006 dan 2009 tentang literasi
matematika. Pada Studi PISA tahun 2006 menunjukan bahwa dari 57 negara yang
ikut berpartisipasi, terdapat 14 negara yang laki-lakinya secara signifikan lebih
unggul dibanding perempuan dan hanya ada satu negara yang perempuannya lebih
unggul dibanding laki-laki.49 Sedangkan pada studi PISA 2009 dari keseluruhan
65 negara yang berpartisipasi laki-laki lebih unggul di 35 negara sedangkan
perempuan unggul di 5 negara, sementara itu dari 30 negara lain yang ikut
berpartisipasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada siswa laki-laki
dan perempuan.50 Dimana literasi matematika adalah kemampuan dalam
memahami, menggunakan dan melakukan refleksi terhadap bacaan (matematika),

47
Zubaidah Amir MZ, Perspektif Gender dalam Pembelajar Matematika, Artikel Ilmiah,
UPI Bandung, 2013, Vol. XII No.1, h.16
48
Nafi’an, Op. Cit,MP.574
49
OECD, PISA 2006 Science Competencies For Tomorrow‟s World, Volume 1,
(USA: OECD, 2007), P. 320
50
OECD, PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do Student Performance in
Readiing, Mathematics and Science, Vol.1, p.137
30

kemampuan ini dapat mendukung dalam penyelesaian pemecahan masalah


matematika.
Terdapat beberapa bukti bahwa perempuan lebih unggul dalam masalah
verbal dan bahasa, diantaranya adalah penelitian Newman et.al yang menunjukan
bahwa perempuan memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik dibanding
laki-laki. Dimana perempuan menggunakan kata-kata dalam banyak proses sosial
dan psikologi sedangakan laki-laki lebih banyak menggunakan kata-kata dalam
objek property dan topik impersoanal.51 Selain itu berdasarkan hasil penelitian
TIMSS (1989) menunjukan bahwa kelompok female memiliki skor kemampuan
verbal tinggi dan kemampuan spatial rendah dibandingkan siswa male.
Krakteristik laki-laki dan prempuan (gender) selain menimbulkan
perbedaan dalam matematika, juga memiliki hubungan tersendiri dengan
kecemasan. Dalam berpikir dan menyelesaikan masalah laki-laki lebih memilih
diam sedangkan perempuan lebih suka berbicara. Kebiasaan laki-laki berdiam diri
saat menghadapi sebuah masalah dikarenakan laki-laki merasa tidak maskulin saat
harus membicarakan masalahnya dengan orang lain, karena laki-laki cendrung
banyak menutupi emosinya. Sebaliknya permpuan akan merasa jauh lebih tenang
saat menceritakan masalahnya.52 Kecendrungan laki-laki menutupi masalahnya
akan membuat lak-laki memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibanding
perempuan.

B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan


Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian yang akan diadakan. Penelitian tersebut antara
lain:
1. Penelitian yang dilakukan Effandy Zakariah dan Norazah M. Nurdin
mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia yang berjudul “The Effects of
Mathematics Anxiety on Matriculation Studentsas Related to Motivation and

51
Matthew L. Newman, et.al, Gender Differences in Language Use: An Analysis of
14,000 Text Samples, Taylor & Francis Group, LLC, 2008. P.1
52
http://www.shavemagazine.com/women/10-Psychological-Differences-Between-Men-
and-Women diakses 29-12-2015 pukul 11.30S
31

Achievement” di tahun 2008. Melaporkan bahwa terdapat hubungan negatif


antara kecemasan matematika terhadap motivasi dan prestasi matematika
siswa.53
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anissa Dwi Kurniawati dan Tatag Yuli Eko
siswono mahasiswa dan dosen Universitas Negeri Surabaya yang berjudul
“Pengaruh Kecemasan dan Self Efficacy Siswa trehadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Materi Segiempat Siswa Kelas VII MTs. Negeri
Ponorogo” di tahun 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
pengaruh negatif antara kecemasan matematika dan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi segiempat. Besar pengaruh kecemasan
matematika sebesar 27,38%.54
3. Penelitian yang dilakukan Yogi Fitriani, Tri Jalmo Berti Yolida mahasiswa dan
dosen Universitas Negeri Lampung yang berjudul “Hubungan antara Gender
dengan Kemampuan Memecahkan Masalah”, hasil penelitian melaporkan
bahwa terdapat hubungan dengan tingkat korelasi yang rendah antara gender
dengan kemampuan memecahkan masalah, namun secara signifikan laki-laki
memperoleh skor lebih tinggi dibanding perempuan.55

C. Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah matematika yang dianggap sebagai
jantung dari matematika dan membantu siswa untuk terbiasa berpikir secara
analitik dalam kehidupan nyata tak sesuai dengan realita, dimana ditemukan
kenyataan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika
masih rendah. Keadaan tersebut dapat dikarenakan sifat dari kemampuan
pemecahan masalah yang tidak rutin, membutuhkan tingkat pemahaman yang tak
sederhana serta strategi tertentu dalam penyelesainya. Karakteristik pemecahan

53
Effandy Zakariah dan Norazah M. Nurdin, The Effects of Mathematics Anxiety on
Matriculation Studentsas Related to Motivation and Achievement , Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 2008, 4(1), p.27-30
54
Anissa Dwi Kurniawati dan Tatag Yuli Eko, Pengaruh Kecemasan dan Self Efficacy
Siswa trehadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat Siswa Kelas VII MTs. Negeri
Ponorogo, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika UNESA, Vol. 3 No. 2, 2014, h.39
55
Yogi Fitriani, Tri Jalmo Berti Yolida, Hubungan antara Gender dengan Kemampuan
Memecahkan Masalah, Jurnal Ilmiah FMIPA, FKIP UNILA, 2015, h.1
32

masalah matematika tersebut, memungkinkan siswa akan merasa tertekan,


khawatir dan merasa pusing saat penyelesain tak kunjung ditemukan. Hal tersebut
dapat memicu kecemasan dalam diri siswa. Rasa cemas tersebut akan terus
meningkat seiring dengan keinginan siswa untuk dapat menemukan penyelesaian,
yang tanpa disadari akan memperburuk pemahaman siswa dan pada akhirnya
mengakibatkan kemampuan memecahkan masalah rendah.
Kecemasan matematika adalah reaksi emosional siswa berupa rasa takut,
tegang, rasa gelisah dan tertekan saat berhadapan atau berinteraksi dengan
matematika, yang disebbakan oleh pengalaman belajar matematika yang buruk
dimasa lalu, pemahaman konsep yang buruk terhadap matematika, lingkungan
yang tidak mendukung, serta sifat materi matematika yang rumit dan
membutuhkan pemahaman yang tidak sederhana, menimbulkan persepsi yang
buruk terhadap matematika, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kinerja yang
buruk dalam mempelajari matematika, lebih khusus untuk pemecahan masalah
matematika yang bersifat tidak rutin.
Laki-laki dan perempuan memiliki struktur biologis otak yang berbeda,
dimana perbedaan tersebut memungkinkan perempuan lebih mudah menerima
informasi verbal dan laki-laki lebih unggul dalam informasi visual. Selain itu
karakteristik otak tersebut menyebabkan pola pikir yang berbeda dalam
menyelesaikan dan mendekati masalah. Dalam matematika laki-laki lebih unggul
dalam penalaran dan perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian,
kecermatan, dan keseksamaan berpikir, laki-laki fungsi sekunderitasnya terletak
pada intelektual sedangkan perempuan pada perasaan. Selain faktor biologis otak,
perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor kognitif dan lingkungan siswa,
dimana pola pikir siswa akan terbentuk sebagimana keadaan lingkunganya.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat memungkinkan perbedaan dalam
kemampuan pemecahan masalah matematika.
Karakteristik otak yang berbeda antara laki-laki dan perempuan membuat
banyak perbedaan. Dalam berpikir dan menyelesaikan masalah laki-laki lebih
memilih diam sedangkan perempuan lebih suka berbicara. Kebiasaan laki-laki
berdiam diri saat menghadapi sebuah masalah dikarenakan laki-laki merasa tidak
33

maskulin saat harus membicarakan masalahnya dengan orang lain, karena laki-
laki cendrung banyak menutupi emosinya. Sebaliknya perempuan akan merasa
jauh lebih tenang saat menceritakan masalahnya. Kecendrungan laki-laki
menutupi masalahnya akan memungkinkan lak-laki memiliki kecemasan yang
lebih tinggi dibanding perempuan. Untuk lebih jelas kerangka berpikir akan
disajikan dalam bagan berikut:
34

Pembelajaran Matematika

Dipengaruhi oleh kecemasan dan gender

Tujuan: Memahami konsep


matematika, menjelaskan
Kecemasan matematika: keterkaitan antarkonsep dan
Gender:
Reaksi emosional, berupa mengaplikasikan konsep
Struktur biologis,
fisiologis dan psikologis
rasa takut, gelisah, tertekan, atau algoritma, secara
tegang, dll. yang diakibatkan luwes, akurat, efisien, dan
berbeda
oleh pengalaman belajar tepat, dalam pemecahan
matematika yang buruk, masalah
Laki-laki:
 Fungsi sekunderitas masalah matematika yang
terletak pada sukar.
Laki-laki:
intelegensi

 Fungsi
Unggul sekunderitas
dalam hal Sifat pemecahan masalah
terletak pada  Menghindari matematika:
keruangan & visual
intelegensi
 Unggul dalam matematika  Soal bersifat tidak rutin
 Unggul
penalaran dalam hal  Mempengaruhi  Membutuhkan penalaran
keruangan & visual
kinerja matematika dan pemahaman yang
 Unggul dalam
penalaran  Memperburuk tidak sederhana
Perempuan:  Peneyelesain butuh
pemahaman terhadap
 Fungsi sekunderitas
matematika strategi khusus:
terletak pada perasaan
 Unggul dalam hal verbal memahami,
& pengolahan emosi merencanakan,
 Unggul dalam menyelesaiakan, &
kecermataan, ketelitian Kemampuan memerikasa kembali
& keseksamaan pemecahan masalah
matematika rendah
Siswa merasa tertekan,
khawatir, sakit kepala, dan
Berbeda dalam kemampuan pemecahan gejala kecemasan yang
masalah matematika dan tingkat kecemasan lain

Terdapat pengaruh kecemasan matematika dan gender terhadap kemampuan


pemecahan masalah matematika siswa

Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
35

D. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara
siswa yang berkecemasan rendah dan siswa yang berkecemasan tinggi.
2. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara
siswa laki-laki dan siswa perempuan.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara kecemasan matematika dan gender
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Khazanah Kebajikan yang beralamat
di Jl. Talas I RT 01 RW 10 Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Kota Tanggerang
Selatan. Waktu penelitian di semester genap tahun ajaran 2015/2016, tepatnya
pada tanggal 8 sampai 16 Maret 2016.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal
komperatif atau ex post facto. Kerlinger dalam Emzir mengatakan penelitian ex
post facto adalah penyelidikan empiris dimana peneliti tidak mengendalikan
variabel bebas secara langsung atau eksistensi variabel tersebut telah terjadi.1
Desain penelitian yang digunakan adalah desain treatment by level 2x2 dengan
variabel bebas kecemasan matematika dan gender serta dengan variabel terikat
kemampuan pemecahan masalah matematika. Desain treatment by level
digunakan dengan tujuan untuk memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi
yang lebih baik. Stratifikasi dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
matematika siswa, yaitu siswa dengan kecemasan tinggi dan siswa dengan
kecemasan rendah. Berikut adalah tabel desain treatmen by level 2 x 2 :
Tabel 3.1
Desain Treatment by Level 2x2
Kecemasan Gender (B)
(A) Laki-laki (B1) Perempuan (B2)
Rendah (A1) A1 B1 A1 B2
Tinggi (A2) A2 B1 A2 B2

Keterangan :
A1 B1 : Kelompok siswa laki-laki dengan kecemasan matematika rendah
A2 B1 : Kelompok siswa laki-laki dengan kecemasan matematika tinggi
A1 B2 : Kelompok siswa perempuan dengan kecemasan matematika rendah
A2 B2 : Kelompok siswa perempuan dengan kecemasan matematika tinggi

1
Emzir, Metodelogi Penelitian Tindakan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2008),
h.119.

36
37

C. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.2 Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Khazanah Kebajikan
yang berjumlah 160 siswa, adapun sampel yang digunakan sebanyak 120 siswa.
Distribusi responden akan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Distribusi Populasi Penelitian Berdasarkan Kelas dan Gender
Kelas Jumlah Gender
Siswa Laki-laki Perempuan
VIII A 35 16 19
VIII B 35 20 15
VIII C 36 15 21
VIII D 33 17 16
VIII BP 21 16 5
Total 160 84 76
Persentase 52,5% 47,5%

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified


random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi di mana
populasinya dibagi-bagi terlebih dahulu menjadi kelompok yang relatif homogen
(stratum) untuk menjamin keterwakilan dari masing-masing stratum. Adapun
teknik pengambilan sampel dilaksanakan sebagaimana bagan berikut:

Populasi (kelas VIII) terdiri dari 160 siswa

76 Siswa perempuan 84 Siswa laki-laki


Random Random

60 siswa 60 siswa

22 Siswa dengan 22 siswa dengan 22 siswa dengan 22 siswa dengan


kecemasan rendah kecemasan tinggi kecemasan rendah kecemasan tinggi

Bagan 3.1 Pengambilan Sampel


2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2012), h.117
38

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Data diperoleh dari tes tertulis kemampuan pemecahan
masalah kepada 88 sampel yang terpilih. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pengumpulan data tersebut sebagai berikut:
1. Variabel yang Diteliti
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecemasan matematika
(mathematics anxiety) dan gender, sedangkan variabel terikatnya adalah
kemampuan pemecahan masalah matematika.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel
penelitian, guru, dan peneliti.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kecemasan
matematika dan instrumen kemampuan pemecahan masalah matematika.
Berikut akan dijelaskan kedua instrumen tersebut:
a. Instrumen Kecemasan Matematika
Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan
matematika adalah lembar kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seprangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.3 Jenis kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu responden memilih salah satu
alternatif jawaban dari setiap pernyataan yang telah tersedia. Kuesioner yang
digunakan akan diukur menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau
seklompok orang tentang fenomena sosial.4
Kuesioner terdiri dari empat alternatif pilihan jawaban, yaitu SS
(Sangat setuju), S (Setuju), TS (Tidak setuju), dan STS (Sangat tidak setuju)
dimana pilihan ragu-ragu ditiadakan, hal ini untuk menghindari jawaban yang

3
ibid, h.199
4
ibid, h.134
39

bersifat ganda (multi interpretabel). Adapun kuesioner kecemasan


matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
diadaptasi dari Suharyadi. Berikut adalah tabel indikator beserta kisi-kisi
kecemasan matematika yang akan digunakan:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kecemasan Matematika
No Dimensi Indikator Butir Pernyataan Total
. Kecemasan Positif Negatif
1. Kognitif Kemampuan diri 11, 26 16, 4 4
(berpikir) Kepercayaan diri 14 20 2
Sulit konsentrasi 27 21 2
Takut gagal 28 10 2
2. Afektif Gugup 13 23 2
(sikap) Kurang senang 8,18 9, 25 4
Gelisah 5 2 2
3. Fisiologis Rasa mual 22 7,12 3
(reaksi Berkeringat dingin 15 6, 24 3
kondisi fisik) Jantung berdebar 1 19 2
Sakit kepala 17 3 2
Total 13 15 28

Penskoran kecemasan matematika, menggunakan format penskoran


sebagaimana dalam tebel berikut:

Tabel 3.4
Format Penskoran Kecemasan Matematika
Pilihan jawaban Positif Negatif
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4

Kecemasan matematika dalam penelitian ini digolongkan kedalam


dua tingkatan, yaitu kecemasan rendah dan kecemasan tinggi. Tehnik yang
digunakan dalam pengelompokan tingkat kecemasan adalah dengan cara
memberi skor pada masing-masing siswa yang telah mengisi kuesioner,
kemudian skor diurutkan dari skor terendah samapai tertinggi, selanjutnya
diambil 22 siswa dengan skor terendah dan 22 siswa dengan skor tertinggi
40

dari masing-masing kelompok, sedangkan untuk 16 siswa dengan skor


pertengahan ditiadakan, hal tersebut dikarenakan untuk menghindari adanya
skor yang sama, namun masuk dalam katagori kecemasan yang berbeda.
b. Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Penelitian ini menggunakan instrumen tes berbentuk uraian
sebanyak 5 soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada pokok bahasan luas dan keliling lingkaran. Soal tes
tertulis disusun berdasarkan aspek-aspek pemecahan masalah menurut Polya.
Adapun indikator yang akan diukur melalui tes tertulis kemampuan
pemecahan masalah matematika akan disajikan sebagaimana terdapat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah
Indikator Materi Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Memahami Menyusun Melaksanakan Memeriksa
masalah rencana rencana kembali
Menghitung 1a 1a 1a 1b
keliling lingkaran
Menyelesaikan 2a 2b 2c 2d
masalah yang
berkaitan dengan
keliling lingkaran
Menghitung luas 3a 3a 3b 3c
lingkaran
Menyelesaikan 4a 4b 4c 4d
masalah yang
berkaitan dengan
luas lingkaran
Menyelesaikan 5a 5b 5c 5d
masalah yang
berkaitan dengan
luas lingkaran

Skor kemampuan pemecahan masalah matematis akan diukur dengan


menggunakan rubrik holostik. Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai
41

berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria.5 Berikut akan


ditampilkan tabel rubrik penskoran tes kemampuan pemecahan masalah
matematika yang diadaptasi dari Kadir dalam Wulandari:6
Tabel 3.6
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Memahami Membuat Melaksanakan Memeriksa
masalah rencana rencana kembali
0 Salah Tidak ada Tidak melakukan Tidak ada
menginterpre rencana, penghitungan pemeriksaan/tidak
stasi masalah membuat ada ktrampilan
rencana yang lain
tidak relevan
1 Salah Membuat Melaksanakan Ada pemeriksaan
mengiterprest rencana prosedur yang tetapi tidak tuntas
asi sebagian pemecahan benar,mungkin
soal,mengaba yang tidak menghasilkan
ikan kondisi dapat jawaban yang
soal dilaksanakan benar tetapi salah
perhitungan
2 Memahami Membuat Melakukan proses Pemeriksaan
soal rencana yang benar, dilaksanakan
selengkapnya pemecahan mungkin untuk melihat
yang menghasilkan kebenaran proses
benar,tetapi jawaban yang
salah dalam benar
hasil/tidak ada
hasil
3 Membuat Hasil dan proses
rencana yang yang benar
benar tetapi
belum lengkap
4 Membuat
rencana sesuai
dengan
prosedur dan
mengarah pada
solusi yang
benar

5
Puji Iriyanti, Penilaian Unjuk Kerja, (Yogyakarta: PPPGM, 2004), h.13.
6
Fiqih Wulandari, Penerapan Strategi Heuristik Vee untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012
42

E. Analisis Instrumen Penelitian


Instrumen tes akan dianalisis dengan melakukan perhitungan validitas
(validitas isi dan validitas empiris), reabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal, sedangkan intrumen non-tes hanya akan dilakukan perhitungan
validitas empiris dan reabilitas saja. Adapun untuk lebih jelas akan dijelasakan
sebagai berikut:
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur sesuatu
dengan tepat apa yang hendak diukur.7
a. Validitas Isi
Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika dapat
mengukur tujuan khusus yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan.8 Dalam penelitian ini, instrumen akan divalidasi isi oleh 9 orang
ahli, yang terdiri dari 2 orang dosen dan 7 guru senior. Validitas isi yang
dilakukan merupakan validitas logis, karena instrumen yang memenuhi
ketentuan valid didasarkan oleh hasil penalaran/judgement.9
Judgement para ahli akan diolah secara quantitatif menggunakan
content validity ratio (CVR). CVR merupakan sebuah pendekatan validitas isi
untuk mengetahui kesesuaian item dengan yang diukur berdasarkan
judgement ahli. Pemberian skor untuk butir yang dikatakan sesuai atau
essential adalah 1, sedangkan skor untuk butir yang tidak essential adalah 0.
Berdasarkan jumlah responden (9 responden) maka butir soal valid untuk
nilai minimum CVR sebesar 0,78.10 Berikut rumus yang digunakan Lawshe
untuk menghitung nilai CVR:11

7
Sambas A.M dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi,dan Jalur dalam
Penelitian, (Pustaka Setia: Bandung, 2007) , h.30
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Bumi Aksara: Jakarta, 2012),
ed.2, h.82.
9
Ibid, h.80
10
Lawshe, A Quantitative Approach to Content Validity, Personnel Psychology, 1975, 28,
pp.568
11
Ibid, pp.567
43

CVR =

Dengan:
: Jumlah responden yang menyatakan sesuai atau essential
N : Total respon
Nilai CVR merupakan nilai statistik per butir. Nilai ini berguna
untuk menentukan tindak lanjut apakah butir tersebut akan digunakan atau
dibuang. Berdasrakan perhitungan dari 8 butir soal diperoleh 6 butir soal
valid. Berikut akan disajikan distribusi soal valid berdasarkan CVR:
Tabel 3.7
Perolehan CVR Butir Soal
Nomor Soal CVR Keterangan
1 1,0 Valid
2 0,78 Valid
3 0,33 Tidak valid
4 0,78 Valid
5 1,0 Valid
6 0,55 Tidak valid
7 0,78 Valid
8 0,78 Valid

Setelah butir yang valid teridentifikasi selanjutnya akan dilakukan validitas


empiris.
b. Validitas Empiris
Validitas empiris adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan
hasil pengalaman atau uji coba.12 Rumus yang digunakan adalah rumus
korelasi product moment dengan angka kasar, sebagai berikut:13

∑ ∑ ∑
rxy =
√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dimana :
rxy = koefisien korelasi variable x dengan variable y
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Bumi Aksara: Jakarta, 2012),
ed.2, h.81
13
Ibid, 87.
44

∑ = jumlah skor item


∑ = jumlah skor skala
n = jumlah subyek
∑ = hasil perkalian antara variable X dan variable Y
Uji validitas dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan rxy
dengan r tabel pada taraf signifikansi 5%, dengan terlebih dahulu menetapkan
degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Instrumen
dikatakan valid jika rxy > r tabel maka item valid dan jika rxy ≤ r tabel maka
item tidak valid. Dalam penelitian ini uji validitas akan dihitung dengan
bantuan SPSS versi 16. Instrumen kemampuan pemecahan masalah
matematis yang berjumlah 6 soal, setelah dilakukan uji coba di kelas VIII
MTs. Pembangunan UIN Jakarta diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.8
Perolehan Validitas Empiris
Nomor Soal r hitung r tabel Keterangan
1 0,553 0,381 valid
2 0,203 0,381 Tidak valid
3 0,723 0,381 Valid
4 0,525 0,381 Valid
5 0,776 0,381 Valid
6 0,787 0,381 Valid

Sedengkan untuk instrumen kecemasan matematika yang


berjumlah 28 item pernyataan setelah diuji cobakan di sekolah dan kelas yang
sama diperoleh hasil sebagai berikut:
45

Tabel 3.9
Distribusi Item Valid Instrumen Kecemasan
Dimensi Indikator Butir Pernyataan Total item
Kecemasan Positif Negatif valid
Kognitif Kemampuan diri 11, 26 16, 4 4
(berpikir) Kepercayaan diri 14 20 2
Sulit konsentrasi 27* 21 1
Takut gagal 28 10 2
Afektif Gugup 13 23* 1
(sikap) Kurang senang 8,18 9*, 25 3
Gelisah 5* 2 1
Fisiologis (reaksi Rasa mual 22 7,12 3
kondisi fisik) Berkeringat dingin 15* 6, 24 2
Jantung berdebar 1 19* 1
Sakit kepala 17 3* 1
total 10 11 21
*item yang tidak valid
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukan sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil
pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang.
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha
sebagai berikut:14

r11 = ( )

Dengan :
k : butir valid
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
∑ : jumlah varians skor tiap-tiap item
: varians total
r hitung > r tabel, instrument reliabel
r hitung ≤ r tabel, instrument tidak reliabel
Dalam penelitian ini uji reliabilitas akan dihitung dengan bantuan SPSS versi
16.0. Adapun klasifikasi interprestasi reliabilitas yang digunakan adalah
sebagai berikut :

14
Arikunto, Op. Cit, h.122
46

Tabel 3.10
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Interval Kreteria
0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r ≤ 0,70 Sedang
0,20 ≤ r ≤ 0,40 Rendah
r ≤ 0,20 Sangat rendah (tidak valid)

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, koefisien untuk uji


reliabilitas instrumen kecemasan matematika sebesar 0,907, dengan demikian
item kecemasan matematika yang valid reliabel dan masuk kriteria sangat
tinggi karena terletak pada kisaran 0,80 ≤ r ≤ 1,00. Sedangkan instrumen
kemmapuan pemecahan masalah matematis memperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,820, dengan demikian soal kemamapuan pemecahan masalah
matematika yang valid reliabel dan masuk kriteria tinggi, karena terletak pada
kisaran 0,80 ≤ r ≤ 1,00 (Perhitungan ada pada lampiran).
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu
mudah. Tingkat kesukaran sebuah soal dapat diperoleh dengan rumus:15
̅

Keterangan :
TK : Taraf kesukaran
̅ : Rata-rata soal yang diolah
Indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut : 16
Tabel 3.11 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Nilai P Tingkat
kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah

15
Yaya Sunarya, Strategi Meningkatkan Kualitas Tes Urain, (Bandung: UPI, 2011), h.19
16
Arikunto, Op. Cit, h.225
47

4. Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Rumus yang akan digunakan adalah :17

̅ ̅
DB =

Keterangan :
̅ : Rata-rata kelas atas
̅ : Rata-rata kelas bawah

Adapun klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut: 18

Tabel 3.12
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai D Daya Pembeda
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
< 0,00 (negatif) Tidak baik

Berikut akan disajikan tabel rekapitulasi validitas, reabilitas, taraf kesukaran,


dan daya pembeda soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis
setelah dilakukan uji coba di kelas VIII MTs. Pembangunan UIN Jakarta:

17
Sunarya, Op. Cit, h.17
18
Arikunto, Op. Cit, h.232
48

Tabel 3.13
Rekapitulasi Validitas, Reabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya
Pembeda Soal Tes KPMM
No. Validitas Tingkat Daya Keterangan
Soal kesukaran pembeda
1 Valid Mudah Baik Dipakai
4 Valid Mudah Baik Dipakai
5 Valid Sedang Baik Dipakai
7 Valid Sedang Cukup Dipakai
8 valid Sedang Baik Dipakai
Reabilitas r hitung = 0,820 Tinggi

F. Teknik Analisi Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
analisis inferensial. Analisis deskriptif terdiri dari: rata-rata, median, modus,
standar deviasi, varians, nilai maximum dan minimum. Sedangkan analisis
inferensial dengan menggunakan analisis varians (ANOVA) dua jalan.
Langkah pertama dalam menganalisis data adalah menghitung skor
tingkat kecemasan matematika siswa. Tingkat kecemasan yang diukur hanya
tingkat kecemasan tinggi dan rendah. Pengolahan data dilakukan dengan cara
menghitung total skor masing-masing sampel dari kelompok laki-laki dan
perempuan, kemudian skor masing-masing kelompok diurutkan dari skor
kecemasan yang paling rendah sampai yang paling tinggi, kemudian akan diambil
sejumlah sampel yang skor kecemasannya tinggi dan sampel yang skor
kecemasannya rendah dari tiap kelompok untuk selanjutnya diberi tes kemampuan
pemecahan masalah matematis.
Langkah kedua adalah melakukan analisis data kecemasan matematika
dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis varians-2 jalan atau disingkat ANOVA 2 jalan.
ANOVA 2 jalan adalah teknik analisis yang dapat digunakan untuk menguji
hipotesis yang menyatakan perbedaan rata-rata antara kelompok-kelompok
sampel baik yang menggunakan two factorial design atau treatment by level
49

design baik dalam penelitian eksperimen maupun penelitian causal comparative.19


Sebelum melakukan uji perbedaan rata-rata, data harus memenuhi persyarat
normal dan homogen, karena itu akan dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data hasil penelitian
dengan menggunakan uji liliefors yang akan dilakukan dengan aplikasi SPSS
versi 16.00, adapun langkah-langkah dengan rumus berikut:20
1) Perumusan hipotesis.
Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Transformasikan X1 , X2,....,Xn ke bentuk Z1, Z2, ....,Zn
3) Tentukan rata-rata ( ̅ , simpangan baku (S) dari sampel data.
̅
4) Tentukan nilai Z (angka baku) menggunakan rumus: Zi =

5) Tentukan peluang dari F(Zi) = P(Z < Zi )


6) Hitung proporsi skor dari Z1, Z2, ....,Zn misal diyatakan dengan S(Zi),

maka: S( Zi) = Zi

7) Hitung |F(Zi) - S(Zi)|


8) Ambil nilai terbesar dari |F(Zi) - S(Zi)|, misal disebut Lo
9) Kesimpulan
Lo< L-tabel : data berdistribusi normal
Lo L-tabel : data tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam
penelitian bersifat sama atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas
dilakukan dengan uji-Bartlett, yaitu uji yang digunakan untuk melihat

19
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis dengan Program SPSS/Lisrel
dalam Penelitian, (PT. RajaGrafindo Persada : Depok, 2015), h.346
20
Ibid, h.44
50

kesamaan varians dari beberapa populasi yang berdistribusi normal. Berikut


langkah-langkah yang akan digunakan:21
1) Menentukan hipotesis:
HO :
H1 : bukan HO
2) Tentukan:
db dari kelompok : k-1, (k: banyak kelompok)
db masing-masing kelompok: n-1, (n: jumlah sampel tiap kelompok)
varians sampel (S2) dan log S2

3) S2 gabungan : ∑

4) B : (log S2 gabungan) . ∑
5) X2 : (ln 10).(B-∑ (log S2)
6) Keputusan:
X2< X2tabel : terima H0
X2 X2tabel : tolak H0
2. Uji Perbedaan Rata-rata
Setelah data memenuhi uji prasyarat analisis, maka akan dilanjutkan dengan
uji analisis data. Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
dan menguji hipotesis. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik
analisis varians 2 jalan (two way analysis of variance) atau biasa disingkat
ANOVA berbantuan SPSS versi 16.0. Adapun langkah-langkah perhitungan
sebagai berikut:22
a. Menghitung jumlah kuadrat (JK), yaitu: total (T), antar (A), antar
(B), interaksi (AB), dan dalam (D), dengan formula berikut:

JK(T) = ∑ Yt2 -

∑ ∑
JK(A) = ∑

21
Ibid, h.160
22
Ibid, h.346
51

∑ ∑
JK(B) = ∑

∑ ∑
JK(AB) = ∑ –


JK(D) = ∑ ∑ - )=∑

b. Menentukan derajat kebebasan (db) masing-masing varians


db(T) = nt - 1
db(A) = na - 1
db(B) = nb – 1
db(AB) = (na-1) (nb-1)
db(D) = nt – (na) (nb)
c. Menentukan rata-rata Jumlah Kuadrat (RJK)
RJK(A) = JK(A) : db(A)
RJK(B) = JK(B) : db(B)
RJK(AB) = JK(AB) : db(AB)
RJK(D) = JK(D) : db(D)
d. Menentukan Fo
Fo(A) = RJK(A) : RJK(D)
Fo(B) = RJK(B) : RJK(D)
Fo(AB) = RJK(AB): RJK(D)
e. Menyususun tabel ANOVA
Tabel 3. 14
Persiapan ANOVA
Sumber JK db RJK Fobservasi Ftabel
varians = 0,05
Antar A JK (A) na-1 RJK(A) FO(A) =
Antar B JK(B) nb-1 RJK(B) FO(B) =
Int. AB JK(AB) (na-1) x (nb-1) RJK(AB) FO(AB ) =
Dalam JK(D) nt-na.nb RJK(D)
Total JK(T) nt-1 - -
52

f. Kriteria pengambil keputusan:


Fo > F tabel : tolak H0
Fo F tabel : terima H0
Untuk ANOVA 2 jalan, langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan pengujian terhadap hipotesis statistik pengaruh interaksi, yaitu
F(OAB). Jika F(OAB) Ftabel : Ho diterima atau tidak terdapat pengaruh
interaksi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis pengaruh utama, yaitu
uji FO(A) untuk mempelajari perbedaan rata-rata antar A, dan uji FO(B) untuk
mempelajari perbedaan antar B. Sebaliknya jika FO(AB) > Ftabel : Ho ditolak,
berarti terdapat pengaruh interaksi yang signifikan, maka konsekuensinya
harus diuji pengaruh sederhana, yaitu perbedaan rerata Antar A pada tiap
kelompok Bi (i= 1,2,...) atau perbedaan rerata Antar B pada tiap kelompok
Ai (i=1,2....).23
g. Mengukur Besar Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat
Besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat akan diukur
dengan rumus berikut:24

W2 =

Dengan:
Fo (x) : F hitung variabel bebas
N : Jumlah responden
h. Uji lanjut perbedan rata-rata dengan Uji t-Dunnet
̅ ̅
to (A1 – A2) =

̅ ̅
to (B1 – B2) =

Dengan:
̅ A1: rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
berkecemasan matematika rendah

23
Ibid, h.347
24
Ibid, h.350
53

̅ A2: rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa


berkecamasan matematika tinggi
̅ B1: rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa laki-laki
̅ B2: rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
perempuan.

G. Hipotesis Statistik
1. H0: µ1 µ2
H1: µ1 µ2
Keterangan :
µ1: Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
berkecemasan matematika rendah.
µ2: Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
berkecemasan matematika tinggi.
2. H0: µ1 µ2
H1: µ1 µ2
Keterangan :
µ1: Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa laki-laki
µ2: Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa perempuan
3. H0: Inter AB = 0
H1: Inter AB 0
Keterangan:
AB = 0 : Tidak ada pengaruh interaksi antara kecemasan matematis dengan
gender
AB 0 : Terdapat pengaruh interaksi antara kecemasan matematis dengan
gender
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian


Penelitian mengenai pengaruh kecemasan matematika dan gender
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ini dilakukan kepada
88 orang siswa dari seluruh siswa kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan yang
berjumlah 160 orang siswa dan terbagi kedalam 5 kelas. Berdasarkan
pengambilan data kemampuan pemecahan masalah matematika (KPMM) yang
telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Gender Statistika Kecemasan Matematika Total
Rendah Tinggi
n 22 22 44
SD 14,20 11,75 14,31
Varian 201,74 138,06 205,06
Mean 48,09 35,70 40,91
Laki-laki Median 45,45 34,55 40,00
Modus 30,91 29,09 40,00
Min 30,91 18,18 18,18
Max 83,64 58,18 83,64
n 22 22 44
SD 9,81 10,61 12,92
Perempuan Varian 96,23 112,53 167,02
Mean 55,37 39,42 47,39
Median 56,36 40,00 48,18
Modus 65,45 40,00 40,00
Min 34,55 21,82 21,82
Max 69,09 54,55 69,09
n 44 44 88
SD 12,61 11,22 13,84
Varian 159,05 125,93 191,64
Total Mean 51,73 37,56 44,64
Median 51,82 38,18 44,54
Modus 40,00 29,09 40,00
Min 30,91 18,18 83,64
Max 83,64 58,18 18,18

54
55

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan


pemecahan masalah matematika tertinggi diperoleh oleh kelompok perempuan
dengan kecemasan matematika rendah, yaitu sebesar 55,37 dan memiliki selisih
rata-rata sebesar 7,28 dengan siswa laki-laki berkecemasan matematika rendah
yang skor rata-ratanya sebesar 48,09. Sedangkan skor rata-rata terendah diperoleh
oleh siswa laki-laki berkecemasan matematika tinggi, yaitu sebesar 35,70 dan
berselisih 3,72 dengan siswa perempuan yang berkecmasan matematika tinggi
dengan skor rata-rata sebesar 39,42.
Dilihat dari nilai rata-rata perkelompok variabel bebas, kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa dengan kecemasan matematika rendah juga
lebih tinggi yaitu sebesar 51,73 dibanding siswa dengan kecemasan matematika
tinggi yang memperoleh nilai rata-rata sebesar 37,56. Sementara itu bertentangan
dengan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, siswa laki-laki memperoleh
nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika lebih rendah yaitu
sebesar 40,91 dibanding siswa perempuan yang memperoleh nilai rata-rata
sebesar 47,39.
Ditinjau dari nilai secara individu, maka skor tertinggi diperoleh oleh
siswa laki-laki dengan kecemasan matematika rendah, yaitu 83,64 dan berselisih
sebesar 14,55 dengan siswa perempuan yang berkecemasan matematika rendah
yang hanya memperoleh skor maksimal sebesar 69,09. Akan tetapi skor terendah
juga diperoleh oleh siswa laki-laki namun berkecemasan matematika tinggi yaitu
sebesar 18,18, dimana skor tersebut berselisih sebesar 3,64 dengan skor terendah
yang diperoleh oleh siswa perempuan dengan kecemasan matematika tinggi.
Berikut akan disajikan tabel dan grafik distribusi frekuensi kemampuan
pemecahan masalah matematika dari masing-masing kelompok siswa.
56

1. KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan Rendah


Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa laki-laki kelas
VIII MTs. Khazanah Kebajikan yang berkecemasan matematika rendah dapat
dilihat dari tabel berkut:
Tabel 4.2
Distibusi Frekuensi KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan
Rendah
No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif
1 30 – 40 9 40,91%
2 41 – 51 5 22,73%
3 52 – 62 4 4,55%
4 63 – 73 3 13,64%
5 74 – 84 1 4,55%
Jumlah 22 100%

Adapun hasil tes KPMM siswa laki-laki yang berkecemasan rendah jika disajikan
dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut:

10
9
8
7
Frekuensi

6
5
4
3
2
1
0
30 - 40 41 - 51 52 - 62 63 - 73 74-84
Nilai

Gambar 4.1
Grafik Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Laki-laki dan
Berkecemasan Rendah
57

Berdasarkan tabel dan grafik distribusi diatas, dapat dilihat bahwa


frekuensi KPMM siswa laki-laki yang berkecemasan rendah tebesar pada interval
30-40 yaitu sebesar 40,91%, serta terlihat bahwa grafik mengalami penurunan ke
arah kanan, yang artinya nilai cendrung menyebar pada skor rendah.
2. KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan Tinggi
Data KPMM siswa laki-laki kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan yang
berkecemasan matematika tinggi dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Laki-laki dan Berkecemasan
Tinggi
No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif (%)
1 18 - 24 4 18,18%
2 25 - 31 6 27,27%
3 32 - 38 3 13,64%
4 39 - 45 4 18,18%
5 46 - 52 3 13,64%
6 53 - 59 2 9,09%
Jumlah 22 100%

Adapun hasil tes KPMM siswa laki-laki yang berkecemasan matematika tinggi
yang disajikan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut:

7
6
5
Frekuensi

4
3
2
1
0
18 - 24 25 - 31 32 - 38 39 - 45 46 - 52 53 - 59
Nilai

Gambar 4.2
Grafik Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Laki-laki dan
Berkecemasan Tinggi
58

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan grafik diatas, dapat dilihat


bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa laki-laki yang
berkecemasan tinggi paling banyak tersebar pada interval skor 25 – 31, yaitu
sebesar 27,27 %, dari grafik dapat terlihat bahwa nilai cendrung tersebar
mendekati rata-rata.
3. KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasan Rendah
Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa perempuan
kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan yang berkecemasan matematika rendah
dapat dilihat dari tabel berkut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasn
Rendah
No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif (%)
1 34 - 39 1 4,55%
2 40 - 45 2 9,09%
3 46 - 51 5 22,73%
4 52 - 57 4 18,18%
5 58 - 63 4 18,18%
6 64 - 70 6 27,27%
Jumlah 22 100%

Adapun hasil tes KPMM siswa perempuan yang berkecemasan matematika


rendah yang disajikan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut:

7
6
5
Frekuensi

4
3
2
1
0
34 - 39 40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64-70
Nilai

Gamabar 4.3
Grafik Distribusi Frekuensi Siswa Perempuan dan Berkecemasan
Rendah
59

Berdasarkan tabel dan grafik distribusi frekuensi diatas, dapat dilihat


bahwa skor tertinggi di kelompok perempuan yang berkecemasan rendah terletak
pada interval skor 64 – 70, yaitu sebesar 27,27%. Dimana nilai cendrung tersebar
pada nilai tinggi.
4. KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasan Tinggi
Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa perempuan
kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan yang berkecemasan matematika tinggi dapat
dilihat dari tabel berkut:
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi KPMM Siswa Perempuan dan Berkecemasn
Tinggi
No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif (%)
1 19 - 24 2 9,09%
2 25 - 30 4 18,18%
3 31 - 36 3 13,64%
4 37 - 42 4 18,18%
5 43 - 48 4 18,18%
6 49 - 55 5 22,73%
Jumlah 22 100%

Adapun hasil tes KPMM siswa perempuan yang berkecemasan matematika tinggi
yang disajikan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut:
6
5
4
Frekuensi

3
2
1
0
19 - 24 25 - 30 31 - 36 37 - 42 43 - 48 49 - 55
Nilai

Gamabar 4.4
Grafik Distribusi Frekuensi Siswa Perempuan dan Berkecemasan
Tinggi
60

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas, dapat dilihat bahwa


kemampuan pemecahan masalah matematika siswa permpuan berkecemasan
matematika tinggi paling banyak tersebar pada interval skor nilai 49 – 55, yaitu
sebesar 22,73 %, dari grafik dapat dikatakan bahwa nilai cendrung tersebar pada
nilai tinggi.

B. Pengujian Persyaratan Analisis


1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil
dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan adalah
metode lilifors dengan bantuan SPSS versi 16.00. Untuk menguji apakah data
berdistribusi normal atau tidak, akan dibandingankan nilai pada tabel Tests of
Normality pada kolom Sig. Yang berada pada kolom Kolmogorov-Smirnova
dengan tingkat signifikansi yang kita tentukan yaitu atau 0.05.
Keputusan diambil dengan syarat jika nilai data pada kolom Sig > 0.05
maka data berdistribusi normal dan jika nilai data pada kolom Sig.< 0.05 maka
data tidak berdistribusi normal.1 Berikut akan disajikan tabel Tests of Normality
dengan bantuan SPSS versi 16.00:
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Data KPMM
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A1B1 .143 22 .200* .913 22 .054
A2B1 .168 22 .109 .937 22 .172
A1B2 .121 22 .200* .949 22 .299
A2B2 .113 22 .200* .941 22 .209

Keterangan :
A1 B1 : Kelompok siswa laki-laki dengan kecemasan matematika rendah
A2 B1 : Kelompok siswa laki-laki dengan kecemasan matematika tinggi
A1 B2 : Kelompok siswa perempuan dengan kecemasan matematika rendah
A2 B2 : Kelompok siswa perempuan dengan kecemasan matematika tinggi

1
Op. Cit , Kadir, h. 157
61

Berdasarkan hasil yang disajikan oleh tabel diatas, maka semua data dari
tiap kelompok siswa berdistribusi normal, karena semua nilai Sig. Dari tiap
kelompok > 0.05.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kelompok dari
dua atau lebih berasal dari populasi yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini
uji homogenitas dilakukan dengan uji-Bartlett berbantuan SPSS Versi 16.00. Uji-
Bartlett yaitu uji yang digunakan untuk melihat kesamaan varians dari beberapa
populasi yang berdistribusi normal. Berikut akan disajikan tabel uji homogenitas
data:
Tabel 4. 7
Hasil Uji Homogenitas Data KPMM
F df1 df2 Sig.
.830 3 84 .481

Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel diatas, maka varians dari masing-
masing kelompok homogen, karena nilai sig 0,481 > 0,05.

C. Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh Kecemasan, Gender, dan Interaksinya
Perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika dari
masing-masing kelompok dapat diketahui dengan statistik uji-F. Adapun untuk
mempermudah maka akan disiapkan tebel perhitungan berikut:
Tabel 4. 8
ANOVA Dua Jalan
Sumber Varians JK db RJK F0 Ftabel
Antar A 4419,34 1 4419,34 32,22 3,95
Antar B 664,51 1 664,51 4,85 3,95
Interaksi AB 69,35 1 69,35 0,51ns 3,95
Dalam 11519,82 84 137,14
Total 16673,02 87
ns : non-signifik
62

Berdasarkan tabel diatas maka data dapat dianalisis sebagai berikut:


a. Perbedaan antar A
F0(A) = 32,22 > Ftab = 3,95 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang
berkecemasan matematika tinggi dengan siswa yang berkecemasan
matematika rendah.
b. Perbedaan Antar B
F0(B) = 4,85 > Ftab = 3,95 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa laki-laki dan
siswa perempuan
c. Pengaruh Interaksi AB
F0(AB) = 0,52 < Ftab = 3,95 maka Ho diterima, artinya tidak terdapat
pengaruh interaksi antara kecemasan matematika dan gender terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Besar Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat
Besar pengaruh kecemasan matematika, gender dan interaksi kecemasan
matematika dan gender terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
akan dihitung dengan rumus berikut:
a. Pengaruh kecemasan matematika
) ) )
W2 = ) )
= = = 0,261899
)

Hal ini berarti kecemasan matematika dapat menjelaskan 26,19 % variasi


skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
b. Pengaruh gender
) ) )
W2 = ) )
= = = 0,0419
)

Hal tersebut menunjukan bahwa perbedaan gender dapat menjelaskan


4,19% variasi skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
63

3. Uji Lanjut dengan t-Dunnet


Hasil uji lanjut t-Dunnet untuk tiap kelompok variabel bebas dapat dilihat
dari Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Perhitungan Uji Lanjut t-Dunnet ( α = 0.05)
Perbandingan Nilai t hitung t tabel Kesimpulan
Kontras
A1 & A2 14,17 4,01 1,66 Signifikan
B1 & B2 -6,48 -1,83 -1,66 Signifikan

Berdasarkan data pada tabel diatas, maka data dapat dianalisis sebagi
berikut:
a. Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelompok A1
dan A2
H0 :
H1 :
Dari tabel dapat dilihat bahwa to = 4,01 > ttab = 1,66, maka H0 ditolak,
sehingga secara signifikan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang berkecemasan rendah lebih tinggi dibanding siswa yang
berkecemasan tinggi.
b. Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelompok B1
dan B2
H0 :
H1 :
Dari tabel dapat dilihat bahwa to = -1,83 < ttab = -1,66, maka H0 diterima,
sehingga secara signifikan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa laki-laki lebih rendah dibanding siswa perempuan.
64

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Temuan penelitian menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang berkecemasan matematika rendah lebih baik dibanding
siswa berkecemasan matematika tinggi, kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa laki-laki belum terbukti lebih tinggi dibanding siswa
perempuan, serta tidak terdapat pengaruh interaksi antara kecemasan matematika
dan gender terhadap kemapuan pemecahan masalah matematika.
1. Pengaruh Kecemasan Matematika terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah
siswa yang berkecemasan matematika rendah lebih tinggi dibanding siswa yang
yang berkecemasan matematika tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pengamatan peneliti saat pengambilan data pemecahan masalah, dimana banyak
siswa yang menunjukan gejala-gejala kecemasan, seperti raut wajah tegang dan
berkomentar bahwa soal tes yang diberikan sukar, meski belum melihat secara
keseluruhan tes yang diberikan. Saat proses pengerjaan soal berlangsung banyak
siswa yang menarik nafas, memijit-mijit kening, memberikan tatapan lelah,
mengeluh, mengerutkan kening, mondar-mandir ke toilet dan mencoret-coret
kertas tetapi bukan merupakan solusi dari tes yang diberikan.
Gejela kecemasan yang muncul terlihat lebih banyak dialami oleh siswa
perempuan dibanding siswa laki-laki. Dimana sebagian besar siswa laki-laki lebih
terlihat santai sedangkan siswa perempuan terlihat lebih tegang. Setelah dihitung
skor rata-rata kecemasan matematika dari 88 siswa yang diambil sebagai sampel
didapat bahwa rata-rata kecemasan matematika siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding siswa perempuan namun tak berbeda jauh, dimana rata-rata kecemasan
matematika siswa laki-laki sebesar 47,70 sedangkan siswa perempuan sebesar
47,64.
Setelah melakukan pengecekan terhadap hasil tes keseluruhan siswa,
didapat siswa yang menjukan sikap tenang dan berkonsentrasi memperoleh skor
lebih tinggi dibanding siswa yang menjukan reaksi kecemasan tinggi. Dimana
siswa yang berkecemasan tinggi jarang yang menyelesaikan satu soal secara
65

keseluruhan, dan banyak tidak tepat dalam mengidentifikasi soal tes yang
diberikan sehingga berimbas terhadap hasil akhir. Sedangkan siswa yang
berkecamsan matematika rendah, mengerjakan soal secara keseluruhan dan
mendapatkan point mendekati maksimal atau maksimal di tiap nomor yang
dikerjakan, namun karena kurangnya waktu atau pemahamn konsep yang kurang
sehingga ada beberapa soal yang tidak dikerjakan sama sekali. Berikut ini akan
disajikan contoh penyelesaian dari soal tes nomor 5 sebagimana disajikan dalam
gambar berikut:

Sebuah taman akan dibangun di depan gedung kedutaan Korea Selatan, bentuk
taman tersebut menyerupai icon bendera Korea, yaitu lingkaran berdiameter
28 dm dan terbelah oleh lengkungan yang membentuk huruf S. Taman
tersebut akan ditanami bunga tulip merah dan tulip biru yang saling
bersebelahan. Maka:

a. Apa yang diketahui dari masalah diatas?


b. Buatlah sketsa taman dari masalah tersebut!
c. Berapakah luas taman untuk menanam tulip merah dan tulip biru?
d. Periksa kembali jawabanmu pada point c dengan memberikan alasan yang
relevan!

Gambar 4. 5
Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No.5

Berikut adalah contoh penyelesaian dari salah satu siswa yang


berkecemasan matematika rendah dan siswa yang berkecemasan matematika
tinggi:
66

Penyelesaian Siswa Berkecemasan Rendah

Penyelesaian Siswa Berkecemasan Tinggi

Gambar 4.5
Penyelesaian Soal Tes KPMM Berdasarkan Tingkat Kecemasan
67

Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa siswa dengan


kecemasan matematika rendah benar dalam menginterprestasikan soal kedalam
bentuk gambar, sehingga siswa tersebut paham bahwa sebenarnya lengkungan
yang membentuk huruf S membagi taman menjadi dua sama besar, sehingga
siswa mengetahui bahwa luas untuk bunga tulip biru samadengan luas yang
digunakan untuk bunga tulip merah. Sedangkan siswa yang berkecemasan
matematika tinggi menggalami kesalahan dalam menginterprestasi gambar,
sehingga jawaban pada point c juga tidak tepat. Berdasarkan temuan peneliti
hampir sebagian besar siswa berkecemasan matematika tinggi mengalami
kesulitan dalam menginterprestasikan masalah, sehingga jawaban pada point
berikutnya tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Berdasarkan analisis data, hasil menunjukan bahwa skor rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berkecemasan rendah sebesar
51,73 dan siswa berkecmasan tinggi sebesar 37,56. Perhitungan variabel bebas
menunjukan bahwa kecemasan matematika berpengaruh sebesar 26,19% terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika. Uji lanjut dengan uji t-Dunnet pada
taraf signifikansi 5% didapat to = 5,68 > ttab = 1,66, yang artinya dengan tingkat
kepercayaan 95% kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
berkecemasan rendah lebih tinggi dibanding siswa berkecemasan matematika
tinggi.
Temuan diatas relevan dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh
Kurniawati dan Siswono (2014), hasil penelitian menunjukan bahawa kecemasan
matematika memiliki hubungan yang negatif terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika, yang artinya semangkin tinggi tingkat kecemasan
matematika seseorang maka semangkin rendah kemampuan pemecahan masalah
matematikanya. Dimana berdasarkan penelitian Kurniawati dan siswono pengaruh
kecemasan matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
sebesar 27,38%.
68

2. Pengaruh Gender terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki. Hasil tersebut
tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa
perempuan. Bedasarkan pengamatan peneliti, hal tersebut mungkin diakibatkan
karena sebagian besar siswa laki-laki malas-malasan, dan tidak fokus dalam
mengerjakan soal saat dilaksanakan tes kemampuan pemecahan masalah. Hal
tersebut terlihat dari sikap siswa laki-laki yang lebih suka mengagngu satu sama
lain dan mengobrol jika lepas dari perhatian peneliti. Namun demikian terdapat
beberapa siswa laki-laki yang terlihat serius dan disiplin serta fokus terhadap soal
yang diberikan. Rata-rata siswa laki-laki yang bersikap demikian adalah siswa
laki-laki yang duduk dibarisan pertama atau kedua. Berbeda dengan siswa laki-
laki, hampir sebagian siswa perempuan lebih terlihat serius dalam mengerjakan
soal tes. Sebagian besar siswa perempuan lebih disiplin dan taat akan peraturan
yang diberikan peneliti ketika dilaksanakan tes.
Hasil jawaban tes menunjukan terdapat beberapa perbedaan cara
pengerjaan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Dimana siswa laki-laki
lebih simpel dalam memberikan jawaban dan bebarapa disertai gambar,
sedangkan siswa perempuan lebih detail dan berfokus pada rumus yang diketahui.
Selain itu dari beberapa soal tes yang dikerjakan secara utuh, siswa perempaun
terlihat lebih sistematis dibanding siswa laki-laki, dalam artian langkah-langkah
ditulis secara rinci sedangkan siswa laki-laki langsung pada inti permasalahan.
Berikut adalah salah satu contoh soal beserta penyelesainya dari siswa laki-laki
dan siswa perempuan dalam menyelesaikan soal nomor 1 tes kemampuan
pemecahan masalah sebagimana disajikan dalam gambar berikut:
69

Perhatikan gambar disamping, dan jawablah soal berikut!


a. Berapakah keliling daerah yang diarsir?
b. Apakah kamu yakin degan jawabanmu? Periksalah!

Gambar 4. 6
Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika No.1

Berikut adalah salah satu contoh penyelesain dari siswa laki-laki dan perempuan:
Jawaban Siswa Laki-laki

Jawaban Siswa Perempuan

Gambar 4.7
Contoh Penyelesaian Soal Tes KPMM Ditinjau dari Gender
70

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa siswa laki-laki


memisahkan gambar yang diarsir dari keseluruhan gamabar pada soal yang
disajikan. Setelah memisahkan gambar siswa mengidentifikasi bahwa terdapat 3
bagian yang merupakan keliling lingkaran, untuk selanjutnya menjumlahkan
ketiganya dengan 1 sisi persegi yang panjangnya sama dengan diameter lingkaran.
Sedangkan siswa permpaun menyelesaikan soal langsung menggunakan rumus
yang dikuasai, siswa melihat bahwa gambar pada soal terdiri dari 1,5 lingkaran
dengan diameter 28cm dan satu sisi persegi yang panjangnya sama dengan
diameter lingkaran, tanpa menggambarkanya terlebih dahulu seperti yang
dilakukan siswa laki-laki. Dari gambar juga dapat terlihat bahwa siswa perempuan
meyelesaikannya secara rinci dengan urutan pengerjaan yang lebih sistematis jika
dibanding siswa laki-laki.
Perbedaan diatas juga terjadi pada beberapa soal lain yang dikerjakan
secara utuh dimana siswa perempuan lebih fokus pada rumus yang sudah dihafal,
sedangakan siswa laki-laki lebih pada apa yang mereka pahami. Hasil tersebut
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kruteski dalam Nafi’an (2011)
yang menjelaskan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam belajar
matematika adalah laki-laki lebih unggul dalam penalaran, sedangkan perempuan
lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan keseksamaan berpikir.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa pemeparan yang telah disampaikan.
Sehubungan pendapat Kruteski diatas, berdasarkan wawancara dengan
ketiga guru bidang studi matematika yang mengajar kelas VIII di MTs. Khazanah
Kebajikan, perbedaan kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam
matematika, dikarenakan siswa perempuan rata-rata memiliki tingkat ketekunan,
kerajinan dan perhatian yang baik, sedangkan sebagian besar siswa laki-laki
jarang yang memberikan perhatian dan fokus saat proses pembelajaran
berlangsung. Kebiasaan tersebut mengakibatkan kemampuan siswa laki-laki di
dalam matematika tidak seimbang, dalam artian ada siswa laki-laki yang
kemampuan matematikanya sangat tinggi dan sebaliknya ada siswa laki-laki yang
kemampuanya di bawah rata-rata kelas. Keadaan tersebut dapat dilihat dari selisih
nilai tertinggi dan terendah pada kelompok siswa laki-laki, yaitu sebesar 65,45.
71

Temuan penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan pemecahan


masalah matematika siswa perempuan lebih tinggi dibanding dengan siswa laki-
laki, dimana perbedan gender mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah
matematika sebesar 4,19%. Temuan penelitian ini serupa dengan dengan
penelitian Rudini Triyadi (2013), yang menunjukkan bahwa perempuan lebih
menonjol dalam kemampuan komunikasi matematis, koneksi matematis,
penalaran matematis dan kemapuan pmecahan masalah matematis. Akan tetapi,
hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani dan
Yolida yang hasil penelitinya menunjukan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan serta
tidak sesuai dengan data yang dilaporkan oleh PISA (Programme for
International Student Assessment) tahun 2006 dan 2009 yang menunjukan bahwa
dihampir semua negara peserta, kemampuan laki-laki masih jauh lebih tinggi
dibanding perempuan dalam bidang literasi matematika.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti serta beberapa
penelitian yang dipaparkan diatas, penelitian Nevin Orhun yang berjudul Effects
of Some Properties 5. Grade Students on the Performance of Mathematical
Problem Solving menunjukan bahwa gender tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.
72

E. Keterbatasan Penelitian
Setelah berbagai upaya dalam penelitian ini dilakukan, masih terdapat
beberapa hal yang belum dicapai dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah sampel yang terbatas, sehingga kesimpulan atas kecemasan dan
gender hanya menurut responden yang terbatas
2. Tidak adanya kontrol kondisional terhadap variabel kecemasan matematika
dan gender, maka sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor
pada variabel tersebut merupakan variabel yang benar-benar relevan dengan
faktor yang sedang diselidiki
3. Sukar ditemukan mana faktor sebab dan mana faktor akibat antara kecemasan
matematika dengan kemampuan pemecahan masalah matematika, atau belum
diketahui apakah kecemasan matematika yang mengakibatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika rendah atau karena sifat materi matematika
yang mengakibatkan kecemasan matematika siswa tinggi
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh
kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Kecemasan matematika berpengaruh terhadap kemamapuan pemecahan
masalah matematika, dimana kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang berkecamasan rendah lebih tinggi dibanding siswa yang
berkecemasan tinggi. Besar pengaruh kecemasan matematika terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 26,19% atau tergolong
tinggi.
2. Gender berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika,
dimana siswa laki-laki memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika
yang lebih rendah dibanding siswa perempuan. Besar pengaruh gender
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 4,19% dan
tergolong kecil atau lemah.
3. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara kecemasan matematika dan gender
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, atau pengaruh
kecemasan matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika tidak tergantung kepada pengaruh gender begitupun sebaliknya
pengaruh gender terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika tidak
bergantung kepada tinggi-rendahnya kecemasan siswa.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, perlu disampaikan
saran sebagai berikut:
1. Para pendidik, khususnya pendidik bidang studi matematika untuk lebih
memperhatikan proses pembelajaran, baik itu materi, metode pembelajaran,
strategi pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan lain sebagianya yang
lebih menyenagkan dan menarik perhatian peserta didik terhadap matematika,

73
74

sehingga peserta didik tidak merasa tertekan atau mengalami kecemasan yang
berlebihan terhadap matematika.
2. Kepada para pendidik untuk lebih memperhatikan hal-hal yang
mengakibatkan kesenjangan nilai yang terdapat pada peserta didik, khusunya
siswa laki-laki, seperti mengkondisikan lingkungan kelas, menggunakan
bahan ajar, menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang lebih
bersahabat dan menarik perhatian peserta didik secara menyeluruh
3. Kepada para pendidik untuk menggunakan metode atau strategi pembelajarn
yang dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, khususnya siswa
perempuan, dimana terdapat banyak diantara mereka yang kurang percaya
diri terhadap kemampuan matematika yang dimiliki
4. Guru hendaknya membiasakan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
kemampuan pemecahan masalah matematika dengan memperhatikan tingkat
kesukaran sesuai dengan meteri yang telah dikuasi siswa.
5. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan mengambil sampel yang lebih
banyak dan dari sekolah yang berbeda atau dari kurikulum yang berbeda,
serta sampel dari sekolah yang telah mebedakan kelas laki-laki dan kelas
perempuan, agar temuan lebih bervariasi.
75

DAFTAR PUSTAKA

Anita Wahyu Ika, Pengaruh Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety)


Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP, Jurnal Ilmiah,
Bandung, 2014.
Anoka et.al, How to Overcome Math Anxiety, Artikel Ilmiah,
(www.weber.edu/.../overcomemathanxiety.pdf), 2015.
Arief Budi Wicaksono dan M.Saufi, Mengolah Kecemasan Siswa dalam
Pembelajaran Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,
ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4, 2013.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2012.
Christie Blazer, Strategis for Reducing Anxiety, Information Capsule Research
Services, vol.1102, 2011.
Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: Toko Gunung Agung, cet-23, 2001.

Dzulfikar, Ahmad, Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif dalam Mengatasi


Kecemasan Matematika dan Mengembangkan Self Efficacy Matematis
Siswa, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan pendidikan
Matematika, FMIPA UNY, 2013.

Ebook, Mustofa Kamil, Analisis Gender dan Rencana Aksi dalam Pembangunan
Pendidikan,
(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_LUAR_SEKOL
AH/196111091987031-
MUSTOFA_KAMIL/Bhaan_kuliah/ANALISIS_GENDER_DAN_RENC
ANA_AKSI_DALAM_PEMBANGUNAN_PENDIDIKAN.pdf ) diakses
29-11-2015 pukul 03.45

Effandy Zakariah dan Norazah M. Nurdin, The Effects of Mathematics Anxiety


on Matriculation Studentsas Related to Motivation and Achievement ,
76

Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1),


27-30, 2008
Ellen Freedman, Do You Have Math Anxiety? A Self Test, www.math-
power.com diakses 11-11-2-15 pukul 03.15
Emzir, Metodelogi Penelitian Tindakan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008.
Fauzy, Ahmad, Pembelajaran Matematika di Indonesia Masuk Peringkat Rendah,
(http://nasional.sindonews.com/read/804091/15/pembelajaran-matematika-
di-indonesia-masuk-peringkat-rendah-1384111047) diakses 22-10-15
pukul 14.06.

Gail W. Stuart dan Sandra J Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, pen. Achir
Yani S. Hamid, Jakarta: EGC, 1998.
http://www.shavemagazine.com/women/10-Psychological-Differences-Between-
Men-and-Women diakses 29-12-2015 pukul 11.30
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/09/Pengertian-Kecemasan-dan-
Tingkat-Kecemasan-Menurut-Pendapat-Ahli.html# diakses 30-11-2015
pukul 00.52
Hudojo, Herman, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Malang : UNM, 2005.
Iswahyudi, Gatut, Aktivitas Metakognisi dalam Memecahkan Masalah
Pembuktian Langsung Ditinjau dari Gender dan Kemampuan Matematika,
disampaikan pada seminar nasional program studi pendidikan matematika
UNS 21 November 2012.
Jensen, Eric, Pemelajaran Berbasis Otak, Jakarta: Indeks, 2011.
Jhon. W. Santrock, Remaja, pen. Benedictine Widyasinta, Jakarta: Erlangga,
ed.11 jilid 1, 2007.
Joseph M.Furner dan Mary Lou Duffy, Equity for All Students in the New
Millenium: Disabling Math Anxiety, Artikel ilmiah U. LDOn, vol. 38,
No.2, 2002.
77

Josiah, Owolabi, and Etuk-iren Olubunmi Adejoke, Effect of Gender, Age and
Mathematics Anxiety on College Students’ Achievement in
Algebra, American Journal of Educational Research 2.7 (2014): 474-476.
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian, PT. RajaGrafindo Persada : Depok, 2015.
Lawshe, A Quantitative Approach to Content Validity, Personnel Psychology,
1975, 28, pp.567.

Martha Tapia, Berry College George E. Marsh II, The Relationship of Math
Anxiety and Gender, The University of Alabama, Summer ISSN 1096-
1453 Volume 8, Issue 2, 2004.
Matthew L. Newman, et.al, Gender Differences in Language Use: An Analysis of
14,000 Text Samples, Taylor & Francis Group, LLC, 2008.
Nafi’an Iman Muhammad, Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”Matematika dan
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran”, di Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY. ISBN: 978–979–16353–6–3, 2011.
OECD, PISA 2006 Science Competencies For Tomorrow’s World, Volume 1,
USA: OECD, 2007.
OECD, PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do Student
Performance in Readiing, Mathematics and Science, Vol.1, 2009.
Polya, George. How To Solve It, Princeton: Princeton University Press cet ke-2,
1973.
Principles Standar for School Mathematics NCTM: USA, 2000.
Sadia Mahmood dan Tahira Khatoon, Devloment and Validation of the
Mathematics Anxiety Scale for Secondary and Senior Secondary and
Senior Secondary School Students, British Journal of Art and Social
Sciences, vol.2 no.2, 2011.
Sambas A.M dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi,dan Jalur
dalam Penelitian, Pustaka Setia: Bandung, 2007.
78

Shodiq, Fajar, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, Yogyakarta:


Diknas PPPG Matematika, 2004.
Sobel dan Malestky, Pembelajaran Matematika, Jakarta: Erlangga, 2004.
Stuart dan Sundeen, Buku saku keperawatan jiwa, buku kedokteran jiwa, Jakarta:
EGC, 1991.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012.
Suharyadi, Hasil Belajar Matematika: Studi Korelasi Antara Konsep Diri,
Kecemasan dan Hasil Belajar Matematika Siswa SD Kelas V, Tesis UNJ,
2003
Sumardyono, Pengertian Dasar Problem Solving,
(https://erlisilitonga.files.wordpress.com/2011/12/pengertiandasarproblems
olving_smd.pdf) diakses 10-11-2015 pukul 06.30.
Suryawan Pribawanto Herry, Strategi Pemecahan Masalah Matematika,
(http://ebookbrowse.com/strategi-pemecahan-masalah-matematika-pdf-
d33814193), diakses 25-11-2015 pukul 17.16.
Susan B. Bastable, Perawat sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran, Pen. Gerde Wulandari dan Giantino Widiyanto, EGC:
Jakarta, 1999.
Susan Nolen-Hoeksema, Abnormal Psychology, New York : McGraw-Hill, 2007.
Susilo, Frans. Landasan Matematika, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Widjajanti Bondan Djamilah, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana
Mengembangkanya, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, 2009.
Yaya Sunarya, Strategi Meningkatkan Kualitas Tes Urain, Bandung: UPI, 2011.
Yogi Fitriani, Tri Jalmo Berti Yolida, Hubungan antara Gender dengan
Kemampuan Memecahkan Masalah, Jurnal Ilmiah FMIPA, FKIP UNILA,
Zubaidah Amir MZ, Perspektif Gender dalam Pembelajar Matematika, Artikel
Ilmiah, UPI Bandung, Vol. XII No.1, 2013.
79

Lampiran 1

Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Matematika

No Dimensi Indikator Butir Pernyataan Jumlah


Kecemasan Positif Negatif Butir
1 Kognitif Kemampuan diri 11, 26 16, 4 4
(berpikir) Kepercayaan diri 14 20 2
Sulit konsentrasi 27 21 2
Takut gagal 28 10 2
2 Afektif Gugup 13 23 2
(sikap) Kurang senang 8,18 9, 25 4
Gelisah 5 2 2
3 Fisiologis Rasa mual 22 7,12 3
(reaksi Berkeringat dingin 15 6, 24 3
kondisi Jantung berdebar 1 19 2
fisik) Sakit kepala 17 3 2
Jumlah Butir 13 15 28

Diadaptasi dari Suharyadi, Hasil Belajar Matematika: Studi Korelasi Antara Konsep Diri dan
Kecemasan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V (2002), Tesis PPs-UNJ, 2003
80

Lampiran 2

Kuesioner Kecemasan Matematika Sebelum Uji Coba

Dihadapan kamu terdapat sejumlah pernyataan. Jawablah semua daftar pernyataan itu sesuai
dengan keadaan yang kamu alami dan rasakan. Berilah tanda X pada kolom yang tersedia ;

 SS = Sangat Setuju
S = Setuju
 TS = Tidak Setuju
 STS = Sangat Tidak Setuju

Jawaban yang diberikan sama sekali tidak ada hubungannya dengan nilai akademik di
sekolah, dan terjamin kerahasiaanya.

Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tidak merasa deg-degan ketika guru matematika
menghampiri saya
2 Saya sulit tidur ketika keesokan harinya ada ulangan
matematika
3 Saya merasa pusing jika banyak hitungan perkalian yang harus
dikerjakan
4 Saya sulit menghafal rumus keliling dan luas lingkaran
5 Saya merasa tenang ketika sudah selesai mengerjakan PR
matematika
6 Saya berkeringat dingin ketika melihat soal ulangan
matematika berisi masalah luas lingkaran yang tidak rutin saya
kerjakan
7 Perut saya mules ketika guru memberikan PR mengenai
masalah keliling lingkaran yang belum pernah saya kerjakan
sebelumnya
8 Saya menyukai materi lingkaran dalam matematika
9 Saya kurang tertarik dengan penjelasan guru matematika yang
terlalu cepat karena susah dipahami
10 Saya takut setiap kali guru menyuruh saya mengerjakan soal
matematika di whiteboard
81

11 Saya yakin dengan kemampuan diri saya untuk mengerjakan


soal-soal keliling dan luas lingkaran
12 Setiap menghadapi ulangan matematika perut saya terasa mual
13 Saya siap ketika guru menanyakan PR matematika
14 saya yakin dapat mengalahkan teman-teman saya dalam
berlomba mendapatkan nilai matematika yang bagus
15 Bila saya diminta mengerjakan soal di whiteboard, saya tidak
pernah merasa berkeringkat dingin
16 Matematika adalah pelajaran yang sulit bagi saya
17 Saya tidak merasa pusing, meskipun soal memuat masalah
luas dan keliling lingkaran yang belum pernah dikerjakan
sebelumnya
18 Saya suka dengan pelajaran matematika karena akan membuat
pola pikir saya lebih baik
19 Saya merasa deg-degan setiap akan belajar matematika di
kelas
20 Jika diminta tampil di depan kelas untuk mengerjakan soal
matematika, saya tidak yakin dapat menjawabnya dengan
benar
21 Saya tidak berusaha untuk bertanya meskipun tidak dapat
mengerjakan soal matematika yang ditugaskan guru
22 Meskipun terasa mual, saya tetap berusaha semaksimal
mungkin untuk mengerjakan soal ulangan matematika
23 Saya merasa takut ketika guru bertanya, apakah kamu sudah
paham?
24 Ketika tidak dapat menjawab pertanyaan guru matematika
,saya langsung berkeringkat dingin
25 Pelajaran matematika itu membosankan
26 Mengerjakan masalah-masalah luas dan keliling lingkaran
terasa mudah bagi saya
27 Saya merasa belum jelas, karena itu saya berusaha untuk
bertanya lagi dengan guru matematika
28 Jika merasa belum jelas dengan materi yang diberikan oleh
guru matematika, saya akan bertanya langsung
82

Lampiran 3

Kuesioner Kecemasan Matematika Setelah Uji Coba

Dihadapan kamu terdapat sejumlah pernyataan. Jawablah semua daftar pernyataan itu sesuai
dengan keadaan yang kamu alami dan rasakan. Berilah tanda X pada kolom yang tersedia ;

 SS = Sangat Setuju
S = Setuju
 TS = Tidak Setuju
 STS = Sangat Tidak Setuju

Jawaban yang diberikan sama sekali tidak ada hubungannya dengan nilai akademik di
sekolah, dan terjamin kerahasiaanya.

Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tidak merasa deg-degan ketika guru matematika
menghampiri saya
2 Saya sulit tidur ketika keesokan harinya ada ulangan
matematika
3 Saya sulit menghafal rumus keliling dan luas
lingkaran
4 Saya berkeringat dingin ketika melihat soal ulangan
matematika berisi masalah luas lingkaran yang tidak
rutin saya kerjakan
5 Perut saya mules ketika guru memberikan PR
mengenai masalah keliling lingkaran yang belum
pernah saya kerjakan sebelumnya
6 Saya menyukai materi lingkaran dalam matematika
7 Saya takut setiap kali guru menyuruh saya
mengerjakan soal matematika di whiteboard
8 Saya yakin dengan kemampuan diri saya untuk
mengerjakan soal-soal keliling dan luas lingkaran
9 Setiap menghadapi ulangan matematika perut saya
terasa mual
10 Saya siap ketika guru menanyakan PR matematika
11 saya yakin dapat mengalahkan teman-teman saya
dalam berlomba mendapatkan nilai matematika yang
bagus
83

12 Matematika adalah pelajaran yang sulit bagi saya


13 Saya tidak merasa pusing, meskipun soal memuat
masalah luas dan keliling lingkaran yang belum
pernah dikerjakan sebelumnya
14 Saya suka dengan pelajaran matematika karena akan
membuat pola pikir saya lebih baik
15 Jika diminta tampil di depan kelas untuk
mengerjakan soal matematika, saya tidak yakin dapat
menjawabnya dengan benar
16 Saya tidak berusaha untuk bertanya meskipun tidak
dapat mengerjakan soal matematika yang ditugaskan
guru
17 Meskipun terasa mual, saya tetap berusaha
semaksimal mungkin untuk mengerjakan soal
ulangan matematika
18 Ketika tidak dapat menjawab pertanyaan guru
matematika ,saya langsung berkeringkat dingin
19 Pelajaran matematika itu membosankan
20 Mengerjakan masalah-masalah luas dan keliling
lingkaran terasa mudah bagi saya
21 Jika merasa belum jelas dengan materi yang diberikan
oleh guru matematika, saya akan bertanya langsung
84

Lampiran 4

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIKA SISWA SEBELUM CVR

Materi : Lingkaran
Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukuranya
Kompetensi Dasar : Menggunakan rumus keliling dan luas lingkaran dalam pemecahan
masalah
Indikator Materi Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Memahami Menyusun Melaksanakan Memeriksa
masalah rencana rencana kembali
Menghitung keliling 1a, 2a 1b, 2b 1c, 2c 1d,2d
lingkaran
Menyelesaikan 3a, 4a 3b, 4b 3c, 4c 3d, 4d
masalah yang
berkaitan dengan
keliling lingkaran
Menghitung luas 5a, 6a 5b, 6b 5c, 6c 5d,6d
lingkaran
Menyelesaikan 7a 7b 7c 7d
masalah yang
berkaitan dengan
luas lingkaran
Menyelesaikan 8a 8b 8c 8d
masalah yang
berkaitan dengan
luas lingkaran
85

Lampiran 5

Lembar Uji Validitas Isi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Metode Content Validity Ratio (CVR)
Pokok Bahasan Lingkaran

Untuk menguji validitas isi dari instrumen kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, para penilai dimohon untuk memberi koreksi
terhadap redaksi kalimat dan isi dengan memberi tanda ( ) disetiap soal yang berbentuk tes urain pada kolom berikut:
 E : Esensial (soal tersebut sangat penting untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika)
 TE : Tidak esensial (soal tersebut tidak terlalu penting untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika) atau
 TR : Tidak relevan (soal tersebut tidak ada kaitanya dengan kemampuan pemecahan masalah matematika)
Serta dimohon untuk memberi saran perbaikan pada kolom yang telah disediakan.

No Soal Jawaban E TE TR Saran Perbaikan


1 Gambar disamping adalah a. Diketahui
gabungan dari bangun Dia.lingkaran=sisi persegi=28 cm
persegi dan setengah Kel. daerah arsiran= kel. 3/2 lingkaran +
lingkaran, maka: panjang sisi persegi
b. Langkah-langkah penyelesaian
a. Apa yang kamu ketahui dari gambar 3/2 kel.lingkaran= 3/2. .d
tersebut? = 3/2.22/7.28cm= 132cm
b. Buatlah langkah-langkah penyelsaian Panjang sisi persegi= 28 cm
untuk menemukan keliling daerah yang c. Kel.daerah arsiran
diarsir? = 132 cm + 28 cm
c. Berapakah keliling daerah yang diarsir? = 160 cm
d. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
Periksalah!
86

2 Perhatikan gambar a. Diketahui


disamping! Gambar terdiri dari sebuah persegi panjang,
dengan p= 21cm dan l= 14 cm, dan 2 buah
lingkaran yang masing-masing diameternya
14cm dan 7 cm
b. Langkah-langkah penyelesaian
a. Apa yang kamu ketahui dari gambar Keliling daerah yang diarsir = kel. Ling.
tersebut? besar + keliling ling.kecil + 4 x sisi yang
b. Tulislah langkah-langkah untuk panjangnya 7cm
menemukan keliling daerah yang diarsir! =
c. Berapakah keliling daerah yang diarsir? = 22/7. 14cm + 22/7. 7cm + 28 cm
d. Apakah k kamu yakin dengan jawabanmu? c. Keliling daerah yang diarsir
Periksalah? = 44cm+22cm+28cm
= 94cm
3 Aninda memutar sebuah globe di perpustakan, a. Diketahui
ternyata saat ia memutar globe dari kutub 1 Putaran globe dari utar–selatan-utara =
utara ke selatan dan kembali lagi ke utara keliling 1 lingkaran = 88 cm
sebanyak 1 kali putaran, didapat hasil 88 cm, b. Langkah-langkah penyelesaian
maka: Kel. Lingkaran = 2x
a. Apa yang diketahui dari masalah diatas? 88 cm = 2x = (88 x 7) / 44
b. Buatlah langkah-langkah untuk = 14 cm
mengetahui panjang jari-jari globe? c. Panjang jari-jari
c. Berapakah jari-jari globe? = 14 cm
d. Periksa kembali jawabanmu dengan d. Kel. Lingkaran berdasarkan rumus
menggunakan rumus yang sesuai! Kel. Lingkaran = 2x
= 2 x 22/7 x 14 cm
= 88 cm
4 Valentino dan Rossi mengikuti perlombaan a. Diketahui
lari. Sirkuit pada perlombaan itu berbentuk r dalam : 100m
lingkaran dan memiliki dua lintasan lari. r luar : 2 m + 10 m = 102 m
Lintasan dalam memiliki jari-jari 100 meter, b. Gambar lintasan sirkuit
sedangkan lintasan luar memiliki jari-jari 2
87

meter lebih besar dari lintasan dalam. Jika


Valentino berada di lintasan dalam sedangkan
Rossi berada di lintasan luar, maka:
a. Apa yang diketahui dari masalah diatas?
b. Gambarlah lintasan yang ditempuh oleh
Valentino dan Rossi! 100m
c. Apakah jarak yang ditempuh oleh 2m
Valentino dan Rossi dalam satu kali c. Tidak sama
putaran sama?
d. Periksalah kembali jawabanmu pada point d. Valentino menempuh jarak
c dengan menghitung masing-masing jarak
yang ditempuh! Rossi menempuh jarak
= 2 = 2x3,14x102 = 640,56 m
5 a. Diketahui
EFGH adalah bangun persegi, Sisi persegi = dia.lingkaran = 14cm
jika panjang AB = 14 cm, b. Gambar lain daerah arsiran
maka: Luas daerah arsiran = ½
luas persegi

a. Apa yang diketahui dari gambar diatas?


b. Buatlah gambar yang berbeda namun
jumlah daerah arsiran sama, untuk
memudahkan mencari luas daerah yang c. Luas daerah yang diarsi
diarsir! = ½ x 14cm x 14cm
c. Berapakah luas daerah yang diarsir? = 98 cm2
d. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
Periksalah!
88

6 a. Diketahui
Perhatikan gambar Sisi persegi= 14 cm
disamping! Luas daerah yang diarsir = luas persegi –
luas lingkaran
b. Langkah-langkah penyelesaian
Luas persegi= 14cm.14cm = 196 cm2
a. Apa yang kamu ketahui dari gambar Luas lingkaran= .r2 = 22/7.7.7=154 cm2
tersebut? c. Luas daerah yang diarsir
b. Buatlah langkah-langkah untuk = 196 cm2- 154cm2
menemukan luas daerah yang diarsir! = 42 cm2
c. Berapakah luas daerah yang diarsir?
d. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
Periksalah!
7 Pak Adi memiliki sebidang a. Diketahui
kebun yang berbentuk Panjang kebun = dia. Daerah untuk
persegi, dengan panjang menanam palawija = 70m
sisinya 70m. Kebun Luas untuk menanam jagung = luas kebun-
tersebut terlihat seperti luas daerah untuk menanam palawija
gambar disamping. Daerah b. Luas kebun untuk tanaman jagung
yang diarsir digunakan untuk menanam L = (70mx70m) –(1/4x 70mx70m)
jagung, sedangkan daerah tengahnya = 490m2-385m2
digunakan untuk menanam palawija. Maka: = 105 m2
a. Apa yang diketahui dari uraian diatas? c. Biaya untuk pupuk Ponska
b. Berapa luas tanah yang digunakan untuk = ¾ x luas kebun jagung x Rp 1000,00
menanam jagung? = Rp 78.750,00
c. Jika perbandingan luas daerah tanaman d. Biaya = (luas seluruh-luas yang diberi
jagung yang diberi pupuk Urea dan Ponska pupuk urea) x Rp 1000,00
adalah 1: 3. Berapa biaya untuk membeli = (105-1/4 x 105) x Rp 1000,00
pupuk Ponska jika harganya Rp = Rp 78.750,00
1000,00/m2?
d. Periksalah jawabanmu pada poin c dengan
mengunakan alternatif jawaban lain!
89

8 Sebuah taman akan dibangun di depan gedung a. Informasi yang diketahui


kedutaan Korea, bentuk taman tersebut Diameter taman = 21 dm
menyerupai icon bendera Korea, yaitu Diameter batu = 2 dm
lingkaran berdiameter 28 dm yang terbelah Daerah tuli merah = daerah tulip biru = ½
garis yang membentuk huruf S. Taman luas lingkaran
tersebut akan ditanami bunga tulip merah dan b. Sketsa taman
tulip biru yang saling bersebelahan.. Maka:
a. Apa yang diketahui dari masalah diatas?
b. Buatlah sketsa taman dari masalah
tersebut!
c. Berapakah luas taman yang digunakan
untuk menanam tulip merah dan tulip biru?
d. Periksa kembali jawabanmu pada point c
dengan memberikan alasan yang relevan! c. Luas taman untuk tulip biru = luas taman
untuk tulip merah = ½ x luas lingkaran = ½
x ¼ x 22/7 x 28dm x 28 dm
= 308 dm2
d. Karena lengkungan garis S membagi
wilayah sama luas, yaitu ½ taman untuk
masing-masing bunga

Jakarta, Februari 2016


Pakar evaluasi

(.................................................)
90

Lampiran 6

Lembar Perbaikan Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Saran Dosen dan Guru Senior

(Instrumen Valid Berdasarkan CVR)

No. Soal Saran Perbaikan Soal Setelah Diperbaiki


Soal
1 a. Soal tidak perlu dijelaskan
Gambar disamping adalah gabungan b. Pertanyaan langsung ke Perhatikan gambar
dari bangun persegi dan setengah point c, karena point c disamping, lalu jawablah
lingkaran, maka: sudah mewakili pertanyaan soal berikut!
point a dan b
a. Apa yang kamu ketahui dari gambar tersebut?
b. Buatlah langkah-langkah penyelsaian untuk a. Berapakah keliling daerah yang diarsir?
menemukan keliling daerah yang diarsir? b. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
c. Berapakah keliling daerah yang diarsir? Periksalah!
d. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu? Periksalah!
2 Perhatikan gambar disamping! a. Pertanyaan langsung ke Perhatikan gambar
point c, karena point c disamping!
sudah mewakili pertanyaan
point a dan b

a. Apa yang kamu ketahui dari gambar tersebut? a. Berapakah keliling daerah yang diarsir?
b. Tulislah langkah-langkah untuk menemukan keliling b. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
daerah yang diarsir! Periksalah?
c. Berapakah keliling daerah yang diarsir?
d. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu? Periksalah?
91

4 Valentino dan Rossi mengikuti perlombaan lari. Sirkuit a. Gunakan nama yang lebih Udin dan Bejo mengikuti perlombaan lari.
pada perlombaan itu berbentuk lingkaran dan memiliki realistis Sirkuit pada perlombaan itu berbentuk
dua lintasan lari. Lintasan dalam memiliki jari-jari 100 b. Berikan keterangan bahwa lingkaran dan memiliki dua lintasan lari.
meter, sedangkan lintasan luar memiliki jari-jari 2 meter mereka berlari pada garis Lintasan dalam memiliki jari-jari 100 m,
lebih besar dari lintasan dalam. Jika Valentino berada di start yang sama sedangkan lintasan luar memiliki jari-jari 2
lintasan dalam sedangkan Rossi berada di lintasan luar, meter lebih besar daripada lintasan dalam.
maka: Jika Udin berada di lintasan dalam dan Bejo
a. Apa yang diketahui dari masalah diatas? berada di lintasan luar serta mereka berlari
b. Gambarlah lintasan yang ditempuh oleh Valentino dan pada garis start yang sama, maka:
Rossi! a. Apa yang diketahui dari masalah diatas?
c. Apakah jarak yang ditempuh oleh Valentino dan Rossi b. Gambarlah lintasan yang ditempuh oleh
dalam satu kali putaran sama? Udin dan Bejo!
d. Periksalah kembali jawabanmu pada point c dengan c. Apakah jarak yang ditempuh oleh Udin
menghitung masing-masing jarak yang ditempuh! dan Bejo dalam satu kali putaran sama?
d. Periksalah kembali jawabanmu pada point
c dengan menghitung masing-masing jarak
yang ditempuh!
5 EFGH adalah bangun persegi, jika a. Pertanyaan langsung ke EFGH adalah bangun persegi,
panjang AB = 14 cm, maka: point b jika panjang AB = 14 cm,
b. Kata “untuk memudahkan maka:
mencari luas daerah yang
diarsir” pada pertanyaan di
poin b di hilangkan
a. Apa yang diketahui dari gambar diatas? a. Buatlah gambar yang berbeda dari soal
b. Buatlah gambar yang berbeda namun jumlah daerah namun jumlah daerah arsiran sama!
arsiran sama, untuk memudahkan mencari luas daerah b. Berapakah luas daerah yang diarsir?
yang diarsir! c. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
c. Berapakah luas daerah yang diarsir? Periksalah!
d. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu? Periksalah!
92

7 Pak Adi memiliki sebidang kebun a. Soal yang lebih akrab Sebuah taman berbentuk persegi yang
yang berbentuk persegi, dengan dengan dunia siswa panjangnya 70 m. Di tengah-tengah taman
panjang sisinya 70m. Kebun tersebut b. Tidak perlu ada gambar dibangun kolam berbentuk lingkaran yang
terlihat seperti gambar disamping. c. Ganti pertanyaan pada poin diameternya samadengan panjang taman.
Daerah yang diarsir digunakan untuk d, karena akan Area diluar kolam akan ditanami rumput
menanam jagung, sedangkan daerah membinggunkan siswa gajah dan rumput jepang, maka:
tengahnya digunakan untuk menanam palawija. Maka: a. Apa yang diketahui dari uraian diatas?
a. Apa yang diketahui dari uraian diatas? b. Berapakah luas tanah diluar kolam?
b. Berapa luas tanah yang digunakan untuk menanam c. Jika perbandingan luas daerah untuk
jagung? menanam rumput jepang dan rumput
c. Jika perbandingan luas daerah tanaman jagung yang gajah adalah 1 : 3, berapa biaya untuk
diberi pupuk Urea dan Ponska adalah 1: 3. Berapa membeli rumput gajah jika harganya Rp
biaya untuk membeli pupuk Ponska jika harganya Rp 1000,00/m2?
1000,00/m2? d. Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
d. Periksalah kembali jawabanmu pada poin c dengan Periksalah!
mengunakan alternatif jawaban lain!
8 Sebuah taman akan dibangun di depan gedung kedutaan a. Kata Korea ditambah Sebuah taman akan dibangun di depan
Korea, bentuk taman tersebut menyerupai icon bendera menjadi Korea Selatan gedung kedutaan Korea Selatan, bentuk
Korea, yaitu lingkaran berdiameter 28 dm yang terbelah taman tersebut menyerupai icon bendera
garis yang membentuk huruf S. Taman tersebut akan Korea, yaitu lingkaran berdiameter 28 dm
ditanami bunga tulip merah dan tulip biru yang saling yang terbelah garis yang membentuk huruf S.
bersebelahan, maka: Taman tersebut akan ditanami bunga tulip
a. Apa yang diketahui dari masalah diatas? merah dan tulip biru yang saling
b. Buatlah sketsa taman dari masalah tersebut! bersebelahan, maka:
c. Berapakah luas taman yang digunakan untuk a. Apa yang diketahui dari masalah diatas?
menanam tulip merah dan tulip biru? b. Buatlah sketsa taman dari masalah
d. Periksa kembali jawabanmu pada point c dengan tersebut!
memberikan alasan yang relevan! c. Berapakah luas taman yang digunakan
untuk menanam tulip merah dan tulip biru?
d. Periksa kembali jawabanmu pada point c
dengan memberikan alasan yang relevan!
93

Lampiran 7

Lembar Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Dihadapanmu terdapat 5 soal yang berhubungan dengan keliling dan luas lingkaran, jawablah
setiap pertanyaan sesuai perintah yang diberikan. Isilah data siswa dengan lengkap serta
berdoalah sebelum mengerjakan dan berusahalah semaksimal mungkin untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan. Trima Kasih dan Good luck 
Data siswa
Nama :
Jenis kelamin :
Kelas :

No Masalah Penyelesaian
.
1. Perhatikan gambar
disamping, lalu
jawablah soal
berikut!
a. Berapakah keliling daerah yang
diarsir?
b. Apakah kamu yakin degan
jawabanmu? Periksalah!
2. Udin dan Bejo mengikuti perlombaan
lari. Sirkuit pada perlombaan itu
berbentuk lingkaran dan memiliki dua
lintasan lari. Lintasan dalam memiliki
jari-jari 100 meter, sedangkan lintasan
luar memiliki jari-jari 2 meter lebih besar
dari lintasan dalam. Jika Udin berada di
lintasan dalam sedangkan Bejo berada di
lintasan luar dan mereka berlari pada
garis start yang sama, maka:
a. Apa yang diketahui dari masalah
diatas?
b. Gambarlah lintasan yang ditempuh
oleh Udin dan Bejo!
94

c. Apakah jarak yang ditempuh Udin


dan Bejo dalam satu kali putaran
sama?
d. Periksalah kembali jawabanmu pada
point c dengan menghitung masing-
masing jarak yang ditempuh!
3. EFGH adalah bangun
persegi, jika panjang AB
= 14 cm, maka:

a. Buatlah gambar yang berbeda namun


jumlah daerah arsiran sama!
b. Berapakah luas daerah yang diarsir?
c. Apakah kamu yakin dengan
jawabanmu? Periksalah!
4. Sebuah taman berbentuk persegi yang
panjangnya 70m. Di tengah-tengah taman
dibangun kolam berbentuk lingkaran
yang diameternya samadengan panjang
taman. Area diluar kolam akan ditanam
rumput gajah dan rumput jepang, maka :
a. Apa yang diketahui dari uraian diatas?
b. Berapakah luas tanah diluar kolam?
c. Jika perbandingan luas untuk
menanam rumput jepang dan rumput
gajah adalah 1: 3. Berapa biaya untuk
membeli rumput gajah jika harganya
Rp 1000,00/m2?
d. Apakah kamu yakin dengan
jawabanmu? Periksalah!
95

5. Sebuah taman akan dibangun di depan


gedung kedutaan Korea Selatan, bentuk
taman tersebut menyerupai icon bendera
Korea, yaitu lingkaran berdiameter 28 dm
dan terbelah oleh lengkungan yang
membentuk huruf S. Taman tersebut akan
ditanami bunga tulip merah dan tulip biru
yang saling bersebelahan. Maka:
a. Apa yang diketahui dari masalah
diatas?
b. Buatlah sketsa taman dari masalah
tersebut!
c. Berapakah luas taman untuk menanam
tulip merah dan tulip biru?
d. Periksa kembali jawabanmu pada
point c dengan memberikan alasan
yang relevan!
96

Lampiran 8

Tabel Skor Kecemasan Matematika Siswa Laki-laki Kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan

No. Skor Item Total


Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Skor
1 Sultan abdul aziz 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 27
2 Marta Rico 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 28
3 Wawan setiawan 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 1 2 1 33
4 Choirul Bahri 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 34
5 M. Fahmi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 35
6 Muhammad Riandi 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 36
7 M. Noval Maulana 2 1 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 36
8 Ikram Ilhami 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 36
9 setiawan Alief Antena 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 36
10 Naufal Daffa Adli 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 37
11 Muhammad Fikri S. 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 37
12 Ahmad Fauzi 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 38
13 Muhammad Rafli 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 38
14 Afriansyah 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 38
15 Salman alfarisi 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 39
16 Doni Taufik saputra 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 41
17 Aldriansyah 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 41
18 Muhammad Naufal M. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 42
19 Faras Nur Hidayat 1 2 2 3 2 4 2 1 2 2 2 4 3 2 1 1 2 2 1 1 2 42
20 Gilang Putra R. 2 1 1 1 2 2 4 2 2 3 2 1 3 4 1 2 2 1 2 2 2 42
21 Ruma Sasil Alwan 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 42
22 Ari Izmail 2 2 3 1 3 2 2 1 2 1 4 3 2 1 4 1 1 2 1 3 1 42
23 Aldi Ansyah 2 2 3 1 1 3 4 2 1 3 3 2 2 2 1 1 1 1 2 3 2 42
97

24 Muhamad Revan 2 2 3 2 1 1 2 3 1 3 2 3 2 1 3 2 2 4 1 2 1 43
25 M. Iqbal 1 2 2 1 3 1 1 3 1 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 1 43
26 Lutfi Setiawan 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 1 2 2 45
27 Rahmad Hidayat 1 2 1 3 1 3 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 3 1 3 2 45
28 Hafizd Setiawan 1 1 3 2 1 2 3 2 2 1 2 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 45
29 Zulfah Akbar 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 1 45
30 Raka Majid Arrasyid 2 2 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 4 1 1 3 3 3 2 45
31 Gevin Ari Prasetyo 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 46
32 Yusro Hamidah 3 2 3 3 1 4 3 2 1 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 47
33 Muhamad Taufik 3 4 4 2 2 2 4 2 2 2 3 1 1 3 1 1 2 4 2 1 2 48
34 Rivan Hayatul 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 1 2 2 3 2 2 48
35 Agi Winda 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 4 2 1 2 3 3 2 3 3 3 48
36 Rapli Rapei 1 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 2 1 2 3 4 2 2 1 2 1 49
37 Naufal Hamiz 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 2 2 50
38 Trimanfudin 3 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 51
39 Muhamad Abdul R. 3 3 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 52
40 Pidi Marki 3 1 2 1 3 3 4 1 3 2 4 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 53
41 Naufal Rapli 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 4 1 2 3 1 2 4 2 4 3 54
42 Wely Zebpriadi 2 3 2 1 3 3 3 2 4 2 1 4 4 1 3 4 4 2 2 3 1 54
43 Ridho Abdi 3 4 3 3 1 2 4 3 2 2 2 2 2 1 3 4 2 4 2 3 3 55
44 M. Revin Dwitama 3 4 2 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 1 2 2 2 3 55
45 Umar Tanco 3 3 4 4 2 2 4 3 2 2 1 3 3 1 2 4 3 2 2 3 3 56
46 Mediansyah 2 2 3 3 2 2 3 3 4 3 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 56
47 Akbar Idjuli 4 3 3 4 4 2 4 3 1 2 3 1 3 1 1 2 4 2 4 1 4 56
48 Rifqi Milzam 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 56
49 Ahmad Rizky Haikal 2 4 3 3 2 4 3 2 1 3 3 3 3 3 4 2 1 3 3 3 1 56
50 M. Duta Aby Rezky 2 3 4 4 3 1 4 2 2 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 1 57
51 Idil Fitra 3 2 2 2 3 3 1 3 2 4 4 3 4 4 1 3 4 2 1 4 3 58
52 Kiki Wahyuni 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 4 3 2 3 3 2 2 3 2 2 62
98

53 Muhamad Raihan 3 4 4 3 1 4 4 3 1 1 3 4 3 4 3 2 2 2 4 4 3 62
54 Lazuardi Iqbal 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 62
55 Rifki Hazran 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 22 2 2 2 4 2 1 63
56 Agus Febrianto 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 64
57 M. Alif Baihaqi 4 3 4 3 4 2 3 3 2 3 3 4 2 3 4 2 2 4 4 3 2 64
58 Febrika Pratama 3 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 65
59 Wiro Gunawan T. 4 2 3 4 3 4 4 2 2 4 1 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 69
60 M. Irsad Damis 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 1 4 4 3 1 70
99

Lampiran 9

Tabel Skor Kecemasan Matematika Siswa Perempuan Kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan

No. Skor Item Total


Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Skor
1 Risma Aulia 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 26
2 Mia 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 27
3 Marchella Miranda 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 28
4 Maulidil Afdhilla 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 29
5 Ira Ardiah 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 30
6 Mita Deswari 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 34
7 Fairuza Aresi 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 35
8 meilisca kusuma wijaya 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 35
9 Risma Dwi .s 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 35
10 Rahadatul Aisy Irwandi 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 36
11 Sulis Yuliyani 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 36
12 Firda Aulia 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 36
13 Widya Rahma 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 37
14 Icha amanda Putri 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 38
15 Elia kinanti N 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 38
16 Mega Wahyuni 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 38
17 Ika Siyam Pratiwi 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 39
18 Amanda Chairunnisa 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40
19 Amelia Alfani 2 2 3 1 1 2 3 1 1 2 2 2 2 3 1 2 1 2 3 3 1 40
20 Dewi Lestari 4 4 3 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 40
21 Fida Patarani 2 2 2 2 1 3 2 1 3 1 2 2 2 3 2 1 4 1 2 2 1 41
22 Elita Rahmah 2 2 2 1 3 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 41
23 Dyah Ayu Nurullita 1 3 1 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 42
100

24 Fitri Handayani 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 42
25 Anisa Mutiara Ofwi 1 3 2 2 3 2 3 1 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 1 43
26 Shinta 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 1 3 4 1 3 2 1 1 2 1 2 43
27 Yulia Siti Fauziah 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 2 43
28 Luthfia Wardah R. 2 2 3 2 1 2 3 1 2 2 1 3 4 1 3 2 2 2 2 2 2 44
29 Widi Nursyifa 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 44
30 Huswatun Hasanah 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 45
31 Lidia Kanda 3 2 3 4 1 3 1 2 3 2 3 1 3 2 3 2 1 1 3 2 1 46
32 Yla Setia Wati 3 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 3 3 47
33 Putri Nadiah 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 47
34 Yusi Rosalina 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 4 3 2 2 2 4 1 3 48
35 Miftahul Fallah 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 1 4 2 3 1 3 49
36 Maulina Rachman Yanti 2 2 2 2 2 3 2 1 1 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 49
37 Tika Hersita 2 2 3 2 3 2 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 1 2 2 2 49
38 Tenny Hendra 2 3 3 3 1 2 4 2 1 2 2 3 3 2 4 2 2 3 1 3 2 50
39 Fony Noor Setyani 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 50
40 Inggrid Novtavia 1 3 3 2 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 4 2 2 3 4 4 2 50
41 Amanda Ayu Wandhira 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 50
42 Hafshah Dinda 2 3 2 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 51
43 Fajarwati 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 52
44 Sivina Nur Annisa 2 1 2 2 1 2 3 2 1 2 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 52
45 Rintis 4 3 3 2 3 3 1 2 4 2 1 3 3 1 4 1 3 4 3 2 1 53
46 Karmila Amelia 2 4 3 4 2 2 3 4 1 3 2 3 2 2 3 4 4 1 2 3 54
47 Fadhilla Nadyatuzzahra 3 3 4 3 2 3 4 1 2 4 1 4 4 2 2 1 4 3 3 1 1 55
48 Shintya Debby 1 2 1 4 1 2 3 4 4 1 1 3 3 3 2 3 4 3 2 4 4 55
49 Sabrina Dewi Lestari 2 2 3 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 2 57
50 Vladimira Firda 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 4 4 2 2 4 2 2 59
51 Alfiah Zahra 1 1 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 1 2 1 3 3 4 2 59
52 Amanda Kinanti 3 3 4 3 3 3 4 1 2 4 1 3 3 4 3 3 2 4 3 3 1 60
101

53 Popi Atika 2 3 4 3 2 3 3 2 2 4 3 4 4 3 3 2 2 2 4 4 3 62
54 Sri Wahyuni 3 4 3 3 4 4 4 1 3 3 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 62
55 Evi Melia 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 63
56 Khalilah Andriani 1 4 4 3 4 3 3 4 1 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 1 63
57 Ulinnajah Fadhillah 3 3 3 4 4 3 3 3 4 1 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 63
58 Azzahra Larasati 3 3 4 3 2 4 3 4 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 66
59 Nuraini Putri Rassanti 4 4 3 3 2 4 3 4 1 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 1 70
60 Mutiara Kusuma W. 2 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 71
102

Lampiran 10

Daftar Siswa Laki-laki kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan yang Diputuskan sebagai
Sampel

No. Nama siswa Skor kecemasan Tingkat kecemasan


1 Sultan abdul aziz 27 Rendah
2 Marta Rico 28 Rendah
3 Wawan setiawan 33 Rendah
4 Choirul Bahri 34 Rendah
5 M. Fahmi 35 Rendah
6 Muhammad Riandi 36 Rendah
7 M. Noval Maulana 36 Rendah
8 Ikram Ilhami 36 Rendah
9 setiawan Alief Antena 36 Rendah
10 Naufal Daffa Adli 37 Rendah
11 Muhammad Fikri S. 37 Rendah
12 Ahmad Fauzi 38 Rendah
13 Muhammad Rafli 38 Rendah
14 Afriansyah 38 Rendah
15 Salman alfarisi 39 Rendah
16 Doni Taufik saputra 41 Rendah
17 Aldriansyah 41 Rendah
18 Muhammad Naufal M. 42 Rendah
19 Faras Nur Hidayat 42 Rendah
20 Gilang Putra R. 42 Rendah
21 Ruma Sasil Alwan 42 Rendah
22 Ari Izmail 42 Rendah
23 Muhamad Abdul R. 52 Tinggi
24 Pidi Marki 53 Tinggi
25 Naufal Rapli 54 Tinggi
26 Wely Zebpriadi 54 Tinggi
27 Ridho Abdi 55 Tinggi
28 M. Revin Dwitama 55 Tinggi
103

29 Umar Tanco 56 Tinggi


30 Mediansyah 56 Tinggi
31 Akbar Idjuli 56 Tinggi
32 Rifqi Milzam 56 Tinggi
33 Ahmad Rizky Haikal 56 Tinggi
34 M. Duta Aby Rezky 57 Tinggi
35 Idil Fitra 58 Tinggi
36 Kiki Wahyuni 62 Tinggi
37 Muhamad Raihan 62 Tinggi
38 Lazuardi Iqbal 62 Tinggi
39 Rifki Hazran 63 Tinggi
40 Agus Febrianto 64 Tinggi
41 M. Alif Baihaqi 64 Tinggi
42 Febrika Pratama 65 Tinggi
43 Wiro Gunawan T. 69 Tinggi
44 M. Irsad Damis 70 Tinggi
104

Lampiran 11

Daftar Siswa Perempuan kelas VIII MTs. Khazanah Kebajikan yang Diputuskan sebagai
Sampel

No. Nama Siswa Skor Kecemasan Tingkat Kecemasan


1 Risma Aulia 26 Rendah
2 Mia 27 Rendah
3 Marchella Miranda 28 Rendah
4 Maulidil Afdhilla 29 Rendah
5 Ira Ardiah 30 Rendah
6 Mita Deswari 34 Rendah
7 Fairuza Aresi 35 Rendah
8 meilisca kusuma wijaya 35 Rendah
9 Risma Dwi .s 35 Rendah
10 Rahadatul Aisy Irwandi 36 Rendah
11 Sulis Yuliyani 36 Rendah
12 Firda Aulia 36 Rendah
13 Widya Rahma 37 Rendah
14 Icha amanda Putri 38 Rendah
15 Elia kinanti N 38 Rendah
16 Mega Wahyuni 38 Rendah
17 Ika Siyam Pratiwi 39 Rendah
18 Amanda Chairunnisa 40 Rendah
19 Amelia Alfani 40 Rendah
20 Dewi Lestari 40 Rendah
21 Fida Patarani 41 Rendah
22 Elita Rahmah 41 Rendah
23 Fony Noor Setyani 50 Tinggi
24 Inggrid Novtavia 50 Tinggi
25 Amanda Ayu Wandhira 50 Tinggi
26 Hafshah Dinda 51 Tinggi
27 Fajarwati 52 Tinggi
28 Sivina Nur Annisa 52 Tinggi
105

29 Rintis 53 Tinggi
30 Karmila Amelia 54 Tinggi
31 Fadhilla Nadyatuzzahra 55 Tinggi
32 Shintya Debby 55 Tinggi
33 Sabrina Dewi Lestari 57 Tinggi
34 Vladimira Firda 59 Tinggi
35 Alfiah Zahra 59 Tinggi
36 Amanda Kinanti 60 Tinggi
37 Popi Atika 62 Tinggi
38 Sri Wahyuni 62 Tinggi
39 Evi Melia 63 Tinggi
40 Khalilah Andriani 63 Tinggi
41 Ulinnajah Fadhillah 63 Tinggi
42 Azzahra Larasati 66 Tinggi
43 Nuraini Putri Rassanti 70 Tinggi
44 Mutiara Kusuma W. 71 Tinggi
106

Lampiran 12

Tabel Skor Uji Validitas Instrumen Kecemasan Matematika

Item
Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah
s1 2 2 3 3 1 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 58
s2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 3 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 53
s3 2 1 1 2 3 2 4 1 4 3 2 3 4 2 3 1 2 4 3 2 3 4 2 3 2 3 3 2 71
s4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 1 3 12 3 3 4 3 3 3 3 97
s5 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 79
s6 2 3 3 2 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 70
s7 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 1 73
s8 2 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 82
s9 1 1 1 3 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 4 1 1 2 1 1 49
s10 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 1 4 2 2 2 1 52
s11 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 1 2 1 1 3 3 2 2 2 2 52
s12 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 1 3 2 2 4 3 3 3 83
s13 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 4 2 67
s14 2 4 3 4 1 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 1 1 85
s15 1 1 3 1 1 2 2 1 4 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 1 45
s16 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 53
107

s17 2 3 4 1 1 3 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 1 3 2 2 1 1 55
s18 1 3 4 3 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 3 2 4 4 3 2 66
s19 2 2 3 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 1 2 1 2 59
s20 4 3 3 3 2 3 1 1 2 3 2 1 2 1 4 2 1 2 3 2 1 1 4 1 2 2 2 1 59
s21 2 2 3 1 4 2 1 1 2 2 4 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 54
s22 3 1 4 2 1 3 1 2 4 4 4 1 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 67
s23 1 3 3 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 1 49
s24 1 3 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 3 3 3 3 2 2 1 2 1 50
Jumlah 49 54 66 53 41 58 49 49 62 60 55 44 53 54 58 59 51 59 54 58 60 59 63 59 55 56 49 41 1528
108

Lampiran 13
Tabel Output Uji Validitas Instrumen Kecemasan Matematika dengan SPSS Versi
16.00
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
item1 61.63 182.592 .465 .904
item2 61.42 176.949 .507 .903
item3 60.92 185.036 .259 .908
item4 61.46 180.085 .528 .903
item5 61.96 185.433 .274 .907
item6 61.25 179.239 .738 .901
item7 61.63 172.940 .677 .900
item8 61.63 179.462 .684 .901
item9 61.08 183.471 .309 .907
item10 61.17 180.493 .476 .904
item11 61.38 173.723 .647 .901
item12 61.83 171.275 .770 .898
item13 61.46 178.346 .655 .901
item14 61.42 179.906 .674 .902
item15 61.25 190.370 .099 .909
item16 61.21 180.607 .504 .904
item17 61.54 173.129 .787 .898
item18 61.21 177.824 .593 .902
item19 61.42 184.862 .358 .906
item20 61.25 185.413 .429 .905
item21 61.17 161.188 .462 .915
item22 61.21 182.085 .470 .904
item23 61.04 186.042 .226 .908
item24 61.21 180.607 .504 .904
item25 61.38 175.462 .677 .900
item26 61.33 180.145 .634 .902
item27 61.63 183.375 .392 .905
item28 61.96 181.172 .588 .903

Langkah-langkah perhitungan Validitas dengan SPSS Versi 16.00:

1. Buka data kecemasan matematika pada SPSS


2. Klik menu Analyze, Scale, Reliability Analysis
3. Pilih Alpha
4. Masukan semua Item ke kotak Items
5. Klik kotak Statistic, pilih Item, Scale, Scale If Item deleted
6. Klik Continue,
7. Klik OK
109

Lampiran 14

Tabel Keputusan Uji Validitas Instrumen Kecemasan Matematika

No. Item r hitung r tabel Keterangan


1 0,465 0,404 valid
2 0,507 0,404 valid
3 0,259 0,404 Tidak valid
4 0,528 0,404 valid
5 0,274 0,404 Tidak valid
6 0,738 0,404 valid
7 0,677 0,404 valid
8 0,684 0,404 valid
9 0,309 0,404 Tidak valid
10 0,476 0,404 valid
11 0,647 0,404 valid
12 0,770 0,404 valid
13 0,655 0,404 valid
14 0,674 0,404 valid
15 0,099 0,404 Tidak valid
16 0,504 0,404 valid
17 0,787 0,404 valid
18 0,593 0,404 valid
19 0,358 0,404 Tidak valid
20 0,429 0,404 valid
21 0,462 0,404 valid
22 0,470 0,404 valid
23 0,226 0,404 Tidak valid
24 0,504 0,404 valid
25 0,677 0,404 valid
26 0,634 0,404 valid
27 0,392 0,404 Tidak valid
28 0,588 0,404 valid

Kriteria instrumen valid:


r hitung > r tabel
110

Lampiran 15

Tabel Koefisien Reabilitas Instrumen Kecemasan Matematika

Cronbach's Alpha N of Items r tabel Keterangan

0,404 Instrumen
.907 28
Reliabel

Langkah-langkah perhitungan Reliabelitas dengan SPSS Versi 16.00:


1. Buka data kecemasan matematika pada SPSS
2. Klik menu Analyze, Scale, Reliability Analysis
3. Pilih Alpha
4. Masukan semua Item ke kotak Items
5. Klik kotak Statistic, pilih Item, Scale, Scale If Item deleted
6. Klik Continue,
7. Klik OK
8. Gunakan tabel Reliability Coeffcients
9. Kreteria Instrumen Reliabel:
Koefisien Cronbach’s Alpha > r tabel
111

Lampiran 16

Perhitungan CVR Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

No. Butir Soal E TE TR CVR Keterangan


1 9 0 0 1,0 Valid
2 8 1 0 0,78 Valid
3 6 1 2 0,33 Tidak Valid
4 8 1 0 0,78 Valid
5 9 0 0 1,0 Valid
6 7 2 0 0,56 Tidak Valid
7 8 1 0 0,78 Valid
8 8 1 0 0,78 Valid
Jumlah Butir Valid 6

Rumus CVR =

Dengan:
: Jumlah responden yang menyatakan sesuai atau essential
N : Total respon
Keputusan butir soal valid jika CVR 0,78
112

Lampiran 17

Tabel Perolehan Skor Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematis

Item
Subjek 1 2 3 4 5 6
S1 9 9 9 9 8 8
S2 9 9 6 6 9 0
S3 9 9 11 6 11 11
S4 0 9 9 9 9 9
S5 4 4 11 9 9 11
S6 9 4 11 9 8 11
S7 9 9 7 6 9 11
S8 9 9 11 9 9 11
S9 6 9 8 2 0 0
S10 6 6 0 0 0 0
S11 6 9 7 9 9 6
S12 9 9 0 9 9 9
S13 9 9 11 9 9 11
S14 9 9 0 0 0 0
S15 6 6 4 0 9 6
S16 9 9 8 9 7 9
S17 8 7 9 9 9 11
S18 9 9 11 1 9 7
S19 6 9 8 3 9 9
S20 9 9 11 0 9 9
S21 9 2 10 9 9 11
S22 2 9 0 9 0 0
S23 8 9 5 2 9 4
S24 0 0 4 0 0 0
113

Lampiran 18

Tabel Output Uji Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


dengan SPSS Versi 16.00

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item1 34.88 198.549 .553 .807

item2 35.25 215.065 .203 .853

item4 35.00 153.826 .723 .759

item5 37.25 168.804 .525 .807

item7 35.79 151.563 .776 .747

item8 36.00 136.000 .787 .741

Langkah-langkah perhitungan Uji validitas dengan SPSS Versi 16.00:

1. Buka data kemampuan pemecahan masalah matematika pada SPSS


2. Klik menu Analyze, Scale, Reliability Analysis
3. Pilih Alpha
4. Masukan semua item ke kotak Items
5. Klik kotak Statistic, pilih Item, Scale, Scale If Item deleted
6. Klik Continue
7. Klik OK
114

Lampiran 19

Tabel Keputusan Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis

Nomor Soal r hitung r tabel Keterangan


1 0,553 0,404 valid
2 0,203 0,404 Tidak valid
4 0,723 0,404 Valid
5 0,525 0,404 Valid
7 0,776 0,404 Valid
8 0,787 0,404 Valid

Kriteria instrumen valid:


r hitung > r tabel
115

Lampiran 20

Tabel Koefisien Reliabelitas Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis

Cronbach's Alpha N of Items r tabel Keterangan

.820 6 0,404 Instrumen reliabel

Langkah-langkah perhitungan Reliabelitas dengan SPSS Versi 16.00:


1. Buka data kemampuan pemecahan masalah matematika pada SPSS
2. Klik menu Analyze, Scale, Reliability Analysis
3. Pilih Alpha
4. Masukan semua Item ke kotak Items
5. Klik kotak Statistic, pilih Item, Scale, Scale If Item deleted
6. Klik Continue,
7. Klik OK
8. Gunakan tabel Reliability Coeffcients
9. Kreteria Instrumen Reliabel:

Koefisien Cronbach’s Alpha > r tabel


116

Lampiran 21

Tingkat Kesukaran Soal

1. Contoh perhitungan tingkat kesukaran (TK) soal nomor 1


Data nilai soal nomor 1: 9 9 9 9 4 9 9 9 6 6 9 9 9 6 9 8 9 9 9 9 9 9 8 0
2. Tentukan rata-rata dari skor nomor 1

Mean =

Mean = = 7,96

3. Menentukan nilai TK
̅
TK =

TK = = 0,72

4. Menentukan klasifikasi TK, karena nilai TK 0,72 maka soal nomor satu
masuk dalam klasifikasi mudah.
5. Untuk soal nomor 2 samapai 5 dihitung dengan cara yang sama
117

Tabel Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal

Item Soal
No Subjek 1 2 3 4 5
1 S1 9 10 9 8 8
2 S2 9 6 6 9 0
3 S3 9 11 6 11 11
4 S4 9 9 9 9 9
5 S5 4 11 9 9 11
6 S6 9 11 9 8 11
7 S7 9 7 6 9 11
8 S8 9 11 9 9 11
9 S9 6 8 2 0 0
10 S10 6 0 0 0 0
11 S11 9 7 9 9 6
12 S12 9 11 9 9 9
13 S13 9 11 9 9 11
14 S14 9 0 0 0 0
15 S15 6 4 0 9 6
16 S16 9 8 9 7 9
17 S17 8 11 9 9 11
18 S18 9 11 1 9 7
19 S19 9 11 3 9 9
20 S20 9 11 0 9 9
21 S21 9 10 9 9 11
22 S22 9 0 9 0 0
23 S23 8 5 2 9 4
24 S24 0 4 0 0 0
Jumlah 191 188 134 169 164
Mean 7,96 7,83 5,58 7,04 6,83
TK 0,72 0,71 0,51 0,64 0,62
Kategori Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang
118

Lampiran 22

Daya Pembeda Soal

1. Contoh perhitungan daya pembeda (DB) soal nomor 1

Data nilai soal nomor 1: 9 9 9 9 4 9 9 9 6 6 9 9 9 6 9 8 9 9 9 9 9 9 8 0

2. Menentukan kelas atas dan kelas bawah


a. Urutkan data dari nilai tertinggi ke terendah : 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
98866640
b. Bagi data menjadi dua ( kelas atas dan kelas bawah)

c. Mean kelas atas =

= 9,00

d. Mean kelas bawah =

= 5,19

3. Menentukan nilai DB

̅ ̅
DB =

DB =

DB = 0,43
4. Menentukan klasifikasi daya pembeda soal. Karena nilai DB pada soal nomor
1 = 0,43 maka soal nomor satu memiliki daya pembeda yang baik.
5. Untuk soal nomor 2 dan selanjutnya, ditentukan dengan cara yang sama.
119

Tabel Perhitungan Daya Pembeda Soal

Item Soal
No Subjek 1 2 3 4 5
1 S1 9 10 9 8 8
2 S2 9 6 6 9 0
3 S3 9 11 6 11 11
4 S4 9 9 9 9 9
5 S5 4 11 9 9 11
6 S6 9 11 9 8 11
7 S7 9 7 6 9 11
8 S8 9 11 9 9 11
9 S9 6 8 2 0 0
10 S10 6 0 0 0 0
11 S11 9 7 9 9 6
12 S12 9 11 9 9 9
13 S13 9 11 9 9 11
14 S14 9 0 0 0 0
15 S15 6 4 0 9 6
16 S16 9 8 9 7 9
17 S17 8 11 9 9 11
18 S18 9 11 1 9 7
19 S19 9 11 3 9 9
20 S20 9 11 0 9 9
21 S21 9 10 9 9 11
22 S22 9 0 9 0 0
23 S23 8 5 2 9 4
24 S24 0 4 0 0 0
Mean A 9,00 10,83 9,00 9,17 10,33
Mean B 5,19 4,83 2,17 4,92 3,33
DB 0,43 0,55 0,62 0,39 0,64
Kategori Baik Baik Baik Cukup Baik
120

Lampiran 23

Tabel Distribusi Kemamapuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Laki-laki


dengan Kecemasan Matematika Rendah

1. Menentukan Distribusi Frekuensi


83,64 72,73 69,09 65,45 54,55 54,55 52,73 52,73
49,09 47,27 45,45 45,45 43,64 40 40 38,18
36,36 36,36 34,55 34,55 30,91 30,91
2. Menentukan Rentang (R)
R = Max – Min
= 83,64 – 30,91
= 52,73
3. Menentukan Banyak Kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 22
= 5,43
= 5 atau 6 (diambil 5)
4. Menentukan Panjang Kelas (P)
P=

= 10,55
= 10 atau 11 (diambil 11)
5. Tabel Distribusi Frekuensi
No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif
1 30 – 40 9 40,91%
2 41 – 51 5 22,73%
3 52 – 62 4 4,55%
4 63 – 73 3 13,64%
5 74 – 84 1 4,55%
Jumlah 22 100%
121

Lampiran 24
Tabel Distribusi Kemamapuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Laki-laki
dengan Kecemasan Matematika Tinggi
1. Menentukan Distribusi Frekuensi
58,18 58,18 50,91 50,91 47,27 40 40 40
40 36,36 36,36 32,73 29,09 29,09 29,09
29,09 29,09 25,45 21,82 21,82 21,82 18,18
2. Menentukan Rentang (R)
R = Max – Min
= 58,18 – 18,18
= 40
3. Menentukan Banyak Kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 22
= 5,43
= 5 atau 6 (diambil 6)
4. Menentukan Panjang Kelas (P)
P=
=
= 6,67
= 6 atau 7 (diambil 7)
5. Tabel Distribusi Frekuensi

No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif (%)


1 18 - 24 4 18,18%
2 25 - 31 6 27,27%
3 32 - 38 3 13,64%
4 39 - 45 4 18,18%
5 46 - 52 3 13,64%
6 53 - 59 2 9,09%
Jumlah 22 100%
122

Lampiran 25

Tabel Distribusi Kemamapuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Perempuan dengan Kecemasan Matematika Rendah

1. Menentukan Distribusi Frekuensi


69,09 67,27 67,27 65,45 65,45 65,45 61,82 61,82
58,18 58,18 56,36 56,36 54,55 52,73 50,91
49,09 49,09 47,27 47,27 40 40 34,55
2. Menentukan Rentang (R)
R = Max – Min
= 69,09 – 34,55
= 34,54
3. Menentukan Banyak Kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 22
= 5,43
= 5 atau 6 (diambil 6)
4. Menentukan Panjang Kelas (P)
P=

= 5,76
= 5 atau 6 (diambil 6)
5. Tabel Distribusi Frekuensi
No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif (%)
1 34 - 39 1 4,55%
2 40 - 45 2 9,09%
3 46 - 51 5 22,73%
4 52 - 57 4 18,18%
5 58 - 63 4 18,18%
6 64 - 70 6 27,27%
Jumlah 22 100%
123

Lampiran 26

Tabel Distribusi Kemamapuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Perempuan dengan Kecemasan Matematika Tinggi

1. Menentukan Distribusi Frekuensi


54,55 54,55 54,55 50,91 50,91 47,27 47,27 45,45
43,64 41,82 40 40 40 34,55 32,73 32,73
29,09 29,09 27,27 25,45 23,64 21,82
2. Menentukan Rentang (R)
R = Max – Min
= 54,55 – 21,82
= 32,73
3. Menentukan Banyak Kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 22
= 5,43
= 5 atau 6 (diambil 6)
4. Menentukan Panjang Kelas (P)
P=

= 5,45
= 5 atau 6 (diambil 6)
5. Tabel Distribusi Frekuensi
No. Skor Frek. Absolut Frek. Relatif (%)
1 19 - 24 2 9,09%
2 25 - 30 4 18,18%
3 31 - 36 3 13,64%
4 37 - 42 4 18,18%
5 43 - 48 4 18,18%
6 49 - 55 5 22,73%
Jumlah 22 100%
124

Lampiran 27
Tabel Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan
Kelompok Gabungan Tingkat Kecemasan Matematika dan Gender

No A1B1 A2B1 A1B2 A2B2


1 83,64 58,18 69,09 54,55
2 72,73 58,18 67,27 54,55
3 69,09 50,91 67,27 54,55
4 65,45 50,91 65,45 50,91
5 54,55 47,27 65,45 50,91
6 54,55 40 65,45 47,27
7 52,73 40 61,82 47,27
8 52,73 40 61,82 45,45
9 49,09 40 58,18 43,64
10 47,27 36,36 58,18 41,82
11 45,45 36,36 56,36 40
12 45,45 32,73 56,36 40
13 43,64 29,09 54,55 40
14 40 29,09 52,73 34,55
15 40 29,09 50,91 32,73
16 38,18 29,09 49,09 32,73
17 36,36 29,09 49,09 29,09
18 36,36 25,45 47,27 29,09
19 34,55 21,82 47,27 27,27
20 34,55 21,82 40 25,45
21 30,91 21,82 40 23,64
22 30,91 18,18 34,55 21,82
Total 1058,19 785,44 1218,16 867,29
Max 83,64 58,18 69,09 54,55
Min 30,91 18,18 34,55 21,82
Mean 48,09 35,70 55,37 39,42
Median 45,45 34,55 56,36 40,00
Modus 30,91 29,09 65,45 40,00
Varians 201,74 138,06 96,23 112,53
SD 14,20 11,75 9,81 10,61

Keterangan :
A1 B1 : Kelompok siswa laki-laki dengan kecemasan matematika rendah
A2 B1 : Kelompok siswa laki-laki dengan kecemasan matematika tinggi
A1 B2 : Kelompok siswa perempuan dengan kecemasan matematika rendah
A2 B2 : Kelompok siswa perempuan dengan kecemasan matematika tinggi
125

Lampiran 28
Tabel Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Kelompok
Kecemasan Matematika dan Gender
No. A1 A2 B1 B2
1 83,64 69,09 83,64 58,18
2 72,73 67,27 72,73 58,18
3 69,09 67,27 69,09 50,91
4 65,45 65,45 65,45 50,91
5 54,55 65,45 54,55 47,27
6 54,55 65,45 54,55 40
7 52,73 61,82 52,73 40
8 52,73 61,82 52,73 40
9 49,09 58,18 49,09 40
10 47,27 58,18 47,27 36,36
11 45,45 56,36 45,45 36,36
12 45,45 56,36 45,45 32,73
13 43,64 54,55 43,64 29,09
14 40 52,73 40 29,09
15 40 50,91 40 29,09
16 38,18 49,09 38,18 29,09
17 36,36 49,09 36,36 29,09
18 36,36 47,27 36,36 25,45
19 34,55 47,27 34,55 21,82
20 34,55 40 34,55 21,82
21 30,91 40 30,91 21,82
22 30,91 34,55 30,91 18,18
23 58,18 54,55 69,09 54,55
24 58,18 54,55 67,27 54,55
25 50,91 54,55 67,27 54,55
26 50,91 50,91 65,45 50,91
27 47,27 50,91 65,45 50,91
28 40 47,27 65,45 47,27
126

29 40 47,27 61,82 47,27


30 40 45,45 61,82 45,45
31 40 43,64 58,18 43,64
32 36,36 41,82 58,18 41,82
33 36,36 40 56,36 40
34 32,73 40 56,36 40
35 29,09 40 54,55 40
36 29,09 34,55 52,73 34,55
37 29,09 32,73 50,91 32,73
38 29,09 32,73 49,09 32,73
39 29,09 29,09 49,09 29,09
40 25,45 29,09 47,27 29,09
41 21,82 27,27 47,27 27,27
42 21,82 25,45 40 25,45
43 21,82 23,64 40 23,64
44 18,18 21,82 34,55 21,82
Total 1843,63 2085,45 2276,35 1652,73
Max 83,64 58,18 83,64 69,09
Min 30,91 18,18 18,18 21,82
Mean 51,73 37,56 40,91 47,39
Median 51,82 38,18 40,00 48,18
Modus 40,00 29,09 40,00 40,00
Varians 159,05 125,93 205,06 167,02
SD 12,61 11,22 14,31 12,92

Keterangan:
A1 : Siswa dengan kecemasan matematika rendah
A2 : Siswa dengan kecemasan matematika tinggi
B1 : Siswa Laki-laki
B2 : Siswa Perempuan
127

Lampiran 29
Tabel Output Perhitungan Uji Normalitas

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
A1B1 .143 22 .200 .913 22 .054

A2B1 .168 22 .109 .937 22 .172


*
A1B2 .121 22 .200 .949 22 .299
*
A2B2 .113 22 .200 .941 22 .209

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Langkah-langkah perhitungan uji normalitas dengan SPSS Versi 16.00:


1. Buka file data kemampuan pemecahan masalah matematika
2. Pilih menu Analyze
3. Pilih sub menu Descriptive Statistics, klik Explore
4. Masukan semua variabel (KPMM) pada kotak Dipendent List, kemudian
pilih Plots lalu beri ceklist pada kotak Normality plots with test
5. Klik continue
6. Klik OK
128

Lampiran 30

Tabel Output Uji Homogenitas

a
Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable:KPMM

F df1 df2 Sig.

.830 3 84 .481

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent
variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Kecemasan

Langkah-langkah uji homogenitas dengan SPSS Versi 16.00:

1. Masukan data KPMM kedalam 1 kolom


2. Pada kolam A di kolom values beri lebel 1 untuk kecemasan rendah dan 2
untuk kecemasan tinggi
3. Pada kolom B di kolom values beri label 1 untuk laki-laki dan 2 untuk
perempuan
4. Pilih menu Analyze dan klik General Linear Model
5. Klik univariate, masukan KPMM ke dalam Dipendent Variabel, A dan B
kedalam Fixed Factor (s), kemudian klok Options
6. Masukan data A dan B kedalam Display Means for dan pilih Homogenity test
7. Klik Continue
8. Klik OK
129

Lampiran 31

Tabel Persiapan ANOVA Dua Jalan

A1B1 A2B1 A1B2 A2B2


No Y1 Y12 Y2 Y22 Y3 Y32 Y4 Y42
1 83,64 6995,65 58,18 3384,912 69,09 4773,43 54,55 2975,70
2 72,73 5289,65 58,18 3384,912 67,27 4525,25 54,55 2975,70
3 69,09 4773,43 50,91 2591,828 67,27 4525,25 54,55 2975,70
4 65,45 4283,70 50,91 2591,828 65,45 4283,70 50,91 2591,83
5 54,55 2975,70 47,27 2234,453 65,45 4283,70 50,91 2591,83
6 54,55 2975,70 40 1600 65,45 4283,70 47,27 2234,45
7 52,73 2780,45 40 1600 61,82 3821,71 47,27 2234,45
8 52,73 2780,45 40 1600 61,82 3821,71 45,45 2065,70
9 49,09 2409,83 40 1600 58,18 3384,91 43,64 1904,45
10 47,27 2234,45 36,36 1322,05 58,18 3384,91 41,82 1748,91
11 45,45 2065,70 36,36 1322,05 56,36 3176,45 40 1600,00
12 45,45 2065,70 32,73 1071,253 56,36 3176,45 40 1600,00
13 43,64 1904,45 29,09 846,2281 54,55 2975,70 40 1600,00
14 40 1600,00 29,09 846,2281 52,73 2780,45 34,55 1193,70
15 40 1600,00 29,09 846,2281 50,91 2591,83 32,73 1071,25
16 38,18 1457,71 29,09 846,2281 49,09 2409,83 32,73 1071,25
17 36,36 1322,05 29,09 846,2281 49,09 2409,83 29,09 846,23
18 36,36 1322,05 25,45 647,7025 47,27 2234,45 29,09 846,23
19 34,55 1193,70 21,82 476,1124 47,27 2234,45 27,27 743,65
20 34,55 1193,70 21,82 476,1124 40 1600,00 25,45 647,70
21 30,91 955,43 21,82 476,1124 40 1600,00 23,64 558,85
22 30,91 955,43 18,18 330,5124 34,55 1193,70 21,82 476,11
Jumlah 1058,2 55134,95 785,44 30940,98 1218,2 69471,4382 867,29 36553,7159
130

Lampiran 32

Tabel Perhitungan Persiapan ANOVA

STATISTIK A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 JUMLAH


n 22 22 22 22 88
∑ 1058,19 785,44 1218,16 867,29 3929,08
∑ 55134,95 30940,98 69471,44 36553,72 192101,09
∑ 4236,49 2899,34 2020,81 2363,17 11519,82
y 48,10 35,70 55,37 39,42 178,59

1. Menghitung jumlah kuadrat (JK)



JK(T) = ∑ Yt2 -

= 192101,09 -

= 192101,09 – 175428,06
= 16673,02
∑ ∑
JK(A) =∑

= + -

= 117767,48 + 62079,92 – 175428,0


= 4419,34
∑ ∑
JK(B) =∑

= + -

= 77249,354 + 98843,221 - 175428,06

= 664,51

∑ ∑
JK(AB) =∑ –

= + + + – 4419,34

– 664,51
= 69,3492545


JK(D) =∑ ∑ - )=∑

= 11519,82139
131

2. Menentukan derajat kebebasan (db) masing-masing varians


db(T) = nt – 1 = 87
db(A) = na – 1 = 1
db(B) = nb – 1= 1
db(AB) = (na-1) (nb-1) = 1
db(D) = nt – (na) (nb) = 87
3. Menentukan rata-rata Jumlah Kuadrat (RJK)
RJK(A) = JK(A) : db(A)
= 4419,34
RJK(B) = JK(B) : db(B)
= 664,51
RJK(AB) = JK(AB) : db(AB)
= 69,3492545
RJK(D) = JK(D) : db(D)
= 137,14

4. Menentukan Fo
Fo(A) = RJK(A) : RJK(D)
= 32,22

Fo(B) = RJK(B) : RJK(D)


= 4,85

Fo(AB) = RJK(AB): RJK(D)


= 0,51

5. Menyusun Tabel ANOVA

Sumber Varians JK db RJK F0 Ftabel


Antar A 4419,339823 1 4419,34 32,22 3,95
Antar B 664,51 1 664,51 4,85 3,95
Interaksi AB 69,35 1 69,35 0,51 3,95
Dalam 11519,82 84 137,14
Total 16673,02084 87
132

6. Mennetukan besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat


a) Pengaruh kecemasan matematika

W2 = = = = 0,261899

Hal ini berarti kecemasan matematika dapat menjelaskan 26,19 % variasi


skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
b) Pengaruh gender

W2 = = = = 0,0419

Hal tersebut menunjukan bahwa perbedaan gender dapat menjelaskan


4,19% variasi skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
7. Uji lanjut dengan t-Dunnet
a) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelompok
A1 dan A2
H0 :
H1 :
b) Perbedaan kemmapuan pemecahan masalah matematika pada kelompok
B1 dan B2
H0 :
H1 :
c) Menentukan t hitung
̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅
to (A1 – A2) = = 4,01
√ √

̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅
to (B1 – B2) = = - 1,83
√ √

d) Tabel uji lanjut dengan t-Dunnet

Perbandingan Selisih Mean t hitung t tabel Kesimpulan


A1 & A2 14,17 4,01 1,66 Signifikan
B1 & B2 -6,48 -1,83 -1,66 Signifikan
133

Lampiran 33
134
135
136
137
138
139
140

Lampiran 34

Anda mungkin juga menyukai