Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Rifky Dian Hasna
(1111017000041)
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
8. Ibu Hj. Patra Patiah, M.Biomed., Kepala SMA Negeri 87 Jakarta tempat
penulis melakukan penelitian, yang telah mengizinkan penulis melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
9. Ibu Dra. Hj. Irdawati, dan Ibu Suprapti, S.Pd yang telah memberikan
semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi.
10. Siswa dan siswi kelas XII MIA tahun ajaran 2015/2016 SMA Negeri 87
Jakarta yang telah memberikan semangat kepada penulis.
11. Siswa dan siswi kelas XI MIA tahun ajaran 2015/2016 SMA Negeri 87
Jakarta khususnya kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2 yang telah bersikap
kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
12. Keluarga besar tercinta, terutama kedua orangtua Bapak Sumarwadi, Mama
Binti Hasanah, dan adik Reyza Ardhianul Huda yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, dukungan dan semangat kepada penulis. Semoga Bapak,
Mama dan Adik selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
13. Sahabat seperjuangan selama perkuliahan, Anis Ermayani, Elza Fauza,
Fitriana Rahmawati, Nurul Hidayatur Rahmah, Revi Apriyani, Siti
Khosyyatillah, dan Yuni Alifah yang sudah memberi semangat, ide, nasihat,
bantuan dan menjadi tempat curahan hati penulis selama kuliah dan
penyusunan skripsi. Semangat untuk kita.
14. Teman-teman PPKT, yang selalu menyemangati dan selalu memberikan
keceriaan kepada penulis.
15. Teman seperjuangan saat skipsi, Kholifah, yang selalu memberikan saran,
semangat, terimakasih ya.
16. Rizki Mulia Pradana, S.Pd yang selalu memberikan semangat, dukungan dan
doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2011.
Terimakasih atas kebersamaan dan bantuannya selama ini baik langsung
maupun tidak langsung.
18. Kakak kelas angkatan 2010 yang sudah membantu penulis selama
penyusunan skripsi ini.
iv
Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada semua pihak yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdoa
mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa
yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT
di dunia dan akhirat, Amin yaa Robbal „alamin.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih belum mendekati sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkandemi kesempurnaan
penulis di masa datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian
pada umumnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………… i
ABSTRACT …………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………... ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………...... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………. 5
C. Pembatasan Maslah ………………………………………. 6
D. Perumusan Masalah ………………………………………. 6
E. Tujuan Penelitian …………………………………………. 7
F. Manfaat Penelitian ………………………………………... 7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN …………………………………. 9
A. Deskripsi Teoritis …………………………………………. 9
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis …………….. 9
a. Pengertian kemampuan berpikir intuitif
matematis …………………………………………. 9
b. Indikator kemampuan berpikir intuitif
matematis …………………………………………. 14
2. Pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) ………………………………………… 16
a. Pengertian Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model)………………………………… 16
b. Tahapan pembelajaran …………………………… 18
3. Pembelajaran Konvensional………………………...... 20
vi
B. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………… 21
C. Kerangka Berpikir ………………………………………... 22
D. Hipotesis Penelitian ………………………………………. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………. 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………… 26
B. Metode dan Desain Penelitian …………………………… 26
C. Populasi dan Sampel …………………………………….. 27
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 28
E. Instrumen Penelitian …………………………………….. 28
1. Validitas Instrumen ………………………………….. 31
2. Reliabilitas Instrumen ……………………………….. 33
3. Taraf Kesukaran …………………………………….. 33
4. Daya Pembeda ………………………………………. 34
F. Teknik Analisis Data ……………………………………. 36
1. Uji Normalitas ………………………………………. 36
2. Uji Homogenitas ……………………………………. 37
3. Uji Hipotesis ………………………………………… 37
G. Hipotesis Statistik ………………………………………. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 40
A. Deskripsi Data ………………………………………….. 40
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen …………………………………………. 40
2. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas
Kontrol ………………………………………………. 42
3. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Berdasarkan
Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis…. 45
4. Perbandingan Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan
Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis ….. 47
B. Analisis Data ………………………………………………. 50
1. Uji Prasyarat …………………………………………… 50
vii
2. Uji Hipotesis …………………………………………... 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………….... 52
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 70
A. Kesimpulan …………………………………………………. 70
B. Saran ……………………………………………………….. 71
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis …. 47
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas …………………………………. 51
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas…………………………..…… 51
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji-t ………………………………. 52
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Pengetahuan dan Pengalaman yang Sudah Dimiliki
Sebelumnya ……………………………………… 62
Gambar 4.14 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Menggunakan
Pengetahuan dan Pengalaman yang Sudah Dimiliki
Sebelumnya ……………………………………… 63
Gambar 4.15 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Berdasarkan
Generalisasi Dari Contoh atau Konsep ………….. 65
Gambar 4.16 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Berdasarkan
Generalisasi Dari Contoh atau Konsep ………….. 65
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Lampiran 24 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus,
Kuartil, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, Ketajaman
Kelas Eksperimen ……………………………………….. 225
Lampiran 25 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus,
Kuartil, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, Ketajaman
Kelas Kontrol ………………………………………..….. 228
Lampiran 26 Perhitungan Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator ……………. 231
Lampiran 27 Perhitungan Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator …………………. 232
Lampiran 28 Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen ……… 233
Lampiran 29 Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Kontrol ………….. 234
Lampiran 30 Perhitungan Uji Homogenitas …………………………. 235
Lampiran 31 Perhitungan Pengujian Hipotesis ………………………. 236
Lampiran 32 Tabel “r” product moment ……………………………… 238
Lampiran 33 Nilai Kritis Distribusi Chi-Kuadrat ……………………. 239
Lampiran 34 Nilai Kritis Distribusi-t …………………………………. 240
LEMBAR UJI REFERENSI
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lia Kurniawati, “Pendekatan Pemecahan Maslah dalam Upaya Mengatasi Kesulitan-
kesulitan Siswa pada Soal Cerita” dalam Abdul Muin dan Gusni Satriawati (eds), Pendekatan
Baru dan Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007),
h.45.
2
Agisna Anindya Putri, “Mengingkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Keas VII C SMP Aggrek Banjarmasin melalui Model Pembelajaran STAD dan Scramble”,
makalah diprsesntasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
FMIPA UNY, Yogyakarta, 9 November 2013.
3
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), Cet.VIII, h.171.
1
2
4
Munir, “Model Penalaran Intuitif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”,
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
FMIPA UNY, Yogyakarta, 10 November 2012.
5
Mulyaningrum Lestari, dkk, “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Intuisi
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpkir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Sragen”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol.3, 2015, h.744.
6
Munir, loc. cit..
7
T. Ben-Zeev dan J. Star, Intuitive Mathematics: Theoretical and Educational
Implications.Dalam B. Torff & R.J. Sternberg, Undertanding and teaching the intuitif mind:
student and teacher learning. (Mahwa, N.J. : Lawrence Erlbaum Associates. pp. 7.
8
Nasution, op. cit., h.10.
9
Agus Sukmana, Profil Berpikir Intuitif Matematik, (LPPM Universitas Katholik
Parahiyangan Bandung, 2011), h. 25
3
10
Nana Syaodih Sukamdinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 132.
11
Agus Sukmana, op.cit, h. 11
12
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik (Suatu Alternnatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 2
13
PISA 2012 Result: What Student Know and Can Do (PISA: OECD Publishing, 2014),
h.19.
4
14
KOMPAS, Skor PISA: Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci, 2013,
(http://www.kopertis12.or.id), diakses tanggal 24 september 2015.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika yang ada belum efektif untuk membuat siswa aktif.
15
Praja Achsani Winasmadi, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Model Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga kelas VII”,
Jurnal Pendidikan Unnes, 2011, h. 120.
6
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini lebih terarah dan terfokus, dibuatlah pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir intuitif yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi
oleh 3 indikator, yaitu: kemampuan menyelesaikan masalah secara logis
(masuk akal), kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya dan
kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep.
2. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI MIA
3. Penelitian ini dilakukan pada materi aturan pencacahan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)?
2. Bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang
diajar dengan pembelajaran konvensional?
7
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan penelitian dari penulis bertujuan untuk:
1. Mengkaji kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
2. Mengkajii kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional
3. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir intuitif matematis
siswa yang diajar dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model) dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional
F. Manfaat Penelitian
Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan berpikir intuitif matematis siswa, maka
diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir
intuitif matematisnya dengan menggunakan Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model)
2. Bagi Guru
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran matematika dan
menjadikan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) sebagai
salah satu alternative model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
pembelajaran matematika, serta sebagai sumber informasi mengenai
penggunaan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) jika
digunakan dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi Sekolah
8
A. KAJIAN TEORI
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari
kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu, dapat,
berada, kaya, mempunyai harta berlebihan).1 Kemampuan adalah sesuatu yang
dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya.2 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability)
merupakan kecakapan setiap individu untuk menyelesaikan pekerjaannya atau
menguasai hal-hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan, kemampuan juga
dapat dilihat dari tindakan tiap-tiap individu.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental
atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau
manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang
disimpan. Dengan demikian, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari
beberapa peristiwa atau item.
Definisi intuisi menurut beberapa ahli disajikan dalam Tabel 2.1
sebagai berikut:3
Tabel 2.1
Definisi Intuisi Menurut Para Ahli
Sumber Definisi
Bruner Intuition implies the act of grasping the meaning,significance, or
structure of a problem or situation without explicit reliance on the
analytic apparatus of one's craft.
1
KBBI, Pengertian mampu, 2015, (http://kbbi.web.id/mampu), diakses 25 Agustus 2015
2
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.78
3
Sukmana, op.cit, h. 14.
9
10
4
Efrain Fischbein, Intuition in science and mathematics: and educational approach
Dordrecht D. Reidel, 1987. pp.71.
5
Nasution, op.cit. h.12.
12
1). Faktor guru. Siswa-siswa akan turut berpikir intuitif bila gurunya melakukan
hal yang demikian. Siswa-siswa tidak akan berpikir intuitif andaikan mereka
tidak pernah melihat bagaimana gurunya melakukan demikian dengan hasil
yang baik.
2). Penguasaan bahan. Orang yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih
sering berpikir intuitif bila dibandingkan dengan orang yang tidak
menguasainya. Intuisi adalah memperoleh jawaban berdasarkan keterangan
yang sangat terbatas.
3). Struktur pengetahuan. Memahami struktur atau seluk-beluk suatu bidang ilmu
memberi kemungkinan yang lebih besar untuk berpikir intuitif.
4). Prosedur heuristik. Menemukan jawaban dengan cara yang tidak ketat,
misalnya menganjurkan siswa untuk menemukan jawaban atas masalah yang
pelik dengan memikirkan masalah yang ada persamaannya yang lebih
sederhana atau berpikir secara analogi.
5). Menerka. Siswa terkadang sering dianjurkan untuk menerka, meskipun hasil
terkaan mereka tidak sesuai. Namun sering terkaan memberi kemungkinan
untuk mendapatkan jawaban yang tepat, walaupun masih perlu dibuktikan
kemudian. Dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik, kita juga sering
harus mengambil keputusan berdasarkan data yang tidak lengkap, sehingga
harus menerka apa tindakan yang sebaiknya dilakukan.
Kemampuan berpikir intuitif matematis merupakan kemampuan
seseorang memahami dan sekaligus menemukan strategi yang tepat dan cepat
dalam menyelesaikan masalah yang muncul secara spontan, bersifat segera
(immediate), global atau mungkin secara tiba-tiba (suddently) dan tidak
diketahuhi dari mana asalnya.6 Melalui berpikir intuitif, seseorang mungkin
sampai pada jawaban atau pemecahan yang sama sekali tidak dapat dipecahkan
6
Muniri, “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika”, Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika , FMIPA UNY, Yogyakarta, l 9 November 2013. h. 1.
13
Jawaban spontan
Hasil Pemecahan
Masalah
7
Aan Hasanah, “Berpikir Intuitif (Intuisi) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam
mengembangkan berpikir kreatif”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1, 2011, h.123.
8
Sofia Sa’o, “Berpikir Intuitif dalam Pembelajaran Matematika”, Makalah
dipresentasikan dalam seminar nasional TEQIP, Universitas Negeri Malang, 1 Desember 2014.
h.171.
9
Ibid. h.174.
14
10
Muniri, op. cit., h. 4.
15
11
Sukmana, A., & Wahyudin. A Teaching Material Development for Developing
Students’ Intitive Thinking Through RAECT Contextual Teaching Approach., Mat Stat, 11(2),
2011, pp. 78.
12
Frieda Parker, A Study of the Role of Intuition in the Development of Students’
Understanding of Span and Linear Independence in an Elementary Linear Algebra Class.
Proceedings of the 13th Annual Conference on Research in Undergraduate Mathematics
Education. 2010. Pp. 11.
16
13
Trianto, Mendesain Model Pembelaaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2009)h. 22
17
14
ibid, h.22.
15
Praja Achsani Winasmadi, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Model Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga kelas VII”,
Jurnal Pendidikan Unnes, 2011, h. 121.
16
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif da Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet.10, h.10
17
Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun. Model of Teaching (Eight Edition). Terj.
Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.138.
18
b. Tahapan Pembelajaran
Menurut Uno, Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
mempunyai tiga tahap dalam proses pembelajaran. Pertama adalah tahap
kategorisasi, yaitu upaya mengkategorisasikan sesuatu yang sesuai atau tidak
sesuai dengan konsep yang diperoleh. Kemudian masuk ke tahap selanjutnya
(kedua), kategori yang tidak sesuai disingkirkan, dan kategori yang sesuai
digabungkan sehingga membentuk suatu konsep. Setelah itu, suatu konsep
tertentu baru dapat disimpulkan (ketiga). Tahap terakhir inilah yang dimaksud
dengan perolehan konsep.18
Menurut Joyce, Wiel dan Calhoun, sintak dari pemilihan berorientasi
model Concept Attainment yaitu: Tahap pertama, penyajian data dan identifikasi
konsep, meliputi: (a) guru memberikan contoh yang telah dilabeli, (b) siswa
membandingkan sifat-sifat atau ciri-ciri dalam contoh, dan (c) siswa menjelaskan
sebuah definisi menurut sifat-sifat atau ciri-ciri yang paling esensial. Tahap kedua,
pengujian pencapaian konsep, meliputi: (a) siswa mengidentifikasi contoh-contoh
tambahan, (b) guru menguji hipotesis, menamai konsep dan menyatakan kembali
menurut definisi-definisi menurut sifat-sifat atau ciri-ciri yang paling esensial dan
(c) siswa membuat contoh-contoh. Tahap ketiga, analisis strategi pemikiran,
meliputi: (a) siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikirannya, (b) siswa
mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis dan (c) siswa
mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis.19 Secara lebih rinci, Joyce dkk
membuatnya ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
18
Uno, op.cit., h.11.
19
Winasmadi, loc.cit.
19
Tabel 2.4
Tahapan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)20
Tahap Pertama Tahap Kedua
Penyajian data dan identifikasi konsep Pengujian pencapaian konsep
1. Guru menyajikan data berupa contoh- 1. Siswa mengidentifikasi contoh-
contoh yang telah dilabeli contoh tambahan yang tidak
2. Siswa membandingkan sifat-sifat / ciri-ciri dilabeli.
dalam contoh-contoh positif dan contoh- 2. Guru menguji hipotesis, dan
contoh negatif menyatakan kembali sifat-sifat/
3. Siswa menjelaskan sebuah definisi ciri-ciri yang paling esensial.
menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang paling 3. Siswa membuat contoh-contoh
esensial (memberikan nama konsep)
Tahap Ketiga
Analisis strategi-strategi berpikir
1. Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran
2. Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis
3. Siswa mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis
20
Joyce, op.cit.. h. 136.
21
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Impeementasinya dalam
KTSP,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h.80.
20
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru dalam mengajar. Dalam penerapan kurikulum 2013
pembelajaran yang biasa digunakan dilandasi teori pembelajaran yang menganut
paham konstruktivis dengan pendekatan scientific melalui proses mengamati
(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar
(association), dan mengkomunikasikan (communication) berbagai informasi
terkait pemecahan masalah.22 Pembeajaran scientific merupakan pembelajaran
yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah.
22
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 81A tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum lampiran IV.
21
2. Penelitian dari Budi Usodo yang berjudul “Karakteristik Intuisi Siswa SMA
dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan
Matematika dan Perbedaan Gender”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Dalam memahami masalah, subjek laki-laki berkemampuan matematika
tinggi dan rendah menggunakan intuisi, sedangkan subjek perempuan
berkemampuan matematika yang tinggi dan rendah tidak menggunakan
intuisi.
b. Dalam membuat rencana penyelesaian, subjek laki-laki berkemampuan
matematika tinggi dan rendah menggunakan intuisi, sedangkan subjek
perempuan berkemampuan matematika tinggi menggunakan intuisi dan
subjek perempuan berkemampuan matematika rendah tidak menggunakan
intuisi.
c. Dalam rencana penyelesaian semua subjek tidak menggunakan intuisi.
d. Dalam memeriksa jawaban masalah, subjek dengan kemampuan
matematik yang tinggi baik laki-laki maupun perempuan tidak
menggunakan intuisi.
Kesimpulannya bahwa perbedaan gender memperngaruhi karakteristik
berpikir intuitif matematis dari tiap-tiap siswa.
3. Penelitian Lilis Marini Angraini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Pencapaian Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang
diajar dengan model pembelajaran pencapaian konsep lebih baik daripada
pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berkembang dari waktu
ke waktu. Pada era modern ini matematika merupakan sebuah ilmu pengetahuan
yang menjadi modal utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika di sekolah
di setiap jenjang adalah dimilikinya kemampuan berpikir matematis.
23
Tabel 2.5
Hubungan antara Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) terhadap Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis.
Tahap I
Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Tahap II
Pengujian Pencapaian Konsep
Tahap III
Analisis Strategi-Strategi Berpikir
sehingga
(1) Mampu menyelesaikan masalah dengan jawaban yang
masuk akal
(2) Mampu menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
(3) meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu:
“Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar
menggunakan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih
tinggi daripada kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran konvensional”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegaiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Persiapan dan Perencanaan
2 Observasi Sekolah
3 Pelaksanaan di Lapangan
4 Analisis Data
5 Laporan Penelitian
26
27
dengan tes hanya diakhir perlakuan. Pemilihan desain ini karena peneliti hanya
ingin mengetahui perbedaan kemampuan berpikir intuitif matematis antara dua
kelompok. Dengan demikian tidak menggunakan skor pretest. Desain
penelitiannya adalah sebagai berikut:1
Tabel 3.2
Desain Penelitain
Kelompok Treatment Post Test
E Y
C Y
Keterangan
E : Kelompok eksperimen
C : Kelompok kontrol
: Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu dengan pembelajaran Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
: Perlakuan pada kelompok kontrol yaitu pembelajaran secara konvensional
: Tes kemampuan berpikir intuitif yang diberikan kepada kedua kelompok
1
Rusefensi. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
(Semarang: IKIP Semarang Press, 1994) h. 45.
28
E. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal
uraian yang diberikan dalam bentuk post test. Instrumen tes ini diberikan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan kepada kedua kelas
tersebut adalah sama. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa. Tes berpikir intuitif yang menggunakan tes
essay (uraian). Adapun indikator yang akan diukur melalui tes essay akan
dijelaskan pada tabel di bawah ini:
29
Tabel 3.3
Kisi- Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]
Keterangan
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan
N : Jumlah responden
X : Skor item
Y : Skor total
Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil
perhitungan dengan pada taraf signifikansi 5%, dengan terlebih dahulu
menetapkan degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Soal
dikatakan valid jika nilai , sebaliknya soal dikatakan tidak valid jika
nilai .
Dari 6 item soal yang diujicobakan dan dilakukan perhitungan
validitasnya, semua item soal dinyatakan valid. Hasil perhitungan tersebut
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen
No. Butir Validitas
Keputusan
soal r hitung Kriteria
1 0,691 Valid Digunakan
2 0,861 Valid Digunakan
3 0,805 Valid Digunakan
4 0,599 Valid Digunakan
5 0,838 Valid Digunakan
6 0,556 Valid Digunakan
2
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet II,
h. 254.
33
2. Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan uji reliabilitas.Uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas yang diuji pada instrumen ini
menggunakan rumus Alpha:3
∑
[ ][ ]
Keterangan
r11 : reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir pernyataan yang valid
i
2
: jumlah varians skor tiap-tiap item
t2 : varians total
Kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:4
0,80 < ≤ 1,00 : Derajat reliabilitas sangat baik
0,60 < ≤ 0,80 : Derajat reliabilitas baik
0,40 < ≤ 0,60 : Derajat reliabilitas cukup
0,20 < ≤ 0,40 : Derajat reliabilitas rendah
0,00 < ≤ 0,20 : Derajat reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas tersebut, nilai = 0,824
berada pada interval yang artinya instrumen ini mempunyai derajat reliabilitas
yang sangat baik
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013), h. 122
4
Ibid., h.89.
5
Ibid, h.223.
34
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : jumlah skor maksimal siswa yang menjawab benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk indeks tingkat kesulitan adalah sebagai berikut :6
p > 0, 70 = soal kategori mudah
0,30 p 0,70 = soal kategori sedang
p < 0,30 = soal kategori sukar
Rekapitulasi hasil perhitungan uji taraf kesukaran instrumen disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Rekapitulasi Hasil Uji Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran
No. Butir soal
P Kriteria
1 0,632 Sedang
2 0,684 Sedang
3 0,779 Mudah
4 0,691 Sedang
5 0,610 Sedang
6 0,250 Sukar
4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana soal yang diberikan dapat menunjukkan siswa yang mampu dan yang tidak
mampu menjawab soal. Perhitungan daya pembeda soal dalam penelitian ini
dengan menggunakan rumus :7
6
Arifin, op.cit., h. 272.
7
Ibid., h. 228.
35
Keterangan :
D : indeks daya beda
: jumlah skor siswa kelompok atas
: jumlah skor siswa kelompok bawah
: skor maksimum siswa kelompok atas
: skor maksimum siswa kelompok bawah
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai
berikut:8
0,00 D 0,20 = jelek
0,20 D 0,40 = cukup
0,40 D 0,70 = baik
0,70 D 1,00 = baik sekali
Rekapitulasi hasil perhitungan uji daya pembeda instrument disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Daya Pembeda
Daya Pembeda
No. Butir soal
D Kriteria
1 0,294 Cukup
2 0,426 Baik
3 0,412 Baik
4 0,353 Cukup
5 0,515 Baik
6 0,147 Jelek
8
Ibid, h.232
36
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data
hasil penelitian dengan menggunakan Chi-kuadrat atau Chi-Square, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:9
a. Perumusan hipotesis
Ho: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
b. Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi
c. Menghitung nilai hitung melalui rumus sbb:
9
Kadir, Statistik untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rose Mata Sampurna, 2010)
h. 111.
37
dan
Hipotesis statistiknya:
Ho : dengan = varians kelas kontrol
H1 : = varians kelas eksperimen
Adapun kriteria pengujian:
Jika , maka Ho diterima. Kedua sampel berasal dari populasi
yang homogen.
Jika , maka Ho ditolak. Kedua sampel berasal dari populasi yang
tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah uji persyaratan analisis dilakukan ternyata sebaran distribusi
rata-rata skor kemampuan berpikir intuitif matematis keseluruhan kedua kelas
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu, untuk
menguji kesamaan dua rata-rata digunakan uji t dengan formula di bawah ini11
̅ ̅
dengan
∑ ∑
√
dan
10
Ibid,h. 118
11
Ibid.,h.195
38
∑
∑ ∑
∑
∑ ∑
Keterangan:
̅ : rata-rata hasil tes kemampuan berpikir intuitif matematis kelas
eksperimen
̅ : rata-rata hasil tes kemampuan berpikir intuitif matematis kelas kontrol
: jumlah siswa kelas eksperimen
: jumlah siswa kelas kontrol
Setelah diperoleh nilai , kemudian bandingkan dengan
untuk dilakukan pengujian hipotesis. Nilai diperoleh dengan menggunakan
tabel t pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk)= .
Adapun kriteria pengujian:
Jika , maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata
yang signifikan antara kedua kelas.
Jika ,maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan nilai rata-rata
antar kedua kelas.
Jika uji prasyarat analisis tidak terpenuhi, maka untuk menguji hipotesis
digunakan uji statistik non-parametrik. Adapun jenis uji statistik non-parametrik
yang digunakan adalah Uji Mann-Whiteney (Uji “U”). Rumus Uji Mann-Whitney
(Uji “U”) yang digunakan yaitu:12
Jika ukuran sampel lebih besar dari 20, maka distribusi sampling U menurut
Mann dan Whitney akan mendekati distribusi normal dengan rata-rata dan standar
error:
dan
12
ibid., h.275
39
Dimana,
U : Statistik Uji Mann Whitney
n1,n2 : Ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2
R1 : Jumlah ranking pada sampel dengan ukuran n1 (n terkecil)
H1 : 1 2
Keterangan :
1 = rata – rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen
2 = rata – rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas kontrol
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian mengenai kemampuan berpikir intuitif matematis ini
dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta pada kelas XI, yaitu XI MIA 2 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol. Kelas XI MIA 2 sebagai
kelas ekspreimen yang berjumlah 35 siswa diberikan perlakuan pembelajaran
dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dan kelas XI MIA
1 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 35 siswa diberikan perlakuan
pembelajaran konvensional. Materi matematika yang diajarkan adalah aturan
pencacahan.
Untuk mengetahui kemampuan berpikir intuitif matematis kedua kelas
setelah diberikan perlakuan yang berbeda, di akhir pembelajaran diberikan
posttest yang sama berupa soal-soal tes kemampuan berpikir intuitif matematis
berbentuk uraian sebanyak 6 butir soal. Tes kemampuan berpikir intuitif
matematis tersebut telah diuji coba pada siswa kelas XII MIA 3 di sekolah
tersebut dan telah dianalisis karakteristiknya berupa uji validitas, uji reliabilitas,
uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda soal.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
berpikir intuitif matematis tersebut. Berdasarkan tes kemampuan berpikir intuitif
matematis yang telah diberikan, diperoleh hasil kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini disajikan
data hasil perhitungan tes kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran dilaksanakan.
40
41
nilai tertinggi sebesar 96. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini:
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen
Frekuensi
No. Nilai
Absolut Relatif (%) Relatif kumulatif
1 58-64 1 2,86 2,86
2 65-71 8 22,86 25,72
3 72-78 4 11,43 37,15
4 79-85 9 25,71 62,86
5 86-92 10 28,57 91,43
6 93-99 3 8,57 100
Jumlah 35 100
12
10
8
Frekuensi
0
58-64 65-71 72-78 79-85 86-92 93-99
Nilai Siswa
Gambar 4.1
Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Intuitif Matematis Siswa Kelas Eksperimen
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Kontrol
Frekuensi
No. Nilai
Absolut Relatif (%) Relatif kumulatif
1 46-53 1 2,86 2,86
2 54-61 2 5,71 8,57
3 62-69 6 17,14 25,71
4 70-77 10 28,57 54,28
5 78-85 11 31,43 85,71
6 86-93 5 14,29 100
Jumlah 35 100
43
12
10
8
Frekuensi
0
46-53 54-61 62-69 70-77 78-85 86-93
Nilai Siswa
Gambar 4.2
Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Intuitif Matematis Siswa Kelas Kontrol
Tabel 4.3
Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Sampel (N) 35 35
Mean ( ̅ ) 80,60 75,33
Median (Me) 80,83 73,29
Modus (Mo) 86,38 78,64
Varians ( ) 94,54 98,21
Simpangan baku (S) 9,72 9,91
Tingkat Kemiringan -0,59 -0,33
Ketajaman / Kurtois 0,35 0,28
yaitu 2 soal. Skor maksimum pada setiap soal pun sama yaitu 4. Indikator pertama
diwakili oleh 2 soal, indikator kedua diwakili oleh 2 soal, indikator ketiga diwakili
oleh 2 soal. Jadi total ada 6 soal. Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa
persentase tertinggi adalah 85,71% pada indikator 1 yaitu kemampuan
menyelesaikan masalah secara masuk akal, ini berarti bahwa sebagian besar siswa
sudah mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dengan alasan yang masuk
akal dan logis. Persentase terendah adalah 76,07% pada indikator 3 yaitu
kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep, ini berarti kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi
dari contoh atau konsep masih kurang dibandingkan dengan indikator lainnya.
b. Kelas Kontrol
Hasil kemampuan berpikir intuitif matematis siswa jika dilihat
berdasarkan indikator pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator
Skor Skor Persentase
No Indikator N
Total Siswa (%)
1 Kemampuan menyelesaikan masalah
35 8 223 79,64
dengan jawaban yang masuk akal
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
PRESENTASE Eksperimen
40,00
PRESENTASE Kontrol
30,00
20,00
10,00
0,00
indikator 1 indikator 2 indikator 3
Gambar 4.3
Persentase Skor Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol.
B. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu suatu teknik
analisis yang penulisannya dilakukan dengan perhitungan matematis, karena
berhubungan dengan angka, yaitu hasil tes kemampuan berpikir intuitif matematis
yang diberikan kepada siswa. Data yang terkumpul baik dari kelas eksperimen
maupun kelas kontrol diolah dan dianalisis untuk dapat menjawab rumusan
masalah dan hipotesis penelitian. Keseluruhan pengolahan data mulai dari
menguji normalitas hingga menguji kesamaan dan rata-rata kelompok penilaian
dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari skor
pada kedua kelompok populasi. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan
dengan menggunakan uji Fisher dengan taraf signifikansi = 0,05. Dari hasil
pehitungan diperoleh = 1,08 dan dari tabel distribusi F dengan derajat
kebebasan pembilang adalah 34 dan penyebutnya 34, diperoleh nilai = 1,77
(lampiran 30). Hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Homogenitas
Jumlah Varians
Kelas Kesimpulan
Sampel (
Eksperimen 35 94,54
1,04 1,77 Terima HO
Kontrol 35 98,21
2. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat anaisis ternyata sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji
hipotesis. Adapun uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai 2,21 (lampiran 31).
Nilai t tabel diperoleh dengan melihat tabel distribusi t dengan taraf signifikansi
( ) = 0,05 dan derajat kebebasan 68 diperoleh nilai = 1,67. Secara ringkas,
hasil pengujian uji-t dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Uji-t
Derajat Kebebasan Taraf
Kesimpulan
(dk) Signifikansi
Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa > (2,21 > 1,67) maka dapat
disimpulkan bahwa ditolak dan diterima. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kemampuan berpikir intuitif matematis kelas kontrol.
Gambar 4.4
Pemberian Masalah dan Penyajian Data
Gambar 4.5
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
56
Gambar 4.6
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Gambar 4.7
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Gambar 4.8
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Gambar 4.9
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Pengujian Pencapain Konsep
Tahapan ketiga adalah analisis strategi berpikir. Pada tahapan ini siswa
dilatih untuk mampu menyimpulkan terkait konsep yang sedang dipelajari
berdasarkan informasi yang ada dan hasil pekerjaan mereka pada tahapan 1 dan
tahapan 2.
59
Gambar 4.10
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Analisis Strategi Berpikir
untuk setiap sapinya. Nomor punggung tersebut terdiri dari 4 digit angka. Jika
banyaknya sapi Pak Rizki ada 50 ekor. Cukupkah nomor yang tersedia untuk
memberi nomor punggung ke lima puluh sapi tersebut? Jelaskan! “
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.11
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Menyelesaikan Masalah
Secara Masuk Akal
Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4.12
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Menyelesaikan Masalah
Secara Masuk Akal
secara logis maka akan ada maksimal total 8 deret angka yang terbentuk jika
pilihan angka pada tiap-tiap digit lebih dari 10 (dua angka untuk setiap digit),
tentu alasan tersebut akan terlihat kurang logis jika dibandingkan dengan alasan
yang diberikan oleh siswa kelas eksperimen. Siswa kelas eksperimen
mengestimasi bahwa pilihan angka yang bisa digunakan pada digit pertama
sampai keempat adalah masing-masing 4 angka yang terdiri dari pilihan angka 1,
2, 3 dan 4. Siswa tersebut juga memberi penjelasakan bahwa pada digit pertama
tidak boleh diawali dengan angka 1 dan nomor boleh berulang pada setiap
digitnya. Kalau ditelaah secara logis maka alasan tersebut sangat masuk akal jika
kita analogikan dengan yang biasa terjadi pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen terbiasa dengan Model Pencapaian
Konsep (Concept Attainment Model) yang selalu melatih siswa untuk memberikan
alasan yang logis terutama pada tahapan pertama yaitu penyajian data dan
identifikasi konsep.
Sebagian besar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mampu
menjawab soal dengan benar. Tapi untuk kelas kontrol, beberapa siswa belum bisa
memberikan alasan yang logis karena mungkin pada soal pun tidak ditentukan
ketentuan angka yang dapat digunakan untuk setiap digitnya atau ketentuan angka
tersebut boleh berulang atau tidak boleh berulang pada setiap digitnya.
Hasil perhitungan persentase skor untuk kemampuan menyelesaikan
masalah dengan jawaban yang masuk akal siswa kelas eksperimen sebesar
85,71% dan kelas kontrol sebesar 79,64%. Kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol pada
indikator kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal.
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol daat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.13
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Menggunakan Pengetahuan dan Pengalaman yang Sudah Dimiliki
Sebelumnya
63
Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.14
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Kemampuan
Menyelesaikan Masalah Menggunakan Pengetahuan dan Pengalaman yang
Sudah Dimiliki Sebelumnya
“Dalam suatu karang taruna, akan dilakukan pemilihan ketua dan wakil ketua
dengan sistem voting. Sebelumnya panitia harus mengetahui berapa banyak
kemungkinan pasangan calon ketua dan calon wakil ketua yang dapat
terbentuk dari kandidat-kandidat yang sudah dicalonkan. Misalnya:
Banyak kandidat Banyak pasangan
5 kandidat 20 pasangan
6 kandidat 30 pasangan
7 kandidat 42 pasangan
65
Gambar 4.15
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Berdasarkan Generalisasi dari Contoh atau Konsep
Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.16
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Berdasarkan Generalisasi dari Contoh atau Konsep
66
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari penelitian ini belum sepenuhnya sempura meskipun
berbagai upaya telah dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal. Ada beberapa
factor yang sulit dikendalikan sehingga penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan, diantaranya:
69
1. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan Aturan Pencacahan, sehingga
belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
2. Proses pembelajaran sempat terhambat karena siswa kelas XII sedang
melaksanakan Try Out, Ujian Sekolah dan UTS, sehingga secara tidak
langsung mengganggu jalannya pembelajaran
3. Alokasi waktu yang terbatas sehingga perlu persiapan dan pengaturan yang
lebih baik agar setiap tahapan dalam pembelajaran Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) dapat berlangsung lebih maksimal.
4. Siswa belum pernah mendapat pembelajaran Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) sebelumnya.
5. Penelitian ini hanya berlangsung selama satu bulan menyebabkan kurang
maksimalnya pengaruh pembelajaran dengan Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) terhadap kemampuan berpikir intuitif matematis.
6. Peneliti hanya melakukan kontrol terhadap subjek penelitian yang meliputi
variabel pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model) dan kemampuan berpikir intuitif matematis. Variabel lain seperti
minat, motivasi, intelegensi, lingkungan belajar dan lain-lain tidak dapat
terkontrol. Hasil penelitian ini mungkin dapat dipengaruhi oleh variabel lain
di luar variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) terhadap
kemampuan berpikir intuitif matematis di SMA Negeri 87 Jakarta, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas eksperimen yang
diajarkan dengan pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) mempunyai rata-rata 80,60. Pencapaian indikator yang
paling tinggi adalah indikator kemampuan menyelesaikan masalah dengan
jawaban yang masuk akal sebesar 85,71%, kemudian indikator kemampuan
menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah dimiliki sebelumnya sebesar 81,07%, sedangkan indikator terendahnya
adalah kemampuan menyelesaikan masalah bedasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep sebesar 76,07%
2. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas kontrol yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional mempunyai rata-rata 75,33%. Pencapaian
indikator yang paling tinggi adalah indikator kemampuan menyelesaikan
masalah dengan jawaban yang masuk akal sebesar 79,64%, kemudian
indikator menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep sebesar 73,93%, sedangkan indikator terendahnya adalah adalah
kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki sebelumnya sebesar 71,07%.
3. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih
tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal
ini terlihat dari hasil uji hipotesis dengan nilai 2,21 lebih dari
= 1,67 berada pada daerah penolakan . Hal ini juga didukung dengan
70
71
B. Saran
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang
dapat penulis berikan sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa sebaiknya lebih memperhatikan lagi materi yang disampaikan oleh
guru. Lebih menghargai guru dan waktu sehingga pembelajaran berjalan
sesuai yang diinginkan.
2. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian Model Pencapaian Konsep (Conncept
Attainment Model) mampu meningkatkan kemampuan berpikir intuitif siswa,
sehingga pembelajaran tersebut dapat dijadikan alternatif pembelajaran
matematika yang dapat diterapkan oleh guru. Bagi guru yang hendak
menggunakan Model Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model)
dalam pembelajaran di kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran
dengan seefektif mungkin agar setiap tahapan dalam Model Pencapaian
Konsep (Conncept Attainment Model) dapat dilaksanakan secara maksimal.
Jika dirasa pembelajaran yang ada di sekolah sudah cukup baik, maka
penggabungan model pembelajaran yang sudah diterapkan dengan Model
Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model)dapat pula menjadi
alternatif pilihan.
72
3. Bagi Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak sekolah diharapka mulai
menganjurkan guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran
inovatif seperti Model Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model)
pada pelajaran matematika atau bidang studi lain. Selain itu dapat pula
menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah untuk dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
dan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
b. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menerapkan Model
Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model) dengan lebih optimal
terutama pada indikator kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan
generalisasi dari contoh atau konsep yang meruapakan indikator dengan
pencapaian terendah dalam penelitian ini.
c. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mendesain bahan ajar
berupa LKS yang lebih menarik dan kontruktif.
d. Adanya keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini sebaiknya
dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti Model Pencapaian Konsep
(Conncept Attainment Model) pada pokok bahsaan lain atau jenjang
sekolah yang berbeda. Selain itu peneliti selanjutnya disarankan untuk
meneliti kemampuan berpikir intuitif matematis dengan indikator lain
yang belum diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
73
74
Lampiran 1
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
77
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan.
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
79
I. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian: (lampiran 3)
2. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.16.Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep permutasi.
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
1.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep permutasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
1.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah
83
C. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan
D. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
E. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
F. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahulu Guru membuka pertemuan dengan 10
an mengucapkan salam lalu berdoa dan menit
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi permutasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru meminta siswa untuk bergabung bersama
kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
Inti Mengamati 60
Fase 1: Guru memberikan dan memperlihatkan dari menit
Penyajian media power point tentang pengantar dasar
data dan konsep permutasi
85
G. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
Lemabr Penialian Keterampilan (lampiran)
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.16.Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
1.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
4.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
Menyelesaikan masalah
88
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
89
1. PENILAIAN
a. Prosedur Penilaian: (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.18 Memahami konsep ruang sampel dan menentukan peluang suatu kejadian
dalam suatu percobaan
Indikator:
3.18.1. Menentukan ruang sampel untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
3.20 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
1.20.1. Menentukan nilai harapan suatu kejadian untuk menyelesaikan
masalah
93
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskudi kelompok, Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10
mengucapkan salam lalu berdoa dan menit
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk
mendorong rasa ingin tahu tentang materi
peluang
95
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian: (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.20 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuesi harapan
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan.
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
99
D. MATERI PEMBELAJARAN
Peluang dari titik-titik sampel (yang membentuk ruang sampel)
tidak selalu dapat dianggap sama. Misalnya dalam pelemparan sebuah logam
tidak seimbang, maka peluang mendapat masinng-masing sisi uang logam
tidak sama. Contoh lain adalah dalam percobaan menembak sebuah benda,
peluang tembakan berhasil mengenai sasaran tidak sama dengan peluang
tidak berhasil mengenai sasaran. Bia setiap titik sampel dapat dianggap sama,
maka peluang dari masing-masing titik sampel dittentukan berdasarkan hasl
percobaan. Dengan melakukan percobaan secara berulang-ulang kita dapat
mencatat banyak terjadinya suatu titik sampel. Peluang dari titik sampel
adalah hasil bagi dari terjadinya titik sampel dengan banyak percobaan.
Metode mendapatkan peluang seperti ini dikenal sebagai definisi peluang
berdasarkan frekuensi relative.
Jika percobaan dilakukan berulang-ulang, maka kita dapat
mengharapkan beberapa kali suatu kejadian dapat terjadi. Misalnya dalam
pelemparan sebuah uang glogam sebanyak 10 kali, kita dapat mengharapkan
sisi angka muncul sebanyak 5 kali. Harapan banyaknya suatu kejadian
muncul atau berhasul pada percobaan yangdilakukan berulang-ulang [disebut
frekuensi harapan.
Jika suatu percobaan dilakukan sebanyak N kali, dan peluang
kejadian K= P(K) mka frekuensi harapan munculnya kejadian K sama dengan
P(K).N
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasasn.
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
100
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian: (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
Lembar Penilaian Sikap (lampiran)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran)
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
D. MATERI PEMBELAJARAN
Ketika mengetos dua koin, apakah munculnya tepat satu gambar
dapat terjadi bersamaan dengan munculnya tepatnya dua gambar? Tentu saja
tidak. Misalkan, A= kejadian muncul tepat 1 gambar, dan B= kejadian
muncul tepat 2 gambar, A={(G,A),(A,G)} dan B={(G,G)}. Tampak bahwa
tidak satupun elemen A yang sama dengan elemen B. Kejadian A dan B
seperti ini disebut kejadian saling lepas. Jadi, dua kejadian dengan tidak ada
satupun elemen dari keduanya sama disebut kejadian saling lepas.
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10 menit
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk
mendorong rasa ingin tahu tentang materi
105
peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Inti Mengamati 60 menit
Fase 1: Guru memberikan dan memperlihatkan dari
Penyajian data media power point tentang pengantar dasar
dan identifikasi peluang
konsep Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh-contoh tersebut. Kemudian siswa
mengkategorikan contoh/ karakteristik/ ciri-
ciri tersebut dengan cara mengumpulkan
contoh yang sesuai konsep permutasi dan
menyingkirkan contoh yang tidak sesuai
dengan konsep peluang.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran kemudian diimplementasikan
dalam bentuk pertanyaan
Siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
data-data yang ada untuk membantu
mendefinisikan konsep
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain
106
3. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (terlampir)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
109
D. MATERI PEMBELAJARAN
Dua kejadian dikatakan saling bebas jika munculnya kejadian
pertama tidak mempengaruhi peluang munculnya kejadian kedua. Sebagai
contoh, dalam percobaan mengetos dua buah dadu, peluang munculnya mata
dadu 4 pada dadu pertama tidak mempengaruhi munculnya mata dadu 3 pada
dadu kedua.
Inti Mengamati 60
Fase 1: Guru memberikan dan memperlihatkan dari menit
Penyajian media power point tentang pengantar dasar
data dan peluang
identifikasi Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
konsep Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh-contoh tersebut. Kemudian siswa
mengkategorikan contoh/ karakteristik/ ciri-ciri
tersebut dengan cara mengumpulkan contoh
yang sesuai konsep permutasi dan
menyingkirkan contoh yang tidak sesuai
dengan konsep peluang.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian
diimplementasikan dalam bentuk pertanyaan
Siswa memberi nama konsep tersebut dan
mendefinisikannya sesuai dari data yang
diperolehnya setelah berdiskusi dengan teman
sekelompok dan berkonsultasi dengan guru
Fase 2: Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Pengujian Guru memperlihatkan contoh-contoh lain dan
Pencapaian memberikan pertanyaan yang belum diketahui
Konsep nilai kebenarannya untuk menguji konsep yang
sudah didapatnya. Contoh baru tersebut juga
bisa berasal dari siswa, lalu siswa lain
menjawabnya.
Mengasosiasi
111
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
D. MATERI PEMBELAJARAN
Ketika mengetos dua koin, apakah munculnya tepat satu gambar
dapat terjadi bersamaan dengan munculnya tepatnya dua gambar? Tentu saja
tidak. Misalkan, A= kejadian muncul tepat 1 gambar, dan B= kejadian
muncul tepat 2 gambar, A={(G,A),(A,G)} dan B={(G,G)}. Tampak bahwa
tidak satupun elemen A yang sama dengan elemen B. Kejadian A dan B
seperti ini disebut kejadian saling lepas. Jadi, dua kejadian dengan tidak ada
satupun elemen dari keduanya sama disebut kejadian saling lepas.
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10
mengucapkan salam lalu berdoa dan menit
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
114
Inti Mengamati 60
Fase 1: Guru memberikan dan memperlihatkan dari menit
Penyajian media power point tentang pengantar dasar
data dan peluang
identifikasi Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
konsep Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh-contoh tersebut. Kemudian siswa
mengkategorikan contoh/ karakteristik/ ciri-
ciri tersebut dengan cara mengumpulkan
contoh yang sesuai konsep permutasi dan
menyingkirkan contoh yang tidak sesuai
dengan konsep peluang.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran
kemudian diimplementasikan dalam bentuk
pertanyaan
Siswa memberi nama konsep tersebut dan
mendefinisikannya sesuai dari data yang
diperolehnya setelah berdiskusi dengan
teman sekelompok dan berkonsultasi dengan
guru
Fase 2: Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Pengujian Guru memperlihatkan contoh-contoh lain dan
Pencapaian memberikan pertanyaan yang belum
Konsep diketahui nilai kebenarannya untuk menguji
konsep yang sudah didapatnya. Contoh baru
tersebut juga bisa berasal dari siswa, lalu
115
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
117
untuk dibilang. Akan tetapi cara seperti ini akan sulit jika kita tidak diberi
benda-benda untuk dibilang. Pada bagian ini kita akan mempelajari cara
menentukan banyaknya anggota dari suatu himpunan tanpa membilangnya
satu persatu. Cara membiang seperti ini disebut mencacah.
Ada beberapa metode untuk mencacah, salah satunya yang paling dasar
yaitu aturan perkalian.
Prinsip dasar aturan perkalian .
Jika ada k pilihan dengan setiap pilihan memiliki hasil yang
berbeda, banyak hasil berbeda yang mungkin dari k pilihan tersebut secara
berurutan diberikan oleh hasil kali berikut:
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan.
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis, dan spidol.
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10
mengucapkan salam lalu berdoa dan menit
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
119
I. PENILAIAN
a. Prosedur Penilaian (lampiran 3)
’b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Lembar Penilaian Sikap (lampiran 7)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran 6)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.16 Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep permutasi.
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
3.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
Yang berkaitan dengan konsep permutasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
4.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
Menyelesaikan masalah
123
di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain untuk
bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa untuk 20
dikerjakan menit
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam
sebelum keluar kelas
4. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran 6)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.16 Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
1.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
4.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah
128
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol.
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10
mengucapkan salam lalu berdoa dan memeriksa menit
kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi kombinasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Inti Mengamati 60
Guru memberikan dan memperlihatkan dari menit
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk
memperhatikan dan menyimak, jika ada yang
salah maka siswa lain boleh membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
130
1. PENILAIAN
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.18 Memahami konsep ruang sampel dan menentukan peluang suatu
kejadian dalam suatu percobaan
Indikator:
1.18.1. Menentukan ruang sampel untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
3.20 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
1.20.1. Menentukan nilai harapan suatu kejadian untuk menyelesaikan
masalah
133
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol.
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10 menit
mengucapkan salam lalu berdoa dan memeriksa
kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Inti Mengamati 60 menit
135
lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan
penjelasan di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa 20 menit
untuk dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan.
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
D. MATERI PEMBELAJARAN
138
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang mereka belum
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait jawaban atau penjabaran dari
siswa lain yang sebelumnya maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain
untuk memberikan tanggapan, jika diperlukan
guru memberikan konfirmasi atas pertanyaan
atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menetapkan konteks permasalahan
berkaitan dengan ide siswa yang kemudian
dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk saling
berdiskusi untuk menggali dan mengolah
informasi dari berbagai sumber dan
menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
140
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
A. KOMPETENSI INTI
(Lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas.
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
D. MATERI PEMBELAJARAN
142
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan 10
salam lalu berdoa dan memeriksa kehadiran menit
siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong rasa
ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Inti Mengamati 60
143
lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa agar
terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan penjelasan
di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain untuk
bertanya atau menanggapinya
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa untuk 20
dikerjakan di rumah menit
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam
sebelum keluar kelas
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Februari 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
145
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
D. MATERI PEMBELAJARAN
146
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10 menit
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang peluang
dua kejadian saling bebas
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Inti Mengamati 60 menit
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
147
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang bersyarat
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang bersyarat
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang bersyarat
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang bersyarat
D. MATERI PEMBELAJARAN
150
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pe,belajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan 10
mengucapkan salam lalu berdoa dan menit
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk
mendorong rasa ingin tahu tentang
materi peluang
Guru menyampaikan tujuan
151
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran 6)
Lembar Penilaian Sikap (lampiran 7)
Lampiran 3
PROSEDUR PENILAIAN
Teknik
No Aspek yang dinilai Waktu Penilaian
Penilaian
1. Pengetahuan
a. Menerapkan konsep yang sedang
dipelajari pada soal yang diberikan
b. Mampu memilih aturan Penyelesaian
pencacahan yang sesuai dalam Latihan tugas individu
menyelesaikan masalah dan kelompok
c. Menyelesaikan masalah dengan
konsep yang sedang dipelajari
2 Keterampilan Penyelesaian
a. Terampil menerapkan tugas (baik
konsep/prinsip dan strategi individu maupun
Pengamatan
pemecahan masalah yang relevan kelompok) dan
dengan materi saat diskusi
3 Sikap
a. Interaksi atau komunikasi dengan
teman kelompok.
b. Kerjasama dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan dalam Selama
kelompok Pengamatan pembelajaran dan
c. Keseriusan dalam mengerjakan saat diskusi
tugas dan menyelesaikan masalah
yang diberikan dalam kelompok
d. Menghargai pendapat atau
masukan dari anggota kelompok
Pengetahuan
155
Lampiran 4
Lampiran 5
1. Misalnya, akan disusun plat nomor mobil. Plat ini terdiri dari 4 angka, dengan
ketentuan angka pertama tidak boleh 0. Plat nomor tersebut dapat dibuat dari
angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6. Jika produsen ingin membuat plat nomor
sebanyak-banyaknya, maka apa yang harus dilakukan?
2. Terdapat 6 jalur jalan yang menghubungkan kota A dan B serta 4 jalur jalan
yang menghubungkan kota B dan C. Tentukan banyak jalan yang harus
ditempuh jika seseorang ingin pergi dari kota A ke kota C!
3. Panitia penerimaan siswa baru suatu sekolah akan membuat nomor ujian
peserta yang terdiri dari 4 angka, dari angka yang tersedia 1, 2, 3, 4, dan 5.
Tetapi panitia menginginkan bahwa nomor ujian tidak diawali dengan angka 1.
Tentukan banyaknya cara untuk menyusun nomor ujian tersebut jika nomor
ujian tersebut tidak boleh mempunyai angka yang sama!
Jawaban Skor
1. Ada 2 kemungkinan cara menyusun nomor-nomor tersebut, yaitu: 100
a. Tidak boleh ada angka yang diulang dalam penyusunan plat nomor
mobil
i. Angka-angka boleh diulang dalam penyusunan plat nomor mobil.
Perhitungan:
a. Tidak boleh ada angka yang diulang, berarti:
= angka pertama dapat dipilih dalam 6 cara, = 6
= angka kedua dapat dipilih dalam 6 cara, =6
= angka ketiga dapat dipilih dalam 5 cara, =5
= angka keempat dapat dipilih dalam 4 cara, = 4
Sesuai dengan aturan perkalian, banayak plat nomor mobil yang
dapat dibuat adalah
= 6 x 6 x 5 x 4 = 720 plat nomor
b. Angka-angka boleh diulang
= angka pertama dapat dipilih dalam 6 cara, = 6
= angka kedua dapat dipilih dalam 7 cara, =7
= angka ketiga dapat dipilih dalam 7 cara, =7
157
1. Dari 7 siswa, akan dipilih 4 siswa untuk menjadi pengurus kelas, yaitu ketua,
wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Berapa banyak susunan pengurus
158
Jawaban Skor
1. Karena sudah ditetapkan apa saja posisi yang akan dipilih, maka 100
posisi atau urutan mempengaruhi kemungkinan yang akan dipilih.
Oleh karena itu maka digunakanlah konsep permutasi.
Kotak ke-1 dan ke-4 diisi dengan huruf dari tiga huruf A, B, C yang
dapat dipertukarkan. Masing-masing dapat diisi dalam 3 cara. Kotak
ke-2 dan ke-3 diisi dengan 2 angka dari 1, 2, 3 yang dapat
dipertukarkan dengan
Jika langkah yang dimungkinkan kanan, kiri, atas, bawah, berapa banyaknya
cara menuju B dari A dalam 8 langkah?
(A adalah titik pada ujung kanan atas pada kotak paling kiri bawah,
sedangkan B adalah titik pada ujung kiri bawah pada kotak paling kanan atas)
3. Seorang siswa akan mengikuti sebuah ujian. Dalam ketentuan yang ada,
siswa tersebut harus mengerjakan 7 soal dari 10 soal yang ada. Tentukan
banyaknya cara siswa tersebut untuk memilih soal yang akan dikerjakan!
160
Jawaban Skor
2. a. Karena banyaknya pemain putri ada 8 orang dan dipilih 2, maka 100
banyaknya cara ada:
= 80 cara
3. Untuk melangkah dari A menuju B diperlukan 6 lanngkah ke kanan
dan 2 lnagkah ke atas. (Langkah yang diambil untuk jarak
terpendek). Jadi banyaknya langkah ada 8. Akibatnya, banyak
langkah yang dapat terjadi merupakan kombinasi 6 dari 8 atau 2 dari
8, yaitu:
28 cara
120 cara
Materi : Peluang
Soal
1. Ada 13 kartu yang diberi angka 1, 2, 3, 4, ….., 13. Kartu tersebut akan
dikocok dan akan diambil satu kartu secara acak (secara sebarang).
161
Jawaban Skor
‘1. Untuk mencari hubungan antara peluang munculnya angka 100
berangka ganjil dan peluang munculnya angka berangka genap.
Terlebih dahulu harus dicarii dulu bagaimana peluang 2
kemungkinan tersebbut.
a. Muncul kartu berangka ganjil
Ruang sampel dalam percobaan ini adalah angka-angka 1 sampai
13.
S = {1, 2, 3, … 13}, n(S) = 13.
Kejadian E muncul kartu berangka ganjil dapat ditulis sebagai
E={1, 3, 5, 7, 9, 11, 13}, n(E)’ = 7.
Jadi peluangnya
P(K) =
1. Misal sebuah dadu dilempar sebanyak 30 kali. Dan mata dadu yang muncul
dicatat dan hasilnya disajikan pada tabel berikut ini:
Mata Dadu 1 2 3 4 5 6
Frekkuensi 4 3 6 7 5 5
Tentukan frekuensi relative dari:
a. Muncul mata dadu 3
b. Muncul mata dadu 4
2. Misal sebuah dadu setimbang dilempar sebanyak 30 kali. Tentukan frekuensi
harapan munculnya mata dadu 3!
3. Dari seperangkat kartu bridge yang banyaknya 52 kartu, diambil dua kartu
sekaligus. Jika pengambilan dilakukan sebanyak 884 kali dengan
pengembalian. Tentukan frekuensi harapan yang terambil keduanya kartu As!
Jawaban Skor
1. Sebuah dadu merah dan sebuah dadu putih dittos bersamaan satu kali. Berapa
peluang muncul mata dadu berjumlah 3 atau 10?
1. Misal terdapat 12 kartu yang diberi nomor 1 sampai 12. Jika diambil sebuah
kartu secara acak. Tentukan peluang yang terambil adalah kartu dengan
nomor bilangan prima atau bilangan ganjil!
2. Dari 100 orang mahasiswa yang terdaftar, 40 orang mengikuti kuliah statistic,
55 orang mengikuti kuliah kalkulus dan 30 orang mengikuti kedua mata
kuliah itu. Jika seorang dari antara 100 mahasiswa tersebut dipanggil,
tentukan peluang yang dipanggil itu mengikuti kuliah statistic atau kalkulus!
Jawaban Skor
1. Telah diketahui sebelumnya bahwa untuk percobaan mengetos dua 100
buah dadu terdapat 36 hasil yang mungkin atau n(S) = 36.
Kejadian mata dadu berjumlah 3
Dadu Merah 1 2
Dadu Putih 2 1
Kejadian mata dadu berjumlah 10
164
Dadu Merah 4 5 6
Dadu Putih 6 5 4
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 3 dapat ditulis:
A = {(1,2),(2,1)}, n(A)=2
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 10 dapat ditulis:
B = {(4,6),(6,4),(5,5)}, n(B) = 3
A dan B tidak memiliki satu elemen pun yang sama. Ini berarti bahwa
A dan B adalah dua kejadian saling lepas sehingga peluang gabungan
A atau B adalah
3. Sebuah dadu merah dan sebuah dadu putih dittos bersamaan satu kali. Berapa
peluang muncul mata dadu merah berjumlah 3 dan dadu putih berjumlah 10?
4. Jika sebuah dadu dan sekeping mata uang dilempar dundi satu kali bersama,
tentukan peluang untu memperoleh gambar pada mata uang dan bilangan
ganjil pada dadu!
5. Dua dadu setimbang dilempar secara bersamaan. TEntukan peluang
munculnya mata dadu pertama 2 dan mata dadu kedua 4!
Jawaban Skor
4. Telah diketahui sebelumnya bahwa untuk percobaan mengetos dua 100
buah dadu terdapat 36 hasil yang mungkin atau n(S) = 36.
Kejadian mata dadu berjumlah 3
Dadu Merah 1 2
Dadu Putih 2 1
Kejadian mata dadu berjumlah 10
Dadu Merah 4 5 6
Dadu Putih 6 5 4
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 3 dapat ditulis:
A = {(1,2),(2,1)}, n(A)=2
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 10 dapat ditulis:
B = {(4,6),(6,4),(5,5)}, n(B) = 3
A dan B tidak memiliki satu elemen pun yang sama. Ini berarti bahwa A
dan B adalah dua kejadian saling lepas sehingga peluang gabungan A atau
166
B adalah
1. Peluang seorang istri menonton TV sendiri = 0,7. Peluang istri dan suami
sama-sama menonton TV = 0,4. Tentukan peluang suami menonton TV
jika istri telah menonton TV terlebih dahulu!
2. Dua buah dadu setimbang dilempar secara bersamaan. Jika mata dadu
pertama adalah bilangan ganjil, tentukan peluang bahwa jumlah mata dadu
yang muncu kurang dari 5!
167
Jawaban Skor
1. Misal T adalah kejadian istri menonton TV sendiri, maka P(T) = 100
0,7
Misal M adalah kejadian suami menonton TV sendiri, maka
P(T M) = 0,4.
Peluang suami menonton TV jika istri telah menonton terlebih
dahulu adalah
|
Lampiran 6
1.
2.
dst.
Indikator terampil menerapkan konsep titik dan garis dalam pemecahan masalah
nyata:
Keterangan:
A : Sangat baik, apabila siswa mampu memehuhi semua indikator keterampilan
dengan sangat terampil.
B : Baik, apabila siswa mampu memenuhi semua indikator keterampilan, tetapi
hanya salah satu yang terpenuhi dengan sangat terampil.
C : Cukup baik, apabila siswa mampu memenuhi semua indikator keterampilan,
tetapi hanya hanya mencapai indikator terampil.
D : Kurang baik, apabila siswa mampu memenuhi semua indikator keterampilan,
tetapi hanya hanya mencapai indikator kurang terampil.
E : Tidak baik, apabila siswa tidak mampu memenuhi semua indikator
keterampilan.
170
Lampiran 7
Sikap
Nama Amalkan
No Tanggung Ket
Siswa ajaran Jujur Disiplin Peduli Santun Percaya
jawab
agama Diri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dst.
Keterangan:
A : Sangat baik, apabila siswa mampu memehuhi semua indikator sikap.
B : Baik, apabila siswa mampu memenuhi tiga atau empat dari beberapa indikator
sikap.
C : Cukup baik, apabila siswa hanya mampu memenuhi dua dari beberapa
indikator sikap.
D : Kurang baik, apabila siswa hanya mampu memenuhi satu indikator sikap.
E : Tidak baik, apabila siswa tidak mampu memenuhi semua indikator sikap.
171
Lampiran 8
DAFTAR MENU
Kantin Ibu Yuni menyediakan 5 makanan dan 4 minuman yang sudah disebutkan di atas.
Pembeli bebas memilih menu makanan dan minuman sesuai selera selama persediaan masih
ada. Bagaimana cara menentukan jumlah susunan menu yang nantinya bisa dipilih oleh
pembeli?
172
Makanan Minuman
1. Jika memilih gado-gado, dengan pilihan minuman 1. Jika memilih es jeruk, dengan pilihan
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B] makanan yang tersedia, maka ada 4 pilihan
2. Jika memilih nasi goreng, dengan pilihan minuman menu [S]
2. Jika memilih kopi, dengan pilihan makanan
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [S]
3. Jika memilih pecel, dengan pilihan minuman yang
3. Jika memilih kopi susu, dengan pilihan
tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
makanan yang tersedia, maka ada 4 pilihan
4. Jika memilih nasi kuning, dengan pilihan minuman
menu [S]
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
4. Jika memilih teh, dengan pilihan makanan yang
5. Jika memilih nasi uduk, dengan pilihan minuman
tersedia, maka ada 4 pilihan menu [S]
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
5. Banyak total pilihan menu yang tersedia adalah
6. Banyak total pilihan menu yang tersedia adalah 5
4 minuman x 4 makanan= 16 pilihan menu [S]
makanan x 4 minuman = 20 pilihan menu [B]
Mengapa?
2. Jika Anis ingin minum es jeruk, maka ada 2 pilihan menu yang dapat dipilih B/S
Mengapa?
173
3. Total pilihan menu makanan yang dapat dipilih adalah 3 menu makanan x 2 menu minuman
= 6 pilihan menu B/S
Mengapa?
4. Total pilihan menu makanan yang dapat dipilih adalah 3 menu makanan + 2 menu minuman
= 5 pilihan menu B/S
Mengapa?
Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam cara, dan jika kejadian tersebut diikuti oleh kejadian
kedua yang dapat terjadi dalam cara, jika kedua kejadian tersebut diikuti oleh kejadian ketiga
yang terjadi dalam cara, … demikian seterusnya, maka k kejadian yang terjadi secara
berurutan tersebut dapat dirumuskan menjadi:
174
ILUSTRASI 2
Pergi ke Bank, membeli buku, menjemput adik dan mengembalikan buku Elza. Bagaimana cara
menentukan susunan kegiatan yang harus Revi lakukan dari awal sampai akhir?
2. Ada 3 pilihan kegiatan yang bisa dipilih Revi untuk kegiatan keduanya B/ S
Mengapa?
Mengapa?
175
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………………………………..
Jika pelatih memilih Bagas, Iqbal, dan Julian maka yang berposisi sebagai pembawa baki
adalah ………………………..
Jika pelatih memilih Iqbal, Julian, dan Bagas maka yang berposisi sebagai pembawa baki
adalah ………………………..
Apakah urutan tempat pemilihan mempengaruhi jumlah susunan kemungkinan
pemilihan?
……………………………………………………………………………………………..
Ada berapa kemungkinan susunan yang dapat pelatih pilih?
……………………………………………………………………………………………..
Mengapa?
2. Jika kita akan memilih 3 paskibra dari 5 paskibra, maka banyaknya susunan
yang berbeda adalah 5 x 4 x 3 x 2 x 1 B/S
Mengapa?
3. Jika Bayu tidak diikutsertakan dalam pemilihan itu, maka banyaknya susunan
3 pasibra yang dapat dipilih oleh pelatih adalah 24 susunan B / S
Mengapa?
178
Banyaknya susunan berbeda yang mungkin merupakan banyak permutasi 3 objek dari 5
objek yang tersedia, dan ditulis dengan . Atau penjabarannya dapat diubah menjadi
Permutasi objek dari objek yang tersedia dapat dirumuskan sebagai berikut:
ILUSTRASI 2
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
2. Jika ada 6 orang duduk melingkar di meja bundar, maka aka nada …. susunan posisi
duduk
3. Konsep yang digunakan adalah konsep ….
4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya permutasi yang dapat disusun
secara melingkar sama dengan
181
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………………………………..
Dalam permutasi didapat 60 pilihan. Karena susunan tidak diperhatikan, maka urutan pun
akan banyak yang sama.
1. Revy , Julian, Bayu = Bayu, Julian, Revy = Julian, Revy, Bayu = Julian Bayu = Revy
= Revy, Bayu, Julian = Bayu, Revy, Julian ( 1 kombinasi)
2. …………………..
3. ……………………..
…………………….
Ada berapa kemungkinan susunan yang dapat pelatih pilih?
………………………………………………………………………………………………………
𝐶
=
183
Mengapa?
2. Jika yang dipilih hanya 2 orang, maka banyaknya cara memilih ada 5 cara B/S
Mengapa?
3. Jika 1 paskibra sakit dan mengundurkan diri, maka banyaknya cara memilih
3 paskibra dari paskibra yang tersisa adalah 10 cara B/S
Mengapa?
Kombinasi k objek dari n objek yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
184
ILUSTRASI
Nurul dan Osha sedang bermain tebak-tebakan dengan menggunakan dua buah dadu. Dua buah dadu
tersebut akan ditos secara bersamaan. Nurul mempredisksi bahwa dua dadu yang ditos tersebut akan
menghasilkan angka prima semuanya. Osha memprediksi bahwa dua dadu yang ditos tersebut akan
menghasilkan jumlah angka keduanya sama dengan 5. Siapakah yang mempunyai peluang paling besar
untuk memenangi tebak-tebakkan tersebut? Bagaimana caranya jika Nurul atau Osha memprediksi hal
lain yang mungkin terjadi saat kedua dadu tersebut ditos?
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas? Jika ya,
sebutkan!
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
Perhatikan data-data di atas, kemudian isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Ada berapa ruang sampel untuk pengetosan dua dadu?.....
Lengkapilah!
Berilah tanda lingkaran pada kejadian yang diprediksi oleh Nurul
Berilah tanda persegi pada kejadian yang diprediksi oleh Osha
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
6
2. Jika A adalah kejadian yang diprediksi oleh Nurul, maka perbandingan A dengan ruang
sampel adalah …………………………………………...
3. Jika B adalah kejadian yang diprediksi oleh Osha, maka perbandingan B dengan ruang sampel
adalah …………………………………………..
4. Jika perbandingan suatu kejadian dengan ruang sampel diamakan peluang. Maka peluang
kejadian yang diprediksi oleh Nurul adalah ……………………………. Dan peluang kejadian
yang diprediksi oleh Osha adalah ………………………………………
Jika Elza ikut menebak hasil dari pengetosan dua buah dadu dan Elza menebak bahwa mata dadu
yang keluar menghasilkan jumlah angka keduanya sama dengan 8. Maka bagaimana peluang
Elza untuk memenangi tebak-tebakan tersebut?
186
1. Jika Elza membuat perkiraan hasil seperti itu maka ada 4 kejadian yang B/S
terjadi (2,6), (3,5), (5,3), (6,2)
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
Dari hasil tersebut, maka perhatikan dan jawab pertanyaan berikut ini!
1. Berapakah peluang kejadian yang diprediksi oleh Nurul? …………………………………..
2. Berapakah peluang kejadian yang diprediksi oleh Osha? ……………………………………
3. Berapakah peluang kejadian yang diprediksi oleh Elza? ……………………………………
4. Apakah ruang sampel yang digunakan pada peluang yang diprediksi oleh Nurul, Osha dan
Elza sama?
………………………………………………………………………………………..
Jika = banyak kejadian yag terjadi
= banyak ruang sampel
Peluang dari suatu kejadian dapat didefinikan sebagai
Maka
187
Kelompok :
Kelas : Tujuan Pembelajaran:
Nama Anggota Kelompok : 1. Siswa mampu menerapkan konsep yang
1. logis dan masuk akal dalam masalah yang
2. berkaitan dengan frekuensi harapan
3. 2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu
4. masalah untuk menyelesaikan masalah
5. yang berkaitan dengan frekuensi harapan
6.
ILUSTRASI
Dari ilustrasi sebelumnya dinyatakan bahwa prediksinya Nurul (dua
dadu yang dittos akan menghasilkan angka prima semuanya)
mempunyai peluang yang lebih kecil daripada prediksi Osha (dua dadu
yang dittos akan menghasilkan jumlah angka keduanya samadengan 8).
Nurul menginginkan agar dua dadu tersebut dilempar sebanyak 108
kali. Apakah Nurul akan tetap mempunyai peluang yang lebih kecil
daripada Osha atau sebaliknya?
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas? Jika ya,
sebutkan!
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
Perhatikan data-data di atas, kemudian isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
a. Ada berapa ruang sampel untuk pengetosan dua dadu?.....
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
6
Mengapa?
189
Mengapa?
3. Semakin sedikit jumlah percobaan maka semakin kecil juga frekuensi harapan B / S
Untuk suatu kejadian
Mengapa?
Frekuensi harapan untuk Nurul saat 108 kali lemparan adalah ……………………..
Frekuensi harapan untuk Nurul saat 72 kali lemparan adalah ………………………
Frekuensi harapan untuk Osha saat 108 kali lemparan adalah ………………………
Frekuensi harapan untuk Osha saat 72 kali lemparan adalah ……………………….
Jika frekuesni harapan dimisalkan dengan F(h), peluang kejadian A dimisalkan dengan p(A) dan
banyaknya kejadian adalah n.
Maka rumus untuk mencari frekuensi harapan secara umum adalah :
190
Kelompok :
Kelas : Tujuan Pembelajaran:
Nama Anggota Kelompok : 1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk
1.
akal dalam masalah yang berkaitan dengan
2.
peluang suatu kejadian saling lepas.
3.
2. Menggeneralisasi suatu masalah untuk
4.
menyelesaikan masalah yang berkaitan
5.
dengan peluang suatu kejadian saling lepas
6.
ILUSTRASI
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Berdasarkan data-data yang sudah diketahu, maka:
a. Peluang kejadian A adalah …………………………………………….
b. Peluang kejadian B adalah …………………………………………….
c. Peluang kejadian A atau B adalah ……………....................................
d. Apakah ada titik sampel di kejadian A dan kejadian B yang sama?
………………………………………………………………………...
Mengapa?
Mengapa?
192
Mengapa?
ILUSTRASI
Dalam sebuah kantong terdapat 20 kartu, masing-masing diberi
nomor yang berurutan dari 1 sampai 20.
2. A dan B adalah kejadian yang tidak berbeda dan tidak saling mempengaruhi
3. Kejadian A dan B terjadi secara bersama-sama
4. Peluang kejadian A dan B adalah
194
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Secara kebetulan, tiba-tiba Puput datang. Puput memperkirakan A adalah kejadian munculnya
kartu bernomor 8 dan B adalah kejadian munculnya kartu bernomor 20.. Bagaimana cara
menentukan peluang A dan B berdasarkan definisi yang dibuat oleh Puput?
Karena pendefinisan kejadian A dan B Puput berbeda dari Tari, maka untuk menentukan
peluang A dan B menurut Puput maka terlebih dahulu harus mengetahui peluang kejadian A
dan peluang kejadian B.
1. Peluang kejadian A adalah B / S
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
195
Kelompok :
Tujuan Pembelajaran:
Kelas :
Nama Anggota Kelompok : 1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk
1. akal dalam masalah yang berkaitan dengan
2. peluang bersyarat.
3. 2. Menggeneralisasi suatu masalah untuk
4. menyelesaikan masalah yang berkaitan
5. dengan peluang bersayarat
6.
ILUSTRASI 1
Seorang pesulap akan bermain dengan sebuah kantong hitam yang berisi kumpulan bola.
Di dalam kantong tersebut ada 9 bola yaitu 5 bola merah dan 4 bola biru. Pesulap tersebut
menyuruh seorang anak kecil unruk mengambil 2 bola dari kantong tersebut dengan satu
persatu tanpa pengembalian. Bagimana cara menentukan peluang anak kecil tersebut
mengambil bola merah dipengambilan pertama dan megambil bola biru dipengambilan
kedua?
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Mengapa?
Mengapa?
198
Mengapa?
ILUSTRASI 2
Ada 5 nomor telepon tanpa nama di kertas yang tergeletak di atas meja. Salah satu dari nomor itu
adalah nomor Reyza. Arum yang tidak tahu pasti yang mana nomor Reyza mencoba menelepon satu-
satu nomor tersebut. Tentukan peluang bahwa yang ditelpon adalah Rani pada percobaan ketiga!
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Berdasarkan data-data yang sudah diketahui, maka:
Setelah 2 kali gagal, Arum kembali mencobanya untuk ketiga kali. Dan akhirnya berhasil.
Maka perhatikanlah pernyataan-pernyataan di bawah ini!
Mengapa?
200
Mengapa?
Mengapa?
Lampiran 9
Lampiran 10
1. Dalam suatu karang taruna, akan dilakukan pemilihan ketua dan wakil ketua dengan
sistem voting. Sebelumnya panitia harus mengetahui berapa banyak kemungkinan
pasangan calon ketua dan calon wakil ketua yang dapat terbentuk dari kandidat-
kandidat yang sudah dicalonkan. Misalnya:
Berdasarkan hasil keputusan, jumlah pasangan yang bisa terbentuk tidak boleh
melebihi 100 pasangan. Ada berapa jumlah maksimal kandidat yang bisa
dicalonkan?
3. Kota impian terdiri dari beberapa lorong yang digambarkan sebagai garis-garis pada
gambar di bawah ini
B
A
204
Jika Fitriana akan bepergian dari titik A ke titik B dengan jalur yang seefisien
mungkin, maka ada berapa banyak jalur yang bisa dilalui oleh Fitriana? Jelaskan!
4. Menghadapi Hari Raya Idul Adha, usaha penjualan sapi milik Pak Rizki tentunya
lebih bergeliat dari biasanya. Agar
mempermudahnya, Pak Rizki mempunyai
ide untuk memberikan nomor punggung
untuk setiap sapinya. Nomor punggung
tersebut terdiri dari 4 digit angka. Jika
banyaknya sapi Pak Rizki ada 50 ekor.
Cukupkah nomor yang tersedia untuk
memberi nomor punggung ke lima puluh
sapi tersebut? Jelaskan!
6. Tersedia 15 kunci berbeda dan ada 1 kunci yang dapat digunakan untuk
membuka sebuah pintu. Kunci diambil satu persatu tanpa pengembalian.
Tentukan peluang kunci yang terambil dapat digunakan untuk membuka pintu
pada pengambilan kesepuluh!
205
Lampiran 11
( )
( )
( )
( )
( )
( )
Karena jumlah pasangan tidak boleh lebih dari 100, maka kita harus menebak
kira-kira berapa kandidat yang bisa dicalonkan.
Setelah memperkirakan, maka kandidat yang bisa dicalonkan maksimal hanya
10 kandidat.
( )
( )
Karena apabila ada 11 kandidat, maka calon pasangan yang terbentuk adalah
110 pasangan, melebihi batas maksimal. Jadi, maksimal kandidat yang bisa
diicalonkan adalah 10 kandidat.
( )
( )
206
( ) ( )
jalur
( ) ( )
jalur
4. Karena angka yang digunakan tidak dibatasi dan tidak ada ketentuan bahwa
angka tersebut boleh diulang atau tidak, maka jawaban bisa bervariasi, yang
peting konsep yang digunaka adalah aturan perkalian
Total ruang sampelnya
1). Misal
4 3 2 1
= 4x 3 x 2 x 1 = 24 nomor. Karena sapi sapi Pak Rizki ada 50 ekor,
jelaslah bahwa angka-angka yang sudah disiapkan Pak Rizki tidak mampu
untuk melabeli seluruh sapinya
2). Misal
10 10 10 10
= 10 x 10 x 10 x 10 = 10000 nomor. Angka pada setiap digit boleh
berulang dari angka 0-9. Karena sapi sapi Pak Rizki ada 50 ekor, jelaslah
bahwa angka-angka yang sudah disiapkan Pak Rizki mampu untuk
melabeli seluruh sapinya.
3). Dan jawaban lainnya yang masuk akal dan logis.
207
( )
( )
Peluangnya adalah
Peluangnya adalah
6. Masalah tersebut berarti pada pengambilan ke-1 sampai ke-9 gagal dan
pengambilan ke-10 sukses. Peluang gagal pada pengambilan ke-1 sampai ke-9
berturut-turut adalah
x x…x =
( | )
( ) ( ) x ( | )
208
Lampiran 12
Lampiran 13
Skor tertinggi = 22
211
Lampiran 14
Nama x y xy
A 2 11 4 121 22
B 3 16 9 256 48
C 4 20 16 400 80
D 3 18 9 324 54
E 4 20 16 400 80
F 4 18 16 324 72
G 2 17 4 289 34
H 3 19 9 361 57
I 2 17 4 289 34
J 3 19 9 361 57
K 3 15 9 225 45
L 2 5 4 25 10
M 2 7 4 49 14
N 2 16 4 256 32
O 3 20 9 400 60
P 2 7 4 49 14
Q 2 17 4 289 34
R 2 18 4 324 36
S 2 16 4 256 32
T 4 22 16 484 88
U 2 7 4 49 14
V 2 11 4 121 22
W 1 16 1 256 16
X 1 6 1 36 6
Y 2 9 4 81 18
Z 2 15 4 225 30
AA 2 6 4 36 12
AB 4 19 16 361 76
AC 4 22 16 484 88
AD 4 20 16 400 80
AE 2 6 4 36 12
AF 2 18 4 324 36
AG 3 17 9 289 51
AH 1 6 1 36 6
Jumlah 86 496 246 8216 1370
212
√(( )( ) ( ) ) (( )( ) ( ) )
= 0,691
Lampiran 15
1 A 2 3 4 2 0 0 11
2 B 3 3 4 1 2 3 16
3 C 4 4 4 4 4 0 20
4 D 3 4 4 2 4 1 18
5 E 4 4 3 4 4 1 20
6 F 4 4 4 2 4 0 18
7 G 2 3 4 4 4 0 17
8 H 3 4 4 4 3 1 19
9 I 2 4 4 4 2 1 17
10 J 3 4 4 4 4 0 19
11 K 3 3 4 2 2 1 15
12 L 2 1 1 1 0 0 5
13 M 2 0 1 2 2 0 7
14 N 2 4 4 2 2 2 16
15 O 3 3 4 4 4 2 20
16 P 2 1 0 2 2 0 7
17 Q 2 3 4 4 2 2 17
18 R 2 3 4 4 2 3 18
19 S 2 3 1 4 4 2 16
20 T 4 4 4 4 4 2 22
21 U 2 0 1 4 0 0 7
22 V 2 1 4 1 1 2 11
23 W 1 3 4 2 4 2 16
24 X 1 2 1 2 0 0 6
25 Y 2 2 1 2 2 0 9
26 Z 2 4 4 3 2 0 15
27 AA 2 1 1 2 0 0 6
28 AB 4 4 4 2 4 1 19
29 AC 4 3 4 4 4 3 22
30 AD 4 3 4 3 4 2 20
31 AE 2 0 2 2 0 0 6
32 AF 2 3 4 4 2 3 18
33 AG 3 4 4 2 4 0 17
34 AH 1 1 2 1 1 0 6
∑ 86 93 106 94 83 34 496
0,691 0,861 0,805 0,599 0,838 0,556
0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid
214
Lampiran 16
∑ ∑
( )
∑ ∑
( )
( )
Perhitungan nilai varians skor soal yang lainnya dan varians total menggunakan
Microsoft excel.
∑
( )( )
( )( )
Dari uji reliabilitas yang dilakukan pada butir soal yang valid, didapatkan
reliabilitasnya sebesar 0,837 dengan tingkat reliabilitas tinggi
215
Lampiran 17
∑ 9,307
∑ 29,704
0,837
Kriteria Sangat
Baik
217
Lampiran 18
PERHITUNGAN UJI TARAF KESUKARAN
P = 0,63 berada pada interval 0,30 p < 0,70, maka soal nomor 1 memiliki taraf
kesukaran dengan kriteria sedang.
Perhitungan taraf kesukaran butir soal yang lainnya menggunkan Microsoft excel
218
Lampiran 19
1 A 2 3 4 2 0 0 11
2 B 3 3 4 1 2 3 16
3 C 4 4 4 4 4 0 20
4 D 3 4 4 2 4 1 18
5 E 4 4 3 4 4 1 20
6 F 4 4 4 2 4 0 18
7 G 2 3 4 4 4 0 17
8 H 3 4 4 4 3 1 19
9 I 2 4 4 4 2 1 17
10 J 3 4 4 4 4 0 19
11 K 3 3 4 2 2 1 15
12 L 2 1 1 1 0 0 5
13 M 2 0 1 2 2 0 7
14 N 2 4 4 2 2 2 16
15 O 3 3 4 4 4 2 20
16 P 2 1 0 2 2 0 7
17 Q 2 3 4 4 2 2 17
18 R 2 3 4 4 2 3 18
19 S 2 3 1 4 4 2 16
20 T 4 4 4 4 4 2 22
21 U 2 0 1 4 0 0 7
22 V 2 1 4 1 1 2 11
23 W 1 3 4 2 4 2 16
24 X 1 2 1 2 0 0 6
25 Y 2 2 1 2 2 0 9
26 Z 2 4 4 3 2 0 15
27 AA 2 1 1 2 0 0 6
28 AB 4 4 4 2 4 1 19
29 AC 4 3 4 4 4 3 22
30 AD 4 3 4 3 4 2 20
31 AE 2 0 2 2 0 0 6
32 AF 2 3 4 4 2 3 18
33 AG 3 4 4 2 4 0 17
34 AH 1 1 2 1 1 0 6
∑ 86 93 106 94 83 34 496
p 0,6324 0,6838 0,7794 0,6912 0,6103 0,25
Kriteria Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar
219
Lampiran 20
( ) ( )
= 0,294 berada pada interval 0,20 < 0,40, maka butir soal nomor 1
memiliki daya pembeda dengan kriteria cukup.
Untuk butir soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama
dengan cara perhitungan daya pembeda butir soal nomor 1
220
Lampiran 21
6 AD 4 3 4 3 4 2 20
7 H 3 4 4 4 3 1 19
8 J 3 4 4 4 4 0 19
9 AB 4 4 4 2 4 1 19
10 D 3 4 4 2 4 1 18
11 F 4 4 4 2 4 0 18
12 R 2 3 4 4 2 3 18
13 AF 2 3 4 4 2 3 18
14 G 2 3 4 4 4 0 17
15 I 2 4 4 4 2 1 17
16 Q 2 3 4 4 2 2 17
17 AG 3 4 4 2 4 0 17
Jumlah 53 61 67 59 59 22 321
Butir Soal
No Nama Skor
1 2 3 4 5 6
18 B 3 3 4 1 2 3 16
19 N 2 4 4 2 2 2 16
20 S 2 3 1 4 4 2 16
21 W 1 3 4 2 4 2 16
Kelompok Bawah
22 K 3 3 4 2 2 1 15
23 Z 2 4 4 3 2 0 15
24 A 2 3 4 2 0 0 11
25 V 2 1 4 1 1 2 11
26 Y 2 2 1 2 2 0 9
27 M 2 0 1 2 2 0 7
28 P 2 1 0 2 2 0 7
29 U 2 0 1 4 0 0 7
30 X 1 2 1 2 0 0 6
31 AA 2 1 1 2 0 0 6
32 AE 2 0 2 2 0 0 6
33 AH 1 1 2 1 1 0 6
34 L 2 1 1 1 0 0 5
Jumlah 53 32 39 35 24 12 175
0,294 0,426 0,412 0,353 0,515 0,147
Kriteria Cukup Baik Baik Cukup Baik Jelek
221
Lampiran 22
KELAS EKSPERIMEN
Indikator
Total
No Nama Nilai
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Skor
1 A 6 5 3 14 58
2 B 7 8 8 23 96
3 C 8 7 5 20 83
4 D 6 6 4 16 67
5 E 7 8 8 23 96
6 F 6 5 6 17 71
7 G 6 7 7 20 83
8 H 8 6 8 22 92
9 I 6 7 7 20 83
10 J 7 8 8 23 96
11 K 7 6 6 19 79
12 L 7 6 8 21 88
13 M 7 7 6 20 83
14 N 7 6 7 20 83
15 O 6 7 5 18 75
16 P 7 7 5 19 79
17 Q 7 8 3 18 75
18 R 7 7 7 21 88
19 S 7 8 6 21 88
20 T 8 7 7 22 92
21 U 6 5 8 19 79
22 V 7 8 6 21 88
23 W 8 6 8 22 92
24 X 6 7 4 17 71
25 Y 7 6 5 18 75
26 Z 7 5 4 16 67
27 AA 7 6 4 17 71
28 AB 7 4 6 17 71
29 AC 7 5 5 17 71
30 AD 7 5 5 17 71
31 AE 7 7 8 22 92
32 AF 7 7 8 22 92
33 AG 6 7 5 18 75
34 AH 8 6 7 21 88
35 AI 6 7 6 19 79
222
Keterangan:
Indikator 1 = Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk
akal.
Indikator 2 = Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Indikator 3 = Kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep
223
Lampiran 23
KELAS KONTROL
Indikator Total
No Nama Nilai
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Skor
1 A 6 5 4 15 63
2 B 3 4 4 11 46
3 C 6 5 5 16 67
4 D 7 5 4 16 67
5 E 8 7 7 22 92
6 F 6 5 7 18 75
7 G 5 4 5 14 58
8 H 8 6 6 20 83
9 I 4 7 7 18 75
10 J 7 5 6 18 75
11 K 7 8 5 20 83
12 L 7 6 5 18 75
13 M 7 6 6 19 79
14 N 6 8 5 19 79
15 O 8 5 6 19 79
16 P 5 7 7 19 79
17 Q 6 5 5 16 67
18 R 7 6 5 18 75
19 S 7 5 6 18 75
20 T 7 7 7 21 88
21 U 5 6 7 18 75
22 V 7 6 8 21 88
23 W 5 5 6 16 67
24 X 7 5 7 19 79
25 Y 8 6 6 20 83
26 Z 6 6 3 15 63
27 AA 7 5 7 19 79
28 AB 8 5 6 19 79
29 AC 8 5 7 20 83
30 AD 6 5 6 17 71
31 AE 7 8 6 21 88
32 AF 7 7 7 21 88
33 AG 3 5 6 14 58
34 AH 6 4 7 17 71
35 AI 6 5 6 17 71
223 199 207
224
Skor
280 280 280
maksimal
% 79,64% 71,07% 73,93%
Keterangan:
Indikator 1 = Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk
akal.
Indikator 2 = Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Indikator 3 = Kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep
225
Lampiran 24
A. Ditribusi Frekuensi
1. Banyak data (n) = 35
2. Perhitungan rentang
R= = 96 – 48 = 38
3. Perhitungan banyak kelas
K = 1+ 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (35)
= 1 + 3,3 (1,54)
= 6,10 = 6 (pembulatan ke bawah )
4. Perhitungan panjang kelas
B. Perhitungan Mean
∑
̅
∑
.
C. Perhitungan Median
( )
( )
D. Perhitungan Modus
( )
( )
E. Perhitungan Kuartil
( )
( )
( )
( )
F. Perhitungan Persentil
( )
227
( )
( )
( )
G. Perhitungan Varians
∑ (∑ )
( )
( ) ( )
( )
I. Perhitungan Kemiringan
̅
( )
( )
228
Lampiran 25
A. Ditribusi Frekuensi
1. Banyak data (n) = 35
2. Perhitungan rentang
R= = 92 – 46 = 46
3. Perhitungan banyak kelas
K = 1+ 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (35)
= 1 + 3,3 (1,54)
= 6,10 = 6 (pembulatan ke bawah )
4. Perhitungan panjang kelas
B. Perhitungan Mean
∑
̅
∑
.
C. Perhitungan Median
( )
( )
D. Perhitungan Modus
( )
( )
E. Perhitungan Kuartil
( )
( )
( )
( )
F. Perhitungan Persentil
( )
230
( )
( )
( )
G. Perhitungan Varians
∑ (∑ )
( )
( ) ( )
( )
I. Perhitungan Kemiringan
̅
( )
( )
231
Lampiran 26
Indikator 2 =
Indikator 3 = = 76,07%
232
Lampiran 27
Indikator 2 =
Indikator 3 = = 73,93%
233
Lampiran 28
Luas
Kelas Batas ( )
No Z F(Z) Kelas
Interval Kelas
Interval
57,5 -2,38 0,008738
1 58-64 0,0391 1,3668 1 0,098
64,4 -1,67 0,04779
2 65-71 0,1268 4,4377 8 2,860
71,5 -0,94 0,174582
3 72-78 0,2399 8,3963 4 2,302
78,5 -0,22 0,414475
4 79-85 0,2784 9,7452 9 0,057
85,5 0,50 0,69291
5 86-92 0,1967 6,8833 10 1,411
92,5 1,22 0,889577
6 93-99 0,0845 2,9576 3 0,001
99,5 1,94 0,974079
Mean 80,60
Simpangan Baku (S) 9,72
6,73
7,81
Kesimpulan : Terima Ho
Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Keterangan:
frekuensi observasi
= frekuensi ekspektasi
234
Lampiran 29
Luas
Kelas Batas ( )
No Z F(Z) Kelas
Interval Kelas
Interval
41,5 -3,41 0,00032
1 42-50 0,0058 0,2027 1 3,14
50,5 -2,51 0,006113
2 51-59 0,0490 1,7142 2 0,05
59,5 -1,60 0,055091
3 60-68 0,1903 6,6590 6 0,07
68,5 -0,69 0,245348
4 69-77 0,3413 11,9461 10 0,32
77,5 0,22 0,586664
5 78-86 0,2835 9,9223 11 0,12
86,5 1,13 0,870159
6 87-95 0,1089 3,8126 5 0,37
95,5 2,04 0,979091
Mean 75, 33
Simpangan Baku (S) 9,91
4,05
7,81
Kesimpulan : Terima Ho
Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Keterangan:
frekuensi observasi
= frekuensi ekspektasi
235
Lampiran 30
C. Menentukan
D. Membandingkan dengan
= FINV(0,05;34;34) yaitu 1,77
Dari hasil perhitungan diperoleh, = 1,04 < 1,77
E. Kesimpulan
Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh ,
maka Ho diterima, artinya kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
236
Lampiran 31
H1 : 1 2
Keterangan:
1 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen
2 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
kontrol
H0 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata kemampuan berpikir
intuitif matematis siswa kelas kontrol
H1 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa kelas kontrol
Dengan ( ) ( )
= TINV(0,1;68)
Pada taraf signifikansi = 0,05 diperoleh .
Kriteria pengujian untuk uji hipotesis statistic sebagai berikut:
Jika , maka Ho diterima
Jika , maka H1 diterima
237
C. Menentukan
( ) ( )
√
( )( ) ( )( )
√
̅̅̅
D. Membandingkan dengan
Dari hasil perhitunga diperoleh
E. Kesimpulan
Dari pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh maka
Ho ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain rata-rata kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih dari rata-rata
kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas kontrol
238
Lampiran 32
Lampiran 33
Lampiran 34