Anda di halaman 1dari 199

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIKA SISWA
(Studi Eksperimen di SMP Negeri 63 Jakarta)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

HUSEIN NUR AMINUDIN


108017000036

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ABSTRAK

Husein Nur Aminudin (108017000036), Pengaruh Pendekatan Brain Based


Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2015

Brain Based Learning merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan


cara otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pendekatan Brain Based Learning terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di
SMP Negeri 63 Jakarta tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Posttest
Only Control Design. Subyek penelitian ini adalah 71 siswa yang terdiri dari 35
siswa untuk kelompok eksperimen dan 36 siswa untuk kelompok kontrol yang
diperoleh dengan teknik cluster random sampling pada siswa kelas VII. Instrumen
yang digunakan adalah tes pemahaman konsep matematika yang terdiri dari 10
butir soal berbentuk essay. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ”Rata-rata kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan pendekatan Brain
Based Learning lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran secara konvensional”. Dengan
demikian, pendekatan Brain Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa.

Kata kunci: Pendekatan Brain Based Learning, Pemahaman Konsep Matematika

i
ABSTRACT

Husein Nur Aminudin (108017000036), The Influence of Brain Based Learning


Approach in Mathematics Learning Towards The Student Mathematical
Conceptual Understanding. Thesis Department of Mathematics Education,
Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta, July 2015

Brain Based Learning defined as way of learning that is aligned with how
the brain naturally learns the best. The purpose of this study was to determine the
influence of brain based learning approach towards the student mathematical
conceptual understanding. The research was carried out in state junior high
school 63 Jakarta academic year 2014/2015. The method used in this research is
quasi experimental method with posttest only control design as the experimental
design. The subjects of this study were 71 students consisting of 35 students for
the experimental class and 36 students for the class of control obtained by cluster
random sampling technique to VII grade students. The instrument used is a
mathematical conceptual understanding of the skill test consists of 10 items about
the essay form. The data analysis technique used in this study is the t-test. The
result of research that "The average of the students mathematical conceptual
understanding whom taught by brain based learning approach is higher than the
average of the students mathematical conceptual understanding whom taught by
the conventional learning". The conclussion is the approach of brain based
learning toward the students mathematical conceptual understanding.

Key words: Brain Based Learning Approach, Mathematical Conceptual


Understanding

ii
KATA PENGANTAR

‫ٱلر ۡح َٰم ِن ه‬
‫ٱلر ِح ِيم‬ ‫ِب ۡس ِم ه‬
‫ٱَّللِ ه‬

Alhamdulillah, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. yang telah


memberikan nikmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa,
perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif
dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh
sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang juga menjadi
Dosen Pembimbing akademik penulis.
3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Dra. Afidah Mas’ud selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
waktu, bimbingan, arahan, motivasi, serta kesabaran dalam membimbing
penulis selama ini.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Kepala Sekolah SMP Negeri 63 Jakarta, Bapak H.M. Jamil, S.Pd yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

iii
7. Seluruh dewan guru SMP Negeri 63 Jakarta, khususnya Ibu Desnawati S.Pd
selaku guru mata pelajaran yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian ini. Serta siswa dan siswi SMP Negeri 63 Jakarta, khususnya kelas
VII-1 dan VII-3.
8. Keluarga tercinta Ayahanda (Alm) Tohid Aminudin dan Ibu Siti Aminah yang
selalu mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan
moril dan materil kepada penulis. Kakak-kakak Fitriyadi Nur Aminudin S.P,
Supriyadi Nur Aminudin, Hasan Nur Aminudin S.Si serta semua keluarga
yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam
mengejar dan meraih cita-cita.
9. Ulfah Fauziyah S.Pd yang selalu memberikan informasi seputar kampus dan
semangat tiap waktunya.
10. Sahabat Rosita Mahmudah S.Pd, Euis Syahrini S.Pd, Syahidah Belanisa S.Pd
serta teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan
’08, kelas A dan B semoga sukses selalu kawan-kawan.
11. Keluarga besar komunitas Jakampus UIN yang telah berbagi informasi lintas
fakultas, canda, tawa, serta semangat. Abdul Hayyi S.Sos.I, Mahmud Hidayat
S.Pd.I, Alfian Syahrudin, Taufik Ardiansyah S.Si, Nurul Haq S.Kom.I, Martcy
Chrisna S.Pd, Ahmad Sandi Adam S.Si, Abidilar Syawaludin beserta teman-
teman anggota Jakampus UIN yang tidak bisa disebutkan namanya satu per
satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan


dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan penulis di masa mendatang. Penulis mengharapkan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, Juli 2015


Penulis

Husein Nur Aminudin

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6
D. Rumusan Masalah Penelitian .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
BAB II DESKRIPSI TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS............... 8
A. Deskripsi Teoritik ..................................................................................... 8
1. Pemahaman Konsep Matematika ....................................................... 8
a. Pengertian Pemahaman Konsep ..................................................... 8
b. Jenis Pemahaman Konsep matematika ........................................ 10
2. Pendekatan Brain Based Learning .................................................... 13
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran........................................... 13
b. Pengertian Pendekatan Brain Based Learning ............................. 14
c. Tahap-tahap Pembelajaran Brain Based Learning ....................... 20
d. Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Brain Based
Learning ……………………………………………………………….. 21
3. Pendekatan Konvensional ................................................................. 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 24
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 25
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 28

v
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 29
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................ 29
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 30
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 30
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 37
G. Hipotesis Statistik ................................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 42
A. Deskripsi Data ........................................................................................ 42
1. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen ............... 42
2. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Kontrol ..................... 44
B. Analisis Data .......................................................................................... 47
1. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................. 47
2. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 49
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 50
1. Pembelajaran Dengan Pendekatan Brain Based Learning ………… 50
2. Analisis Hasil Pemahaman Konsep Matematika Siswa …………… 55
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... .. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 64


A. Kesimpulan ............................................................................................ 64
B. Saran ...................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Rata-rata Nilai UN Matematika SMP/MTS DKI


Jakarta 2012-2014 ........................................................................... 2
Tabel 1.2 Daftar Rata-rata Nilai UN Matematika SMP Negeri 63
Jakarta 2012-2014 ........................................................................... 2
Tabel 2.1 Pemahaman konsep Matematika Menurut Skemp .......................... 12
Tabel 3.1 Desain penelitian ........................................................................... 29
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika ............. 31
Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematika ................ 32
Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas ................................................................... 35
Tabel 3.5 Kategori Indeks Kesukaran ............................................................ 35
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ................................................................. 36
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ......................................... 37
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas Eksperimen .......................................................................... 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas Kontrol ............................................................................... 44
Tabel 4.3 Perbandingan Statistik Hasil Tes Kelas Eksperimen dan
Kontrol .......................................................................................... 46
Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Siswa Tiap Aspek Pemahaman............................... 47
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ..................... 48
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol .................. 49
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji-t ......................................... 50

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka berpikir Brain Based Learning ......................... 27


Gambar 4.1 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen .................. 44
Gambar 4.2 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ........................ 45
Gambar 4.3 Salah Satu Peta Konsep Pada Tahap Pra-Pemaparan ................... 51
Gambar 4.4 Siswa Berdiskusi Kelompok Pada Tahap Inisisai dan
Akuisisi ...................................................................................... 53
Gambar 4.5 Perwakilan Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompok
Pada Tahap Elaborasi ................................................................. 53
Gambar 4.6 Siswa Melakukan Salah Satu Gerakan Brain Gym
(Energy Yawn) ........................................................................... 54
Gambar 4.7 Siswa Menonton Vidio Tebak Warna Untuk Melatih Fokus dan
Konsentrasi ............................................................................... 54
Gambar 4.8 Diagram Batang Nilai Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol Pada Aspek Instrumental dan Relasional ...................... 55
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 4 ........................ 56
Gambar 4.10 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 4 .............................. 57
Gambar 4.11 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 5b ...................... 58
Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 5b ............................ 58
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 3 ........................ 59
Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 3 .............................. 60
Gambar 4.15 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 2 ........................ 61
Gambar 4.16 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 2 .............................. 61

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ...... 69


Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ............. 91
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ............................................................ 107
Lampiran 4 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep
Matematika ........................................................................ 128
Lampiran 5 Rubrik Penskoran Instrumen Tes Pemahaman Konsep
Matematika ........................................................................ 130
Lampiran 6 Soal Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep
Matematika ......................................................................... 131
Lampiran 7 Hasil Uji Coba Instrumen .................................................... 133
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Instrumen .............................................. 134
Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen........................................... 136
Lampiran 10 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ............................... 138
Lampiran 11 Hasil Uji Perhitungan Daya Pembeda Instrumen ................. 140
Lampiran 12 Rekapitulasi Perhitungan Validitas, Daya Pembeda,
dan Tingkat Kesukaran ........................................................ 142
Lampiran 13 Kisi-kisi Posttest Pemahaman Konsep Matematika ............. 143
Lampiran 14 Soal Posttest Pemahaman Konsep Matematika ................... 144
Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Posttest Pemahaman Konsep
Matematika ......................................................................... 146
Lampiran 16 Hasil Posttest Kelas Eksperimen ......................................... 151
Lampiran 17 Hasil Posttes Kelas Kontrol ................................................. 152
Lampiran 18 Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen ........................ 153
Lampiran 19 Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol .............................. 158
Lampiran 20 Skor Per-Indikator Kelompok Eksperimen .......................... 163
Lampiran 21 Skor Per-Indikator Kelompok Kontrol................................. 164
Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas ................................................ 165
Lampiran 23 Perhitungan Uji Homogenitas .............................................. 167

ix
Lampiran 24 Perhitungan Pengujian Hipotesis ......................................... 168
Lampiran 25 Wawancara Pra Penelitian ................................................... 170
Lampiran 26 Soal UTS Ganjil Kelas VII ................................................. 172
Lampiran 27 Data Obsevasi Nilai UTS Kelas VII .................................... 173
Lampiran 28 Tabel Nilai-nilai r Product Moment ..................................... 174
Lampiran 29 Tabel Harga Kritis Distribusi Chi Square ............................ 175
Lampiran 30 Tabel Harga Kritis Distribusi F ........................................... 177
Lampiran 31 Tabel Harga Kritis Distribusi t............................................. 178
Lampiran 32 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................... 180
Lampiran 33 Uji Referensi ....................................................................... 181

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki


seorang siswa dalam menempuh pendidikan formal. Seperti yang telah kita alami,
dari tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah menggunakan pelajaran
matematika sebagai prasyarat kelulusan. Belajar matematika sangatlah diperlukan,
karena matematika adalah unsur penting dalam kehidupan. Siapapun yang
menggeluti bidang apapun butuh matematika untuk berfikir matematis, bernalar,
berlogika, berfikir kritis, berkomunikasi dengan baik, memprediksi dan
mengambil keputusan.
Mata pelajaran matematika di sekolah sendiri sebenarnya bertujuan agar
siswa memiliki kemampuan sebagaimana dalam Peraturan Menteri nomor 23
Tahun 2006 yaitu Memahami konsep matematika, Menggunakan penalaran,
Memecahkan masalah, Mengomunikasikan gagasan, serta memiliki sikap
menghargai matematika. 1 Artinya pemahaman konsep adalah tujuan pertama
dalam pembelajaran matematika disekolah. Karena memang pemahaman konsep
merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa, apabila
kurangnya pemahaman konsep matematika pada materi yang telah diajarkan akan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan berbagai macam soal yang diberikan
oleh guru. Apalagi jika soal yang diberikan adalah soal dalam bentuk cerita atau
yang memerlukan kemampuan penerjemahan soal kedalam kalimat matematika.
Pada proses pembelajaran matematika yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa. Jika mengacu pada hasil Ujian
Nasional (UN), hasil belajar pada tingkat SMP/MTS Provinsi DKI Jakarta di tiga
tahun terakhir menunjukan hasil yang cukup baik. Walaupun terjadi kenaikan dan
penurunan, tapi secara keseluruhan rata-rata nilai UN di tiga tahun terakhir adalah
7,19.

1
Depdiknas, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika, (Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2007), hal. 4

1
2

Tabel 1.1
Daftar rata-rata nilai UN Matematika
SMP/MTS DKI Jakarta 2012-2014
Nilai rata-rata UN
Tahun
matematika
2012 7,49
2013 6,99
2014 7,11
( sumber : disdik.jakarta.go.id )

Nilai tersebut adalah akumulasi dari nilai SMP/MTS diseluruh Provinsi DKI
Jakarta, dimana tentu saja ada sekolah yang hasil belajarnya bagus tetapi ada pula
yang memiliki hasil belajar yang kurang memuaskan. Hasil penelusuran peneliti
ke salah satu SMP di Jakarta Barat yaitu SMP Negeri 63 menunjukkan hasil
belajar yang belum memuaskan, dimana nilai rata-rata UN untuk mata pelajaran
matematika dalam tiga tahun terakhir masih dibawah rata-rata UN DKI Jakarta.

Tabel 1.2
Daftar rata-rata nilai UN Matematika
SMP Negeri 63 Jakarta 2012-2014
Nilai rata-rata UN
Tahun
matematika
2012 6,39
2013 6,89
2014 6,74
( sumber : disdik.jakarta.go.id )

Data tersebut didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti.


Berdasarkan observasi, hasil belajar matematika di SMP Negeri 63 Jakarta masih
belum maksimal. Terlihat dari hasil ulangan tengah semester (UTS) kelas VII
dengan nilai rata-rata 57,4 dari 174 siswa. Nilai tersebut masih jauh dari standar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Sementara siswa yang
3

mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 38 siswa, artinya hanya 21,8% dari
jumlah siswa kelas VII. Jika dilihat dari jawaban siswa, rata-rata siswa tidak bisa
menjawab pada soal bertipe uraian yang membutuhkan pemahaman lebih dalam.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa belum
maksimal.
Dari hasil diskusi dengan salah satu guru mata pelajaran matematika
kelas VII di sekolah tersebut, diketahui bahwa yang menjadi penyebab dari
permasalahan tersebut diantaranya adalah pendekatan pembelajaran yang dipakai
selama ini masih menggunakan pendekatan tradisional yang menekankan pada
penggunaan rumus dan pengerjaan soal saja. Siswa juga tidak antusias dalam
belajar matematika karena masih menganggap pelajaran matematika itu sulit.
Guru tersebut mengakui bahwa pembelajaran yang dilakukan masih didominasi
dengan metode ceramah, pemberian contoh, dan pengerjaan soal latihan oleh
siswa. Hasilnya siswa akan menemukan kesulitan jika dihadapkan pada soal
aplikasi atau soal yang berbeda dengan soal yang dicontohkan guru. Berdasarkan
hal tersebut, penulis mendapatkan bahwa yang menjadi penyebab rendahnya hasil
belajar di SMP Negeri 63 adalah kurangnya kemampuan pemahaman konsep
matematik yang dimiliki siswa.
Peran guru sangatlah penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pada
pembelajaran matematika biasanya guru cenderung menjelaskan maupun
memberikan segala sesuatu kepada siswa, sehingga siswa menjadi tidak terbiasa
untuk belajar lebih aktif. Pencetus matematika GASING (Gampang Asik dan
Menyenangkan), Prof. Yohanes Surya Ph.D mengatakan “pendidikan matematika
di sekolah lebih menekankan anak menghafal tanpa mengerti bagaimana proses
berfikir logis untuk memahami konsep dasarnya”. 2 Hal tersebut terjadi karena
siswa belajar matematika hanya menerima saja konsep yang sudah jadi tanpa
berpikir untuk memahami bagaimana konsep tersebut terbentuk. Oleh karena itu
dalam situasi ini diperlukan perubahan sudut pandang guru dalam mengajar agar

2
Latief, “Rumit, Konsep Matematika Perlu Diubah”, Kompas Online, Rabu 2 Maret 2011,
10.30 WIB
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/10234091/Rumit.Konsep.Matematika.Perlu.Diubah
4

siswa tidak hanya terpaku pada rumus atau teks baku dalam pembelajaran
matematika.
Pada pelajaran matematika yang mempunyai sifat abstrak, pemahaman
konsep yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru
diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya. Sebab “konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari
konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks”. 3
Sebagai contoh misalnya untuk dapat paham konsep perkalian seorang siswa
harus lebih dulu paham konsep penjumlahan. Hal-hal seperti inilah yang membuat
siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan tidak
menyenangkan. karena siswa yang kurang berbakat matematika atau kurang
mampu dalam mempelajari matematika, sering mengalami kesulitan menangkap
dan memahami konsep yang benar dalam belajar, sehingga proses belajar
mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik.
Salah satu cara untuk membuat pemahaman konsep siswa dalam belajar
menjadi lebih baik adalah dengan menciptakan suasana yang menyenangkan.
Sanjaya menyatakan bahwa “potensi siswa hanya mungkin dapat berkembang
manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan menegangkan. Oleh karena itu perlu
diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan
(enjoyful learning)”.4 Untuk itu, hendaknya guru memperhatikan satu hal penting
dalam tubuh manusia yang selama ini kemampuannya masih kurang
dioptimalkan, yaitu otak. Hal ini dikarenakan kemampuan pemahaman
dipengaruhi oleh cara kerja otak. Seringkali otak tidak diberdayakan dengan
optimal karena kurangnya pengetahuan mengenai karakteristik otak dan strategi
khusus untuk mengoptimalkan fungsi otak. Menurut Jensen “Otak dapat belajar
secara optimal dalam sebuah lingkungan yang kondusif terhadap bagaimana otak
saat paling baik untuk belajar”.5 Berdasarkan penjelasan diatas, berarti dibutuhkan

3
Erna Suwangsih, Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS,
2006), cet.1, hal. 7
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2011), Cet. 8, hal. 134
5
Eric Jensen, Brain-Based Learning: Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak, Terj. dari
Brain Based Learning oleh Narulita Yusron, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), cet. 1, hal.11
5

sebuah pendekatan pembelajaran yang mengoptimalkan kerja otak serta


diperkirakan dapat membuat pemahaman konsep matematika siswa menjadi lebih
baik, yaitu pendekatan Brain Based Learning.
Pendekatan Brain Based Learning merupakan “pembelajaran yang
diselaraskan dengan cara otak yang di desain secara alamiah untuk belajar”.6 Oleh
karena itu, dalam penelitian ini pendekatan Brain Based Learning akan diterapkan
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
siswa. Dengan proses pembelajaran seperti itu, diduga kemampuan pemahaman
konsep siswa dapat meningkat.
Atas dasar permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran di kelas cenderung menggunakan pendekatan yang berpusat
pada guru (ceramah)
2. Hasil belajar dan Pemahaman konsep matematika siswa rendah
3. Pembelajaran matematika yang monoton dan kurang menarik perhatian siswa
4. Siswa tidak antusias dalam belajar matematika

C. Pembatasan Masalah
Agar aspek-aspek dari masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan
menyimpang dari sasaran yang diharapkan, maka penulis membatasi penelitian ini
pada hal-hal berikut:
1. Pengaruh yang dimaksud adalah membandingkan kelas eksperimen dengan
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, siswa diajarkan dengan menggunakan
pendekatan Brain Based Learning sedangkan pada kelas kontrol siswa
diajarkan dengan pendekatan konvesional

6
Ibid., hal.12
6

2. Pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika disini dapat dilihat dari
tes yang mempunyai kriteria indikator pemahaman konsep menurut gagasan
Skemp yang diberikan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Brain Based Learning pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol
3. Pendekatan Brain Based Learning yang dimaksud adalah pembelajaran yang
diselaraskan dengan cara otak yang di desain secara alamiah untuk belajar
4. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 63 Jakarta tahun
ajaran 2014/2015
5. Materi dalam penelitian ini adalah Keliling dan Luas Segitiga dan Segiempat

D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
pendekatan Brain Based Learning dan pendekatan konvensional?
2. Adakah pengaruh pendekatan Brain Based Learning terhadap pemahaman
konsep siswa pada pembelajaran matematika?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari
peneltian ini adalah:
1) Untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep matematika siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional dan pendekatan Brain Based
Learning
2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendekatan Brain Based Learning
terhadap pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika

2. Manfaat Penelitian
1) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk mengetahui seberapa
baik pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dan bahan
7

masukan tentang suatu alternatif pendekatan pembelajaran untuk


meningkatkan pemahaman konsep matematika.
2) Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang akan
mengkaji masalah yang relevan dengan masalah yang terdapat pada penelitian
ini.
3) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan serta pengetahuan dan sebagai
pedoman untuk bekal mengajar kelak pada saat menjadi guru profesional.
4) Bagi Siswa
Pembelajaran matematika dengan Pendekatan Brain Based Learning
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa.
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Pemahaman Konsep Matematika
a. Pengertian Pemahaman Konsep

Pemahaman berarti mampu memahami, mampu mengerti suatu hal.


“Pemahaman juga dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran”. 1
“Pemahaman berbeda dengan pengetahuan, John Dewey menyatakan pengetahuan
sebagai kumpulan fakta, sedangkan pemahaman sebagai pemaknaan terhadap
kumpulan fakta”.2 Artinya seorang yang paham itu bukan hanya tahu, namun
dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.
Lebih luas lagi Bloom mendefinisikan pemahaman sebagai “kemampuan untuk
memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan
ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide
itu secara mendalam”.3 “Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan
tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan
atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep”. 4
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk memahami atau mengerti sesuatu setelah itu
diketahui dan diingat, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang siswa dikatakan telah
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan lebih rinci tentang hal
itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.

1
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), cet. 19, hal. 42
2
Iwan Pranoto, Memahami Pemahaman, 2014, http://bincangedukasi.com/memahami-
pemahaman/
3
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 69
4
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011),
cet. 4, hal. 126

8
9

Sedangkan “konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat


(atribut-atribut) umum”.5 Rooser mengartikan “konsep sebagai suatu abstraksi
yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau
hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama”.6 Konsep adalah
suatu yang sangat luas, makna suatu konsep belum dibatasi oleh sesuatu hal lain,
oleh karena itu konsep bukan merupakan objek khusus.
Pada pembelajaran di sekolah penguasaan konsep sangat diperlukan
seorang siswa, Karena konsep merupakan suatu medium yang menghubungkan
subjek penahu (siswa) dengan objek yang diketahui. Untuk dapat mengerti suatu
materi pelajaran, seorang siswa harus terlebih dahulu mengenali dan mengerti
konsep materi tersebut. Seorang siswa yang telah mengetahui suatu konsep, paling
tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yaitu.
a) Dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya
b) Dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut
c) Dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh
d) Dapat lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep
tersebut.7

Misalkan ketika seorang siswa ditanya tentang konsep segitiga, dan dia
telah mengetahui konsep tersebut, tentu saja didalam pikirannya sudah ada
bayangan tentang segitiga. seperti bentuknya, ciri-cirinya, macam-macamnya, lalu
kemudian siswa tersebut mengatakan apa yang dipikirkannya. Berbeda dengan
siswa yang belum mengetahui atau belum mengenali konsep tersebut tentu akan
diam seribu bahasa.
Berdasarkan definisi pemahaman dan konsep diatas dapat dikatakan
bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam menangkap
pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan

5
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), cet. 5, hal. 161
6
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. 13,
hal. 73
7
Hamalik, op.cit., hal. 166
10

kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan


mampu mengaplikasikannya.

b. Jenis Pemahaman Konsep Matematika


Pemahaman dalam pengertian pemahaman konsep matematika
mempunyai beberapa jenis yang dibedakan oleh tingkat atau indikator yang
berbeda-beda. Berikut beberapa jenis pemahaman konsep menurut para ahli:
1) Menurut Bloom kemampuan pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu:
a) Pemahaman Terjemahan (translation), yaitu kemampuan dalam
menerjemahkan soal kedalam bentuk lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak
menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Misalnya siswa mampu mengubah soal cerita menjadi
model matematika pada materi program linear.
b) Pemahaman Penafsiran (interpretation), Kemampuan ini lebih luas daripada
menerjemahkan, ini adalah kemampuan menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa
bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang
bukan pokok. Misalnya siswa mampu menentukan nilai rata-rata dari
sebuah tabel frekuensi data kelompok statistik.
c) Pemahaman Ekstrapolasi (extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan
menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan
intelektual yang lebih tinggi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang
mampu melihat dibalik yang tertulis, yaitu dapat menyimpulkan suatu
konsep dan menggunakannya dalam perhitungan matematis. Misalnya siswa
mampu menggunakan konsep luas dan keliling untuk menyelesaikan soal
yang merupakan gabungan beberapa bangun datar.8
2) Menurut Suhendra seseorang dinyatakan memahami suatu konsep matematika
apabila:

8
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakara, 2005), cet. 5, hal. 24
11

a) Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui


berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan
dipahaminya sebelumnya
b) Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara kalimat
sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan gagasan konsep
tersebut
c) Mengidentifikasikan hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara
yang tepat
d) Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan
dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut 9

3) Menurut Polya kemampuan pemahaman konsep terbagi menjadi empat


tingkatan, yaitu:
a) Pemahaman Mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan rumus
secara rutin dalam perhitungan sederhana. Contoh siswa mengingat rumus
suatu konsep kemudian menerapkan dalam soal sederhana
b) Pemahaman Induktif, yaitu dapat menerapkan rumus atau konsep dalam
kasus sederhana atau dalam kasus serupa. Contoh siswa mencoba
mengerjakan soal matematika sederhana
c) Pemahaman Rasional, yaitu dapat membuktikan rumus dan teorema
d) Pemahaman Intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran dengan pasti
tanpa ragu-ragu sebelum menganalisis lebih lanjut . Contoh siswa dapat
menjawab tebak soal yang diberikan guru secara cepat, tepat dan benar 10
4) Skemp menggolongkan pemahaman konsep dalam dua jenis, yaitu
a) Pemahaman Instrumental, yaitu kemampuan seseorang menggunakan
prosedur matematik untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui
mengapa prosedur itu digunakan. (rules without reason)

9
Suhendra, Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal. 7.21
10
Utari Sumarno, Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis Ilmu Pendidikan, (Bandung: UPI
Press, 2008), hal. 682
12

b) Pemahaman Relasional, yaitu kemampuan menggunakan suatu aturan


dengan penuh kesadaran mengapa ia menggunakan aturan tersebut.
(knowing what to do and why)11
Menurut Skemp, siswa dikatakan mampu memahami secara instrumental
jika siswa mampu mengingat kembali pengetahuan tentang fakta dasar, istilah,
dan menggunakan hal-hal yang bersifat rutin, yang pada hakekatnya siswa tahu
penggunaan konsep yang pernah diterimanya meskipun dia tidak mengerti
mengapa dilakukan demikian. Sedangkan pada tingkatan pemahaman relasional
siswa sudah mampu menerapkan dengan tepat suatu ide matematika yang bersifat
umum pada hal yang khusus atau pada situasi baru.12
Tabel 2.1
Pemahaman Konsep Matematika Menurut Skemp

Pemahaman Instrumental Pemahaman Relasional


Definisi Kemampuan seseorang Kemampuan menggunakan
menggunakan prosedur matematik suatu aturan dengan penuh
untuk menyelesaikan suatu kesadaran mengapa ia
masalah tanpa mengetahui menggunakan aturan
mengapa prosedur itu digunakan tersebut (knowing what to do
(rules without reason) and why)
Cara  Hapalan  Keterkaitan banyak ide
Menyampaikan  Bergantung pada petunjuk  Membangun struktur
Konsep  Hanya berfokus pada konseptual
perhitungan  Menerapkan konsep pada
situasi baru dan mencari
sebab serta alternatif
penyelesaian

11
Wahyuni, Pemahaman Relational dan Pemahaman Instrumental Dalam Pembelajaran
Matematika, 2012 http://lpmp-aceh.com/dowload/download.php?fileld=116
12
Qodri Ali Hasan, Pengembangan Pembelajaran Operasi Pembagian Dengan
Menekankan Aspek Pemahaman, 2012, http://eprints.uny.ac.id/10077/1/P%20-%2074.pdf
13

Contoh Siswa dapat menyelesaikan soal- Siswa dapat menyelesaikan


soal rutin yang langsung dapat soal yang tidak cukup hanya
diselesaikan dengan diselesaikan dengan rumus
menggunakan rumus. Misal namun membutuhkan
menentukan luas trapesium yang analisis lebih jauh. Misal
telah diketahui alas dan tingginya menentukan luas daerah
yang diarsir dari gabungan
bangun datar

Jika dilihat dari kemampuan pemahaman siswa dalam pelajaran


matematika secara umum, mereka sebagian besar dapat digolongkan dalam
pemahaman instrumental. Hanya sebagian kecil saja dari siswa telah memiliki
pemahaman relasional. Pemahaman relasional memiliki fondasi atau dasar yang
lebih kokoh dalam pemahamannya. Jika siswa lupa akan rumus dari suatu materi
namun dia tahu akan konsep dari suatu materi itu, maka siswa tersebut akan bisa
menyelesaikan soal tersebut dengan cara yang lain. Sebagai contoh jika seorang
siswa memahami konsep keliling bangun datar, maka sebenarnya tidak perlu
repot-repot menghapal rumus untuk menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
keliling, karena untuk menetukan keliling dari bangun datar apapun hanya tinggal
menjumlahkan semua sisi-sisinya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menetapkan bahwa yang dimaksud
kemampuan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah berdasarkan gagasan
Skemp, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Kedua aspek
tersebut saling berkaitan, namun demikian setiap aspek pemahaman memiliki
kemampuan pemahaman yang berbeda, sehingga dapat digunakan sebagai acuan
dalam mengembangkan instrumen penelitian.

2. Pendekatan Brain Based Learning


a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut Sanjaya “Pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun
metode, tapi pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
14

terhadap proses pembelajaran”. 13 Sedangkan Setiawan menjelaskan bahwa


“Pendekatan adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan”.14
Pendekatan sendiri sifatnya masih sangat umum, dibawahnya masih terdapat
strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan dan tergantung
atau mengacu pada pendekatan itu sendiri. Roy Killen membagi dua pendekatan
dalam pembelajaran, yaitu:
1) Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajarn deduktif atau pembelajaran
ekspositori.
2) Pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches).
Pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran
discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif15
Menurut penjelasan diatas maka bisa dikatakan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan sudut pandang guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi
ajar yang dirancang dalam perencanaan pembelajaran.
b. Pengertian Pendekatan Brain Based Learning
Otak adalah karunia yang diberikan Tuhan pada manusia. Sebuah organ
yang digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan. Tidak ada satupun
pembelajaran yang tidak menggunakan otak. Karena otak merupakan pusat dari
seluruh aktivitas manusia, seperti berfikir, mengingat, memahami, berimajinasi,
berlogika dan sebagainya. Hal tersebut menunjukan bahwa otak sangat berperan
dalam pembelajaran. Namun bagaimana mengoptimalkan kerja otak agar belajar
dapat maksimal?.
Setiap manusia memiliki otak dengan potensi yang sama. Kemampuan
otak masing-masing akan berbeda satu dengan yang lainnya bergantung pada

13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2011), Cet. 8, hal. 127
14
Setiawan, Strategi Pembelajaran Matematika SMA, (Yogyakarta: P4TK), hal. 3
15
Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., op. cit, hal. 127
15

bagaimana orang tersebut memaksimalkan potensi otak yang dimilikinya. Seiring


riset yang dilakukan dalam pembelajaran, diketahui adanya suatu pembelajaran
yang mampu mengoptimalkan potensi pada otak yang disebut Brain Based
Learning

Pendekatan Brain Based Learning (BBL) dapat diartikan sebagai


pendekatan berbasis kemampuan otak. Menurut Jensen, “Pendekatan ini adalah
pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah
untuk belajar”. 16 Pada penerapannya dalam pembelajaran, “Brain Based Learning
menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi
pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa”.17 Dengan kata lain BBL
memfokuskan tentang bagaimana otak belajar dan bekerja serta bagaimana
mengkondisikan siswa agar siap untuk belajar.
Caine mengembangkan 12 prinsip brain based learning sebagai berikut:
a) Otak adalah prosesor parallel.
b) Belajar melibatkan seluruh alat tubuh.
c) Pencarian makna adalah bawaan.
d) Pencarian makna terjadi melalui pembuatan pola.
e) Emosi sangat penting untuk pembuatan pola.
f) Setiap otak memproses keseluruhan dan bagian-bagian secara serentak.
g) Belajar melibatkan baik pemusatan perhatian maupun persepsi sekeliling.
h) Belajar selalu melibatkan baik proses sadar maupun tidak sadar.
i) Manusia memiliki (paling sedikit) dua jenis system memori, yaitu spasial dan
hafalan.
j) Otak mengerti dan mengingat paling baik ketika fakta-fakta dan keterampilan
tertanam dalam memori secara alami.
k) Pembelajaran ditingkatkan oleh tantangan dan dihambat oleh ancaman.

16
Eric Jensen, Brain-Based Learning: Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak, Terj. dari
Brain Based Learning oleh Narulita Yusron, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), hal.12
17
Sapa’at, Brain-Based Learning, 2009, http://matematika.upi.edu/index.php/brain-based-
learning/,
16

l) Setiap otak adalah unik.18


Pada aplikasinya, guru yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
Brain Based Learning harus memperhatikan beberapa komponen seperti yang
dikemukakan oleh Caine sebagai berikut.
a) Orchestrated immersion: Lingkungan pembelajaran yang dibentuk untuk
memasukkan siswa ke dalam suatu pengalaman pembelajaran.
b) Relaxed alertness: Suatu upaya yang dibuat untuk menghilangkan ketakutan
ketika berada dalam suatu lingkungan yang penuh tantangan.
c) Activate processing: Siswa menggabungkan dan menginternalisasi informasi
dengan memprosesnya secara aktif. Informasi dihubungkan dengan
pembelajaran sebelumnya. Tahapan tersebut diatur sebelum pembelajaran
dimulai oleh guru yang mempersiapkan siswa dalam proses menghubungkan
informasi baru dengan pengetahuan yang telah diperoleh sehingga informasi
baru tersebut lebih melekat.19
Pendekatan Brain Based Learning merupakan salah satu pendekatan
yang berpusat pada siswa. Didalamnya terdapat pembelajaran aktif yang
membebaskan siswa membangun pengetahuannya sendiri terhadap situasi
pembelajaran yang beragam dan kontekstual. Pada Orchestrated immersion
difokuskan untuk membuat pokok bahasan dalam pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Fase ini membantu siswa membuat pola dan berasosiasi dengan otak
mereka masing-masing saat mereka diberikan permasalahan yang kaya
pengalaman belajar, sehingga pembelajaran yang didapat akan lebih bertahan
dalam memori siswa. 20 Dalam setiap pembelajaran perlu dilakukan kegiatan yang
memfasilitasi kemampuan berfikir agar siswa membangun sendiri
pengetahuannya, misalnya seperti model penemuan terbimbing. Pada fase Relaxed
alertness siswa ditantang untuk memecahkan suatu permasalahan dengan baik

18
Hasliza, A. dan W. Emilin, New Way to Learn, New Way to Success: Transforming a
Brain-Based Library Via Active Learning Instructions, Proceeding of the IATUL Conferences,
2012, http://docs.lib.purdue.edu/iatul/2012/papers/38, diakses 4 Agustus 2014
19
Spears, A. dan L. Wilson. Brain-Based Learning Highlights, 2007
http://itari.in/categories/brainbasedlearning/DefinitionofBrain-BasedLearning.pdf,
20
Ozden, M & Gultekin. The Effect of Brain-Based Learning on The Academic Achiefment
and Retention of Knowledge in Sciense Course. Electronic Journal of Science Education. Vol 12,
2008 http://ejse.southwestern.edu/article/download/7763/5530
17

tetapi meminimalisasi ancaman yang didapat, karena hasil belajar menjadi lebih
tinggi ketika seseorang dalam keadaan nyaman tanpa ancaman. Relaksasi
peregangan juga dapat dilakukan agar siswa tidak bosan dan kefokusan tetap
terjaga. Fase Activate processing dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar siswa
mampu menyerap informasi dengan baik. Misalnya membentuk kelompok diskusi
belajar maupun dengan tanya jawab.
Dari uraian diatas dapat kita katakan bahwa untuk dapat membuat
kemampuan otak siswa menjadi lebih optimal dalam belajar, seorang guru harus
bisa mengkondisikan kelas agar menjadi lebih menyenangkan, menantang, dan
membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Jensen mengemukakan bahwa
“belajar dengan cara yang kaku (lock step) dan seperti mesin berjalan dipabrik
(assemble line) akan mengganggu sebuah penemuan kritis tentang otak manusia
karena setiap otak itu tidak hanya unik, otak itu berkembang dengan caranya
sendiri”. 21Artinya dalam pembelajaran dikelas, siswa jangan diajarkan dengan
cara itu-itu saja. Siswa bukanlah seperti mesin di pabrik yang hanya menerima
saja apa yang tiap harinya diceramahkan guru, tetapi siswa perlu diajarkan dengan
strategi lainnya agar mereka dapat mengeluarkan semua potensi otaknya. Selain
itu pembelajaran yang berlangsung terus menerus juga tidak akan efektif, karena
siswa lama kelamaan akan merasa jenuh dan kehilangan konsentrasinya.
Pembelajaran mencapai hasil terbaik apabila difokuskan, dipecahkan,
kemudian difokuskan kembali. Pembelajaran terfokus secara terus
menerus akan menjadi semakin tidak efisien. Bahkan sebetulnya,
mencurahkan pemikiran seluruhnya untuk “waktu tugas” bertentangan
dengan cara otak belajar secara alamiah baik dari segi biologis maupun
edukatif. 22

Dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran dikelas harus diselingi dengan hal-hal
yang dapat membuat siswa akan kembali fokus dan terjaga konsentrasinya. Jensen
menambahkan,
Luangkan waktu untuk memfasilitasi beberapa saat relaksasi bagi para
siswa sebelum memulai setiap sesi. Hal ini merupakan beberapa cara
terbaik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kondisi rileks untuk
pembelajaran yang optimal: peregangan lambat, tawa dan humor, musik,
21
Jensen, op. cit, hal.27
22
Jensen, ibid, hal.77
18

game dan aktifitas, diskusi dan percakapan tak terstruktur, ritual yang
menurunkan stres, dan visualisasi.
Pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based
learning terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya Atmosphere,
Brain Fitness, Choices, Differences, Emotion, Fun, Goals, High Expectation,
Interest, Just Like home, Kinesthetic, Lighting, Music, Nutrition, Online Learning,
Patterns, Questioning, Rewards, Seating, Technology, Use It or Lose It, Video
Games, Water, You Can Do It, dan Sleep.23

a) Atmosphere
Lingkungan dan suasana yang kondusif untuk belajar
b) Brain Fitness
Salah satunya dengan melakukan senam otak. Senam otak atau brain gym
adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat
untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas); meringankan atau
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan);
merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah
(limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) 24
c) Choices
Memberikan pilihan kepada siswa dalam pembelajaran akan memberikan
kebebasan, kenyamanan, serta akan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang diberikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
pilihan kepada siswa dalam memilih sendiri tempat duduk atau kelompok belajar
d) Fun
Pembelajaran yang menyenangkan sangat dibutuhkan didalam kelas,
sebab potensi siswa hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas
dari rasa takut. Yang bisa dilakukan adalah menghindari situasi pembelajaran
yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya
seperti menggunakan kata-kata penyemangat dan humor disela-sela pembelajaran

23
Dave Kommer, ABC’s of Brain Based Learning, Inquiry Seminar SP07
http://personal.ashland.edu/dkommer/ABCs%20of%20BBL.pdf
24
Franc. Andri Yanuarita, Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak, (Yogyakarta:
Teranova Books, 2013), cet. 2, hal. 76
19

e) Goals
Guru bertanggungjawab dalam membimbing siswa untuk menentukan
tujuan. Misalnya dengan menentukan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan
kehidupan nyata
f) High Expectation
Harapan yang tinggi akan memberikan dampak positif bagi siswa,
misalnya tidak menggunakan kata-kata yang membuat siswa merasa terpuruk
pada saat melakukan kesalahan
g) Music
Sistem syaraf terpengaruh oleh musik. setiap musik yang kita dengarkan,
meskipun tidak sengaja mendengarkannya akan berpengaruh pada otak.25
h) Questioning
Sebuah pertanyaan kepada siswa akan membuat siswa menjadi aktif
berpikir dan merasa dihargai
i) Rewards
Pemberian penghargaan dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa
dalam belajar. Pemberian pujian merupakan salah satu bentuk reward yang paling
mudah dilakukan oleh guru
j) Technology
Penggunaan teknologi secara tepat dapat menjadi alat atau media yang
efektif serta menunjang dalam proses pembelajaran
k) Water
Air merupakan salah satu komponen utama dalam otak. Otak terdiri dari
80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan PH. Otak membutuhkan air-air
murni setiap hari untuk pembelajaran yang optimal. 26 Ketika air berkurang,
hormon stres akan meningkat. Oleh karena itu instruksikan kepada siswa untuk
membawa air minum kedalam kelas dan meminumnya ketika haus

25
Yanuarita, op. cit, hal. 44
26
Jensen, op. cit, hal. 120
20

c. Tahap-Tahap Pembelajaran Brain Based Learning


Jensen menyatakan bahwa Brain Based Learning memiliki 7 tahap, yaitu:
1. Pra-Pemaparan, Tahap ini membantu otak membangun peta konseptual yang
lebih baik. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a) Guru memperlihatkan peta konsep tentang materi baru yang akan dipelajari
b) Guru mengkondisikan lingkungan belajar yang menarik
c) Penyampaian tujuan pembelajaran
d) Siswa diminta untuk membawa air minum/air mineral sebagai nutrisi otak
2. Persiapan, Dalam tahap ini, guru menciptakan keingintahuan dan kesenangan.
Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a) Siswa diberi penjelasan awal mengenai materi yang akan dipelajari
b) Siswa didorong untuk menanggapi relevan atau tidaknya materi dengan apa
yang ada di kehidupan nyata
3. Inisiasi dan akuisisi : Tahap ini merupakan tahap penciptaan pemahaman,
koneksi atau pada saat neuron-neuron itu saling “berkomunikasi” satu sama
lain. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a) Menyajikan materi dengan bantuan media audio visual misalnya
menggunakan power point
b) Memulai pembelajaran aktif, misal dengan membimbing siswa kedalam
diskusi mengerjakan tugas kelompok, mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS)
untuk menemukan kembali konsep
4. Elaborasi : Tahap elaborasi memberikan kesempatan kepada otak untuk
menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji, dan memperdalam
pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di dalam kelompok atau di
depan kelas
b) Melakukan tanya-jawab terbuka mengenai hasil diskusi atau meteri yang
sedang dipelajari
c) Siswa diminta untuk membuat peta konsep individu atau kelompok tentang
apa yang telah mereka pelajari
21

5. Inkubasi dan memasukkan memori : Tahap ini menekankan bahwa waktu


istirahat dan waktu untuk mengulang kembali merupakan suatu hal yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a) Siswa bersama guru melakungan peregangan dan relaksasi misalnya
melakukan gerakan senam otak (Brain Gym)
b) Siswa diberikan tontonan vidio yang dapat melatih konsentrasi dan fokus
pada otak
c) Guru memberikan latihan soal
6. Verifikasi dan pengecekan keyakinan : Dalam tahap ini, guru mengecek
apakah siswa sudah paham dengan materi yang telah dipelajari atau belum.
Siswa juga perlu tahu apakah dirinya sudah memahami materi atau belum. Hal-
hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a) Guru mengecek apakah siswa sudah paham dengan materi yang telah
dipelajari
b) Guru mengadakan kuis kepada siswa baik secara verbal maupun tertulis
7. Perayaan dan integrasi : Dalam fase perayaan sangat penting untuk melibatkan
emosi. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a) Memberikan penghargaan kepada siswa
b) Waktu saling berbagi atau menceritakan cerita-cerita pengalaman seru
c) Sebagai penutup guru bersama dengan siswa melakukan perayaan kecil,
seperti bersorak dan bertepuk tangan27

d. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Brain Based Learning


Teori atau landasan filosofis yang mendukung BBL, diantaranya adalah
aliran psikologi tingkah laku (Behaviorisme) dan pendekatan pembelajaran
berdasarkan paham konstruktivisme.
a) Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behaviorisme)
Menurut aliran behavioristik, “belajar pada hakukatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan

27
Jensen, op. cit, hal. 484-490
22

kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon”.28


Artinya seseorang dikatakan telah belajar apabila ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari stimulus atau input yang diberikan.
Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu:
1) law of readlines. Belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan
untuk melakukan perbuatan tersebut
2) law of exercise. Belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan
3) law of effect. Belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang baik.29
Adapun prinsip-prinsip belajar menurut teori behaviorisme sebagaimana
yang diungkapkan Harley dan Davis adalah:
1) Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif
didalamnya
2) Materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian
rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu respon tertentu saja
3) Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa
dapat segera apakah respons betul atau salah
4) Perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat
positif atau negatif. 30

b) Aliran Konstruktivisme
Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget. Dia mengungkapkan
bahwa “pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri”. 31 Dalam paham konstruktivisme,
pemecahan masalah itu lebih mengutamakan kepada proses daripada hasilnya.
Guru bukan hanya sebagai pemberi jawaban akhir atas pertanyaan siswa,
melainkan mengarahkan mereka.
Pada perkembangan berikutnya teori belajar konstruktivisme
berkembang menjadi dua kelompok besar, yaitu Kognitif Individual yang
28
Sanjaya, Strategi Pembelajaran .., op. cit, hal. 114
29
Sagala, op. cit, hal. 42
30
Sagala, ibid, hal. 43
31
Sanjaya, Strategi Pembelajaran.. , op. cit, hal. 123
23

mendasar pada Piaget dimana belajar terjadi bila harapan belum terpenuhi dan dia
harus memecahkan kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan realitas yang
ada. Kemudian Sosiokultural yang dipelopori Vygotsky yang memandang
pentingnya konteks sosial dan kultural yang berperan dalam proses belajar
siswa. 32

3. Pendekatan Konvensional
Menurut kamus besar bahasa Indonesia konvensional artinya berdasarkan
kesepakatan umum atau kebiasaan, kelaziman dan bisa juga diartikan
tradisional33. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan dan sudah
terjadi/berlaku di sekolah selama ini. Pada umumnya pembelajaran konvensional
adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Basuki Widodo menegaskan
bahwa dalam prakteknya pembelajaran konvensional berpusat pada guru (teacher
centered) atau guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah, pemberian tugas dan tanya
jawab34. Pembelajaran berpusat pada guru atau dengan kata lain guru
menyampaikan materi sedangkan siswa hanya sebagai penerima materi pelajaran
dan tidak mengkonstruksi pemahaman dan pengalaman yang dimilikinya. Guru
memainkan peran penting karena dalam pembelajaran konvensional mengajar
dianggap memindahkan pengetahuan kepada siswa.
Pembelajaran tersebut biasa disebut pembelajaran ekspositori. “Strategi
pembelajaran ekspositori menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal”.35 Namun pada kenyataannya,
dalam ekspositori komunikasi guru dengan siswa cenderung menggunakan
komunikasi satu arah. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi pelajaran,

32
Adi Bandono, Perdebatan Sekitar Teori Belajar Dalam Praktek Pembelajaran,
http://journal.umsida.ac.id/files/adi%20bandono.PDF
33
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2008
http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php
34
Budi Wahyono, Pendekatan Konvensional Dalam Pembelajaran, 2013
http://pendidikanekonomi.com/2013/06/pendekatan-konvensional-dalam.html?m=1
35
Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., op. cit, hal. 179
24

materi tersebut seakan-akan sudah jadi. Oleh sebab itu kegiatan belajar siswa
kurang optimal, sebab terbatas pada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan
sesekali bertanya.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang paling banyak
dikritik. Namun pembelajaran ini pula yang paling disukai oleh para guru.
Terbukti dari wawancara dengan guru yang dilakukan penulis di Salah satu SMP
Negeri Jakarta Barat, guru tersebut mengakui memang metode yang digunakan
dalam mengajar masih seputar ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas yang
termasuk dalam kategori pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional yang menekankan pada latihan mengerjakan
soal dengan mengulang prosedur serta lebih banyak menggunakan rumus atau
algoritma tertentu menyebabkan siswa kurang memahami konsep sehingga jika
diberi soal latihan yang sedikit saja berbeda dengan yang dicontohkan, maka
siswa akan kebingungan dalam mengerjakannya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain hasil Penelitian
yang dilakukan oleh Yuda dkk (2013) yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Otak (Brain Based Learning) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Di Desa Sinabun”. Dari hasil penelitian
tersebut diperoleh rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelompok
eksperimen berada pada katagori sangat tinggi sedangkan skor hasil belajar
matematika siswa kelompok kontrol berada pada katagori tinggi. Hal ini berarti,
terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran model Berbasis-Otak (Brain-Based Learning) dan siswa
yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Syarwan dkk tahun 2014 dengan
judul “Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning (BBL) Terhadap Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa Kelas VII SMP Islam Raudhatul Jannah
Payakumbuh”. Hasil penelitan menunjukkan kemampuan penalaran matematis
yang menggunakan pendekatan Brain Based Learning cenderung meningkat pada
25

materi bilangan bulat, namun menurun pada materi bilangan pecahan. Secara
keseluruhan kemampuan penalaran matematis yang diterapkan pendekatan BBL
lebih baik dari pada siswa yang diterapkannya pembelajaran konvensional.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sukarya tahun 2013 dalam


tugas akhir program magister Universitas Terbuka Jakarta dengan judul
“Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Brain Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa”. Penelitian tersebut bertujuan
untuk menganalisis pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning dan
Direct Instruction untuk meningkatkan pemahaman konsep, kemampuan
prosedural, dan pemecahan masalah matematis siswa. Hasil penelitan
menunjukkan pembelajaran matematika dengan pendekatan Brain Based Learning
dapat meningkatkan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematis
siswa. Sedangkan peningkatan kemampuan prosedural matematis siswa setelah
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning tidak lebih
baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang harus


dimiliki siswa dalam pembelajaran disekolah maupun dalam permasalahan sehari-
hari. Pemahaman konsep memiliki 2 tingkatan, pada tingkatan pertama siswa baru
berada pada tahap tahu atau hapal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu
bisa dan dapat terjadi. Siswa pada tahapan ini juga belum bisa menerapkan hal
tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Pada tingkatan kedua siswa tidak
hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan
mengapa hal itu dapat tesrjadi. Dan dia dapat menggunakannya untuk
menyelesaikan masalah pada situasi lain yang berkaitan.

Pada kenyataannya yang sering terjadi adalah pemahaman siswa hanya


sampai pada tahapan atau tingkatan pertama saja. Hal tersebut terjadi karena siswa
disekolah hanya datang, duduk, dengar, catat, dan hafal, dimana pembelajaran
hanya didominasi oleh guru saja. Keadaan seperti itu berakibat pada potensi otak
siswa dalam belajar menjadi tidak optimal.
26

Adapun cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan diatas adalah


dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran. salah satunya dengan
pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada
upaya pemberdayaan potensi otak siswa, yaitu dengan pendekatan Brain Based
Learning. Dalam penerapannya, BBL memiliki tahapan-tahapan perencanaan
pembelajaran antara lain: tahap pra-pemaparan, tahap persiapan, tahap inisiasi dan
akuisisi, tahap elaborasi, tahap inkubasi dan formasi memori, tahap verifikasi dan
pengecekan keyakinan, dan terakhir tahap perayaan dan integrasi. Ditunjang
dengan tiga strategi utama BBL yaitu Menciptakan lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan, Situasi pembelajaran yang aktif, dan pembelajaran yang
melibatkan pengalaman.
Pada penelitian ini, pemahaman konsep matematika siswa diperkirakan
akan banyak meningkat pada tahap inisiasi dan akuisisi, dimana siswa akan
mengisi lembar kerja dengan model penemuan. Dengan pembelajaran yang
melibatkan pengalaman, siswa akan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
sehingga siswa bukan hanya sekedar tahu melainkan paham akan konsep materi
yang diajarkan. Skema kerangka berfikir BBL dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Berdasarkan hal-hal tersebut, pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Brain Based Learning dalam pembelajaran matematika memberikan
kesempatan pada siswa dalam hal kemampuan berfikir khususnya pemahaman
konsep matematika siswa.
27

Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir Brain Based Learning

Rendahnya kemampuan
pemahaman konsep matematika
siswa

Penyebab:
 Pembelajaran masih berpusat pada guru
 Siswa tidak antusias belajar matematika

Solusi :

Brain Based Learning

Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran


yang melibatkan yang aktif
pengalaman menyenangkan

Dengan 7 tahap pembelajaran

Pra-pemaparan → Persiapan → Inisiasi dan Akuisisi → Elaborasi → Inkubasi dan


Memasukan memori → Verifikasi pengecekan keyakinan → Perayaan dan Integrasi

Pemahaman Pemahaman
Instrumental Relasional

Pemahaman konsep
matematika siswa
meningkat
28

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai
jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini yang kebenaranya harus
dibuktikan, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
“Pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan Brain
Based Learning lebih tinggi dari pemahaman konsep siswa yang diajarkan dengan
pendekatan konvensional”
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 63 Jakarta yang terletak di Jalan
Perniagaan nomor 31, Kelurahan Tambora, Kecamatan Tambora, Jakarta
Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015
bulan Mei - Juni
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Quasi Experimental (eksperimen semu). Metode ini melibatkan dua kelompok
sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam quasi
experiment kelompok kontrol tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen1. Kelompok
eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Brain Based Learning. Sedangkan kelompok kontrol
adalah yang diberi pembelajaran konvensional.
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest
Only Control Design. Kedua kelompok hanya diberi tes di akhir setelah diberikan
perlakuan yang berbeda.
Tabel 3.1
Desain Penelitian

Kelompok Kelas Treatment (perlakuan) Post test (tes akhir)


E X O
K O

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, hal. 114

29
30

Keterangan:

E = Kelas Eksperimen

K = Kelas Kontrol

X = Perlakuan terhadap kelas eksperimen

O = Post Test

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VII SMP
Negeri 63 Jakarta pada tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 174 siswa yang terbagi
dalam lima kelas mulai dari VII-1 sampai dengan VII-5. Dalam penelitian ini
dipilih secara acak dua kelas sebagai sampel dari lima kelas dalam populasi
dengan teknik Cluster Sampling. Teknik ini adalah salah satu teknik sampling
secara random. Dari dua kelas tersebut ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Adapun kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas
VII-1 yang berjumlah 35 siswa dan kelas VII-3 yang berjumlah 36 siswa sebagai
kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk uraian yang diberikan setelah siswa
melakukan pembelajaran. Soal-soal tes yang diberikan kepada kelompok
eksperimen dan kontrol dibuat sama dengan mengacu pada indikator penilaian
pemahaman konsep.

E. Instrumen Penelitian
Tes kemampuan pemahaman konsep berupa tes tertulis yang soal-
soalnya berbentuk uraian, tipe soal uraian digunakan agar mempermudah
mengidentifikasi pemahaman konsep siswa ditinjau dari bagaimana langkah-
langkah siswa dalam menyelesaikan persoalan. Tes yang sama diberikan kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu berupa post test yang diberikan untuk
mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelompok
31

eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan


Brain Based Learning, dan kelompok kontrol setelah diberikan pendekatan biasa
(konvensional). Adapun indikator-indikator yang akan diukur dapat dilihat dari
kisi-kisi instrument pemahaman konsep pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika

Aspek Pemahaman Konsep Nomor


Indikator Soal
Instrumental Relasional Soal
Menggunakan konsep perhitungan
luas persegi dan persegi panjang √ 1a
dalam pemecahan masalah
Menentukan keliling persegi dan
√ 1b
persegi panjang
Menentukan luas daerah dan
keliling dari gabungan beberapa √ 2
persegi panjang
Menggunakan konsep perhitungan
luas jajar genjang dan persegi
untuk mencari luas daerah yang
√ 3

tidak diarsir
Menentukan keliling dan luas
trapesium jika diketahui panjang √ 4
sisi-sisinya
Menggunakan konsep perhitungan
luas trapesium untuk mencari
panjang sisi-sisi sejajarnya jika √ 5
diketahui perbandingan sisi-sisi
sejajarnya
Menentukan keliling dan luas dari
√ 6a
suatu bangun belah ketupat
Menentukan keliling dan luas dari
√ 6b
suatu bangun layang-layang
Menggunakan konsep perhitungan
keliling belah ketupat untuk
mencari luasnya jika diketahui sisi √ 7
dan salah satu diagonalnya
32

Menggunakan konsep perhitungan


luas segitiga untuk mencari luas √ 8
daerah yang diarsir

Menentukan keliling dari suatu


√ 9a
bangun segitiga
Menggunakan konsep luas segitiga
untuk mencari panjang garis tinggi √ 9b
segitiga tersebut

Jumlah Soal 5 7 12

Sedangkan untuk memperoleh data kemampuan pemahaman konsep


matematika digunakan rubrik penskoran tiap soal seperti yang disajikan pada
Tabel 3.3 berikut:2

Tabel 3.3
Rubrik Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematika

Skor Kriteria Keterangan


4 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban tepat,
matematika lengkap, penggunaan istilah perhitungan benar dan
dan notasi matematika tepat, penggunaan tepat dalam
algoritma secara lengkap dan benar. menggunakan konsep
3 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban kurang tepat
matematika hampir lengkap, terdapat tetapi terdapat sedikit
sedikit kesalahan dalam penggunaan istilah kesalahan perhitungan
dan notasi matematika, penggunaan
algoritma secara lengkap, perhitungan
secara umum benar namun terdapat sedikit
kesalahan.
2 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban kurang tepat,
matematika kurang lengkap, penggunaan terdapat banyak

2
General Scoring Rubrics Mathematics, Smarter Balanced Assessment Concortium,
www.smarterbalanced.org/wordpress/wp-content/upload/2014/10/Smarter-Balanced-Mathematics-
General-Rubrics-Final.pdf
33

istilah dan notasi matematika kurang tepat, kesalahan perhitungan


perhitungan sebagian besar salah
1 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban kurang tepat,
matematika sangat terbatas, perhitungan perhitungan salah
salah
0 Tidak paham konsep sama sekali Tidak menjawab soal

Namun sebelum melakukan tes terlebih dahulu dilakukan uji kualitas


instrumen tes yaitu :

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk


mendapatkan data (mengukur) itu valid. 3 Instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen atau alat evaluasi
dikatakan valid apabila ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang
dievaluasi itu.
Untuk menghitung koefisien validitas instrumen salah satunya dengan
menggunakan rumus korelasi product momen memakai angka kasar (raw score)
sebagai berikut:4
N XY  ( X)(  Y)
rxy 
N X 2

 ( X) 2 N Y 2  ( Y) 2 
Dengan keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Banyak subjek
X = Nilai rata-rata soal tes pertama perorangan
Y = Nilai rata-rata soal tes kedua perorangan
∑X = Jumlah nilai-nilai X
∑X2 = Jumlah kuadrat nilai-nilai X
∑Y = Jumlah nilai-nilai Y
3
Sugiyono, op. cit, hal 173
4
Sugiyono, ibid, hal 255
34

∑Y2 = Jumlah kuadrat nilai-nilai Y


XY = Perkalian nilai X dan Y perorangan
∑XY = Jumlah perkalian nilai X dan Y
Dengan ketentuan:
Jika < , maka soal tersebut dinyatakan tidak valid.
Jika , maka soal tersebut dinyatakan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan dari 12 soal yang diujicobakan diperoleh
10 soal yang valid. 10 soal tersebut mewakili indikator pada aspek instrumental
yaitu nomor 1b, 4, 6a, 6b, dan 9a. Sedangkan sisanya mewakili indikator pada
aspek relasional yaitu pada nomor 1a, 2, 3, 8, 9b.

2. Uji Reliabilitas
Untuk mengukur reliabilitas tes soal uraian pada penelitian ini digunakan
rumus Alpha:5

=( )( )

Keterangan :
= reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians skor total
= skor tiap soal
= banyaknya sampel
Butir soal yang diuji reliabilitasnya disini adalah soal yang telah
dinyatakan valid pada uji validitas. Sedangkan interpretasi terhadap koefisien
reliabilitas tes ( ) diadaptasi dari Juknis Analisis Butir Soal di SMA yang
dapat dilihat pada Tabel 3.4.

5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
Edisi Kedua, cet. 1, hal. 122
35

Tabel 3.4
Klasifikasi Reliabilitas

Keterangan
≤ 0,19 reliabilitas sangat rendah
0,20 < ≤ 0,39 reliabilitas rendah
0,40 < ≤ 0,69 reliabilitas sedang
0,70 < 0,89 reliabilitas tinggi
0,90 < 1,00 reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas pada instrumen yang di


ujicobakan, diperoleh nilai 0.803, artinya reliabilitas soal tinggi.

3. Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah instrument tes yang diberikan tergolong
mudah, sedang atau sulit maka digunakan rumus berikut :6

P=

Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = skor seluruh siswa untuk setiap butir soal
JS = jumlah skor maksimum yang diperoleh siswa peserta tes
Adapun kategori mudah atau sulitnya soal dapat dilihat pada tabel berikut:7

Tabel 3.5
Kategori Indeks Kesukaran
P Keterangan
0,00 < P ≤ 0,30 Soal kategori sulit
0,30 < P ≤ 0,70 Soal kategori sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Soal kategori mudah

6
Arikunto, ibid, hal 223
7
Arikunto, ibid, hal 225
36

Berdasarkan hasil perhitungan, dari 12 soal diperoleh 7 soal dengan


kategori mudah, 4 soal dengan kategori sedang dan 1 soal dengan kategori sulit.
4. Daya Pembeda
Untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah digunakan daya pembeda soal. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:8

D= −
Keterangan :
D = daya pembeda
BA = skor maksimum yang diperoleh peserta kelompok atas
BB = skor maksimum yang diperoleh peserta kelompok bawah
JA = jumlah skor peserta kelompok atas
JB = jumlah skor peserta kelompok bawah
Sebelum daya pembeda dihitung dengan rumus tersebut, terlebih dahulu
data diurutkan dari yang terkecil untuk kemudian dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.
Adapun kriteria daya beda dapat dilihat pada Tabel berikut: 9
Tabel 3.6
Kriteria Daya Pembeda Instrumen Tes
D Keterangan
D≤0 Sangat jelek maka butir soal dihilangkan
0,00 < D ≤ 0,20 Daya pembeda jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Daya pembeda cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Daya pembeda baik
0,70 < D ≤ 1,00 Daya pembeda baik sekali

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda dengan kriteria


baik sebanyak 2 soal, cukup sebanyak 8 soal, jelek sebanyak 1 soal dan sangat

8
Arikunto, ibid, hal. 228
9
Arikunto, ibid, hal. 232
37

jelek sebanyak satu soal. Soal yang memiliki kriteria sangat jelek dan jelek
merupakan soal tidak valid.
Hasil uji validitas, taraf kesukaran dan daya pembeda dengan reliabilitas
tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.7:
Tabel 3.7
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen

No. Validitas Kesukaran Daya Beda Keterangan


1a Valid Mudah Cukup Digunakan
1b Valid Mudah Cukup Digunakan
2 Valid Sedang Cukup Digunakan
3 Valid Sedang Cukup Digunakan
4 Valid Mudah Cukup Digunakan
5 Tidak Valid Mudah Sangat Jelek Tidak Digunakan
6a Valid Mudah Cukup Digunakan
6b Valid Mudah Cukup Digunakan
7 Tidak Valid Sedang Jelek Tidak Digunakan
8 Valid Sedang Baik Digunakan
9a Valid Mudah Baik Digunakan
9b Valid Sulit Cukup Digunakan

F. Teknik Analisis Data


Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul, maka dilanjutkan
dengan menganalisis data tersebut sebagai bahan untuk menjawab semua
permasalahan yang ada dalam penelitian. Hipotesis yang telah dirumuskan akan
dianalisis dengan menggunakan uji-t. Tetapi sebelum dilakukan pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data dengan
menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas data.

a. Uji Normalitas
38

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti


berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan disini adalah uji Chi- square, dilakukan dengan langkah-langkah
berikut:10

1) Perumusan hipotesis
H0 : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2) Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi

3) Menghitung nilai hitung dengan rumus:

= Σ
Keterangan
= Chi- square
fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi ekspektasi
4) Menentukan pada derajat bebas (db) = k – 3, dimana k banyaknya kelas
5) Kriteria pengujian
Jika , maka diterima
Jika , maka ditolak
6) Kesimpulan
Jika , sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Jika , sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.

b. Uji Homogenitas
Homogenitas data mempunyai arti atau makna bahwa data memiliki
variasi atau keragaman nilai yang sama atau secara statistik sama. Uji
10
Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta : Rosemata Sampurna,
2010), hal. 111
39

homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau


populasi. Uji homogenitas yang digunakan disini adalah uji Fisher, yaitu sebagai
berikut: 11
Perumusan hipotesis
H0 : data sampel berasal dari varians yang homogen
H1 : data sampel tidak berasal dari varians yang homogen

∑ ∑
F = = dimana =

db = (n - 1) dan db2 = (n2 – 1)


a. apabila , maka H0 diterima, yang berarti sampel berasal
dari varians yang homogen.
b. apabila , H0 ditolak, yang berarti sampel tidak berasal dari
varians homogen.

c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data dengan menggunakan
uji normalitas dan uji homogenitas, kemudian dilakukan uji hipotesis. Pengujian
hipotesis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan
pemahaman konsep siswa yang diajarkan dengan perlakuan berbeda.
Jika sampel yang diteliti memenuhi uji prasyarat analisis maka untuk
menguji hipotesis digunakan uji t dengan taraf signifikansi α = 0,05 .sebagai
berikut:12

= Nilai rata-rata kelompok eksperimen


= Nilai rata-rata kelompok kontrol
= Jumlah sampel kelompok eksperimen

11
Kadir, ibid, hal. 117
12
Kadir, ibid, hal. 195
40

= Jumlah sampel kelompok kontrol


= Varians kelompok eksperimen
= Varians kelompok kontrol
Adapun kriteria pengujian untuk uji t ini adalah :
Terima , apabila dan Tolak , apabila
Jika sampel yang diteliti tidak memenuhi uji prasyarat analisis yakni
kelompok eksperimen atau kelompok kontrol tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan statistik
nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney13

Keterangan :
= Nilai rata-rata
= Nilai simpangan baku
= Banyaknya anggota kelompok 1
= Banyaknya anggota kelompok 2

G. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
:
:
= Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
eksperimen
= Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
kontrol

13
Kadir, ibid, hal. 275
41

Apabila menggunakan uji-t maka setelah didapatkan nilai ,


ditetapkan derajat kebebasan, kemudian bandingkan nilai dengan .
Jika maka ditolak, jika maka diterima.
Sedangkan apabila yang digunakan adalah uji Mann-Whitney, setelah didapat
, kemudian konsultasikan dengan kriteria.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 63 Jakarta di kelas VII.
Sebelumnya peneliti melakukan pra penelitian terlebih dahulu dengan kegiatan
observasi meliputi wawancara dengan guru mata pelajaran matematika dan
analisis hasil ulangan tengah semester (UTS) untuk melihat kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa. Peneliti mengambil sampel sebanyak 71
siswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas VII-1 yang berjumlah 35 siswa
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-3 yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas
kontrol. Kedua kelas diberikan perlakuan berbeda, kelas VII-1 diajarkan dengan
pendekatan Brain Based Learning dan kelas VII-3 diajar dengan pendekatan
konvensional.
Materi yang diajarkan adalah keliling dan luas segitiga serta segiempat
dengan enam kali pertemuan pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes
akhir. Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji coba sebanyak 12 soal
di kelas VIII-6 SMP negeri 63 Jakarta. Dari hasil uji coba tersebut diperoleh 10
soal yang digunakan untuk posttest pada kelas eksperimen dan kontrol.
Berikut disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan akhir tes
pemahaman konsep matematik siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol setelah pembelajaran dilaksanakan.
1. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Dari hasil tes pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen
dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa yang diajarkan dengan pendekatan Brain
Based Learning diperoleh nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 95. Data hasil tes
pemahaman konsep matematika siswa kelompok eksperimen disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi pada Tabel 4.1 dan perhitungan lengkap
mengenai hasil distribusi frekuensi pemahaman konsep matematik siswa pada
kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran.

42
43

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas
Eksperimen

Frekuensi
No Interval Relatif Relatif
Absolut Absolut Komulatif Komulatif
(%) (%)
1 33-43 1 2,86 1 2,86
2 44-54 2 5,71 3 8,57
3 55-65 4 11,43 7 20
4 66-76 12 34,29 19 54,29
5 77-87 10 28,57 29 82,86
6 88-98 6 17,14 35 100

Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes tersebut dapat diketahui nilai
rata-rata 74,46, median 75,13 dan modus 74,30. Presentase siswa yang mendapat
nilai tertinggi yaitu 17,14 % atau 6 siswa berada pada interval 88-98. Presentase
siswa yang mendapat nilai terendah yaitu 2,86 % atau hanya seorang siswa berada
pada interval 33-43. Sedangkan yang paling banyak adalah siswa yang
memperoleh nilai pada interval 66-76 yaitu 34,29 % atau sebanyak 12 siswa.
Secara visual penyebaran data pemahaman konsep matematika dengan
pendekatan Brain Based Learning di kelas eksperimen dapat dilihat dalam grafik
ogive pada Gambar 4.1
Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai
dibawah rata-rata (74,46) sebanyak 16 siswa atau 45,71%, artinya 54,29% siswa
memperoleh nilai diatas rata-rata atau dengan kata lain siswa yang memperoleh
nilai diatas rata-rata lebih banyak dari siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-
rata. Dapat dilihat juga jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (70)
yaitu sebanyak 12 siswa atau 34.28%. Artinya 65,72% siswa pada kelas
eksperimen memperoleh nilai diatas KKM atau dengan kata lain sebagian besar
siswa kelas eksperimen telah memenuhi ketuntasan dalam belajar matematika.
44

Frekuensi Komulatif 40

35

30

25

20
16
15
12
10

0
Nilai
21,5 32,5 43,5 54,5 65,5 76,5 87,5 98,5 109,5
70 74,46

Gambar 4.1
Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

2. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Kontrol


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Kontrol

Frekuensi
No Interval Relatif Relatif
Absolut Absolut Komulatif Komulatif
(%) (%)
1 33-42 3 8,33 3 8,33
2 43-52 3 8,33 6 16,66
3 53-62 7 19,44 13 36,11
4 63-72 12 33,33 25 69,44
5 73-82 6 16,67 31 86,11
6 83-92 5 13,89 36 100

Dari hasil tes pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol yang
diajarkan dengan pendekatan konvensional dengan jumlah siswa sebanyak 35
45

siswa diperoleh nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 90. Data hasil tes pemahaman
konsep matematika siswa kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi pada Tabel 4.2
Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes pada Tabel 4.2 dapat
diketahui nilai rata-rata 65,83 median 66,67 dan modus 67,06. Presentase siswa
yang mendapat nilai tertinggi yaitu 13,89% atau 5 siswa berada pada interval 83-
92. Presentase siswa yang mendapat nilai terendah yaitu 8,33% atau 3 siswa
berada pada interval 33-42. Sedangkan yang paling banyak adalah siswa yang
memperoleh nilai pada interval 63-72 yaitu 33,33 % atau sebanyak 12 siswa.
Perhitungan selengkapnya mengenai hasil distribusi frekuensi pemahaman konsep
matematik siswa pada kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran. Secara visual
penyebaran data pemahaman konsep matematika dengan pendekatan Brain Based
Learning di kelas kontrol dapat dilihat pada grafik ogive pada Gambar 4.2 berikut,
40
Frekuensi Komulatif

35

30

25

20

16
15

10

0
Nilai
22,5 32,5 42,5 52,5 62,5 72,5 82,5 92,5 102,5
65,53 70

Gambar 4.2
Grafi Ogive Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai
dibawah rata-rata (65,83) sebanyak 16 siswa atau 44,44%, artinya 55,56% siswa
memperoleh nilai diatas rata-rata atau dengan kata lain siswa yang memperoleh
46

nilai diatas rata-rata lebih banyak dari siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-
rata. Dapat dilihat juga jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (70)
yaitu sebanyak 20 siswa atau 55,55%. Artinya 44,45% siswa pada kelas
eksperimen memperoleh nilai diatas KKM atau dengan kata lain sebagian besar
siswa kelas eksperimen belum memenuhi ketuntasan dalam belajar matematika.
Berdasarkan uraian diatas ditemukan perbedaan hasil pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan pemahaman
konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Perbandingan Statistik Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Statistik
Eksperimen Kontrol
Jumlah Siswa 35 36
Nilai Terendah 33 33
Nilai Tertinggi 95 90
Mean 74,46 65,83
Median 75,13 66,67
Modus 74,30 67,06
Varians 183,43 202,86
Simpangan Baku 13,54 14,24
Kemiringan 0,01 -0,09
Ketajaman/Kurtosis 0,24 0,23

Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan kemampuan pemahaman konsep


matematik siswa antara kedua kelas. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai
rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol
dengan selisih 8,63. Perolehan nilai median dan modus pun lebih tinggi pada kelas
eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Pemahaman konsep matematik tertinggi
perorangan terdapat pada kelas eksperimen, sedangkan pemahaman konsep
matematik perorangan terendah terdapat pada kelas eksperimen dan juga kelas
kontrol. Hal itu terlihat dari nilai tertinggi yang berbeda antara kedua kelas. 95
untuk kelas eksperimen dan 90 untuk kelas kontrol, sedangkan nilai terendahnya
47

sama yaitu 33. Jika dilihat dari sebaran data kedua kelompok terlihat bahwa kelas
kontrol memiliki sebaran yang lebih homogen karena memiliki nilai varian dan
simpangan baku yang lebih besar dari kelompok eksperimen. Artinya kemampuan
pemahaman konsep matematik pada kelompok kontrol lebih bervariasi dan
menyebar terhadap rata-rata kelas, sedangkan kemampuan pemahaman konsep
matematik pada kelompok eksperimen lebih cenderung berkumpul diatas rata-rata
kelas.
Perbandingan pencapaian tiap aspek pemahaman konsep matematika
siswa kelas eksperimen dan kontrol meliputi aspek instrumental dan relasional
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Skor dan Nilai Rata-rata Siswa Tiap Aspek Pemahaman
Aspek Eksperimen Kontrol
No
Pemahaman ̅ ̅

1 Instrumental 87,43 83,47

2 Relasional 60,86 46,53

B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas
Pada penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji chi square
( . Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan

diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.


Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
48

Hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok eksperimen dengan


kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelompok N Kesimpulan

Berdistribusi
Eksperimen 35 2,74 7,81
Normal
Berdistribusi
Kontrol 36 3,89 7,81
Normal

Dari hasil pengujian pada kelompok eksperimen, diperoleh nilai 2 hitung =


2,74, sedangkan dari tabel nilai kritis uji Chi-Square diperoleh 2tabel untuk jumlah
sampel 35 dan banyak kelas 6 pada taraf signifikansi α = 5% adalah 7,81. Karena
2hitung kurang dari sama dengan 2tabel (2,74 ≤ 7,81), maka H0 diterima, artinya
data yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas pada kelompok kontrol diperoleh nilai
2hitung = 3,89, sedangkan dari tabel nilai kritis uji Chi-Square diperoleh 2tabel
untuk jumlah sampel 36 dan banyak kelas 6 pada taraf signifikansi α = 5% adalah
7,81. Karena 2hitung kurang dari sama dengan 2tabel (3,89 ≤ 7,81), maka H0
diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok kontrol berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Karena 2 hitung pada kedua kelompok kurang dari 2tabel
maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi
normal.

b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel berasal dari populasi yang sama (homogen) atau berbeda
(heterogen). Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji F.
kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok dikatakan homogen
apabila diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan
49

tertentu. Dari hasil perhitungan diperoleh = 0,90 dan = 1,76 pada


taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 34 dan derajat
kebebasan penyebut 35.
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada
Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Varians F
Kelompok N Tabel Kesimpulan
(s²) Hitung
α = 0,05

Eksperimen 35 183,43
Varians Kedua
0,90 1,76 Kelompok
Homogen
Kontrol 36 202,86

Karena (0,90 ≤ 1,76), maka Ho diterima atau dengan


kata lain varians kedua populasi homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis yang telah dilakukan menunjukan
bahwa populasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal
dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji-t
untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai
berikut :
:
:

Keterangan :
= Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas eksperimen
= Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas kontrol
50

= Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen


lebih rendah atau sama dengan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas kontrol
= Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t diperoleh


= 2,50 dan menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% dan
derajat kebebasan (db) =69, diperoleh harga (α = 0.05) = 1,99. Untuk lebih
jelasnya hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji-t

Kelompok ̅ Varians (s²) Kesimpulan


α = 0,05

Eksperimen 74,46 183,43


2,50 1,99 Tolak Ho
Kontrol 66,11 212,3

Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa t hitung> ttabel (2,50 > 1,99) maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan H1 diterima dengan taraf signifikansi 5%, artinya rata-rata
hasil tes pemahaman konsep matematika yang diajarkan dengan pendekatan
Brain Based Learning lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes pemahaman
konsep matematika yang diajarkan dengan pendekatan konvensional.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Pembelajaran Dengan Pendekatan Brain Based Learning
Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata
hasil tes pemahaman konsep matematika antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, yang menunjukkan bahwa pemahaman konsep pada kelas yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan Brain Based Learning lebih tinggi
51

dari pada yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Hal


tersebut tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena adanya perbedaan tahap-
tahap pembelajaran antara kedua kelas tersebut.
Pendekatan Brain Based Learning merupakan salah satu pendekatan
yang berpusat pada siswa. Melalui pembelajaran yang menyenangkan, siswa
berperan aktif untuk membangun pengetahuan dengan pengalamannya sendiri,
sehingga pembelajaran dapat diserap otak secara optimal. Pendekatan brain based
learning memuat tujuh tahapan pembelajaran didalam kelas yang juga telah
dilakukan peneliti diantaranya pra-pemaparan, persiapan, inisiasi dan akuisisi,
elaborasi, inkubasi dan memasukkan memori, verifikasi dan pengecekan
keyakinan serta perayaan dan integrasi.
Tahapan pertama pendekatan Brain Based Learning yaitu pra-
pemaparan. Tahap ini memberikan ulasan kepada otak tentang pembelajaran
baru sebelum benar-benar menggali lebih jauh. Siswa diperlihatkan tentang materi
baru yang akan dipelajari dengan peta konsep. Dari pemajangan peta konsep
tersebut banyak siswa yang merespon positif dengan dengan berbagai pertanyaan
sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang membuat siswa nyaman
tanpa ketakutan akan sulitnya matematika sejak pembelajaran dimulai.

Gambar 4.3
Salah Satu Peta Konsep Pada Tahap Pra-pemaparan
52

Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian dilanjutkan


dengan membimbing siswa untuk melakukan brain gym (senam otak). Gerakan
brain gym pada tahap pra-pemaparan berguna untuk membantu siswa menyiapkan
diri sebelum memulai kegiatan belajar agar terhindar dari ketegangan. Terbukti
ketika kegiatan ini berlangsung siswa terlihat merasa senang meskipun beberapa
siswa masih merasa aneh karena gerakan-gerakan brain gym baru pertama mereka
lakukan dikelas. Pada tahap ini guru juga menyarankan siswa untuk membawa air
minum sebagai persediaan energi dalam pembelajaran.
Tahapan kedua yaitu persiapan. Pada tahap ini guru memberi penjelasan
awal mengenai materi yang akan dipelajari. Siswa didorong agar menanggapi dan
mengetahui kaitan materi tentang keliling dan luas bangun datar serta menanggapi
relevan atau tidaknya dengan kehidupan sehari-hari. Dari yang terlihat dikelas,
rasa ingin tahu siswa bertambah dan terlihat semangat siswa untuk mempelajari
lebih lanjut materi yang akan disampaikan.
Tahapan ketiga yaitu inisiasi dan akuisisi. Pada tahap ini guru meminta
siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa per kelompok dengan
memberikan kebebasan siswa untuk memilih tempat duduk dan kelompoknya
sendiri. Selanjutnya masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) untuk didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Tiap pertemuan
diberikan LKS yang berbeda untuk menemukan kembali rumus keliling dan luas
bangun datar segitiga dan segiempat. Berdasarkan hasil pengamatan, pada
pertemuan pertama siswa masih kebingungan mengisi LKS, tiap kelompok sering
bertanya pada guru bagaimana maksud dan cara mengisi langkah-langkah dalam
LKS tersebut. Hal tersebut sangat wajar karena mereka baru pertama kali
melakukan kegiatan pembelajaran seperti itu. Pada pertemuan berikutnya siswa
terlihat sudah mulai paham dan mengerti apa yang harus dilakukan sehingga
kegiatan pembelajaran pada tahap ini berjalan lancar.
53

Gambar 4.4
Siswa Berdiskusi Kelompok Pada Tahap Inisiasi dan Akuisisi

Gambar 4.5
Perwakilan Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompok Pada Tahap
Elaborasi

Tahap keempat yaitu elaborasi. Pada tahap ini siswa dari perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sementara yang
lainnya memperhatikan, mengoreksi, menanggapi, serta bertanya sehingga siswa
dapat menemukan jawaban yang tepat dari permasalahan yang ada di LKS. Dalam
pelaksanaannya beberapa siswa masih merasa malu untuk maju kedepan kelas.
Untuk mensiasatinya, guru memberikan reward berupa pemberian cokelat untuk
siswa agar pada tiap pertemuan terdapat siswa yang berbeda untuk maju dan
mempresentasikan hasil diskusinya.
Tahap kelima yaitu inkubasi dan memasukan memori. Tahap ini
adalah waktu istirahat disela-sela pembelajaran. Bukan beristirahat dalam artian
54

berdiam diri, melainkan istirahat dari kegiatan belajar yang menguras otak. Tahap
inkubasi ini diisi dengan melakukan brain gym yaitu gerakan-gerakan ringan yang
berfungsi untuk meregangkan otot setelah belajar, mengurangi stress, dan
meningkatkan konsentrasi.

Gambar 4.6
Siswa Melakukan Salah Satu Gerakan Brain Gym (Energy Yawn)

Gambar 4.7
Siswa Menonton Vidio Tebak Warna Untuk Melatih Fokus dan Konsentrasi
Pada tahap inkubasi siswa tidak hanya dibimbing untuk melakukan brain gym,
pada beberapa pertemuan tahap ini juga diisi dengan menonton vidio yang melatih
kefokusan dan konsentrasi serta diiringi musik instrumental yang dapat membuat
otak rileks dan siap untuk menerima kembali pelajaran berikutnya. Dari hasil
pengamatan, terlihat siswa merasa senang melakukan hal-hal tersebut. Setelah
masa istirahat selesai, guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Soal yang
diberikan pada tahap ini adalah soal pada aspek instrumental, untuk menguji siswa
sejauh mana mampu mengaplikasikan perhitungan dan rumus yang telah mereka
temukan pada tahap inisiasi dan akuisisi.
55

Tahap keenam yaitu verifikasi dan pengecekan keyakinan. Pada tahap


ini guru memberikan soal-soal yang setingkat lebih rumit untuk melatih
pemahaman siswa pada aspek relasional. Guru membimbing dan memastikan
siswa telah mengerti dan memahami materi pada setiap pertemuan.
Tahap ketujuh yang juga adalah tahap yang terakhir yaitu perayaan dan
integrasi. Pada tahap ini dengan bimbingan guru siswa diarahkan untuk dapat
menyimpulkan hal-hal yang telah mereka pelajari. Kemudian guru memberi tahu
siswa tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Sebagai
penutup, guru bersama dengan siswa melakukan perayaan kecil, seperti bersorak,
tepuk tangan.
2. Analisis Hasil Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Dalam penelitian ini terdapat dua aspek pemahaman konsep matematika
yang diukur oleh peneliti, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman
relasional. Dari 10 soal yang digunakan untuk post test, masing-masing 5 soal
mewakili aspek instrumental dan relasional. Hasil posttest untuk tiap aspek
pemahaman dapat dilihat dalam diagram pada Gambar 4.8.

87,43
90 83,47

80
70
60,86
60
50 46,53
Nilai Rata-Rata Eksperimen
40
30 Nilai Rata-Rata Kontrol

20
10
0

Instrumental
Relasional

Gambar 4.8
Diagram Batang Nilai Rata-Rata Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Pada Aspek Instrumental dan Relasional
56

Dari Gambar 4.8 terlihat nilai rata-rata kelas eksperimen pada kedua
aspek pemahaman lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol. Nilai rata-rata
kelas eksperimen dan kontrol pada aspek instrumental hanya berbeda tipis dengan
selisih 3,96. Sedangkan pada aspek relasional nilai rata-rata kelas eksperimen dan
kontrol terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan selisih 14,33.
a. Instrumental
Pemahaman instrumental adalah kemampuan seseorang menggunakan
prosedur matematik untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui
mengapa prosedur itu digunakan. Hasil posstest menunjukkan tidak ada perbedaan
yang berarti antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pemahaman
instrumental, meskipun nilai rata-rata kelas eksperimen lebih unggul sedikit dari
kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan pemahaman instrumental merupakan
pemahaman dasar yang indikasinya hanya mengandalkan hapalan rumus,
bergantung pada petunjuk dan hanya berfokus pada perhitungan saja.
Pada soal posttest yang diberikan, pemahaman instrumental diwakili oleh
nomor 1b, 4, 5a, 5b, dan 7a. Secara umum perbedaan pemahaman konsep
matematika pada aspek instrumental dapat terlihat dari cara siswa menjawab soal.
Di bawah ini merupakan kecendrungan hasil jawaban posttest dari siswa di kelas
eksperimen dan kontrol pada soal nomor 4.
“Gambar disamping adalah trapesium sama kaki, Panjang
AB = 20 cm, BC = 13 cm, CD = 10 cm, dan DE = 12 cm.
Hitunglah keliling dan luas daerah bangun tersebut!”
1) Beberapa siswa pada kelas eksperimen menjawab seperti dibawah ini

Gambar 4.9
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 4
57

Dari hasil jawaban siswa kelas eksperimen diatas, terlihat siswa telah
dapat memahami petunjuk pada soal, mampu mengaplikasikannya pada rumus,
serta melakukan perhitungan dengan baik.
2) Beberapa siswa pada kelas kontrol menjawab seperti dibawah ini

Gambar 4.10
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 4
Dari hasil jawaban siswa kelas kontrol diatas, terlihat siswa telah
melakukan perhitungan dengan baik, mengetahui rumus apa yang digunakan
untuk menyelesaikan soal tersebut, namun dia tidak memahami bagaimana cara
menggunakan rumus tersebut. Siswa tersebut tidak mengetahui maksud “a” dan
“b” pada rumus yang mana adalah sisi-sisi sejajar dari trapesium.
Berikutnya kecendrungan hasil jawaban posttest dari siswa di kelas
eksperimen dan kontrol pada soal nomor 5b.
“Hitunglah keliling dan luas bangun pada gambar
berikut jika Panjang KO = 12 cm, LO = 9 cm, dan MO =
40 cm.”

1) Beberapa siswa pada kelas eksperimen menjawab seperti dibawah ini


58

Gambar 4.11
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 5b
Dari hasil jawaban siswa kelas eksperimen diatas, terlihat siswa telah
memahami konsep layang-layang dengan baik, mengetahui diagonal-diagonal dan
sisi-sisi layang-layang tersebut sehingga mampu mengaplikasikan rumus dalam
penyelesaian soal.
2) Beberapa siswa pada kelas kontrol menjawab seperti dibawah ini

Gambar 4.12
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 5b
Dari hasil jawaban siswa kelas kontrol diatas, terlihat siswa belum
mampu memahami konsep layang-layang dengan baik. Siswa tersebut belum
dapat membedakan diagonal dengan sisi dari layang-layang, sehingga meskipun
dia telah hapal rumus, namun salah dalam mengaplikasikan rumus tersebut.
Ditinjau dari hasil jawaban siswa diatas, terlihat ada perbedaan hasil
pemahaman konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol yakni
pemahaman instrumental siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
siswa kelas kontrol.
59

b. Relasional
Pemahaman relasional adalah kemampuan menggunakan suatu aturan
dengan penuh kesadaran mengapa ia menggunakan aturan tersebut. Pada aspek
relasional, perbedaan pemahaman konsep matematika antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol lebih terlihat. Hasil posstest menunjukkan adanya perbedaan
yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol pada pemahaman
relasional. kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 60,86 sedangkan kelas
kontrol mendapatkan nilai rata-rata 46,53. Hal tersebut dikarenakan pemahaman
relasional merupakan pemahaman yang tingkatannya diatas pemahaman
instrumental yang indikasinya dapat memahami keterkaitan banyak ide,
membangun struktur konseptual dan mampu menerapkan konsep pada situasi baru
dan mencari sebab serta alternatif penyelesaian.
Pada soal posttest yang diberikan, pemahaman relasional diwakili oleh
nomor 1a, 2, 3, 6, dan 7b. Secara umum perbedaan pemahaman konsep
matematika pada aspek relasional dapat terlihat dari cara siswa menjawab soal. Di
bawah ini merupakan kecendrungan hasil jawaban posttest dari siswa di kelas
eksperimen dan kontrol pada soal nomor 3.
“Perhatikan gambar berikut:
Panjang HG = 12 cm, FP = 6 cm, AB = 8 cm,
Bila luas daerah yang diarsir adalah 36 cm²,
tentukan luas daerah yang tidak diarsir !”

1) Beberapa siswa pada kelas eksperimen menjawab seperti dibawah ini

Gambar 4.13
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 3
60

Dari hasil jawaban siswa kelas eksperimen diatas, terlihat siswa telah
mengetahui akan diapakan dan bagaimana cara menjawab dan soal tersebut. Dari
langkah-langkah menjawabnya sudah tepat memisahkan gambar bangun persegi
dan jajarganjang baru kemudian mencari luas daerah yang tidak diarsir dengan
menjumlahkan luas yang tidak diarsir pada bangun persegi dan jajargenjang.
2) Beberapa siswa pada kelas kontrol menjawab seperti dibawah ini

Gambar 4.14
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 3
Dari hasil jawaban siswa kelas kontrol diatas, terlihat siswa belum paham
benar cara menjawab soal tersebut. Sekilas memang tidak ada yang salah dengan
jawaban tersebut, namun jika melihat gambar pada soal sebenarnya terdapat
daerah yang diarsir pada masing-masing bangun yaitu persegi dan jajar genjang,
sedangkan siswa tersebut hanya mengurangkan luas persegi dan persegi panjang
dengan satu kali luas yang diarsir.
Berikutnya kecendrungan hasil jawaban posttest dari siswa di kelas
eksperimen dan kontrol pada soal nomor 2.
“Hitunglah luas dan keliling bangun tersebut !”

1) Beberapa siswa pada kelas eksperimen menjawab seperti dibawah ini


61

Gambar 4.15
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Nomor 2
2) Beberapa siswa pada kelas kontrol menjawab seperti dibawah ini

Gambar 4.16
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Nomor 2
62

Dari hasil jawaban siswa kelas eksperimen pada Gambar 4.15, terlihat
siswa mampu memahami konsep keliling dengan baik. Siswa tersebut tidak
menggunakan rumus untuk mencari keliling bangun diatas, namun menjumlahkan
sisi-sisi bangun tersebut, sebab memang jika menggunakan rumus tentu hasilnya
tidak akan tepat karena bangun tersebut adalah gabungan dari tiga buah persegi
panjang. Sedangkan dari hasil jawaban siswa kelas kontrol pada Gambar 4.16,
terlihat siswa belum memahami betul konsep keliling bangun datar. Siswa
tersebut menyamakan cara mencari keliling dan luas dengan membagi bangun
tersebut menjadi tiga bagian kemudian mencari kelilingnya satu persatu. Padahal
untuk mencari keliling bangun datar maupun gabungan dari bangun datar hanya
cukup menjumlahkan sisi-sisi terluar dari bangun tersebut.
Ditinjau dari hasil jawaban siswa diatas, terlihat ada perbedaan hasil
pemahaman konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol yakni
pemahaman instrumental siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
siswa kelas kontrol.

D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah
dilakukan dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal. Walaupun
demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat
penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya.:
1. Perlakuan pada penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan keliling
dan luas segitiga dan segiempat, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada
pokok bahasan lain.
2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning
membutuhkan waktu belajar yang lebih lama karena menggunakan tujuh
tahap pembelajaran dan juga membutuhkan fasilitas sekolah yang memadai,
seperti misalnya pada tahap inkubasi dan memasukan memori memerlukan
infokus untuk memutar vidio.
3. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini hanya meliputi variabel
pendekatan Brain Based Learning dan kemampuan pemahaman konsep
63

matematika siswa, sedangkan aspek lain tidak terkontrol. Karena hasil


penelitian dapat saja dipengaruhi variabel lain diluar variabel yang ditetapkan
dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan temuan yang diperoleh selama menerapkan


pendekatan Brain Based Learning di SMP Negeri 63 Jakarta, dapat disimpulkan
bahwa:

1. Pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan


pendekatan Brain Based Learning memiliki nilai rata-rata 74,46. Sedangkan
pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan konvensional memiliki nilai rata-rata 66,11. Jika dilihat dari
indikator soal yang mengacu pada aspek pemahaman Skemp, siswa yang
diajar dengan pendekatan Brain Based Learning memiliki pemahaman yang
baik pada aspek instrumental maupun relasional. Meskipun pada aspek
relasional masih ada beberapa siswa yang belum menguasai, Namun secara
umum siswa yang diajar dengan pendekatan Brain Based Learning telah
memiliki pemahaman konsep matematika yang baik. Sedangkan pada siswa
yang diajar dengan pendekatan konvensional, juga telah memiliki
pemahaman instrumental yang baik, namun pada aspek relasional sebagian
besar siswa tidak dapat menguasainya, karena hanya hapal rumus tanpa
mengerti konsep keliling dan luas bangun datar. Sehingga secara umum siswa
yang diajar dengan pendekatan konvensional belum memiliki pemahaman
konsep matematika yang baik.
2. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan
pemahaman konsep matematika antara kelas eksperimen yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan Brain Based Learning dengan
kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.
Dengan > (2,50 > 1,99) menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan Brain Based Learning memberikan pengaruh lebih

64
65

efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa


dibandingkan menggunakan pendekatan konvensional.

B. Saran
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan
beberapa saran, yaitu:
1. Bagi sekolah dan pihak guru khususnya guru matematika, hendaknya
menggunakan pendekatan Brain Based Learning sebagai alternatif dalam
proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa.
2. Untuk peneliti lainnya, agar memperhatikan waktu dan mempersiapkan alat-
alat yang akan digunakan sebelum pembelajaran dimulai, selain itu
hendaknya dapat mengembangkan pendekatan Brain Based Learning pada
kemampuan matematis dan jenis penelitian lainnya, misalnya penelitian
tindakan kelas (PTK).
3. Pada penelitian berikutnya disarankan untuk lebih mengembangkan peta
konsep (mind map) pada tahap pra-pemaparan agar lebih menarik perhatian
dan rasa ingin tahu siswa. Memvariasikan gerakan senam otak (brain gym)
serta menyiapkan fasilitas untuk memutar vidio seperti infokus speaker pada
tahap inkubasi dan memasukan memori agar hasilnya lebih maksimal dan
siswa pun senang melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,


2005.
Bandono, Adi. Perdebatan Sekitar Teori Belajar Dalam Praktek Pembelajaran.
http://journal.umsida.ac.id/files/adi%20bandono.PDF
Basuki, Ismet dan Hariyanto. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakara, 2014.
Depdiknas. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2007.
Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta. Hasil Ujian Nasional SMP/MTS DKI
Jakarta 2013 dan 2014. http://disdik.jakarta.go.id diunduh 22 Februari
2015.

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan system.


Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Hasan, Qodri. Pengembangan Pembelajaran Operasi Pembagian Dengan
Menekankan Aspek Pemahaman, 2012,
http://eprints.uny.ac.id/10077/1/P%20-%2074.pdf
Hasliza, A. and W. Emilin. New Way to Learn, New Way to Success:
Transforming a Brain-Based Library Via Active Learning
Instructions. 2012. [online].
http://docs.lib.purdue.edu/iatul/2012/papers/38 diunduh 4 Agustus
2014.

Jensen, Eric. Brain-Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008.

Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna,


2010.

Kommer, Dave. ABC’s of Brain Based Learning. Inquiry Seminar SP07.


http://personal.ashland.edu/dkommer/ABCs%20of%20BBL.pdf
diunduh 10 April 2015
Latief. Rumit, Konsep Matematika Perlu diubah, Kompas Online, Rabu 2 Maret
2011 10:23
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/10234091/Rumit.Konsep.
Matematika.Perlu.Diubah diakses 4 April 2014

66
67

Ozden, M and Gultekin. The Effect of Brain-Based Learning on The Academic


Achiefment and Retention of Knowledge in Sciense Course. Electronic
Journal of Science Education. Vol 12, 2008. Tersedia:
http://ejse.southwestern.edu/article/download/7763/5530 diuduh 21
April 2015

Pranoto, Iwan. Memahami Pemahaman. 2014.


http://bincangedukasi.com/memahami-pemahaman/ diakses 5 Maret
2015

Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2008


http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php
diakses 21 April 2015
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004.

Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2013.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana,


2011.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2011.
Sapa’at, Ahmad. Brain Based Learning. 2009. [Online]. Tersedia:
http://matematika.upi.edu/index.php/brain-based-learning/ diakses 14
Februari 2014
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, cet. 19, 2011
Setiawan. Strategi Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika. 2008.

Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Hasil Ujian Nasional SMP/MTS Negeri


dan Swasta DKI Jakarta 2012. http://simdik.info diunduh 22 Februari
2015

Spears, A. dan L. Wilson. Brain-Based Learning Highlights. 2007. [online].


Tersedia:
http://itari.in/categories/brainbasedlearning/DefinitionofBrain-
BasedLearning.pdf diakses 4 Agustus 2014
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakara, 2005.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012.
68

Suhendra, Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran


Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 2007.
Suwangsih, Erna., dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI
PRESS, cet.1, 2006
Sumarno, Utari. dkk. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis Ilmu Pendidikan.
Bandung: UPI Press, 2008.
Wahyono, Budi. Pendekatan Konvensional Dalam Pembelajaran, 2013
http://pendidikanekonomi.com/2013/06/pendekatan-konvensional-
dalam.html?m=1 diakses 15 Februari 2015

Wahyuni. Pemahaman Relational dan Pemahaman Instrumental Dalam


Pembelajaran Matematika, 2012. Tersedia:
http://lpmp-aceh.com/dowload/download.php?fileld=116 diakses 20
April 2015
Yanuarita, Franc. Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak. Yogyakarta:
Teranova Books, cet. 2, 2013.
Lampiran 1
69

Kelas Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SMPN 63 Jakarta


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Semester : 2 (dua)
Waktu : 12 x 40 menit

Standar Kompetensi : GEOMETRI


Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi
empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Pertemuan Pertama

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas segitiga
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas segitiga

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat :
1. Menghitung keliling dan luas segitiga
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas segitiga

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Segitiga

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Pembelajaran Brain Based Learning
2) Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

E. Langkah-langkah Kegiatan
70

Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter


Pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa
Tahap Pra-
Pemaparan Guru memusatkan perhatian siswa

Guru menyampaikan sub-sub materi yang akan


dipelajari secara garis besar melalui mind map

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Rasa hormat


Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya dan perhatian
mempelajari materi tsb (respect)

Guru Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain


Gym yaitu gerak silang dengan gerakan tangan dan kaki Rileks
secara berlawanan sambil sedikit meloncat, tangan
kanan menyentuh lutut kiri dan sebaliknya. yang
bertujuan untuk merangsang bagian otak yang menerima
informasi (receptive) dan bagian untuk mengungkapkan
informasi (expressive) sehingga akan mudah untuk
proses pembelajaran yang baru dan daya ingat

Kegiatan inti Guru bertanya kepada siswa dengan menanyakan apa Daya ingat
(50 menit) yang mereka ketahui tentang segitiga
Tahap
Persiapan Guru memberi penjelasan awal mengenai bangun
segitiga dan membimbing siswa untuk mengaitkan topik
mengenai segitiga dalam kehidupan sehari-hari Ketekunan

Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok


Tahap Inisiasi dengan memberikan pilihan kepada siswa dalam
Disiplin
memilih sendiri tempat duduk atau kelompok belajar
dan Akuisisi
Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada
setiap kelompok untuk menemukan kembali rumus
keliling dan luas segitiga

Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok


tanpa membuat kegaduhan dan berdiskusi dalam
mengisi LKS

Perwakilan dari siswa melakukan presentasi tentang


hasil diskusi kelompok
Tahap Keaktifan
Elaborasi Guru mengkondisikan agar terjadi tanya jawab siswa
saling menanggapi hasil presentasi
Dari hasi presentasi diharapkan siswa dapa menemukan
71

jawaban yang tepat dari permasalahan pada LKS Kritis

Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain Gym


dengan gerakan the rocker yaitu duduk dilantai, kedua
tangan dibelakang siku ditekuk kedua kaki diangkat
Tahap sedikit dan olengkan pinggul ke kiri dan ke kanan lalu
Inkubasi dan putar beberapa kali.
Memasukkan Gerakan ini bermanfaat untuk membuat sikap tubuh Rileks
memori lebih baik, mengurangi kelelahan, dan menunjang
kemampuan memperhatikan dan memahami

Siswa mendengarkan musik yang diputar dan guru


mempersilahkan siswa untuk meminum air yang telah
mereka bawa

Guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan


latihan soal dan bertanya jika masih belum paham

Guru memberikan kuis pertanyaan dan soal sederhana


tentang hasil diskusi tersebut. (Siswa mengerjakan tanpa Komunikatif
bimbingan guru)
Tahap
Verifikasi dan Memeriksa hasil pengerjaan soal siswa dan menjelaskan
pengecekan kembali jika masih ada yang salah (memastikan bahwa Daya ingat
keyakinan siswa telah memahami konsep)
Kegiatan akhir Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
(15 menit) memahami materi dengan pujian
Perayaan dan
Integrasi Guru bersama siswa bercerita tentang sesuatu yang
menyenangkan

Siswa mereview dan membuat rangkuman dari apa yang


telah diajarkan

Menginstruksikan siswa untuk membawa air minum


pada pertemuan berikutnya

Sebagai penutup, guru bersama dengan siswa melakukan


perayaan kecil seperti bersorak dan bertepuk tangan
bersama

Guru dan siswa mengakhiri pertemuan dengan membaca


Religius
doa

F. Alat dan Sumber Belajar


72

Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Lembar Kerja Siswa (LKS),
Mind Map, Penggaris Segitiga

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen Ket
Kompetensi
Menghitung keliling dan 1. Hitunglah Luas bangun segitiga berikut LKS
luas segitiga

Menggunakan perhitungan 2. Keliling segitiga berikut adalah 45 cm


keliling dan luas segitiga
dalam pemecahan masalah

Jika α = 10 cm, dan b =15 cm


Maka berapa nilai c ?

3. Tentukan tinggi sebuah segitiga jika


diketahui panjang alasnya 25 cm dan
luasnya 125 cm² ?

4. Diketahui segitiga ABC dengan garis


tinggi AD seperti gambar berikut.
LKS
73

Jika
BAC
= 90°
AB = 4
cm,
AC =
3cm,
dan BC
= 5 cm,
Tentukan
a. luas segitiga ABC
b. keliling segitiga ABC
c. Panjang AD

Pertemuan Kedua

A. Indikator
1. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling, luas
persegi dan persegi panjang

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling, luas
persegi dan persegi panjang

C. Materi Ajar
Keliling dan luas Persegi dan Persegi Panjang

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Pembelajaran Brain Based Learning
2) Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
Pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa
Tahap Pra-
74

Pemaparan Guru memusatkan perhatian siswa

Guru menyampaikan sub-sub materi yang akan


Rasa hormat
dipelajari secara garis besar melalui mind map
dan perhatian
(respect)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya
mempelajari materi tsb

Guru Membimbing siswa untuk melakukan Brain Gym Rileks


yaitu menyuruh sisiwa menuliskan nama mereka pada
sebuah kertas dengan menggunakan tangan kanan dan
kiri secara bersamaan, yang berfungsi mengaktifkan
kedua bagian tubuh
Kegiatan inti Guru bertanya kepada siswa dengan menanyakan apa Daya ingat
(50 menit) yang mereka ketahui tentang persegi dan persegi
Tahap panjang
Persiapan
Guru memberi penjelasan awal mengenai bangun
segitiga dan membimbing siswa untuk mengaitkan topik Ketekunan
mengenai persegi dan persegi panjang dalam kehidupan
sehari-hari

Tahap Inisiasi Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok Disiplin


dengan memberikan pilihan kepada siswa dalam
dan Akuisisi
memilih sendiri tempat duduk atau kelompok belajar

Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok


tanpa membuat kegaduhan dan berdiskusi

Guru memberikan penjelasan dan arahan kepada siswa


dengan bantuan computer yaitu Microsoft power point
yaitu menggambar persegi dan persegi panjang pada
kertas berpetak untuk menemukan kembali rumus
keliling dan luas persegi, persegi panjang

Perwakilan dari siswa melakukan presentasi tentang


hasil diskusi kelompok Keaktifan

Tahap Guru mengkondisikan agar terjadi tanya jawab siswa


Elaborasi saling menanggapi hasil presentasi
Dari hasi presentasi diharapkan siswa dapa menemukan Kritis
jawaban yang tepat dari permasalahan

Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain Gym


dengan gerakan energy yawn yaitu membuka mulut
seperti hendak menguap lalu memijat otot-otot disekitar
persendian rahang lalu melemaskan otot-otot tersebut.
Gerakan ini bermanfaat untuk mengaktifkan otak
75

Tahap peningkatan oksigen, meningkatkan perhatian dan daya Rileks


Inkubasi dan penglihatan
Memasukkan
memori Guru mempersilahkan siswa untuk meminum air yang
telah mereka bawa dan memberikan tontonan video
seperti menebak warna pada huruf

Guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan


latihan soal dan bertanya jika masih belum paham
Komunikatif
Guru memberikan kuis pertanyaan dan soal sederhana
tentang hasil diskusi tersebut. (Siswa mengerjakan tanpa
bimbingan guru)
Tahap
Verifikasi dan Memeriksa hasil pengerjaan soal siswa dan menjelaskan Daya ingat
pengecekan kembali jika masih ada yang salah (memastikan bahwa
keyakinan
siswa telah memahami konsep)
Kegiatan akhir Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
(15 menit) memahami materi dengan memberikan cokelat
Perayaan dan
Integrasi Guru bersama siswa bercerita tentang sesuatu yang
menyenangkan

Siswa mereview dan membuat rangkuman dari apa yang


telah diajarkan

Menginstruksikan siswa untuk membawa air minum


pada pertemuan berikutnya

Sebagai penutup, guru bersama dengan siswa melakukan


perayaan kecil seperti bersulang air minum
Religius
Guru dan siswa mengakhiri pertemuan dengan membaca
doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Mind Map, Penggaris, Kertas berpetak, Infocus, Laptop
76

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen Ket
Kompetensi
Menghitung keliling, luas 1. Tentukan keliling dan luas persegi jika
persegi dan persegi panjang diketahui panjang sisinya 8 cm

2. Hitunglah keliling dan luas persegi


panjang berikut

Menyelesaikan 3. Perhatikan gambar dibawah ini. LKS


permasalahan sehari-hari Hitunglah luas bangun yang diarsir
yang berkaitan dengan
keliling, luas persegi dan
persegi panjang

4. Sebuah ruang aula yang baru saja


dibangun berbentuk persegi panjang
dengan luas lantainya 25 m x 16 m.
para pekerja akan akan memasang
keramik berbentuk persegi dengan
panjang sisi 40 cm. Berapa banyak
keramik yang dibutuhkan pekerja untuk
menutup semua lantai ruang aula
tersebut?
77

Pertemuan Ketiga

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas jajar genjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas jajar genjang

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling dan luas jajar genjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas jajar genjang

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Jajar Genjang

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Pembelajaran Brain Based Learning
2) Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
Pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa
Tahap Pra-
Pemaparan Guru memusatkan perhatian dan mengkondisikan siswa
agar siap untuk belajar

Guru menyampaikan sub-sub materi yang akan


dipelajari secara garis besar melalui mind map
Rasa hormat
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. dan perhatian
Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya (respect)
mempelajari materi tsb

Kegiatan inti Guru bertanya kepada siswa dengan menanyakan apa Daya ingat
(50 menit) yang mereka ketahui tentang jajar genjang
Tahap
Persiapan Guru memberi penjelasan awal mengenai bangun jajar
genjang dan membimbing siswa untuk mengaitkan topik Ketekunan
mengenai segitiga dalam kehidupan sehari-hari
78

Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok Disiplin


dengan memberikan pilihan kepada siswa dalam
memilih sendiri tempat duduk atau kelompok belajar
Tahap Inisiasi
dan Akuisisi Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada
setiap kelompok untuk menemukan kembali rumus
keliling dan luas jajar genjang

Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok


tanpa membuat kegaduhan dan berdiskusi dalam
mengisi LKS

Tahap Perwakilan dari siswa melakukan presentasi tentang Keaktifan


Elaborasi hasil diskusi kelompok

Guru mengkondisikan agar terjadi tanya jawab siswa


saling menanggapi hasil presentasi Kritis
Dari hasi presentasi diharapkan siswa dapa menemukan
jawaban yang tepat dari permasalahan pada LKS

Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain Gym


dengan gerakan the owl yaitu berdiri dengan kedua kaki
Tahap meregang, telapak tangan kiri pada bahu kanan,
Inkubasi dan sementara tangan kanan dibiarkan bebas, sambil Rileks
Memasukkan menengok kiri dan kanan, telapak tangan kiri “meremas-
memori remas” bahu .
Gerakan ini bermanfaat untuk mengkordinasikan
pendengaran, penglihatan dan gerakan tubuh serta
meningkatkan konsentrasi

Siswa mendengarkan musik yang diputar dan guru


mempersilahkan siswa untuk meminum air jika haus

Guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan


latihan soal dan bertanya jika masih belum paham Komunikatif

Guru memberikan kuis pertanyaan dan soal sederhana


tentang hasil diskusi tersebut. (Siswa mengerjakan tanpa
bimbingan guru)
Tahap Daya ingat
Verifikasi dan
pengecekan Memeriksa hasil pengerjaan soal siswa dan menjelaskan
keyakinan kembali jika masih ada yang salah (memastikan bahwa
siswa telah memahami konsep)
Kegiatan akhir Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
(15 menit) memahami materi dengan pujian
Perayaan dan
Integrasi Guru bersama siswa bercerita tentang sesuatu yang
menyenangkan
79

Siswa mereview dan membuat rangkuman dari apa yang


telah diajarkan

Menginstruksikan siswa untuk membawa air minum


pada pertemuan berikutnya

Sebagai penutup, guru bersama dengan siswa melakukan


perayaan kecil seperti bersorak dan bertepuk tangan
bersama

Guru dan siswa mengakhiri pertemuan dengan membaca Religius


doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Lembar Kerja Siswa (LKS), Mind Map, Penggaris,

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen Ket
Kompetensi
Menghitung keliling 1. Dari gambar LKS
dan luas jajar genjang tersebut
lengkapilah
tabel dibawah
ini
berdasarkan
panjang sisi, dan keliling jajar genjang yang
diketahui

2. Diketahui sebuah jajar genjang dengan


80

panjang alas 20 cm dan tingginya 15 cm,


tentukan luas daerah jajar genjang tersebut

Menyelesaikan 3. Diketahui segitiga ABCD dengan AB = 12 LKS


permasalahan sehari- cm dan tinggi 6 cm
hari yang berkaitan jika AB : BC
dengan keliling dan =4:3
luas jajar genjang Tentukan
keliling dan
luasnya

Pertemuan Keempat
A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas trapesium
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas trapesium

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling dan luas trapesium
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas trapesium

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Trapesium
D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Pembelajaran Brain Based Learning
2) Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
Pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa
Tahap Pra-
Pemaparan Guru memusatkan perhatian siswa

Guru menyampaikan sub-sub materi yang akan


dipelajari secara garis besar melalui mind map
81

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Rasa hormat


Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya dan perhatian
mempelajari materi tsb (respect)

Guru Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain


Gym yaitu gerakan Balance Buttons. Menyentuh Rileks
belakang telinga kiri di perbatasan rambut dengan
beberapa jari tangan kiri,letakkan telapak tangan kanan
didaerah pusar.posisi kepala tetap kedepan. Setelah 30
detik, lakukan untuk tangan satunya lagi.
Gerakan ini bermanfaat untuk mengaktifkan
kesiapsiagaan dan memusatkan perhatian serta
meningkatkan konsentrasi dan mengerti konsep yang
tersirat (saat membaca)
Kegiatan inti Guru bertanya kepada siswa dengan menanyakan apa Daya ingat
(50 menit) yang mereka ketahui tentang bangun trapesium
Tahap
Persiapan Guru memberi penjelasan awal mengenai bangun
trapesium dan membimbing siswa untuk mengaitkan
topik mengenai segitiga dalam kehidupan sehari-hari Ketekunan

Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok


dengan memberikan pilihan kepada siswa dalam
Disiplin
memilih sendiri tempat duduk atau kelompok belajar
Tahap Inisiasi
dan Akuisisi Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada
setiap kelompok untuk menemukan kembali rumus
keliling dan luas trapesium

Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok


tanpa membuat kegaduhan dan berdiskusi dalam
mengisi LKS

Tahap Perwakilan dari siswa melakukan presentasi tentang


Keaktifan
hasil diskusi kelompok
Elaborasi
Guru mengkondisikan agar terjadi tanya jawab siswa
saling menanggapi hasil presentasi Kritis
Dari hasi presentasi diharapkan siswa dapa menemukan
jawaban yang tepat dari permasalahan pada LKS

Tahap Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain Gym


Inkubasi dan dengan gerakan Neck Rolls yaitu dengan menarik nafas
Memasukkan dalam-dalam, kedua bahu relaks, tundukan kepala
memori kedepan, dan pelan-pelan putar leher dari satu sisi ke sisi
lainnya sambil keluarkan nafas beserta ketegangan Rileks
dalam diri.
Gerakan ini bermanfaat untuk mengurangi ketegangan
82

Siswa mendengarkan musik yang diputar dan guru


mempersilahkan siswa untuk meminum air jika haus

Guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan


Tahap latihan soal dan bertanya jika masih belum paham
Verifikasi dan
pengecekan Komunikatif
keyakinan Guru memberikan kuis pertanyaan dan soal sederhana
tentang hasil diskusi tersebut. (Siswa mengerjakan tanpa
bimbingan guru)

Memeriksa hasil pengerjaan soal siswa dan menjelaskan Daya ingat


kembali jika masih ada yang salah (memastikan bahwa
siswa telah memahami konsep)
Kegiatan akhir Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
(15 menit) memahami materi dengan pujian
Perayaan dan
Integrasi Guru bersama siswa bercerita tentang sesuatu yang
menyenangkan

Siswa mereview dan membuat rangkuman dari apa yang


telah diajarkan

Menginstruksikan siswa untuk membawa air minum


pada pertemuan berikutnya

Sebagai penutup, guru bersama dengan siswa melakukan


perayaan kecil seperti bersorak dan bertepuk tangan
bersama

Guru dan siswa mengakhiri pertemuan dengan membaca


Religius
doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Lembar Kerja Siswa (LKS),
83

Mind Map,

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen Ket
Kompetensi
Menghitung keliling dan luas 1. Hitunglah keliling dan luas trapesium LKS
trapesium pada gambar berikut

Menyelesaikan permasalahan 2. Diketahui bentuk atap sebuah rumah LKS


sehari-hari yang berkaitan terdiri atas sepasang trapesium sama
dengan keliling dan luas kaki dan sepasang segitiga sama kaki.
trapesium Pada atap yang berbentuk trapesium
panjang sisi sejajarnya masing-masing
5 m dan 3 m. adapun pada atap yang
berbentuk segitiga panjang alasnya 7
m. tinggi trapesium sama dengan
tinggi segitiga = 4 m
a. Tentukan banyak genteng yang
dibutuhkan untuk menutup atap
tersebut jika tiap 1 m² diperlukan 25
buah genteng.
b. Jika harga satu buah genteng Rp 1.500
berapakah biaya yang dibutuhkan
seluruhnya

Pertemuan Kelima

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas belah ketupat
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas belah ketupat
84

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling dan luas belah ketupat
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas belah ketupat

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Belah Ketupat

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Pembelajaran Brain Based Learning
2) Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
Pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa
Tahap Pra-
Pemaparan Guru memusatkan perhatian siswa Rasa hormat
dan perhatian
Guru menyampaikan sub-sub materi yang akan
dipelajari secara garis besar melalui mind map (respect)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya Rileks
mempelajari materi tsb
Kegiatan inti Guru bertanya kepada siswa dengan menanyakan apa Daya ingat
(50 menit) yang mereka ketahui tentang bangun belah ketupat
Tahap
Persiapan Guru memberi penjelasan awal mengenai bangun
segitiga dan membimbing siswa untuk mengaitkan topik
mengenai belah ketupat dalam kehidupan sehari-hari Ketekunan
dengan bantuan slide computer yaitu Microsoft power
point

Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok


dengan memberikan pilihan kepada siswa dalam
Tahap Inisiasi Disiplin
memilih sendiri tempat duduk atau kelompok belajar
dan Akuisisi
Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada
setiap kelompok untuk menemukan kembali rumus
keliling dan luas belah ketupat
85

Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok


tanpa membuat kegaduhan dan berdiskusi dalam
mengisi LKS

Tahap Perwakilan dari siswa melakukan presentasi tentang Keaktifan


Elaborasi hasil diskusi kelompok

Guru mengkondisikan agar terjadi tanya jawab siswa


saling menanggapi hasil presentasi Kritis
Dari hasi presentasi diharapkan siswa dapa menemukan
jawaban yang tepat dari permasalahan pada LKS

Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain Gym


dengan gerakan Energizer yaitu duduk dengan nyaman
Tahap
dikursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan diatas
Inkubasi dan
meja. Tangan ditempatkan di depan bahu dengan jari- Rileks
Memasukkan
jari menghadap sedikit ke dalam.ketika menarik nafas
memori
rasakan napas mengalir ke garis tengah seperti pancuran
energi, mengangkat dahi, kemudian tengkuk dan terakhir
punggung atas. Diafragma dan dada tetap terbuka dan
bahu tetap rileks. Gerakan ini bermanfaat untuk
mengembalikan vitalitas otak detelah melakukan
serangkaian aktivitas yang melelahkan serta
menghilangkan stress, meningkatkan konsentrasi dan
perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami.

Mempersilahkan siswa untuk meminum air minum yang


telah dibawa
Siswa menonton tayangan video pertanyaan asah otak
yang ditampilkan guru.

Guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan Komunikatif


latihan soal dan bertanya jika masih belum paham

Guru memberikan kuis pertanyaan dan soal sederhana


Tahap tentang hasil diskusi tersebut. (Siswa mengerjakan tanpa Daya ingat
Verifikasi dan bimbingan guru)
pengecekan
keyakinan Memeriksa hasil pengerjaan soal siswa dan menjelaskan
kembali jika masih ada yang salah (memastikan bahwa
siswa telah memahami konsep)
Kegiatan akhir Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
(15 menit) memahami materi dengan memberikan gantungan kunci
Perayaan dan
Integrasi Guru bersama siswa bercerita tentang sesuatu yang
menyenangkan

Siswa mereview dan membuat rangkuman dari apa yang


86

telah diajarkan

Menginstruksikan siswa untuk membawa air minum


pada pertemuan berikutnya

Sebagai penutup, guru bersama dengan siswa melakukan


perayaan kecil seperti bersorak dan bertepuk tangan
bersama

Guru dan siswa mengakhiri pertemuan dengan membaca Religius


doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Lembar Kerja Siswa (LKS),
Mind Map, Infocus, Laptop

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen Ket
Kompetensi
Menghitung keliling dan luas 3. Hitunglah keliling dan luas belah LKS
belah ketupat ketupat pada gambar berikut jika
diketahui AC = 8 cm, BD = 15 cm
dan CD = 17
87

Menyelesaikan permasalahan 4. Sebuah hiasan dinding berbentuk LKS


sehari-hari yang berkaitan belah ketupat. Kelilingnya 160 cm dan
dengan keliling dan luas panjang salah satu diagonalnya 32 cm.
belah ketupat Berapakah luas daerah hiasan dinding
tersebut?

Pertemuan Keenam

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas layang-layang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas layang-layang

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling dan luas layang-layang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas layang-layang

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Layang- layang

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Pembelajaran Brain Based Learning
2) Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
Pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa
Tahap Pra-
Pemaparan Guru memusatkan perhatian siswa
Rasa hormat
Guru menyampaikan sub-sub materi yang akan
dipelajari secara garis besar melalui mind map dan perhatian
(respect)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya
mempelajari materi tsb

Guru Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain Rileks


88

Gym yaitu gerak Lazy Eight’s, berdiri dengan kaki agak


meregang dan kepala menghadap ke depan. Angkat
tangan ke depan dan kepalkan, dengan posisi jempol
dalam keadaan mengacung. Dimulai dengan menaikkan
jempol ke kiri atas, dan turun ke bawah, lalu kembali ke
titik awal. Hal yang sama dilakukan pada sisi kanan,
seiring itu mata mengikuti gerak yang sama. Gerakan
tersebut bermanfaat untuk mengaktifkan kerja sama
kedua belahan otak dan meningkatkan kemampuan
penglihatan.

Kegiatan inti Guru bertanya kepada siswa dengan menanyakan apa Daya ingat
(50 menit) yang mereka ketahui tentang layang-layang
Tahap
Persiapan Guru memberi penjelasan awal mengenai bangun
segitiga dan membimbing siswa untuk mengaitkan topik
mengenai layang-layang dalam kehidupan sehari-hari Ketekunan

Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok


Tahap Inisiasi dengan memberikan pilihan kepada siswa dalam
Disiplin
memilih sendiri tempat duduk atau kelompok belajar
dan Akuisisi
Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada
setiap kelompok untuk menemukan kembali rumus
keliling dan luas layang-layang

Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok


tanpa membuat kegaduhan dan berdiskusi dalam
mengisi LKS

Tahap Perwakilan dari siswa melakukan presentasi tentang


hasil diskusi kelompok
Elaborasi Keaktifan
Guru mengkondisikan agar terjadi tanya jawab siswa
saling menanggapi hasil presentasi
Dari hasi presentasi diharapkan siswa dapa menemukan
Kritis
jawaban yang tepat dari permasalahan pada LKS

Membimbing siswa untuk melaksanakan Brain Gym


dengan gerakan The Elephant yaitu berdiri dengan kedua
Tahap lutut agak sedikit ditekuk. Angkat tangan kiri lurus ke
Inkubasi dan depan dengan telapak tangan dalam keadaan terbuka,
Memasukkan kemudian letakkan telinga diatas bahu. Bayangkan
memori tangan seolah-olah merupakan belalai gajah yang Rileks
bersatu dengan kepala. Lalu mulailah membentuk angka
8 tidur. Mata harus mengikuti gerakan tersebut.
Gerakan ini bermanfaat untuk mengkoordinasikan otak
untuk mengaktifkan kedua telinga dan mata,
mengendurkan otak tengkuk, meningkatkan daya ingat
89

Siswa mendengarkan musik yang diputar dan guru


mempersilahkan siswa untuk meminum air jika haus

Guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan


latihan soal dan bertanya jika masih belum paham

Komunikatif
Guru memberikan kuis pertanyaan dan soal sederhana
tentang hasil diskusi tersebut. (Siswa mengerjakan tanpa
Tahap bimbingan guru)
Verifikasi dan
pengecekan
Memeriksa hasil pengerjaan soal siswa dan menjelaskan Daya ingat
keyakinan
kembali jika masih ada yang salah (memastikan bahwa
siswa telah memahami konsep)
Kegiatan akhir Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
(15 menit) memahami materi dengan pujian
Perayaan dan
Integrasi Guru bersama siswa bercerita tentang sesuatu yang
menyenangkan

Siswa mereview dan membuat rangkuman dari apa yang


telah diajarkan

Menginstruksikan siswa untuk membawa air minum


pada pertemuan berikutnya

Sebagai penutup, guru bersama dengan siswa melakukan


perayaan kecil seperti bersorak dan bertepuk tangan
bersama
Religius
Guru dan siswa mengakhiri pertemuan dengan membaca
doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Lembar Kerja Siswa (LKS),
Mind Map, Penggaris
90

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen Ket
Kompetensi
Menghitung keliling dan luas 5. Hitunglah keliling dan luas layang- LKS
layang-layang layang pada gambar berikut

Menyelesaikan permasalahan 6. Diketahui luas suatu layang-layang LKS


sehari-hari yang berkaitan adalah 192 cm². jika dan
dengan keliling dan luas memiliki perbandingan : = 2 : 3,
layang-layang tentukan panjang diagonal dan

Mengetahui, Jakarta, Mei 2015


Guru Matematika Peneliti

( Desnawati S.Pd) ( Husein Nur Aminudin )


NIP/NIK: NIM: 108017000036
Lampiran 2
91

Kelas Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SMPN 63 Jakarta


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Semester : 2 (dua)
Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi : GEOMETRI


Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi
empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Pertemuan Pertama

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas segitiga
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas segitiga

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat :
1. Menghitung keliling dan luas segitiga
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas segitiga

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Segitiga

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Konvensional
2) Metode Ceramah dan Tanya jawab

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
pembelajaran
92

Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius


(15 menit) dengan membaca doa

Mempersilakan siswa menyiapkan buku pelajaran dan


catatan masing-masing

Apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi


Daya ingat
yang berkaitan sebelumnya yaitu tentang jenis-jenis
segitiga

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya
mempelajari materi tentang keliling dan luas segitiga

Kegiatan inti Guru meminta siswa membaca materi yang akan Ketekunan
(50 menit) dipelajari dibuku terlebih dahulu
Eksplorasi
Guru menggambar segitiga pada papan tulis dan Rasa hormat
menjelaskan materi tentang keliling dan luas segitiga dan perhatian
beserta pemberian contoh penyelesaian soal (respect)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan


mengajukan pendapat selama kegiatan berlangsung
Elaborasi Komunikatif
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi setiap jawaban atau pendapat yang Kritis
dilontarkan temannya maupun guru

Guru membimbing siswa mengerjakan latihan soal dan


meminta siswa untuk menuliskannya jawabannya di
papan tulis Tanggap

Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang


belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahpahaman,
serta memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan akhir Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada
(15 menit) pertemuan berikutnya

Guru memberi penugasan (PR) untuk pertemuan


berikutnya

Guru dan siswa bersama-sama mengakhiri pembelajaran Religius


dengan membaca doa

F. Alat dan Sumber Belajar


93

Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Penggaris

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen
Kompetensi
Menghitung keliling dan luas 1. Hitunglah Luas bangun segitiga berikut
segitiga

Menggunakan perhitungan 2. Keliling segitiga berikut adalah 45 cm


keliling dan luas segitiga
dalam pemecahan masalah

Jika α = 10 cm, dan b =15 cm


Maka berapa nilai c ?

3. Tentukan tinggi sebuah segitiga jika diketahui


panjang alasnya 25 cm dan luasnya 125 cm² ?

4. Diketahui segitiga ABC dengan garis tinggi


AD seperti gambar berikut.

Jika BAC = 90°


AB = 4 cm, AC =
3cm, dan BC = 5
cm,

Tentukan
a. luas
94

segitiga ABC
b. keliling segitiga ABC
c. Panjang AD

Pertemuan Kedua

A. Indikator
1. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling, luas
persegi dan persegi panjang

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling, luas
persegi dan persegi panjang

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Konvensional
2) Metode Ceramah dan Tanya jawab
E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa

Mempersilakan siswa menyiapkan buku pelajaran dan


catatan masing-masing

Apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi


Daya ingat
yang berkaitan sebelumnya yaitu tentang karakteristik
bangun persegi dan persegi panjang

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


95

Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya


mempelajari materi tentang keliling dan luas persegi,
persegi panjang
Kegiatan inti Guru meminta siswa membaca materi yang akan Ketekunan
(50 menit) dipelajari dibuku terlebih dahulu
Eksplorasi
Guru menggambar persegi serta persegi panjang pada Rasa hormat
papan tulis dan menjelaskan materi tentang keliling dan dan perhatian
luas persegi, persegi panjang beserta pemberian contoh (respect)
penyelesaian soal

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan Komunikatif


mengajukan pendapat selama kegiatan berlangsung
Elaborasi
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi setiap jawaban atau pendapat yang Kritis
dilontarkan temannya maupun guru

Guru membimbing siswa mengerjakan latihan soal dan


meminta siswa untuk menuliskannya jawabannya di
papan tulis
Konfirmasi
Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang
Tanggap
belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahpahaman,
serta memberikan penguatan dan penyimpulan

Kegiatan akhir Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada


(15 menit) pertemuan berikutnya

Guru memberi penugasan (PR) untuk pertemuan


berikutnya

Guru dan siswa bersama-sama mengakhiri pembelajaran Religius


dengan membaca doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
96

Penggaris

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen
Kompetensi
Menghitung keliling, luas persegi 1. Tentukan keliling dan luas persegi jika
dan persegi panjang diketahui panjang sisinya 8 cm

2. Hitunglah keliling dan luas persegi


panjang berikut

Menyelesaikan permasalahan 3. Perhatikan gambar dibawah ini.


sehari-hari yang berkaitan dengan Hitunglah luas bangun yang diarsir
keliling, luas persegi dan persegi
panjang

4. Sebuah ruang aula yang baru saja


dibangun berbentuk persegi panjang
dengan luas lantainya 25 m x 16 m. para
pekerja akan akan memasang keramik
berbentuk persegi dengan panjang sisi 40
cm. Berapa banyak keramik yang
dibutuhkan pekerja untuk menutup
semua lantai ruang aula tersebut?
97

Pertemuan Ketiga

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas jajar genjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas jajar genjang

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling dan luas jajar genjang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas jajar genjang

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Jajar Genjang

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Konvensional
2) Metode Ceramah dan Tanya jawab

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa

Mempersilakan siswa menyiapkan buku pelajaran dan


catatan masing-masing

Apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi


Daya ingat
yang berkaitan sebelumnya yaitu tentang karakteristik
jajar genjang

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya
mempelajari materi tentang keliling dan luas jajar
genjang
Kegiatan inti Guru meminta siswa membaca materi yang akan Ketekunan
(50 menit) dipelajari dibuku terlebih dahulu
Eksplorasi
Guru menggambar bangun jajar genjang pada papan Rasa hormat
tulis dan menjelaskan materi tentang keliling dan luas dan perhatian
98

jajar genjang beserta pemberian contoh penyelesaian (respect)


soal

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan Komunikatif


Elaborasi mengajukan pendapat selama kegiatan berlangsung

Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk


menanggapi setiap jawaban atau pendapat yang
dilontarkan temannya maupun guru Kritis

Guru membimbing siswa mengerjakan latihan soal dan


meminta siswa untuk menuliskannya jawabannya di
papan tulis

Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang


belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahpahaman,
serta memberikan penguatan dan penyimpulan Tanggap

Kegiatan akhir Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada


(15 menit) pertemuan berikutnya

Guru memberi penugasan (PR) untuk pertemuan


berikutnya

Guru dan siswa bersama-sama mengakhiri pembelajaran Religius


dengan membaca doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
Penggaris

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen
Kompetensi
99

Menghitung keliling dan luas 1. Dari gambar


jajar genjang tersebut
lengkapilah tabel
dibawah ini
berdasarkan
panjang sisi, dan
keliling jajar genjang yang diketahui

2. Diketahui sebuah jajar genjang dengan panjang


alas 20 cm dan tingginya 15 cm, tentukan luas
daerah jajar genjang tersebut

Menyelesaikan permasalahan 3. Diketahui segitiga


sehari-hari yang berkaitan ABCD dengan AB =
dengan keliling dan luas jajar 12 cm dan tinggi 6
genjang cm
jika AB : BC = 4 : 3
Tentukan keliling
dan luasnya

Pertemuan Keempat
A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas trapesium
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas trapesium

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling dan luas trapesium
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas trapesium

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Trapesium

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
100

1) Pendekatan Konvensional
2) Metode Ceramah dan Tanya jawab

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa

Mempersilakan siswa menyiapkan buku pelajaran dan


catatan masing-masing

Apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi


Daya ingat
yang berkaitan sebelumnya yaitu tentang karakteristik
trapesium

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya
mempelajari materi tentang keliling dan luas trapesium

Kegiatan inti Guru meminta siswa membaca materi yang akan Ketekunan
(50 menit) dipelajari dibuku terlebih dahulu
Eksplorasi
Guru menggambar bangun trapesium pada papan tulis Rasa hormat
dan menjelaskan materi tentang keliling dan luas dan perhatian
trapesium beserta pemberian contoh penyelesaian soal (respect)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan Komunikatif


mengajukan pendapat selama kegiatan berlangsung
Elaborasi
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi setiap jawaban atau pendapat yang Kritis
dilontarkan temannya maupun guru

Guru membimbing siswa mengerjakan latihan soal dan


meminta siswa untuk menuliskannya jawabannya di
papan tulis Tanggap

Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang


belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahpahaman,
serta memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan akhir Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada
(15 menit) pertemuan berikutnya
101

Guru memberi penugasan (PR) untuk pertemuan


berikutnya

Guru dan siswa bersama-sama mengakhiri pembelajaran Religius


dengan membaca doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
penggaris

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen
Kompetensi
Menghitung keliling dan luas 1. Hitunglah keliling dan luas trapesium pada
trapesium gambar berikut

Menyelesaikan permasalahan 2. Diketahui bentuk atap sebuah rumah terdiri


sehari-hari yang berkaitan atas sepasang trapesium sama kaki dan
dengan keliling dan luas sepasang segitiga sama kaki. Pada atap yang
trapesium berbentuk trapesium panjang sisi sejajarnya
masing-masing 5 m dan 3 m. adapun pada
atap yang berbentuk segitiga panjang alasnya
7 m. tinggi trapesium sama dengan tinggi
segitiga = 4 m
102

a. Tentukan banyak genteng yang dibutuhkan


untuk menutup atap tersebut jika tiap 1 m²
diperlukan 25 buah genteng.
b. Jika harga satu buah genteng Rp 1.500
berapakah biaya yang dibutuhkan seluruhnya

Pertemuan Kelima

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas belah ketupat
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas belah ketupat

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
3. Menghitung keliling dan luas belah ketupat
4. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas belah ketupat

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Belah Ketupat

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Konvensional
2) Metode Ceramah dan Tanya jawab

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
pembelajaran
Pendahuluan Guru bersam dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa

Mempersilakan siswa menyiapkan buku pelajaran dan


catatan masing-masing

Apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi


Daya ingat
yang berkaitan sebelumnya yaitu tentang karakteristik
belah ketupat

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


103

Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya


mempelajari materi tentang keliling dan luas belah
ketupat
Kegiatan inti Guru meminta siswa membaca materi yang akan Ketekunan
(50 menit) dipelajari dibuku terlebih dahulu
Eksplorasi
Guru menggambar belah ketupat pada papan tulis dan Rasa hormat
menjelaskan materi tentang keliling dan luas belah dan perhatian
ketupat beserta pemberian contoh penyelesaian soal (respect)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan Komunikatif


mengajukan pendapat selama kegiatan berlangsung
Elaborasi
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi setiap jawaban atau pendapat yang
dilontarkan temannya maupun guru Kritis

Guru membimbing siswa mengerjakan latihan soal dan


meminta siswa untuk menuliskannya jawabannya di
papan tulis

Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang Tanggap


belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahpahaman,
serta memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan akhir Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada
(15 menit) pertemuan berikutnya

Guru memberi penugasan (PR) untuk pertemuan


berikutnya

Guru dan siswa bersama-sama mengakhiri pembelajaran Religius


dengan membaca doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
penggaris
104

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen
Kompetensi
Menghitung keliling dan luas belah 1. Hitunglah keliling dan luas belah ketupat
ketupat pada gambar berikut jika diketahui AC = 8
cm, BD = 15 cm dan CD = 17

Menyelesaikan permasalahan 2. Sebuah hiasan dinding berbentuk belah


sehari-hari yang berkaitan dengan ketupat. Kelilingnya 160 cm dan panjang
keliling dan luas belah ketupat salah satu diagonalnya 32 cm. Berapakah
luas daerah hiasan dinding tersebut?

Pertemuan Keenam

A. Indikator
1. Menghitung keliling dan luas layang-layang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas layang-layang

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menghitung keliling dan luas layang-layang
2. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas layang-layang

C. Materi Ajar
Keliling dan Luas Layang-layang

D. Pendekatan/Metode Pembelajaran
1) Pendekatan Konvensional
105

2) Metode Ceramah dan Tanya jawab

E. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Pembelajaran Karakter
pembelajaran
Pendahuluan Guru bersama dengan siswa mengawali pertemuan Religius
(15 menit) dengan membaca doa

Mempersilakan siswa menyiapkan buku pelajaran dan


catatan masing-masing

Apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi


Daya ingat
yang berkaitan sebelumnya yaitu tentang karakteristik
layang-layang

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


Memotivasi: dgn aplikasi, kegunaan dan pentingnya
mempelajari materi tentang keliling dan luas layang
layang

Kegiatan inti Guru meminta siswa membaca materi yang akan Ketekunan
(50 menit) dipelajari dibuku terlebih dahulu
Eksplorasi
Guru menggambar segitiga pada papan tulis dan Rasa hormat
menjelaskan materi tentang keliling dan luas layang- dan perhatian
layang beserta pemberian contoh penyelesaian soal (respect)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan Komunikatif


mengajukan pendapat selama kegiatan berlangsung
Elaborasi
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi setiap jawaban atau pendapat yang Kritis
dilontarkan temannya maupun guru

Guru membimbing siswa mengerjakan latihan soal dan


meminta siswa untuk menuliskannya jawabannya di
papan tulis

Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang Tanggap


belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahpahaman,
serta memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan akhir Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada
(15 menit) pertemuan berikutnya

Guru memberi penugasan (PR) untuk pertemuan


106

berikutnya

Guru dan siswa bersama-sama mengakhiri pembelajaran Religius


dengan membaca doa

F. Alat dan Sumber Belajar


Sumber Belajar:
 Buku paket: Buchori Sutamin.2008. Jenius Matematika untuk SMP/MTS Kelas
VII. Semarang : Aneka Ilmu
 Nuharini, Dewi dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Alat dan Media :
penggaris

G. Penilaian Hasil Belajar:


Teknik Penilaian : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Uraian
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen
Kompetensi
Menghitung keliling dan luas 1. Hitunglah keliling dan luas layang-layang
layang-layang pada gambar berikut

Menyelesaikan permasalahan 2. Diketahui luas suatu layang-layang adalah


sehari-hari yang berkaitan dengan 192 cm². jika dan memiliki
keliling dan luas layang-layang perbandingan : = 2 : 3, tentukan
panjang diagonal dan

Mengetahui, Jakarta, Mei 2015


Guru Matematika Peneliti

( Desnawati S.Pd) ( Husein Nur Aminudin )


NIP/NIK :
NIM : 108017000036
Lampiran 3 107

LEMBAR KERJA SISWA 1

Kelas : ……… Tujuan Pembelajaran


Nama Anggota Kelompok : 1. Menghitung keliling dan luas
segitiga
1. ………………..
2. Menggunakan perhitungan
2. ………………..
keliling dan luas segitiga dalam
3. ………………..
pemecahan masalah
4. ………………..

Perhatikan gambar disamping,

Untuk membuat beberapa risol segitiga yang


bentuknya sama, perlu diperhatikan keliling
risol segitiga tersebut.

Tahukah kalian apa itu keliling segitiga ??

Mari kita cari tahu

Maka Keliling Segitiga adalah jumlah dari ketiga sisinya


Keliling
bangun datar Sekarang kita misalkan sebuah bangun segitiga ABC
seperti
adalah jumlah Dibawah ini, maka:
panjang semua
sisinya Keliling Segitiga ABC = …… + ….. + …..

Jika sisi AB adalah c, BC adalah a, AC adalah b


maka Keliling segitiga = ….. + ….. + ……

Keliling Segitiga =

Gambar disamping adalah gambar beberapa


perahu layar,

Layar dari perahu tersebut berbentuk segitiga


108

Bagaimana cara para nelayan membuat layar perahu tersebut ??

Tahukah kalian berapa bahan kain yang


dibutuhkan untuk membuat layar segitiga
tersebut ??

Untuk mengukur bahan yang kain


layar yang dibutuhkan perlu diketahui luas
dari layar

Untuk itu pertama kita harus mengetahui apa itu luas segitiga

Ikuti dan lengkapi langkah-langkah berikut:

Buatlah/gambarlah sebuah persegi panjang ABCD,


buatlah garis pada salah satu diagonal persegi panjang tersebut

Perhatikan gambar kalian buat, sekarang


persegi panjang tersebut terlihat menjadi dua buah segitiga yang sebangun

Maka luas segitiga adalah ……………………………………………………..

Luas segitiga = ….. x …… x ……

= …… x …… x …..

Jika panjang persegi panjang adalah alas dari segitiga dan lebarnya adalah
tinggi dari segitiga, maka:

Luas Segitiga =
109

Atau perhatikan gambar segitiga dibawah ini

1. Buatlah garis AE dan


BF yang sejajar dan
sama panjang dengan
garis CD
2. Buatlah garis yang
sejajar dan sama
panjang dengan garis
AB dan melalui titik
E, C, dan F sehingga
akan
Terbentuk sebuah bangun ……………………………………… ABFE
3. Dari gambar tersebut diperoleh bahwa segitiga ADC sama dan sebangun
dengan segitiga FBC, sehingga diperoleh :
Luas segitiga ADC = x luas persegi panjang ………
Luas segitiga DBC = x luas persegi panjang ………
Luas segitiga ABC = x luas persegi panjang ……… + x luas persegi panjang
………
= x luas persegi panjang ………
= x __ x __ (BF = CD)
4. Karena …….. adalah alas dan …….. adalah tinggi, maka luas segitiga bisa dihitung
dengan menggunakan rumus:

Luas Segitiga =

Setelah kalian mengetahui bagaimana menentukan keliling dan luas


persegi maupun persegi panjang, mampukah kalian menggunakannya dalam
pemecahan masalah
Uji Pemahaman
1. Hitunglah keliling segitiga dengan panjang sisi-sisinya sebagai berikut:
a. 4,5 cm ; 7,5 cm ; 5,5 cm
b. 8 cm ; 16 cm ; 12 cm
c. 25 cm ; 35 cm ; dan 20 cm
Jawab:
110

2. Hitunglah luas daerah masing-masing segitiga pada gambar dibawah ini,

Jawab:

3. Diketahui segitiga ABC dengan garis tinggi AD seperti gambar berikut.

Jika BAC = 90°


AB = 4 cm, AC = 3cm, dan BC = 5 cm, Tentukan
a. luas segitiga ABC
b. keliling segitiga ABC
c. Panjang AD
Jawab :
111

LEMBAR KERJA SISWA 2

Kelas : ………
Tujuan Pembelajaran
Nama Anggota Kelompok : 1. Menghitung keliling dan luas

1. ……………….. persegi dan persegi panjang


2. ……………….. 2. Menggunakan perhitungan keliling
3. ……………….. dan luas persegi, persegi panjang
4. ……………….. dalam pemecahan masalah

Persegi

Siapkanlah kertas berpetakmu

Kemudian gambarlah sebuah persegi ABCD pada kertas berpetakmu dengan


ukuran 4 satuan ke kanan dan 4 satuan ke kiri. Maka,

Panjang AB = BC = CD = DA = …… satuan
Keliling ABCD = …….. + ……. + …….. + ……..
= …….. x ……. satuan panjang
= …….. satuan panjang

Karena AB, BC, CD, DA adalah …… persegi maka,


Keliling Persegi = ……. + ……. + ……. + ……..
= ……. x ……..

Keliling Persegi =

Pada gambar yang kalian buat luas persegi dinyatakan dalam kotak-kotak kecil
pada persegi ABCD, yang jumlahnya ternyata sama dengan perkalian antara dua
sisi persegi tersebut.

Jumlah kotak-kotak kecil = AB x BC


…… = …… x …….

Karena AB dan BC adalah sisi dari persegi maka,


112

Luas = ……. X …….

Luas Persegi =

Persegi Panjang

D C

A B
Amati gambar!

Bangun ABCD berbentuk ………………….

Panjang AB = panjang ………. = ……. Satuan panjang

Panjang BC = panjang ………. = ……. Satuan panjang

1. Keliing ABCD = AB + BC + …. + …..


= AB + …. + BC + …… ( sifat komutatif +)
= AB + AB + …. + …… ( Karena AB = …., dan …. = ….)
= 2AB + 2 ….
= 2 ( …. + ….. ) (sifat distributif + )
= 2 ( 7 + …. )satuan panjang
= 2 X ….. satuan panjang
= …. satuan panjang
Jika : panjang AB = p satuan panjang dan panjang CD = l satuan panjang
Maka : Secara umum Keliling persegi panjang ABCD
K = 2….+ 2 ….. atau
K = 2 (….+ ….)

Keliling Persegi Panjang =

2. Luas ABCD = panjang …. X panjang ….


= p X …..
=…X…
= ….. satuan luas
Maka luas persegi panjang ABCD
L = panjang …... X panjang ….
113

L = …. X ….

Luas Persegi Panjang =

Setelah kalian mengetahui bagaimana menentukan keliling dan luas persegi


maupun persegi panjang, mampukah kalian menggunakannya dalam pemecahan
masalah.

Uji Pemahaman

1. Pak Budi akan membangun sebuah toko diatas tanahnya yang berbentuk
persegi dengan sisi bagian depan yaitu 5 meter. Ia berencana membuat
pondasi toko dengan terlebih dahulu memasang tali di sekeliling tanahnya
agar jelas batas-batasnya.
Berapa panjang tali yang diperlukan Pak Budi untuk mengukur keliling
tanahnya?
Jawab :

Berapa luas tanah Pak Budi yang akan dibangun toko?


Jawab :

2. Perhatikan gambar dibawah ini. Hitunglah luas bangun yang diarsir

Jawab:
114

3. Di tengah kota akan dibangun taman sebagai paru-paru kota. Rencananya


taman tersebut akan dibuat pada sebidang tanah berukuran panjang 120
meter dan lebar 80 meter. Taman tersebut akan dikelilingi dengan pagar
besi sebagai pembatas.Berapa panjang pagar yang dibutuhkan taman
tersebut?
Jawab:

Berapa luas taman tersebut?


Jawab:

4. Sebuah ruang aula yang baru saja dibangun berbentuk persegi panjang
dengan luas lantainya 25 m x 16 m. para pekerja akan akan memasang
keramik berbentuk persegi dengan panjang sisi 40 cm.
Berapa banyak keramik yang dibutuhkan pekerja untuk menutup semua
lantai ruang aula tersebut?
Jawab:
115

LEMBAR KERJA SISWA 3

Kelas : ……… Tujuan Pembelajaran


1. Menghitung keliling dan luas
Nama Anggota Kelompok :
jajar genjang
1. ……………….. 2. Menggunakan perhitungan
2. ……………….. keliling dan luas jajar genjang
3. ………………..
dalam pemecahan masalah
4. ………………..

Perhatikan gambar disamping,

mengingat sifat jajar genjang yang pertama, maka


panjang AB = __ dan BC = __

jika panjang AB = alas dan panjang BC = sisi miring

sehingga keliling ABCD = …… + ...... + ……. + ……


Keliling
= ……… + ……… + ……… + ……..
bangun datar
= 2 x …….. + 2 x ……… adalah jumlah
panjang semua
= 2 x ( ………. + ………. ) sisinya

Kesimpulan

Keliling jajar genjang =


116

1. Perhatikan gambar (1)


a. Bangun datar apakah diatas?
b. Berapa alasnya? …… satuan
c. Berapa tingginya? ……. satuan
2. Gambar (1) diubah sedemikian rupa sehingga menjadi bangun (2)
3. Perhatikan gambar (2)
a. Bangun datar apakah yang terbentuk?
b. Berapa panjangnya? …… satuan
c. Berapa lebarnya? ……. satuan
4. Apakah luas angun datar pada gambar (1) sama dengan gambar (2) ? ……
Jadi luas gambar (1) = luas gambar (2)
Luas bangun …………. = Luas bangun ………..;.
= …….. x ……
= ……. x ……
= …….. satuan
Kesimpulan
Jika sebuah jajar genjang dengan alas (a), tinggi (t), maka

Luas Jajar Genjang =

Setelah kalian mengetahui bagaimana menentukan keliling dan luas jajar


genjang, dapatkah kalian menggunakannya dalam pemecahan masalah
Uji Pemahaman
117

1. Dari gambar tersebut lengkapilah tabel


dibawah ini berdasarkan panjang sisi, dan
keliling jajar genjang yang diketahui

No. Sisi Keliling


1. AB = 10 cm dan AD = 9 cm …… cm
2. CD = 15cm dan BC = 8 cm ,,,,, cm
3. AB = 12 cm dan AB = …. cm 30 m

2. Pak Budi akan memasang ubin yang berbentuk jajargenjang di lantai kamar

mandinya. Ubin yang akan dipasang pak Budi itu memiliki dua macam warna

seperti pada Gambar 7 di bawah ini. Jika panjang sisi AB = 20 cm, dan

panjang DE = 10 cm. Berapakah luas permukaan ubin jajargenjang

tersebut?

D C

10 cm
E
A 20 cm B

Jawab:

3. Diketahui segitiga ABCD dengan AB = 12 cm dan tinggi 6 cm


jika AB : BC = 4 : 3
Tentukan keliling dan luasnya

Jawab :
118

LEMBAR KERJA SISWA 4

Kelas : ……… Tujuan Pembelajaran


1. Menghitung keliling dan luas
Nama Anggota Kelompok :
trapesium
1. ……………….. 2. Menggunakan perhitungan
2. ………………..
keliling dan luas trapesium
3. ………………..
dalam pemecahan masalah
4. ………………..

Masih ingatkah kalian tentang menentukan keliling segitiga, persegi panjang,


dan jajar genjang pada LKS sebelumnya?

Pada intinya menentukan keliling dari suatu bangun datar adalah menentukan
panjang jalan yang mengelilingi bangun itu.

Bangun trapesium :

Apabila kita diminta mengelilingi sebuah lapangan yang


berbentuk trapesium seperti gambar diatas, jalan mana
saja yang harus kita lalui jika start dari titik A?

Dari titik A dilanjutkan ke titik ….. lalu dilanjutkan ke

titik ….. lalu ke titik ….. ke titik ….. lalu ke titik …..
kemudian kembali berakhir dititik …..

apakah kita perlu melewati garis BF dan CE ? ………………..

berarti panjang jalan yang harus dilalui : AB + BC + …. + …. + …. + ….


119

Atau jika kita ubah menjadi

Maka keliling trapesium adalah ….. + ….. + ….. + …..

Kesimpulan:

Keliling Trapesium =

Atau

Keliling Trapesium = alas + atap + kaki 1 + kaki 2

Perhatikan gambar berlkut

Untuk menentukan Luas trapesium


ABCD pada gambar adalah dengan
membuat salah satu diagonalnya, misal
BD sehingga terbentuk dua buah
segitiga yaitu ABD dan BCD

Jika a adalah alas dari ABD dan b


adalah alas dari BCD maka,

Luas trapesium = luas …… + luas ……

= x ….. x t + x …… x t
= ( ….. x …. + ….. x …. ) x t
= x ( …. + ….. ) x t
120

Karena a dan b merupakan sisi-sisi sejajar dan t merupakan tinggi trapesium,


maka luas trapesium adalah :

Luas Trapesium =

Setelah kalian mengetahui bagaimana menentukan keliling dan luas bangun


trapesium, mampukah kalian menggunakannya dalam pemecahan masalah
Uji Pemahaman
1. Hitunglah keliling dan luas trapesium pada gambar berikut

Jawab:

2. Ayah ingin membuat meja berbentuk trapesium seperti gambar berikut,

bagian atas dari meja tersebut terbuat dari papan. Jika setelah diukur sisi
atas trapesium adalah 250 cm, sisi bawah adalah 4 m, dan tinggi trapesium
tersebut adalah 130 cm, berapa luas papan yang dibutuhkan ayah ?
Jawab:
121

3. Diketahui bentuk atap sebuah rumah terdiri atas sepasang trapesium sama
kaki dan sepasang segitiga sama kaki. Pada atap yang berbentuk trapesium
panjang sisi sejajarnya masing-masing 5 m dan 3 m. adapun pada atap yang
berbentuk segitiga panjang alasnya 7 m. tinggi trapesium sama dengan
tinggi segitiga = 4 m
a. Tentukan banyak genteng yang dibutuhkan untuk menutup atap tersebut
jika tiap 1 m² diperlukan 25 buah genteng.
b. Jika harga satu buah genteng Rp 1.500 berapakah biaya yang
dibutuhkan seluruhnya
122

LEMBAR KERJA SISWA 5

Kelas : ……… Tujuan Pembelajaran


1. Menghitung keliling dan luas
Nama Anggota Kelompok :
belah ketupat
1. ……………….. 2. Menggunakan perhitungan
2. ……………….. keliling dan luas belah ketupat
3. ………………..
dalam pemecahan masalah
4. ………………..

Keliling belah ketupat adalah penjumlahan dari keempat sisinya.


Perhatikan bangun belah ketupat ABCD dibawah ini.

Panjang sisi-sisi dari belah ketupat adalah sama,


maka keliling belah ketupat = ….. + ….. + …… + ……

Jika panjang sisi disimbolkan s maka,

Keliling = ….. + ….. + …… + ……

= 4 x ……

Kesimpulan

Keliling Belah Ketupat =

Perhatikan gambar belah ketupat ABCD berikut!


123

Jika kita potong belah ketupat tersebut pada salah satu diagonalnya maka
akan menjadi dua buah segitiga, yaitu segitiga …… dan segitiga …….

Artinya luas belah ketupat dapat dicari dengan menjumlahkan luas kedua
segitiga tersebut.

Luas belah ketupat ABCD = luas …… + luas …….

= ( x alas BAD x tinggi BAD) +( x alas BCD x tinggi


BCD)

= ( x ……. x ……. ) +( x …… x ……. )

= x BD x (AO + OC)
= x …… x ……
Karena BD dan AC merupakan diagonal dari belah ketupat ABCD, maka secara
umum luas belah ketupat adalah,
luas = x ……………… x ……………
Kesimpulan

Jika sebuah belah ketupat dengan diagonal-diagonalnya dan luasnya


adalah

Luas Belah ketupat =

Setelah kalian mengetahui bagaimana menentukan keliling dan luas bangun


belah ketupat, mampukah kalian menggunakannya dalam pemecahan masalah

Uji Pemahaman:

1. Hitunglah keliling dan luas belah ketupat pada gambar berikut jika
diketahui AC = 8 cm, BD = 15 cm dan CD = 17

Jawab :
124

2. Sebuah hiasan dinding berbentuk belah ketupat. Kelilingnya 160 cm dan


panjang salah satu diagonalnya 32 cm. Berapakah luas daerah hiasan
dinding tersebut?

Jawab :
125

LEMBAR KERJA SISWA 6

Kelas : ……… Tujuan Pembelajaran

Nama Anggota Kelompok :


1. Menghitung keliling dan luas
1. ……………….. layang-layang
2. ……………….. 2. Menggunakan perhitungan
3. ………………..
keliling dan luas layang-layang
4. ………………..
dalam pemecahan masalah

Keliling layang-layang adalah penjumlahan dari


keempat sisinya.
Perhatikan bangun layang-layang ABCD disamping.

Maka keliling layang-layang tersebut adalah


= …. + …. + …. + …..
Jika AB = BC disebut sisi terpanjang, dan AD = CD
disebut sisi terpendek, maka keliling layang-layang
adalah,

Keliling = sisi terpanjang + sisi terpanjang + sisi terpendek + sisi terpendek


= (2 x …………………..) + (2 x ………………..)
= 2 x ( ………………… + …………………..)
Kesimpulan

Keliling Layang-layang =
126

Perhatikan gambar dibawah ini!

Bagaimana cara mencari luas daerah dari layang-layang?


Luas layang-layang sama dengan gabungan luas dua buah bangun datar
segitiga yang membentuknya. maka
Luas layang-layang ABCD = luas BCA + luas BCD
= ( x alas BCA x tinggi BCA) +( x alas BCD x tinggi
BCD)
= ( x ….. x ……) +( x …… x ……)
= x BC x (AO + OD)
= x …… x ……
Karena BC dan AD merupakan diagonal dari layang-layang ABCD, maka
secara umum luas layang-layang adalah
luas = x ……………… x ……………
Kesimpulan
Jika sebuah layang-layang dengan diagonal-diagonalnya dan luasnya
adalah

Luas Layang-layang =

Setelah kalian mengetahui bagaimana menentukan keliling dan luas bangun


layang-layang, mampukah kalian menggunakannya dalam pemecahan masalah

Uji Pemahaman:

1. Hitunglah keliling dan luas bangun layang-layang pada gambar berikut


127

Jawab :

2. Diketahui layang-layang KLMN dengan panjang KO = 16 cm, LO = 12cm


dan MO = 24 cm, seperti tampak pada gambar dibawah ini:
a. tentukan panjang KL
b. tentukan panjang MN
c. hitunglah keliling KLMN
d. hitunglah Luas KLMN

Jawab :

3. Diketahui luas suatu layang-layang adalah 192 cm². jika dan


memiliki perbandingan : = 2 : 3, tentukan panjang diagonal dan

Jawab :
Lampiran 4 128

Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika

Standar Kompetensi
 Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Aspek Pemahaman Konsep
Indikator Soal Nomor Soal
Instrumental Relational
Menggunakan konsep perhitungan
luas persegi dan persegi panjang √ 1a
dalam pemecahan masalah
Menentukan keliling persegi dan
√ 1b
persegi panjang
Menentukan luas daerah dan
keliling dari gabungan beberapa √ 2
persegi panjang
Menggunakan konsep perhitungan
luas jajar genjang dan persegi
untuk mencari luas daerah yang
√ 3

tidak diarsir
Menentukan keliling dan luas
trapesium jika diketahui panjang √ 4
sisi-sisinya
Menggunakan konsep perhitungan
luas trapesium untuk mencari
panjang sisi-sisi sejajarnya jika √ 5
diketahui perbandingan sisi-sisi
sejajarnya
Menentukan keliling dan luas dari
√ 6a
suatu bangun belah ketupat
Menentukan keliling dan luas dari
√ 6b
suatu bangun layang-layang
Menggunakan konsep perhitungan
keliling belah ketupat untuk
mencari luasnya jika diketahui sisi √ 7
dan salah satu diagonalnya
129

Menggunakan konsep perhitungan


luas segitiga untuk mencari luas √ 8
daerah yang diarsir

Menentukan keliling dari suatu


√ 9a
bangun segitiga
Menggunakan konsep luas segitiga
untuk mencari panjang garis tinggi √ 9b
segitiga tersebut

Jumlah Soal 5 7 12
Lampiran 5 130

Rubrik Penilaian Tes Pemahaman Konsep Matematika

Skor Kriteria Keterangan


4 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban tepat,
matematika lengkap, penggunaan istilah perhitungan benar dan
dan notasi matematika tepat, penggunaan tepat dalam menggunakan
algoritma secara lengkap dan benar. konsep
3 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban kurang tepat
matematika hampir lengkap, terdapat tetapi terdapat sedikit
sedikit kesalahan dalam penggunaan istilah kesalahan perhitungan
dan notasi matematika, penggunaan
algoritma secara lengkap, perhitungan
secara umum benar namun terdapat sedikit
kesalahan.
2 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban kurang tepat,
matematika kurang lengkap, penggunaan terdapat banyak kesalahan
istilah dan notasi matematika kurang tepat, perhitungan
perhitungan sebagian besar salah
1 Pemahaman konsep terhadap soal Jawaban kurang tepat,
matematika sangat terbatas, perhitungan perhitungan salah
salah
0 Tidak paham konsep sama sekali Tidak menjawab soal
Lampiran 6 131

Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika

Waktu : 2 x 40 menit

Petunjuk :

 Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya


 Tulislah nama dan kelasmu pada lembar jawaban yang telah disediakan
 Baca, pahami, dan kerjakan soal berikut ini dengan tepat dan teliti
 Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah

1. Sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan panjang 10 m dan lebar 7 m. Dalam
taman tersebut terdapat sebuah kolam ikan yang berbentuk persegi dengan ukuran
sisinya 5 m. Karena didalam taman tersebut belum ada rumput hijau, maka sisa luas
tanah dalam taman tersebut akan ditanami rumput hijau, hitunglah:
a. Luas tanah dalam taman yang ditanami rumput hijau
b. Keliling kolam ikan dan keliling taman tersebut

2. Hitunglah luas dan keliling bangun tersebut !

3. Perhatikan gambar berikut:

Panjang HG = 12 cm, FP = 6 cm, AB = 8 cm,


Bila luas daerah yang diarsir adalah 36 cm², tentukan
luas daerah yang tidak diarsir !

4. Gambar disamping adalah trapesium sama kaki,


Panjang AB = 20 cm, BC = 13 cm, CD = 10 cm, dan DE =
12 cm
Hitunglah keliling dan luas daerah bangun tersebut!
5. Perbandingan panjang sisi-sisi sejajar suatu trapesium adalah 2 : 3. Jika tinggi
trapesium 6 cm dan luasnya 60 cm², Berapakah panjang sisi-sisi sejajar trapesium
tersebut ?
132

6. Hitunglah keliling dan luas bangun pada gambar berikut :


a. Panjang BD = 24 cm, dan AC = 32 cm

b. Panjang KO = 12 cm, LO = 9 cm, dan MO = 40 cm.

7. Pak Yusuf baru saja membeli sebuah hiasan dinding seperti


gambar disamping. Jika keliling hiasan dinding tersebut adalah
100 cm dan panjang DE = 30 cm. Berapakah luas daerah hiasan
dinding tersebut?

8. Gambar disamping adalah sebuah denah taman, daerah


yang diarsir merupakan bagian taman yang ditanami bunga,
sedangkan bagian yang tidak diarsir adalah tempat bermain.
Jika panjang DE = 14 m, AF = 20 mm, FB = 12 m, tentukan
luas bagian taman yang ditanami bunga !

9. Diketahui segitiga ABC dengan garis tinggi AD seperti


gambar berikut.
Jika AB = 8 cm, AC = 6 cm dan BC = 10 cm
Tentukan : a. Keliling segitiga ABC
b. Panjang garis tinggi AD
Lampiran 7 133

HASIL UJI COBA INSTRUMEN TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1a 1b 2 3 4 5 6a 6b 7 8 9a 9b
1 A 4 4 2 1 4 3 4 4 4 0 4 1 35 72,92
2 B 4 4 0 0 4 2 4 4 2 2 4 0 30 62,5
3 C 1 2 1 2 2 0 2 2 1 1 0 0 14 29,17
4 D 4 4 4 2 4 2 4 3 3 1 4 4 39 81,25
5 E 4 4 4 2 4 2 4 4 3 2 4 4 41 85,42
6 F 4 4 2 2 2 4 4 4 2 3 3 3 37 77,08
7 G 4 4 2 2 3 4 2 4 3 1 0 0 29 60,42
8 H 3 4 2 2 4 4 4 4 2 0 4 0 33 68,75
9 I 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 44 91,67
10 J 4 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4 4 43 89,58
11 K 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 3 0 38 79,17
12 L 1 4 2 1 2 4 4 4 4 0 0 0 26 54,17
13 M 3 4 1 1 2 4 4 3 2 1 4 1 30 62,5
14 N 4 4 2 1 2 4 4 4 2 4 0 0 31 64,58
15 O 4 4 4 0 4 2 2 2 3 1 4 1 31 64,58
16 P 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 0 42 87,5
17 Q 4 2 2 1 3 4 2 1 3 1 0 0 23 47,92
18 R 1 1 2 1 3 3 3 2 1 0 0 0 17 35,42
19 S 1 3 1 1 2 4 2 0 2 0 4 0 20 41,67
20 T 4 1 1 1 1 4 2 2 3 1 0 0 20 41,67
21 U 3 4 2 2 4 2 3 3 2 2 4 1 32 66,67
22 V 3 4 1 1 3 4 4 4 3 4 4 0 35 72,92
23 W 2 4 1 1 2 4 2 2 4 0 0 0 22 45,83
24 X 3 4 2 3 4 3 4 4 2 0 4 0 33 68,75
25 Y 4 4 2 2 3 4 4 3 3 2 4 4 39 81,25
26 Z 1 4 1 1 4 2 4 4 4 4 4 1 34 70,83
27 AA 1 4 2 2 2 4 4 2 4 0 4 0 29 60,42
28 AB 4 2 2 0 2 2 4 2 2 0 4 1 25 52,08
29 AC 1 4 1 0 3 4 4 2 4 0 4 4 31 64,58
30 AD 4 4 1 0 2 4 4 4 3 2 4 1 33 68,75
Lampiran 8 134

Perhitungan Uji Validitas Instrumen

Contoh perhitungan uji validitas soal nomor 1a

 Menentukan nilai N, ∑ ,∑ ,∑ ,∑ ,∑
N = Banyaknya siswa peserta Tes = 30
∑ = Jumlah skor soal nomor 1a = 92
∑ = Jumlah skor total seluruh siswa = 936
∑ = Jumlah hasil kali skor soal nomor 1a dengan skor total = 3024
∑ = Jumlah kuadrat skor soal nomor 1a = 328
∑ = Jumlah kuadrat skor total seluruh siswa = 30946

 Menentukan nilai
∑ ∑ ∑
=
√{ ∑ ∑ } ∑ ∑

=

=

=

=
= 0,54327391

 Menentukan nilai
dk = n – 2 = 30 – 2 = 28 dan α = 0,05, maka diperoleh = 0,361
 Membandingkan dan
Karena > , maka soal nomor 1a valid

Untuk soal nomor 1b dan seterusnya, perhitungan uji validitasnya sama


dengan menggunakan langkah seperti no 1a.
135

Hasil Uji Validitas Instrumen

Butir Soal
No Na Y
X1a X1b X2 X3 X4 X5 X6a X6b X7 X8 X9a X9b
ma
1 A 4 4 2 1 4 3 4 4 4 0 4 1 35
2 B 4 4 0 0 4 2 4 4 2 2 4 0 30
3 C 1 2 1 2 2 0 2 2 1 1 0 0 14
4 D 4 4 4 2 4 2 4 3 3 1 4 4 39
5 E 4 4 4 2 4 2 4 4 3 2 4 4 41
6 F 4 4 2 2 2 4 4 4 2 3 3 3 37
7 G 4 4 2 2 3 4 2 4 3 1 0 0 29
8 H 3 4 2 2 4 4 4 4 2 0 4 0 33
9 I 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 44
10 J 4 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4 4 43
11 K 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 3 0 38
12 L 1 4 2 1 2 4 4 4 4 0 0 0 26
13 M 3 4 1 1 2 4 4 3 2 1 4 1 30
14 N 4 4 2 1 2 4 4 4 2 4 0 0 31
15 O 4 4 4 0 4 2 2 2 3 1 4 1 31
16 P 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 0 42
17 Q 4 2 2 1 3 4 2 1 3 1 0 0 23
18 R 1 1 2 1 3 3 3 2 1 0 0 0 17
19 S 1 3 1 1 2 4 2 0 2 0 4 0 20
20 T 4 1 1 1 1 4 2 2 3 1 0 0 20
21 U 3 4 2 2 4 2 3 3 2 2 4 1 32
22 V 3 4 1 1 3 4 4 4 3 4 4 0 35
23 W 2 4 1 1 2 4 2 2 4 0 0 0 22
24 X 3 4 2 3 4 3 4 4 2 0 4 0 33
25 Y 4 4 2 2 3 4 4 3 3 2 4 4 39
26 Z 1 4 1 1 4 2 4 4 4 4 4 1 34
27 AA 1 4 2 2 2 4 4 2 4 0 4 0 29
28 AB 4 2 2 0 2 2 4 2 2 0 4 1 25
29 AC 1 4 1 0 3 4 4 2 4 0 4 4 31
30 AD 4 4 1 0 2 4 4 4 3 2 4 1 33
92 107 61 45 87 97 104 93 82 48 86 34 936
0,543 0,716 0,543 0,509 0,471 0,11 0,683 0,693 0,238 0,617 0,646 0,609
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Kriteria V V V V V IV V V IV V V V
Lampiran 9 136

Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen

(∑ )

 Menentukan nilai =

(∑ )

=

( )
=

= 1,5288889
∑ = + + + + + + + + +

= 1,5288889 + 0,845556 + 1,232222 + 1,116667 + 0,89 + 0,715556 +


1,223333 + 2,373333 + 3,048889 + 2,448889

= 15,4233339

(∑ )

 Menentukan nilai =

( )
=

= 55,645557

 Menentukan nilai n = banyak butir soal yang valid


= 10
 Menentukan nilai reliabilitas

= ( )( )

= ( )( )

= 0.80314333

Berdasarkan kriteria reliabilitas, maka tes tersebut reliable dengan kriteria tinggi.
137

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Butir Soal
No Nama Y Y²
X1a X1b X2 X3 X4 X6a X6b X8 X9a X9b
1 A 4 4 2 1 4 4 4 0 4 1 28 784
2 B 4 4 0 0 4 4 4 2 4 0 26 676
3 C 1 2 1 2 2 2 2 1 0 0 13 169
4 D 4 4 4 2 4 4 3 1 4 4 34 1156
5 E 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 36 1296
6 F 4 4 2 2 2 4 4 3 3 3 31 961
7 G 4 4 2 2 3 2 4 1 0 0 22 484
8 H 3 4 2 2 4 4 4 0 4 0 27 729
9 I 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 38 1444
10 J 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39 1521
11 K 4 4 4 2 2 4 4 4 3 0 31 961
12 L 1 4 2 1 2 4 4 0 0 0 18 324
13 M 3 4 1 1 2 4 3 1 4 1 24 576
14 N 4 4 2 1 2 4 4 4 0 0 25 625
15 O 4 4 4 0 4 2 2 1 4 1 26 676
16 P 4 4 4 4 2 4 4 4 4 0 34 1156
17 Q 4 2 2 1 3 2 1 1 0 0 16 256
18 R 1 1 2 1 3 3 2 0 0 0 13 169
19 S 1 3 1 1 2 2 0 0 4 0 14 196
20 T 4 1 1 1 1 2 2 1 0 0 13 169
21 U 3 4 2 2 4 3 3 2 4 1 28 784
22 V 3 4 1 1 3 4 4 4 4 0 28 784
23 W 2 4 1 1 2 2 2 0 0 0 14 196
24 X 3 4 2 3 4 4 4 0 4 0 28 784
25 Y 4 4 2 2 3 4 3 2 4 4 32 1024
26 Z 1 4 1 1 4 4 4 4 4 1 28 784
27 AA 1 4 2 2 2 4 2 0 4 0 21 441
28 AB 4 2 2 0 2 4 2 0 4 1 21 441
29 AC 1 4 1 0 3 4 2 0 4 4 23 529
30 AD 4 4 1 0 2 4 4 2 4 1 26 676
∑ 92 107 61 45 87 104 93 48 86 34 757 20771
1,5289 0,8455 1,2322 1,117 0,89 0,7155 1,2233 2,3733 3,0489 2,4489
∑ 15,4232
55,64555556
0,803146015
Lampiran 10 138

Perhitungan Uji Taraf Kesukaran

Contoh perhitungan taraf kesukaran soal nomor 1a

P =

= 0,76666667

Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran, nilai P = 0,76666667 berada pada


kisaran nilai 0,70 < P ≤ 1,00, maka soal nomor 1a memiliki tingkat kesukaran
mudah.
Untuk soal nomor 1b dan seterusnya, perhitungan taraf kesukarannya
sama dengan perhitungan seperti no 1a.
139

Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen

Butir Soal
No Nama
1a 1b 2 3 4 5 6a 6b 7 8 9a 9b
1 A 4 4 2 1 4 3 4 4 4 0 4 1
2 B 4 4 0 0 4 2 4 4 2 2 4 0
3 C 1 2 1 2 2 0 2 2 1 1 0 0
4 D 4 4 4 2 4 2 4 3 3 1 4 4
5 E 4 4 4 2 4 2 4 4 3 2 4 4
6 F 4 4 2 2 2 4 4 4 2 3 3 3
7 G 4 4 2 2 3 4 2 4 3 1 0 0
8 H 3 4 2 2 4 4 4 4 2 0 4 0
9 I 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4
10 J 4 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4 4
11 K 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 3 0
12 L 1 4 2 1 2 4 4 4 4 0 0 0
13 M 3 4 1 1 2 4 4 3 2 1 4 1
14 N 4 4 2 1 2 4 4 4 2 4 0 0
15 O 4 4 4 0 4 2 2 2 3 1 4 1
16 P 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 0
17 Q 4 2 2 1 3 4 2 1 3 1 0 0
18 R 1 1 2 1 3 3 3 2 1 0 0 0
19 S 1 3 1 1 2 4 2 0 2 0 4 0
20 T 4 1 1 1 1 4 2 2 3 1 0 0
21 U 3 4 2 2 4 2 3 3 2 2 4 1
22 V 3 4 1 1 3 4 4 4 3 4 4 0
23 W 2 4 1 1 2 4 2 2 4 0 0 0
24 X 3 4 2 3 4 3 4 4 2 0 4 0
25 Y 4 4 2 2 3 4 4 3 3 2 4 4
26 Z 1 4 1 1 4 2 4 4 4 4 4 1
27 AA 1 4 2 2 2 4 4 2 4 0 4 0
28 AB 4 2 2 0 2 2 4 2 2 0 4 1
29 AC 1 4 1 0 3 4 4 2 4 0 4 4
30 AD 4 4 1 0 2 4 4 4 3 2 4 1
∑ 92 107 61 45 87 97 104 93 82 48 86 34
Skor Max 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
P 0,7667 0,8917 0,5083 0,375 0,725 0,8083 0,8667 0,775 0,6833 0,4 0,7167 0,283
Kategori Mudah Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Mudah Sulit
140
Lampiran 11

Perhitungan Daya Pembeda

Contoh perhitungan Daya Pembeda soal nomor 1a


 Menentukan nilai BA = total skor peserta kelas atas = 53
BB = total skor peserta kelas bawah = 39
JA = skor maksimal kelas atas = 60
JB = skor maksimal bawah = 60
 Menentukan nilai D

D= −

= −
= 0,23333333
 Menentukan kriteria daya pembeda
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai D = 0,23333333 berada pada
kisaran 0,20 < D ≤ 0,40, maka soal nomor 1a memiliki daya pembeda yang
cukup
Untuk soal nomor 1b dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama
dengan perhitungan seperti no 1a.
141

Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen

Butir Soal
Nama
1a 1b 2 3 4 5 6a 6b 7 8 9a 9b
I 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4
J 4 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4 4
P 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 0
E 4 4 4 2 4 2 4 4 3 2 4 4
D 4 4 4 2 4 2 4 3 3 1 4 4
Y 4 4 2 2 3 4 4 3 3 2 4 4
K 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 3 0
F 4 4 2 2 2 4 4 4 2 3 3 3
A 4 4 2 1 4 4 4 4 4 0 4 1
V 3 4 1 1 3 4 4 4 3 4 4 0
Z 1 4 1 1 4 2 4 4 4 4 4 1
H 3 4 2 2 4 4 4 4 2 0 4 0
X 3 4 2 3 4 3 4 4 2 0 4 0
AD 4 4 1 0 2 4 4 4 3 2 4 1
U 3 4 2 2 4 2 3 3 2 2 4 1
B.Atas 53 60 37 31 50 49 59 57 42 36 58 27
AC 1 4 1 0 3 4 4 2 4 0 4 4
N 4 4 2 1 2 4 4 4 2 4 0 0
O 4 4 4 0 4 2 2 2 3 1 4 1
B 4 4 0 0 4 2 4 4 2 2 4 0
M 3 4 1 1 2 4 4 3 2 1 4 1
G 4 4 2 2 3 4 2 4 3 1 0 0
AA 1 4 2 2 2 4 4 2 4 0 4 0
L 1 4 2 1 2 4 4 4 4 0 0 0
AB 4 2 2 0 2 2 4 2 2 0 4 1
Q 4 2 2 1 3 4 2 1 3 1 0 0
W 2 4 1 1 2 4 2 2 4 0 0 0
S 1 3 1 1 2 4 2 0 2 0 4 0
T 4 1 1 1 1 4 2 2 3 1 0 0
R 1 1 2 1 3 3 3 2 1 0 0 0
C 1 2 1 2 2 0 2 2 1 1 0 0
B.Bwh 39 47 24 14 37 49 45 36 40 12 28 7
DP 0,2333 0,2167 0,2167 0,2833 0,2167 0 0,2333 0,35 0,0333 0,4 0,5 0,3333
Kriteria Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup SJ Cukup Cukup Jelek Baik Baik Cukup
Lampiran 12 142

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen

No. Validitas Kesukaran Daya Beda Keterangan


1a Valid Mudah Cukup Digunakan
1b Valid Mudah Cukup Digunakan
2 Valid Sedang Cukup Digunakan
3 Valid Sedang Cukup Digunakan
4 Valid Mudah Cukup Digunakan
5 Tidak Valid Mudah Sangat Jelek Tidak Digunakan
6a Valid Mudah Cukup Digunakan
6b Valid Mudah Cukup Digunakan
7 Tidak Valid Sedang Jelek Tidak Digunakan
8 Valid Sedang Baik Digunakan
9a Valid Mudah Baik Digunakan
9b Valid Sulit Cukup Digunakan
Lampiran 13 143

Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Matematika

Standar Kompetensi
 Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Aspek Pemahaman Konsep Nomor
Indikator Soal
Instrumental Relational Soal
Menggunakan konsep perhitungan luas
persegi dan persegi panjang dalam √ 1a
pemecahan masalah
Menentukan keliling persegi dan persegi
panjang
√ 1b

Menentukan luas daerah dan keliling dari


√ 2
gabungan beberapa persegi panjang
Menggunakan konsep perhitungan luas
jajar genjang dan persegi untuk mencari √ 3
luas daerah yang tidak diarsir
Menentukan keliling dan luas trapesium
√ 4
jika diketahui panjang sisi-sisinya
Menentukan keliling dan luas dari suatu
√ 5a
bangun belah ketupat
Menentukan keliling dan luas dari suatu
bangun layang-layang
√ 5b

Menggunakan konsep perhitungan luas


segitiga untuk mencari luas daerah yang √ 6
diarsir

Menentukan keliling dari suatu bangun


√ 7a
segitiga
Menggunakan konsep luas segitiga untuk
mencari panjang garis tinggi segitiga √ 7b
tersebut

Jumlah Soal 5 5 10
144
Lampiran 14

Tes Pemahaman Konsep Matematika

Nama :

Kelas : Nilai :

Waktu : 70 menit

Petunjuk :

 Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya


 Tulislah nama dan kelasmu pada lembar jawaban yang telah disediakan
 Baca, pahami, dan kerjakan soal berikut ini dengan tepat dan teliti
 Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah

1. Sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan panjang 10 m dan lebar 7 m.


Dalam taman tersebut terdapat sebuah kolam ikan yang berbentuk persegi dengan
ukuran sisinya 5 m. Karena didalam taman tersebut belum ada rumput hijau, maka
sisa luas tanah dalam taman tersebut akan ditanami rumput hijau, hitunglah:
a. Luas tanah dalam taman yang ditanami rumput hijau
b. Keliling kolam ikan dan keliling taman tersebut

2. Hitunglah luas dan keliling bangun tersebut !

3. Perhatikan gambar berikut:

Panjang HG = 12 cm, FP = 6 cm, AB = 8 cm,


Bila luas daerah yang diarsir adalah 36 cm²,
tentukan luas daerah yang tidak diarsir !

4. Gambar disamping adalah trapesium sama kaki,


145

Panjang AB = 20 cm, BC = 13 cm, CD = 10 cm, dan DE = 12 cm


Hitunglah keliling dan luas daerah bangun tersebut!

5. Hitunglah keliling dan luas bangun pada gambar berikut :


a. Panjang BD = 24 cm, dan AC = 32 cm

b. Panjang KO = 12 cm, LO = 9 cm, dan MO = 40 cm.

6. Gambar disamping adalah sebuah denah taman, daerah yang


diarsir merupakan bagian taman yang ditanami bunga,
sedangkan bagian yang tidak diarsir adalah tempat bermain.
Jika panjang DE = 14 m, AF = 20 mm, FB = 12 m, tentukan
luas bagian taman yang ditanami bunga !

7. Diketahui segitiga ABC dengan garis tinggi AD seperti


gambar berikut.
Jika AB = 8 cm, AC = 6 cm dan BC = 10 cm
Tentukan : a. Keliling segitiga ABC
b. Panjang garis tinggi AD
Lampiran 15 146

Kunci Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematika

Aspek
No Salah Satu Cara Menjawab Pemahaman
1 Diketahui : Taman berbentuk persegi panjang
p = 10 m, l=7m
Kolam berbentuk persegi
s=5m
Ditanya : a. Luas daerah yang dapat ditanami rumput hijau
b. Keliling kolam dan taman
Jawab : a. Luas taman = p x l Relasional
= 10 m x 7 m
= 70 m²
Luas kolam = s x s
=5mx5m
= 25 m²
Luas tanah yang ditanami rumput = luas taman – luas kolam
= 70 m² − 25 m²
= 45 m²
Jadi luas tanah yang ditanami rumput hijau adalah 45 m²

b. Keliling kolam ikan = 4 x s Instrumental


=4x5m
= 20 m
Keliling taman = 2 x (p + l)
= 2 x (10 m + 7 m)
= 2 x 17 m
= 34 m
Jadi keliling kolam ikan adalah 20 m dan keliling taman
tersebut adalah 34 m

2 Agar lebih mudah dihitung bangun tersebut dibuat menjadi Relasional


3 bangun
Diketahui : Bangun i
p = 12 cm ; l = 5 cm
Bangun ii
p = 5 cm + 8 cm + 5
cm
= 18 cm
l = 18 cm – 12 cm
= 6 cm
147

Bangun iii
p = 12 cm ; l = 5 cm
Ditanya : Luas dan keliling bangun
Jawab : Luas bangun i = p x l
= 12 cm x 5 cm
= 60 cm²
Luas bangun ii = p x l
= 18 cm x 6 cm
= 108 cm²
Luas bangun ii = p x l
= 12 cm x 5 cm
= 60 cm²
Luas bangun seluruhnya = luas bangun i + luas bangun ii +
luas bangun iii
= 60 cm² + 108 cm² + 60 cm²
= 228 cm²
Keliling = 5cm + 12cm + 8cm + 12cm + 5cm + 18cm +
18cm + 18cm
= 96 cm
Jadi luas bangun tersebut adalah 228 cm² dan kelilingnya 96
cm

3 Diketahui : Persegi ABCD Relasional


Jajar genjang EFGH
AB = sisi persegi = 8 cm
HG = alas Jajar genjang = 12 cm
FP = tinggi jajar genjang = 6 cm
Luas yang diarsir = 36 cm²
Ditanya : Luas daerah yang tidak diarsir ?
Jawab : = luas persegi + luas jajar genjang – (2 x
luas yang diarsir)
= ( 8cm x 8cm) + ( 12cm x 6cm) – (2 x 36cm²)
= 64 cm² + 72 cm² – 72 cm²
= 64 cm²
Jadi luas daerah yang tidak diarsir adalah 64 cm²
4 Diketahui : panjang AB = 20 Instrumental
cm, BC = 13 cm, dan CD =
10 cm
148

Ditanya : Keliling dan luas daerah trapesium?


Jawab : BC = AD = 13 cm
Keliling = AB + BC + CD + AD
= 20cm + 13cm + 10cm + 13cm
= 56 cm
Luas = x (CD + AB) x DE
= x (10 + 20) x 12
= x 30 x 12
= 180 cm²
Jadi keliling bangun trapesium tersebut adalah 56 cm dan
luasnya adalah 180 cm²

5a Diketahui : BD = diagonal 1 = 24 cm Instumental


AC = diagonal 2 = 32 cm
AD = sisi = 20cm
Ditanya : Keliling dan luas ?
Jawab : keliling = 4 x s
= 4 x 20 cm
= 80 cm
Luas = x x

= x 24cm x
32cm
= 384 cm²
Jadi keliling belah ketupat tersebut
5b adalah 80 cm dan luasnya 384 cm² Instrumental

Diketahui : KO = 12 cm
LO = 9 cm
MO = 40cm
= LO + NO
= 9 cm + 9cm
= 18cm
= KO + MO
= 12cm + 40cm
149

= 52cm
KL = sisi pendek = 15cm
MN = sisi panjang = 41cm
Ditanya : Keliling dan luas ?
Jawab : keliling = 2 x (sisi pendek + sisi panjang)
= 2 x (15cm + 41cm)
= 2 x 56cm
= 112 cm
Luas = x x
= x 18cm x 52cm
= 468 cm²
Jadi keliling layang-layang tersebut adalah 112 cm dan
luasnya 468 cm²

6 Diketahui : DE = AE = 14 m, Relasional
AF = 20 m, FB = 12 m
Ditanya : luas taman yang ditanami bunga (diarsir) ?
Jawab : AD = CB = DE + AE = 28 m
AB = CD = AF + FB = 32 m
Luas arsir = luas persegi panjang ABCD – luas CDE –
EAF – FBC
= (AB x AD) – ( x DE x CD) – ( x AF x AE) – ( x FB x
CB )
= (32m x 28m) – ( x 14m x 32m) – ( x 20m x 14m) – ( x
12m x 28 )
= 896 m – 224 m – 140 m – 168 m
= 364 m
Jadi luas bagian taman yang ditanami bunga adalah 364 m

7 Diketahui : <BAC siku-siku


AB = 8 cm, AC = 6 cm
Ditanya : a. luas dan keliling BAC
b. panjang AD
jawab :
a Luas = x alas x tinggi Instrumental

= x 6cm x 8cm
= 24 cm²
150

Keliling = BC + AC
+ AB
= 10cm +
6cm + 8cm
= 24 cm Relasional
Jadi luas daerah segitiga
tersebut adalah 24 cm² dan kelilingnya 24 cm
b
luas BAC = luas ABC
x BC x AD = x AC x AB

AD =

=
= 4,8 cm
Jadi panjang AD adah 4,8 cm
Lampiran 16 151

Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen

Nama 1a 1b 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b Skor Nilai


E1 2 2 4 2 4 4 4 1 4 4 31 77,5
E2 4 4 2 1 2 2 2 2 1 0 20 50
E3 4 2 2 2 3 4 4 2 4 0 27 67,5
E4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 38 95
E5 2 4 2 1 3 3 2 1 3 0 21 52,5
E6 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 35 87,5
E7 3 4 4 2 4 4 3 1 4 2 31 77,5
E8 4 4 4 2 4 4 3 1 4 0 30 75
E9 4 4 2 4 4 4 4 1 4 1 32 80
E10 4 4 2 4 3 4 4 1 4 4 34 85
E11 4 4 2 3 2 4 4 2 4 0 29 72,5
E12 4 4 1 3 4 4 3 0 4 0 27 67,5
E13 4 4 4 2 4 4 4 2 4 1 33 82,5
E14 3 2 3 2 4 4 4 4 4 1 31 77,5
E15 4 3 4 4 1 4 4 0 4 4 32 80
E16 4 4 3 2 3 4 2 0 0 0 22 55
E17 4 4 2 3 2 4 0 4 4 0 27 67,5
E18 4 4 3 2 2 4 4 1 4 1 29 72,5
E19 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 37 92,5
E20 3 4 3 2 4 4 4 3 3 1 31 77,5
E21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 38 95
E22 2 2 3 2 4 4 4 4 4 1 30 75
E23 2 4 3 1 4 2 4 2 3 1 26 65
E24 4 4 2 3 2 4 4 2 4 0 29 72,5
E25 2 2 3 2 3 0 0 1 0 0 13 32,5
E26 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 36 90
E27 3 4 2 2 4 4 3 1 4 0 27 67,5
E28 4 4 2 2 4 4 4 4 1 0 29 72,5
E29 4 4 3 2 2 3 3 2 3 0 26 65
E30 4 4 4 2 2 4 4 2 4 0 30 75
E31 4 4 2 1 4 3 3 4 4 4 33 82,5
E32 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 38 95
E33 4 4 2 0 4 4 4 0 4 0 26 65
E34 2 4 2 2 4 4 3 1 4 1 27 67,5
E35 4 4 3 1 2 4 3 4 4 4 33 82,5
Lampiran 17 152

Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Kontrol

Nama 1a 1b 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b Skor Nilai


K1 4 2 3 4 4 3 2 1 4 1 28 70
K2 2 2 3 1 3 2 2 1 4 1 21 52,5
K3 1 2 1 1 3 2 1 1 3 1 16 40
K4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 0 32 80
K5 3 4 1 2 3 4 3 0 3 1 24 60
K6 4 4 4 4 4 4 4 1 4 0 33 82,5
K7 2 4 2 2 3 4 4 0 4 1 26 65
K8 4 4 2 2 4 4 4 0 4 0 28 70
K9 4 3 2 2 3 3 2 0 0 0 19 47,5
K10 4 3 2 0 4 4 3 0 4 0 24 60
K11 2 3 2 2 4 4 4 1 3 0 25 62,5
K12 4 4 3 2 3 4 4 1 4 1 30 75
K13 2 2 2 2 3 4 4 0 2 0 21 52,5
K14 4 4 2 2 3 4 3 0 4 1 27 67,5
K15 4 3 2 3 4 4 3 1 4 0 28 70
K16 1 4 2 2 3 4 4 0 0 0 20 50
K17 4 4 3 2 4 4 4 4 4 0 33 82,5
K18 4 4 2 0 4 4 3 1 4 1 27 67,5
K19 4 4 4 0 3 2 4 2 4 4 31 77,5
K20 3 4 2 0 3 4 2 0 3 1 22 55
K21 1 4 4 2 3 4 2 1 4 1 26 65
K22 4 4 4 2 3 4 4 1 4 1 31 77,5
K23 4 4 4 2 4 2 2 1 4 1 28 70
K24 4 4 2 2 2 3 3 2 4 4 30 75
K25 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 36 90
K26 2 4 1 1 2 3 3 0 4 1 21 52,5
K27 1 2 2 1 3 2 2 0 0 0 13 32,5
K28 2 2 2 0 2 4 2 0 0 0 14 35
K29 4 4 3 2 3 4 4 1 4 0 29 72,5
K30 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 36 90
K31 4 4 4 2 3 3 4 0 3 0 27 67,5
K32 2 4 3 4 3 4 2 1 4 1 28 70
K33 3 2 2 2 3 4 2 0 4 1 23 57,5
K34 4 4 4 2 4 4 4 2 4 1 33 82,5
K35 4 4 2 2 3 4 4 0 4 0 27 67,5
K36 2 4 1 1 2 2 2 1 3 1 19 47,5
Lampiran 18 153

Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

A. Distribusi Frekuensi

33 50 53 55 65 65 65 68 68 68 68 68

73 73 73 73 75 75 75 75 78 78 78 80

80 83 83 83 85 88 90 93 95 95 95

 Banyak data (n) = 35

 Rentang data (R) = Xmax – Xmin


Keterangan : R = Rentangan
Xmax = Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)

R = −
= 95 – 33
= 62

 Banyak Kelas (K) = 1 + 3,3 log n


Keterangan : K = Banyak kelas
n = Banyak siswa

K = 1 + 3,3 log (n)


= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 3,3 (1,54)
= 1 + 5,09
= 6,09
6

 Panjang kelas =

= 10,33
154

11

Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

Frekuensi
No Interval BB BA
fi(%)
1 33-43 32,5 43,5 1 2,86% 1 38 1444 38 1444
2 44-54 43,5 54,5 2 5,71% 3 49 2401 98 4802
3 55-65 54,5 65,5 4 11,42% 7 60 3600 240 14400
4 66-76 65,5 76,5 12 34,29% 19 71 5041 852 60492
5 77-87 76,5 87,5 10 28,57% 29 82 6724 820 67240
6 88-98 87,5 98,5 6 17,14% 35 93 8649 558 51894
Jumlah 35 100% 2606 200272

B. Mean/Nilai Rata-rata (Me)

Mean ( X ) =
f X i i

f i

Keterangan :

Me = Mean/ Nilai Rata-rata

f X i i = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-

masing interval dengan frekuensinya.

f i = Jumlah frekuensi/ banyak siswa

Mean ( X ) =
f X i i

2606
 74,46
f i 35

C. Median/ Nilai Tengah (Md)


1 
 n  fk 
Md  l   2 i
 fi 
 
 
155

Keterangan :

Md = Median/ Nilai Tengah


l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
fk = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median

fi = Frekuensi kelas median


i = Interval kelas

1 
 n  fk 
 l  2   i  65,5   17,5  7   11  75,13
 fi   12 
 
 

D. Modus (Mo)

 1 
Mo  l     i
 
 1 2 

Keterangan :

Mo = Modus/ Nilai yang paling banyak muncul


l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas modus)
1 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya

2 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya


i = Interval kelas

 1   8 
Mo  l  
      i  65,5   8  2   11  74,30
 1 2 

n f i X i   f i X i  35200272   2606 
2 2 2
E. Varians (s ) =2
  183,43
n (n  1) 3535  1

N  f . X i   f . X i 
2 2

F. Simpangan Baku (s) =  183,43  13,54


n n  1
156

̅
G. Kemiringan ( ) = = = 0,01

H. Ketajaman/Kurtosis ( ) =

Rumus Quartil

=b+p( )

Keterangan :
= Quartil ke-i
b = batas bawah kelas , ialah kelas interval dimana akan terletak
p = panjang kelas
i = Quartil ke-i
n = banyak data
F = Jumlah frekuensi sebelum kelas Quartil ke-i
f = frekuensi kelas Quartil ke-i

Quartil 1

= 65,5 + 11 ( ) = 67,10

Quartil 3

= 76,5 + 11 ( ) = 84,47

Rumus Persentil

=b+p( )
157

Persentil 10

= 54,5 + 11 ( ) = 55,87

Persentil 90

= 87,5 + 11 ( ) = 92,08

Maka ( )= = = 0,24
Lampiran 19 158

Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol

A. Distribusi Frekuensi

33 35 40 48 48 50 53 53 53 55 58 60

60 63 65 65 68 68 68 68 70 70 70 70

70 73 75 75 78 78 80 83 83 83 90 90

 Banyak data (n) = 36

 Rentang data (R) = Xmax – Xmin


Keterangan : R = Rentangan
Xmax = Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)

R = −
= 90 – 33
= 57

 Banyak Kelas (K) = 1 + 3,3 log n


Keterangan : K = Banyak kelas
n = Banyak siswa

K = 1 + 3,3 log (n)


= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,56)
= 1 + 5,14
= 6,14
6

 Panjang kelas =

= 9,5
159

10

Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol

Frekuensi
No Interval BB BA
fi(%)
1 33-42 32,5 42,5 3 8,33 3 37,5 1406,25 112,5 4218,75
2 43-52 42,5 52,5 3 8,33 6 47,5 2256,25 142,5 6768,75
3 53-62 52,5 62,5 7 19,44 13 57,5 3306,25 402,5 23143,75
4 63-72 62,5 72,5 12 33,33 25 67,5 4556,25 810 54675
5 73-82 72,5 82,5 6 16,67 31 77,5 6006,25 465 36037,5
6 83-92 82,5 92,5 5 13,89 36 87,5 7656,25 437,5 38281,25
Jumlah 36 100 2370 163125

A. Mean/Nilai Rata-rata (Me)

Mean ( X ) =
f X i i

f i

Keterangan :

Me = Mean/ Nilai Rata-rata

f X i i = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-

masing interval dengan frekuensinya.

f i = Jumlah frekuensi/ banyak siswa

Mean ( X ) =
f X i i

2370
 65,83
f i 36

B. Median/ Nilai Tengah (Md)


1 
 n  fk 
Md  l   2 i
 fi 
 
 
160

Keterangan :

Md = Median/ Nilai Tengah


l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
fk = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median

fi = Frekuensi kelas median


i = Interval kelas

1 
 n  fk 
 l  2   i  62,5   18  13   10  66,67
 fi   12 
 
 

C. Modus (Mo)

 1 
Mo  l     i
 
 1 2 

Keterangan :

Mo = Modus/ Nilai yang paling banyak muncul


l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas modus)
1 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya

2 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya


i = Interval kelas

 1   5 
Mo  l  
      i  62,5   5  6   10  67,05
 1 2 

n f i X i   f i X i  36163125   2370 
2 2 2
2
D. Varians (s ) =   202,86
n (n  1) 3636  1

N  f . X i   f . X i 
2 2

E. Simpangan Baku (s) =  202,86  14,24


n n  1
161

̅
F. Kemiringan ( ) = = = -0,09

G. Ketajaman/Kurtosis ( ) =

Rumus Quartil

=b+p( )

Keterangan :
= Quartil ke-i
b = batas bawah kelas , ialah kelas interval dimana akan terletak
p = panjang kelas
i = Quartil ke-i
n = banyak data
F = Jumlah frekuensi sebelum kelas Quartil ke-i
f = frekuensi kelas Quartil ke-i

Quartil 1

= 52,5 + 10 ( ) = 56,79

Quartil 3

= 72,5 + 10 ( ) = 75,83

Rumus Persentil

=b+p( )
162

Persentil 10

= 42,5 + 10 ( ) = 44,5

Persentil 90

= 82,5 + 10 ( ) = 85,3

Maka ( )= = = 0,23
Lampiran 20 163

Skor Per Indikator Kelas Eksperimen

Instrumental Relasional
1b 4 5a 5b 7a Skor Nilai 1a 2 3 6 7b Skor Nilai
E1 2 4 4 4 4 18 90 2 4 2 1 4 13 65
E2 4 2 2 2 1 11 55 4 2 1 2 0 9 45
E3 2 3 4 4 4 17 85 4 2 2 2 0 10 50
E4 2 4 4 4 4 18 90 4 4 4 4 4 20 100
E5 4 3 3 2 3 15 75 2 2 1 1 0 6 30
E6 4 4 4 4 4 20 100 4 4 2 4 1 15 75
E7 4 4 4 3 4 19 95 3 4 2 1 2 12 60
E8 4 4 4 3 4 19 95 4 4 2 1 0 11 55
E9 4 4 4 4 4 20 100 4 2 4 1 1 12 60
E10 4 3 4 4 4 19 95 4 2 4 1 4 15 75
E11 4 2 4 4 4 18 90 4 2 3 2 0 11 55
E12 4 4 4 3 4 19 95 4 1 3 0 0 8 40
E13 4 4 4 4 4 20 100 4 4 2 2 1 13 65
E14 2 4 4 4 4 18 90 3 3 2 4 1 13 65
E15 3 1 4 4 4 16 80 4 4 4 0 4 16 80
E16 4 3 4 2 0 13 65 4 3 2 0 0 9 45
E17 4 2 4 0 4 14 70 4 2 3 4 0 13 65
E18 4 2 4 4 4 18 90 4 3 2 1 1 11 55
E19 4 4 4 4 4 20 100 4 4 1 4 4 17 85
E20 4 4 4 4 3 19 95 3 3 2 3 1 12 60
E21 4 4 4 4 4 20 100 4 4 4 4 2 18 90
E22 2 4 4 4 4 18 90 2 3 2 4 1 12 60
E23 4 4 2 4 3 17 85 2 3 1 2 1 9 45
E24 4 2 4 4 4 18 90 4 2 3 2 0 11 55
E25 2 3 0 0 0 5 25 2 3 2 1 0 8 40
E26 4 4 4 4 4 20 100 4 2 4 2 4 16 80
E27 4 4 4 3 4 19 95 3 2 2 1 0 8 40
E28 4 4 4 4 1 17 85 4 2 2 4 0 12 60
E29 4 2 3 3 3 15 75 4 3 2 2 0 11 55
E30 4 2 4 4 4 18 90 4 4 2 2 0 12 60
E31 4 4 3 3 4 18 90 4 2 1 4 4 15 75
E32 4 4 4 4 4 20 100 4 4 4 2 4 18 90
E33 4 4 4 4 4 20 100 4 2 0 0 0 6 30
E34 4 4 4 3 4 19 95 2 2 2 1 1 8 40
E35 4 2 4 3 4 17 85 4 3 1 4 4 16 80
Jml 127 116 129 118 122 612 3060 124 100 80 73 49 426 2130
Rata 3,63 3,31 3,69 3,37 3,49 17,49 87,43 3,54 2,86 2,29 2,09 1,4 12,17 60,86
Lampiran 21 164

Skor Per-Indikator Kelas Kontrol

Instrumental Relasional
1b 4 5a 5b 7a Skor Nilai 1a 2 3 6 7b Skor Nilai
K1 2 4 3 2 4 15 75 4 3 4 1 1 13 65
K2 2 3 2 2 4 13 65 2 3 1 1 1 8 40
K3 2 3 2 1 3 11 55 1 1 1 1 1 5 25
K4 3 4 4 4 4 19 95 4 3 2 4 0 13 65
K5 4 3 4 3 3 17 85 3 1 2 0 1 7 35
K6 4 4 4 4 4 20 100 4 4 4 1 0 13 65
K7 4 3 4 4 4 19 95 2 2 2 0 1 7 35
K8 4 4 4 4 4 20 100 4 2 2 0 0 8 40
K9 3 3 3 2 0 11 55 4 2 2 0 0 8 40
K10 3 4 4 3 4 18 90 4 2 0 0 0 6 30
K11 3 4 4 4 3 18 90 2 2 2 1 0 7 35
K12 4 3 4 4 4 19 95 4 3 2 1 1 11 55
K13 2 3 4 4 2 15 75 2 2 2 0 0 6 30
K14 4 3 4 3 4 18 90 4 2 2 0 1 9 45
K15 3 4 4 3 4 18 90 4 2 3 1 0 10 50
K16 4 3 4 4 0 15 75 1 2 2 0 0 5 25
K17 4 4 4 4 4 20 100 4 3 2 4 0 13 65
K18 4 4 4 3 4 19 95 4 2 0 1 1 8 40
K19 4 3 2 4 4 17 85 4 4 0 2 4 14 70
K20 4 3 4 2 3 16 80 3 2 0 0 1 6 30
K21 4 3 4 2 4 17 85 1 4 2 1 1 9 45
K22 4 3 4 4 4 19 95 4 4 2 1 1 12 60
K23 4 4 2 2 4 16 80 4 4 2 1 1 12 60
K24 4 2 3 3 4 16 80 4 2 2 2 4 14 70
K25 4 4 4 4 4 20 100 4 4 2 2 4 16 80
K26 4 2 3 3 4 16 80 2 1 1 0 1 5 25
K27 2 3 2 2 0 9 45 1 2 1 0 0 4 20
K28 2 2 4 2 0 10 50 2 2 0 0 0 4 20
K29 4 3 4 4 4 19 95 4 3 2 1 0 10 50
K30 4 4 4 4 4 20 100 4 3 2 3 4 16 80
K31 4 3 3 4 3 17 85 4 4 2 0 0 10 50
K32 4 3 4 2 4 17 85 2 3 4 1 1 11 55
K33 2 3 4 2 4 15 75 3 2 2 0 1 8 40
K34 4 4 4 4 4 20 100 4 4 2 2 1 13 65
K35 4 3 4 4 4 19 95 4 2 2 0 0 8 40
K36 4 2 2 2 3 13 65 2 1 1 1 1 6 30
Jml 125 117 127 112 120 601 3005 113 92 64 33 33 335 1675
Rata 3,472 3,25 3,53 3,111 3,33 16,69 83,47 3,139 2,56 1,778 0,92 0,917 9,31 46,53
Lampiran 22 165

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN

Luas
Kelas Batas
No. z F(z) Kelas Fe Fo
Interval Kelas
Interval
32,5 -3,10 0,000971
1 33 - 43 0,0101398 0,35489 1 1,17
43,5 -2,29 0,0111108
2 44 - 54 0,0591097 2,06884 2 0,00
54,5 -1,47 0,0702205
3 55 - 65 0,1838475 6,43466 4 0,92
65,5 -0,66 0,254068
4 66 - 76 0,3058119 10,7034 12 0,16
76,5 0,15 0,5598799
5 77 - 87 0,2723645 9,53276 10 0,02
87,5 0,96 0,8322444
6 88 - 98 0,1298463 4,54462 6 0,47
98,5 1,78 0,9620907
Rata-rata 74,46
Simpangan Baku 13,54
x^2Hitung 2,74
x^2 Tabel (0.05)(3) 7,81
Kesimpulan : Terima Ho
Data Berasal Dari Populasi Yang Berdistribusi Normal

= Σ
Keterangan
= Chi- square
fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi ekspektasi
166

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS KONTROL

Luas
Kelas Batas
No. z F(z) Kelas Fe Fo
Interval Kelas
Interval
32,5 -2,34 0,0096267
1 33-42 0,0410485 1,47774 3 1,57
42,5 -1,64 0,0506751
2 43-52 0,1239369 4,46173 3 0,48
52,5 -0,94 0,174612
3 53-62 0,2329394 8,38582 7 0,23
62,5 -0,23 0,4075514
4 63-72 0,2726989 9,81716 12 0,49
72,5 0,47 0,6802503
5 73-82 0,1988791 7,15965 6 0,19
82,5 1,17 0,8791295
6 83-92 0,090329 3,25184 5 0,94
92,5 1,87 0,9694584
Rata-rata 65,83
Simpangan Baku 14,24
x^2Hitung 3,89
x^2 Tabel (0.05)(3) 7,81
Kesimpulan : Terima Ho
Data Berasal Dari Populasi Yang Berdistribusi Normal

= Σ
Keterangan
= Chi- square
fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi ekspektasi
Lampiran 23 167

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

Kelas
Statistik Kelas Kontrol
Eksperimen
Varians(S2) 183,43 202,86
FHitung 0,90
Ftabel (0.05;34;35) 1,76

Kesimpulan Varians kedua kelompok homogen

F = = = 0,90

Dari hasil perhitungan diperoleh,

↔ 0,90 1,76

yang berarti sampel berasal dari varians yang homogen


168
Lampiran 24

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK

A. Menentukan Hipotesis Statistik

:
:

Keterangan :
= Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas eksperimen
= Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas kontrol
= Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen
lebih rendah atau sama dengan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas kontrol
= Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas kontrol

B. Menentukan

s gab 
n1 1s12  n2 1s2 2 
(35  1)(183,43)  (36  1)(212,3)
 14,07
n1  n2  2 35  36  2

X1  X 2 74,46  66,11
t hitung    2,50
1 1 1 1
s gab  14,07 
n1 n2 35 36

Kelas
Statistik Kelas Kontrol
Eksperimen
Rata-rata 74,46 66,11
Varians(S2) 183,43 212,3
S Gabungan 14,07
t Hitung 2,50
t Tabel 1,99
Kesimpulan Tolak Ho
169

C. Menentukan
Dengan dk = ( + – 2) = (35 + 36 – 2) = 69
Pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) sehingga diperoleh sebesar 1,99

D. Membandingkan dengan
Dari hasil perhitungan diperoleh,
↔ 2,50 1,99

E. Kriteria Pengujian
Jika maka diterima dan ditolak
Jika maka ditolak dan diterima

F. Kesimpulan
Dari pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh maka
ditolak dan diterima, artinya kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas kontrol.
170
Lampiran 24

Notula Wawancara Pra Penelitian

Hari/Tanggal : Selasa, 9 September 2014

Narasumber : Desnawati S.Pd (Guru Matematika Kelas VII)

Tempat : SMP Negeri 63 Jakarta

Wawancara ini berjalan singkat serius tapi santai. Selanjutnya pertanyaan


penulis akan disingkat menjadi “P” dan jawaban narasumber “N”

1. P : Kurikulum apa yang diterapkan sekolah saat ini?


N : Sekarang kembali lagi ke KTSP, kemarin sempat tuh pakai K13 tapi
sepertinya tidak cocok, siswanya belum siap, gurunya apalagi

2. P : Bagaimana keadaan para siswa saat pembelajaran matematika bu?


N : Macam-macam ya, tapi rata-rata memperhatikan guru saat menerangkan,
tapi ya itu kadang-kadang diam bukan karena memperhatikan tapi karena
bengong tidak mengerti

3. P : Metode apa yang sering ibu gunakan dikelas saat proses pembelajaran
matematika?
N : Ya biasa aja KTSP bagaimana sih, menjelaskan dahulu kemudian tanya
jawab, setelah itu mengerjakan soal latihan dan dibahas bersama-sama

4. P : Bagaimana nilai atau hasil belajar matematika siswa?


N : Kalau nilai ulangan asli rata-rata masih dibawah KKM, seperti UTS kemarin
nilai aslinya kurang bagus, tapi setelah ada perbaikan dan penambahan dari nilai
ulangan harian dan tugas jadi cukup

5. P : Soal berjenis apa yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika
bu?
N : Kalau UTS kemarin 30 soal pilihan ganda, 5 soal uraian
171

6. P : Memang KKM nya berapa bu?, kalau boleh saya minta soal dan rekap nilai
UTS ya bu
N : KKM nya memang rada tinggi sih 70, iya nanti ibu kasih

7. P : Terima kasih bu. Kalau pemahaman konsep matematika siswa disini


bagaimana bu?
N : Sepertinya pada belum paham sih, kan keliatan yang nanya paling hanya
beberapa, orangnya itu-itu saja

8. P : Apakah ibu mengetahui tentang pendekatan Brain Based Learning


sebelumnya?
N : Sepertinya pernah dengar, sekarang banyak sih metode-metode
pembelajaran baru gitu jadi tidak terlalu tahu
Lampiran 26
172

Soal Pra Penelitian (UTS Ganjil) Kelas VII


Lampiran 27 173

Data Observasi Nilai Ulangan Tengah Semester Matematika Kelas VII

Kelas VII-1 Kelas VII-2 Kelas VII-3 Kelas VII-4 Kelas VII-5
No
Nama Nilai Nama Nilai Nama Nilai Nama Nilai Nama Nilai
1 A1 72 B1 92 C1 60 D1 52 E1 64
2 A2 48 B2 60 C2 44 D2 32 E2 76
3 A3 52 B3 88 C3 68 D3 68 E3 60
4 A4 72 B4 36 C4 60 D4 84 E4 44
5 A5 64 B5 56 C5 40 D5 44 E5 60
6 A6 72 B6 56 C6 80 D6 56 E6 48
7 A7 72 B7 52 C7 56 D7 48 E7 40
8 A8 24 B8 64 C8 60 D8 76 E8 80
9 A9 60 B9 52 C9 48 D9 44 E9 60
10 A10 60 B10 52 C10 76 D10 60 E10 56
11 A11 40 B11 48 C11 48 D11 60 E11 16
12 A12 72 B12 48 C12 56 D12 40 E12 28
13 A13 64 B13 52 C13 56 D13 56 E13 72
14 A14 56 B14 20 C14 56 D14 40 E14 52
15 A15 68 B15 68 C15 68 D15 76 E15 80
16 A16 72 B16 40 C16 56 D16 76 E16 72
17 A17 36 B17 56 C17 80 D17 64 E17 36
18 A18 48 B18 36 C18 60 D18 88 E18 44
19 A19 68 B19 44 C19 76 D19 36 E19 72
20 A20 64 B20 44 C20 40 D20 76 E20 76
21 A21 80 B21 36 C21 64 D21 44 E21 12
22 A22 80 B22 92 C22 72 D22 44 E22 56
23 A23 48 B23 28 C23 64 D23 48 E23 52
24 A24 68 B24 84 C24 68 D24 56 E24 68
25 A25 56 B25 64 C25 72 D25 56 E25 60
26 A26 76 B26 48 C26 56 D26 76 E26 52
27 A27 40 B27 48 C27 40 D27 40 E27 72
28 A28 68 B28 60 C28 64 D28 40 E28 64
29 A29 56 B29 60 C29 60 D29 24 E29 56
30 A30 44 B30 60 C30 61 D30 36 E30 48
31 A31 56 B31 20 C31 56 D31 52 E31 56
32 A32 68 B32 96 C32 76 D32 60 E32 56
33 A33 60 B33 44 C33 48 D33 60 E33 56
34 A34 60 B34 52 C34 72 D34 64 E34 48
35 A35 76 C35 56 E35 60
36 C36 64
Lampiran 28 174

Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Momen


Lampiran 29 175

Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)


176

Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)


Lampiran 30 177

Nilai Kritis Distribusi F

f0,05 (v1, v2)


Lampiran 31 178

Tabel Nilai Kritis Distribusi t


179

Tabel Nilai Kritis Distribusi t (Lanjutan)


Lampiran 32
180
Lampiran 33 181
182

182
183

183
184

184
185

185

Anda mungkin juga menyukai