Anda di halaman 1dari 10

SOSIALISASI PEMBELAJARAN CARA MENGGOSOK GIGI DAN MENCUCI TANGAN

SECARA BAIK DAN BENAR TERHADAP ANAK-ANAK DI SDN KUBU LIKU JAYA
KECAMATAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Syafira Ayundiyaz
Email : syafirayun123@gmail.com

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Abstrak
Salah satu pencegahan kerusakan gigi adalah menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok
gigi secara baik dan benar. Usia sekolah dasar merupakan saat ideal untuk melatih kemampuan
motorik seorang anak, diantaranya perilaku menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar.
Program Pengabdian kepada Masyarakat dalam bentuk sosialisasi ini dilaksanakan atas dasar
kerjasama mahasiswa KKN-DR UIN Raden Intan Lampung Dengan Sekolah Dasar Negeri Kubu
Liku Jaya Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat. Bentuk program pengabdian kepada
masyarakat yang dimaksud adalah untuk memberikan sosialisasi kepada anak- anak mengenai Cara
Menggosok Gigi Dan Mencuci Tangan Dengan Benar. Jenis penelitian ini adalah explanatory
research dengan pendekatan cross sectional. Metode yang digunakan dalam menjalani program ini
adalah dengan sosialisai yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar Negeri Kubu Liku Jaya. Tujuan
dari sosialisasi ini ialah untuk memberi kesadaran sejak dini kepada anak-anak bahwa kesehatan gigi
dan hidup bersih itu penting. Serta mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prilaku
menggosok gigi dan mencuci tangan pada siswa sekolah dasar kelas I,II,III dengan jumlah sampel
70 siswa di SDN Kubu Liku Jaya kecamatan batu ketulis kabupaten lampung barat.
Kata kunci : menggosok gigi, mencuci tangan, siswa sekolah dasar
Abstract
One way to prevent tooth decay is to maintain oral hygiene by brushing your teeth properly and
correctly. Elementary school age is an ideal time to train a child's motor skills, including brushing
teeth and washing hands properly. The Community Service Program in the form of socialization was
carried out on the basis of collaboration between KKN-DR students at Raden Intan Lampung and
the Kubu Liku Jaya State Elementary School, Batu Ketulis District, West Lampung Regency. The
form of the community service program in question is to provide socialization to children about how
to brush teeth and wash hands properly. This type of research is explanatory research with a cross
sectional approach. The method used in carrying out this program is through socialization conducted
at one of the Kubu Liku Jaya State Elementary Schools. The purpose of this socialization is to give
children awareness from an early age that dental health and clean living are important. As well as
knowing the factors that influence the behavior of brushing teeth and washing hands in elementary
school students in grades I, II, III with a sample of 70 students at SDN Kubu Liku Jaya, Batu Ketulis
District, West Lampung Regency.
Keywords: brushing teeth, washing hands, elementary school student.
PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat pembentukan plak dan debris, membersihkan
Indonesia masih merupakan hal yang perlu sisa makanan yang menempel pada gigi,
mendapatkan perhatian serius dari tenaga menstimulasi jaringan gigiva, menghilangkan
kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat bau mulut yang tidak diinginkan.(Depkes,
gigi. Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan 2004)
mulut berada pada sepuluh besar penyakit
Perilaku menggosok gigi pada anak harus
terbanyak yang tersebar diberbagai wilayah.
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa
Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
ada perasaan terpaksa. Kemampuan
masyarakat Indonesia adalah penyakit
menggosok gigi secara baik dan benar
jaringan penyangga dan karies gigi, penyakit
merupakan faktor yang cukup penting untuk
tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi
perawatan kesehatan gigi dan mulut.
dan mulut.(Depkes, 2004)
Keberhasilan menggosok gigi juga
Data yang dirilis Departemen Kesehatan dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,
(Depkes) dari Riskesdas 2007 menunjukkan, metode menggosok gigi, serta frekuensi dan
karies gigi secara nasional adalah 4,85. waktu menggosok gigi yang tepat.(Arianto et
Sebanyak 72,1% penduduk Indonesia al., 2014)
mempunyai pengalaman karies dan 23,4%
Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun
penduduk indonesia mengeluhkan adanya
(CTPS) yang merupakan salah satu Perilaku
masalah gigi dan mulutnya dan hanya 29,6%
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga
yang mencari pertolongan dan mendapatkan
telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena
perawatan dari tenaga kesehatan. Untuk umur
masalah kurangnya praktek perilaku cuci
5-14 tahun prevalensi masalah kesehatan gigi
tangan tidak hanya terjadi di negara
dan mulut mencapai 42,2% dan sebanyak
berkembang saja, tetapi ternyata di negara
57,5% yang menerima perawatan atau
maju pun kebanyakan masyarakatnya masih
pengobatan gigi dari tenaga kesehatan
lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan.
gigi.Penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas
Fokus CTPS ini adalah Anak sekolah sebagai
telah melakukan sikat gigi setiap hari 91,1%,
"Agen Perubahan" dengan simbolisme
namun hanya 7,3% telah menggosok gigi dua
bersatunya seluruh komponen keluarga,
kali di waktu yang benar, yaitu pagi hari dan
rumah dan masyarakat dalam merayakan
malam sebelum tidur.
komitmen untuk perubahan yang lebih baik
Praktek kebersihan mulut oleh individu dalam berperilaku sehat melalui CTPS.
merupakan tindakan pencegahan yang paling (Depkes, 2007)
utama dianjurkan, juga berarti individu tadi
Kegiatan ini akan menganalisis faktor– faktor
telah melakukan tindakan pencegahan yang
yang berpengaruh terhadap perilaku
sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini
menggosok gigi dan mencuci tangan pada
dapat dilakukan individu dengan cara
siswa Sekolah Dasar kelas I, II dan III di
menggosok gigi. Menggosok gigi berfungsi
Kecamatan Batu Ketulis
untuk menghilangkan dan mengganggu
memberitahukan, membujuk, atau
mempengaruhi masyarakat untuk tetap
menggunakan produk yang dihasilkan.
TEORI YANG DI GUNAKAN (Metasari et al., 2022)

Sosialisasi METODE PENELITIAN

Sosialisasi secara etimologi berarti upaya Menggunakan metode pengabdian.


memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi
Penulis melaksanakan pengabdian dengan
dikenal, dipahami, dan dihayati oleh
cara melakukan sosialisasi langsung di SDN
masyarakat. James W. Vander Zanden
KUBULIKU JAYA , dengan jumlah peserta
mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu
sebanyak 70 siswa/i. Sosialisasi ini dilakukan,
proses interaksi sosial dimana orang
untuk menyampaikan penting nya menggosok
memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan
gigi dan mencuci tangan dengan benar
perilaku esensial untuk keikutsertaan
Sosialisasi dilaksanakan, selama satu hari
(partisipasi) efektif dalam masyarakat.
dengan durasi waktu dimulai dari pukul
(Mardianti, 2022)
08.00-10.00 WIB. Pada saat sosialisasi,
Menurut (Harahap and Muhammadi, 2022) penulis memberikan pemahaman
proses sosialisasi adalah suatu proses yang menggosokmgigi dengan benar, cara
dilakukan secara aktif oleh dua pihak. Pihak mencegah gigi berlubang, pentingnya kalsium
pertama adalah pihak yang mensosialisasikan buat gigi, cara mencuci tangan dengan benar
atau disebut juga dengan aktivitas pentingnya cuci tangan dengan benar sejak
melaksanakan sosialisasi dan pihak kedua dini dan siapa saja yang berperan dalam
adalah pihak yang di sosialisasikan atau yang menjaga kesehatan anak.
menerima sosialisasi. Pada perkembangannya,
PEMBAHASAN
sosialisasi menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Gambaran Umum Lokasi Sosialisasi
Sosialisasi itu sendiri sangat penting adanya,
Desa Kubu Liku Jaya berada di kecamatan
karena bila tidak ada sosialisasi maka bisa
batu ketulis kabupaten lampung barat dengan
dipastikan apapun tujuan yang kita
luas wilayah 1.297 Ha dan jumlah penduduk
maksudkan untuk diri kita sendiri ataupun
sebanyak 1.494 jiwa, desa ini terbagi atas 7
untuk orang lain tidak akan tercapai.
Pemangku yaitu sinar bakti 1, Sinar bakti 2,
Sosialisasi dapat diartikan sebagai setiap
Purwosari, Sinar wangi, Tugu mulyo, Mekar
aktivitas yang ditunjukan untuk
bakti, Mekar sari.
memberitahukan, membujuk, atau
mempengaruhi masyarakat untuk tetap Menggosok Gigi Yang baik dan benar:
menggunakan produk yang dihasilkan. (Fajri,
2019) Peran orang tua

Pengetahuan seseorang. Sosialisasi itu sendiri Bahwa perilaku menggosok gigi yang kurang
sangat penting adanya, karena bila tidak ada lebih banyak terdapat pada kelompok siswa
sosialisasi maka bisa dipastikan apapun tujuan sekolah dasar yang sikap dan perilaku orang
yang kita maksudkan untuk diri kita sendiri tuanya kurang dibandingkan dengan siswa
ataupun untuk orang lain tidak akan tercapai. sekolah dasar yang sikap dan perilaku orang
Sosialisasi dapat diartikan sebagai setiap tuanya baik . Sikap dan perilaku orang tua
aktivitas yang ditunjukan untuk tentang menggosok gigi yang kurang, karena
orang tua tidak menyediakan sikat gigi dengan
ukuran kecil. peran orang tua yang baik
Peran guru
mempunyai kemungkinan siswa untuk
berperilaku menggosok gigi yang baik peran guru di sekolahan tidak mengadakan
sebanyak 2 kali lebih besar dibandingkan kegiatan rutin sikat gigi bersama 1 bulan
dengan peran orang tua yang kurang. sekali, guru tidak selalu mengingatkan untuk
menggosok gigi dengan menggunakan pasta
kemukakan Green tentang perubahan perilaku
gigi, guru tidak memberikan pendidikan cara
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
menggosok gigi, guru juga tidak
perilaku seseorang adalah faktor penguat
mengingatkan untuk selalu menggosok gigi.
(reinforcing factor) mencakup dukungan
sehingga dapat ada hubungan yang signifikan
sosial, pengaruh sebaya, serta nasehat dan
antara peran guru dengan perilaku menggosok
umpan balik dari tenaga kesehatan akan
gigi pada siswa sekolah dasar kelas I, II Dan
memperkuat perilaku. Dukungan sosial salah
III. Perilaku menggosok gigi dapat
satunya dari orang tua, ketika orang tua
mempengaruhi terjadinya karies gigi pada
karena ketidaktahuan atau kemampuannya
siswa oleh karena itu guru harus lebih
dan beberapa orang tua memiliki waktu yang
menyadari pentingnya membiasakan siswa
lebih sedikit untuk memberi pengawasan dan
untuk menggosok gigi yang ditujukan dengan
berkomunikasi dengan anaknya, sehingga
guru selalu menanyakan siswa di pagi hari
anak akan memilih sumber informasi pada
tentang apakah mereka menggosok gigi
teman sebaya yang belum tentu kebenarannya.
sebelum berangkat sekolah dan malam hari
Orang tua dan keluarga adalah lingkungan
sebelum tidur malam. Para guru di sekolah
sosial pertama tempat seorang manusia
menjadi sasaran, dalam kapasitasnya sebagai
berinteraksi. Individu belajar tidak hanya
sosok panutan sekaligus sebagai sumber
dengan bagaimana ia berinteraksi dengan
informasi bagi para siswa. Intervensi yang
orang tuanya atau anggota keluarga yang lain,
ditujukan pada siswa, akan efektif dilakukan
tetapi juga dengan melihat bagaimana orang
melalui para guru terlebih dahulu. Untuk
tuanya atau anggota keluarganya berinteraksi
selanjutnya para guru akan mengajarkan,
dengan dirinya atau bagaimana mereka
memberikan motivasi, selalu mengingatkan,
berinteraksi satu dengan yang lain. Orang tua
memberi contoh yang positif, sehingga suatu
dan anggota keluarga yang lain memberikan
tindakan dapat diharapkan menjadi kebiasaan.
satu model keterampilan hidup yang dipelajari
Guru dapat berperan sebagai konselor,
oleh individu tersebut pada tahuntahun awal
pemberi instruksi, motivator dalam
kehidupannya. Orang tua dapat menjalankan
menunjukkan sesuatu yang baik misalnya
peranannya dalam meningkatkan kebiasaan
dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Guru
baik dalam menggosok gigi untuk mencegah
sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan
prevalensi karies gigi yang tinggi pada anak
faktor penentu atau pemegang kunci
usia sekolah. Orang tua berperan selain
keberhasilan siswa dalam berperilaku sehat di
mengawasi juga mengajarkan kebiasaan baik
sekolah. Guru di sekolah tidak hanya
dan memberikan penguatan atau umpan balik
mengajarkan tetapi juga terus mengikuti
yang positif ketika anak melaksanakan
proses perubahan perilaku siswa serta para
kebiasaan baik dalam merawat gigi.
guru berperilaku sehat dengan menerapkan
Kebiasaan baik dalam menggosok gigi pada
menggosok gigi disekolah agar dapat ditiru
anak-anak dapat ditingkatkan melalui
oleh siswa dan membuat suatu kegiatan yang
pengajaran dan penguatan perilaku dari orang
lebih mengintegrasikan pesan-pesan tentang
tua.
menggosok gigi. Guru harus memiliki metode Siswa hanya sebatas memahami menggosok
atau model pendekatan pembelajaran gigi yang penting gigi sudah disikat. Siswa
diantaranya metode interaksi sosial yang lebih kurang menyadari bahwa menggosok gigi
menitik beratkan pada hubungan antara harus memperhatikan gerakan menggosok
individu dengan individu lainnya untuk gigi pada setiap permukaan gigi. Terjadinya
perbaikan kemampuan. Guru sekolah suatu perilaku karena adanya dorongan dalam
memiliki pengaruh yang cenderung relatif diri seseorang yang dikarenakan pengetahuan
sama dengan orang tua, namun relatif tentang bagaimana cara melakukannya,
dominan pada kegiatan UKGS dibandingkan dorongan untuk melakukan yang didasari
sebagian besar orang tua siswa. Untuk dengan kebutuhan yang dirasakan dan sarana
mewujudkan kesehatan gigi siswa yang baik, yang tersedia untuk mempraktekkannya.
maka peran guru harus lebih ditingkatkan Perilaku seseorang karena adanya respon
misalnya dalam hal penyuluhan tentang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
kesehatan gigi dan mulut, agar siswa sewaktu Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
kesekolah sudah menyikat gigi sesudah aktivitas manusia, baik yang diamati
sarapan. Selain itu perlu ditingkatkan program langsung, maupun yang tidak dapat diamati
sosialisasi sikat gigi pada siswa melalui oleh pihak luar.
program UKGS yang dilakukan oleh guru
Dapat dikatakan bahwa siswa telah
diantaranya pelaksanaan sikat gigi massal.
mengetahui mana yang baik untuk kesehatan
Peran petugas kesehatan gigi dan mulutnya, tetapi dalam
mewujudkannya dalam perilaku masih juga
peran petugas kesehatan bukan merupakan
buruk. Hal ini disebabkan karena kebiasaan
faktor yang ada hubungannya dengan perilaku
dan keterampilan individu yang berbeda.
siswa. Peran petugas kesehatan akan dijadikan
Kemungkinan lain efesiensi untuk
sebagai acuan seseorang dalam menentukan
membersihkan gigi di bagian interproksimal
sikap untuk mengambil keputusan dalam
kurang mendapat perhatian serta
bertindak. Sehingga dengan adanya petugas
membersihkan gigi di bagian lingual (lidah),
kesehatan yang dalam kategori kurang, tentu
palatal (langit-langit) lebih sulit dibandingkan
saja akan membuat siswa untuk bersikap dan
dengan permukaan lain seperti permukaan
akhirnya berperilaku kurang juga, karena
gigi yang menghadap ke bibir. Perilaku siswa
petugas kesehatan dianggap sebagai tokoh
dalam menggosok gigi akan lebih mudah
penting yang berpengaruh. Faktor yang
apabila siswa tersebut tahu apa manfaat
mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek
menggosok gigi, tahu cara menggosok gigi
antara lain pengaruh orang lain yang dianggap
yang benar dan tahu akibat atau dampak bila
penting. Pada umumnya individu cenderung
tidak menggosok gigi. Perilaku juga akan
untuk memiliki sikap yang konformis atau
dipermudah apabila siswa yang bersangkutan
searah dengan sikap orang yang dianggap
mempunyai sikap yang positif terhadap
penting. (Riyanti, 2005)
perilaku menggosok gigi.
Perilaku Menggosok Gigi
Perilaku menggosok gigi pada siswa juga
Perilaku siswa tentang menggosok gigi akan terkait dengan fasilitas, sarana dan prasarana
mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan yang mendukung. Adapun sarana dan
gigi dan mulut. Beberapa Siswa belum prasarana yang harus tersedia adalah sikat gigi
memahami atau tidak tahu cara menggosok yang dimiliki punya siswa sendiri, pasta gigi
gigi yang benar dan lamanya menggosok gigi. yang berfluor, air bersih, tempat untuk
berkumur. Pengetahuan dan sikap saja belum larutan berbahan dasar alkohol.kita harus
menjamin terjadinya perilaku, maka masih mencuci tangan ketika telah melakukan
diperlukan sarana yang mendukung perilaku berbagai kegiatan, seperti bermain,
tersebut. Dan semua sarana menggosok gigi BAK/BAB, dan melakukan hal yang
yang tersedia harus terjangkau oleh siswa, sekiranya menyebabkan kuman menempel
sehingga perilaku menggosok gigi dapat pada tangan kita. Untuk menghilangkan
terlaksana.Pengetahuan, sikap dan sarana kuman setelah melakukan kegiatan yang
yang tersedia kadang-kadang belum menjamin menyebabkan tangan kotor kita harus
terjadinya perilaku seseorang. Masih Mencuci tangan dengan sabun dan air
diperlukan faktor lain yaitu faktor penguat mengalir dengan langkah-langkah sebagai
yang mendorong terjadinya suatu perilaku. berikut:
Contohnya faktor penguat perilaku
- basuh tangan dengan air
menggosok gigi siswa adalah orang tua,
- tuangkan sabun secukupnya
teman, guru dan petugas kesehatan. Tidak
- ratakan dengan kedua telapak tangan
adanya upaya siswa untuk melakukan
menggosok gigi yang benar menunjukkan gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri
bahwa siswa tidak berperilaku positif dibidang
dengan tangan kanan dan sebaliknya gosok
kesehatan terutama dalam hal memelihara
kesehatan gigi dan mulut. Sebagaimana kedua telapak dan sela-sela jari, jari-jari sisi
dijelaskan dalam teori kesehatan bahwa dalam dari kedua tangan saling mengunci,
perilaku pemeliharaan kesehatan (health
maintanance) adalah perilaku atau usaha gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
seseorang untuk memelihara atau menjaga tangan kanan dan lakukan sebaliknya,
kesehatan agar tidak sakit.
gosokkan dengan memutar ujung jari-jari
Mencuci Tangan Dengan Baik dan Benar tangan kanan di telapak tangan kiri dan
Cuci Tangan sebaliknya,gosok pergelangan tangan kiri
Cuci tangan adalah salah satu bentuk dengan menggunakan tangan kanan dan
kebersihan diri yang penting. Selain itu lakukan sebaliknya
mencuci tangan juga dapat diartikan
menggosok dengan sabun secara bersama - bilas kedua tangan dengan air
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat - keringkan dengan handuk sekali pakai
dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah sampai benar-benar kering gunakan
air yang mengalir. Cuci Tangan Pakai Sabun handuk tersebut untuk menutup kran
(CTPS) merupakan kebiasaan yang
bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kedua tangan telah aman
kotoran dan membunuh kuman penyebab Langkah C s/d I pada cuci tangan dengan
penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci sabun dan langkah B s/d H pada cuci tangan
tangan yang baik membutuhkan beberapa dengan larutan berbahan dasar alkohol dikenal
peralatan berikut: sabun antiseptik, air bersih, sebagai 7 langkah higiene tangan dan menjadi
dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk dasar pedoman prosedur tetap. Diharapkan
hasil yang maksimal disarankan untuk siswa sekolah dasar dapat lebih giat dalam
mencuci tangan selama 20-30 detik. terdapat 2 meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
teknik mencuci tangan, yaitu mencuci tangan
dengan sabun dan air mencuci tangan dengan
tentang cara mencuci tangan secara mandiri sejak dini terhadap pentingnya menjaga
yang baik dan benar. kebersihan gigi dan tangan sehingga dapat di
praktekan dalam kehidupan sehari-hari. Selain
Kesimpulan
itu sosialisasi ini dapat juga membuka fikirian
Setelah dilaksanakan sosialisasi ini bagi orang tua, guru dan petugas kesehatan
diharapkan siswa/I memiliki keasadaran diri bahwa mereka memiliki peran penting bagi
anak anak dalam menjaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, A., Shaluhiyah, Z., & Nugraha, P. (2014). Perilaku Menggosok Gigi pada Siswa Sekolah
Dasar Kelas V dan VI di Kecamatan Sumberejo. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 9(2),
127–135.
Depkes, R. I. (2004). Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Depkes, R. I. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan No. 938/Menkes. SK/VIII/2007. Tentang
Standar Asuhan Kebidanan.
Fajri, M. M. (2019). SOSIALISASI DALAM PEMAHAMAN MENGGOSOK GIGI MELALUI
BUKU CERITA BERGAMBAR “AKU MAU MENGGOSOK GIGI” PADA ANAK TK
AL-IKHLAS KABUPATEN BOGOR. Universitas Djuanda.
Mardianti, N. (2022). Strategi Sosialisasi Produk Umroh pada Masa Pandemi Covid 19 di PT. Pandi
Kencana Murni Pekanbaru. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU.
Metasari, A. L., Mufida, Y. I., Aristin, S. I., Dwilucky, B. A., Wulandari, A. T., Agustina, N., &
Fahrudin, T. M. (2022). SOSIALISASI BAHAYA PERNIKAHAN DINI SEBAGAI
UPAYA KONVERGENSI PENCEGAHAN STUNTING DI SMA NEGERI 1 NGORO.
BUDIMAS: JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT, 4(2).
Prameswari, A. M., & Satriawan, D. (2020). Sosialisasi Pencegahan Covid-19 Melalui Perilaku
Hidup Bersih Di Kampung Juku Batu Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan. Al-
Mu'awanah: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 1(2), 35-40.
Riyanti, C. D. (2005). Modeling and inversion of scattered surface waves.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai