Anda di halaman 1dari 150

HASIL PENELITIAN

ANALISIS TINGKATAN BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP DALAM


PEMECAHAN MASALAH SEGITIGA BERDASARKAN TEORI VAN
HIELE

HANDAYANI AMMASE
1911440008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
ABSTRAK

Handayani Ammase, 2024. Analisis Tingkatan Berpikir Siswa SMP

dalam Pemecahan Masalah Segitiga Berdasarkan Teori van Hiele. Skripsi.

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Negeri Makassar, (Dibimbing oleh Prof. Dr. Usman Mulbar, M.Pd.

dan Sabri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkatan berpikir siswa SMP

dalam pemecahan masalah segitiga berdasarkan teori van Hiele. Tingkatan

berpikir geometri menurut van Hiele terbagi menjadi lima yaitu: (1) Level 0

(visualisasi), (2) Level 1 (analisis), (3) Level 2 (deduksi informal), (4) Level 3

(deduksi), dan (5) Level 4 (pengurutan). Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti memilih empat siswa yang sebagai subjek

penelitian dari 24 siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Rappang berdasarkan hasil

van Hiele Goemetry Test. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat dua

subjek pada level 0 mampu mengenal bentuk beserta visual dan menggambar.

Terdapat dua subjek pada level 1 mampu mengenal bentuk secara sifat-sifat dari

bangun. Tingkatan berpikir tertinggi siswa SMP dalam pemecahan masalah

segitiga berdasarkan teori van Hiele berada pada level 1 (analisis).

Kata Kunci : Tingkatan berpikir, Teori van Hiele, Segitiga.

ii
ABSTRACT

Handayani Ammase, 2024. Analysis of Junior High School Students' Levels of

Thinking in Solving Triangular Problems Based on Van Hiele's Theory. Thesis.

Department of Mathematics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences.

Universitas Negeri Makassar, (Supervised by Prof. Dr. Usman Mulbar, M.Pd. and

Sabri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.)

This research aims to analyze the level of thinking of junior high school students

in solving triangular problems based on van Hiele's theory. According to van

Hiele, the levels of geometric thinking are divided into five, namely: (1) Level 0

(visualization), (2) Level 1 (analysis), (3) Level 2 (informal deduction), (4) Level 3

(deduction), and ( 5) Level 4 (sequencing). The type of research used is

descriptive qualitative research. The researcher chose four students as research

subjects from 24 students in class VIII.2 of SMP Negeri 1 Rappang based on the

results of the van Hiele Geometry Test. The results of the research concluded that

there were two subjects at level 0 who were able to recognize shapes along with

visuals and draw. There are two subjects at level 1 who are able to recognize

shapes in terms of the properties of shapes. The highest level of thinking for junior

high school students in solving triangular problems based on van Hiele's theory is

at level 1 (analysis).

Keywords: Levels of thinking, van Hiele theory, triangles.

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil „alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT

atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini yang berjudul “Analisis Tingkatan Berpikir Siswa SMP

dalam Pemecahan Masalah Segitiga” sebagai salah satu syarat menyelesaikan

studi di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri Makassar. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya dan

orang-orang yang senatiasa istiqamah dalam perjuangannya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini bukanlah semata hasil usaha pribadi,

melainkan atas izin Allah-lah zat yang maha memberi petunjuk. Penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada semua pihak atas bantuan yang diberikan selama ini. Terimakasih yang tak

terhingga saya hanturkan kepada kedua orang tua saya, Bapak Ammase dan Ibu

Rasdiana atas segala doa dan dukungan kepada saya baik berupa dukungan moril

dan material. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada teman dan sahabat-

sahabat yang selalu ada dan menjadi keluarga saat merantau jauh dari rumah.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dengan pahala yang berlipat

ganda. Dengan kerendahan hati penulis juga menyampaikan banyak terimakasih

yang mendalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam M.TP., IPU., ASEAN Eng., Rektor

Universitas Negeri Makassar.

iv
2. Bapak Prof. Drs. Suwardi Annas, M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

3. Bapak Ja‟faruddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Ketua Jurusan Matematika Fakultas

Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

4. Ibunda Nurwati Djam‟an, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika.

5. Bapak Prof. Dr. Usman Mulbar, M.Pd. dan Bapak Sabri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.

selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberi arahan,

motivasi, nasehat, dukungan, serta bimbingan setiap saat dengan penuh

kesabaran dan ketulusan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dan layak untuk dibaca.

6. Bapak Dr. Muhammad Darwis M, M.Pd. dan Bapak Muhammad Ammar

Naufal, S.Pd., M.Ed., Ph.D. selaku penguji yang telah memberikan saran dan

masukan kepada penulis.

7. Bapak Drs. Rusli, M.Si. dan Bapak Muhammad Ammar Naufal, S.Pd., M.Ed.,

Ph.D. selaku Validator I dan Validator II yang telah membantu dalam

penyusunan instrument penelitian ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa beliau selama penulis

berada di kampus utamanya dalam mengikuti perkuliahan.

9. Bapak Drs. Syamsuddin, M.Pd. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Rappang yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP

Negeri 1 Rappang.

v
10. Mahasiswa Jurusan Matematiksa angkatan 2019 (TR19ONOMETRI),

terkhusus Kelas C 19 (UNION) terima kasih sudah menjadi warna dan cerita

tersendiri bagi penulis.

11. Teman-teman Tim KKN-T Kelurahan Lanrisang 2022 yang telah memberikan

motivasi serta bantuan kepada penulis.

12. Terima kasih kepada “DISPEK” yaitu Asriati Syaribulan, S.Pd, Dwi Citra

Kartini, dan Magfira Maulinda Kusnadi seperjuangan dari maba hingga saat

ini, yang telah membersamai, mendukung satu sama lain, memberikan

motivasi, mendengar segala keluh kesah selama perkuliahan, terima kasih atas

kebersamaannya dalam suka dan duka.

13. Terima kasih kepada “SOMBONGNYA ULA” yaitu Siti Ainun Mardiah S,

S.Pd, Riska Nurainun Fadhila, S.Mat, dan Muhammad Ula yang selalu

membantu, memberikan motivasi dan semangat untuk penulis.

14. Terima kasih kepada teman-teman “PIKET 1” yaitu Dwi Citra Kartini,

Magfira Maulinda Kusnadi, Dhea Safitri Syafri, S.Pd., Anryani, S.Pd.,

Anugrah Rahmayani. Alifia Nurul Matsani, Muhammad Ula, dan Wahyu

Ruansyah yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir.

15. Kawan-kawan HMJ Matematika FMIPA UNM periode 2021-2022, dan

seluruh kakanda dan adinda di Jurusan Matematika yang selalu memberikan

semangat agar penulis dapat menyelesaikan studi ini.

vi
16. Sahabat terkasih Nursafitri, S.Pd., Hardianti Rizal, S.Pd., Viona Nurdianti, dan

Riska, S.Pd. yang selalu memberikan semangat tiada henti, serta selalu

menjadi tempat berbagi cerita tentang apapun yang dilalui penulis.

17. Seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yan turut andil

dan memberikan saran, kritik dan dukungan selama penyusunan skripsi ini,

terimakasih saya ucapkan untuk semua bantuannya.

Mohon maaf sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang pernah penulis

lakukan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis menyadari

bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Meski begitu penulis berharap

semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
E. Batasan Istilah..............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
A. Kajian Teori.................................................................................................8
B. Penelitian Relevan......................................................................................24
C. Kerangka Konseptual.................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................27
A. Jenis Penelitian...........................................................................................27
B. Waktu Dan Tempat Penelitian...................................................................27
C. Subjek Penelitian........................................................................................27
D. Prosedur Penelitian....................................................................................28
E. Instrumen Penelitian..................................................................................29
F. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................30
G. Pemeriksaan Keabsahan Data....................................................................31
H. Teknik Analisis Data..................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62

viii
DAFTAR
Tabel 2.1 Indikator Level Berpikir Geometri van Hiele.......................................11
Tabel 4.1 Hasil van Hiele Geometri Tes...............................................................34
Tabel 4.2 Daftar Kode Nama Subjek Penelitian...................................................35
Tabel 4.3 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S1.....................................36
Tabel 4.4 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S1.....................................38
Tabel 4.5 Indikator Level 2 Geometri van Hiele pada S1.....................................39
Tabel 4.6 Indikator Level 3 Geometri van Hiele pada S1.....................................41
Tabel 4.7 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S2.....................................42
Tabel 4.8 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S2.....................................43
Tabel 4.9 Indikator Level 2 Geometri van Hiele pada S2.....................................45
Tabel 4.10 Indikator Level 3 Geometri van Hiele pada S2...................................46
Tabel 4.11 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S3...................................47
Tabel 4.12 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S3...................................48
Tabel 4.13 Indikator Level 2 Geometri van Hiele pada S3...................................50
Tabel 4.14 Indikator Level 3 Geometri van Hiele pada S3...................................51
Tabel 4.15 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S4...................................52
Tabel 4.16 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S4...................................53

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga.............................................................................................13


Gambar 2.2 Segitiga ABC....................................................................................14
Gambar 2.3 Segitiga Sebarang.............................................................................15
Gambar 2.4 Segitiga Sama Kaki..........................................................................15
Gambar 2.5 Segitiga Sama Sisi............................................................................16
Gambar 2.6 Segitiga Lancip.................................................................................16
Gambar 2.7 Segitiga Tumpul...............................................................................17
Gambar 2.8 Segitiga Siku-siku.............................................................................17
Gambar 2.9 Segitiga Siku-siku Sama Kaki..........................................................18
Gambar 2.10 Segitiga Tumpul Sama Kaki...........................................................18
Gambar 2.11 Segitiga Istimewa Siku-siku...........................................................19
Gambar 2.12 Segitiga Istimawa Sama Kaki.........................................................19
Gambar 2.13 Segitiga Sama Kaki PQR................................................................20
Gambar 2.14 Segitiga Sama Sisi ABC.................................................................21
Gambar 2.15 Hubungan Sudut Dalam dan Sudut Luar Segitiga..........................22
Gambar 2.16 Keliling Segitiga ABC....................................................................23
Gambar 2.17 Luas Segitiga..................................................................................23
Gambar 2.18 Bagan Kerangka Konseptual..........................................................26
Gambar 4.1 Jawaban S1 Nomor 1........................................................................37
Gambar 4.2 Jawaban S1 Nomor 2........................................................................38
Gambar 4.3 Jawaban S2 Nomor 1........................................................................42
Gambar 4.4 Jawaban S2 Nomor 2........................................................................44
Gambar 4.5 Jawaban S3 Nomor 1........................................................................47
Gambar 4.6 Jawaban S3 Nomor 2........................................................................49
Gambar 4.7 Jawaban S4 Nomor 1........................................................................52
Gambar 4.8 Jawaban S4 Nomor 2........................................................................54

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (Instrumen Penelitian)...........................................................72


A1 Van hiele Geometry Test............................................................................73
A2 Tes Tertulis Materi Segitiga.......................................................................85
A3 Pedoman Wawancara.................................................................................90
LAMPIRAN B (Lembar Validasi Instrumen)...............................................93
B1 Validasi Instrumen Utama.........................................................................94
B2 Validasi Instrumen Tes Materi Segitiga...................................................102
B3 Validasi Pedoman Wawancara..................................................................112
LAMPIRAN C (Hasil Wawancara Berbasis Tugas).....................................122
C1 Hasil Tes Tertulis Materi Segitiga.............................................................123
C2 Transkrip Wawancara...............................................................................127
LAMPIRAN D (Persuratan)............................................................................136
D1 Lembar Persetujuan Seminar Proposal...................................................137
D2 Undangan Seminar Proposal.....................................................................138
D3 Lembar Keterangan Validasi Instrumen.................................................139
D4 Lembar Permohonan Penerbitan Surat Izin Penelitian.........................140
D5 Lembar Permohonan Izin Penelitian Kepada Kepala Sekolah..............141
D6 Lembar Permohonan Izin Penelitian Kepada Kepala PTSP Provinsi. .142
D7 Surat Izin Penelitian...................................................................................143
D8 Surat Keterangan Selesai Meneliti............................................................144
LAMPIRAN E (Dokumentasi)........................................................................145
E1 Dokumentasi Mengerjakan Van hiele Geometri Tes...............................146
E2 Dokumentasi Wawancara Berbasis Tugas...............................................148

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

ilmu dan pengembangan pola pikir manusia (Indriani & Imanuel, 2018). Dengan

belajar matematika setidaknya ilmu dasar yang menopang ilmu lainnya sudah

dikuasai oleh siswa sehingga pada proses pembelajaran dapat berjalan dengan

baik. Menurut Yarmayani (2016), belajar matematika merupakan suatu proses

pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk berpikir secara logis, kritis dan

kreatif. Oleh karena itu matematika menjadi salah satu mata pelajaran penting

yang wajib pada pendidikan formal.

Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang lebih menekankan

pada pemecahan masalah matematika. Memecahkan suatu masalah merupakan

suatu aktivitas dasar bagi manusia. Berbicara mengenai masalah matematika,

Lencher (dalam Hartono, 2014) mendeskripsikan masalah matematika sebagai

soal matematika yang strategi penyelesaiannya tidak langsung terlihat sehingga

dalam penyelesaiannya memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman

yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam memecahkan sebuah masalah, siswa

perlu berpikir.

1
2

Sekolah membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan

tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah. (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No. 21, 2016). Widyastuti dkk. (2013) menyatakan dalam

pemecahan masalah matematika, tidak hanya kemampuan untuk menyelesaikan

masalah saja yang diperlukan oleh siswa, tetapi juga diperlukan proses berpikir

yang baik. Proses berpikir tersebut biasanya akan terjadi sampai siswa berhasil

memperoleh jawaban yang benar.

Proses berpikir di dalam dunia pendidikan merupakan permasalahan

mendasar khususnya proses berpikir matematika. Seorang siswa diharapkan

mampu menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari,

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar

dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.

Oleh karena itu, proses berpikir dalam matematika mempunyai peranan yang

penting dalam menjawab permasalahan matematika. Proses berpikir yang baik

tentunya akan membawa dampak yang baik pula pada prestasi belajar siswa.

Menurut Sudarman (2009), proses berpikir adalah aktifitas yang terjadi

dalam otak manusia. Proses berpikir dalam belajar matematika adalah kegiatan

mental yang ada dalam pikiran siswa, maka Herbert (dalam Herawati, 1994)

menyatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana proses berpikir siswa dapat

diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan hasil yang ditulis secara terurut.

Selain itu ditambah dengan wawancara mendalam mengenai cara kerjanya.


3

Dalam proses berpikir terdapat tingkatan berpikir. Seorang guru dalam

mengajarkan matematika harus memperhatikan tingkat berpikir siswa. Untuk

mengatasi masalah tersebut, dalam pembelajaran matematika khususnya, guru

harus selalu memahami tingkat berpikir siswa khususnya materi geometri.

Menurut Suydam (1985), berpikir geometris dapat mengembangkan kemampuan

berpikir logis, mengembangkan intuisi spasial mengenai dunia sebenarnya,

memberikan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mempelajari lebih banyak

matematika, dan mengajarkan membaca, menginterpretasikan argumen secara

matematis.

Teori yang membahas tingkatan berpikir adalah tingkatan berpikir

menurut van Hiele. van Hiele menyatakan bahwa terdapat lima tingkatan berpikir

siswa dalam bidang geometri. Setiap tahap mengambarkan proses pemikiran yang

diterapkan dalam konteks geometri, yaitu; (1) level 0 (visualisasi), (2) level 1

(analisis), (3) level 2 (deduksi informal), (4) level 3 (deduksi), (5) level 4

(ketepatan) (Walle dkk. 2001). Level berpikir geometri menjelaskan bagaimana

peserta didik berpikir dan ide geometri apa yang peserta didik pikirkan,

dibandingkan berapa banyak pengetahuan yang mereka miliki (Nopriana, 2017).

Dari beberapa materi dalam pelajaran matematika, materi geometri

merupakan materi yang penting untuk dikuasai. Schmitt (2006) menyatakan

bagaimana pentingnya geometri dipelajari, Geometri menyentuk setiap aspek

kehidupan kita. Penting untuk mengeksplorasi bentuk, garism sudut, dan ruang

yang terjalin dalam kehidupan siswa sehari-hari dan kita sendiri.


4

National Council of Teachers of Mathemarics (2000) menyebutkan bahwa

tujuan pembelajaran geometri di sekolah menengah antara lain adalah agar siswa

dapat : pertama, mendeskripsikan dengan jelas, mengklasifikasi dan memahami

hubungan antara jenis-jenis bangun dimensi dua dan dimensi tiga dengan

menggunakan definisi dan sifat-sifatnya. Kedua, memahami hubungan antara

sudut, panjang sisi, keliling, luas dan volume dari bangun yang sama. Ketiga,

membuat dan mengkritisi argumen induktif dan deduktif mengenai ide dan

hubungan geometri, seperti kekongruenan, kesamaan dan hubungan Pythagoras.

Meskipun demikian beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

beberapa materi geometri masih kurang dikuasai oleh sebagian besar siswa.

Berdasarkan penelitian Sutama dkk. (2014) menyatakan bahwa hasil tes geometri

masih kurang memuaskan (lebih rendah) dibandingkan dengan hasil tes materi

matematika lainnya. Banyak faktor penyebab rendahnya prestasi siswa dalam

geometri, salah satunya yaitu dalam penyampaian materi dan tingkat kemampuan

siswa dalam menerima materi yang diberikan.

Rendahnya hasil belajar geometri membutuhkan kemampuan berpikir

geometri dalam mempelajarinya (Wardhani, 2015). Sucipto dan Kusumawati

(2019) menyatakan bahwa dari beberapa materi pelajaran matematika yang masih

sulit dikuasai oleh sebagian besar siswa salah satunya adalah materi bangun ruang

sisi datar, dikarenakan untuk memahami materi tersebut siswa memerlukan

ketelitian yang tinggi.


5

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bersama siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Rappang pada tanggal 8 Mei 2023, siswa mengaku kesulitan dalam

menyelesaikan soal geometri materi bangun ruang sisi datar segitiga. Padahal

banyak benda-benda di lingkungan sekitar yang menyerupai bentuk bangun

segitiga, misalnya atap rumah, gantungan baju, penggaris segitiga, dan lain-lain.

Berdasatkan uraian di atas maka penulis akan meneliti tingkatan berpikir

siswa sekolah menengah pertama khususnya kelas VIII dalam pemecahan

masalah segitiga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini yaitu bagaimana tingkatan berpikir siswa SMP dalam pemecahan

masalah segitiga berdasarkan teori van Hiele?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu


untuk mengetahui bagaimana tingkatan berpikir siswa SMP dalam pemecahan
masalah segitiga berdasarkan teori van Hiele.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara

lain sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

Dengan penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai

tingkatan berpikir siswa SMP dalam pemecahan masalah segitiga berdasarkan

teori van Hiele.


6

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti

1) Sebagai sarana belajar untuk memperoleh pengalaman dan mendapatkan

pengetahuan dalam pemecahan masalah segitiga.

2) Mendapat masukan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan mutu pendidikan ketika peneliti menjadi seorang pendidik.

b. Bagi guru

1) Membantu guru merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

siswa dalam berpikir.

2) Memudahkan guru dalam menganalisis pemahaman siswa terkait materi

geometri sehingga bisa mencari alternatif solusi untuk meningkatkan

pemahaman siswa dalam memecahkan soal segitiga.

3) Dapat mengetahui tingkat ketercapaian kemampuan siswa dalam memahami

materi segitiga, sehingga guru dapat mengoptimalkan proses belajar

mengajar di kelas.

c. Bagi siswa

Mengetahui sejauh mana tingkatan berpikir siswa SMP dalam memahami

dan menyelesaikan soal materi segitiga sehingga siswa dapat memacu diri dalam

meningkatkan kemampuannya.

d. Bagi peneliti lain.

Dapat dijadikan referensi bahan pertimbangan untuk penelitian yang

berkaitan dengan tingkatan berpikir siswa SMP dalam pemecahan masalah

segitiga.
7

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian, perlu adanya

penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun batasan istilah

dari penelitian ini:

1. Tingkatan Berpikir

Tingkatan berpikir yang dimaksud adalah tingkatan berpikir siswa

berdasarkan teori van Hiele dalam pemecahan masalah segitiga yang meliputi

tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3

(deduksi) dan tahap 4 (ketepatan).

2. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah upaya individu untuk menentukan solusi atau

jalan keluar berupa langkah yang spesifik untuk mengatasi suatu permasalahan

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya ketika suatu jawaban atau solusi belum

tampak jelas.

3. Masalah Matematika

Masalah Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah soal

matematika yang mengarahkan siswa dalam menyelesaikannya dengan

menganalisis soal tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Tingkatan Berpikir

Menurut Hudojo (dalam Siswono, 2002), dalam proses belajar matematika

terjadi proses berpikir, sebab seorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan

kegiatan mental dan orang yang belajar matematika pasti melakukan kegiatan

mental. Berpikir merupakan salah satu bentuk aktivitas belajar. Biasanya, proses

berpikir menghasilkan penemuan baru atau setidaknya seseorang bisa mengetahui

hubungan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain (Rohmah, 2018). Berpikir

merupakan proses yang “dialektis” artinya selama kita berpikir, pikiran kita dalam

keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita. Dalam

berpikir kita memerlukan alat yaitu akal (Ahmadi & Widodo Supriyono, 2013).

Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk

membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu

keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan. Pendapat ini menunjukkan

bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah,

ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.

Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara

alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang

digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang

mempengaruhinya.

8
9

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses berpikir

adalah usaha untuk memperhatikan, mengamati, dan melakukan penyelidikan

secara detail terhadap proses dalam pemecahan masalah.

Langkah-langkah proses berpikir sebagai berikut: (1) pembentukan

pengertian, yaitu adalah hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-

sifat pokok dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu

perkataan. (2) pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara dua

buah pengertian atau lebih. dan (3) penarikan kesimpulan, yaitu sebagai hasil

perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapatpendapat

yang telah ada (Suryabrata, 2013).

van Hiele mengungkapkan level berpikir peserta didik dalam memahami

geometri yaitu melalui tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap

deduksi, dan tahap ketepatan (Lestariyani dkk. 2014). Setiap level berpikir

geometri mendeskripsikan proses berpikir peserta didik dalam konteks geometri.

Level berpikir geometri menjelaskan bagaimana peserta didik berpikir dan ide

geometri apa yang peserta didik pikirkan, dibandingkan berapa banyak

pengetahuan yang mereka miliki (Nopriana, 2014).

Level-level berpikir menurut van Hiele:

a. Level 0 (visualisasi)

Level visualisai merupakan level dasar pada tahapan belajar ini, dimana

siswa baru mengenal nama suatu bangun dan mengenal bentuknya secara

keseluruhan. Ciri pada level visual ini adalah siswa mampu memberi nama
1

berdasarkan penampakannya, siswa tidak terfokus pada sifat-sifat objek yang

diamati tetapi memandang suatu objek secara keseluruhan.

b. Level 1 (analisis)

Pada level ini siswa dapat menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu

bangun atau ditunjukkan dengan siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri

berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun.

c. Level 2 (deduksi informal)

Level ini disebut juga dengan level pengurutan. Pada level ini siswa dapat

memahami hubungan antara ciri satu dengan ciri yang lain pada suatu bangun.

Dan pada level ini siswa dapat mengambil kesimpulan sederhana tetapi belum

pada tahap pembuktiannya.

d. Level 3 (deduksi)

Pada level ini siswa sudah mengetahui peranan pengertian-pengertian,

aksioma-aksioma dan teorema-teorema pada geometri dan siswa mulai mampu

menyusun bukti-bukti secara formal. Pada level ini siswa sudah memahami proses

deduktif-aksiomatis dan mampu menggunakan proses berpikir tersebut.

e. Level 4 (ketepatan)

Level 4 adalah level yang disebut juga tingkat matematis. Pada level ini

siswa mampu melakukan penalaran secara formal, tentang sistem matematika

tanpa membutuhkan model-model bangun yang konkret sebagai acuan. Pada

tahap ini siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri.
1

Tabel 2.1 Indikator Level Berpikir Geometri van Hiele


Level Indikator

0 1. Mengidentifikasi bangun berdasarkan bentuk yang dilihat


secara utuh.
(visualisasi) 2. Menentukan contoh dan yang bukan contoh dari gambar
bangun geometri.
1. Mendeskripsikan suatu bangun berdasarkan sifat-sifatnya.
1 (analisis) 2. Membandingkan bangun-bangun berdasarkan sifat-sifatnya.
3. Melakukan pemecahan masalah yang melibatkan sifat-sifat
bangun yang sudah dikenali.
1. Menyusun definisi suatu bangun berdasarkan sifat-sifat antar
bangun geometri.
2 (deduksi
2. Memberikan penjelasan mengenai hubungan yang terkait
antara bangun geometri meskipun belum pada tataran formal
informal) berdasarkan informasi yang berikan.
3. Menyelesaikan masalah yang terkait dengan sifat-sifat antar
bangun geometri.
1. Memahami beberapa pernyataan matematika seperti
3 (deduksi) aksioma, definisi, teorema, dan bukti.
2. Menyusun pembuktian secara deduktif.
1. Memahami beradaan aksioma sebagai pernyataan pangkal
4
yang dapat digunakan dalam membuktikan kebenaran suatu
teorema.
(ketepatan)
2. Menyusun pembuktian teorema dalam geometri secara
formal.

2. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah bukanlah sekedar suatu keahlian untuk diajarkan dan

digunakan dalam matematika tetapi juga keahlian yang akan dibawa pada

masalah-masalah keseharian atau situasi-situasi pembuatan keputusan dengan

demikian membantu seseorang secara baik selama hidupnya.

Bentley (2000) menambahkan bahwa pemecahan masalah dapat

membantu seseorang untuk berfikir fleksibel dan dapat mengembangkan

kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan

sehari-hari. Selanjutnya, Gagne (1970) mengemukakan bahwa pembelajaran


1

pemecahan masalah dapat meningkatkan dan mengembangkan intelektual tingkat

tinggi.

Astuti dkk. (2014) mengungkapkan bahwa salah satu kompetensi yang

harus dimiliki siswa dalam kurikulum matematika adalah kemampuan pemecahan

masalah. Nur dan Palobo (2018) menyatakan bahwa pemecahan masalah

merupakan sarana siswa memahami, merencanakan, memecahkan, dan meninjau

kembali solusi yang diperolehnya melalui strategi bersifat non rutin.

Siswono (2018) juga mengumukakan bahwa pemecahan masalah adalah

suatu proses atau upaya individu untuk merespons atau mengatasi halangan atau

kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas.

Sementara itu, Sumarmo (2000) mengemukakan bahwa pemecahan masalah

adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu

tujuan yang diinginkan. Jadi secara singkat pemecahan masalah adalah formulasi

jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang dipelajari sebelumnya untuk

menciptakan solusi/ jalan keluar dari sebuah masalah (problem).

Pentingnya pemecahan masalah matematika ditegaskan dalam NCTM

(2000) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral

dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari

pembelajaran matematika.
1

3. Materi Geometri Segitiga

Materi segitiga merupakan salah satu materi geometri yang dipelajari

siswa di kelas VII SMP. Berikut penjelasan mengenai materi segitiga menurut

Nuharini dan Wahyuni (2008):

A. Segitiga

1) Pengertian Segitiga

Gambar 2.1 Segitiga


Sisi yang membentuk segitiga ABC berturut-turut adalah AB, BC, dan AC.

Sudut-sudut yang terdapat pada segitiga ABC sebagai berikut:

a. ∠ A atau ∠ BAC atau ∠ CAB

b. ∠ B atau ∠ ABC atau ∠ CBA

c. ∠ C atau ∠ ACB atau ∠ BCA

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa segitiga adalah bangun datar

yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut. Segitiga

biasanya dilambangkan dengan “∆”.


1

Gambar 2.2 Segitiga ABC


Pada gambar di atas menunjukkan segitiga ABC.

a. Jika alas = AB maka tinggi = CD (CD ﬩ AB)

b. Jika alas = BC maka tinggi = AE (AE ﬩ BC)

c. Jika alas = AC maka tinggi = BF (BF ﬩ AC)

Jadi, pada suatu segitiga setiap sisinya dapat dipandang sebagai alas,

dimana tinggi tegak lurus alas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alas

segitiga merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan tingginya adalah

garis yang tegak lurus dengan sisi alas dan memiliki titik sudut yang berhadapan

dengan sisi alas.

2) Jenis-jenis Segitiga

Jenis-jenis segitiga dapat ditinjau berdasarkan:

a. Panjang sisi-sisinya;

b. Besar sudut-sudutnya;

c. Panjang sisidan besar sudut;


1

a. Jenis-jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya

i. Segitiga sebarang

Gambar 2.3 Segitiga Sebarang


Segitiga sebarang adalah segititga yang sisi-sisinya tidak sama panjang.

Pada gambar di atas, AB ≠ BC ≠ AC.

ii. Segitiga sama kaki

Gambar 2.4 Segitiga Sama Kaki


Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua buah sisi yang sama

panjang . pada gambar di atas segitiga sama kaki ABC dengan AB = BC.
1

iii. Segitiga sama sisi

Gambar 2.5 Segitiga Sama Sisi


Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama

panjang dan tiga buah sudut sama besar. Segitiga ABC pada gambar di atas

merupakan segitiga sama sisi.

b. Jenis-jenis segitiga ditinjau dari besar sudutnya

i. Segitiga lancip

Gambar 2.6 Segitiga Lancip


Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut

lancip, sehingga sudut-sudut yang terdapat pada segitiga tersebut besarnya antara

0° dan 90°.
1

ii. Segitiga tumpul

Gambar 2.7 Segitiga Tumpul


Sudut tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut

tumpul. Pada ∆ ABC di atas, ∠ ABC adalah sudut tumpul.

iii. Segitiga siku-siku

Gambar 2.8 Segitiga Siku-siku


Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan

sudut siku-siku (besarnya 90°). Pada gambar di atas ∆ ABC siku-siku ada di titik

C.
1

c. Jenis-jenis segitiga ditinjau dari sisi dan besar sudutnya.

i. Segitiga siku-siku sama kaki

Gambar 2.9 Segitiga Siku-siku Sama Kaki


Segitiga siku-siku sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama

panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (90°). Pada gambar di

atas ∆ ABC siku-siku di titik A dengan AB = AC.

ii. Segitiga tumpul sama kaki

Gambar 2.10 Segitiga Tumpul Sama Kaki


Segitiga tumpul sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama

panjang dan salah satu sudutnyamerupakan sudut tumpul. Sudut tumpul ∆ ABC

pada gambar di atas adalah ∠ B, dengan AB = BC.


1

3) Sifat-sifat Segitiga Istimewa

Segitiga istimewa adalah segitiga yang mempunyai sifat-sifat khusus

(istimewa). Dalam hal ini yang dimaksud segitiga istimewa adalah segitiga siku-

siku, segitiga sama kaki, dan segitiga sama sisi.

a. Segitiga siku-siku

Gambar 2.11 Segitiga Istimewa Siku-siku

∆ ABC dan ∆ ADC masing-masing merupakan segitiga siku-siku yang

dibentuk dari persegi panjang ABCD yang dipotong menurut diagonal AC. Dari

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa besar salah satu sudut pada segitiga siku-

siku adalah 90°.

b. Segitiga sama kaki

Perhatikan kembali ∆ ABC dan ∆ ADC pada “Gambar 2.11”

Impitkan kedua segitiga yang terbentuk tersebut pada salah satu sisi siku-

siku yang sama panjang.

Gambar 2.12 Segitiga Istimawa Sama Kaki


2

Tampak bahwa akan terbentuk segitiga sama kaki seperti ”Gambar 2.11”

(ii) dan (iii). Dengan demikian, dapat dikatakan segitiga sama kaki dapat dibentuk

dari dua buah segitiga siku-siku yang sama besar dan sebangun.

Gambar 2.13 Segitiga Sama Kaki PQR


Jika segitiga sama kaki PQR dilipat menurut garis RS maka

P akan menempati Q atau P ↔ Q;

R akan menempati R atau R ↔ R;

Atau dapat ditulis PR ↔ QR.

Dengan demikian, PR = QR. Akibatnya, ∠ PQR = ∠ QPR. Jadi dapat

disimpulkan bahwa segitiga sama kaki mempunyai dua buah sisi yang sama

panjang dan dua buah sudut yang sama besar.

Lipatlah ∆ PQR menurut garis RS. Segitiga PRS dan segitiga QRS akan

saling berimpit, sehingga PR akan menempati QR dan PS akan menempati SQ.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa RS merupakan sumbu simetri dari ∆ PQR.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa segitiga sama kaki mempunyai

sebuah sumbu simetri.


2

c. Segitiga sama sisi

Gambar 2.14 Segitiga Sama Sisi ABC


Segitiga sama sisi mempunyai tiga buah sisi yang sama panjang, tiga buah

sudut yang sama besar dan mempunyai tiga sumbu simetris.

B. Jumlah sudut-sudut segitiga

Besar sudut suatu garis lurus sebesar 180°, sehingga penjumlahan sudut-

sudut pada segitiga sebesar 180°. Dari uraian tersebut dapa disimpulkan bahwa

pada ∆ ABC berlaku ∠ A + ∠ B + ∠ C = 180°.

C. Hubungan panjang sisi dengan besar sudut pada segitiga

1. Ketidaksamaan segitiga

Pada setiap segitiga selalu berlaku bahwa jumlah dua buah sisinya selalu

lebih panjang daripada sisi ketiga. Jika suatu segitiga memiliki sisi a,b, dan c

maka berlaku salah satu dari ketidaksamaan berikut.

i. a+b>c

ii. a+c>b

iii. b+c>a

Ketidaksamaan bersebut disebut ketidaksamaan segitiga.


2

2. Hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga

Gambar 2.15 Hubungan Sudut Dalam dan Sudut Luar Segitiga


Pada gambar segitiga ABC di atas, sisi AB diperpanjang sehingga

membentuk garis lurus ABD. Pada segitiga ABC berlaku

∠ BAC + ∠ ABC + ∠ ACB = 180° (sudut dalam ∆ ABC)

∠ BAC + ∠ ACB = 180° - ∠ ABC …….(i)

Padahal ∠ ABC + ∠ CBD = 180° (berpelurus)

∠ CBD = 180° - ∠ ABC...........(ii)

Selanjutnya ∠ CBD disebut sudut luar segitiga ABC.

Berdasarkan persamaan (i) dan (ii) diperoleh ∠ CBD = ∠ BAC + ∠ ACB.

Pada setiap segitiga sudut terbesar terletak berhadapan dengan sisi terpanjang,

sedangkan sudut terkecil terletak berhadapan dengan sisi terpendek.

3. Hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga

Besar sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang

tidak berpelurus dengan sudut luar tersebut.


2

D. Keliling dan luas segitiga

1. Keliling segitiga

Gambar 2.16 Keliling Segitiga ABC


Keliling ∆ ABC = AB + BC + AC

=c+a+b

=a+b+c

Jadi, keliling ∆ ABC adalah a + b + c.

Suatu segitiga dengan panjang sisi a,sisi b, dan sisi c kelilingnya adalah

K = a + b + c.

2. Luas segitiga

Gambar 2.17 Luas Segitiga Tumpul dengan Menetapkan

Alas Luas ∆ ADC = 1 × luas persegi panjang ADCE dan


2

Luas ∆ BDC = 1 × luas persegi panjang BDCF.


2

Luas ∆ ABC = luas ∆ ADC + luas ∆ BDC


2

= 1 × luas ADCE + 1 × luas BDCF


2 2

= 1 × AD × CD + 1 × BD × CD
2 2

= 1 × CD × (AD + BD)
2

= 1 × CD × AB
2

Secara umum luas segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t adalah
1
𝐿=
2 × 𝑎 × 𝑡.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian sebelumnya telah banyak membahas tentang tingkatan

berpikir siswa berdasarkan teori van Hiele. Penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Musa (2016) yang bertujuan untuk mendekripsikan level berpikir geometri

menurut van Hiele berdasarkan kemampuan geometri dan perbedaan gender pada

siswa kelas VII SMP SMPN 8 Parepare. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

dua subjek berada pada level 2 pra pengurutan (level 2 belum maksimal), subjek

kurang memahami hubungan antarbangun dalam membangun definisi, dan dua

subjek berada pada level 1 analisis, subjek dapat menentukan sifat-sifat suatu

bangun.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sholihah dan Afriansyah (2018)

bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan siswa dalam proses

pemecahan masalah geometri berdasarkan tahapan berpikir van Hiele serta untuk

melihat ketercapaian siswa dalam pemahaman geometri berdasarkan tahapan

berpikir geometri van Hiele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketercapaian

siswa pada proses pemecahan masalah geometri berdasarkan tahapan berpikir van
2

Hiele paling banyak adalah pada tahap 0 (visualisasi). Hal ini ditunjukkan dengan

tingginya persentase pencapaian siswa pada tahap visualisasi yaitu sebanyak

96,87 %. Ketercapaian tahapan berpikir van Hiele yang paling baik dicapai

sebesar 3,13% pada tahap 1 (Analisis). Untuk tahap 2 (deduksi informal) dan

tahap 3 (deduksi) belum ada siswa yang mampu mencapai tahapan tersebut.

Persamaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah

pembahasan mengenai tingkatan berpikir siswa dalam menyelesaikan soal materi

geometri. Sedangkan perbedaannya adalah dari tujuan dari penelitian sebelumnya,

penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses

berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi geometri.

C. Kerangka Konseptual

Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang lebih menekankan

pada pemecahan masalah matematika. Dalam pemecahan suatu masalah

matematika diperlukan proses berpikir. Proses berpikir adalah aktivitas yang

terjadi dalam otak manusia. Proses berpikir adalah proses memecahkan masalah

dengan berbagai ide atau gagasan yang ada dalam ingatan seseorang.

Dalam proses berpikir terdapat tingkatan berpikir. Salah satu teori yang

mengungkap tingkatan berpikir adalah tingkatan berpikir menurut van Hiele. van

Hiele menyatakan bahwa terdapat lima tingkatan berpikir siswa dalam bidang

geometri. Lima tingkatan tersebut yaitu level 0 (visualisasi), level 1 (analisis),

level 2 (deduksi informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (ketepatan). Berikut

kerangka konseptual dalam penelitian proses berpikir siswa dalam pemecahan

masalah segitiga berdasarkan tingkatan berpikir van Hiele.


2

Analisis tingkatan berpikir siswa


dalam pemecahan masalah
segitiga berdasarkan teori van
Hiele.

Tingkatan berpikir vanHiele


yaitu:

Visualisasi
Analisis
Deduksi informal
Deduksi
Ketepatan

GambarTingkatan
2. 18 Bagan Kerangka
berpikir Konseptual
siswa
dalam pemecahan masalah
segitiga berdasarkan teori
van Hiele.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deksriptif yang

berusaha dalam memaparkan suatu keadaan secara sistematis sehingga lebih jelas

dan sesuai dengan faktanya. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini untuk

mengetahui dan memberikan gambaran secara apa adanya mengenai proses

berpikir siswa dalam pemecahan masalah matematika pada materi geometri.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2022/2023 di SMP Negeri 1 Rappang. Sekolah ini terletak di Rappang,

Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi

Selatan. Sekolah ini sudah berakreditasi A, dengan jumlah siswa sebanyak 403

orang yang dibagi dalam beberapa kelas dan guru sebanyak 37 orang. Dari hasil

observasi di SMP Negeri 1 Rappang siswa mengaku kesulitan dalam

menyelesaikan soal materi segitiga. Berdasarkan hal tersebut peneliti memilih

tempat penelitian di SMP Negeri 1 Rappang.

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Rappang tahun ajaran 2023/2024. Peneliti memilih subjek kelas VIII SMP Negeri

1 Rappang dengan peserta didik pada jenjang tersebut telah mendapatkan

pengetahuan dan konsep mengenai materi matematika yang akan digunakan

27
2

dalam penelitian ini. Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik purposive

yaitu menentukan subjek dengan pertimbangan sesuai dengan kriteria tertentu

yang ditetapkan tujuan penelitian. Subjek penelitian sebanyak 4 siswa yang dipilih

berdasarkan penggolongan tingkatan berpikir van Hiele dari hasil tes VHGT (van

Hiele Geometry Test). Selanjutnya, keempat subjek yang telah dipilih diberikan

soal matematika untuk mengetahui tingkatan berpikir siswa.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian dibagi menjadi dua tahap,

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Observasi di SMP Negeri 1 Rappang

b. Menyusun proposal penelitian

c. Merancang instrumen penelitian

d. Melakukan validasi instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan soal van Hiele Geometry Test untuk memilih subjek yang

akan diberikan wawancara berbasis tugas.

b. Melakukan wawancara berbasis tugas kepada siswa untuk mendapatkan

data tingkatan berpikir siswa dalam pemecahan masalah matematika pada

materi geometri.

c. Setelah data terkumpul, dilakukan pengecekan keabsahan data.

d. Analisis data.
2

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam

melakukan pengumpulan data. Adapun instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

a. Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang

bertindak mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data secara langsung dari

sumber data. Peneliti harus bisa mengungkapkan fenomena yang nyata saat

dilapangan. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian, peneliti terlibat secara

langsung dilapangan, selain itu peneliti bertindak sebagai pemberi tes,

pewawancara subjek, pengumpul data, serta membuat kesimpulan terhadap hasil

laporan yang diungkapkan dalam bentuk uraian atau kata-kata.

b. Instrumen Pendukung

Instrumen pendukung digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini instrumen bantu yang digunakan adalah, tes berupa uraian

dan pedoman wawancara yang telah divalidasi oleh dua orang ahli yang

merupakan dosen Pendidikan Matematika.

i. Soal tes

 Van Hiele Geometry Test (VHGT)

VHGT adalah soal pemecahan masalah yang memperlihatkan indikator

level berpikir van Hiele. VHGT ini merupakan soal pilihan ganda yang dialihkan

ke bahasa Indonesia yang terdiri dari 25 soal yang mencakup lima level berpikir

van Hiele.
3

 Tes Geometri Segitiga

Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkatan berpikir subjek penelitian

dalam materi segitiga. Soal ini terdiri dari empat soal essay.

ii. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara dibuat sebagai panduan peneliti dalam melakukan

pengumpulan data pada saat melakukan wawancara. Pedoman wawancara

berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian pada saat

wawancara. Pada instrumen pedoman wawancara bersifat semi-terstruktur, maka

terdapat beberapa pertanyaan tambahan guna untuk menelusuri lebih dalam

informasi dari siswa yang menjadi subjek penelitian berdasarkan jawaban yang

telah mereka tuliskan.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama yang

digunakan dalam sebuah penelitian, karena memiliki tujuan utama dari penelitian

yaitu untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu wawancara berbasis tugas. Wawancara berbasis tugas

dilakukan dengan cara meminta subjek untuk menyelesaikan masalah matematika,

peneliti mengemukakan pertanyaan jika dirasa perlu. Setelah subjek penelitian

mengerjakan masalah matematika kemudian subjek diwawancarai berkaitan

dengan penyelesaian masalah matematika yang telah dikerjakan. Penggunaan

metode wawancara berbasis tugas bertujuan untuk mengetahui tingkatan berpikir

subjek penelitian serta untuk memperoleh data secara jelas tentang tingkatan

berpikir siswa dalam pemecahan masalah matematika pada materi segitiga.


3

G. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Data dalam penelitian kualitatif dapat dikatakan valid apabila tidak ada

perbedaan antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada objek penelitian. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa member-check

adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan dari member-check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber

data atau informan.

Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara

member-check kepada subjek penelitian diakhir kegiatan penelitian lapangan

tentang fokus yang diteliti yakni agar memperoleh kebasahan data dalam

penelitian.

H. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam teknik analisis data kualitatif terdapat tiga kegiatan yang

berlangsung. Hal ini diungkapkan oleh Miles dkk. (2014), yaitu kondensasi data,

penyajian data, dan verifikasi.

a. Kondensasi data

Kondensasi data merupakan proses menyeleksi, memfokuskan,

mengabstraksi, dan mengubah data yang mendekati keseluruhan bagian dari

catatan lapangan secara tertulis, transkrip wawancara, dokumen dan materi

(temuan) empirik lainnya.


3

b. Penyajian data

Penyajian data dilakukan setelah melakukan kondensasi data. Tujuan dari

penyajian data yang dilakukan peneliti adalah untuk memudahkan dalam

memahami apa yang terjadi, serta mempermudah saat peneliti membuat

kesimpulan dari apa yang sudah dipahami.

c. Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang dilakukan setelah penyajian data

adalah verifikasi. Sejak awal pengumpulan data, seorang peneliti kualitatif mulai

mencatat dan memberi makna benda-benda, mencatat keteraturan penjelasan, alur

sebab-akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul

sampai pengumpulan data selesai, tergantung dari luas dan lengkapnya kumpulan-

kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan metode

yang digunakan, kecakapan peneliti dan tuntutan-tuntutan pemberi informasi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Rappang semester ganjil tahun

ajaran 2023/2024. Sekolah ini terletak di Rappang, Kecamatan Panca Rijang,

Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tanggal 30

Agustus 2023 penelitian ini diawali dengan meminta izin kepada kepala sekolah

melalui surat perizinan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten Sidenreng Rappang. Setelah peneliti mendapatkan izin dari

kepala sekolah, peneliti diarahkan untuk bertemu dan berkonsultasi langsung

dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan terkait dengan kelas dan subjek

penelitian. Setelah konsultasi pada hari Kamis, 31 Agustus 2023 peneliti dapat

melakukan penelitian pada waktu pembelajaran matematika di kelas VIII.2 berupa

pemberian tes awal sebelum memilih subjek yang akan diteliti dengan jumlah

responden sebanyak 24 siswa.

Tes 1 dilakukan secara tatap muka dengan tujuan memperoleh data

tingkatan berpikir siswa berdasarkan hasil van Hiele geometri tes. Berdasarkan

hasil tes tersebut, siswa dikelompokkan ke dalam tingkatan berpikir van Hiele.

33
3

Adapun hasil tes disajikan pada “Tabel 4.1”.

Tabel 4. 1 Hasil van Hiele Geometri Tes

No. Level Berpikir van Hiele Banyak Siswa

1 Level Pre-0 15 orang

2 Level 0 (visualisasi) 6 orang

3 Level 1 (analisis) 3 orang

Jumlah 24 orang

Selanjutnya tes kedua tes geometri segitiga dilakukan pada hari Senin, 4

September 2023 secara tatap muka pada jam pelajaran matematika, berdasarkan

data hasil van Hiele geometri tes dipilih dua siswa untuk setiap level, dari 24

siswa dipilih empat siswa sebagai subjek penelitian yang akan diberikan tes

berupa wawancara berbasis tugas. Tes tersebut dibuat oleh peneliti terdiri dari

empat soal. Keempat butir soal tersebut mengukur tingkatan berpikir siswa dalam

pemecahan masalah segitiga menurut masing-masing level yaitu level 0

(visualisasi) sampai level 3 (deduksi). Setiap jawaban yang diberikan siswa pada

setiap nomor merupakan deskripsi dari tingkatan berpikir yang dimiliki siswa.

Melalui jawaban tersebut peneliti bisa menganalisis pada level mana tingkatan

berpikir siswa khususnya pada materi segitiga.

Diberikan waktu selama 40 menit untuk mengerjakan tes kedua ini dan

dikerjakan secara individu di waktu yang berbeda. Selama pengerjaannya siswa

tidak diperbolehkan membuka buku dan diamati langsung oleh peneliti. Setelah
3

itu, siswa mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti

sesuai dengan waktu yang ditentukan. Setelah pemberian tes tersebut, dilanjutkan

dengan member-check terhadap keempat subjek. Member-check dibutuhkan untuk

verifikasi data pada hasil wawancara berbasis tugas.

Untuk mempermudah penelitian dan analisa data serta menjaga privasi

subjek, maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap hasil wawancara

berbasis tugas sebagai berikut.

Tabel 4. 2 Daftar Kode Nama Subjek Penelitian

No. Level Berpikir van Hiele Inisial Subjek Kode Subjek

SML S1
1 Level 0 (visualisasi)
AQL S2

TAP S3
2 Level 1 (analisis)
GVP S4

Data penelitian ini dipaparkan melalui analisis jawaban tes tertulis subjek

dan petikan jawaban subjek. Setiap jawaban dan dialog pada saat wawancara

diberi kode tertentu. Untuk jawaban tes tertulis subjek diberikan kode “S”, pada

digit kedua menyatakan urutan subjek, pada digit ketiga menyatakan nomor soal,

pada yang terakhir menyatakan jenis pengumpulan data yaitu “T” atau tes tertulis.

Contoh pengkodean untuk subjek yaitu “S11-T” yang berarti jawaban tes tertulis

subjek pertama untuk soal nomor satu. Untuk petikan wawancara subjek diberi

kode “S”, kemudian pada digit kedua menyatakan urutan subjek, pada digit ketiga
3

menyatakan nomor soal, keempat menyatakan jenis pengumpulan data yaitu “W”

atau wawancara dan pada digit kelima dan keenam menyatakan urutan petikan

jawaban subjek. Contoh pengkodean untuk subjek yaitu “S11-W02” yang berarti

petikan wawancara subjek pertama untuk soal nomor 1 urutan wawancara ke-2.

Sedangkan untuk petikan wawancara peneliti diberi kode “P”, pada digit kedua

menyatakan nomor soal, ketiga menyatakan jenis pengumpulan data yaitu “W”

atau wawancara, dan digit keempat serta kelima menyatakan urutan petikan

pertanyaan peneliti. Contoh pengkodean untuk peneliti yaitu “P1-W02” yang

berarti petikan wawancara peneliti untuk soal nomor satu urutan wawancara ke-2.

B. Data Penelitian

Berdasarkan data hasil wawancara berbasis tugas subjek, maka paparan

data hasil penelitian dapat dilihat dalam uraian berikut:

1. Analisis Hasil Tes S1

a. Level 0 (visualisasi)

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas, S1 mampu memenuhi

indikator pada level 0. Adapun indikator yang terpenuhi pada level ini dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 3 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S1

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mengidentifikasi bangun
berdasarkan bentuk yang dilihat 🗸
secara utuh.
0
Menentukan contoh dan yang bukan
contoh dari gambar bangun 🗸
geometri.
3

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S1 pada soal nomor 1

sebagai berikut:

S11-T

Gambar 4.1 Jawaban S1 Nomor 1


Adapun hasil wawancara peneliti dengan S1 pada soal level 0 sebagai

berikut:

P1-W01: Coba perhatikan soal nomor satu. (Membaca soal.)


S11-W01: Mengerti jki, Dek? Iye, Kak.
P1-W02: Jawab mki pale (Menggambar.)
S11-W02: Dari dua gambar itu, mana yang merupakan gambar segitiga?
P1-W03: Ini, Kak. (Menunjuk gambar pertama.) Kalau gambar kedua itu apa namanya? Persegi
S11-W03: Kenapa ini tidak termasuk gambar segitiga? (Terdiam.)
P1-W04: Sudah pelajari materi segitiga sebelumnya? Sudah, Kak, tapi lupa.
Kalau pengertian segitiga ditau? Mmm tidak, Kak.
S11-W04: Coba pale sebutkan ki contoh benda yang sering kita lihat di kehidupan sehari-hari ya
P1-W05: Penggaris segitiga, Kak.
S11-W05: Kalau benda yang berbentuk persegi apa contohnya, Dek? Meja.
P1-W06:
S11-W06:
P1-W07:
S11-W07:
P1-W08:
S11-W08:
P1-W09:

S11-W09:
P1-W10:
S11-W10:

Dari hasil wawancara berbasis tugas tersebut, pada S11-T dapat dilihat

bahwa subjek mampu menggambarkan dan membedakan bentuk bangun segitiga

dan yang bukan segitiga. Mampu mengenali bentuk-bentuk bangun yang sering

dijumpai. Namun, subjek belum mampu dalam mendefinisikan segitiga dan yang

bukan segitiga berdasarkan gambar yang telah dibuatnya.


3

b. Level 1 (analisis)

Dari hasil wawancara berbasis tugas, S1 belum mampu mencapai level

analisis dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada level 1. Seperti

yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 4 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S1

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mendeskripsikan suatu bangun
🗸
berdasarkan sifat-sifatnya.
Membandingkan bangun-bangun
🗸
1 berdasarkan sifat-sifatnya.
Melakukan pemecahan masalah yang
melibatkan sifat-sifat bangun yang 🗸
sudah dikenali.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S1 pada soal nomor 2

sebagai berikut:

S12-T

Gambar 4.2 Jawaban S1 Nomor 2


Adapun hasil wawancara antara peneliti dengan S1 untuk soal nomor 2

adalah:

P2-W01: Lanjut ke soal nomor dua, coba diperhatikan soalnya, Dek.


(Membaca soal.)
S12-W01: Mengerti-ji? Coba jawab-i. (Menggambar segitiga.)
P2-W02: Kenapa begitu gambarta? Segitiga apa itu namanya, Dek?
S12-W02: Segitiga sama panjang, Kak, karna kan sama panjangnya, Kak.
P2-W03: Apa perbedaan sifat antara segitiga siku-siku sama kaki dan segitiga tumpul sama kak

S12-W03:

P2-W04:
3

S12-W04: Tidak tau, Kak.


P2-W05: Segitiga apa namanya kalau besar salah satu sudutnya Sembilan puluh derajat?
Tidak tau, Kak.
S12-W05: Mana sudutnya yang sembilan puluh derajat di gambar segitigata?
P2-W06: Mmmm ini, Kak (menunjuk salah satu sudut). Sembilan puluh derajat itu sudutnya

S12-W06:
P2-W07:
S12-W07:

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas pada S12-T dapat diketahui

bahwa subjek hanya mengetahui 1 bentuk bangun segitiga. Subjek kurang mampu

dalam menggambarkan segitiga berdasarkan sifat-sifat yang telah diberikan.

Subjek hanya fokus pada panjang sisi yang sama. Pada saat ditanya terkait sudut,

subjek tidak mampu menjawab karena subjek belum mengetahui tentang sudut

khususnya sudut 90°. Subjek belum mampu membandingkan antar bangun

segitiga berdasarkan sifat-sifatnya.

c. Level 2 (deduksi informal)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S1 belum mampu mencapai

level deduksi informal dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada

level 2. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 5 Indikator Level 2 Geometri van Hiele pada S1

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Menyusun definisi suatu bangun
berdasarkan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.
Memberikan penjelasan mengenai
2
hubungan yang terkait antara bangun
geometri meskipun belum pada 🗸
tataran formal berdasarkan informasi
yang berikan.
4

Menyelesaikan masalah yang terkait


dengan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S1 pada soal nomor 3

sebagai berikut:

P3-W01 : Perhatikan ki soal


selanjutnya. S13-W01 : (Membaca
soal.)
P3-W02 : Pernah dapat soal seperti ini
sebelumnya? S13-W02: Tidak pernah, Kak.
P3-W03 : Tapi di tau-ji apa itu
diagonal? S13-W03 : Tidak, Kak.
P3-W04 : Kalau kongruen itu

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas nomor 3 terhadap subjek

bahwa subjek tidak dapat menjawab pertanyaan nomor 3 karena tidak mengetahui

apa yang dimaksud dengan diagonal dan kongruen sehingga subjek kesulitan

dalam menjawab bangun apa yang terbentuk jika sebuah persegi panjang

digunting menurut salah satu diagonalnya. Karena itulah S1 tidak mampu

memberikan penjelasan hubungan antar persegi panjang dan segitiga.

d. Level 3 (deduksi)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S1 belum mampu mencapai

level deduksi dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada level 3.

Seperti yang terlihat pada tabel berikut.


4

Tabel 4. 6 Indikator Level 3 Geometri van Hiele pada S1

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Memahami beberapa pernyataan
matematika seperti aksioma, definisi, 🗸
3 teorema,dan bukti.
Menyusun pembuktian secara
🗸
deduktif.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S1 pada soal nomor 4

sebagai berikut:

P4-W01 : Silahkan kerjakan soal nomor


empat. S14-W01 : (Membaca soal
lalu terdiam.)
P4-W02 : Kenapa tidak di jawab,
Dek? S14-W02: Tidak kutau, Kak.
P4-W03 : Apanya tidak di tau?
S14-W03 : Cara penyelesaiannya, Kak.
P4-W04 : Pernah ki pelajari tentang teorema Pythagoras,
Dek? S14-W04: Hmm pernah, Kak.
P4-W05 : Oke jadi bagaimana itu rumus
Pythagoras? S14-W05 : Kulupa-i, Kak.
P4-W06 : Kalau rumus luas segitiga di tau-ji,

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas diketahui alasan S1 tidak

dapat menjawab soal nomor empat bahwa S1 tidak mengetahui cara

penyelesainnya. Dilihat dari subjek tidak memahami mengenai teorema

Pythagoras dan tidak dapat mengetahui rumus luas segitiga sehingga subjek tidak

mampu menyusun penyelesaian dari soal tersebut.


4

2. Analisis Hasil Tes S2

a. Level 0 (visualisasi)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S2 mampu mencapai level

visualisasi dilihat terpenuhinya indikator-indikator pada level 0. Seperti yang

terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 7 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S2

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mengidentifikasi bangun
berdasarkan bentuk yang dilihat 🗸
secara utuh.
0
Menentukan contoh dan yang bukan
contoh dari gambar bangun 🗸
geometri.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S2 pada soal nomor 1

sebagai berikut:

S21-T

Gambar 4.3 Jawaban S2 Nomor 1

Adapun hasil wawancara antara peneliti dengan S2 untuk soal nomor 1

adalah:

P1-W01: Silahkan jawab soal nomor satu. (Menggambar.)


S21-W01: Dari dua gambar itu, mana yang merupakan gambar segitiga?
P1-W02: Ini, Kak. (Menunjuk gambar segitiga.) Kalau gambar yang kedua itu apa namanya? Pe
Kenapa gambar ini (Menunjuk gambar segitiga.) dapat dikatakan segitiga dan gambar
S21-W02: (Terdiam.)
P1-W03:
S21-W03:
P1-W04:

S21-W04:
4

P1-W05 : Apa lagi contoh bangun datar yang bukan


segitiga? S21-W05 : Lingkaran.
P1-W06 : Benda apa yang sering dijumpai yang berbentuk
segitiga? S21-W06 : Hmm atap rumah, Kak.
P1-W07 : Kalau benda yang bentuk
persegi? S21-W07 : Meja, Kak.
Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas dapat dilihat bahwa S2 dapat

mencapai level 0 dengan terpenuhinya indikator-indikator pada level 0. Subjek

sudah mampu membedakan bentuk bangun segitiga dan yang bukan segitiga

dilihat dari gambar yang telah dibuat pada S21-T. Subjek juga telah mampu

mengidentifikasi benda-benda disekitar yang berbentuk segitiga dan bukan

segitiga. Namun subjek belum dapat menjelaskan definisi segitiga dan yang bukan

segitiga meskipun telah mengetahui bentuknya.

b. Level 1 (analisis)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S2 belum mampu mencapai

level analisis dapat dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada level

1. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 8 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S2

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mendeskripsikan suatu bangun
🗸
berdasarkan sifat-sifatnya.
Membandingkan bangun-bangun
🗸
1 berdasarkan sifat-sifatnya.
Melakukan pemecahan masalah yang
melibatkan sifat-sifat bangun yang 🗸
sudah dikenali.
4

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S2 pada soal nomor 2

sebagai berikut:

S22-T

Gambar 4.4 Jawaban S2 Nomor 2


Adapun hasil wawancara antara peneliti dengan S2 untuk soal nomor 2

adalah:

P2-W01: Oke lanjut ke soal nomor dua, silahkan dijawab. (Membaca soal.)
S22-W01: Mengerti ji? Coba jawab-i. (Menggambar segitiga.) Segitiga apa itu namanya? (Terdia
P2-W02: Kalau sudut sembilan puluh derajat itu disebut sudut apa? Tidak tau, Kak.
S22-W02: Coba apa perbedaan sifat antara segitiga siku-siku sama kaki dan segitiga tumpul sam
P2-W03: (Terdiam.)
S22-W03:
P2-W04:
S22-W04:
P2-W05:

S22-W05:

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas pada S22-T diketahui bahwa

subjek kurang mampu untuk menggambar bangun berdasarkan sifat-sifat yang ada

dengan baik. Subjek hanya menggambar segitiga sesuai dengan bentuk segitiga

yang diketahui bukan berdasarkan sifat-sifat yang ada. Subjek tidak mengetahui

nama sudut dilihat dari subjek tidak mengetahui nama sudut yang besarnya 90°.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa subjek tidak mampu membandingkan antar

bangun segitiga berdasarkan sifatnya.


4

c. Level 2 (deduksi informal)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S2 belum mampu mencapai

level deduksi informal dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada

level 2. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 9 Indikator Level 2 Geometri van Hiele pada S2


Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Menyusun definisi suatu bangun
berdasarkan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.
Memberikan penjelasan mengenai
hubungan yang terkait antara bangun
2 geometri meskipun belum pada 🗸
tataran formal berdasarkan informasi
yang berikan.
Menyelesaikan masalah yang terkait
dengan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S2 pada soal nomor 3

sebagai berikut:

P3-W01
Berdasarkan: hasil
Oke wawancara
perhatikan soal
berbasis tugas terhadap S2 pada nomor 3
selanjutnya. S23-W01 : (Terdiam.)
P3-W02 : Kenapa tidak dijawab,
diketahuiDek?
bahwa subjek belumTidak
S23-W02:
mampu
tau
menyelesaikan soal tersebut karena subjek
gambarnya, Kak.
hanya mengetahui
P3-W03 :gambar persegipersegi
Kalau gambar panjang tidakditau-
panjang dengan diagonalnya. Subjek
ji? S23-W03 : Iye, Kak.
belum mengetahui
P3-W04 :apaApa
ituyang
diagonal
dimaksuddandengan
kongruen sehingga subjek tidak
diagonal? S23-W04 : Tidak tau, Kak.
P3-W05 : Kalau kongruen itu
4

mengetahui bangun apa yang akan terbentuk dan apa hubungan antar bangun

persegi panjang dan segitiga.

d. Level 3 (deduksi)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S2 belum mampu mencapai

level deduksi dapat dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada level

3. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Indikator Level 3 Geometri van Hiele pada S2

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Memahami beberapa pernyataan
matematika seperti aksioma, definisi, 🗸
3 teorema,dan bukti.
Menyusun pembuktian secara
🗸
deduktif.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S2 pada soal nomor 4

sebagai berikut:

P4-W01 : Silahkan kerjakan soal nomor


empat. S24-W01 : (Membaca soal.)
P4-W02 : Kenapa tidak dijawab,
Dek? S24-W02: Tidak kutau
caranya, Kak.
P4-W03 : Coba tuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan. S24-W03 : (Terdiam.)
P4-W04 : Pernah pelajari tentang teorema pythagoras,
Dek? S24-W04: Pernah, Kak.
P4-W05 : Nah bagaimana itu teorema
pythagoras? S24-W05 : Tidak tau, Kak.
P4-W06 : Kalau rumus luas segitiga itu bagaimana,
Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas pada S2 untuk soal nomor 4

diketahui bahwa subjek tidak dapat memahami pernyataan matematika dilihat dari

subjek tidak dapat menjawab soal karena tidak mengetaui apa yang diketahui dan
4

ditanyakan pada soal. Subjek juga tidak memahami teorema phytagoras dan tidak

mengetahui rumus untuk mendapatkan luas segitiga.

3. Analisis Hasil Tes S3

a. Level 0 (visualisasi)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S3 mampu mencapai level

visualisasi dapat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator pada level 0. Seperti

yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S3

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mengidentifikasi bangun
berdasarkan bentuk yang dilihat 🗸
secara utuh.
0
Menentukan contoh dan yang bukan
contoh dari gambar bangun 🗸
geometri.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S3 pada soal nomor 1

sebagai berikut:

S31-T

Gambar 4.5 Jawaban S3 Nomor 1

Adapun hasil wawancara antara peneliti dengan S3 untuk soal nomor 1

adalah:

P1-W01 : Silahkan jawab soal nomor


satu. S31-W01 : (Menggambar.)
P1-W02 : Mana yang merupakan gambar
segitiga? S31-W02 : Ini, Kak. (Menunjuk
gambar.)
4

S31-W03: Persegi, Kak.


P1-W04: Kenapa gambar ini dapat dikatakan segitiga? (Menunjuk gambar segitiga.)
Karena tiga sisinya, Kak.
S31-W04: Kalau ini kenapa bukan segitiga namanya? (Menunjuk gambar persegi)
P1-W05: Karnaaa empat sisinya
Apa benda yang berbentuk segitiga yang sering dijumpai? Mmm rambu lalu lintas.
S31-W05: Kalau benda yang berbentuk persegi? Lantai, Kak.
P1-W06:
S31-W06:
P1-W07:
S31-W07:

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas pada S3 terlihat subjek sudah

berada pada level 0 dilihat dari subjek mampu menggambar dan membedakan

bangun segitiga dan yang bukan segitiga dengan baik pada S31-T. Subjek juga

sudah mampu mendefinisikan suatu bangun segitiga maupun yang bukan segitiga

walaupun hanya dari jumlah sisinya. Subjek mampu mengidentifikasi benda-

benda berbentuk segitiga dan bukan segitiga yang sering dilihatnya.

b. Level 1 (analisis)

Berdasarkan dari hasil wawancara berbasis tugas, S3 mampu mencapai

level analisis dapat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator pada level 1

walaupun ada 1 indikator yang tidak terpenuhi. Seperti yang terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.12 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S3

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mendeskripsikan suatu bangun
🗸
berdasarkan sifat-sifatnya.
Membandingkan bangun-bangun
🗸
1 berdasarkan sifat-sifatnya.
Melakukan pemecahan masalah yang
melibatkan sifat-sifat bangun yang 🗸
sudah dikenali.
4

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S3 pada soal nomor 2

sebagai berikut:

S32-T

Gambar 4.6 Jawaban S3 Nomor 2

Adapun hasil wawancara antara peneliti dengan S3 untuk soal nomor 2

adalah:

P2-W01: Oke lanjut ke soal selanjutnya. (Membaca soal.)


S32-W01: Mengerti-ji? Kalau sudah mengerti silahkan dijawab. Iyee, Kak. (Menggambar segitig
P2-W02: Segitiga apa itu namanya, Dek? Segitiga siku-siku sama kaki kak
S32-W02: Oke, kenapa disebut segitiga siku-siku sama kaki? Karnaa ada sudut siku-sikunya sam
P2-W03: Mana dua sisinya yang sama panjang?
S32-W03: Yang ini, Kak. (Menunjuk dua sisi yang sama panjang.) Kalau sudut siku-sikunya yan
P2-W04: (Menunjuk sudut siku-siku.)
S32-W04: Berapa besar sudutnya kalau sudut siku-siku? Sembilan puluh derajat, Kak.
Coba apa perbedaan sifat antara segitiga sama sisi dan segitiga sama kaki?
P2-W05: Kalau segitiga sama sisi memiliki tiga sisi yang sama panjang.
S32-W05: Okee kalau segitiga sama kaki bagaimana, Dek? Dua-ji sisinya sama, Kak.
P2-W06: Sama apa, Dek? Sama panjang, Kak.
S32-W06:
P2-W07:
S32-W07:
P2-W08:

S32-W08:

P2-W09:
S32-W09:
P2-W10:
S32-W10:

Dari hasil wawancara berbasis tugas pada S32-T ditemukan bahwa S3

mampu menggambarkan bangun segitiga siku-siku sama kaki sesuai dengan ciri-

ciri yang ada pada soal dan mampu menunjukkan sudut siku-siku dan sisi yang

sama panjang pada gambar yang telah dibuat. Subjek juga sudah mampu
5

membandingkan antar bangun segitiga berdasarkan sifat-sifatnya dilihat dari

jawaban subjek yang dapat membedakan beberapa jenis segitiga berdasarkan

sifat-sifatnya.

c. Level 2 (deduksi informal)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S3 belum mampu mencapai

level deduksi informal dapat dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator

pada level 2. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.13 Indikator Level 2 Geometri van Hiele pada S3


Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Menyusun definisi suatu bangun
berdasarkan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.
Memberikan penjelasan mengenai
hubungan yang terkait antara bangun
2 geometri meskipun belum pada 🗸
tataran formal berdasarkan informasi
yang berikan.
Menyelesaikan masalah yang terkait
dengan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S3 pada soal nomor 3

sebagai berikut:

P3-W01 : Yahh lanjut ke soal nomor tiga.


S33-W01 : (Membaca soal kemudian
terdiam.) P3-W02 : Kenapa tidak
dijawab, Dek?
S33-W02 : Tidak kutau, Kak.
P3-W03 : Pernah dapat soal seperti ini
sebelumnya? S33-W03: Tidak, Kak.
P3-W04 : Okee tapi ditau-ji apa yang dimaksud dengan
diagonal? S33-W04 : Tidak, Kak.
P3-W05 : Kalau kongruen?
5

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas, ditemukan bahwa S3 tidak

mampu dalam menyelesaikan soal nomor tiga karena subjek tidak mengerti apa

itu diagonal dan kongruen sehingga tidak mampu menjelaskan hubungan antar

bangun persegi panjang dan segitiga.

d. Level 3 (deduksi)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S3 belum mampu mencapai

level deduksi dapat dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada level

3. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14 Indikator Level 3 Geometri van Hiele pada S3

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Memahami beberapa pernyataan
matematika seperti aksioma, definisi, 🗸
3 teorema,dan bukti.
Menyusun pembuktian secara
🗸
deduktif.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S3 pada soal nomor 4

sebagai berikut:

P4-W01 : Lanjut ke soal


terakhir. S34-W01 :
(Membaca soal.)
P4-W02 : Mengerti-ji,
Dek? S34-W02: Tidak,
Kak.
P4-W03 : Kira-kira bagaimana cara penyelesaiannya,
Dek? S34-W03: (Terdiam.)
P4-W04 : Pake rumus apa ki kira-
kira? S34-W04 : Hmmm
P4-W05 : Tau teorema Pythagoras,
Dek? S34-W05: Tidak, Kak.
5

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tes diketahui bahwa S3 tidak

mampu menjawab soal nomor empat. Ini dikarenakan subjek tidak memahami

maksud dari soal. Subjek tidak mengetahui mengenai teorema phytagoras dan

rumus luas segitiga sehingga tidak dapat menyusun penyelesaiannya.

4. Analisis Hasil Tes S4

a. Level 0 (visualisasi)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S4 mampu mencapai level

visualisasi dapat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator pada level 0. Seperti

yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15 Indikator Level 0 Geometri van Hiele pada S4

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mengidentifikasi bangun
berdasarkan bentuk yang dilihat 🗸
secara utuh.
0
Menentukan contoh dan yang bukan
contoh dari gambar bangun 🗸
geometri.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S4 pada soal nomor 1

sebagai berikut:

S41-T

Gambar 4.7 Jawaban S4 Nomor 1

Adapun hasil wawancara antara peneliti dengan S4 untuk soal nomor 1

adalah:
5

P1-W01 : Perhatikan soal nomor


satu. S41-W01 : (Membaca soal.)
P1-W02 : Mengerti-
ji? S41-W02 :
Iye, Kak.
P1-W03 : Okee silahkan digambar.
S41-W03 : (Menggambar.) Sudah,
Kak.
P1-W04 : Mana yang merupakan gambar
segitiga? S41-W04 : Ini, Kak. (Menunjuk
gambar.)
P1-W05 : Kalau gambar yang disampingnya itu apa
namanya? S41-W05 : Persegi, Kak.
P1-W06 Kenapa ini disebut segitiga? (Menunjuk gambar
segitiga.) S41-W06 Karnaa mempunyai tiga sisi, Kak.
P1-W07 Kalau ini kenapa tidak disebut segitiga?
(Menunjuk gambar persegi.)
S41-W07 Karnaaa mempunyai empat sisi.
P1-W08 Benda apa yang sering dijumpai yang berbentuk
segitiga dan persegi?
S41-W08 Penggaris, Kak.
Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas tersebut diketahui bahwa S4

mampu mengetahui dan membedakan bentuk bangun segitiga dan yang bukan

segitiga dari S41-T. Subjek mampu menjelaskan perbedaan setiap bangun yang

digambarnya berdasarkan jumlah sisinya. Subjek mampu mengidentifikasi benda-

benda yang sering dijumpai sesuai dengan bentuk bangun segitiga dan persegi.

b. Level 1 (analisis)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S4 mampu mencapai level

analisis dapat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator pada level 1. Seperti

yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.16 Indikator Level 1 Geometri van Hiele pada S4


Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Mendeskripsikan suatu bangun
🗸
berdasarkan sifat-sifatnya.
Membandingkan bangun-bangun 🗸
5

berdasarkan sifat-sifatnya.
Melakukan pemecahan masalah yang
melibatkan sifta-sifat bangun yang 🗸
sudah dikenali.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S4 pada soal nomor 2

sebagai berikut:

S42-T

Gambar 4.8 Jawaban S4 Nomor 2

Adapun hasil wawancara antara peneliti dengan S4 untuk soal nomor 2

adalah:

P2-W01: Lanjut ke soal nomor dua. (Membaca soal.)


S42-W01: Silahkan dijawab, Dek. (Menggambar segitiga.) Segitiga apa itu namanya, Dek?
P2-W02: Segitiga siku-siku sama kaki, Kak.
S42-W02: Oke, kenapa disebut segitiga siku-siku sama kaki? Karnaa sudut Sembilan puluh deraj
P2-W03: Mana sudutnya yang Sembilan puluh derajat? Yang ini, Kak. (Menunjuk sudut siku-si
S42-W03: Selain karna sudutnya Sembilan puluh derajat apalagi alasannya kenapa disebut segiti
P2-W04: Mana sisinya yang sama panjang?
S42-W04: Ini, Kak. (Menunjuk dua sisi yang sama panjang.) Coba apa perbedaan sifat antara seg
P2-W05: Segitiga sama sisi berarti semua sisinya sama panjang.. Kalau segitiga sama kaki?
S42-W05: Berarti dua-ji sisinya yang sama panjang, Kak. Okee.
P2-W06:

S42-W06:
P2-W07:
S42-W07:
P2-W08:

S42-W08:
P2-W09:
S42-W09:
P2-W10:

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas di atas pada S42-T yaitu

gambar segitiga siku-siku sama kaki diketahui bahwa S4 mampu menggambarkan

bangun segitiga yang dimaksud sesuai dengan sifat-sifat yang telah disebutkan
5

pada soal dan mampu menunjukkan sudut siku-siku dan sisi yang sama panjang

pada gambarnya. Subjek juga sudah mampu membedakan antar bangun segitiga

berdasarkan sifat-sifatnya.

c. Level 2 (deduksi informal)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S4 belum mampu mencapai

level deduksi informal dapat dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator

pada level 2. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.17 Indikator level 2 geometri van Hiele pada S4

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Menyusun definisi suatu bangun
berdasarkan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.
Memberikan penjelasan mengenai
hubungan yang terkait antara bangun
2 geometri meskipun belum pada 🗸
tataran formal berdasarkan informasi
yang berikan.
Menyelesaikan masalah yang terkait
dengan sifat-sifat antar bangun 🗸
geometri.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S4 pada soal nomor 3

sebagai berikut:

P3-W01 : Perhatikan soal selanjutnya.


S43-W01 : (Membaca soal kemudian
terdiam.) P3-W02 : Kenapa tidak
dijawab, Dek?
S43-W02 : Tidak kutau caranya, Kak.
P3-W03 : Pernah dapat soal seperti ini
sebelumnya? S43-W03: Tidak pernah, Kak.
P3-W04 : Okee tapi ditau-ji apa itu
diagonal? S43-W04 : Tidak, Kak.
P3-W05 : Kalau
5

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas dilihat bahwa S4 tidak

mampu menyelesaikan soal nomor empat karena tidak mengetahui dan tidak

pernah mendapatkan soal seperti ini sebelumnya. Selain itu subjek juga tidak

mengetahui apa yang dimaksud dengan diagonal dan kongruen. Subjek tidak

mampu menjelaskan hubungan antar bangun persegi panjang dan segitiga.

d. Level 3 (deduksi)

Berdasakan hasil wawancara berbasis tugas, S2 belum mampu mencapai

level deduksi dapat dilihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator pada level

3. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.18 Indikator level 3 geometri van Hiele pada S4

Keterangan
Level Indikator Tidak
Terpenuhi
terpenuhi
Memahami beberapa pernyataan
matematika seperti aksioma, definisi, 🗸
3 teorema,dan bukti.
Menyusun pembuktian secara
🗸
deduktif.

Dapat dilihat dari hasil wawancara berbasis tugas S4 pada

soal nomor 4 sebagai berikut:

P4-W01 : Lanjut ke soal nomor


empat. S44-W01 : (Membaca
soal.)
P4-W02 : Mengerti-ji,
Dek? S44-W02: Tidak,
Kak.
P4-W03 : Kira-kira pake rumus apa ini,
Dek? S44-W03: (Terdiam.)
P4-W04 : Tauki teorema
pythagoras? S44-W04 : Tidak,
5

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas S4 tidak mampu

menyelesaikan soal nomor empat karena tidak memahami pernyataan matematika

yang ada pada soal. Subjek juga tidak mengetahui teorema phytagoras dan rumus

luas segitiga.

C. Pembahasan

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa level tertinggi yang mampu dicapai

oleh siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Rappang adalah level 1 (analisis). Namun

hai ini tidak sejalan dengan van De Walle yang berpendapat bahwa kebanyakan

siswa Sekolah Menengah Pertama berada pada level 0 (visualisasi) sampai level 1

(analisis).

Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian (Sholihah

& Afriansyah, 2018) yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil tes diperoleh 31

anak pada level 0 (visualisasi) dan satu anak pada level 1 (analisis). Siswa yang

berada dikelompok rendah masih kesulitan dalam menganalisis sifat-sifat dari

bangun datar, pemahaman sebelumnya mengenai bangun datar masih kurang kuat,

serta kurangnya keterampilan menggunakan ide-ide geometri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlambang (2013)

mengemukakan bahwa mayoritas siswa pada level 0 (visualisasi). Penyebab siswa

belum naik level karena keliru pada penentuan konsep dan salah pada penentuan

nama bangun berdasarkan sifatnya serta kekurangan kosakata saat

mendekripsikan idenya. Siswa kesulitan dalam perhitungan dan masih salah pada

penentuan hipotesis pada kalimat implikasi. Siswa belum bias menarik konklusi

berdasarkan proses pengukuran maupun penyelidikan yang sudah dilakukan.


5

Analisis kemampuan siswa kelas VIII.2 dalam menyelesaikan soal segitiga

berdasarkan teori van Hiele dilakukan dengan menganalisis hasil wawancara

berbasis tugas terhadap subjek yang telah dipilih. Selanjutnya diuraikan

pembahasan tingkatan berpikir siswa dengan melihat hasil wawancara berbasis

tugas. Pemilihan subjek berdasarkan penggolongan tingkatan berpikir van Hiele.

Hal tersebut menghasilkan S1 dan S2 berada pada level 0 (visualisasi) serta S3

dan S4 berada pada level 1 (analisis).

Berdasarkan hasil analisis data, adapun tingkatan berpikir subjek dalam

pemecahan masalah segitiga berdasarkan teori van Hiele adalah sebagai berikut:

1. Level 0 (visualisasi)

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berbasis tugas

menunjukkan bahwa keempat subjek mampu mencapai level ini. Keempat subjek

yang berada pada level ini telah mengenal bangun segitiga dan yang bukan

bangun segitiga. Keempat subjek menggambar bangun segitiga dan yang bukan

segitiga yang sama. Keempat subjek juga mampu memberikan contoh benda

berbentuk segitiga dan yang bukan segitiga dalam kehidupan sehari-hari.

2. Level 1 (analisis)

Berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis, subjek yang mampu

mencapai level ini hanya ada 2 yaitu S3 dan S4. Kedua subjek yang mencapai

level 1 telah mampu mencapai indikator pada level 0. Kedua subjek mampu

menunjukkan nama dan menggambarkan bangun tersebut berdasarkan sifat-sifat

yang diketahui. Kedua subjek juga mampu membandingkan antar bangun segitiga

berdasarkan sifat-sifatnya.
5

3. Level 2 (deduksi Informal)

Hasil wawancara berbasis tugas menunjukkan bahwa tidak ada dari

keempat subjek yang mampu mencapai level ini. Keempat subjek tersebut tidak

mampu memenuhi indikator-indikator yang ada pada level 2. Subjek belum

mampu mengetahui hubungan antar bangun persegi panjang dan segitiga karena

subjek tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan diagonal dan kongruen.

4. Level 3 (deduksi)

Berdasarkan hasil wawancara berbasis tugas menunjukkan bahwa keempat

subjek tidak mampu memenuhi indikator-indikator pada level 3 karena subjek

belum mampu memahami pernyataan matematika dan teorema yang dapat

digunakan sehingga belum mampu menyelesaikan permasalahan pada nomor 4.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Level 0 (visualisasi)

Keempat subjek yang terpilih mampu memenuhi indikator-indikator pada

level 0. Subjek-subjek pada level ini mampu mengenal gambar bangun segitiga

dan yang bukan segitiga serta mampu memberikan contoh sesuatu di sekitar kita

yang berbentuk segitiga dan yang bukan segitiga.

2. Level 1 (analisis)

Dari empat subjek hanya dua subjek yang mampu mencapai level ini

dengan memenuhi indikator-indikator yang ada yaitu S3 dan S4. Subjek pada

level ini mampu menggambarkan bangun segitiga berdasarkan sifat-sifat yang

dimiliki serta mampu membedakan antar jenis bangun segitiga berdasarkan

sifatnya.

3. Level 2 (deduksi informal)

Pada level ini tidak ada dari keempat subjek yang mampu memenuhi

indikator-indikator pada level ini. Subjek tidak mampu mengetahui hubungan

antar bangun yang berbeda.

60
61

4. Level 3 (deduksi)

Tidak ada subjek yang memenuhi indikator-indikator pada level ini.

Subjek belum mampu memahami pernyataan matematika dan belum memahami

penggunaan teorema.

B. Saran

Berikut saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan yaitu:

1. Untuk siswa agar lebih teliti dalam menyelesaikan soal dan selalu mengasah

kemampuan berpikirnya sehingga kreatif dalam menyelesaikan soal. Pada

pemahaman konsep siswa harus lebih memahami konsep bukan hanya

sekedar menghafal.

2. Untuk guru khususnya guru matematika agar kreatif dalam mengembangkan

metode pembelajaran sehingga pemaparannya mampu mengembangkan

kemampuan siswa. Guru sebaiknya menyediakan alat praga atau fasilitas

ketika belajar khususnya belajar geometri.

3. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk

menganalisis lebih dalam mengenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal geometri khususnya segitiga berdasarkan teori van Hiele.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. A., & Supriyono, W. (2013). Psikologi belajar (Edisi ke-3). Rineka
Cipta.

Astuti, R., Budiyono., & Usodo, B. (2014). Eksperimentasi model pembelajaran


kooperatif tipe TAPPS dan TSTS terhadap kemampuan menyelesaikan
soal cerita matematika ditinjau dari tipe kepribadian. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 2(4), 399–410.
https://doi.org/10.25273/jipm.v2i2.474

Bentley, T. (2000). Learning beyond the classroom: Education for a changing


world. Routledge.

Gagne, R. M. (1970). The conditins of learning (Edisi ke-2). Holt, Rinehart and
Winston.

Hartono, Y. (2014). Matematika strategi pemecahan masalah. Graha Ilmu.

Herawati, S. (1994). Penelusuran kemampuan siswa sekolah dasar dalam


memahami bangun-bangun geometri. (Studi kasus di kelas V SD No. 4
Purus Selatan) [Thesis master, Universitas Negeri Malang]. IKIP Malang.

Indriani, M. N., & Imanuel, I. (2018). Pembelajaran matematika realistik dalam


permainan edukasi berbasis keunggulan lokal untuk membangun
komunikasi matematis. Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika,
1, 256-262.

Lestariyani, S., Ratu, N., & Yunianta, T. N. H. (2014). Identifikasi tahap berpikir
geometri siswa SMP Negeri 2 Ambarawa berdasarkan teori van Hiele.
Satya Widya, 30(2), 96-103.
https://doi.org/10.24246/j.sw.2014.v30.i2.p96-103

Mairing, J. P. (2013). Pembelajaran matematika saat ini. Fatmawati, Peran


matematika dan system informasi sebagai basis pengembangan IPTEK di
Indonesia (pp. 279-286). Departemen Matematika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga.

Miles, M. B., & Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative data analysis
methods sourcebook (Edisi ke-3). United States: Arizona State University.

Musa, L. A. D. (2018). Level berpikir geometri menurut teori van Hiele berdasarkan
kemampuan geometri dan perbedaan gender siswa kelas VII SMPN 8 Pare-

62
6

Pare. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan


Alam, 4(2), 103–116. https://doi.org/10.24256/jpmipa.v4i2.255

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standars for


school mathematics. NCTM.

Nopriana, T. (2017). Berpikir geometri melalui model pembelajaran geometri van


Hiele. Delta: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2(1), 41-50.

Nuharini, D., & Wahyuni, T. (2008). Matematika konsep dan aplikasinya. Pusat
Perbukuan.

Nur, A. S., & Palobo, M. (2018). Profil kemampuan pemecahan masalah


matematika siswa ditinjau dari perbedaan gaya kognitif dan gender.
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 9(2), 139-148.
https://doi.org/10.15294/kreano.v9i2.15067

Permendiknas. (2016). Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Permendiknas.

Rohmah, N. (2018). Psikologi pendidikan. CV Jakad Media Publishing.

Ruggiero, V. R. (1998). The art of thinking: A guide to critical and creative


thought. Longman.

Schmitt, J. M. (2006). Developing geometric reasoning. GED Mathematics


Training Institute.

Sholihah, S. Z., & Afriansyah, E. A. (2017). Analisis kesulitan siswa dalam proses
pemecahan masalah geometri berdasarkan tahapan berpikir van Hiele.
Mosharafa. Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 287-298.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v6i2.317

Siswono, T. Y. E. (2002). Proses berpikir siswa dalam pengajuan soal. Jurnal


nasional matematika, jurnal matematika atau pembelajarannya, 44-50.

Siswono, T. Y. E. (2018). Pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan


pemecahan masalah fokus pada berpikir kritis dan kreatif. PT Remaja
Rosdakarya.

Sucipto, H., Kusumawati, R., & Nayazik, A. (2019). Analisis kesulitan belajar
matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar ditinjau dari
kemampuan komunikasi matematis. Factor M, 1(2), 114–122.
https://doi.org/10.30762/f_m.v1i2.1440
6

Sudarman. (2015). Proses berpikir siswa climber dalam menyelesaikan masalah


matematika. Jurnal Pendidikan Matematika dan Terapan, 1(3), 52-64.

Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. ALFABETA.

Sumarmo, U. (2000). Pengembangan model pembelajaran matematika untuk


meningkatkan kemampuan intelektual tingkat tinggi siswa sekolah dasar:
Laporan hibah bersaing. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryabrata, S. (2013). Psikologi pendidikan (Edisi ke-19). Rajawali Pers.

Suydam, M. N. (1985). The shape of instruction in geometry : some highlights


from reaserch. National Coucil of Teacher of Mathamatics. 78(6), 481-
486.

Sutama, I. K., Suharta, I. G. P., & Suweken, G. (2014). Pengembangan


pembelajaran geometri SMA berdasarkan teori van Hiele berbantuan
wingeom. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Indonesia,
3(1), 1-14 . https://doi.org/10.23887/jppm.v3i1.1097

Walle, J. A. V., Karp, K. S., & Williams, J. M. B. (2020). Elementary and middle
scholl mathematics: Teaching developmentally (Edisi ke-10). Pearson.

Wardhani, I. S. (2015). Menumbuhkan kemampuan berfikir geometri melalui


pembelajaran connected mathematics project (CMP). PENA SD (Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Sekolah Dasar), 1(1), 97–105.
https://doi.org/10.29100/jpsd.v1i01.431

Widyastuti, R., Usodo, B., & Riyadi, R. (2013). Proses berpikir siswa SMP dalam
menyelesaikan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah polya
ditinjau dari adversity quotient. Jurnal Pembelajaran Matematika, 1(3),
239-249.

Yarmayani, A. (2016). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa


kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 6(2),
12–19. http://dx.doi.org/10.33087/dikdaya.v6i2.9
LAMPIRAN

65
66

LAMPIRAN A
(Instrumen Penelitian)
67

A1 Van hiele Geometry Test


TES KEMAMPUAN AWAL
VAN HIELE GEOMETRY TEST
Sekolah : SMPN 1 Rappang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas VIII
Materi Pokok : Geometri
Alokasi Waktu : 40 menit

Petunjuk Pengerjaan Soal

1. Isilah identitas pada lembar jawab yang telah diselesaikan.


2. Baca masing-masing soal dengan cermat.
3. Berilah tanda silang pada jawaban yang kamu anggap benar, hanya
ada satu jawaban benar untuk setiap soal.
4. Jika ingin mengganti jawaban, tandai jawaban yang salah dengan dua
garis mendatar. Kemudian pilihlah jawaban yang kamu anggap benar.
5. Tidak diperbolehkan untuk mencoret-coret lembar soal.

Kerjakan soal berikut dengan tepat dan benar!

1. Manakah diantara gambar berikut yang merupakan persegi?

A. K saja
B. L saja
C. M saja
D. L dan M saja
E. Semuanya benar
68

2. Manakah dari gambar berikut yang merupakan segitiga?

A. Tidak ada yang merupakan segitiga


B. V saja
C. W saja
D. W dan X saja
E. V dan W saja

3. Manakah diantara gambar berikut yang merupakan persegi panjang?

A. S saja
B. T saja
C. S dan T saja
D. S dan U saja
E. Semuanya persegi panjang

4. Manakah diantara gambar berikut yang merupakan persegi?

A. Tidak ada satupun persegi


B. G saja
C. F dan G saja
69

D. G dan I saja
E. Semuanya persegi

5. Manakah bangun berikut yang merupakan jajargenjang?

A. J saja
B. L saja
C. J dan M saja
D. Tidak ada satupun jajargenjang
E. Semuanya adalah jajargenjang

6. PQRS adalah sebuah persegi. Manakah hubungan berikut yang benar


untuk semua persegi?

A. PR dan RS memiliki panjang yang sama


B. QS dan PR saling tegak lurus
C. PS dan QR saling tegak lurus
D. PS dan QS memiliki panjang yang sama
E. Sudut Q lebih besar dari sudut R

7. Pada persegi panjang GHJK, GJ dan HK merupakan diagonal.

Manakah dari jawaban A – D berikut yang benar untuk setiap persegi


panjang?
70

A. Terdapat empat sudut siku-siku


B. Terdapat empat sisi
C. Memiliki diagonal yang sama panjang
D. Sisi yang berhadapan memiliki panjang sama
E. Semua jawaban A – D benar untuk setiap persegi panjang

8. Belah ketupat merupakan bangun segiempat yang memiliki panjang sisi

yang sama. Berikut ini contoh belah ketupat.


Manakah dari jawaban A – D yang tidak selalu benar pada belah ketupat?
A. Kedua diagonal memiliki panjang yang sama
B. Masing-masing diagonal membagi kedua sudut belah ketupat sama
besar
C. Kedua diagonal saling tegak lurus
D. Sudut yang berhadapan memiliki besar yang sama
E. Semua jawaban A – D benar untuk setiap belah ketupat

9. Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi dengan panjang

yang sama. Berikut contoh segitiga sama kaki.


Manakah dari jawaban A – D yang tidak selalu benar pada setiap segitiga
sama kaki?
A. Tiga sisinya harus memiliki sisi yang sama
B. Salah satu sisinya harus lebih panjang daripada dua sisi lainnya.
C. Harus ada minimal dua sudut dengan besar yang sama
71

D. Ketiga sudutnya harus sama besar


E. Tidak ada jawaban A – D yang selalu benar pada setiap segitiga
sama kaki

10. Dua buah lingkaran dengan pusat P dan Q berpotongan di titik R dan S

sehingga membentuk sebuah bangun segiempat PRQS.


Manakah dari jawaban A – D berikut yang tidak selalu benar?
A. PRQS akan memiliki dua pasang sisi sama panjang
B. PRQS akan memiliki sedikitnya dua sudut sama besar
C. Garis PQ dan RS akan saling tegak lurus
D. Sudut P dan Q akan memiliki besar yang sama
E. Semua jawaban A – D benar

11. Terdapat dua pernyataan.


Pernyataan 1 : Bangun F adalah persegi panjang.
Pernyataan 2 : Bangun F adalah segitiga.
Mana yang benar?
A. Jika 1 benar, maka 2 benar
B. Jika 1 salah, maka 2 benar
C. 1 dan 2 keduanya tidak bisa benar semua
D. 1 dan 2 keduanya tidak bisa salah semua
E. Tidak satupun dari jawaban A – D benar

12. Terdapat dua pernyataan.


Pernyataan S : ∆ ABC memiliki tiga sisi sama panjang
72

Pernyataan T : Pada ∆ ABC, ∠ B dan ∠ C memiliki besar yang sama.


Manakah yang benar?
A. Pernyataan S dan T keduanya tidak benar.
B. Jika S benar, maka T benar.
C. Jika T benar, maka S benar.
D. Tika S salah, maka T salah.
E. Tidak satupun dari jawaban A – D benar.

13. Manakah dari bangun berikut yang dapat disebut persegi panjang?

A. Semua bisa
B. Q saja
C. R saja
D. P dan Q saja
E. Q dan R saja

14. Manakah yang benar?


A. Semua sifat persegi panjang merupakan sifat dari persegi
B. Semua sifat persegi merupakan sifat persegi panjang
C. Semua sifat persegi panjang merupakan sifat dari semua jajargenjang
D. Semua sifat persegi merupakan semua sifat jajargenjang
E. Tidak satupun jawaban A – D benar

15. Apa saja yang persegi panjang miliki tetapi tidak dimiliki oleh
jajargenjang?
A. Sisi yang berhadapan sama panjang
B. Diagonal sama panjang
C. Sisi yang berhadapan sejajar
73

D. Sudut yang berhadapan sama besar


E. Tidak satupun dari jawaban A – D benar

16. Berikut merupakan segitiga sama sisi ACE, ABF, dan BCD yang telah

disusun pada sisi-sisi segitiga siku-siku ABC.


Pernyataan bahwa AD, BE, dan CF memiliki satu titik potong. Benar pada
kondisi?
A. Hanya pada segitiga ini kita dapat yakin bahwa AD, BE, dan
CF memiliki satu titik sama.
B. Beberapa (tidak semua) segitiga siku-siku, AD, BE, dan CF memiliki
satu titik yang sama.
C. Pada setiap segitiga siku-siku, AD, BE, dan CF memiliki satu titik
yang sama.
D. Pada setiap segitiga, AD, BE, dan CF memiliki satu titik yang sama.
E. Pada setiap segitiga sama sisi AD, BE, dan CF memiliki satu titik
persekutuan.

17. Berikut tiga sifat dari sebuah bangun.


Sifat D : Bangun tersebut memiliki diagonal sama panjang.
Sifat S : Bangun tersebut persegi.
Sifat R : Bangun tersebut persegi panjang.
Mana yang benar?
A. Jika R dan D maka S
B. Jika S dan D maka R
74

C. Jika D dan S maka R


D. Jika S dan R maka D
E. Jika D dan R maka S

18. Berikut dua pernyataan.


I. Jika sebuah bangun merupakan persegi panjang, maka diagonal saling
membagi dua sama panjang.
II. Jika diagonal-diagonal sebuah bangun saling membagi dua sama
panjang, maka bangun tersebut merupakan persegi panjang.

Mana yang benar?

A. Untuk membuktikan I benar, cukup membuktikan bahwa II benar.


B. Untuk membuktikan II benar, cukup membuktikan bahwa I benar.
C. Untuk membuktikan II benar, cukup menemukan satu persegi panjang
yang kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.
D. Untuk membuktikan II salah, cukup menemukan satu bangun bukan
persegi panjang yang diagonalnya saling membagi dua sama
panjang.
E. Tidak satupun dari jawaban A – D benar.

19. Pada geometri:


A. Setiap istilah dapat didefinisikan dan setiap pernyataan benar
dapat dibuktikan kebenarannya.
B. Setiap istilah dapat didefinisikan tetapi perlu untuk menjamin
bahwa pernyataan tertentu benar.
C. Beberapa istilah tidak perlu didefinisikan tetapi setiap pernyataan yang
benar dapat dibuktikan kebenarannya.
D. Beberapa istilah tidak perlu didefinisikan tetapi perlu
beberapa pernyataan yang diasumsikan benar.
E. Tidak satupun jawaban A – D benar.

20. Periksalah tiga kalimat berikut.


75

(1) Dua garis yang saling tegak lurus terhadap garis yang sama
adalah sejajar.
(2) Sebuah garis yang tegak lurus terhadap satu dari dua garis yang
sejajar ialah saling tegak lurus.
(3) Jika dua garis memiliki jarakyang sama, maka dua garis tersebut
sejajar.

Pada gambar berikut, diberikan garis m dan p yang tegak lurus dan garis n
dan p yang tegak lurus. Mana dari kalimat di atas yang dapat menjadi
alasan bahwa garis m sejajar garis n?

A. (1) saja
B. (2) saja
C. (3) saja
D. Salah satu dari (1) atau (2)
E. Salah satu dari (2) atau (3)

21. Pada geometri, dari empat titik dapat dibuat 6 garis berbeda. Setiap
garis terdiri dari tepatnya dua titik. Jika titik P,Q, R, dan S garisnya
adalah
{P,Q}, {P,R}, {P,S}, {Q,R}, {Q,S}, dan {R,S}

Istilah “berpotongan” dan “sejajar” digunakan dalam geometri. Contoh:


Garis {P,Q} dan {P,R} berpotongan pada P karena {P,Q} dan {P,R}
mempunyai satu titik P yang sama.
Dari informasi tersebut, manakah yang benar?
A. {P,R} dan {Q,S} berpotongan
B. {P,R} dan {Q,S} sejajar
C. {Q,R} dan {R,S} sejajar
D. {P,S} dan {Q,R} berpotongan
76

E. Tidak satupun jawaban A – D benar

22. Sudut trisect berarti membagi sudut menjadi tiga bagian dengan besar
yang sama. Pada tahun 1847, P.L. Wantzel membuktikan bahwa, secara
umum, adalah mustahil untuk membuat sudut trisect hanya menggunkan
jangka dan penggaris tak bertanda.
Dari pembuktian ini, apa yang dapat kamu simpulkan?
A. Secara umum, adalah mustahil untuk membuat sudut bisect hanya
dengan menggunakan jangka dan penggaris tak bertanda.
B. Secara umum, adalah tidak mungkin untuk sudut trisect hanya
menggunakan sebuah jangka dan penggaris bertanda.
C. Secara umum, adalah mustahil untuk membuat sudut trisect
menggunakan alat menggambar
D. Masih ada kemungkinan di masa depan seseorang mungkin
akan menemukan cara umum untuk membuat sudut trisect
hanya menggunakan jangka dan penggaris tak bertanda
E. Tidak seorang pun akan dapat menemukan sebuah metode umum
untum mrmbuat sudut trisect hanya menggunakan sebuah jangka dan
penggaris tak bertanda.

23. Ada sebuah penemuan geometri oleh seorang matematikawan J yang


menyatakan sebagai berikut:
Jumlah dari sudut-sudut segitiga adalah kurang dari 180°.
Mana yang benar?
A. J membuat kesalahan dalam mengukur sudut segitiga
B. J membuat kesalahan dalam logika berpikir
C. J memiliki pemikiran yang salah dari apa yang diartikan “kebenaran”
D. J memulai dengan asumsi yang berbeda dibandingkan yang
geometri biasanya
E. Tidak satupun jawaban A – D benar
77

24. Dua buku geometri mendefinisikan kata persegi panjang dalam cara
yang berbeda.
Mana yang benar?
A. Salah satu buku ada kekeliruan
B. Salah satu definisi salah. Tidak ada dua definisi untuk persegi panjang
C. Persegi panjang pada salah satu buku memiliki sifat yang berbeda
dari buku yang lain
D. Persegi panjang di salah satu buku memiliki sifat yang sama
dengan buku yang lain
E. Sifat persegi panjang dalam kedua buku mungkin berbeda

25. Misalkan kamu telah membuktikan pernyataan I dan II.


I. Jika p, maka q
II. Jika s, maka bukan q

Mana dari pernyataan berikut mengikuti pernyataan I dan II?

A. Jika p, maka s
B. Jika bukan p, maka bukan q
C. Jika p atau q, maka s
D. Jika s, maka bukan p
E. Jika bukan s, maka p
78

JAWABAN SOAL TES KEMAMPUAN AWAL


VAN HIELE GEOMETRY TEST
Level No. Soal Kunci Jawaban
1 B
2 D
1 3 C
4 B
5 C
6 B
7 E
2 8 A
9 C
10 D
11 C
12 B
3 13 A
14 A
15 B
16 C
17 C
4 18 D
19 D
20 A
21 A
22 E
5 23 D
24 E
25 D
79

A2 Tes Tertulis Materi Segitiga

KISI-KISI TES TINGKATAN BERPIKIR

Sekolah : SMP Negeri 1 Rappang

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas VIII

Materi Pokok : Segitiga

Kompetensi Inti:

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri,
peduli, dan bertanggungjawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, Negara, dan kawasan regional.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual,
procedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
KI 4 : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah
konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang teori.

Kompetensi Dasar:

KD 3.14 : Manganalisis berbagai bangun datar segiempat (persegi,


persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan
segitiga berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan antar sisi dan antar sudut.
80

KD 3.15 : Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat


(persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga.

KD 4.14 : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segiempat


(persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga.

KD 4.15 : Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan


keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang,
trapesium, dan layang-layang).

Indikator Tingkatan Berpikir Geometri:

Level Indikator

0 3. Mengidentifikasi bangun berdasarkan bentuk yang


dilihat secara utuh.
(visualisasi) 4. Menentukan contoh dan yang bukan contoh dari
gambar bangun geometri.
4. Mendeskripsikan suatu bangun berdasarkan sifat-
sifatnya.
1 (analisis) 5. Membandingkan bangun-bangun berdasarkan sifat-
sifatnya.
6. Melakukan pemecahan masalah yang melibatkan sifat-
sifat bangun yang sudah dikenali.
4. Menyusun definisi suatu bangun berdasarkan sifat-
sifat antar bangun geometri.
2 (deduksi
5. Memberikan penjelasan mengenai hubungan yang
terkait antara bangun geometri meskipun belum pada
informal)
tataran formal berdasarkan informasi yang berikan.
6. Menyelesaikan masalah yang terkait dengan sifat-sifat
antar bangun geometri.
3. Memahami beberapa pernyataan matematika seperti
3 (deduksi) aksioma, definisi, teorema,dan bukti.
4. Menyusun pembuktian secara deduktif.
81

SOAL TES TINGKATAN BERPIKIR

MATERI SEGITIGA

Sekolah : SMPN 1 Rappang


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VIII-2
Materi Pokok : Segitiga
Alokasi Waktu : 40 menit
Petunjuk Pengerjaan Soal:

a. Tulis identitas anda pada lembar jawaban yang tersedia.


b. Bacalah dengan teliti soal yang diberikan sebelum menjawab.
c. Kerjakan soal dengan jujur.

Selamat Bekerja!

1. Gambarlah yang merupakan segitiga dan bukan segitiga?


2. Fadil memiliki sebuah bangun segitiga dengan besar salah satu
sudutnya yaitu 90° dan dua sisinya sama panjang. Jenis segitiga apakah
yang dimiliki Fadil? Gambarlah segitiga tersebut?
3. Jika sebuah persegi panjang digunting menurut salah satu
diagonalnya, maka akan terbentuk dua segitiga yang kongruen.
Gambarlah segitiga yang tersebut!
4.

Diketahui segitiga ABC siku-siku di B seperti pada gambar di atas.


Diketahui luas segitiga ABC = 105𝑐𝑚2 dan panjang AB 14 𝑐𝑚.
Tentukanlah panjang BC!
82

ALTERNATIF PENYELESAIAN TES

No Soal Alternatif Penyelesaian


.
1. Gambarlah yang
merupakan segitiga dan
bukan segitiga?

Segitiga Persegi

2. Fadil memiliki sebuah  Segitiga siku-siku sama kaki


bangun segitiga dengan
besar salah satu
sudutnya yaitu 90° dan
dua sisinya sama
panjang. Jenis segitiga
apakah yang dimiliki
Fadil? Gambarlah
segitiga tersebut?
3. Jika sebuah persegi
panjang digunting
menurut salah satu
diagonalnya, maka
akan terbentuk dua
segitiga yang kongruen.
Gambarlah segitiga
yang tersebut!
4. Diketahui:
Luas segitiga ABC = 105𝑐𝑚2
AB = 14 𝑐𝑚 (tinggi)
83

Ditanyakan: Panjang AB (alas)!


Jawaban:
1
Luas ∆ ABC = × 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡i𝑛𝑔𝑔i
2
1
105𝑐𝑚2 = × 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 14𝑐𝑚
2
2
105𝑐𝑚 × 2
𝑎𝑙𝑎𝑠 = 14𝑐𝑚

𝑎𝑙𝑎𝑠 = 15𝑐𝑚
Jadi panjang AB adalah 15 𝑐𝑚.

Diketahui segitiga ABC


siku-siku di B seperti
pada gambar di atas.
Diketahui luas segitiga
ABC = 105𝑐𝑚2 dan
panjang AB 14 𝑐𝑚.
Tentukanlah panjang
BC!
84

A3 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA

A. Tujuan Wawancara
Pedoman wawancara ini dibuat sebagai acuan peneliti dalam
melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang jelas dari
subjek mengenai tingkatan berpikir dalam pemecahan masalah segitiga.

B. Jenis Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi-terstruktur artinya pertanyaan terbuka namun ada batasan
tema dan alur pembicaraan nantinya disesuaikan dengan tujuan penelitian
yang ingin dicapai.

C. Petunjuk Pelaksanaan Wawancara


1. Mengucapkan terimakasih kepada subjek atas kesediaannya untuk
diwawancara.
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan alur serta tujuan wawancara.
3. Meminta izin untuk melakukan perekaman suara dan
pengambilan gambar saat wawancara berlangsung.
4. Meminta persetujuan subjek untuk wawancara lanjutan di lain hari
apabila terdapat data yang kurang.

D. Daftar Pertanyaan Wawancara


Tingkatan
Indikator Pertanyaan
Berpikir
Level 0 1. Mengidentifikasi bangun 1. Coba sebutkan
(visualisasi) berdasarkan bentuk yang nama-nama
dilihat secara utuh. bangun yang
2. Menentukan contoh dan telah kamu
yang bukan contoh dari gambar?
2. Kenapa gambar
85

gambar bangun geometri. kedua tidak


termasuk
segitiga?
Level 1 1. Mendeskripsikan suatu 1. Bangun apakah
(analisis) bangun berdasarkan sifat- yang kamu
sifatnya. gambar?
2. Membandingkan bangun- 2. Apa alasan kamu
bangun berdasarkan sifat- mangatakan bahwa
sifatnya. itu bangun
3. Melakukan pemecahan tersebut?
masalah yang
melibatkan sifat-sifat
bangun yang
sudah dikenali.
Level 2 1. Menyusun definisi suatu 1. Apa yang
(deduksi bangun berdasarkan sifat- kamu ketahui
informal) sifat antar bangun tentang
geometri. diagonal?
2. Memberikan penjelasan 2. Apa hubungan
mengenai hubungan yang persegi panjang
terkait antar bangun dan segitiga?
geometri meskipun
belum pada tataran
formal berdasarkan
informasi yang diberikan.
3. Menyelesaikan masalah
yang terkait dengan sifat-
sifat antar bangun
geometri.
Level 3 1. Memahami beberapa 1. Apa saja yang
(deduksi) pernyataan matematika diketahui dari
86

seperti aksioma, definisi, soal?


teorema, dan bukti. 2. Bagaimana
2. Menyusun pembuktian langkah-langkah
secara deduktif. dalam
mengerjakan soal
tersebut?
Catatan: Pertanyaan di atas dapat dikembangkan pada saat wawancara
berlangsung berdasarkan jawaban tiap subjek penelitian.
87

LAMPIRAN B
(Lembar Validasi
Instrumen)
88

B1 Validasi Instrumen Utama


89
90
91
92
93
94
95
96

B2 Validasi Instrumen Tes


97
98
99
10
10
10
10
10
10
10

B3 Validasi Pedoman Wawancara


10
10
10
11
11
11
11
11
11
11

LAMPIRAN C
(Hasil Wawancara
Berbasis Tugas)
11

C1 Hasil Tes Tertulis

Hasil Tes Subjek 1


11

Hasil Tes Subjek 2


11

Hasil Tes Subjek 3


12

Hasil Tes Subjek 4


12

C2 Transkrip Wawancara

Transkrip Wawancara Subjek 1

P1-W01 : Coba perhatikan soal nomor satu.


S11-W01 : (Membaca soal.)
P1-W02 : Mengerti jki, Dek?
S11-W02 : Iye, Kak.
P1-W03 : Jawab mki pale
S11-W03 : (Menggambar.)
P1-W04 : Dari dua gambar itu, mana yang merupakan
gambar segitiga?
S11-W04 : Ini, Kak. (Menunjuk gambar pertama.)
P1-W05 : Kalau gambar kedua itu apa namanya? S11-
W05 : Persegi, Kak.
P1-W06 : Kenapa ini tidak termasuk gambar segitiga?
S11-W06 : (Terdiam.)
P1-W07 : Sudah pelajari materi segitiga
sebelumnya? S11-W07 : Sudah, Kak, tapi lupa.
P1-W08 : Kalau pengertian segitiga ditau?
S11-W08 : Mmm tidak, Kak.
P1-W09 : Coba pale sebutkan ki contoh benda yang sering kita lihat
di kehidupan sehari-hari yang berbentuk segitiga?
S11-W09 : Penggaris segitiga, Kak.
P1-W10 : Kalau benda yang berbentuk persegi apa contohnya,
Dek? S11-W10: Meja.
P2-W01 : Lanjut ke soal nomor dua, coba diperhatikan soalnya,
Dek.
S12-W01 : (Membaca soal.)
P2-W02 : Mengerti-ji? Coba jawab-i.
S12-W02 : (Menggambar segitiga.)
P2-W03 : Kenapa begitu gambarta? Segitiga apa itu namanya, Dek?
S12-W03 : Segitiga sama panjang, Kak, karna kan sama panjangnya,
Kak.
P2-W04 : Apa perbedaan sifat antara segitiga siku-siku sama kaki
dan segitiga tumpul sama kaki?
S12-W04 : Tidak tau, Kak.
P2-W05 : Segitiga apa namanya kalau besar salah satu
sudutnya Sembilan puluh derajat?
S12-W05 : Tidak tau, Kak.
P2-W06 : Mana sudutnya yang sembilan puluh derajat di gambar
segitigata?
S12-W06 : Mmmm ini, Kak (menunjuk salah satu sudut).
P2-W07 : Sembilan puluh derajat itu sudutnya?
S12-W07 : (Terdiam.)
P3-W01 : Perhatikan ki soal
selanjutnya. S13-W01 : (Membaca
soal.)
P3-W02 : Pernah dapat soal seperti ini
sebelumnya? S13-W02 : Tidak pernah, Kak.
12

P3-W03 : Tapi di tau-ji apa itu


diagonal? S13-W03 : Tidak, Kak.
P3-W04 : Kalau kongruen itu
bagaimana? S13-W04 : Tidak tau,
Kak.
P4-W01 : Silahkan kerjakan soal nomor
empat. S14-W01 : (Membaca soal
lalu terdiam.)
P4-W02 : Kenapa tidak di jawab,
Dek? S14-W02: Tidak kutau, Kak.
P4-W03 : Apanya tidak di tau?
S14-W03 : Cara penyelesaiannya, Kak.
P4-W04 : Pernah ki pelajari tentang teorema Pythagoras,
Dek? S14-W04: Hmm pernah, Kak.
P4-W05 : Oke jadi bagaimana itu rumus
Pythagoras? S14-W05 : Kulupa-i, Kak.

Transkrip Wawancara Subjek 2

P1-W01: Silahkan jawab soal nomor satu. (Menggambar.)


S21-W01: Dari dua gambar itu, mana yang merupakan gambar segitiga?
P1-W02: Ini, Kak. (Menunjuk gambar segitiga.) Kalau gambar yang kedua itu apa namanya? Pe
Kenapa gambar ini (Menunjuk gambar segitiga.) dapat dikatakan segitiga dan gambar
S21-W02: (Terdiam.)
P1-W03: Apa lagi contoh bangun datar yang bukan segitiga? Lingkaran.
S21-W03: Benda apa yang sering dijumpai yang berbentuk segitiga? Hmm atap rumah, Kak.
P1-W04: Kalau benda yang bentuk persegi? Meja, Kak.
Oke lanjut ke soal nomor dua, silahkan dijawab. (Membaca soal.)
Mengerti-ji? Coba jawab-i. (Menggambar segitiga.) Segitiga apa itu namanya? (Terdia
S21-W04: Kalau sudut sembilan puluh derajat itu disebut sudut apa? Tidak tau, Kak.
P1-W05: Coba apa perbedaan sifat antara segitiga siku-siku sama kaki dan segitiga tumpul sam
S21-W05: (Terdiam.)
P1-W06: Oke perhatikan soal selanjutnya. (Terdiam.)
S21-W06:
P1-W07:
S21-W07:
P2-W01:
S22-W01:
P2-W02:
S22-W02:
P2-W03:
S22-W03:
P2-W04:
S22-W04:
P2-W05:

S22-W05:
P3-W01:
S23-W01:
12

P3-W02 : Kenapa tidak dijawab,


Dek? S23-W02: Tidak tau
gambarnya, Kak.
P3-W03 : Kalau gambar persegi panjang ditau-
ji? S23-W03 : Iye, Kak.
P3-W04 : Apa yang dimaksud dengan
diagonal? S23-W04 : Tidak tau, Kak.
P3-W05 : Kalau kongruen itu
bagaimana? S23-W05 : Tidak tau
juga, Kak.
P4-W01 : Silahkan kerjakan soal nomor
empat. S24-W01 : (Membaca soal.)
P4-W02 : Kenapa tidak dijawab,
Dek? S24-W02: Tidak kutau
caranya, Kak.
P4-W03 : Coba tuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan. S24-W03 : (Terdiam.)
P4-W04 : Pernah pelajari tentang teorema pythagoras,
Dek? S24-W04: Pernah, Kak.
P4-W05 : Nah bagaimana itu teorema

Transkrip Wawancara Subjek 3


P1-W01: Silahkan jawab soal nomor satu. (Menggambar.)
S31-W01: Mana yang merupakan gambar segitiga? Ini, Kak. (Menunjuk gambar.)
P1-W02: Kalau gambar yang kedua itu apa namanya? Persegi, Kak.
S31-W02: Kenapa gambar ini dapat dikatakan segitiga? (Menunjuk gambar segitiga.)
P1-W03: Karena tiga sisinya, Kak.
S31-W03: Kalau ini kenapa bukan segitiga namanya? (Menunjuk gambar persegi)
P1-W04: Karnaaa empat sisinya
Apa benda yang berbentuk segitiga yang sering dijumpai? Mmm rambu lalu lintas.
S31-W04: Kalau benda yang berbentuk persegi? Lantai, Kak.
P1-W05: Oke lanjut ke soal selanjutnya. (Membaca soal.)
Mengerti ji? Kalau sudah mengerti silahkan dijawab. Iyee, Kak. (Menggambar segitig
S31-W05: Segitiga apa itu namanya, Dek? Segitiga siku-siku sama kaki kak
P1-W06: Oke, kenapa disebut segitiga siku-siku sama kaki? Karnaa ada sudut siku-sikunya sam
S31-W06: Mana dua sisinya yang sama panjang?
P1-W07: Yang ini, Kak. (Menunjuk dua sisi yang sama panjang.)
S31-W07:
P2-W01:
S32-W01:
P2-W02:
S32-W02:
P2-W03:
S32-W03:
P2-W04:
S32-W04:

P2-W05:
S32-W05:
12

P2-W06: Kalau sudut siku-sikunya yang mana? (Menunjuk sudut siku-siku.)


S32-W06: Berapa besar sudutnya kalau sudut siku-siku? Sembilan puluh derajat, Kak.
P2-W07: Coba apa perbedaan sifat antara segitiga sama sisi dan segitiga sama kaki?
S32-W07: Kalau segitiga sama sisi memiliki tiga sisi yang sama panjang.
P2-W08: Okee kalau segitiga sama kaki bagaimana, Dek? Dua-ji sisinya sama, Kak.
Sama apa, Dek? Sama panjang, Kak.
S32-W08: Yahh lanjut ke soal nomor tiga. (Membaca soal kemudian terdiam.) Kenapa tidak di
Tidak kutau, Kak.
P2-W09: Pernah dapat soal seperti ini sebelumnya? Tidak, Kak.
S32-W09: Okee tapi ditau-ji apa yang dimaksud dengan diagonal? Tidak, Kak.
P2-W10: Kalau kongruen? Tidak tau juga, Kak. Lanjut ke soal terakhir. (Membaca soal.) Me
S32-W10: Tidak, Kak.
P3-W01: Kira-kira bagaimana cara penyelesaiannya, Dek? (Terdiam.)
S33-W01: Pake rumus apa ki kira-kira? Hmmm
P3-W02: Tau teorema Pythagoras, Dek? Tidak, Kak.
S33-W02: Apa rumus mencari luas segitiga? Tidak kutau, Kak.
P3-W03:
S33-W03:
P3-W04:
S33-W04:
P3-W05:
S33-W05:
P4-W01:
S34-W01:
P4-W02:
S34-W02:
P4-W03:
S34-W03:
P4-W04:
S34-W04:
P4-W05:
S34-W05:
P4-W06:
S34-W06:

Transkrip Wawancara Subjek 4

P1-W01 : Perhatikan soal nomor


satu. S41-W01 : (Membaca soal.)
P1-W02 : Mengerti-
ji? S41-W02 :
Iye, Kak.
P1-W03 : Okee silahkan digambar.
S41-W03 : (Menggambar.) Sudah,
Kak.
P1-W04 : Mana yang merupakan gambar
segitiga? S41-W04 : Ini, Kak. (Menunjuk
gambar.)
P1-W05 : Kalau gambar yang disampingnya itu apa
namanya? S41-W05 : Persegi, Kak.
12

gambar persegi.)
S41-W07 Karnaaa mempunyai empat sisi.
P1-W08 Benda apa yang sering dijumpai yang berbentuk
segitiga dan persegi?
S41-W08 Penggaris, Kak.
P1-W09 Kalau yang berbentuk persegi apa?
S41-W09 Hmm meja, Kak.
P1-W10 Okee.
P2-W01 : Lanjut ke soal nomor dua.
S42-W01 : (Membaca soal.)
P2-W02 : Silahkan dijawab, Dek.
S42-W02 : (Menggambar segitiga.)
P2-W03 : Segitiga apa itu namanya, Dek?
S42-W03 : Segitiga siku-siku sama kaki, Kak.
P2-W04 : Oke, kenapa disebut segitiga siku-siku sama
kaki? S42-W04: Karnaa sudut Sembilan puluh derajat.
P2-W05 : Mana sudutnya yang Sembilan puluh derajat?
S42-W05 : Yang ini, Kak. (Menunjuk sudut siku-siku.)
P2-W06 : Selain karna sudutnya Sembilan puluh derajat apalagi
alasannya kenapa disebut segitiga siku-siku sama kaki?
S42-W06 : Ada dua sisinya sama panjang.
P2-W07 : Mana sisinya yang sama panjang?
S42-W07 : Ini, Kak. (Menunjuk dua sisi yang sama panjang.)
P2-W08 : Coba apa perbedaan sifat antara segitiga sama sisi dan
segitiga sama kaki?
S42-W08 : Segitiga sama sisi berarti semua sisinya sama
panjang.. P2-W09 : Kalau segitiga sama kaki?
S42-W09 : Berarti dua ji sisinya yang sama panjang, Kak.
P2-W10 : Okee.
P3-W01 : Perhatikan soal selanjutnya.
S43-W01 : (Membaca soal kemudian terdiam.)
P3-W02 : Kenapa tidak dijawab, Dek?
S43-W02 : Tidak kutau caranya, Kak.
P3-W03 : Pernah dapat soal seperti ini
sebelumnya? S43-W03 : Tidak pernah, Kak.
P3-W04 : Okee tapi ditau-ji apa itu diagonal?
S43-W04 : Tidak, Kak.
P3-W05 : Kalau kongruen?
S43-W05 : Tidak tau, Kak.
P4-W01 : Lanjut ke soal nomor empat.
S44-W01 : (Membaca soal.)
P4-W02 : Mengerti-ji, Dek?
S44-W02 : Tidak, Kak.
P4-W03 : Kira-kira pake rumus apa ini, Dek?
S44-W03 : (Terdiam.)
P4-W04 : Tauki teorema pythagoras?
S44-W04 : Tidak, Kak.
P4-W05 : Bagaimana cara mencari luas segitiga, apa
rumusnya? S44-W05 : Tidak kutau, Kak.
12

LAMPIRAN D
(Persuratan)
12

D1 Lembar Persetujuan Seminar Proposal


12

D2 Undangan Seminar Proposal


12

D3 Lembar Keterangan Validasi Instrumen


13

D4 Lembar Permohonnan Penerbitan Surat Izin Penelitian


13

D5 Lembar Permohonan Izin Penelitian Kepada Kepala Sekolah


13

D6 Lembar Permohonan Izin Penelitian Kepada PTSP Provinsi


13

D7 Surat Izin Penelitian


13

D8 Surat Keterangan Selesai Penelitian


13

LAMPIRAN E
(Dokumentasi)
13

E1 Dokumentasi Mengerjakan Soal Van hiele Geometri Tes


13
13

E2 Dokementasi Wawancara Berbasis Tugas


13

Anda mungkin juga menyukai