Anda di halaman 1dari 180

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI NUMERASI SISWA

SMP/MTs KELAS VIII DI KELURAHAN BELENDUNG

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

NISA AKMALIA
NIM: 11160170000036

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
ABSTRAK
Nisa Akmalia (11160170000036), “Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Siswa SMP/MTs
Kelas VIII di Kelurahan Belendung”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.

Kemampuan literasi numerasi adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu


permasalahan pada konteks kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan pengetahuan dan kecakapan
matematis yang dimiliki untuk melakukan penalaran berupa analisis terhadap informasi-informasi
yang ditampilkan sehingga dapat diperoleh keputusan yang tepat dalam penyelesaiannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan literasi numerasi siswa
SMP/MTs Kelas VIII di Kelurahan Belendung. Penelitian ini dilakukan di MTsN 3 Kota
Tangerang, MTs At-Taqwa, dan SMP Excellent 1. Metode penelitian ialah metode analisis
deskriptif kuantitatif. Indikator kemampuan literasi numerasi yakni (1) kemampuan menggunakan
berbagai macam angka dan simbol untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari, (2) kemampuan menganalisis informasi yang ditampilkan dalam
berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb), (3) dan kemampuan menafsirkan hasil analisis yang
telah dilakukan untuk memprediksi dan mengambil kesimpulan. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data ialah tes uraian sebanyak 6 soal pada materi pola bilangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan literasi numerasi siswa SMP/MTs Kelas VIII di
Kelurahan Belendung berdasarkan nilai rata-rata secara keseluruhan 14,85 masih tergolong rendah.
Nilai rata-rata kemampuan literasi numerasi siswa kelompok tinggi yakni sebesar 34,17, kelompok
sedang yakni sebesar 11,96, dan kelompok rendah yakni sebesar 3,57.

Kata kunci : kemampuan literasi numerasi

i
ABSTRACT

Nisa Akmalia (11160170000036), "Analysis of Numerical Literacy Skills for Class VIII Middle
School/MTs Students in Belendung Village." Thesis Department of Mathematics Education,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta,
2023.

Numerical literacy ability is a person's ability to solve a problem in the context of everyday life by
involving mathematical knowledge and skills possessed to do reasoning in the form of analyzing
the information displayed so that the right decision can be obtained in its completion. This study
aims to find out how the numeracy literacy skills of Class VIII SMP/MTs students in the
Belendung Village are. This research was conducted at MTsN 3 Kota Tangerang, MTs At-Taqwa,
and SMP Excellent 1. The research method is a quantitative descriptive analysis method.
Indicators of numeracy literacy are: (1) the ability to use various kinds of numbers and symbols to
solve practical problems in various contexts of everyday life; (2) the ability to analyze information
presented in various forms (graphs, tables, charts, etc.); and (3) the ability to interpret the results of
the analysis that has been done to predict and to conclude. The instrument used to collect data was
a description test of six questions on number pattern material. The results showed that the
numeracy and literacy level of Class VIII SMP/MT students in the Belendung Village, based on an
overall average score of 14.85, was still relatively low. The average score for the numeracy and
literacy ability of students in the high group was 34.17, the medium group was 11.96, and the low
group was 3.57.

Keywords: numeracy and literacy skills

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salah senantiasa
penulis curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari selama penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai
hambatan dan kesulitan yang harus dihadapi. Akan tetapi, berkat kesungguhan
hati dalam mencibir ataupun mendoakan dari berbagai pihak sehingga memotivasi
penulis yang pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Diri saya sendiri, karena telah berhasil melangkah sejauh ini meski dihunus
oleh berbagai panah dari segala arah.
2. Keluarga terkasih, yakni mama, ayah, dan adik-adikku (Ari, Danil, dan
Akhdan) yang menjadi alasan terbesar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih untuk banyak hal yang tidak bisa penulis sebutkan.
3. Alm. Nenek tercinta (Syuhadah) yang sudah mampu bertahan hingga
seminggu sebelum pelaksanaan sidang munaqosah, meski penulis inginnya
lebih lama lagi. Terima kasih atas cinta dan perhatian yang terlambat penulis
sadari. Semoga nenek bahagia dan tenang di sana (Aamiin).
4. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Gusni Satriawati, S.Ag., M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dr. Dedek Kustiawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi,

iii
dan semangat selama proses penyusunan skripsi. Terima kasih bu, semoga
kebaikan ibu dibalas dengan berlipat ganda oleh Allah (aamiin).
7. Bapak Firdausi, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi,
dan semangat selama proses penyusunan skripsi. Terima kasih pak, semoga
kebaikan bapak dibalas dengan berlipat ganda oleh Allah (aamiin).
8. Ibu Maifalinda Fatra, S.Ag., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan arahan dan motivasi.
9. Bapak Ramdani Miftah, M.Pd., Bapak M. Hafiz, M.Pd., Ibu Marlianah Gobel,
S.Pd., Ibu Nofia Nirwati, S.Pd., Ibu Supinarni, S.Pd., Ibu Neng Nurjannah,
S.Pd., dan Ibu Martini, S.Pd. yang telah bersedia menjadi validator ahli pada
penelitian penulis.
10. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan bimbingan
selama penulis mengikuti perkuliahan.
11. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
kemudahan dalam proses administrasi.
12. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan staf SMPN 21 Kota
Tangerang yang telah menerima dan memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
13. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan staf SMP Excellent 1 yang
telah menerima dan memberikan izin untuk melakukan penelitian.
14. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan staf MTsN 3 Kota Tangerang
yang telah menerima dan memberikan izin untuk melakukan penelitian.
15. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan staf MTs At-Taqwa yang
telah menerima dan memberikan izin untuk melakukan penelitian.
16. Seluruh paman dan bibi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, tetapi
telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
17. Seluruh sepupu yang telah memberikan motivasi, terkhusus Nunu yang telah
memberikan banyak bantuan kepada penulis.

iv
18. Bella Pratiwi sebagai teman terbaik yang telah memberikan banyak sekali
bantuan kepada penulis dalam berbagai hal. Terima kasih banyak, calon istri
eaJ). Semoga Allah memberikan balasan kebaikan berkali-kali lipat kepada
dirimu (aamiin).
19. Manusia-manusia tercinta, Mimih, Cidut, Fatma, Kris, Asti, Po Lian, Mba
Yuli. Terima kasih untuk kebaikan, perhatian, motivasi, dan saran dari kalian.
20. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika, khususnya Alvi, Cica,
Nadia, Sonia, Nida, Dwi S, Indri, Khois, Daus, Khusna, dan Azizah.
21. Senior Pendidikan Matematika, khusunya Ka Diana yang telah memberikan
masukkan, saran, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
22. Kepada sosok yang ingin penulis temui langsung suatu saat nanti. Sosok
manis yang lengkung senyumnya mampu membuat penulis ingin kembali
melanjutkan hidup. Terima kasih telah menjadi salah satu alasan penulis
bertahan sejauh ini. Semoga kita bisa segera bertemu dan bersatu (aamiin).
Btw, I can’t take my eyes off you.
23. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu namanya, terima
kasih untuk pertanyaan “Kapan skripsinya selesai?”, dan penulis ingin
menjawab “I’ve finished it!”.

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 9
1. Manfaat Teoretis: ......................................................................................... 9
2. Manfaat Praktis: ........................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORITIK .................................................................................10
A. Deskripsi Konseptual .................................................................................... 10
1. Kemampuan Matematis ..............................................................................10
2. Kemampuan Literasi Matematis ................................................................ 11
3. Kemampuan Literasi Numerasi ..................................................................20
B. Penelitian yang Relevan ................................................................................ 27
C. Kerangka Berpikir......................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. .31
A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................... .31
B. Metode Penelitian...........................................................................................31
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................34

vi
E. Instrumen Penelitian.......................................................................................34
F. Validasi Instrumen .........................................................................................38
1. Uji Validitas ............................................................................................... 38
2. Uji Reliabilitas.............................................................................................41
3. Uji Taraf Kesukaran ................................................................................... 42
4. Uji Daya Pembeda ......................................................................................44
G. Teknik Analisis Data .....................................................................................46
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................48
A. Deskripsi Data ...............................................................................................48
1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Literasi Numerasi Siswa ......................48
2. Statistika Kemampuan Literasi Numerasi Siswa ....................................... 49
3. Persentase Kemampuan Literasi Numerasi Siswa berdasarkan
Indikatornya ................................................................................................50
4. Perbandingan Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok Tinggi,
Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah Siswa berdasarkan Indikator
Literasi Numerasi ........................................................................................52
B. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................................58
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 69
A. KESIMPULAN .............................................................................................69
B. SARAN ......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................71

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Level Kemampuan Literasi Matematis .................................... 16


Tabel 2. 2 Skor Lever Kemampuan Literasi Matematis ........................... 19
Tabel 2. 3 Ruang Lingkup Konteks Literasi Matematis dan Literasi
Numerasi...................................................................................21
Tabel 2. 4 Ruang Lingkup Kompetensi Literasi Matematis dan Literasi
Numerasi .................................................................................. 22
Tabel 2. 5 Komponen Literasi Numerasi .................................................. 26
Tabel 3. 1 Perhitungan Sampling Fraction Cluster: .................................. 34
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Literasi Numerasi Siswa .... 35
Tabel 3. 3 Pedoman Penskoran Instrumen Kemampuan Literasi Numerasi
Siswa ........................................................................................ 36
Tabel 3. 4 Nilai Minimum CVR ................................................................40
Tabel 3. 5 Uji CVR Instrumen Literasi Numerasi .....................................40
Tabel 3. 6 Hasil Perhitungan Validitas ......................................................41
Tabel 3. 7 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen ..................42
Tabel 3. 8 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ............................................42
Tabel 3. 9 Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen Tes ................................43
Tabel 3. 10 Hasil Uji taraf Kesukaran Soal Instrumen Literasi Numerasi ..44
Tabel 3. 11 Klasifikasi Daya Pembeda ....................................................... 45
Tabel 3. 12 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Instrumen Literasi
Numerasi .................................................................................. 45
Tabel 3. 13 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Instrumen Kemampuan Literasi
Numerasi .................................................................................. 46

viii
ix

Tabel 3. 14 Pengategorian Tiga Jenjang ..................................................... 47


Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Literasi Numerasi ................... 48
Tabel 4. 2 Statistika dari Literasi Numerasi .............................................. 49
Tabel 4. 3 Hasil Skor Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Berdasarkan
Tiga Indikator Literasi Numerasi ............................................. 50
Tabel 4. 4 Pengategorian Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang,dan
Kelompok Rendah ....................................................................52
Tabel 4. 5 Perbandingan Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok Tinggi,
Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah Siswa berdasarkan
Indikator Kemampuan Literasi Numerasi ................................ 53

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir .....................................................30

Gambar 4. 1 Contoh jawaban benar pada indikator 1 (soal nomor 1) ........58

Gambar 4. 2 Contoh jawaban benar pada indikator 1 (soal nomor 5) ........59

Gambar 4. 3 Contoh (1) jawaban salah pada indikator 2 (soal nomor 2a) .61

Gambar 4. 4 Contoh (2) jawaban salah pada indikator 2 (soal nomor 2a). 62

Gambar 4. 5 Contoh jawaban benar pada indikator 3 (soal nomor 2b) ......63

Gambar 4. 6 Contoh jawaban benar pada indikator 3 (soal nomor 2b) ......65

Gambar 4. 7 Contoh jawaban salah pada indikator 3 (soal nomor 4) .........67

x
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok Tinggi,


Sedang, dan Rendah berdasarkan Indikator
Literasi Numerasi......................................................................54

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Tes Kemampuan Literasi Numerasi......................76


Lampiran 2 Kunci Jawaban....................................................................... 79
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen dengan SPSS............. 91
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen dengan SPSS.. 93
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal.......................94
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Uji Daya Beda...........................................97
Lampiran 7 Hasil Penilaian Kemampuan Literasi Numerasi.................. 100
Lampiran 8 Distribusi Frekuensi Hasil Tes............................................. 102
Lampiran 9 Tabel Distribusi Frekuensi................................................... 103
Lampiran 10 Deskripsi Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Berdasarkan
Tiga Indikator Literasi Numerasi........................................ 107
Lampiran 11 Pengategorian Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah.......110
Lampiran 12 Skor Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok Tinggi,
Sedang, dan Rendah Berdasarkan Indikator
Literasi Numerasi................................................................ 111
Lampiran 13 Validasi CVR oleh Salah Satu Ahli..................................... 114
Lampiran 14 Foto-Foto Siswa pada Saat Mengerjakan Instrumen Tes.....139
Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian................................................. 141
Lampiran 16 Lembar Uji Referensi........................................................... 145
Lampiran 17 Hasil Uji Plagiarisme........................................................... 164

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kualitas pendidikan suatu negara merupakan hal penting untuk
diperhatikan, karena menjadi salah satu indikator kemajuan negara
tersebut. Sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan itu sendiri ialah
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dan juga kemampuan, watak,
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa1. Pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana
dan proses pembelajaran serta belajar bagi siswa agar potensi yang
dimiliki dapat berkembang secara aktif sehingga berguna untuk
masyarakat, bangsa, dan negara2. Oleh karena itu, keberadaan pendidikan
diharapkan tidak hanya sekadar untuk mempersiapkan siswa agar mampu
memperoleh profesi atau jabatan di masa mendatang, melainkan lebih dari
itu. Pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan siswa agar mampu
menghadapi beragam persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Terlebih lagi pada abad ke-21 ini, menuntut Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas sebagai hasil dari pengelolaan professional.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu merupakan faktor
penting dalam pembangunan di era globalisasi ini, yang dapat diwujudkan
melalui pendidikan bermutu termasuk di dalamnya ialah pemahaman dan
penguasaan matematika secara holistik3. Akan tetapi yang menjadi ironi

1
Muhammad Daut Siagian, “Kemampuan Koneksi Matematika dalam Pembelajaran
Matematika”, MES (Journal of Mathematics Education and Science), Vol. 2, No. 1, 2016, h. 58.
2
Ahmad Supendi, Yulis Jamiah, Dian Ahmad, “Model Means-Ends Analysis dan Direct
Intruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, Vol. 6, No. 2, 2017, h. 2.
3
Masjaya dan Wardono, “Pentingnya Kemampuan Literasi Matematika untuk
Menumbuhkan Kemampuan Koneksi Matematika dalam Meningkatkan SDM”, PRISMA 1
(Prosiding Seminar Nasional Matematika), Vol. 1, 2018, h. 568.

1
2

adalah fakta bahwa kualitas pendidikan di Indonesia yang oleh banyak


kalangan dinilai masih rendah, khususnya dalam penguasaan matematika.1
Matematika sebagai disiplin ilmu memiliki peranan penting dalam
pengembangan daya pikir manusia, ilmu pengetahuan, dan juga teknologi2.
Meski umumnya matematika bersifat abstrak atau tidak nyata karena
tersusun atas simbol-simbol, namum pada hakikatnya matematika
mengajarkan logika berpikir dengan menggunakan akal dan nalar3. Hal itu
dapat melatih individu dalam kemampuan berpikir yang membuatnya
semakin bijak dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana inti dari pembelajaran
matematika adalah pemecahan masalah yang membutuhkan penalaran
mutlak, dikarenakan masalah yang digunakan dalam pembelajaran
matematika bukan hanya sekadar masalah atau persoalan yang rutin saja
melainkan juga yang bersifat kontekstual dalam kehidupan sehari-hari4.
Tidak mengherankan apabila matematika menjadi mata pelajaran yang
selalu ada di setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi. Bahkan matematika dijadikan sebagai salah satu mata
pelajaran wajib bagi siswa pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah5.
Pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep-konsep matematika
memang sangat penting, namun kemampuan dalam menggunakan atau
mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep-konsep
matematika tersebut untuk memecahkan berbagai permasalahan yang

1
Ibid., 569.
2
Yeni Astuti, Sudarman Bennu, Baharuddin Paloloang, “Identifikasi Kemampuan Literasi
Matematika Siswa Kelas VIII SMPN Model Terpadu Madani Pada Materi Aritmatika Sosial”, Jurnal
Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Vol. 5, No. 3, 2018, h. 355.
3
Fatimah, Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan (Bandung: PT Mizan Pustaka,
2009), Cet. 1, h. 8.
4
Fitraning Tyas Puji Pangesti, “Menumbuhkembangkan Literasi Numerasi Pada
Pembelajaran Matematika Dengan Soal HOTS”, Indonesian Digital Journal of mathematics and
Education, Vol. 5, No. 9, 2018, h. 567.
5
Lucky Heriyanti Jufri, “Penerapan Double Loop Problem Solving untuk Meningkatkan
Kemampuan Literasi Matematis Level 3 Pada Siswa Kelas VIII SMPN 27 Bandung”, LEMMA, Vol. 2,
No. 1, 2015, h. 52.
3

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari jauh lebih penting6. Sejalan


dengan Putra dalam Mansur yang menyatakan bahwa pada kehidupan
yang selalu berkembang, seseorang tidak cukup hanya dengan memiliki
kemampuan matematika saja, melainkan juga harus bisa menggunakan
kemampuan matematika yang dimilikinya itu dalam menghadapi berbagai
persoalan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari7. Kemampuan
matematika yang demikian itu dinamakan dengan kemampuan literasi
matematis8. Literasi matematis adalah kemampuan mengidentifikasi,
memahami, serta mengolah berbagai informasi menggunakan pengetahuan,
metode, dan proses matematika dalam berbagai konteks yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari untuk membuat keputusan yang tepat dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi agar pengetahuan dan
keterampilan siswa dalam matematika dapat berkembang9.
Peranan matematika yang begitu penting dalam kehidupan, membuat
matematika mendapat perhatian yang cukup besar dalam kancah
internasional. Oleh karena itu, selalu diadakan penilaian secara
internasional terhadap kemampuan matematika berbagai negara untuk
melihat sejauh mana kualitas pendidikan yang dimiliki oleh negara
tersebut, sehingga dapat diukur kesiapan suatu negara dalam menghadapi
berbagai tantangan di era globalisasi ini. Misalnya saja, PISA (Programme
for International Students Assessment) yang dinaungi oleh OECD
(Organitation for Economic Co-operation and Development) merupakan
salah satu institusi internasional yang mengukur kualitas pendidikan dari
berbagai negara partisipan dan berfokus pada kemampuan literasi yang

6
Andes Safarandes Asmara, S. B. Waluya, Rochmad, “Analisis Kemampuan Literasi
Matematika Siswa Kelas X Berdasarkan Kemampuan Matematika”, Scholaria, Vol.7, No.2, 2017,
h.135.
7
Nabilah Mansur, “Melatih Literasi Matematika Siswa dengan Soal PISA”, PRISMA
(Prosiding Seminar Nasional Matematika), 2018, h.141.
8
Rahayu Febrina Sari, Skripsi: “Analisis Kemampuan Literasi Aljabar Siswa SMP”
(Bandung: UPI, 2018), h. 1.
9
Syahlan, “Literasi Matematika Dalam Kurikulum 2013”, Jurnal Penelitian, Pemikiran,
dan Pengabdian, Vol. 3, No. 1, 2015, h. 41.
4

dilakukan pada siswa dengan rentang usia sekitar 15 tahun.10 Penilaian


PISA ini dilakukan setiap tiga tahun sekali.11 Terdapat tiga domain yang
menjadi fokus utama dalam penilaian PISA, yakni literasi membaca,
literasi matematis, dan literasi sains.12
Sejak bergabung dalam PISA pada tahun 2000, Indonesia selalu
menduduki peringkat bawah. Bahkan kemampuan literasi matematis
Indonesia merupakan domain penilaian dengan skor paling rendah
dibanding dengan dua domain lainnya pada setiap penilaian PISA.
Kemampuan literasi matematis Indonesia pada tahun 2000 hanya sebesar
367 ����� dari skor rata-rata OECD 500 ����� dan berhasil menduduki
peringkat ke-39 dari 41 negara partisipan, tahun 2003 skor yang didapat
sebesar 360 ����� dari skor rata-rata OECD 500 ����� dan menduduki
peringkat ke-38 dari 40 negara partisipan, tahun 2006 perolehan skor
sebesar 391 ����� dari skor rata-rata OECD 498 ����� dan berhasil
menduduki peringkat ke-50 dari 57 negara partisipan, tahun 2009
mendapat skor sebesar 371 ����� dari skor rata-rata OECD 496 �����
dan menduduki peringkat ke-61 dari 65 negara partisipan, tahun 2012 skor
yang diperoleh sebesar 375 ����� dari skor rata-rata OECD 494 �����
dan berhasil menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara partisipan, tahun
2015 berhasil mendapat skor sebesar 386 ����� dari skor rata-rata OECD
490 ����� dan menduduki peringkat ke-62 dari 70 negara partisipan.13
Pada tahun 2018 Indonesia memperoleh skor sebesar 379 ����� dari skor
rata-rata OECD 487 ����� dan berhasil menduduki peringkat ke-72 dari
78 negara partisipan14. Dengan melihat pemaparan di atas mengenai

10
Bagus Wahyu Purnomo dan Anisa Fatwa Sari, “Literasi Matematika Siswa IPS dalam
Menyelesaikan Soal PISA Konteks Saintifik”, Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 10,
No. 3, 2021, h. 358.
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Elsa Susanti dan Salmaini Safitri Syam, “Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika Siswa Indonesia”, Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika UNY,
2017, h. PM-32.
14
Andreas Schleicher, “PISA 2018 Insights and Interpretations”, (tt.p: OECD Publishing,
2018): p. 7.
5

perolehan skor rata-rata kemampuan literasi matematis yang berhasil


diraih oleh Indonesia dibanding dengan skor rata-rata OECD, maka dapat
diketahui bahwa rata-rata kemampuan literasi matematis siswa Indonesia
hanya berada pada level 1 dimana pada level ini kisaran skor yang
diperoleh mulai dari 357,77 poin hingga kurang dari 420,07 poin,
sedangkan rata-rata kemampuan literasi matematis siswa tertinggi dalam
OECD berhasil menduduki level 4 dimana pada level ini kisaran skor yang
diperoleh mulai dari 544,68 poin hingga kurang dari 606,99 poin15.
Berdasarkan standar penilaian PISA dengan skor yang berhasil diperoleh
oleh Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan literasi
matematis peserta didik di Indonesia tergolong masih sangat rendah.
Rendahnya kemampuan literasi matematis siswa di Indonesia dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Sebagaimana dikatakan oleh Mahdiansyah
dan Rahmawati dalam Syawahid, ada beberapa faktor yang memberikan
pengaruh terhadap capaian literasi matematis di Indonesia. Beberapa
faktor tersebut antara lain:1) faktor internal yang diakibatkan oleh persepsi
siswa atas ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan matematika yang
dimiliki; 2) faktor instruksional yang berkaitan dengan intensitas, kualitas,
dan metode pengajaran, serta; 3) faktor lingkungan yang diakibatkan oleh
karakter guru dan ketersediaan media belajar di sekolah16.
Setiap orang hendaknya memiliki penguasaan terhadap kemampuan
literasi matematis. Dengan adanya penguasaan terhadap kemampuan
literasi matematis akan memudahkan seseorang untuk mencari dan
menemukan cara penyelesaian dari suatu permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan konsep-konsep matematika.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan kita pasti akan
dihadapkan oleh berbagai situasi dan peristiwa yang memungkinkan kita
untuk membuat keputusan berdasarkan angka-angka maupun data-data
matematika yang terkait di dalamnya. Sebagai contoh, apabila kita ingin
15
Ibid.
16
M. Syawahid dan Susilahudin Putrawangsa, “Kemampuan Literasi Matematika Siswa
SMP Ditinjau dari Gaya Belajar”, BETA Jurnal Tadris Matematika, Vol. 10, No. 2, 2017, h. 224-225.
6

mengelola sebidang tanah yang yang kita miliki untuk memperoleh suatu
keuntungan maka kita akan memerlukan perhitungan matematis yang
melibatkan angka-angka di dalamnya. Kemampuan yang demikian itu,
dimana terdapat penggunaan angka, data, maupun simbol matematika,
berhubungan dengan literasi numerik atau literasi numerasi17.
Kemampuan literasi numerasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan
dalam memahami informasi yang dinyatakan secara matematis,
kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif, serta
kemampuan mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi
hitung dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang memiliki konteks
terkait kehidupan di sekeliling18. Literasi numerasi memiliki keterkaitan
erat dengan literasi matematis apabila dilihat dari ruang lingkup konteks,
kompetensi, dan konten. Dilihat dari segi konteks, baik literasi numerasi
dan literasi matematis memiliki ruang lingkup yang sama. Jika dilihat dari
segi kompetensi, maka semua kompetensi pada literasi numerasi tercakup
dalam literasi matematis. Dari segi konten pun, semua konten yang ada
dalam literasi numerasi tercakup pada literasi matematis 19
. Dengan
mengacu pada hasil penilaian PISA mengenai kemampuan literasi
matematis siwa Indonesia yang masih sangat rendah, maka dapat
dikatakan bahwa kemampuan literasi numerasi siswa Indonesia juga masih
sangat rendah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nahdi, Jatisunda,
Cahyaningsih, dan Suciawati (2020) bahwa siswa Indonesia masih
kesulitan untuk memahami informasi yang ditampilkan dalam bentuk tabel
dan grafik sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan literasi
numerasi yang dimiliki20. Padahal kemampuan literasi numerasi sangat
diperlukan untuk membantu menyelesaikan berbagai persoalan di

17
Fitraning Tyas Puji Pangesti, loc. cit.
18
Ibid., h. 568.
19
Erdy Poernomo, Lia Kurniawati, Khamida Siti Nur Atiqoh, “Studi Literasi Matematis”,
ALGORITMA Journal of Mathematics Education (AJME), Vol. 3, No. 1, 2021, h. 98.
20
Dede Salim Nahdi et al, “Pre-Service Teacher’s Ability in Solving Mathematics Problem
Viewed from Numeracy Literacy Skills”, Elementary Education Online, Vol. 19, No. 4, 2020, h.
1903.
7

kehidupan sehari-hari, misalnya saja dalam kegiatan perbankan dan


pembayaran yang memerlukan keterampilan untuk mengaplikasikan
pengetahuan dasar, prinsip, dan proses matematika. Selain itu, literasi
numerasi juga membantu dalam mempersiapkan individu agar dapat
bersaing di abad ke-21 ini. Dengan begitu, maka penting sekali bagi kita
untuk dapat menguasai kemampuan literasi numerasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di Wilayah Kelurahan Belendung mengenai kemampuan literasi
numerasi siswa SMP untuk melihat sejauh mana capaian yang dimiliki dan
juga faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian ini akan
memberikan referensi sebagai dasar untuk kemudian dilakukan perbaikan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Siswa
SMP/MTs Kelas VIII di Kelurahan Belendung”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dilakukan pengidentifikasian terhadap beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan literasi numerasi siswa yang memiliki keterkaitan erat
dengan literasi matematis di Indonesia tergolong masih rendah.
2. Siswa masih memiliki kesulitan dalam memecahkan masalah yang
bersifat kontekstual terkait kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dibuat agar tidak terjadi perluasan masalah
sehingga memperjelas masalah yang akan dipaparkan. Berdasarkan
pengidentifikasian masalah yang telah dilakukan, maka dapat dibuat
pembatasan masalah berikut:
1. Kemampuan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan
literasi numerasi.
8

2. Literasi numerasi yang digunakan ialah literasi numerasi berdasarkan


kurikulum yang dirumuskan oleh Kemendikbud, dengan indikator
berikut: a) Mampu menggunakan berbagai macam angka dan simbol
yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah
praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari; b)
Mampu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai
bentuk (grafik, tabel, bagan); c) Mampu menafsirkan hasil analisis
yang telah dilakukan untuk memprediksi dan mengambil kesimpulan.
3. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah Pola Bilangan.
4. Sampel yang digunakan adalah siswa SMP/MTs kelas VIII sebanyak
43 orang.
5. Penelitian dilakukan di SMP/MTs yang ada di Wilayah Kelurahan
Belendung, Kota Tangerang.
Penulis tidak melakukan proses pembelajaran dikarenakan ingin
mengetahui kemampuan literasi numerasi siswa terhadap materi ajar yang
telah diberikan oleh guru mereka sendiri. Hal ini sekaligus dapat
mencerminkan bagaimana hasil dari proses belajar yang mereka lakukan
sehari-hari.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
utama yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan literasi numerasi siswa SMP/MTs Kelas VIII di
Kelurahan Belendung?
2. Bagaimana kemampuan literasi numerasi siswa SMP/MTs Kelas VIII di
Kelurahan Belendung jika dikategorikan berdasarkan kelompok
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana
9

kemampuan literasi numerasi siswa SMP/MTs Kelas VIII di Kelurahan


Belendung, serta apabila dilakukan pengategorian kelompok
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

F. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian analisis kemampuan literasi numerasi siswa
SMP/MTs kelas VIII di Kelurahan Belendung ini, diharapkan dapat
memberikan beberapa kontribusi sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis:
a. Memberikan informasi terkait kemampuan literasi numerasi siswa
SMP/MTs Kelas VIII di Kelurahan Belendung.
b. Sebagai referensi untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi
penelitian yang relevan dikemudian hari.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk
mengembangkan kompetensi yang dimiliki dalam proses belajar
mengajar di masa yang akan datang.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
mengenai mutu pendidikan yang telah dilakukan sehingga dapat
dijadikan referensi untuk kemudian ditindak lanjuti dengan
melakukan berbagai perbaikan.
c. Bagi peneliti ini, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
melakukan penelitian.yang ingin dilakukan.
d. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber
penilaian mengenai kemampuan literasi numerasi yang dimiliki
sehingga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
kemampuannya tersebut.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Matematis
Di era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi dan komunikasi
mengalami perkembangan yang begitu pesat. Berbagai informasi
dengan mudahnya menyebar hingga penjuru dunia. Dengan keadaan
yang demikian maka kebutuhan akan tenaga-tenaga ahli yang handal
dalam mengelola ide-ide baru sangat dibutuhkan, terlebih lagi jika
diimbangi dengan adanya sikap tanggap dalam menghadapi berbagai
perubahan yang terjadi, serta kemampuan untuk menangani
ketidakpastian, keteraturan, dan permasalahan yang ada. Sikap berpikir
seperti itu dapat kita temukan pada pola pembelajaran matematika.1
Melalui pembelajaran matematika siswa tidak hanya dididik agar
memiliki kecakapan berhitung, tetapi juga akan diberikan pengetahuan
serta berbagai keterampilan yang dapat membuat mereka berpikir
secara rasional sehingga memungkinkan mereka untuk mengatasi
berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari terkait
perhitungan angka dengan baik.
Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan memiliki peranan
penting, baik sebagai alat bantu dalam pengembangan matematika itu
sendiri maupun dalam penerapan bidang ilmu lain terutama sains dan
teknologi.2 Bahkan sejak awal perkembangannya, matematika menjadi
tenaga pendukung bagi perkembangan teknologi.3 Peranan matematika
yang begitu besar sebagai ilmu dasar terlihat pada besarnya tuntutan

1
Mohammad Archi Maulyda, Paradigma Pembelajaran Matematika Berbasis NCTMI,
(Malang: CV IRDH, 2020), Cet. 1, h. 1.
2
Muhammad Daut Siagian, op. cit., h. 60.
3
Dede Salim Nahdi, “Keterampilan Matematika di Abad 21”, Jurnal Cakrawala Pendas,
Vol. 5, No. 2, 2019, h. 135.

10
11

terhadap penguasaan kemampuan matematis di abad 21 ini. Tidak


mengherankan apabila setiap orang diharuskan untuk memiliki
kemampuan matematis sebagai kemampuan dasar agar dapat
beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat dan kemajuan IPTEK.4
Terdapat lima standar kemampuan dasar matematis yang
dirumuskan oleh NCTM (National Council of Teachers of Mathematic)
dan menjadi tujuan dari pembelajaran matematika dalam KTSP, terdiri
atas: 1) pemecahan masalah; 2) penalaran dan pembuktian; 3)
komunikasi; 4) koneksi; dan 5) representasi.5
Kelima kemampuan matematis tersebut harus dikuasai dengan baik
agar dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan matematis yang dihadapi. Sejalan dengan tuntutan
kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari matematika
tidak hanya terpaku pada kemampuan berhitung saja, melainkan juga
pada kemampuan untuk dapat bernalar secara logis dan kritis dalam
pemecahan masalah yang bukan sekadar masalah rutin, tetapi juga
masalah nonrutin bahkan masalah-masalah yang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kemampuan yang demikian itu dikenal dengan
istilah kemampuan literasi matematika (literasi matematis).6

2. Kemampuan Literasi Matematis


Literasi berasal dari kata “literacy” dalam Bahasa Inggris, dan dari
kata littera (huruf) dalam Bahasa Latin yang pengertiannya melibatkan
penguasaan terhadap sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi

4
Karlimah, dkk, “Pengembangan Kemampuan Proses Matematika Siswa Melalui
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Tidak Langsung di Sekolah Dasar”, Jurnal
Pendidikan MIPA, Vol. 13, No. 2, 2012, h. 105.
5
Nanang Diana, Didi Suryadi, dan Jarnawi Afgani Dahlan, “Analysis of Students’
Mathematical Connection Abilities in Solving Problem of Circle Material : Transposition Study”,
Journal for the Education of Gifted Young Scientists, Vol. 8, No. 2, 2020, h. 831.
6
Ahmad Muzaki dan Masjudin, “Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa”,
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 8, No. 3, 2019, h. 495.
12

yang menyertainya.7 Definisi literasi menurut National Institute for


Literacy adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian
yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.8 Selain
itu, menurut Abidin dalam Anwar (2019) literasi juga dapat diartikan
sebagai proses kompleks yang melibatkan pengetahuan, budaya, dan
pengalaman yang telah ada sebelumnya untuk mengembangkan
pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih dalam.9 Dalam
pembelajaran matematika, literasi dapat didefinisikan sebagai suatu
upaya untuk menjadikan proses belajar agar lebih bermakna yang tidak
hanya mengungkap kebenaran pada aspek kognitif, tetapi juga dapat
membawa perubahan pada aspek afektif, serta mampu
mengembangkan kemampuan psikomotorik.10
Literasi matematis (literasi matematika) umumnya didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang untuk dapat memecahkan berbagai
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
matematika. Literasi matematis merupakan salah satu domain yang
diujikan pada penilaian PISA. Dalam PISA, literasi matematis dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memformulasikan,
menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks,
termasuk juga kemampuan untuk bernalar secara matematis serta
kemampuan menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat-alat
matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memperkirakan
fenomena atau kejadian.11 Sebelum PISA memperkenalkan istilah
literasi matematis, OECD sebagai organisasi yang menaungi PISA

7
Haerudin, “Pengaruh Literasi Numerasi terhadap Perubahan Karakter Siswa”, Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (Sesiomadika), 2018, h. 402.
8
Hariyadi Hamid, Manajemen Merah Putih: Kumpulan Esai yang Mulanya Berserakan,
(Makassar: CV. Social Politic Genius (SIGn), 2018), Cet. 1, h. 92.
9
Saiful Anwar, Skripsi: “Pembelajaran IPS Berbasis Literasi (Gerakan Literasi Sekolah
Tahap Pembelajaran) pada Kelas VIII di SMPN 2 Banyubiru” (Semarang: UNS, 2019), h. 13.
10
Haerudin, loc. cit.
11
Andreas Schleicher, “PISA 2018 Results WHAT STUDENTS KNOW AND CAN DO”, (OECD
Publishing), Vol. 1, 2018, p. 104.
13

telah memperkenalkan istilah itu terlebih dahulu pada tahun 1989.


Istilah literasi matematis menjadi salah satu visi pendidikan
matematika yaitu melek/literate matematika. Pada visi tersebut, literasi
matematis didefinisikan sebagai, “an individual’s ability to explore, to
conjecture, and to be reason logically as well as to use variety
mathematical methods effectively to solve problems. By becoming
literate, their mathematical power should develop”.12 Definisi di atas
mengatakan bahwa kemampuan literasi matematis adalah kemampuan
seseorang untuk mengeksplorasi, memperkirakan, dan bernalar
menggunakan logika sebaik mungkin agar dapat menggunakan
beragam metode matematika secara tepat dalam memecahkan
permasalahan. Keberadaan literasi akan membuat kemampuan
matematika seseorang menjadi berkembang. Dari pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa literasi matematis memiliki 4 komponen
kemampuan utama yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah
dan juga mengembangkan kemampuan matematis seseorang, terdiri
atas kemampuan mengeksplorasi, menghubungkan, menalar secara
logis, serta menggunakan metode matematis yang beragam.13
Literasi matematis tidak hanya berfokus pada kemampuan
penguasaan terhadap materi saja, tetapi juga terdapat kemampuan lain
yang memperoleh perhatian lebih, di antaranya kemampuan dalam
menggunakan penalaran, konsep, fakta, dan berbagai alat matematika,
selain itu terdapat pula kemampuan siswa untuk menganalisis,
memberi alasan, dan mengomunikasikan ide secara efektif yang
ditekankan di sini untuk kemudian digunakan pada pemecahan
berbagai masalah yang mereka temui.14 Hal tersebut menggambarkan
bagaimana menghubungkan matematika yang dipelajari di dalam kelas
dengan beragam situasi di dunia nyata, sehingga dapat mempermudah

12
Rosalia Hera Novita Sari, “Literasi Matematika: Apa, Mengapa dan Bagaimana?”,
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 2015, h. 714.
13
Ibid.
14
Ahmad Muzaki dan Masjudin, op. cit., h. 494.
14

siswa untuk memahami kegunaan matematika sekaligus


menerapkannya dalam suatu permasalahan matematis yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dapat kita lihat
pada konteks ketika seorang murid diberikan suatu permasalahan oleh
sang guru, maka murid tersebut akan mampu menyelesaikan masalah
itu apabila ia mengupayakan suatu usaha dengan mendayagunakan
pengetahuan matematis yang telah dimilikinya untuk memahami
masalah serta mencoba untuk menemukan berbagai informasi-
informasi yang bisa diperoleh dari masalah tersebut, kemudian
menganalisisnya dan saling menghubungkan satu sama lain sehingga
memungkinkannya dapat menentukan cara penyelesaian yang tepat
terhadap masalah yang diberikan.15
PISA mengidentifikasikan tiga komponen dari literasi matematis
yang terdiri dari proses matematis, konten matematika, serta situasi
dan konteks.16 Komponen proses matematis merupakan gambaran
mengenai upaya seseorang untuk memecahkan permasalahan
menggunakan pengetahuan matematika dan berbagai kemampuan yang
diperlukan.17 Kategori proses matematis ini sendiri meliputi
merumuskan (formulate), menerapkan (employ), dan menafsirkan
(interpret).18 Komponen konten matematika berkaitan dengan materi-
materi matematika yang dipelajari di sekolah, dimana materi-materi itu
disebut sebagai pengetahuan matematika yang kemudian dijadikan
sebagai alat pada proses pemecahan masalah.19 Terdapat 4 konten
matematika yang ada dalam literasi matematis yakni: 1) bilangan
(quantity), berkaitan dengan kemampuan memahami tentang

15
Yunus Abidin, Tita Mulyati, Hana Yunansah, PEMBELAJARAN LITERASI Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis (Jakarta: BUMI
AKSARA, 2017), Cet. 1, h.100.
16
Ibid., h. 108
17
Ibid.
18
Yudi Yunika Putra dan Rajab Vebrian, Literasi Matematika (Mathematical Literacy)
Soal Matematika Model PISA Menggunakan Konteks Bangka Belitung, (Sleman: CV Budi Utama,
2020), Cet. 1, h. 7-8.
19
Yunus Abidin, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah, op. cit., h. 109-110.
15

pengukuran, satuan, pola bilangan, dan segala sesuatu yang


berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari; 2)
ketidakpastian dan data (uncertainty and data), berhubungan erat
dengan peluang dan statistik, termasuk juga pengetahuan pengetahuan
tentang aljabar yang berkaitan dengan grafik dan representasi simbolik;
3) perubahan dan hubungan (change and relationship), secara
matematis didefinisikan sebagai cara siswa memodelkan perubahan
dan hubungan dengan fungsi dan persamaan yang sesuai, serta
membuat penafsiran antara representasi simbolik dan grafik dari suatu
hubungan matematis, dan; 4) ruang dan bentuk (space and shape),
berkaitan dengan fenomena yang bersifat visual atau fisik, termasuk
geometri dan penggunaan teknologi.20 Komponen situasi dan konteks
merupakan gambaran mengenai situasi permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.21 Komponen situasi dan konteks ini terdiri atas 4 kategori,
yaitu: 1) konteks pribadi (personal), berkaitan dengan kegiatan diri
sendiri, kegiatan keluarga, dan kegiatan dengan teman sebaya. Contoh
konteks pribadi ini antara lain, persiapan makanan, olahraga, belanja,
permainan, kesehatan, dan sebagainya; 2) konteks pekerjaan
(occupational), berkaitan dengan dunia kerja, seperti mengukur,
menghitung biaya, penjadwalan, menghitung biaya, dan lain-lain; 3)
konteks umum (societal), berhubungan dengan penggunaan
pengetahuan matematika yang berfokus pada komunitas seseorang
baik lokal, nasional, maupun global. Misalnya saja seperti sistem
pemilihan, pemerintah, kebijakan publik, masalah ekonomi, dan lain
sebagainya; 4) konteks keilmuan (scientific), memiliki keterkaitan
dengan pengetahuan matematika pada alam dan juga topik-topik yang
memiliki hubungan dengan sains dan teknologi, seperti cuaca atau

20
Yudi Yunika Putra dan Rajab Vebrian, op. cit., h. 10-14.
21
Yunus Abidin, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah, op. cit., h. 110.
16

iklim, ekologi, kedokteran, ilmu ruang, serta dengan dunia matematika


itu sendiri, dan lainnya.22
Literasi matematis memiliki tingkatan level kemampuan yang
terdiri dari level 1 sebagai level terendah sampai dengan level 6
sebagai level tertinggi. Berikut adalah tabel mengenai tingkatan level
kemampuan literasi matematis beserta deskripsi masing-masing
level:23
Tabel 2. 1 Level Kemampuan Literasi Matematis

Level Deskripsi
Menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan soal rutin,
1
dan dapat menyelesaikan masalah yang konteksnya umum.
Menginterpretasikan masalah dan menyelesaikan masalah
2
tersebut dengan menggunakan rumus.
Melaksanakan prosedur penyelesaian soal dengan baik serta
3
dapat memilih strategi yang tepat dalam pemecahan masalah.
Bekerja secara efektif dengan model dan dapat memilih serta
4 mengintegrasikan representasi yang berbeda, kemudian
menghubungkannya dengan dunia nyata.
Bekerja dengan menggunakan model matematis untuk situasi
5 yang kompleks serta dapat menyelesaikan masalah yang
rumit.
6 Menggunakan penalaran dalam menyelesaikan masalah
matematis, dapat membuat generalisasi, dan juga mampu
merumuskan serta mengkomunikasikan hasil temuannya.

Yudi Yunika Putra dan Rajab Vebrian, op. cit., h. 15-19.


22

Husna Nur Dinni, “HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan
23

Kemampuan Literasi Matematika”, PRISMA 1 (Prosiding Seminar Nasional Matematika), 2018, h.


174.
17

Berikut ini merupakan indikator dari masing-masing level


kemampuan literasi matematis pada penilaian PISA menurut OECD
(2013), yaitu24:
a. Level 1
 Siswa mampu menjawab pertanyaan yang konteksnya umum,
dimana pertanyaan tersebut ditampilkan secara jelas dan
disertai informasi yang relevan di dalamnya.
 Siswa mampu mengidentifikasi informasi lalu menyelesaikan
prosedur rutin berdasarkan instruksi langsung.
 Siswa mampu bertindak secara mudah sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
b. Level 2
 Siswa mampu menginterpretasi dan mengenali situasi dalam
konteks yang memerlukan penarikan kesimpulan secara
langsung.
 Siswa mampu memilah informasi yang relevan, serta
menggunakan penarikan kesimpulan.
 Siswa mampu menerapkan algoritma dasar, memformulasikan,
menggunakan, melaksanakan prosedur-prosedur atau
ketentuan-ketentuan dasar.
 Siswa mampu memberikan alasan secara langsung dan juga
melakukan penafsiran secara harfiah dari hasil.
c. Level 3
 Siswa mampu melaksanakan prosedur dengan baik.
 Siswa mampu memilih dan menerapkan strategi pemecahan
masalah sederhana.
 Siswa mampu menginterpretasikan dan menggunakan
representasi dari berbagai sumber informasi, serta
mengemukakan alasannya secara langsung.
 Siswa mampu mengembangkan komunikasi sederhana.

24
Yudi Yunika Putra dan Rajab Vebrian, op. cit., h. 22-23.
18

d. Level 4
 Siswa mampu bekerja secara efektif dengan model yang tersirat
dalam sistuasi konkret yang bersifat kompleks.
 Siswa mampu memilah dan menggabungkan representasi
berbeda, serta menyimbolkan dan menghubungkannya dengan
dunia nyata.
 Siswa mampu menggunakan perkembangan keterampilan dan
mengemukakan alasan atau pandangan sesuai konteks.
 Siswa mampu membangun dan mengomunikasikan penjelasan
dan pendapatnya.
e. Level 5
 Siswa mampu mengembangkan dan bekerja dengan model
pada sistuasi kompleks.
 Siswa mampu memilih, membandingkan dan mengevaluasi
strategi penyelesaian masalah yang sesuai.
 Siswa mampu menggunakan pemikiran dan penalaran yang
luas untuk menghubungkan pengetahuan dan keterampilan
matematikanya dengan situasi yang dihadapi.
 Siswa mampu melakukan refleksi terhadap hasil kerjanya dan
mengomunikasikan interpretasi serta penalarannya.
f. Level 6
 Siswa mampu melakukan konseptualisasi, generalisasi, dan
menggunakan informasi atas dasar investigasi dan modeling
pada situasi kompleks.
 Siswa mampu menghubungkan berbagai informasi dan
menerjemahkannya.
 Siswa mampu berpikir dan bernalar secara matematis.
19

Penentuan level kemampuan literasi matematis siswa dilakukan


dengan melihat besar skor poin yang berhasil diperoleh, sebagai
berikut25:

Tabel 2. 2 Skor Lever Kemampuan Literasi Matematis

Level Skor
Di bawah level 1 ���� < 357.77
1 357.77 ≤ ���� < 420.07
2 420.07 ≤ ���� < 482.38
3 482.38 ≤ ���� < 544.68
4 544.68 ≤ ���� < 606.99
5 606.99 ≤ ���� < 669.30
6 ���� > 669.30
Sumber: OECD, PISA 2018

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui kategori soal


literasi matematis berdasarkan tingkatan kemampuan literasi
matematis itu sendiri. Level 1 dan 2 merupakan kelompok soal dengan
skala bawah yang mengukur kompetensi reproduksi (reproduction),
dimana pada level ini soal disusun berdasarkan konteks yang
menggunakan operasi matematika sederhana. Level 3 dan 4 termasuk
kelompok soal dengan skala menengah yang mengukur kompetensi
koneksi (connection), pada level ini diperlukan interpretasi siswa
karena situasi yang diberikan tidak dikenal atau bahkan belum pernah
sekali pun dialami oleh siswa. Level 5 dan 6 adalah kelompok soal
dengan skala tinggi yang mengukur kompetensi refleksi dan menuntut
penafsiran tingkat tinggi dengan konteks yang sama sekali tidak
terduga oleh siswa.26

Andreas Schleicher, “PISA 2018 Insights and Interpretations”., loc. cit.


25

Rika Sukmawati, “Analisis Kemampuan Literasi Matematika Berdasarkan Kemampuan


26

Awal Matematis Mahasiswa”, Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan, 2018, h.
735.
20

3. Kemampuan Literasi Numerasi


3.1 Pengertian Literasi Numerasi
Dalam hidup ini banyak sekali persoalan yang berkaitan
dengan angka serta grafik, yang dalam pemecahannya
membutuhkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dasar,
prinsip, dan proses matematika. Kemampuan yang demikian itu
dikenal dengan kemampuan literasi numerasi (literasi numerik).27
Literasi numerasi merupakan bagian dari enam literasi dasar yang
dirumuskan oleh Forum Ekonomi Dunia pada tahun 2005 sebagai
kecakapan hidup yang wajib dikuasai pada abad 21, dan lima
literasi dasar lainnya meliputi literasi baca tulis, literasi sains,
literasi finansial, literasi digital, serta literasi budaya dan
kewargaan.28 Bahkan pada tahun 2006 kemampuan numerasi
tercatat dalam UNESCO sebagai salah satu penentu kemajuan
suatu bangsa.29 Hal ini sejalan dengan besarnya peranan literasi
numerasi dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya saja ketika
seseorang ingin melakukan pengelolaan terhadap sebidang tanah
yang dimiliki, maka diperlukan kemampuan literasi numerasi yang
baik untuk membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaannya
agar dapat menghasilkan keuntungan.
Pentingnya peranan literasi numerasi membuat pemerintah
Indonesia terus berupaya untuk melakukan penyesuaian kurikulum
yang dimiliki agar mendekati indikator-indikator yang dibuat PISA.
Upaya tersebut tercermin melalui gencarnya kegiatan kampanye
yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

27
Mustari Lamada, Edi Suhardi Rahman, dan Herawati, “Analisis Kemampuan Literasi
Siswa SMK Negeri di Kota Makassar”, Jurnal Media Komunikasi Pendikan Teknologi dan Kejuruan,
Vol. 6, No. 1, 2019, h. 38.
28
Deti Nudiati dan Elih Sudiapermana, “Literasi Sebagai Kecakapan Hidup Abad 21 pada
Mahasiswa”, Indonesia Journal of Learning Education and Counseling, Vol. 3, No. 1, 2020, h. 36.
29
Tim Gerakan Literasi Nasional (GLN) Kemendikbud, Materi Pendukung Literasi
Numerasi,(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h. 2.
21

Republik Indonesia (Kemdikbud RI) pada program yang berkaitan


dengan literasi yaitu Gerakan Literasi Nasional (GLN). Kemdikbud
membagi literasi menjadi enam kelompok sebagai dasar yang harus
dimiliki oleh siswa, salah satu kelompoknya ialah literasi numerasi.
Jika literasi matematis PISA dengan literasi numerasi
Kemdikbud RI dibandingkan, maka akan diperoleh hubungan atau
keterkaitan yang erat di antara keduanya. Keterkaitan tersebut
terdapat dalam ruang lingkup konteks, kompetensi, dan konten
yang disajikan pada tabel berikut:30
Tabel 2. 3 Ruang Lingkup Konteks Literasi Matematis dan
Literasi Numerasi
Literasi Matematis Literasi Numerasi
Personal Bersifat praktis dan kontekstual
(digunakan dalam kehidupan sehari-
hari)
Bersifat rekreatif (misalnya dalam
kesenian dan olahraga)
Occupational Profesional (dalam pekerjaan)
Societal Berkaitan dengan kewargaan
(memahami isu-isu dalam masyarakat)
Scientific Bersifat kultural sebagai bagian dari
pengetahuan dan kebudayaan manusia
madani

Tabel 2. 3 memperlihatkan bahwa terdapat kesamaan ruang


lingkup konteks antara literasi matematis dengan literasi numerasi.

30
Erdy Poernomo, Lia Kurniawati, Khamida Siti Nur Atiqoh, op. cit., h. 96-97
22

Tabel 2. 4 Ruang Lingkup Kompetensi Literasi Matematis dan


Literasi Numerasi
Literasi Matematis Literasi Numerasi
Communication -
Mathematizing -
Representation Menginterpretasi informasi statistik
Reasoning dan Mengenali dan menggunakan pola dan
argument relasi
Devising strategies for Menggunakan penalaran spasial
solving problems
Using symbolic, Menggunakan pecahan, desimal,
formal and technical persen, dan perbandingan
language and
operations
Using mathematical Menggunakan pengukuran
tools
Mengestimasi dan menghitung dengan
bilangan bulat

Tabel 2. 4 menunjukkan bahwa semua ruang lingkup


kompetensi pada literasi numerasi tercantum dalam literasi
matematis.
Apabila ditinjau dari ruang lingkup konten, akan
ditemukan bahwa literasi matematis terdiri atas 15 konten
sedangkan literasi numerasi hanya terdiri atas 8 konten. Meski
memiliki jumlah konten yeng berbeda, akan tetapi konten yang
terdapat di literasi matematis dan di literasi numerasi pada
hakikatnya adalah sama. Sebab semua konten literasi numerasi
tercakup di dalam 15 konten literasi matematis.31

31
Ibid.
23

Kata numerasi sendiri pada salah satu awal penggunaannya


terdapat dalam sebuah artikel terbitan Economist tahun 1966 yang
menjelaskan bahwa kebutuhan akan numerasi pada saat itu sangat
besar dan kebutuhan tersebut semakin ditekankan saat memasuki
tahun 1970-an, bahkan hingga saat ini.32 Numerasi mulanya
didefinisikan sebagai kemampuan yang secara mutlak hanya
berfokus kepada berhitung saja, namun seiring perkembangan
pendidikan dan teknologi yang kian pesat dari tahun ke tahun maka
konsep numerasi pun memiliki pergeseran makna yang lebih luas,
sebagaimana yang didefinisikan oleh Department of Education
and Skills bahwa “Numeracy is not limited to the ability to use
numbers, to add, subtract, multiply and divide. Numeracy
encompasses the ability to use mathematical understanding and
skills to solve problems and meet the demands of day-to-day living
in complex social settings”.33 Dalam pernyataan tersebut dikatakan
bahwa numerasi tidak hanya sebatas kemampuan menggunakan
angka untuk melakukan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian), melainkan juga kemampuan
menggunakan pemahaman matematika yang dimiliki untuk
memecahakan beragam permasalahan kompleks yang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Traffer dalam Latifah (2017)
mendefinisikan numerasi sebagai kemampuan dalam mengelola
bilangan dan data yang kemudian digunakan untuk mengevaluasi
pernyataan berdasarkan masalah dan kenyataan yang di dalamnya
melibatkan proses mental dan estimasi pada konteks nyata34.
Menurut Alberta dalam Mahmud (2018) numerasi berarti
32
Ardelia Pratista Ariandani, “Analisis Hubugan Antara Literasi Numerasi, Kecemasan
Finansial (Financial Anxiety) Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan Uang Saku Bulanan dengan
Literasi Keuangan Mahasiswa Universitas Brawijaya”, Artikel Jurnal Ilmiah, 2019, h. 4.
33
Department of Education and Skills, Literacy and Numeracy for Learning and Life, 2011,
h. 8.
34
Titin Latifah, Skripsi: “Pembelajaran Model Situation-Based Learning untuk
Meningkatkan Literasi Kuantitatif dan Pencapaian Self-Efficacy Siswa SMP” (Bandung: UPI, 2017),
h. 4.
24

kemampuan, kepercayaan diri dan juga kesediaan untuk ikut


terlibat dengan informasi kuantitatif atau spasial yang berguna
dalam membuat keputusan berdasarkan informasi pada berbagai
aspek kehidupan sehari-hari.35 Numerasi tidak dapat dikatakan
sama dengan kompetensi matematika, karena meskipun
pengetahuan dan keterampilan yang melandasi keduanya itu sama,
akan tetapi terdapat perbedaan di dalam pemberdayaan
pengetahuan dan keterampilan tersebut.36 Kemampuan numerasi
yang terkait dengan literasi matematis juga dikenal dengan istilah
literasi numerasi.
Literasi numerasi merupakan kemampuan seseorang dalam
menggunakan penalaran, dimana penalaran tersebut berarti
kemampuan untuk menganalisis dan memahami suatu pernyataan
yang dilakukan melalui kegiatan manipulasi simbol atau bahasa
matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan maupun lisan.37 Menurut
Kemendikbud dalam Mahmud (2019) literasi numerasi juga dapat
berarti pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan berbagai
macam angka dan simbol yang berkaitan dengan matematika dasar
untuk memecahkan masalah praktis di kehidupan sehari-hari
sekaligus menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai
bentuk seperti grafik, tabel, dsb, serta menginterpretasi hasil
analisis untuk melakukan prediksi dan juga mengambil keputusan
yang tepat.38 Qasim, Kadir, dan Awaludin dalam Ana (2019)
mengatakan bahwa literasi numerasi (numerasi) pada pengujian
PISA berfokus pada kemampuan siswa dalam menganalisis,
memberikan alasan, menyampaikan ide secara efektif,

35
Muhammad Rifqi Mahmud dan Inne Marthyane Pratiwi, “Literasi Numerasi Siswa
dalam Pemecahan Masalah Tidak Terstruktur”, KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.
4, No. 1 (April, 2019): h. 70.
36
Tim Gerakan Literasi Nasional (GLN) Kemendikbud, op. cit., h. 3.
37
Yunus Abidin, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah, op. cit., h. 107.
38
Muhammad Rifqi Mahmud dan Inne Marthyane Pratiwi, loc. cit.
25

merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasi masalah-masalah


matematika dalam bentuk dan situasi yang beragam.39 Dari
berbagai definisi di atas, dapat dibuat simpulan bahwa literasi
numerasi adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu
permasalahan pada konteks kehidupan sehari-hari dengan
melibatkan pengetahuan dan kecakapan matematis yang dimiliki
untuk melakukan penalaran berupa analisis terhadap informasi-
informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk untuk
memperoleh keputusan yang tepat dalam penyelesaiannya.

3.2 Prinsip Dasar, Aspek, dan Komponen Literasi Numerasi


Literasi numerasi memiliki memiliki beberapa prinsip dasar
yang dirumuskan sebagai berikut:40
 Bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi geografis, sosial
budaya, dan sebagainya.
 Selaras dengan cakupan matematika dalam kurikulum.
 Saling bergantung, mengisi dan melengkapi unsur literasi baca
tulis, literasi sain, literasi digital, literasi finansial, dan literasi
budaya kewargaan.
Selain itu, terdapat tiga aspek yang terkandung di dalam literasi
numerasi, terdiri atas: 1) berhitung, kemampuan untuk menghitung
benda secara verbal dan juga mengidentifikasi jumlah benda; 2)
relasi numerasi, memiliki keterkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan kuantitas suatu benda seperti lebih banyak, lebih
sedikit, lebih tinggi, atau lebih pendek; dan 3) operasi aritmatika,

39
Ana Puspita Maulidina dan Sri Hartatik, “Profil Kemampuan Numerasi Siswa Sekolah
Dasar Berkemampuan Tinggi dalam Memecahkan Masalah Matematika”, Jurnal Bidang
Pendidikan Dasar (JBPD), Vol. 3, No. 2, 2019, h. 2.
40
Farinia Flanto, Literasi Numerasi dalam Pengembangan Klub STEAM & Wirausaha di
Sekolah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah, 2018), h. 2.
26

kemampuan untuk mengerjakan operasi matematika dasar berupa


penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.41
Sebagai bagian dari matematika maka komponen literasi
numerasi tidak dapat terlepas dari cakupan matematika.42 Berikut
adalah tabel mengenai komponen literasi numerasi yang diperoleh
dari cakupan matematika pada Kurikulum 2013:43

Tabel 2. 5 Komponen Literasi Numerasi

Komponen Literasi Numerasi Cakupan Matematika


Kurikulum 2013
Mengestimasi dan menghitung dengan Bilangan.
bilangan bulat.
Menggunakan pecahan, decimal, persen,
dan perbandingan.
Mengenali dan menggunakan pola dan Bilangan dan aljabar.
relasi.
Menggunakan penalaran spasial. Geometri dan
Menggunakan pengukuran. Pengukuran.
Menginterpretasi informasi statistik. Pengolahan Data.

3.3 Indikator Literasi Numerasi


Pada penelitian yang dilakukan oleh Ana Puspita Maulidina
dan Sri Hartatik menyatakan bahwa indikator kemampuan literasi
numerasi sebagaimana yang dikutip berdasarkan penelitian Han,
Susanto, dkk terdiri atas:44
1) Mampu menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang
terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah
praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.

41
Muhammad Rifqi Mahmud dan Inne Marthyane Pratiwi, op. cit., h. 71.
42
Tim Gerakan Literasi Nasional (GLN) Kemendikbud, op. cit., h. 5.
43
Fitraning Tyas Puji Pangesti, op. cit., h. 569.
44
Ana Puspita Maulidina dan Sri Hartatik, loc. cit.
27

2) Mampu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam


berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan).
3) Mampu menafsirkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk
memprediksi dan mengambil kesimpulan.

Sedangkan menurut Mustadi Lamada, Edi Suhardi Rahman, dan


Herawati di dalam penelitiannya menyatakan bahwa indikator
literasi numerasi meliputi:45
1. Keterampilan konsep bilangan dan operasi hitung.
2. Kemampuan menggunakan simbol dan angka.
3. Kemampuan menganalisis tabel.
Berdasarkan pemaparan mengenai indikator literasi numerasi di
atas, maka penelitian ini akan menggunakan indikator literasi
numerasi sebagai berikut:
1) Mampu menggunakan berbagai macam angka dan simbol
untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari.
2) Mampu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam
berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan).
3) Mampu menafsirkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk
memprediksi dan mengambil kesimpulan.

B. Penelitian yang Relevan


1. Jurnal Media Komunikasi Pendikan Teknologi dan Kejuruan, Volume
6, No 1, Februari 2019 yang dilakukan oleh Mustari Lamada, Edi
Suhardi Rahman, dan Herawati dalam jurnalnya yang berjudul
“Analisis Kemampuan Literasi Siswa SMK Negeri di Kota Makassar”.
Penelitian ini menganalisis kemampuan siswa SMK Negeri Kota
Makassar terhadap penguasaan enam literasi dasar (literasi bahasa,
literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta
45
Mustari Lamada, Edi Suhardi Rahman, dan Herawati, loc. cit.
28

literasi budaya dan kewargaan), dan diperoleh kesimpulan bahwa


kemampuan siswa SMK Negeri Kota Makassar untuk penguasaan
literasi numerisasi berada dalam kategori sedang dengan persentase
sebesar 70,7%.
2. KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, No 1,
April 2019 yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi Mahmud dan Inne
Masthyane Pratiwi dalam jurnalnya berjudul “Literasi Numerasi Siswa
dalam Pemecahan Masalah Tidak Terstruktur”, menyimpulkan bahwa
kemampuan numerasi siswa akan mempengaruhi learning trajectory
yang dimiliki. Mengacu pada hasil analisis learning trajectory literasi
numerasi siswa kelas 4 dalam pemecahan masalah tidak terstruktur
pada materi bilangan meliputi kemampuan untuk memecahkan
masalah tidak terstruktur dalam konteks kehidupan sehari-hari,
kemampuan untuk menganalisis informasi yang diperoleh dari soal
kemudian menggunakan hasil interpretasi analisis untuk memprediksi
dan mengambil kesimpulan. Selain itu, ditemukan juga beberapa
kesulitan yang dihadapi siswa yaitu kesulitan memahami soal dari segi
membaca pemahaman dan kalimat matematika, kurangnya pemahaman
siswa terhadap materi prasyarat, Kesulitan membangun strategi
penyelesaian, dan kesulitan dalam mengambil kesimpulan.
3. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD), Volume 3, No 2, 2019 yang
dilakukan oleh Puspita Maulidina dan Sri Hartatik dengan judul jurnal
“Profil Kemampuan Numerasi Siswa Sekolah Dasar Berkemampuan
Tinggi dalam Memecahkan Masalah Matematika”, menyimpulkan
bahwa bahwa siswa SD dengan kemampuan numerasi tinggi mampu
dan benar dalam menggunakan berbagai macam angka dan symbol
matematika dasar, menganalisis informasi, serta menafsirkan hasil
analisis untuk membuat keputusan yang tepat dalam memecahkan
masalah matematika.
4. Penelitian berjudul “Pre-service Teacher’s Ability in Solving
Mathematics Problem Viewed from Numeracy Literacy Skills” oleh
29

Dede Salim, dkk (2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa


kemampuan dalam memecahkan masalah dengan memiliki literasi
numerasi tingkat tinggi lebih baik dibanding yang memiliki tingkat
literasi numerasi sedang dan rendah, lalu model pembelajaran PBL
lebih baik dari pada model pembelajaran ekspositori dalam
meningkatkan kemampuan literasi numerasi.
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis pada hakikatnya
hampir sama dengan penelitian-penelitian di atas, hanya berbeda pada
materi yang digunakan dan tentunya juga dengan situasi dan kondisi
yang ada.

C. Kerangka Berpikir
Hasil penilaian PISA terhadap kemampuan literasi matematis siswa
Indonesia selalu menduduki posisi rendah. Literasi matematis sendiri
memiliki keterkaitan yang erat dengan literasi numerasi. Literasi numerasi
juga merupakan bagian dari 6 literasi dasar yang wajib dikuasai pada abad
ini. Hal tersebut membuat penulis ingin mengetahui sejauh mana
kemampuan literasi numerasi siswa SMP/MTs kelas VIII di Kelurahan
Belendung, Kecamatan Benda, Kota Tangerang.
Pada penelitian ini, penulis mengukur kemampuan literasi numerasi
siswa dengan menggunakan tes tertulis. Hasil tes tertulis akan digunakan
untuk menganalisis pola pikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan, sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan literasi numerasi
yang dimiliki siswa. Tingkatan kemampuan literasi numerasi siswa
diklasifikasikan menjadi kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Dengan adanya hasil analisis mengenai kemampuan literasi
numerasi siswa, diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan
berbagai upaya dalam meningkatkan pembelajaran matematika agar lebih
bermakna.
30

Rendahnya kemampuan literasi


matematis (numerasi) siswa Indonesia

Melakukan tes kemampuan literasi numerasi siswa


SMP/MTs kelas VIII di Kelurahan Belendung

Kemampuan literasi numerasi siswa


SMP/MTs di Kelurahan Belendung

Dikategorikan berdasarkan
kelompok berkemampuan:
1. Tinggi
2. Sedang
3. Rendah

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di berbagai sekolah SMP/MTs yang berada di
Kelurahan Belendung, Kecamatan Benda, Kota Tangerang. Sekolah
tersebut terdiri atas MTsN 3 Kota Tangerang, MTs At-Taqwa, dan
SMP Excellent 1.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2021/2022, tepatnya pada bulan Mei 2022.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. “Penelitian deskriptif
menurut Bugin merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas, serta menganalisis berbagai kondisi, situasi,
ataupun fenomena realitas sosial yang terdapat di masyarakat sebagai
objek penilaian dalam penelitian untuk kemudian dilakukan penarikan
realitas tersebut ke permukaan agar memperoleh suatu ciri, karakter, sifat,
model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena
tertentu”1 . Hipotesis tidak diperlukan pada penelitian ini. Hasil penelitian
akan diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kemampuan literasi
numerasi melalui tes tertulis. Penelitian deskriptif ini diharapkan mampu
memberikan gambaran mengenai kemampuan literasi numerasi yang
dimiliki oleh siswa SMP/MTs kelas VIII yang berada di Kelurahan
Belendung untuk kemudian ditindaklanjuti.

1
Kadir, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Jakarta, 2019), h. 46

31
32

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP/MTs kelas
VIII yang terletak di Kelurahan Belendung, Kecamatan Benda, Kota
Tangerang.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 43 siswa kelas
VIII yang berasal dari MTsN 3 Kota Tangerang, MTs At-Taqwa, dan SMP
Excellent. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah teknik
Cluster Random Sampling. Penentuan ukuran sampel dari populasi yang
jumlahnya telah diketahui menggunakan rumus Slove, sebagai berikut:2


n=
1 + �. �2

Ket:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Batas toleransi kesalahan

Dikarenakan jumlah populasi 598 siswa dan batas toleransi kesalahan yang
digunakan sebesar 15%, sehingga:
598
n=
1 + 598. (15%)2
598
=
1 + 13,455
598
=
14,455
= 41,35
≈ 42

2
Dwi Rini Sovia Firdaus dan Roni Jayawinangun, “Efektivitas Sosialisasi Modul Kesehatan
Program Family Development Session dalam Membentuk Sikap Keluarga Penerima Manfaat”,
Journal Unpak, Vol. 25, No. 2, 2019, h. 8
33

Untuk menentukan jumlah sampel dari tiap sekolah digunakan rumus


Sampling Fraction Cluster:3
��
fi =

Ket :
�� = Sampling Fraction Cluster
�� = Jumlah individu yang ada dalam cluster
� = Jumlah populasi seluruhnya

Besar sampel per cluster dihitung dengan rumus:4

�� = �� × �

Ket:
�� = Sampling Fraction Cluster
� = Jumlah individu yang dijadikan sampel (jumlah sampel)
�� = Jumlah anggota cluster yang dijadikan sub-sampel

3
Ibid.
4
Ibid.
34

Perhitungan Sampling Fraction Cluster dalam pengambilan sampel


sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Perhitungan Sampling Fraction Cluster:
Perhitungan
Nama Sub-
�� Fraction �� × �
Sekolah sampel
Cluster
MTs 161 161 = 0,27 = 0,27 × 42 12
At-Taqwa 598
= 11,34

MTsN 3 Kota 226 226 = 0,38 = 0,38 × 42 16


Tangerang 598 = 15,96

SMP 211 211 = 0,35 = 0,35 × 42 15


Excellent 1 598 = 14,7

� 598 ∑ 43

D. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan tes yang berbentuk essay (uraian) sebanyak 6 butir soal
kepada siswa kelas VIII SMP/MTs mengenai materi pola bilangan, dan
juga dengan wawancara informal yang dilakukan secara langsung kepada
siswa setelah menyelesaikan tes yang diberikan untuk mengetahui proses
pemahaman siswa dalam memecahkan soal.

E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan ialah tes kemampuan literasi
numerasi, tes tersebut berbentuk essay (uraian) dengan materi pola
bilangan sebanyak 6 butir soal. Soal disusun berdasarkan rumusan
indikator literasi numerasi.
35

Sebelum membuat instrument, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi


soal sesuai indikator literasi numerasi. berikut merupakan kisi-kisi dari tes
uraian dalam penelitian ini:
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Literasi Numerasi Siswa
No.
Indikator Literasi
No Indikator Soal Butir
Numerasi
Soal
1. Mampu menggunakan Mampu menggunakan angka dan 1
berbagai macam simbol yang tepat untuk
angka dan simbol menentukan suku ke-n suatu pola
untuk memecahkan bilangan dengan
masalah praktis dalam menggeneralisasi pola
berbagai macam sebelumnya.
konteks kehidupan
sehari-hari. Mampu menggunakan angka dan 5
simbol yang tepat untuk
menentukan banyak suku dari
suatu pola bilangan.

2. Mampu menganalisis Mampu menganalisis informasi 3


informasi yang mengenai aturan pola bilangan
ditampilkan dalam yang ditampilkan dalam bentuk
berbagai bentuk diagram batang untuk
(grafik, tabel, bagan, menentukan suku ke-n.
dsb).
Mampu menganalisis informasi 2a
mengenai aturan pola bilangan
yang ditampilkan dalam bentuk
tabel untuk menentukan suku
ke-n.
36

3. Mampu menafsirkan Mampu menafsirkan hasil analisis 2b


hasil analisis yang informasi mengenai aturan pola
telah dilakukan untuk bilangan dan penentuan suku ke-n
memprediksi dan yang ditampilkan dalam bentuk
mengambil tabel untuk mengambil
kesimpulan. kesimpulan.

Mampu menafsirkan hasil analisis 4


informasi mengenai aturan pola
bilangan pada diagram batang
untuk mengambil kesimpulan.

Pedoman penskoran kemampuan literasi numerasi disesuaikan dengan


indikator kemampuan literasi numerasi yang digunakan dalam penelitian
ini. Adapun pedoman penskoran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 3 Pedoman Penskoran Instrumen Kemampuan Literasi Numerasi


Siswa

Kriteria Skor No
Indikator
Soal
Mampu menggunakan Tidak ada jawaban/Jawaban 0 1, 5
berbagai macam angka benar atau salah, tetapi tanpa
dan simbol untuk penjelasan.
memecahkan masalah Menggunakan angka dan 1
praktis dalam berbagai simbol dengan tidak tepat, dan
macam konteks hasil akhir jawaban salah atau
kehidupan sehari-hari. tidak ada.
Menggunakan angka atau 2
simbol dengan tidak tepat,
tetapi jawaban benar.
37

Menggunakan angka dan 3


simbol dengan tepat, tetapi
jawaban salah atau tidak ada.
Menggunakan angka dan 4
simbol dengan tepat, dan
jawaban benar.

Mampu menganalisis Tidak ada jawaban/Jawaban 0 3, 2a


informasi yang benar atau salah, tetapi tanpa
ditampilkan dalam penjelasan.
berbagai bentuk Terdapat kekeliruan dalam 1
(grafik, tabel, bagan, menganalisis informasi yang
dsb). ditampilkan, dan jawaban
salah atau tidak ada.
Terdapat kekeliruan dalam 2
menganalisis informasi yang
ditampilkan, tetapi jawaban
benar.
Tidak ada kekeliruan dalam 3
menganalisis informasi yang
ditampilkan, tetapi jawaban
salah atau tidak ada.
Tidak ada kekeliruan dalam 4
menganalisis informasi yang
ditampilkan, dan jawaban
benar.

Mampu menafsirkan Tidak ada jawaban/Jawaban 0 2b, 4


hasil analisis yang telah benar atau salah, tetapi tanpa
dilakukan untuk penjelasan.
38

memprediksi dan Terdapat kekeliruan dalam 1


mengambil menafsirkan hasil analisis yang
kesimpulan. telah dilakukan, dan
kesimpulan tidak tepat atau
tidak ada.
Terdapat kekeliruan dalam 2
menafsirkan hasil analisis yang
telah dilakukan, tetapi
kesimpulan tepat.
Tidak ada kekeliruan dalam 3
menafsirkan hasil analisis yang
telah dilakukan, tetapi
kesimpulan tidak tepat.
Tidak ada kekeliruan dalam 4
menafsirkan hasil analisis yang
telah dilakukan, dan
kesimpulan tepat.

F. Validasi Instrumen
Sebagaimana penelitian ilmiah lainnya, instrumen penelitian harus
diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat
pengumpul data. Uji coba tersebut diolah melalui uji validitas, uji
reliabilitas, uji taraf kesukaran, dan uji daya pembeda. Berikut merupakan
langkah-langkah dalam pengolahan data uji coba soal:
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan
tingkatan kevalidan atau kesahihan dari sebuah instrumen. Suatu
instrument dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu
mengukur apa yang diinginkan5. Uji validitas yang dilakukan terhadap

5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta), Cet. XV, h. 211
39

instrument ini ialah uji validitas isi (Content Validity). Validitas isi
dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat para ahli mengenai
kesesuaian indikator dan butir soal yang dikembangkan.
Pada penelitian ini terdapat 9 ahli matematika yang berpartisipasi
untuk menilai kevaliditasan isi dari 6 butir soal uraian yang telah
dibuat oleh peneliti. Ahli matematika tersebut terdiri atas 4 dosen
matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 4 guru matematika
SMPN 21 Kota Tangerang, dan 1 guru matematika SMPN 225 Jakarta
Barat. Hasil validitas ini digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki
instrumen penelitian. Perbaikan yang dilakukan diantaranya:6
1) Memperbaiki redaksi soal agar mudah dipahami oleh siswa.
2) Memodifikasi soal yang dianggap kurang realistis.
Metode perhitungan validitas isi yang digunakan peneliti
adalah metode CVR. Rumus CVR yang digunakan ialah sebagai
berikut:7

�� −
CVR = 2

2

��� : Konten Validasi Rasio

�� : Jumlah penilai yang menyatakan item soal esensial

� : Jumlah penilai

Validasi isi dengan menggunakan metode CVR ini dilakukan pada


setiap item soal. Jika terdapat item soal yang memiliki nilai CVR tidak
memenuhi signifikasi statistik pada tabel minimum CVR Lawshe,
maka item soal tersebut tidak valid sehingga akan dihilangkan atau

6
Hania Rahmah, Skripsi: Efektivitas Pemberian Challenging Mathematical Task terhadap
Kemampuan Higher Order Mathematical Thinking (Studi Single Subject pada Siswa Gifted),
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018), h. 38.
7
C. H. Lawshe, “A Quantitative Approach to Content Validity”, Personal Psychology, INC.,
1975, h. 567.
40

diperbaiki (revisi). Berikut merupakan tabel minimum Lawshe dalam


Kholifah8 :

Tabel 3. 4 Nilai Minimum CVR

Jumlah Panelis Nilai Minimum


CVR
5 0,99
6 0,99
7 0,99
8 0,78
9 0,75
10 0,62
11 0,59
12 0,56
13 0,54
14 0,51
15 0,49
20 0,42
25 0,37
30 0,33
35 0,31
40 0,29

Berdasarkan hasil perhitungan CVR, diperoleh 4 butir soal yang valid


dan 2 butir soal yang tidak valid. Di bawah ini merupakan penyajian
hasil uji validitas 9 orang ahli:

Tabel 3. 5 Uji CVR Instrumen Literasi Numerasi


No E TE TR N N/2 ( Nilai Min Kesimpulan Keputusan
Soal N/2) CVR Skor
1 6 3 0 9 6 4,5 1,5 0,33 0,75 Tidak Valid Revisi
2a 6 3 0 9 6 4,5 1,5 0,33 0,75 Tidak Valid Revisi
2b 9 0 0 9 9 4,5 4,5 1 0,75 Valid Digunakan
3 9 0 0 9 9 4,5 4,5 1 0,75 Valid Digunakan
4 9 0 0 9 9 4,5 4,5 1 0,75 Valid Digunakan
5 9 0 0 9 9 4,5 4,5 1 0,75 Valid Digunakan

Setelah melakukan uji validitas ahli dan juga revisi terhadap hasil
butir soal yang tidak valid, langkah selanjutnya seluruh butir soal

8
Ibid, h.568.
41

tersebut akan diujikan kembali validitasnya melalui uji validitas


empiris agar kevaliditasannya semakin terbukti. Uji empiris ini
melibatkan 46 siswa kelas VIII SMPN 21 Kota Tangerang. Berikut
merupakan hasil perhitungan uji validitas empiris menggunakan
program SPSS yang telah dilakukan:

Tabel 3. 6 Hasil Perhitungan Validitas

Nomor Soal Keterangan


1 Valid
2a Valid
2b Valid
3 Valid
4 Valid
5 Valid

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas memiliki keterkaitan dengan masalah kepercayaan. Uji
reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan suatu
instrumen tes. Sebagaimana pernyataan Arikunto bahwa suatu
instrumen tes akan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi apabila
instrumen tes tersebut mampu memberikan hasil yang tetap.9
Uji reliabilitas ini dilakukan menggunakan program SPSS, setelah
dilakukan uji validitas terhadap instrumen tes terlebih dahulu. Adapun
kriteria indeks reliabilitas yang digunakan berdasarkan rumus Alpha
Cronbach adalah sebagai berikut :10

9
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 221.
10
Umai Matul Wafa, Skripsi: Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa SMPIT Nur Hikmah (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2019), h. 31.
42

Tabel 3. 7 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen


Koefisien Korelasi Interpretasi Reliabilitas
Sangat tetap/sangat baik
Tetap/baik
Cukup tetap/cukup baik
Tidak tetap/buruk
Sangat tidak tetap/sangat buruk

Berikut merupakan hasil perhitungan uji reliabilitas menggunakan


program SPSS:
Tabel 3. 8 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Variabel Hasil Uji (r) Keterangan
Kemampuan Literasi 0,713 Koefisien Korelasi
Numerasi Reliabilitas tetap/baik

3. Uji Taraf Kesukaran


Soal yang baik ialah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Apabila soalnya terlalu mudah maka siswa tidak akan
terangsang untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya,
sedangkan apabila soalnya terlalu sukar maka akan membuat siswa
menjadi putus asa untuk memecahkannya karena di luar jangkauan
yang dimiliki.11
Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu butir soal maka
perlu dilakukan uji taraf kesukaran. Bilangan yang menunjukkan besar
kesukaran dari suatu butir soal disebut indeks kesukaran (difficulty

11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), Edisi
Ketiga, Cet.1, h.232.
43

index)12. Uji taraf kesukaran pada butir soal literasi numerasi yang
berbentuk uraian menggunakan rumus:13

Taraf Kesukaran

Skor rata-rata siswa untuk satu butir soal

Skor maksimum yang telah ditetapkan sesuai tingkat


kesukarannya

Pengujian terhadap taraf kesukaran ini dilakukan


menggunakan rumus berikut mengacu pada kriteria indeks kesukaran
berikut:14
Tabel 3. 9 Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen Tes
Indeks Kesukaran Interpretasi

Terlalu sukar
Sukar

Sedang
Mudah
Terlalu mudah

12
Suharsimi Arikunto, loc. cit.
13
Mik Salmina & Fadlillah Adyansyah, “Analisis Kualitas Soal Ujian Matematika Semester
Genap Kelas XI SMA Inshafuddin Kota Banda Aceh”, Vol. 4, No. 1, April 2019, h. 43.
14
Umai Matul Wafa, op. cit., h.33
44

Berikut merupakan hasil perhitungan uji taraf kesukaran yang


diperoleh:
Tabel 3. 10 Hasil Uji taraf Kesukaran Soal Instrumen Literasi
Numerasi
No Soal Taraf Kesukaran Keterangan
1 0,56 Sedang
2a 0,41 Sedang
2b 0,32 Sedang
3 0,28 Sukar
4 0,11 Sukar
5 0,18 Sukar

4. Uji Daya Pembeda


Uji daya pembeda pada suatu soal bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana soal tersebut mampu menunjukkan siswa yang dapat
menjawab soal (berkemampuan tinggi) dan siswa yang tidak dapat
menjawab soal (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).15
Perhitungan uji daya pembeda ini menggunakan rumus:16

Daya beda soal

Skor rata-rata siswa kelas atas

Skor rata-rata siswa kelas bawah

Skor maksimum yang ditetapkan

15
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 235.
16
Mik Salmina & Fadlillah Adyansyah, op. cit., h. 44.
45

Kriteria indeks diskriminasi yang digunakan pada perhitungan uji


daya pembeda sebagai berikut:17
Tabel 3. 11 Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Diskriminasi Interpretasi

Tidak baik
Kurang baik

Cukup baik
Baik
Sangat baik

Berikut merupakan hasil perhitungan uji daya pembeda pada


instrumen soal kemampuan literasi numerasi:
Tabel 3. 12 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Instrumen Literasi
Numerasi

No. Soal Daya Pembeda Keterangan


1 0,23 Cukup Baik
2a 0,40 Cukup Baik
2b 0,49 Baik
3 0,44 Baik
4 0,22 Cukup Baik
5 0,26 Cukup Baik

Hasil perhitungan mengenai instrumen soal literasi numerasi di atas dapat


disajikan ke dalam rekapitulasi hasil perhitungan analisis instrumen
penelitian. Berikut merupakan penyajian rekapitulasi hasil perhitungan
tersebut:

17
Umai Matul Wafa, op. cit., h. 32.
46

Tabel 3. 13 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Instrumen Kemampuan


Literasi Numerasi
No. Validitas Reliabilitas Taraf Daya Keterangan
Soal Kesukaran Pembeda
1 Valid Sedang Cukup Digunakan
Baik
2a Valid Tetap/Baik Sedang Cukup Digunakan
Baik
2b Valid Sedang Baik Digunakan
3 Valid Sukar Baik Digunakan
4 Valid Sukar Cukup Digunakan
Baik
5 Valid Sukar Cukup Digunakan
Baik

G. Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini, proses analisis dilakukan dengan cara
menghitung jumlah skor siswa dan jumlah skor total dari data yang diambil
yaitu jawaban siswa terhadap instrumen tes literasi numerasi. Instrumen tes
tersebut berbentuk essay sebanyak 6 butir. Setiap butir soal menggunakan
skala minimum 0 dan maksimum 4.
Analisis yang digunakan setelah data terkumpul ialah analisis
deskriptif kuantitatif. Analisis tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku umum. Perhitungan penyebaran data dalam
analisis ini dilakukan melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,
serta perhitungan persentase.
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara:
a. Memberi skor mentah pada setiap jawaban siswa untuk masing-masing
butir soal berdasarkan standar jawaban yang telah dibuat.
b. Menghitung skor total dari tiap butir soal untuk masing-masing siswa.
47

c. Menentukan nilai kemampuan literasi numerasi masing-masing siswa


dengan rumus:

Keterangan:
NP : nilai
R : skor mentah yang diperoleh
SM : skor maksimum siswa ideal
100 : bilangan tetap
d. Menghitung skor rata-rata dan standar deviasi untuk seluruh aspek
indikator literasi numerasi yang terdapat pada tes, serta menghitung
persentase rata-rata dengan rumus:

e. Menentukan tingkat kemampuan literasi numerasi berdasarkan kriteria


dengan rumus pengategorian tiga jenjang menurut Azwar dalam Fadhila,
sebagai berikut :18
Tabel 3. 14 Pengategorian Tiga Jenjang
Rumus Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah

Keterangan:
X : Nilai siswa

: Rata-rata distribusi

: Standar deviasi

Ahmad Fadillah & Ni’mah, “Analisis Literasi Matematika Siswa dalam Memecahkan
18

Soal Matematika PISA Konten Change and Relationship”, JTAM (Jurnal Teori & Aplikasi
Matematika), Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, h. 129.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah-sekolah SMP/MTs yang
berada di Keluarahan Belendung, dengan menjadikan siswa kelas VIII
sebagai sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
hasil tes kemampuan literasi numerasi pada materi pola bilangan. Data-
data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat
kemampuan literasi numerasi yang dimiliki siswa, melalui tes berbentuk
uraian. Berikut ialah penjabaran hasil kemampuan literasi numerasi siswa:

1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Literasi Numerasi Siswa


Dari hasil tes kemampuan literasi numerasi siswa dengan jumlah
siswa sebanyak 43 orang diperoleh nilai terendah 0 dan nilai tertinggi
54,17. Agar lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Literasi Numerasi

No. Nilai Frekuensi

Absolut Relatif Kumulatif


(%)

1 0-7 7 16 7

2 8 - 15 21 49 28

3 16 - 23 10 23 38

4 24 - 31 2 5 40

5 32 - 39 2 5 42

6 40 - 47 0 0 42

7 48 - 55 1 2 43

Jumlah 43 100

48
49

Berdasarkan tabel di atas, nilai yang paling banyak diperoleh siswa


berada pada interval 8 - 15 dengan persentase sebesar 49% (21 siswa
dari 43 siswa), sedangkan nilai yang paling sedikit diperoleh siswa
berada pada interval 48 - 55 dengan persentase sebesar 2% (1 siswa
dari 43 siswa). Nilai rata-rata dari data tersebut ialah 14,85. Dengan
demikian, maka dapat dinyatakan bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai di bawah rata-rata lebih banyak daripada siswa yang
memperoleh nilai di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase nilai siswa yang berada di bawah rata-rata masih begitu
tinggi.

2. Statistika Kemampuan Literasi Numerasi Siswa


Hasil statistika yang diperoleh mengenai kemampuan literasi
numerasi siswa, sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Statistika dari Literasi Numerasi

Statistika Hasil

Nilai Terendah 0,00

Nilai Tertinggi 54,17

Rata-rata 14,85

Median 13,02

Modus 11,98

Varians 92,14

Simpangan Baku 9,60

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa


adalah 14,85 dengan perolehan nilai paling banyak mendekati 11,98.
Jika kita membandingkan angka-angka tersebut dengan nilai KKM
mata pelajaran sekolah yang pada umumnya berkisar antara 70 - 75,
maka perbedaannya sangat jauh sekali. Dengan demikian, dapat
50

dikatakan bahwa mayoritas siswa belum memiliki kemampuan literasi


numerasi yang baik.

3. Persentase Kemampuan Literasi Numerasi Siswa berdasarkan


Indikatornya
Kemampuan literasi numerasi pada penelitian ini didasarkan atas
tiga indikator, sebagimana yang telah dijelaskan pada bab 2. Hasil skor
kemampuan literasi numerasi siswa berdasarkan tiga indikator literasi
numerasi dijabarkan pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Hasil Skor Kemampuan Literasi Numerasi Siswa


Berdasarkan Tiga Indikator Literasi Numerasi

No Indikator Skor Skor Mean Persentase


Ideal Siswa (%)

1. Mampu menggunakan
berbagai macam angka
dan simbol yang
terkait dengan 8 76 1,77 22,09
matematika dasar
untuk memecahkan
masalah praktis dalam
berbagai macam
konteks kehidupan
sehari-hari.
2. Mampu menganalisis
informasi yang
ditampilkan dalam 8 45 1,05 13,08
berbagai bentuk
(grafik, tabel, bagan,
dsb).
51

3. Mampu menafsirkan
hasil analisis yang
telah dilakukan untuk
memprediksi dan 8 15 0,35 4,36
mengambil keputusan.

Total 24 136 3,16 39,53

BeBerdasarkan tabel diketahui bahwa setiap indikator memiliki


nilai ideal yang sama. Hal ini dikarenakan jumlah butir soal yang sama
banyak untuk tiap indikator, yaitu 2 butir soal. Masing-masing butir
soal memiliki skor maksimum 4. Pada tabel 4.3 juga menunjukkan
persentase kemampuan literasi numerasi secara umum pada siswa
yaitu dengan capaian angka sebesar 39,53% (perhitungan rata-rata).
Persentase paling tinggi diperoleh pada indikator pertama yang
menyatakan siswa mampu menggunakan berbagai macam angka dan
simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan
masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari
yaitu sebesar 22,09%, lalu untuk persentase paling tinggi kedua
diperoleh pada indikator kedua yang menyatakan siswa mampu
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk
(grafik, tabel, bagan, dsb) yaitu sebesar 13,08%, dan persentase paling
rendah diperoleh pada indikator ketiga yang menyatakan siswa mampu
menafsirkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk memprediksi
dan mengambil kesimpulan yaitu sebesar 4,36%.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil dari setiap
indikator literasi numerasi. Perolehan hasil persentase tertinggi ialah
pada indikator pertama, hal ini dikarenakan indikator tersebut
merupakan indikator dengan tingkat kemampuan terendah dari
kemampuan literasi numerasi. Perolehan hasil persentase tertinggi
52

kedua ialah pada indikator kedua yang memang merupakan tingkatan


sedang dari kemampuan literasi numerasi. Perolehan persentase
terendah ialah pada indikator ketiga, karena ini merupakan indikator
dengan tingkat tersulit dari kemampuan literasi numerasi dimana pada
indikator ini siswa harus mampu memprediksi dan mengambil
keputusan secara tepat.

4. Perbandingan Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok Tinggi,


Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah Siswa berdasarkan
Indikator Literasi Numerasi
Berdasarkan perolehan skor siswa yang telah dikonversikan ke
dalam skala 0 sampai 100, didapatlah kelompok-kelompok yang
dinamakan kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah
dengan pengategorian sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Pengategorian Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang,dan


Kelompok Rendah
Kelompok Rumus Interval Nilai

Tinggi X ≥ (μ + 1σ) X ≥ 24,45

Sedang (μ − 1σ) ≤ X < (μ + 1σ) 5,25 ≤ X < 24,45

Rendah X < (μ − 1σ) X < 5,25

Kelompok tinggi ialah kelompok yang memperoleh nilai


dengan interval 24,45 sampai 100 terdiri atas 5 siswa. Kelompok
rendah ialah kelompok yang memperoleh nilai dengan interval 5,25
sampai 24,44 terdiri atas 31 siswa. Kelompok rendah ialah kelompok
yang memperoleh nilai dengan interval 0 sampai 24,44 terdiri atas 7
siswa.
Perbedaan kemampuan literasi numerasi berdasarkan indikator
kemampuan literasi numerasi antara kelompok tinggi, kelompok
sedang, dan kelompok rendah dapat dilihat pada tabel berikut:
53

Tabel 4. 5 Perbandingan Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok


Tinggi, Kelompok Sedang, dan Kelompok Rendah Siswa berdasarkan
Indikator Kemampuan Literasi Numerasi
No. Indikator Skor Tinggi Sedang Rendah
Ideal
Skor � Skor � Skor �

1 Mampu 8 17 3,40 53 1,71 6 0,86


menggunakan
berbagai
macam angka
dan simbol
yang terkait
dengan
matematika
dasar untuk
memecahkan
masalah
praktis dalam
berbagai
macam
konteks
kehidupan
sehari-hari.

2 Mampu 8 15 3,00 30 0,97 0 0


menganalisis
informasi
yang
ditampilkan
dalam
berbagai
bentuk
(grafik, tabel,
bagan, dsb).
3 Mampu 8 9 1,80 6 0,19 0 0
menafsirkan
hasil analisis
yang telah
dilakukan
untuk
memprediksi
dan
mengambil
54

keputusan.

Jumlah 24 41 8,2 89 2,87 6 0,86

� - 34,17 11,96 3,57

Berikut merupakan perbandingan rata-rata skor kemampuan literasi


numerasi siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan indikator
kemampuan literasi numerasi jika disajikan dalam bentuk grafik:
Grafik 4.1 Grafik Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok Tinggi,
Sedang, dan Rendah berdasarkan Indikator Literasi Numerasi

Berdasarkan tabel 4.5 dan grafik 4.1 terlihat bahwa skor rata-rata
setiap indikator berdasarkan kelompok tinggi, sedang, dan rendah terdapat
perbedaan. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok tinggi unggul dalam
semua indikator dibanding dengan kelompok sedang dan kelompok rendah.
Pada kelompok tinggi, memperoleh urutan rata-rata skor tertinggi hingga
terendah yaitu dimulai dari indikator I, indikator II, dan indikator III.
 Indikator I
Indikator I meliputi soal nomor 1 dan 5. Untuk soal nomor 1, tidak ada
seorang pun siswa dalam kelompok ini yang berhasil menjawab soal
55

secara keseluruhan dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan sebagian


besar siswa mengalami kekeliruan dalam perhitungan, sedangkan
sisanya berhasil melakukan penghitungan yang tepat akan tetapi siswa
hanya mengerjakan setengah jalan penyelesaian saja. Untuk soal no 5,
hanya dua orang siswa saja yang berhasil menyelesaikan soal secara
tepat hingga tuntas, sedangkan sisanya tidak berhasil menjawab soal
secara tuntas dikarenakan sebagian siswa kesulitan dalam menentukan
pola sehingga hanya mampu menuliskan jawaban seperempat jalan
penyelesaian saja dan sebagian lagi tidak dapat memahami soal
sehingga tidak mampu memberikan jawaban apapun.
 Indikator II
Indikator II meliputi soal nomor 2a dan 3. untuk soal nomor 2a, tidak
ada seorang pun siswa yang mampu menjawab soal secara keseluruhan
dengan tepat. Hal itu dikarenakan beberapa hal, diantaranya siswa
hanya menuliskan jawaban akhir tanpa menuliskan cara
penyelesaiannya, siswa menuliskan cara penyelesaian akan tetapi
terdapat kekeliruan dalam perhitungannya sehingga tidak mampu
memberikan jawaban akhir secara tepat. Untuk soal nomor 3, hanya
ada dua orang siswa saja yang mampu menjawab soal secara
keseluruhan dengan tepat, sedangkan sisanya ada yang melakukan
kekeliruan dalam perhitungan dan ada juga yang memberikan jawaban
akhir tanpa menuliskan cara penyelesaiannya.
 Indikator III
Indikator III meliputi soal nomor 2b dan 4. Untuk soal nomor 2b
hanya satu orang siswa saja yang berhasil menjawab soal secara tepat
hingga tuntas, sedangkan untuk siswa lainnya sebagian menjawab
tanpa menuliskan cara penyelesaian dan sebagian lagi memberikan
keputusan atau alasan yang kurang tepat. Untuk soal nomor 4 tidak
ada seorang pun siswa yang berhasil menjawab soal secara
keseluruhan dengan tepat. Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa
dapat diketahui bahwa mayoritas siswa tidak mampu memahami soal
56

dengan baik sehingga jawaban yang siswa berikan hanyalah


penjabaran ulang dari jawaban nomor 3.
Pada kelompok sedang, urutan rata-rata skor tertinggi hingga terendah
dimulai dari indikator I, indikator II, dan indikator III.
 Indikator I
Indikator I terdiri atas soal nomor 1 dan 5. Untuk soal nomor 1,
sebagian siswa hanya berhasil menentukan nilai tiap suku dan tidak
mampu melanjutkan penyelesaian lagi, sebagiannya lagi ada yang
tidak bisa menentukan nilai tiap suku dan ada juga yang mengalami
kekeliruan dalam perhitungannya. Untuk soal nomor 5, tidak ada
seorang pun siswa yang berhasil menjawab soal ini hingga tuntas. Dari
jawaban siswa dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
mengosongkan kolom jawabannya dan sebagian lagi hanya
menuliskan jawaban tanpa cara.
 Indikator II
Indikator II terdiri atas soal nomor 2a dan 3. untuk soal nomor 2a,
tidak ada seorang pun siswa yang bisa menjawab soal dengan tepat
hingga tuntas. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh siswa
memberikan jawaban tanpa menuliskan cara penyelesaian, sedangkan
sisanya tidak memberikan jawaban apapun. Untuk soal nomor 3,
sebagian memberikan jawaban tanpa menuliskan cara penyelesaiannya
dan sebagian lagi mengosongkan kolom jawaban mereka.
 Indikator III
Indikator III terdiri atas soal nomor 2b dan 4. Untuk soal nomor 2b
hanya dua orang siswa saja yang memberikan jawaban meskipun salah
dan tanpa menuliskan cara penyelesaian, sedangkan siswanya memilih
untuk tidak menjawab. Untuk soal nomor 4, sebagian siswa
memberikan jawaban salah dan tanpa cara penyelesaian, sedangkan
sebagiannya lagi mengosongkan kolom jawabannya.
57

Pada kelompok rendah, urutan rata-rata skor tertinggi hingga terendah


dimulai dari indikator I kemudian indikator II dan indikator III.
 Indikator I
Indikator I mencakup soal nomor 1 dan 5. untuk soal nomor 1 hanya
tiga orang siswa saja yang berhasil menjawab soal dengan tepat hingga
akhir. Sebagian besar dari siswa yang tersisa, melakukan kesalahan
dalam menentukan nilai tiap suku dan juga dalam melakukan
perhitungan. Untuk soal nomor 5 hanya seorang siswa saja yang hanya
mampu menuliskan seperempat jawaban secara tepat, sedangkan
sebagian dari siswa lainnya hanya memberikan jawaban tanpa cara
penyelesaian dan sebagian lagi memilih mengosongkan kolom
jawabannya.
 Indikator II
Indikator II mencakup soal nomor 2a dan 3. Untuk soal nomor 2a,
mayoritas siswa mengalami kekeliruan dalam melakukan perhitungan
sehingga tidak berhasil memberikan jawaban akhir dengan tepat.
Sedangkan siswa lainnya ada yang memberikan jawaban tanpa
menggunakan cara penyelesaian dan ada pula yang tidak memberikan
jawaban apapun. Untuk soal nomor 3, sebagian besar siswa
memberikan jawaban tanpa menuliskan cara penyelesaiannya dan
sebagian lagi memberikan cara penyelesaian tetapi mengalami
kekeliruan dalam perhitungannya.
 Indikator III
Indikator III mencakup soal nomor 2b dan 4. Untuk soal nomor 2b
mayoritas siswa mengosongkan kolom jawabannya, sedangkan sisanya
memberikan keputusan yang kurang atau bahkan tidak tepat. Untuk
soal 4, tidak ada seorang pun yang berhasil memperoleh skor pada soal
ini.
58

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Berikut penjelasan untuk masing-masing indikator literasi numerasi
yang idperoleh dari jawaban-jawaban siswa kelas VIII SMP/MTs di
Kelurahan Belendung untuk setiap butir soal tes kemampuan literasi
numerasi pada materi pola bilangan.
1. Mampu menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang
terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah
praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.
Pada indikator ini diperoleh persentase tertinggi dibandingkan
dengan indikator lainnya, yaitu 22,09% dari skor ideal. Indikator ini
terdapat pada butir soal nomor 1 dan 5. Berikut soal dan jawaban dari
siswa pada indikator ini:
Soal no. 1

Gambar 4. 1 Contoh jawaban benar pada indikator 1 (soal nomor 1)


59

Contoh jawaban siswa ini menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki


kemampuan literasi numerasi pada indikator 1 dengan baik, karena siswa
mampu menggunakan angka dan simbol bentuk bangun datar secara
tepat untuk menyelesaikan permasalahan. Hal tersebut dapat dilihat dari
cara siswa menuliskan jawabannya secara detail, mulai dari simbol
gambar bangun datar, angka, hingga polanya. Dengan begitu, maka dapat
dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan literasi numerasi
yang sangat baik.

Soal no. 5

Gambar 4. 2 Contoh jawaban benar pada indikator 1 (soal nomor 5)

Soal nomor 5 ini memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding


dengan soal nomor 1. Oleh karena itu, contoh jawaban siswa ini
menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan literasi
60

numerasi yang sangat baik pada indikator pertama. Kita dapat melihat
bahwa siswa tersebut mampu memahami soal dengan baik sehingga
mampu menentukan pola bilangan dengan caranya sendiri untuk
menyelesaikan permasalahan. Hanya saja siswa menuliskan cara dia
menentukan beda dari suatu suku ke suku berikutnya masih kurang rapi.

Hasil wawancara kepada siswa IR:

P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu ini (menunjuk


jawabannya pada soal nomor 5).
IR : Yakin.
P : Bagaimana kamu mendapatkan jawaban ini?
IR : dari angka 4 ke angka 7 itu ditambah 3, dari angka 7 ke angka 12
itu di tambah 5, dan dari angka 12 ke angka 19 itu ditambah 7.
Nah, dari situ saya bisa melihat bahwa untuk menentukan beda
berikutnya ialah dengan menjumlahkan beda sebelumnya dengan
angka dua.
P : Kenapa hitungan kamu berhenti di angka 67?
IR : Karena dari soal diketahui bahwa keliling kue tart terbesar
268 cm. Jadi saya mencari panjang sisi kue tart tersebut, dan
hasilnya 67 cm. Jadi saya berhenti di angka 67. Berhubung yang
ditanya banyak variasi, jadi saya hitung banyak angka dari angka
4 ke angka 67 ada sebanyak 8 buah. Sehingga saya menemukan
bahwa banyak variasi kue tart adalah 8 variasi.

2. Mampu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai


bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb)
Indikator ini merupakan indikator yang memperoleh persentase rata-
rata tertinggi kedua dari skor ideal yaitu 13,08%. Indikator ini terdri atas
dua butir soal, butir soal nomor 2a dan 3. Berikut soal dan jawaban dari
siswa pada indikator ini.
61

Soal no. 2a

Gambar 4. 3 Contoh (1) jawaban salah pada indikator 2 (soal nomor 2a)
62

Gambar 4. 4 Contoh (2) jawaban salah pada indikator 2 (soal nomor 2a)

Pada soal nomor 2a ini tidak ada seorang pun siswa yang mampu
menjawab soal secara tepat. Hal tersebut dikarenakan mayoritas siswa
mengalami kekeliruan dalam menggunakan angka dan melakukan
operasi hitung. Dapat kita lihat pada contoh jawaban siswa di atas. Pada
contoh (1) siswa mengalami kekeliruan dalam melakukan perhitungan
pada harga tiket bus C, D, dan E. Bahkan siswa tersebut juga salah
menentukan besarnya kenaikan harga tiket bus E. Sedangkan pada
contoh (2) siswa mengalami kekeliruan dalam menggunakan angka.
Sebagaimana siswa diminta untuk menentukan harga tiket bus pada
tahun 2042, tetapi siswa tersebut justru menentukan harga tiket bus pada
tahun 2024. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa kedua siswa
ini belum memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik pada
indikator 2 terutama soal nomor 2a.
63

Soal no. 3

Gambar 4. 5 Contoh jawaban benar pada indikator 3 (soal nomor 2b)

Contoh jawaban benar yang diberikan siswa pada soal nomor 2b ini
menunjukkan cara siswa menyelesaikan permasalahan dengan caranya
sendiri. Di sini siswa tidak menuliskan penyelesaiannya secara runtun,
64

tetapi dia menuliskan bagaimana caranya berpikir sehingga bisa


memperoleh hasil yang demikian. Sebagaimana ia menuliskan bahwa
dalam satu jam ada 60 menit, dan bakteri mengalami pembelahan setiap
12 menit. Ia juga menuliskan bahwa bakteri P mengalami pembelahan
sebanyak 5 kali setiap 12 menit, bakteri Q mengalami pembelahan
sebanyak 4 kali setiap 12 menit, dan bakteri R mengalami pembelahan
sebanyak 3 kali setiap 12 menit. Sehingga ia berhenti menghitung
pembelahan bakteri jika bakteri sudah melakukan pembelahan selama 60
menit, dan diperolehlah hasil yang demikian itu. Dengan demikian, maka
dapat dikatakan bahwa siswa yang memberikan jawaban ini memiliki
kemampuan literasi numerasi yang sangat baik pada indikator ketiga.

Hasil wawancara kepada siswa JMS:


P : Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3 ini (nunjuk soal
nomor 3)?
JMS : Dari yang saya lihat pada soal, angka 8, 16, dan 29 dikalikan
berapa agar menjadi 40, 64, dan 87.
P : Oke. Lalu bagaimana lagi?
JMS : Nah, teruskan bakteri mengalami pembelahan setiap 12 menit
sekali.
P : Ini kenapa dapat hasilnya segini?
JMS : Karena kan bakteri melakukan pembelahan selama 1 jam atau
60 menit. Jadi setelah saya hitung pembelahan bakteri setiap 12
menit, saya berhenti saat waktunya itu sudah 60 menit.
P : Apa kamu yakin dengan jawaban kamu?
JMS : Insya Allah.
65

3. Mampu menafsirkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk


memprediksi dan mengambil kesimpulan
Indikator ini merupakan indikator dengan perolehan persentase rata-
rata terendah dari skor ideal dibandingkan dengan indikator lainnya.
Persentasenya yaitu sebesar 4,36%. Indikator ini terdiri atas dua butir
soal, yakni soal nomor 2b dan 4. berikut merupakan soal dan jawaban
untuk indikator ini:

Soal no. 2b

Gambar 4. 6 Contoh jawaban benar pada indikator 3 (soal nomor 2b)


66

Soal nomor 2b ini merupakan lanjutan dari soal nomor 2a, sehingga
siswa harus menjawab soal nomor 2a terlebih dahulu agar bisa menjawab
soal nomor 2b. Contoh jawaban benar yang dikerjakan oleh seorang
siswa menunjukkan bahwa siswa ini memahami soal dengan sangat baik.
Meski ia tidak menulis jawaban secara runtun, namun ia mengerti bahwa
total harga tiket bus untuk empat orang anggota keluarga yang akan pergi
tidak boleh melebihi biaya yang telah disiapkan. Dari harga tiket masing-
masing bus yang telah dihitungnya (tercantum dalam jawaban soal 2a)
kemudian siswa kalikan dengan 4 untuk menemukan bus mana yang
hasilnya tidak melebihi biaya yang disiapkan, sehingga siswa dapat
menentukan bus yang tepat untuk dikendarai oleh keluarga tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan literasi
numerasi pada indikator ketiga dengan sangat baik.

Hasil wawancara kepada siswa JMS:

P : Bagaimana kamu dapat hasil jawabanmu ini (nunjuk nomor 2b)?


JMS : Ini didapat dari harga tiket masing-masing bus yang sudah
dicari pada nomor 2a kemudian dikalikan dengan 4, karena kan
anggota yang akan pergi ada 4 orang. Nanti hasilnya
dibandingkan dengan biaya yang sudah disiapkan.
P : Lalu kamu menjawab bus apa?
JMS : Bus B dan E.
P : Kenapa kamu menjawab bus tersebut?
JMS : karena dari perkalian harga masing-masing tiket bus dengan 4
anggota keluarga itu cuma bus B dan E yang hasilnya sama-sama
kurang atau tidak melebihi biaya yang sudah disiapkan.
67

Soal no. 4

Gambar 4. 7 Contoh jawaban salah pada indikator 3 (soal nomor 4)

Pada soal nomor 4 ini tidak ada seorangpun yang mampu menjawab soal
secara tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, sebagian besar
dari mereka tidak memahami soal dan sisanya mengalami kebingungan
dalam menentukan cara penyelesaiannya. Soal nomor 4 ini merupakan
soal lanjutan dari soal nomor 3, sehingga siswa harus mampu menjawab
soal nomor 3 dengan tepat terlebih dahulu agar dapat mengerjakan soal
nomor 4. Gambar di atas merupakan contoh jawaban siswa yang hanya
mampu menyelesaikan sebagian jawaban, dan itupun tidak tertulis secara
runtut. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa tersebut belum memiliki
kemampuan literasi numerasi yang baik pada indikator 3, terutama
dengan permasalahan nomor 4 ini.
68

C. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, meskipun sudah dilakukan berbagai upaya agar hasil yang
diperole maksimal. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai kekurangan dan
keterbatasan di dalam melakukan penelitian ini. Adapun keterbatasan
tersebut antara lain :
1. Penelitian ini hanya berfokus pada pokok bahasan materi pola bilangan
kelas VIII, sehingga hasil penelitian ini belum dapat menyetakan
kemampuan literasi numerasi siswa secara umum.
2. Alokasi waktu yang kurag dan waktu penelitian yang sangat mendesak
dikarenakan mendekati Ujian Akhir Semester Genap sehingga
menjadikan penelitian ini kurang terkoordinasi dengan baik.
3. Pada saat penelitian masih terdapat beberapa sekolah yang masih
melakukan PTM terbatas akibat covid, sehingga pengambilan sampel
dilaukan seminim mungkin tetapi cukup untuk memenuhi syarat
minimum penggunaan sampel dalam suatu penelitian.
4. Penelitian ini tidak menggunakan tingkatan level kemapuan literasi
matematis.
Berdasarkan jawaban siswa mengenai instrumen tes kemampuan
literasi numerasi dapat diketahui bahwa mayoritas siswa sering sekali
melakukan kekeliruan dalam perhitungan. Di samping itu, siswa juga terlalu
sering memberikan jawaban tanpa menuliskan cara penyelesaiannya. Hal
tersebut yang menyebabkan sebagian besar siswa memperoleh nilai rendah.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi mengenai hasil analisis terhadap kemampuan
literasi numerasi siswa SMP/MTs kelas VIII di Kelurahan Belendung pada
materi pola bilangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa masih
memiliki kemampuan yang sangat kurang dalam memahami soal.
Kurangnya kemampuan tersebut dikarenakan kecenderungan soal-soal
latihan sehari-hari yang diberikan biasanya berbentuk sederhana, praktis,
dan mudah sehingga siswa kurang terlatih di dalam mengerjakan soal-soal
berbentuk cerita. Oleh karena itu, siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal literasi numerasi yang diberikan. Meskipun
demikian, masih ada segelintir siswa yang mampu memahami soal dengan
baik serta mampu mengerjakannya secara benar dengan caranya sendiri.
Kemampuan literasi numerasi siswa SMP/MTs kelas VIII di
Kelurahan Belendung masih tergolong rendah sekali dan belum
berkembang. Dapat dilihat dari nilai rata-rata seluruh siswa yang dijadikan
sampel hanya sebesar 14,85. Angka tersebut berada sangat jauh di bawah
kisaran angka yang umumnya menjadi nilai minimum matematika di
sekolah, yaitu 70-75.
Berdasarkan pengategorian kelompok tinggi, sedang, dan rendah
mengenai hasil penilaian kemampuan literasi numerasi diperoleh nilai
rata-rata untuk kelompok tinggi 34,17, kelompok sedang 11,96, dan
kelompok rendah 3,57. Jika nilai rata-rata tersebut dibandingkan dengan
nilai minimum matematika di sekolah yang berkisar antara 70 sampai 75,
maka perbedaannya sangat jauh sekali. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa siswa yang tergolong ke dalam kelompok tinggi, sedang, maupun
kelompok rendah masih memiliki kemampuan literasi numerasi yang
rendah sekali.

69
70

B. SARAN
Berikut adalah beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan:
1. Bagi guru dan sekolah, penelitian ini memberikan informasi mengenai
kemampuan literasi numerasi siswa khususnya siswa SMP/MTs kelas
VIII di Kelurahan Belendung. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
dapat dijadikan acuan untuk mencari alternatif solusi untuk
memperbaiki atau meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa.
2. Bagi siswa dapat dijadikan gambaran mengenai kemampuan literasi
numerasi siswa Indonesia, sehingga diharapkan siswa termotivasi
untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi yang dimiliki.
3. Bagi peneliti lain, bisa menjadi referensi untuk melakukan penelitian
lanjutan atau penelitian dengan berfokus pada kemampuan yang sama
namun dengan pokok materi matematika yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus, dkk. PEMBELAJARAN LITERASI Strategi Meningkatkan


Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta:
BUMI AKSARA. Cet. 1, 2017.
Anwar, Saiful. “Pembelajaran IPS Berbasis Literasi (Gerakan Literasi Sekolah
Tahap Pembelajaran) pada Kelas VIII di SMPN 2 Banyubiru” (Skripsi).
Semarang: UNS, 2019.
Ariandani, Ardelia Pratista. “Analisis Hubugan Antara Literasi Numerasi,
Kecemasan Finansial (Financial Anxiety) Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
dan Uang Saku Bulanan dengan Literasi Keuangan Mahasiswa
Universitas Brawijaya”. Artikel Jurnal Ilmiah, 2019.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. XV.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
Edisi Ketiga, Cet.1.
Asmara, Andes Safarandes, dkk. “Analisis Kemampuan Literasi Matematika
Siswa Kelas X Berdasarkan Kemampuan Matematika” Scholaria Vol.7
No.2, 2017.
Astuti, Yeni, dkk. “Identifikasi Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas
VIII SMPN Model Terpadu Madani Pada Materi Aritmatika Sosial” Jurnal
Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako Vol. 5 No. 3, 2018.
Department of Education and Skills. Literacy and Numeracy for Learning and
Life. 2011.
Diana, Nanang, dkk. “Analysis of Students’ Mathematical Connection Abilities in
Solving Problem of Circle Material : Transposition Study” Journal for the
Education of Gifted Young Scientists Vol. 8 No. 2, 2020.
Dinni, Husna Nur. “HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika” PRISMA 1 (Prosiding Seminar
Nasional Matematika), 2018.

71
72

Fadillah, Ahmad & Ni’mah. “Analisis Literasi Matematika Siswa dalam


Memecahkan Soal Matematika PISA Konten Change and Relationship”.
JTAM (Jurnal Teori & Aplikasi Matematika), Vol. 3 No. 2, Oktober 2019.
Fatimah. Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan. Bandung: PT Mizan
Pustaka. Cet. 1, 2009.
Flanto, Farinia. Literasi Numerasi dalam Pengembangan Klub STEAM &
Wirausaha di Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2018.
Haerudin. “Pengaruh Literasi Numerasi terhadap Perubahan Karakter Siswa”.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
(Sesiomadika), 2018.
Hamid, Hariyadi. Manajemen Merah Putih: Kumpulan Esai yang Mulanya
Berserakan. Makassar: CV. Social Politic Genius (SIGn). Cet. 1, 2018.
Jufri, Lucky Heriyanti. “Penerapan Double Loop Problem Solving untuk
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Level 3 Pada Siswa Kelas
VIII SMPN 27 Bandung” LEMMA Vol. 2, No. 1, 2015.
Kadir, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2019.
Karlimah, dkk. “Pengembangan Kemampuan Proses Matematika Siswa Melalui
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Tidak Langsung di
Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan MIPA Vol. 13 No. 2, 2012.
Lamada, Mustari, dkk. “Analisis Kemampuan Literasi Siswa SMK Negeri di Kota
Makassar”. Jurnal Media Komunikasi Pendikan Teknologi dan Kejuruan
Vol. 6 No. 1, 2019.
Latifah, Titin. “Pembelajaran Model Situation-Based Learning untuk
Meningkatkan Literasi Kuantitatif dan Pencapaian Self-Efficacy Siswa
SMP” (Skripsi). Bandung: UPI, 2017.
Lawshe, C. H. “A Quantitative Approach to Content Validity”. Personal
Psychology, INC, 1975.
73

Mahmud, Muhammad Rifqi dan Inne Marthyane Pratiwi. “Literasi Numerasi


Siswa dalam Pemecahan Masalah Tidak Terstruktur”. KALAMATIKA
Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 4 No. 1, April 2019.
Mansur, Nabilah. “Melatih Literasi Matematika Siswa dengan Soal PISA”
PRISMA (Prosiding Seminar Nasional Matematika), 2018.
Masjaya dan Wardono. “Pentingnya Kemampuan Literasi Matematika untuk
Menumbuhkan Kemampuan Koneksi Matematika dalam Meningkatkan
SDM” PRISMA 1 (Prosiding Seminar Nasional Matematika) Vol. 1, 2018.
Maulidina, Ana Puspita dan Sri Hartatik. “Profil Kemampuan Numerasi Siswa
Sekolah Dasar Berkemampuan Tinggi dalam Memecahkan Masalah
Matematika”. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 3 No. 2, 2019.
Maulyda, Mohammad Archi. Paradigma Pembelajaran Matematika Berbasis
NCTMI. Malang: CV IRDH. Cet. 1, 2020.
Muzaki, Ahmad dan Masjudin. “Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa”.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 8 No. 3, 2019.
Nahdi, Dede Salim. “Keterampilan Matematika di Abad 21”. Jurnal Cakrawala
Pendas Vol. 5 No. 2, 2019.
Nahdi, Dede Salim, et al. “Pre-Service Teacher’s Ability in Solving Mathematics
Problem Viewed from Literacy Numeracy”. Elementary Education Online
Vol. 19 No. 4, 2020.
Nudiati, Deti dan Elih Sudiapermana. “Literasi Sebagai Kecakapan Hidup Abad
21 pada Mahasiswa”. Indonesia Journal of Learning Education and
Counseling Vol. 3 No. 1, 2020.
Pangesti, Fitraning Tyas Puji. “Menumbuhkembangkan Literasi Numerasi Pada
Pembelajaran Matematika dengan Soal HOTS” Indonesian Digital
Journal of Mathematics and Education Vol. 5 No. 9, 2018.
Poernomo, Erdy , dkk. “Studi Literasi Matematis” ALGORITMA Journal of
Mathematics Education (AJME) Vol. 3 No. 1, 2021.
Purnomo, Bagus Wahyu dan Anisa Fatwa Sari. “Literasi Matematika Siswa IPS
dalam Menyelesaikan Soal PISA Konteks Saintifik” Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika Vol. 10 No. 3, 2021.
74

Putra, Yudi Yunika dan Rajab Vebrian. Literasi Matematika (Mathematical


Literacy) Soal Matematika Model PISA Menggunakan Konteks Bangka
Belitung. Sleman: CV Budi Utama. Cet. 1, 2020.
Rahmah, Hania. “Efektivitas Pemberian Challenging Mathematical Task
terhadap Kemampuan Higher Order Mathematical Thinking (Studi Single
Subject pada Siswa Gifted)” (Skripsi). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2018.
Rini Sovia Firdaus, Dwi dan Roni Jayawinangun. “Efektivitas Sosialisasi Modul
Kesehatan Program Family Development Session dalam Membentuk Sikap
Keluarga Penerima Manfaat”. Journal Universitas Pakuan Vol. 25 No. 2,
2019.
Salmina, Milk & Fadlillah Adyansyah. “Analisis Kualitas Soal Ujian Matematika
Semester Genap Kelas XI SMA Inshafuddin Kota Banda Aceh”. STKIP
Bina Bangsa Getsempena Vol. 4 No. 1, April 2017.
Sari, Rosalia Hera Novita. “Literasi Matematika: Apa, Mengapa dan
Bagaimana?”. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UNY, 2015.
Sari, Rahayu Febrina. “Analisis Kemampuan Literasi Aljabar Siswa SMP”
(Skripsi). Bandung: UPI, 2018.
Schleicher, Andreas. “PISA 2018 Insights and Interpretations”. OECD
Publishing, 2018.
Schleicher, Andreas. “PISA 2018 Results WHAT STUDENTS KNOW AND CAN
DO”. OECD Publishing Vol. 1, 2018.
Siagian, Muhammad Daut. “Kemampuan Koneksi Matematika dalam
Pembelajaran Matematika” JMES (Journal of Mathematics Education and
Science) Vol. 2 No. 1, 2016.
Sukmawati, Rika. “Analisis Kemampuan Literasi Matematika Berdasarkan
Kemampuan Awal Matematis Mahasiswa”. Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Ahmad Dahlan, 2018.
75

Supendi, Ahmad, dkk. “Model Means-Ends Analysis dan Direct Intruction


terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol. 6 No. 2, 2017.
Susanti, Elsa dan Salmaini Safitri Syam. “Peran Guru Dalam Meningkatkan
Kemampuan Literasi Matematika Siswa Indonesia”. Seminar
Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 2017.
Syahlan. “Literasi Matematika Dalam Kurikulum 2013”. Jurnal Penelitian,
Pemikiran, dan Pengabdian Vol. 3, No. 1, 2015.
Syawahid, M dan Susilahudin Putrawangsa. “Kemampuan Literasi Matematika
Siswa SMP Ditinjau dari Gaya Belajar”. BETA Jurnal Tadris Matematika
Vol. 10 No. 2, 2017.
Tim Gerakan Literasi Nasional (GLN) Kemendikbud. Materi Pendukung Literasi
Numerasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Y, Wicaksana, dkk. “Analisis Kemampuan Literasi Matematika dan Karakter
Rasa Ingin Tahu Siswa pada Pembelajaran Berbasis Proyek Berbantuan
Schoology”. PRISMA 1 Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2017.
Wafa, Umai Matul. “Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa SMPIT Nur Hikmah” (Skripsi). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2019.
76

Lampiran 1

Instrumen Tes Kemampuan Literasi Numerasi

Mata Pelajaran : Matematika Nama :

Materi : Pola Bilangan Sekolah :

Waktu : 120 menit

1. Seorang guru memberikan tugas kepada muridnya untuk melengkapi bilangan


pada masing-masing pola (persegi, segitiga, dan lingkaran) yang tertera pada
gambar pita berikut:

Bilangan hasil dari dua kali bentuk lingkaran yang kelima + bentuk persegi
yang kesepuluh − dua kali bentuk segitiga yang kedelapan = …
77

2. Di bawah ini merupakan tabel mengenai kenaikan harga tiket berbagai macam
bus jurusan Tangerang - Denpasar (Bali) :

Macam Tahun
Bus 2018 2019 2020 2021 2022
A 343.000 392.900 442.800 492.700 542.600
B 360.000 407.700 455.400 503.100 550.800
C 337.000 390.500 444.000 497.500 551.000
D 348.000 397.800 447.600 497.400 547.200
E 354.000 402.500 451.000 499.500 548.000

a. Berapakah harga tiket masing-masing bus (A, B, C, D, dan E) pada tahun


2042? Dari kelima bus tersebut, urutkan bus yang memiliki harga tiket
paling murah hingga paling mahal pada tahun 2042!
b. Pada tahun 2042 Nana, kedua orangtuanya, dan juga seorang adiknya
ingin berlibur ke Denpasar (Bali). Pada saat keberangkatan mereka
memutuskan untuk menggunakan transportasi bus dari Tangerang hingga
Denpasar (Bali). Mereka ingin berangkat bersama menggunakan bus
yang sama. Jika uang yang mereka persiapkan untuk membeli tiket
keberangkatan Rp 6.100.000, maka bus mana sajakah yang dapat mereka
gunakan pada saat keberangkatan? Berikan alasanmu!

3. Berikut merupakan grafik mengenai pembelahan bakteri:


78

Bakteri �, �, dan � mengalami pembelahan setiap 12 ����� dan membentuk


pola bilangan seperti di atas. Pada pukul 15.22 ���, jumlah masing-masing
bakteri �, �, dan � mula-mula adalah 8, 16, dan 29. Berapa jumlah masing-
masing bakteri pada saat satu jam pembelahan? Manakah bakteri yang
memiliki jumlah paling banyak pada saat satu jam pembelahan tersebut?

4. Mengacu pada soal nomor (3). Jika bakteri yang memiliki jumlah paling
sedikit pada saat satu jam pembelahan, melakukan pembelahan lagi dengan
aturan waktu dan pola yang tetap. Berapa kali pembelahan lagi yang
dibutuhkan setelah satu jam pembelahan, agar bakteri tersebut memiliki
jumlah yang lebih besar dari pada dua kali lipat jumlah bakteri terbanyak pada
saat satu jam pembelahan? Tentukan pukul berapa bakteri tersebut dapat
menghasilkan jumlah bakteri yang diinginkan!

5. Toko kue “Harum Manis” hanya menjual kue tart dengan permukaan kue
berbentuk persegi saja. Meski begitu, ukuran kue tart yang ditawarkan sangat
bervariasi. Panjang sisi ukuran kue tart yang ditawarkan mulai dari
4 ��, 7 ��, 12 ��, 19 ��, dan seterusnya hingga membentuk pola bilangan.
Ukuran kue tart terbesar memiliki keliling 268 �� . Berapa banyak variasi
ukuran kue tart yang ditawarkan oleh toko kue “Harum Manis” tersebut?

GOOD LUCK !
79

Lampiran 2

Kunci Jawaban

1. Diketahui:
Pola Bilangan

Ditanya:

Bilangan hasil dari dua kali bentuk lingkaran yang kelima + bentuk persegi
yang kesepuluh − dua kali bentuk segitiga yang kedelapan = …

Jawab:

Menggunakan Rumus Aritmatika


untuk mencari suku ke-�: �� = � + � − 1 �
3
Bentuk ke-5: �5 = 1 + 5 − 1 1,5 atau �5 = 1 + 5 − 1 2
3
= 1 + 4 1,5 = 1 + (4)
2
12
=1+6 =1+ 2
14
=7 =
2
80

3
Bentuk ke-10: �10 = 0 + 10 − 1 1,5 atau �10 = 0 + 10 − 1 2
3
= 0 + 9 1,5 = 0 + (9)
2
27
= 0 + 13,5 =0+
2
27
= 13,5 = 2

1 1 3
Bentuk ke-8: �8 = 2 + 8 − 1 1,5 atau �8 = 2 + 8 − 1 2
1 3
= 0,5 + 7 1,5 = + (7)
2 2
1 21
= 0,5 + 10,5 =2+ 2
22
= 11 =
2

Menggunakan Cara Manual

Bilangan hasil dari dua kali bentuk lingkaran yang kelima + bentuk persegi
yang kesepuluh − dua kali bentuk segitiga yang kedelapan
= 2 7 + 13,5 − 2(11)
= 14 + 13,5 − 22
= 27,5 − 22
= 5,5

Atau
81

14 27 22
=2 2
+ −2 2
2
28 27 44
= 2
+ 2
− 2
28+27−44
=
2
55−44
= 2
11
=
2

Jadi, bilangan hasil dari dua kali bentuk lingkaran yang kelima + bentuk persegi
��
yang kesepuluh − dua kali bentuk segitiga yang kedelapan = �, � atau �
.

2. (Soal a)

Diketahui:

Kenaikan harga tiket masing-masing bus dari tahun ke tahun adalah tetap, maka
kenaikan harga tiket bus ini membentuk suatu pola bilangan (aritmatika).
Kenaikan harga tiket bus = ���� pada Pola Aritmatika.
Menentukan suku ke-�: �� = � + � − 1 �
Jika tahun 2018 merupakan suku ke-1, maka tahun 2042 merupakan suku ke-25.

Ditanya:

Berapakah harga tiket masing-masing bus (A, B, C, D, dan E) pada tahun 2042?
Dari kelima bus tersebut, urutkan bus yang memiliki harga tiket paling murah
hingga paling mahal pada tahun 2042!
Jawab:
Bus A
(Rumus Aritmatika)
� = 392.900 − 343.000
= 49.900
�25 = 343.000 + 25 − 1 49.900
82

= 343.000 + 24 (49.900)
= 343.000 + 1.197.600
= 1.540.600
(Cara Manual)
Harga tiket bus tahun 2022 + kenaikan harga tiket bus (hingga th. 2042)
= 542.600 + 49.900 + 49.900 . . . (ℎ����� �ℎ. 2042)
= 542.600 + 20 49.900
= 542.600 + 998.000
= 1.540.600
Harga tiket Bus A adalah �� 1.540.600

Bus B
(Rumus Aritmatika)
� = 407.700 − 360.000
= 47.700
�25 = 360.000 + 25 − 1 47.700
= 360.000 + 24 (47.700)
= 360.000 + 1.144.800
= 1.504.800
(Cara Manual)
Harga tiket bus tahun 2022 + kenaikan harga tiket bus (hingga th. 2042)
= 550.800 + 47.700 + 47.700 . . . (ℎ����� �ℎ. 2042)
= 550.800 + 20 47.700
= 550.800 + 954.000
= 1.504.800
Harga tiket Bus B adalah �� 1.504.800
Bus C
(Rumus Aritmatika)
� = 390.500 − 337.000
= 53.500
�25 = 337.000 + 25 − 1 53.500
83

= 337.000 + 24 (53.500)
= 337.000 + 1.284.000
= 1.621.000
(Cara Manual)
Harga tiket bus tahun 2022 + kenaikan harga tiket bus (hingga th. 2042)
= 551.000 + 53.500 + 53.500 . . . (ℎ����� �ℎ. 2042)
= 551.000 + 20 53.500
= 551.000 + 1.070.000
= 1.621.000
Harga tiket Bus C adalah �� 1.621.000

Bus D
(Rumus Aritmatika)
� = 397.800 − 348.000
= 49.800
�25 = 348.000 + 25 − 1 49.800
= 348.000 + 24 (49.800)
= 348.000 + 1.195.200
= 1.543.200
(Cara Manual)
Harga tiket bus tahun 2022 + kenaikan harga tiket bus (hingga th. 2042)
= 547.200 + 49.800 + 49.800 . . . (ℎ����� �ℎ. 2042)
= 547.200 + 20 49.800
= 547.200 + 996.000
= 1.543.200
Harga tiket Bus D adalah �� 1.543.200
Bus E
(Rumus Aritmatika)
� = 402.500 − 354.000
= 48.500
�25 = 354.000 + 25 − 1 48.500
84

= 354.000 + 24 (48.500)
= 354.000 + 1.164.000
= 1.518.000
(Cara Manual)
Harga tiket bus tahun 2022 + kenaikan harga tiket bus (hingga th. 2042)
= 548.000 + 48.500 + 48.500 . . . (ℎ����� �ℎ. 2042)
= 548.000 + 20 48.500
= 548.000 + 970.000
= 1.518.000
Harga tiket Bus E adalah �� 1.518.000

Maka, urutan bus jurusan Tangerang - Bali yang memiliki harga tiket paling
murah hingga paling mahal pada tahun 2042:
Toko emas B = �� 1.504.800
Toko emas E = �� 1.518.000
Toko emas A = �� 1.540.600
Toko emas D = �� 1.543.200
Toko emas C = �� 1.621.000

(Soal b)

Diketahui:

Tahun 2042
Uang yang dimiliki �� 6.100.000
Banyak tiket yang harus dibeli 4 ���ℎ.
Mereka ingin berangkat bersama menggunakan bus yang sama.
Ditanya:
Maka bus mana sajakah yang dapat mereka gunakan pada saat keberangkatan?
Berikan alasanmu!
Jawab:
85

Biaya tiket per orang tidak boleh lebih besar dari:


6.100.000
= 1.525.000
4

Agar mereka berempat bisa berangkat bersama menggunakan bus yang sama
dari Tangerang menuju Bali dengan uang �� 6.100.000, maka bus yang dapat
mereka gunakan pada saat keberangkatan ialah bus B dan bus E karena harga
tiket bus tersebut tidak lebih dari �� 1.525.000

3. Diketahui:
Pembelahan bakteri �, �, dan � membentuk pola bilangan (pola geometri)
Rumus Pola Geometri, suku ke- �: �� = ��(�−1) ,
��
dimana � =
�(�−1)

Jika waktu mula-mula bakteri adalah pukul 15.22 ��� , maka pada saat satu
jam pembelahan adalah pukul 16.22 ���.
Setiap bakteri akan mengalami pembelahan setiap 12 �����
Ditanya:
Berapa jumlah masing-masing bakteri pada saat satu jam pembelahan?
Manakah bakteri yang memiliki jumlah paling banyak pada saat satu jam
pembelahan tersebut?
Jawab:
Setiap bakteri akan mengalami pembelahan setiap 12 �����, maka waktu dari
jumlah bakteri mula-mula hingga jumlah bakteri pada saat satu jam pembelahan:
15.22 ��� → waktu �1
15.34 ��� → waktu �2
15.46 ��� → waktu �3
15.58 ��� → waktu �4
16.10 ��� → waktu �5
16.22 ��� → waktu �6

(Menggunakan Rumus Pola Geometri)


86

Bakteri �
� 40
� = �2 = 8
=5
1

�� = ��(�−1)
�6 = 8 × 5(6−1)
= 8 × 55
= 8 × 3.125
= 25.000
Jumlah bakteri � pada saat satu jam pembelahan adalah 25.000
Bakteri �
� 64
� = �2 = 16 = 4
1

�� = ��(�−1)
�6 = 16 × 4(6−1)
= 16 × 45
= 16 × 1.024
= 16.384
Jumlah bakteri � pada saat satu jam pembelahan adalah 16.384

Bakteri �
� 87
� = �2 = =3
1 29

�� = ��(�−1)
�6 = 29 × 3(6−1)
= 29 × 35
= 29 × 243
= 7.047
Jumlah bakteri � pada saat satu jam pembelahan adalah 7.047

(Menggunakan Cara Manual)


Bakteri �
87

Pada pukul 15.58 ��� jumlah bakteri � adalah 1000, maka untuk menentukan
jumlah bakteri � pada saat satu jam pembelahan (pada pukul 16.22 ���), yaitu:
= 1.000 × 5
= 5.000
= 5.000 × 5
= 25.000

Bakteri �
Pada pukul 15.58 ��� jumlah bakteri � adalah 1.024, maka untuk menentukan
jumlah bakteri � pada saat satu jam pembelahan (pada pukul 16.22 ���), yaitu:
= 1.024 × 4
= 4.096
= 4.096 × 4
= 16.384

Bakteri �
Pada pukul 15.58 ��� jumlah bakteri � adalah 783, maka untuk menentukan
jumlah bakteri � pada saat satu jam pembelahan (pada pukul 16.22 ���), yaitu:
= 783 × 3
= 2.349
= 2.349 × 3
= 7.047

Jumlah masing-masing bakteri pada saat satu jam pembelahan:


Bakteri � = 25.000
Bakteri � = 16.384
Bakteri � = 7.047

Jadi, bakteri yang memiliki jumlah paling banyak pada saat satu jam
pembelahan adalah Bakteri �.
88

4. Diketahui:

Bakteri yang memiliki jumlah paling sedikit pada saat satu jam pembelahan =
Bakteri �

Pada pukul 16.22 ��� (satu jam pembelahan)

Jumlah bakteri � = 7.074

Jumlah bakteri terbanyak = 25.000


Ditanya:
Berapa kali pembelahan lagi yang dibutuhkan setelah satu jam pembelahan,
agar bakteri tersebut memiliki jumlah yang lebih besar dari pada dua kali lipat
jumlah bakteri terbanyak pada saat satu jam pembelahan? Tentukan pukul
berapa bakteri tersebut dapat menghasilkan jumlah bakteri yang diinginkan!
Jawab:

Pembelahan yang dibutuhkan agar bakteri � memiliki jumlah yang lebih besar
dari pada dua kali lipat jumlah bakteri terbanyak pada saat satu jam pembelahan.

Dua kali lipat jumlah bakteri terbanyak pada saat satu jam pembelahan

= 2 × 25.000

= 50.000

Maka,

Pukul 16.22 ���

Jumlah bakteri � = 7.074

Pukul 16.34 ���

Jumlah bakteri � = 7.074 × 3

= 21.141
89

Pukul 16.46 ���

Jumlah bakteri � = 21.141 × 3

= 63.423

63.423 > 50.000

Jadi, bakteri � membutuhkan dua kali pembelahan lagi setelah satu jam
pembelahan untuk memiliki jumlah yang lebih besar dari pada dua kali lipat
jumlah bakteri terbanyak pada saat satu jam pembelahan.

Waktu agar bakteri � dapat menghasilkan jumlah bakteri yang diinginkan


tersebut ialah pukul 16.46 ���.

5. Diketahui:
Panjang sisi ukuran kue tart yang ditawarkan mulai dari
4 ��, 7 ��, 12 ��, 19 ��, dan seterusnya.
Ukuran kue tart terbesar memiliki keliling 268 ��.
Panjang sisi ukuran kue tart dari yang terkecil hingga terbesar membentuk suatu
pola bilangan.
Ditanya:
Berapa banyak variasi ukuran kue tart yang ditawarkan oleh toko kue “Harum
Manis” tersebut?
Jawab:
Karena permukaan kue berbentuk persegi, maka panjang sisi ukuran kue tart
terbesar:
�������� ��� ���� �������� 268
= = 67 ��
4 4

�1 = 4 → 12 + 3
�2 = 7 → 22 + 3
90

�3 = 12 → 32 + 3
�4 = 19 → 42 + 3
.
.
�� = 67 → �2 + 3

Sehingga,
�� = �2 + 3
67 = �2 + 3
67 − 3 = �2
�2 = 67 − 3
�2 = 64
� = 64
�=8

Jadi, banyak variasi ukuran kue tart yang ditawarkan oleh toko kue “Harum
Manis” adalah 8 buah variasi.
91

Lampiran 3

Hasil Perhitungan Validasi Instrumen dengan SPSS

soal_2 soal_2
soal_1 a b soal_3 soal_4 soal_5 Jumlah

soal_1 Pearson
1 .504** .393** -.139 -.222 -.072 .385**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .007 .358 .138 .634 .008

N 46 46 46 46 46 46 46

soal_2 Pearson
.504** 1 .601** .273 .183 .327* .752**
a Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .066 .224 .026 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

soal_2 Pearson
.393** .601** 1 .348* .050 .216 .708**
b Correlation

Sig. (2-tailed) .007 .000 .018 .741 .149 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

soal_3 Pearson
-.139 .273 .348* 1 .658** .706** .746**
Correlation

Sig. (2-tailed) .358 .066 .018 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

soal_4 Pearson
-.222 .183 .050 .658** 1 .503** .524**
Correlation

Sig. (2-tailed) .138 .224 .741 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46
92

soal_5 Pearson
-.072 .327* .216 .706** .503** 1 .705**
Correlation

Sig. (2-tailed) .634 .026 .149 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

Jumlah Pearson
.385** .752** .708** .746** .524** .705** 1
Correlation

Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Karena hasil perhitungan tiap soal pada kolom jumlah lebih besar dari ������ ,
dimana ������ = 0,376 sehingga dapat dikatakan jika seluruh soal tersebut valid.
93

Lampiran 4

Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen dengan SPSS

Karena nilai Cronbach’s Alpha 0,713 sehingga koefisien korelasi reliabilitasnya


adalah tetap/baik.
94

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal

Skor Butir (X)


NO NAMA
1 2A 2B 3 4 5

1 ARA 1 0 0 0 0 0

2 ASS 1 1 0 0 0 4

3 AR 1 1 0 0 0 0

4 AAD 3 3 1 0 0 0

5 AN 1 2 1 2 4 1

6 AA 3 1 1 4 2 2

7 CCN 1 2 1 4 3 4

8 DA 1 1 1 0 0 0

9 EFP 1 2 1 4 1 0

10 EA 1 2 1 4 3 4

11 FDP 3 3 0 0 0 0

12 FRR 3 4 4 4 1 4

13 FIK 3 4 4 4 1 4

14 G 1 2 0 0 0 0

15 HB 1 2 1 3 3 1

16 KF 1 1 0 0 0 0

17 KK 3 1 0 3 0 4

18 KRA 3 1 3 0 0 0

19 MNF 3 3 3 0 0 0

20 MRB 1 0 0 0 0 0
95

21 MJK 4 1 1 0 0 0

22 MRS 4 2 0 0 0 0

23 MR 4 1 0 0 0 0

24 MS 3 4 4 4 1 4

25 MFR 3 2 4 1 0 0

26 NAP 3 1 3 0 0 0

27 NAS 1 3 1 1 0 1

28 NSR 4 1 1 0 0 0

29 NAM 1 2 4 3 0 1

30 RFW 3 1 1 2 1 0

31 RA 4 1 0 0 0 0

32 RZY 3 1 4 3 0 0

33 RGL 1 0 0 1 0 0

34 RMF 4 4 4 0 0 0

35 SDW 1 0 0 0 0 0

36 SA 1 0 0 0 0 0

37 SN 1 0 0 0 0 0

38 SK 4 4 3 1 0 0

39 SH 4 3 1 0 0 0

40 SNR 4 3 1 0 0 0

41 S 3 2 4 0 0 0

42 SY 4 3 1 0 0 0

43 VA 0 0 0 1 0 0

44 VH 1 0 0 1 0 0
96

45 ZAP 1 0 0 1 0 0

46 Z 1 0 0 1 0 0

JUMLAH 103 75 59 52 20 34

RATA-RATA 2.24 1.63 1.28 1.13 0.43 0.74

4 4 4 4 4 4

TARAF KESUKARAN
0.56 0.41 0.32 0.28 0.11 0.19
(TK)

KETERANGAN Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar


97

Lampiran 6

Hasil Perhitungan Uji Daya Beda

Batas Atas

Skor Butir (X) TOTAL


NO NAMA SKOR
1 2A 2B 3 4 5
(Y)

1 FRR 3 4 4 4 1 4 20

2 FIK 3 4 4 4 1 4 20

3 MS 3 4 4 4 1 4 20

4 CCN 1 2 1 4 3 4 15

5 EA 1 2 1 4 3 4 15

6 AA 3 1 1 4 2 2 13

7 RMF 4 4 4 0 0 0 12

8 SK 4 4 3 1 0 0 12

9 AN 1 2 1 2 4 1 11

10 HB 1 2 1 3 3 1 11

11 KK 3 1 0 3 0 4 11

12 NAM 1 2 4 3 0 1 11

13 RZY 3 1 4 3 0 0 11

14 MFR 3 2 4 1 0 0 10

15 EFP 1 2 1 4 1 0 9

16 MNF 3 3 3 0 0 0 9

17 S 3 2 4 0 0 0 9

18 RFW 3 1 1 2 1 0 8
98

19 SH 4 3 1 0 0 0 8

20 SNR 4 3 1 0 0 0 8

21 SY 4 3 1 0 0 0 8

22 AAD 3 3 1 0 0 0 7

23 KRA 3 1 3 0 0 0 7

JUMLAH 62 56 52 46 20 29
265
RATA-RATA (�� ) 2.70 2.43 2.26 2.00 0.87 1.26

Batas Bawah

Skor Butir (X) TOTAL


NO NAMA SKOR
1 2A 2B 3 4 5
(Y)

24 NAP 3 1 3 0 0 0 7

25 NAS 1 3 1 1 0 1 7

26 ASS 1 1 0 0 0 4 6

27 FDP 3 3 0 0 0 0 6

28 MJK 4 1 1 0 0 0 6

29 MRS 4 2 0 0 0 0 6

30 NSR 4 1 1 0 0 0 6

31 MR 4 1 0 0 0 0 5

32 RA 4 1 0 0 0 0 5

33 DA 1 1 1 0 0 0 3

34 G 1 2 0 0 0 0 3
99

35 AR 1 1 0 0 0 0 2

36 KF 1 1 0 0 0 0 2

37 RGL 1 0 0 1 0 0 2

38 VH 1 0 0 1 0 0 2

39 ZAP 1 0 0 1 0 0 2

40 Z 1 0 0 1 0 0 2

41 ARA 1 0 0 0 0 0 1

42 MRB 1 0 0 0 0 0 1

43 SDW 1 0 0 0 0 0 1

44 SA 1 0 0 0 0 0 1

45 SN 1 0 0 0 0 0 1

46 VA 0 0 0 1 0 0 1

JUMLAH 41 19 7 6 0 5

RATA-RATA (�� ) 1.78 0.83 0.30 0.26 0.00 0.22

�� − �� 0.92 1.6 1.96 1.74 0.87 1.04

4 4 4 4 4 4 78
�����

D 0.23 0.40 0.49 0.44 0.22 0.26

Cukup Cukup Cukup Cukup


KETERANGAN Baik Baik
Baik Baik Baik Baik
100

Lampiran 7

Hasil Penilaian Kemampuan Literasi Numerasi

Skor Butir (X) TOTAL


NO NAMA SKOR NILAI
1 2A 2B 3 4 5
(Y)

1 AN 1 0 0 0 0 0 1 4.17

2 AA 1 0 0 0 0 0 1 4.17

3 AS 1 0 0 0 0 0 1 4.17

4 JMS 1 0 4 4 0 4 13 54.17

5 MBS 3 0 0 0 0 0 3 12.50

6 IR 1 1 0 0 0 4 6 25.00

7 FAS 3 0 0 0 0 0 3 12.50

8 JK 2 0 0 0 0 0 2 8.33

9 KL 4 0 0 0 0 0 4 16.67

10 HN 4 0 0 0 0 0 4 16.67

11 LD 1 0 0 0 0 0 1 4.17

12 NJ 4 0 0 0 0 0 4 16.67

13 RM 1 1 0 0 0 0 2 8.33

14 PC 1 1 1 0 0 0 3 12.50

15 FS 1 1 1 0 0 0 3 12.50

16 KA 1 0 1 0 0 0 2 8.33

17 DH 1 1 0 0 0 0 2 8.33

18 EN 1 1 0 0 0 0 2 8.33

19 ZA 1 0 1 0 0 0 2 8.33
101

20 ADR 1 1 0 0 0 0 2 8.33

21 ADA 1 1 0 0 0 0 2 8.33

22 RIH 1 0 0 0 0 0 1 4.17

23 RDA 1 1 0 0 0 0 2 8.33

24 BNR 1 0 1 0 0 0 2 8.33

25 ADI 1 0 1 0 0 0 2 8.33

26 TAW 1 1 0 0 0 0 2 8.33

27 SNJ 1 0 0 0 0 0 1 4.17

28 SM 0 0 0 0 0 0 0 0.00

29 AD 1 1 0 0 0 0 2 8.33

30 APL 1 1 0 2 1 1 6 25.00

31 MPP 1 1 0 0 0 0 2 8.33

32 FAZ 1 1 0 0 0 0 2 8.33

33 TN 1 1 0 0 0 0 2 8.33

34 WY 1 1 0 2 0 0 4 16.67

35 B 3 1 0 1 0 0 5 20.83

36 AS 1 1 0 2 0 0 4 16.67

37 RST 1 1 0 2 0 0 4 16.67

38 AWF 3 1 0 0 0 0 4 16.67

39 WI 3 1 3 1 0 0 8 33.33

40 HW 3 1 0 1 0 0 5 20.83

41 VF 1 1 0 1 0 0 3 12.50

42 MRM 3 1 0 0 0 0 4 16.67

43 DK 1 1 0 4 1 1 8 33.33
102

Lampiran 8

Distribusi Frekuensi Hasil Tes

1. Distribusi Frekuensi

4.17 25.00 4.17 8.33 8.33 8.33 8.33 16.67 12.50

4.17 12.50 16.67 8.33 4.17 4.17 8.33 16.67 16.67

4.17 8.33 8.33 8.33 8.33 0.00 8.33 16.67 33.33

54.17 16.67 12.50 8.33 8.33 8.33 16.67 33.33

12.50 16.67 12.50 8.33 8.33 25.00 20.83 20.83

2. Banyak Data (n) = 43

3. Rentang Data (R) = ����� − ����

= 54.17 − 0.00

= 54.17

4. Banyak Kelas (K) = 1 + 3.322 log (n)

= 1 + 3.322 log (43)

= 1 + 5.43

= 6.43 ≈ 7 (dibulatkan ke atas)


5. Panjang Kelas (P) =

54.17
=
7

= 7.74 ≈ 8 (dibulatkan ke atas)


103

Lampiran 9 Tabel Distribusi Frekuensi

INTERVAL BATAS BATAS FREKUENSI TITIK TENGAH


KLS �� � �� . �� �� . �� �
KELAS BAWAH ATAS ABSOLUT �� RELATIF KUMULATIF ��

1 0-7 -0,5 7,5 7 16% 7 3,5 12,25 24,5 85,75

2 8 - 15 7,5 15,5 21 49% 28 11,5 132,25 241,5 2777,25

3 16 - 23 15,5 23,5 10 23% 38 19,5 380,25 195 3802,5

4 24 - 31 23,5 31,5 2 5% 40 27,5 756,25 55 1512,5

5 32 - 39 31,5 39,5 2 5% 42 35,5 1260,25 71 2520,5

6 40 - 47 39,5 47,5 0 0% 42 43,5 1892,25 0 0

7 48 - 55 47,5 55,5 1 2% 43 51,5 2652,25 51,5 2652,25

JUMLAH 43 100% - - - 638,5 13350,75

Mean 14,85

Median 13,02

Modus 11,98

Varians 92,14

Simpangan Baku 9,60


104

1. Mean/Nilai Rata-rata (Me)

∑�� . ��
�=
∑��

Ket:

� = Mean/Nilai Rata-rata

∑�� . �� = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-

masing interval dengan frekuensinya.

∑�� = Jumlah frekuensi/banyak siswa

∑�� .�� 638,5


Mean � = ∑��
= 43
= 14,85

2. Median/Nilai Tengah (Me)

1
n − fk
Me = Tb + 2 .p
fi

Me = Median/Nilai Tengah

�� = Tepi bawah/Batas bawah dari interval kelas median

n = Jumlah frekuensi/banyak siswa

�� = Frekuensi kumulatif yang terletak di atas interval kelas median

�� = Frekuensi kelas median

� = Panjang kelas
105

1 1
n = (43) = 21,5 sehingga diperoleh kelas yang memuat data ke-21,5
2 2

yaitu pada interval kelas 8-15.

1
n−fk 21,5−7
Me = b + 2
. p = 7,5 + . 8 = 7,5 + 5,52 = 13,02
fi 21

3. Modus (Mo)

d1
Mo = Tb + .p
d1 + d2

Mo = Modus/Nilai yang paling sering muncul

�� = Tepi bawah/Batas bawah dari interval kelas modus

�1 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya

�2 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya

� = Panjang kelas

Kelas modus berada pada interval kelas 8-15.

d1 14
Mo = Tb + d1 +d2
. p = 7,5 + 14+11
. 8 = 7,5 + 4,48 = 11,98

4. Varians ��

2
∑ �� .��
∑ �� .�� 2 −
2
� = �
(� − 1)

638,5 2
13350,75 −
= (43 − 1)
43

407682,25
13350,75 −
= 43
42
106

13350,75 − 9480,98
= 42

3869,77
=
42

= 92,14

5. Simpangan Baku �

2
∑ ��.��
∑ �� .��2 −
�= (� − 1)

= 92,14

= 9,60
107

Lampiran 10

Deskripsi Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Berdasarkan


Tiga Indikator Literasi Numerasi

SKOR BUTIR (X) INDIKATOR


SKOR
No NAMA TOTAL I II III NILAI
1 2a 2b 3 4 5 (Y)
1&5 2a&3 2b&4

1 AN 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4.17

2 AA 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4.17

3 AS 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4.17

4 JMS 1 0 4 4 0 4 13 5 4 4 54.17

5 MBS 3 0 0 0 0 0 3 3 0 0 12.50

6 IR 1 1 0 0 0 4 6 5 1 0 25.00

7 FAS 3 0 0 0 0 0 3 3 0 0 12.50

8 JK 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 8.33

9 KL 4 0 0 0 0 0 4 4 0 0 16.67

10 HN 4 0 0 0 0 0 4 4 0 0 16.67

11 LD 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4.17

12 NJ 4 0 0 0 0 0 4 4 0 0 16.67

13 RM 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

14 PC 1 1 1 0 0 0 3 1 1 1 12.50

15 FS 1 1 1 0 0 0 3 1 1 1 12.50

16 KA 1 0 1 0 0 0 2 1 0 1 8.33

17 DH 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

18 EN 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33
108

19 ZA 1 0 1 0 0 0 2 1 0 1 8.33

20 ADR 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

21 ADA 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

22 RIH 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4.17

23 RDA 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

24 BNR 1 0 1 0 0 0 2 1 0 1 8.33

25 ADI 1 0 1 0 0 0 2 1 0 1 8.33

26 TAW 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

27 SNJ 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4.17

28 SM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

29 AD 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

30 APL 1 1 0 2 1 1 6 2 3 1 25.00

31 MPP 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

32 FAZ 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

33 TN 1 1 0 0 0 0 2 1 1 0 8.33

34 WY 1 1 0 2 0 0 4 1 3 0 16.67

35 B 3 1 0 1 0 0 5 3 2 0 20.83

36 ASO 1 1 0 2 0 0 4 1 3 0 16.67

37 RST 1 1 0 2 0 0 4 1 3 0 16.67

38 AWF 3 1 0 0 0 0 4 3 1 0 16.67

39 WI 3 1 3 1 0 0 8 3 2 3 33.33

40 HW 3 1 0 1 0 0 5 3 2 0 20.83

41 VF 1 1 0 1 0 0 3 1 2 0 12.50

42 MRM 3 1 0 0 0 0 4 3 1 0 16.67
109

43 DK 1 1 0 4 1 1 8 2 5 1 33.33

JML SKOR SISWA 76 45 15 -

SKOR IDEAL 8 8 8 -

JML SKOR IDEAL 344 344 344 -

MEAN 1.77 1.05 0.35 -

PERSENTASE 22.09 13.08 4.36 -


110

Lampiran 11

Pengategorian Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah

Berdasarkan perhitungan terhadap nilai rata-rata dan standar deviasi, diperoleh hasil sebagai berikut:

Rata-rata (mean) = 14,85

Standar deviasi = 9,60

Dengan menggunakan perhitungan untuk pengategorian kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan nilai rata-rata
(mean) dan standar deviasi, maka dapat ditampilkan sebagai berikut:

Kelompok Rumus Interval Nilai Frekuensi


Siswa
Tinggi X ≥ (μ + 1σ) X ≥ (14,85 + 9,60) X ≥ 24,45 5
Sedang (μ − 1σ) ≤ X < (μ + 1σ) (14,85 − 9,60) ≤ X < (14,85 + 9,60) 5,25 ≤ X < 24,45 31
Rendah X < (μ − 1σ) X < (14,85 − 9,60) X < 5,25 7
111

Lampiran 12

Skor Kemampuan Literasi Numerasi Kelompok Tinggi, Sedang,


dan Rendah Berdasarkan Indikator Literasi Numerasi

Kelompok Tinggi

INDIKATOR
NO NAMA NILAI
1&5 2a & 3 2b & 4

1 JMS 5 4 4 54.17

2 IR 5 1 0 25.00

3 APL 2 3 1 25.00

4 WI 3 2 3 33.33

5 DK 2 5 1 33.33

JML 17 15 9 170.83

� 3.40 3.00 1.8 34.17

Kelompok Sedang

NAM INDIKATOR
NO NILAI
A 1&5 2a & 3 2b & 4

1 MBS 3 0 0 12.50

2 FAS 3 0 0 12.50

3 JK 2 0 0 8.33

4 KL 4 0 0 16.67

5 HN 4 0 0 16.67

6 NJ 4 0 0 16.67
112

7 RM 1 1 0 8.33

8 PC 1 1 1 12.50

9 FS 1 1 1 12.50

10 KA 1 0 1 8.33

11 DH 1 1 0 8.33

12 EN 1 1 0 8.33

13 ZA 1 0 1 8.33

14 ADR 1 1 0 8.33

15 ADA 1 1 0 8.33

16 RDA 1 1 0 8.33

17 BNR 1 0 1 8.33

18 ADI 1 0 1 8.33

19 TAW 1 1 0 8.33

20 AD 1 1 0 8.33

21 MPP 1 1 0 8.33

22 FAZ 1 1 0 8.33

23 TN 1 1 0 8.33

24 WY 1 3 0 16.67

25 B 3 2 0 20.83

26 ASO 1 3 0 16.67

27 RST 1 3 0 16.67

28 AWF 3 1 0 16.67

29 HW 3 2 0 20.83

30 VF 1 2 0 12.50
113

31 MRM 3 1 0 16.67

JML 53 30 6 370.8

� 1.71 0.97 0.19 11.96

Kelompok Rendah

INDIKATOR
NO NAMA NILAI
1&5 2a & 3 2b & 4

1 AN 1 0 0 4.17

2 AA 1 0 0 4.17

3 AS 1 0 0 4.17

4 LD 1 0 0 4.17

5 RIH 1 0 0 4.17

6 SNJ 1 0 0 4.17

7 SM 0 0 0 0.00

JML 6 0 0 25.02

� 0.86 0.00 0.00 3.57


114

Lampiran 13

Validasi CVR oleh Salah Satu Ahli


115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139

Lampiran 14

Foto-Foto Siswa pada Saat Mengerjakan Instrumen Tes

SMPN 21 Kota Tangerang


140

SMP Excellent 1

MTsN 3 Kota Tangerang

MTs At-Taqwa
141

Lampiran 15

Surat Keterangan Penelitian


142
143
144
145

Lampiran 16

Lembar Uji Referensi


146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164

Lampiran 17

Hasil Uji Plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai