PENDAHULUAN
1
budaya. Komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim
pesan kepada penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu.
Matematika adalah bahasa simbol di mana setiap orang yang belajar
matematika dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa simbol tersebut. Kemampuan komunikasi matematis akan
membuat seseorang bisa memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri
sendiri maupun orang lain, sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap
matematika baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Sumarmo (2000), pengembangan bahasa dan simbol dalam
matematika bertujuan untuk mengkomunikasikan matematika sehingga siswa
dapat: (1) merefleksikan dan menjelaskan pemikiran siswa mengenai idea dan
hubungan matematika; (2) memformulasikan definisi matematika dan generalisasi
melalui metode penemuan; (3) menyatakan idea matematika secara lisan dan
tulisan; (4) membaca wacana matematika dengan pemahaman; (5) mengklarifikasi
dan memperluas pertanyaan terhadap matematika yang dipelajarinya; (6)
menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematika dan peranannya dalam
pengembangan ide matematika.
Dalam NCTM (2000), dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu bagian
esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi ini merupakan
salah satu dari lima standar proses yang ditekankan dalam NCTM (2000), yaitu
pemecahan masalah (problemsolving), penalaran dan bukti (reasoningandproof),
komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi
(representation). Pendapat ini mengisyaratkan pentingnya komunikasi dalam
pembelajaran matematika. Melalui komunikasi, siswa dapat menyampaikan ide-
idenya kepada guru dan kepada siswa lainnya.
2
4. Bagaimana bentuk soal yang menunjukkan adanya komunikasi
matematika?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2. Aspek-aspek Komunikasi Matematika
Menurut Baroody dalam Ansari (2012) ada lima aspek komunikasi yaitu
representasi (representing), mendengar (listening), membaca (reading), diskusi
(discussing) dan menulis (writing).
2.2.1. Representasi
Representasi adalah : (1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu
masalah atau ide, (2) translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam symbol
atau kata kata. Misalnya, representasi bentuk perkalian kedalam bentuk symbol
atau kata kata. Representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide,
dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan. Selain itu, penggunaan
representasi dapat meningkatkan fleksibilitas dalam menjawab soal soal
matematik.
2.2.2. Mendengar (Listening)
Mendengar merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Siswa tidak
akan mampu berkomentar dengan baik apabila tidak mampu mengambil inti dari
dari suatu topic diskusi. Siswa sebaiknya mendengar dengan hati hati manakala
ada pertanyaan dan komentar dari temannya. Pirie menyebutkan komunikasi
memerlukan pendengar dan pembicara. Baroody (Ansari, 2012) mengatakan
mendengar secara hati hati terhadap pertanyaan teman dalam suatu grup juga
dapat membantu siswa mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika
dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif. Pentingnya mendengar secara
kritis juga dapat mendorong siswa berpikir tentang jawaban pertanyaan sambil
mendengar.
2.2.3. Membaca (Reading)
Reading adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk mencari
jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang telah disusun. Guru perlu menyuruh
siswa membaca secara aktif untuk menjawab pertanyaan yang telah disusun.
Membaca aktif berarti juga membaca membaca yang difokuskan pada paragraph
paragraph yang diperkirakan mengandung jawaban relevan dengan pertanayaan
tadi. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan dibangun atau dikonstruksi
secara aktif oleh siswa sendiri. Pengetahuan atau konsep konsep yang terdapat
5
dalam buku teks atau modul tidak dapat dipindahkan kepada siswa, melainkan
mereka bangun sendiri lewat membaca.
Pembaca yang baik terllihat aktif dengan teks bacaan dengan cara : (a)
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka berdasarkan apa yang telah
mereka ketahui, (b) menggunakan strategi untuk memahami teks bacaan dan
mengorganisasikannya dalam bentuk visual berupa bagian diagram, atau outline,
(c) memonitor, merencanakan, dan mengatur pembentukan makna, (d)
membangun penafsiran atau pemahaman teks bacaan yang bermakna dalam
memori jangka pendek, dan (e) menggunakan strategi dan pengetahuan yang
sudah ada yang digali dalam memori jangka panjang.
Guthric (Ansari, 2012) mengembangkan suatu model untuk membantu
pembaca agar dapat mencari informasi yang diperlukan dalam suatu teks atau
dokumen. Model tersebut memuat lima langkah, yaotu : (1) merumuskan tujuan
bahwa penelusuran suatu teks untuk menemukan sesuatu, (2) menentukan
bagaimana informasi yang terdapat dalam suatu dokumen dapat ditemukan
dengan cara yang mudah, (3) menyarikan informasi yang ditemukan dalam teks,
(4) mengintegrasikan dengan apa yang telah diketahui sebelumnya. Jika langkah
ini tidak memuaskan tujuan, maka pembaca (5) kembali ke langkah (2 dan
mencobanya lagi. Kelima langkah tersebut berkelanjutan sampai tujuan dipenuhi.
2.2.4. Diskusi (Discussing)
Ada kalanya siswa mampu melakukan matematik, namun tidak mampu
menjelaskan apa yang ditulisnya. Untuk itu diskusi perlu dilatihkan. Siswa
mampu dalam suati diskusi apabila mempunyai kemampuan membaca,
mendengar, dan keberanian memadai. Diskusi merupakan sarana untuk
mengungkapkan dan mereleksikan pikiran siswa. Gokhale menyatakan aktivitas
siswa dalam diskusi tidak hanya meningkatkan cara berpikir kritis. Baroody
(Ansari, 2012) mengemukakan mendiskusikan suati ide adalah cara yang baik
bagi siswa untuk gap, ketidak konsistenan, atau suatu keberhasilan kemurnian
berpikir. Diskusi dapat mengunungkan pendengar yang baik, karena memberikan
wawasan beru baginya. Selanjutnya Baroody (dalam Ansari:2012) menguraikan
beberapa kelebihan dari diskusi kelas, yaitu antara lain : (1) dapat mempercepat
pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi, (2)
6
membantu siswa mengkonstruk pemahaman matematik, (3) menginformasikan
bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahkan masalah sendiri sendiri,
tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam suatu tim, dan (4) membantu
siswa menganalisis dan memecakhan masalah secara bijaksana.
Killen (Ansari, 2012) memberikan suatu langkah yang dinamis agar
suasana diskusi dapat berlangsung nyaman dan lebih bermakna yaitu : (1)
menetapkan siswa dalam suatu grup, (2) memberikan penjelasan pada siswa
tujuan yang hendak dicapai, dan memberikan pengarahan tugas tugas yang setiap
anggota grup harus memahaminya, (3) menjelaskan bagaimana cara menilai siswa
secara individual, (4) mengelilingi kelas untuk member bantuan kepada siswa
yang memerlukan, dan (5) menilai prestasi siswa serta membantu mereka
bagaimana sebaiknya berkolaborasi satu dengan yang lain.
2.2.5. Menulis (Writing)
Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk
mengungkakan dan merefleksikan pikiran . Rose (Ansari, 2012) menyatakan
bahwa menulis dipandang sebagai proses berpikir keras yang dituangkan di atas
kertas. Menulis adalah alat yang bermanfaat dari berpikir karena melalui berpikir,
siswa memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas yang kreatif.
Manzo (Ansari, 2012) mengatakan menulis dapat meningkatkan taraf berpikir
siswa kea rah yang lebih tinggi (higher-order-thinking). Corwin (Ansari, 2012)
melukiskan empat fase pendekatan proses dalam menulis yaitu : (1) fase
perencanaan (prewriting). Dalam fase ini, siswa mengunakan bermacam macam
curah pendapat (brainstorming) dan mendiskusikan teknik untuk menggali berbagi
kemungkinan topic yang datang dari pengalaman siswa sendiri. (2) fase menulis
(follows the planning). Dalam fase ini, siswa menulis secara actual yang disebut
dengan “discovery draft”. Draf ini diperlakukan sebagai suatu gambaran dari
materi tulisan yang akan dibentuk. (3) revisio. Dalam fase ini, siswa bekerja
bersama sama dalam satu grup untuk merevisi draf. Yang satu membaca keras
keras sdangkan yang lain bertindak sebagai “editor”. (4) Publikasi (Publication
phase). Pada fase ini, siswa menyelesaikan tulisan sehingga menjadi bentuk final,
dan dipublikasikan melalui internet, diperbanyak, atau dimuat dalam surat kabar.
7
Menurut Baroody (Ansari, 2012) , ada beberapa kegunaan dan
keuntungan dari menulis : (1)Summaries, yaitu siswa disuruh merangkum
pelajaran dalam bahasa mereka sendiri. Kegiatan ini berguna, karena dapat
membantu siswa memfokuskan pada konsep konsep kunci dalam suatu pelajaran,
menilai pemahaman dan memudahkan retensi. (2) Questions, yaitu siswa disuruh
membuat pertanyaan sendiri dalam tulisan. Kegiatan ini berguna membantu siswa
merefleksikan pada focus yang tidak mereka pahami. (3) Explanations, yaitu
siswa disuruh menjelaskan prosedur penyelesaian, dan bagaimana menghindari
suatu kesalahan. Kegiatan ini berguna, karena dapat mempercepat refleksi,
pemahaman dan penggunaan kata kata yang tepat. (4) Definitions, yaotu mereka
disuruh menjelaskan istilah istilah yang muncul dalam bahasa mereka senidri.
Kegiatan ini berguna, karena dapat membantu siswa berpikir tentang makna
istilah dan menjelaskan pemahaman mereka terhadap istilah. (5) Reports, yaitu
siswa disuruh, baik sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok, untuk
menulis laporan. Kegiatan ini berguna, karena membantu pemahaman siswa,
bahwa menulis adalah suatu aspek penting dalam matematika untuk menyelidiki
topik topik dan isu isu dalam matematika dan kepribadian.
8
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi
Diduga ada beberapa factor yang berkaitan dengan kemampuan
komunikasi matematik, antara lain, pengetahuan prasyarat (prior knowledge),
kemampuan membaca, diskusi, dan menulis serta pemahaman matematik
(mathematical knowledge)
2.3.1. Pengetahuan prasyarat
Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebagai proses belajar sebelumnya. Hasil belajar siswa tentu saja bervariasi sesuai
kemampuan dari siswa itu sendiri. Ada siswa berkemampuan diatas rata rata. Jenis
kemampuan yang dimliki oleh siswa tersebut sangat menentukan hasil
pembelajaran selanjutnya. Namun demikian dalam komunikasi matematik
kemampuan awal siswa kadang kadang tidak dapat dijadikan standar untuk
meramalkan kemampuan komunikasi lisan maupun tulisan. Ada siswa yang
kurang mampu dalam komunikasi tulisan, tetapi lancer dalam komunikasi lisan,
dan sebaliknya ada siswa yang mampu dalam komunikasi tulisan namun tidak
mampu memberi penjelasan maksud dari tulisannya.
2.3.2. Kemampuan Membaca, Diskusi dan Menulis
Ada suatu mata rantai yang saling terkait antara membaca, diskusi dan
menulis seorang siswa yang rajin membaca, namun enggan menulis, akan
kehilangan arah. Demikian juga sebaliknya, jika seseorang gemar menulis, namun
enggan membaca, maka akan berkurang makna tulisannya. Yang lebih baik
adalah, jika seseorang yang gemar membaca dan suka berdiskusi (dialog),
kemudian menuangkannya dalam tulisan, maka akan memantapkan hasil
tulisannya. Oleh karenanya diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari
komunikasi untuk semua level (NCTM, 2000). Sementara itu, kemampuan
membaca dalam topic topic tertentu dan kemudian mengelaborasi topic topic
tersebut dan menyimpulkannya merupakan aspek penting untuk melihat
keberhasilan berpikir siswa.
Menurut Dahar (Herdian, 2010) bila kepada siswa siswa yang baik diberi
tugas mrmbaca mereka akan melakukan elaborasi (pengembangan) apa yang telah
dibaca. Ini berarti mereka memikirkan gagasan, contoh contoh, gambaran mental,
dan konsep konsep lain yang berhubungan. Siswa juga akan mengorganisasi
9
informasi baru itu. Organisasi merupakan proses pembagian himpunan informasi
menjadi sub sub himpunan informasi dan menentukan hubungan antar sub sub
tersebut. Oleh karena elaborasi dan informasi memperlancar belajar dan
menghafal (recall and retention), maka rasional bila kehadiran kedua bentuk ini
ditingkatkan dalam belajar-mengajar melalui proses membaca. Untuk merangsang
organisasi terhadap informasi, guru dapat memberikan bagan, grafik, atau outline
yang membuat konsep konsep yang dipelajari. Menurut hasil penelitian, bahwa
pengenalan kembali informasi atau struktur teks melalui membaca keras
merupakan alat bantu bagi pemahaman isi teks, dan membuat catatan penting dari
hasil bacaan dapat meningkatkan dasar pengetahuan siswa, bahkan dapat
meningkatkan berpikir dan keterampilan menulis.
10
pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, seperti komunikasi antara guru
dan siswa, adalah penting untuk mengembangkan potensi matematika siswa.
Jadi, ada dua jenis komunikasi matematik, yaitu tulisan (non-verbal) dan
lisan (verbal). Ernest (Ahmad, 2012) menjelaskan bahwa: (a) komunikasi
matematik non-verbal menekankan pada interaksi siswa dalam dunia yang kecil
dan penafsiran non-verbal serentak mereka terhadap interaksi lainnya, dan (b)
komunikasi matematik lisan (verbal) menekankan interaksi lisan mereka satu
sama lain dan dengan guru ketika mereka membangun tujuan dengan membuat
pembagian yang sesuai. Kedua jenis komunikasi matematik ini memainkan peran
penting dalam interaksi sosial siswa di kelas matematika. Guru yang
membiasakan siswa mampu mengkomunikasikan ide melalui bahasa lisan dan
tulisan ini dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
siswa sesuai standar komunikasi matematika yang ditetapkan.
Dalam NCTM (2000) disebutkan, standar kemampuan komunikasi
matematik untuk siswa taman kanak-kanak sampai kelas 12 adalah siswa dapat:
a. Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika mereka melalui
komunikasi;
b. Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara koheren dan jelas
kepada pasangan, guru, dan yang lainnya;
c. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi orang lain;
d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide matematika
secara tepat.
Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, NCTM
(2000) menyarankan agar guru mengidentifikasi dan menggunakan berbagai tugas
yang: berkaitan penting dengan ide-ide matematika; dapat diperoleh dengan
berbagai metode solusi; menyediakan representasi multipel; dan memberikan
siswa kesempatan menginterpretasi, justify, dan konjektur. Dalam melaksanakan
tugas-tugas tersebut, setiap siswa diberi kesempatan untuk berkontribusi
menjelaskan pemikiran matematik dan penalarannya terhadap masalah yang
berkembang di kelas. Keseluruhan kegiatan tersebut merupakan implementasi dari
aspek-aspek komunikasi matematik.
11
Kemampuan komunikasi matematik siswa dapat dilihat dari
kemampuannya mendiskusikan masalah dan membuat ekspresi matematika secara
tertulis baik gambar, grafik, tabel, model matematika, maupun simbol atau bahasa
sendiri.
Kemampuan komunikasi matematik siswa tersebut dapat diketahui setelah
pemberian skor terhadap kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal
komunikasi matematik. Pemberian skor kemampuan komunikasi matematik siswa
didasarkan pada efektifitas, ketepatan, dan ketelitian siswa dalam menggunakan
bahasa matematika seperti model, simbol, tanda, dan/atau representasi untuk
menjelaskan operasi, konsep, dan proses. Pedoman penskoran tersebut merupakan
modifikasi dari pedoman penskoran Maryland Math Communication Rubric yang
dikeluarkan oleh Maryland State Department of Education (Ahmad, 2012) berupa
holistic scale untuk kelas 8 matematika. Sementara itu, menurut Cai, Lane dan
Jacabscin (Ahmad, 2012), untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi
matematik dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diskusi dan mengerjakan
berbagai bentuk soal, baik pilihan ganda maupun uraian.
12
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; adapun sub-
sub indikator 1 adalah
a) Siswa mampu mengajukan pertanyaan,
b) Siswa memberikan gagasan
c) Siswa mampu memberikan solusi
d) Siswa mampu menyelesaikan permasalahan
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematis secara lisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; adapun sub- sub
indikator 2 adalah
a) Siswa mampu memahami pertanyaan
b) Siswa mampu menjawab pertanyaan
c) Siswa mampu memberikan sanggahan
d) Siswa mampu menemukan solusi
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan
struktur- strukturnya untuk menyajikan ide- ide, menggambarkan hubungan-
hubungan dengan model- model situasi; adapun sub - sub indicator 3 adalah
a) Siswa mampu menyebutkan istilah - istilah matematika
b) Siswa mampu memberikan solusi yang berbeda
c) Siswa mampu menggunakan notasi- notasi matematis
d) Siswa mampu menyimpulkan.
Sedangkan indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis sebagai
berikut :
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide- ide
matematis secara tertulis, maupun dalam bentuk visual lainnya;
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah - istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur- strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
Adapun kendala-kendala dalam komunikasi menurut Shadiq, (Zainab,
2011) adalah sebagai berikut:
13
1. Siswa yang kurang atau tidak dibiasakan mengemukakan gagasan.Sebagai
guru harus dapat membiasakan/member kesempatan kepada siswa untu dapat
mengemukakan gagasan atau ide-idenya dari soal baik lisan ataupun tulisan,
seperti melalui kegiatan talk dan write.
2. Guru kesulitan dalam membimbing siswa merumuskan suatu konjektur
(dugaan) dari data yang ada.Setiap siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda, oleh karena itu dalam membimbing siswa guru harus
merumuskan konjektur dari data yang ada.
Sementara itu dalam NCTM (2000) dinyatakan bahwa standar
komunikasi matematis adalah penekanan pengajaran matematika pada
kemampuan siswa dalam hal :
1. mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan berfikir matematis
(mathematical thinking) mereka melalui komunikasi;
2. mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren (tersusun
secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan orang lain;
3. menganalisis dan mengevaluasi berfikir matematis (mathematical thinking)
dan strategi yang dipakai orang lain;
4. menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika
secara benar.
Pengertian yang lebih luas tentang komunikasi matematis dikemukakan
oleh Romberg dan Chair (Sumarmo, 2000) yaitu: (a) menghubungkan benda
nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (b) menjelaskan ide, situasi
dan relasi matematis secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik
dan aljabar; (c) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika; (d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (e)
membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, membuat
konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; (f)
menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
14
1. Soal yang meminta siswa untuk menyajikan suatu pernyataan matematika
baik lisan, tertulis, gambar maupun diagram. Soal-soal yang ditampilkan
setidaknya dapat menggugah siswa untuk menyelesaikan permasalahan
dengan model yang dikembangkan siswa sendiri. Tentu saja penjelasan
dengan gambar dan diagram mutlak diperlukan jika siswa mengalami
kesulitan dalam membahasakan hasil pemikiran siswa.
2. Soal yang meminta siswa untuk menarik kesimpulan, menyusun bukti dan
memberikan alasan terhadap kebenaran solusi. Karakteristik soal ini
menekankan pada bagaimana siswa mengungkapkan alasan terhadap
kebenaran suatu pernyataan. Untuk mengungkapkan kebenaran, siswa bisa
menyusun bukti secara deduktif dan induktif.
3. Soal yang mengharuskan siswa menarik kesimpulan dari suatu pernyataan.
4. Soal yang memungkinkan untuk memeriksa keshahihan suatu argument.
Soal biasanya dimulai dengan menyebutkan jawaban suatu masalah atau
pernyataan yang dibuat salah. Tujuannya untuk memancing ketelitian
siswa dalam mengecek kesahihan suatu argument.
5. Soal yang meminta siswa untuk melakukan manipulasi matematika. soal
pada karakteristik ini memungkinkan siswa untuk melakukan apapun yang
menurut siswa perlu yang dapat membantunya mengingat kembali konsep
yang telah dimengerti.
6. Soal yang meminta siswa menemukan pola atau sifat dari gejala matematis
untuk membuat generalisasi. Biasanya soal yang ditawarkan merupakan
soal yang meminta siswa untuk meneliti pola dan secara tidak langsung
akan membuat kesimpulan dari pola yang ditemukan.
7. Soal yang meminta siswa untuk mengajukan dugaan. Karakteristik soal ini
adalah meminta siswa menduga yang kemudian dibuktikan dengan
menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa yang ada hubungannya
dengan permasalahan yang diberikan.
Menurut Ansari (2012), soal uraian yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematik siswa antara lain dapat berupa soal uraian
berbentuk transfer, eksploratif, elaboratif, aplikatif, dan estimasi. Berikut ini
diberikan contoh masing-masing bentuk soal tersebut.
15
2.6.1. Soal berbentuk transfer
Soal bentuk transfer adalah soal dari bidang studi lain yang
penyelesaiannya menggunakan perhitungan dan kalimat matematika.
1. Sebuah kapal berlayar arah timur, sejauh 30 mil. Kemudian kapal melanjutkan
perjalanannya dengan arah 30 derajat sejauh 60 mil, berapakah jarak kapal
terhadap posisi saat kapal berangkat? Jelaskan jawaban anda !
2. Sebuah perusahaan menghasilkan produk yang dapat diselesaikan dalam
waktu x jam dengan biaya perjamnya adalah (4x – 800 + 120/x) ratus ribu
rupiah. Agar biaya minimun produk tersebut dapat diselesaikan dalam waktu
berapa jam? Jelaskan jawaban Anda!
Pola ke - 1 2 3 4
a) Berapa banyak persegi yang diperlukan untuk membuat bentuk gambar
pada pola ke-5, pola ke-20, dan pola ke-n atau P(n), jelaskan jawaban
kamu.
Apakah P(n) merupakan fungsi kuadrat? Mengapa? Tulisan alasannya.
16
2.6.4. Soal berbentuk aplikatif
Sebuah perahu penangkap ikan meletakkan jaringnya di tempat A, B dan
C pada sebuah danau. Tempat B letaknya 40 m dengan arah timur dari A,
sedangkan C letaknya sejauh 48 m dengan arah 3100 dari B. Berapakah
luas daerah tempat penjaringan ikan yang dibatasi oleh tampat A, B dan C
tersebut? Tunjukkan bagaimana kamu memperoleh jawabannya!
D 20
60o B
pemancingan
14C A
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan siswa
menggunakan matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika),
dan kemampuan siswa mengkomunikasikan matematika yang dipelajari
sebagai isi pesan yang harus disampaikan (NCTM, 1989).
2. Menurut Baroody dalam Ansari (2012) ada lima aspek komunikasi yaitu
representasi (representing), mendengar (listening), membaca (reading),
diskusi (discussing) dan menulis (writing).
3. Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi ada beberapa factor
yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematik, antara lain,
pengetahuan prasyarat (prior knowledge), kemampuan membaca, diskusi,
dan menulis serta pemahaman matematik (mathematical knowledge)
4. Adapun indikator kemampuan komunikasi siswa menurut NCTM
(Fachrurazi, 2011) dapat dilihat dari :
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-
ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual
lainnya;
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah- istilah, notasi-notasi
matematika dan struktur- strukturnya untuk menyajikan ide-ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
5. Sementara itu dalam NCTM (2000) dinyatakan bahwa standar
komunikasi matematis adalah penekanan pengajaran matematika pada
kemampuan siswa dalam hal :
a. mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan berfikir matematis
(mathematical thinking) mereka melalui komunikasi;
18
b. mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren
(tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan
orang lain;
c. menganalisis dan mengevaluasi berfikir matematis (mathematical
thinking) dan strategi yang dipakai orang lain;
d. menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide
matematika secara benar.
6. Adapun kendala-kendala dalam komunikasi menurut Shadiq, (Zainab,
2011) adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang kurang atau tidak dibiasakan mengemukakan
gagasan.Sebagai guru harus dapat membiasakan/member kesempatan
kepada siswa untu dapat mengemukakan gagasan atau ide-idenya dari
soal baik lisan ataupun tulisan, seperti melalui kegiatan talk dan write.
b. Guru kesulitan dalam membimbing siswa merumuskan suatu konjektur
(dugaan) dari data yang ada.Setiap siswa mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda, oleh karena itu dalam membimbing siswa guru
harus merumuskan konjektur dari data yang ada.
7. Soal berbentuk komunikasi matematika berbentuk eksploratif, transfer,
estimasi, aplikatif dan eloratif.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Kisi-kisi Pre-Test Kemampuan Komunikasi Matematika
21
SOAL KOMUNIKASI MATEMATIKA
Petunjuk :
Tulis nama, kelas, dan nomor soal pada lembar jawaban
Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah
Lembar soal dan lembar jawaban dikumpul bersama-sama
Tidak dibenarkan bekerja sama dengan teman
22
T
Tali Tali
S R
P Q
23
ALTERNATIF PENYELESAIAN PRE TEST
1. Diketahui : Panjang tangga = 5 m
Jarak ujung bawah tangga terhadap pangkal pohon = 3 m
Ditanya : a. Gambar
b. Model matematika
c. Tinggi pohon dengan memberikan alasan jawaban
Jawab : a. Misalkan tinggi pohon = t
Jarak ujung bawah tangga terhadap pangkal pohon = p
Panjang tangga = s
s b. s2 = p2 + t2
t t2 = s2 – p2
t2 = 52 – 32
p t2 = 25 – 9
t2 = 16
t=4m
c. Tinggi pohon adalah 4 m. Tinggi pohon diperoleh dengan
menggunakan rumus Pythagoras. Dari gambar bagian a.
Diperoleh rumus Pythagoras s2 = p2 + t2.
2. Diketahui : Kapal 1 berlayar 700 ke timur sejauh 15 km
Kapal 2 berlayar 1600 ke selatan sejauh 8 km
Ditanya : Jarak kedua kapal dengan memberikan argumentasi
Jawab :
U
700 15km Q
P1600
8 km
R
∠ UPQ = 700 dan ∠ UPR = 1600, maka diperoleh
segitiga siku-siku di P
24
QR2 = PQ2 + PR2
QR2 = 152 + 82
QR2 = 225 + 64
QR2 = 289
QR = √ 289 = 17
Jarak kedua kapal sekarang adalah 17 km.
3. Diketahui : PQRS merupakan persegi panjang dengan panjang PQ = 18 cm
dan QR = 40 cm.
Panjang TU = 12 cm
Ditanya : a. Keterangan yang diperoleh dari gambar
b. Model matematika untuk memperoleh panjang tali minimal
Jawab :
T
Tali Tali
S R
P Q
a. Dari gambar diperoleh panjang SR = PQ = 18 cm. Karena
Δ RST merupakan segitiga sama kaki, maka panjang SU =
25
Karena Δ RST merupakan segitiga sama kaki, maka
180 km
D 210 kmC
Dari gambar sketsa gambar diatas dapat dibuat gambar:
A 150km B
180 km
D EC
210 km
b. Karena CD = 2100, maka DE = 60 dan AE = 180
AD2 = AE2 + DE2
AD2 = 1802 + 602
AD2 = 32400 + 3600
AD2 = 36000
AD = 189, 74
Maka jarak pelabuhan A ke pelabuhan D adalah 189, 74 km
c. Dari pernyataan yang terdapat pada soal tidak sesuai dengan jawaban
yang diperoleh. Jarak pelabuhan A ke pelabuhan D adalah sejauh
26
189,74 km. Jadi, dari pernyataan yang ada pada soal salah seharusnya
jarak antara pelabuhan A ke pelabuhan D adalah 189,74 km.
27
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematika...................................... 4
2.2 Aspek-Aspek Komunikasi Matematika....................................................... 5
2.2.1 Representatif.................................................................................... 5
2.2.2 Mendengar (listening)...................................................................... 5
2.2.3 Membaca (reading).......................................................................... 5
2.2.4 Diskusi (discussing)......................................................................... 6
2.2.5 Menulis (writing)............................................................................. 7
2.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi................................. 9
2.3.1 Pengetahuan prasyarat..................................................................... 9
2.3.2 Kemampuan membaca, diskusi dan menulis................................... 9
2.4 Bentuk Komunikasi Matematis................................................................... 10
2.5 Indikator Kemampuan Komunikasi............................................................. 12
2.6 Bentuk Soal Komunikasi Matematika......................................................... 14
2.6.1 Soal berbentuk transfer.................................................................... 16
2.6.2 Soal berbentuk eksploratif............................................................... 16
2.6.3 Soal berbentuk elaboratif................................................................. 16
2.6.4 Soal berbentuk aplikatif................................................................... 17
2.6.5 Soal berbentuk estimasi................................................................... 17
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
i
Lampiran
ii
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATISA
KELOMPOK III:
DIKMAT A-3