Anda di halaman 1dari 13

HIGH ORDER THINKING

( HOT )
JUDUL : KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS ( KKM )

KELOMPOK III:

1. Abdul Latif / 1505112530


2. Desi Irawati / 1505111264
3. Indah Elnafisa Hakim /1505117236
3. Niki Dwi Wahyuni / 1505112691
4. Nur Fauziah / 1505112188
5. Weldila Fitri / 1505122631

Kelas : 3B

Dosen Pengampu :
Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

2. Jenis Jenis Kemampuan Komunikasi Matematis

3. Pentingnya Kemampuan Komunikasi Matematis

4. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

5. Rubrik Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis

DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya
mem- buat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih. (Stuart dalam Cangara, 2011: 18). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman
dan penerimaan pesan atau atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Lebih lanjut, Azizah (2011: 17)
mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, pemberitahuan, dan
penerimaan ide-ide dari seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan) melalui media yang menimbulkan efek; baik berupa lisan,
tulisan, maupun gerakan, dimana melalui komunikasi ide-ide direfleksikan,
diperbaiki dan didiskusikan sehingga ide-ide yang disampaikan memiliki
kesamaan makna diantara keduanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat
menyampaikan informasi dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematika.
Suriasumantri (2002: 190) mengatakan matematika merupakan bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang- lambang matematika bersifat artifisial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Lebih lanjut Lindquist
(NCTM, 1989: 2) berpendapat bahwa jika kita sepakat bahwa matematika
merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam
komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi
dari mengajar, belajar dan mengakses matematika.
Greenes dan Schulman (Azizah, 2011: 19) juga mengatakan bahwa
komunikasi matematis adalah kemampuan (1) menyatakan ide matematika
melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe
yang berbeda, (2) memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam
tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual, dan (3) mengkonstruksi, menafsirkan dan
menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.
Definisi komunikasi matematis juga diungkapkan oleh Sullivan &
Mousley (Ansari, 2003: 17), bahwa komunikasi matematis bukan
hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu
kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan,
mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan
akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasan- gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang konsep
dan proses matematika yang mereka pelajari. Misalnya berupa konsep, rumus,
atau strategi penyelasaian suatu masalah.
Greenes dan Schulman (1996: 168) yang mengatakan bahwa komunikasi
matematik merupakan:
1) Kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi
matematik;
2) Modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian
dalam eksplorasi dan investigasimatematik;
3) Wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk
memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat,
menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.

Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematis sebagai salah satu


aktivitas sosial (talking) maupun sebagai alat bantu berpikir (writing) yang
direkomendasi para pakar agar terus ditumbuhkembangkan di kalangan siswa.
Komunikasi memainkan peranan sentral dalam Professional Teaching
Standards NCTM, karena mengajar adalah mengkomunikasikan.
(Jacob,2003:2). Gagasan dokumen itu merupakan contoh bagaimana
kitamengkomunikasikan apa yang kita ketahui tentang belajar siswa
denganberbagai audiens. Ini merupakan hubungan antara tujuan assessmen
denganapa dan bagaimana kita berkomunikasi. Komunikasi merupakan esensi
darimengajar, assessing, dan belajar matematika. Apabila mengajar, kita
membutuhkan aktivitas-aktivitas, a.l. misalnya, kita perlu untuk mendengarkan.
Kita perlu mendengarkan untuk apa siswa mengerti, untuk apa mereka
mengetahui, dan untuk apa mereka berpikir tentang matematika dan belajar
matematika.
2. Jenis Jenis Kemampuan Komunikasi Matematis
Ada banyak cara orang melakukan komunikasi, dapat dengan nyanyian,
percakapan, tanda suara tertentu, isyarat nonverbal, gambar, bahasa tubuh, kontak
mata dan tulisan. Menurut Glynn dan Muth (dikutip Wood, 2011) bahwa
pengetahuan dan matematika digunakan sebagai wahana dalam mengajar bahasa
dan kedua adalah dimana bahasa digunakan untuk mengajarkan matematika atau
pengetahuan, dari contoh membaca dan menulis untuk mempelajari pengetahuan.
Ada dua cara yang dapat dikembangkan kemampuan dalam belajar menurut Wood
(2011) yaitu :
1. Speaking (Berbicara)
o Presenting seminars
Pada kondisi ini, ide matematika dapat dikombinasikan antara kemampuan
mendengar dan berbicara dengan struktur semi formal, kemudian siswa
juga mendiskusikan suatu wacana termasuk dengan kemampuan membaca.
o Talking with colleagues and management
Komunikasi lisan sesama teman sekelompok dalam menyelesaikan suatu
wacana.
o Negotiating and selling ideas
Bekerjasama dan negosiasi dengan kelompok kecil dan mendiskusikan
sesuatu masalah yang dianggap sulit, berbicara tentang ide matematika dan
bagaimana memberikan ide sehingga menghasilkan pembuktian yang
sederhana.

2. Writing (Menulis)
Informal writing
Formal writing

Adapun Ake-Larsson (2007) menyatakan bahwa ide umum berupa cara


yang dapat dinyatakan siswa dalam matematika, mengubah kemampuan untuk
dipublikasikan atau ditunjukkan argumen secara logika dan memberikan mereka
beberapa pengalaman dalam komunikasi lisan dan tulisan. Sedangkan Lopatto
(2003:141) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi ada tiga, yaitu :
1. Kemampuan komunikasi lisan (Skill at oral communication)
2. Kemampuan komunikasi tulisan (Skill at written communication)
3. Kemampuan komunikasi melihat (Skill at visual communication).

Menurut ILOs (dalam http://www.polyu.edu.hk), bahasa dan keterampilan


komunikasi : berkomunikasi secara efektif (baik secara lisan dan tertulis) dengan
berbagai audiens di berbagai konteks profesional dan pribadi. Pada kemampuan
komunikasi matematis siswa ini yang akan dibahas hanya kemampuan
komunikasi matematis lisan dan kemampuan komunikasi matematis tulisan.
NCTM (dikutip Widjajanti, 2008) menyebutkan bahwa seorang calon guru
matematika haruslah mampu mengkomunikasikan pikiran matematisnya baik
secara lisan maupun tulisan kepada sesama teman, guru, dosen maupun kepada
yang lainnya, dengan indikator-indikator, mampu
1. Mengkomunikasikan pikiran matematisnya secara koheren dan jelas
kepada teman-temannya, para dosen, dan kepada yang lainnya,
2. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide/gagasannya
secara tepat,
3. Mengelola pikiran matematisnya melalui komunikasi, dan
4. Menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematis dan strategi-strategi
orang lain.
Secara umum, matematika berfokus pada representasi dan komunikasi
dalam berbagai gagasan, ide, dan hubungan yang bersifat numerik, spasial, serta
berkenaan dengan data.Ada banyak aktivitas pembelajaran yang mendukung tema
ini, seperti siswa yang boleh menginterpretasikan ide, gagasan, ataupun pikiran-
pikiran yang konseptual yang mereka miliki sendiri ke dalam bentuk simbolik dan
dapat diubah ke dalam gambaran verbal dari situasi tersebut. Aktivitas lain bisa
dengan menyelidiki suatu masalah, menuliskan masalah, memberi keterangan
(notasi) ataupun dugaan-dugaan (hipotesis) untuk menjelaskan observasi-
observasi dalam matematika. Peranan komunikasi dalam matematika sangat besar,
karena saat para siswa mengkomunikasikan ide, gagasan ataupun konsep
matematika, mereka belajar mengklarifikasi, memperhalus dan menyatukan
pemikiran.
Menurut Guerreiro (dikutip Izzati dan Suryadi, 2010) menyebutkan bahwa
komunikasi matematik merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan
matematika atau sebagai pondasi dalam membangun pengetahuan matematika.
Selain itu, Lindquist (dikutip Izzati dan Suryadi, 2010) mengemukakan jika kita
sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut
sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa
komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess
matematika. Dari kedua pendapat ini, bahwa komunikasi merupakan alat bantu
berupa bahasa yang sangat diperlukan dan penting dalam proses pembelajaran,
karena tanpa komunikasi matematis maka proses pembelajaran tidak dapat terjadi.
Pada proses KBM, terjadi interaksi antara guru dan siswa dengan saling
berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, kontak mata, bahasa tubuh, dan gambar.
Melalui interaksi guru-siswa yang baik, seorang guru dapat mengetahui
kemampuan atau potensi setiap siswa pada materi tersebut yang dilihat dari
bagaimana siswa tersebut menjawab, siswa tersebut bertanya, dan siswa tersebut
dapat menginformasikan ide matematika kepada teman atau guru.Melalui
komunikasi, ide-ide dan gagasan menjadi objek-objek refleksi dan diskusi serta
pemahaman. Dengan proses komunikasi dapat membantu membangun makna
suatu gagasan untuk diketahui publik.
3. Pentingnya Kemampuan Komunikasi Matematis
Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam
pembelajaran matematika sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena
melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir
matematisnya baik secara lisan maupun tulisan. Di samping itu, siswa juga dapat
memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran.
Bahkan dalam pergaulan bermasyarakat, seseorang yang mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik akan cenderung lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun
dimana dia berada dalam suatu komunitas, yang pada gilirannya akan menjadi
seorang yang berhasil dalam hidupnya.
Menurut Baroody (1993) sedikitnya ada 2 alasan penting yang menjadikan
komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian yaitu
1) Mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu
berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau
menyelesaikan masalah namun matematika juga an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, dan
2) Mathematics learning as social activity; sebagai aktivitas sosial, dalam
pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, seperti juga komunikasi
guru-siswa merupakan bagian penting untuk nurturing childrens
mathematical potential. Bahkan menurut Cai (1996) communication is
considered as the means by which teachers and students can share the
process of learning, understanding, dan doing mathematics.
Pengungkapan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika,
dapat ditemukan pula dalam berbagai buku pelajaran matematika di Amerika
Serikat. Misalnya, dalam buku Connected Mathematics dituliskan bahwa The
Overarching Goal of Connected Mathematics adalah All students should be able
to reason and communicate proficiently in mathematics (Lappan, 2002).
Sedangkan dalam buku Mathematics: Applications and Connections disebutkan
salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan seluasluasnya
kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan
berkomunikasi melalui modeling, speaking, writing, talking, drawing, serta
mempresentasikan apa yang telah dipelajari (Collins, dkk, 1995).
Kurikulum Nasional 2006 yang berbasiskan sesuai tingkat satuan
pendidikan baik untuk tingkat SD, SMP maupun SMA juga mengedepankan
kemampuan komunikasi matematika sebagai salah satu kemampuan dasar yang
perlu dimiliki siswa.
Menurut Baroody (1993), pada pembelajaran matematika dengan
pendekatan tradisional, komunikasi (lisan) siswa masih sangat terbatas hanya pada
jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Bahkan menurut Cai (1996)it is so rare for students to provide explanation in
mathematics class, so strage to talk about mathematics, and so surprising to
justify answer.
Komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian dalam
pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi
dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya (NCTM, 2000), dan siswa dapat
mengexplore ide-ide matematika (NCTM, 2000). Selain itu menurut Atkins
(1999) komunikasi matematika secara verbal (mathematical conversation)
merupakan a tool for measuring growth in understanding, allow participants
tolearn about the mathematical constructions from others, and give participants
opportunities to reflect on their own mathematical understandings.
Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan menggunakan matematika yang dipelajari di sekolah perlu
ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajaran matematika adalah sebagai cara
mengkomunikasikan gagasan secara praktis, sistematis, dan efisien. Atau dalam
istilah Baroody (1993) : an invaluable tool for communicating avariety of ideas
clearly, precisely, and succintly.
Komunikasi matematis merupakan salah satu jantung dalam pembelajaran,
sehingga perlu menumbuhkembangkan dalam aktivitas pembelajaran matematika.
Hal ini diperkuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) menyebutkan
kemampuan dasar SD sampai dengan SMA, bahwa komunikasi matematis
merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu diupayakan peningkatannya
sebagaimana kemampuan dasar lainnya, seperti kemampuan bernalar, kemampuan
pemahaman matematis, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
komunikasi matematis dan koneksi, serta kemampuan representasi matematis.
Dengan demikian, makna membangun kemampuan komunikasi bagi guru adalah
sebagai teaching how to learn mathematics, sedangkan bagi siswa bermakna
sebagai learning how to learn mathematics (Jacob, 2003 : 4).

4. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis


Adapun indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis
menurut Sumarmo (2003: 4) adalah :
1) Menghubungkankan benda-benda nyata, gambar, dan diagram kedalam
ide matematika;
2) Menjelaskan ide situasi menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit,
grafik, gambar, dan aljabar;
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada


pembelajaran matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis,
dan mendemons- trasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya, dan
3) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dan model-model situasi.

Indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Satriawati


(Azizah, 2011: 24) yaitu :
1) Drawing, kemampuan menyatakan ide matematika ke dalam bentuk
gambar, diagram, tabel dan sebaliknya;
2) Mathematical expression, mengekspresikan konsep matematika dengan
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika,
dan
3) Written texts, memberikan penjelasan ide dengan bahasa sendiri, dan
membuat model matematika dengan menggunakan tulisan dan aljabar.
5. Rubrik Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis

Rubrik adalah pedoman penskoran. Rubrik analitik adalah pedoman untuk


menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik
ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang
mana.
Berikut ini adalah rubrik penilaian kemampuan komunikasi matematis yang
diadaptasi dari Astuti (2009) :

Ekspresi
Skor Menulis Menggambar
Matematika
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami
0
konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa apa
Hanya sedikit dari penjelasan Hanya sedikit dari Hanya sedikit
konsep, idea atau situasi dari gambar, diagram, atau dari model
suatu gambar, yang diberikan tabel yang benar. matematika
1
dengan kata kata sendiridalam yang benar.
bentuk penulisan kalimat
secara matematis, yang benar.
Penjelasan konsep, idea tau Melukiskan diagram, Membuat model
situasi dari suatu gambar, yang gambar atau tabel matematika
diberikan dengankata kata namun kurang dengan benar,
2 sendiri dalam bentuk lengkap dan benar. namun salah
penullisan kalimat secara mendapatkan
matematik masuk akal, namun solusi.
hanya sebagian yang benar.
Penjelasan konsep, idea tau Melukiskan diagram, Membuat model
3 situasi dari suatu gambar, yang gambar, atau tabel matematika
diberikan dengan kata kata secara lengkap dan dengan benar
sendiri, dalam bentuk benar. kemudian
penulisan kalimat secara melakukan
matematik masuk akal dan perhitungan
benar, meskipun tidak tersusun atau
secara logis atau terdapat mendapatkan
kesalahan bahasa. solusi secara
benar dan
lengkap.
Penjelasan konsep, idea tau - -
situasi dari suatu gambar yang
diberikan dengan kata kata
sendiri dalam bentuk
4
penulisan kalimat secara
matematik masuk akal dan
jelas, serta tersusun secara
logis.
.
DAFTAR PUSTAKA
Baroody. A.J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating. New York:
Macmillan Publishing.

Cai, Jinfa. 1996. Assesing Students Mathematical Communication. Official Journal


of the Science and Mathematics Volume 96 No 5 Mei 1996. Hal: 238-246.

Greenes, C. & Schulman, L. (1996). "Communication Processes in Mathematical


Explorations and Investigations". In P. C. Elliott and M. J. Kenney (Eds.). 1996
Yearbook. Communication in Mathematics. K-12 and Be.vond. USA: NCTM.

Jacob, C. (2003). Matematika Sebagai komunikasi. Makalah pada Seminar TingkaT


Nasional. FPMIPA UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

NCTM (2000). Principles and Standards for School Mathematics, Reston, Virginia.

Sandra L Atkins. 1999. Listening to Students. Teaching Children Mathematics. Vol 5


No 5 Januari. Hal: 289-295

Anda mungkin juga menyukai