Anda di halaman 1dari 14

HIGH ORDER THINKING

( HOT )
JUDUL : KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

KELOMPOK III:

1. Abdul Latif / 1505112530


2. Desi Irawati / 1505111264
3. Indah Elnafisa Hakim /1505117236
3. Niki Dwi Wahyuni / 1505112691
4. Nur Fauziah / 1505112188
5. Weldila Fitri / 1505122631

Kelas : 3B

Dosen Pengampu :
Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

1. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


(Weldila Fitri)
2. Jenis Jenis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
(Endah Elnafisa Hakim)
3. Pentingnya Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
(Abdul Latif)
4. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
(Nur Fauziah)
5. Rubrik Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
(Desi Irawati dan Niki Dwi Wahyuni)

DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kata pemecahan berarti proses, cara, perbuatan memecah atau
memecahkan/menyelesaikan. Masalah berarti Sesuatu yang harus diselesaikan
(dipecahkan), soal, persoalan. Sebagian besar ahli Pendidikan Matematika
menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau
direspon. Namun mereka menyatakan juga bahwa tidak semua pertanyaan
otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak
dapat dipecahkan oleh prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui
peserta didik. Jadi, kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan peserta
didik untuk menyelesaikan pertanyaan yang menantang yang tidak dapat dipecahkan
oleh prosedur rutin yang sudah diketahui peserta didik.
Polya (dalam Upu, 2003: 31) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu
usaha mencari jalan keluar dari suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat
dicapai. Sedangkan Siswono (2008:35), menjelaskan bahwa pemecahan masalah
adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespons atau mengatasi halangan
atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Dari
pengertian pemecahan masalah yang dikemukakan di atas mengindikasikan bahwa
diperolehnya solusi suatu masalah menjadi syarat bagi proses pemecahan masalah
dikatakan berhasil.
Pada tahun 1983, Mayer mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu
proses banyak langkah dengan si pemecah masalah harus menemukan hubungan
antara pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya
dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya (Kirkley, 2003).
Menurut Robert L. Solso (Ratnasari, 2014), pemecahan masalah adalah suatu
pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar
untuk suatu masalah yang spesifik. Sedangkan Siwono (2008) berpendapat bahwa
pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau
mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum
tampak jelas. Dengan demikian pemecahan masalah adalah proses berpikir individu
secara terarah untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu
masalah.
Menurut Dahar (1989: 138), pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan
manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh
sebelumnya, dan tidak sebagai suatu keterampilan generik. Pengertian ini
mengandung makna bahwa ketika seseorang telah mampu menyelesaikan suatu
masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu kemampuan baru. Kemampuan ini
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang relevan. Semakin
banyak masalah yang dapat diselesaikan oleh seseorang, maka ia akan semakin
banyak memiliki kemampuan yang dapat membantunya untuk mengarungi hidupnya
sehari-hari.
Sumarmo (2000: 8) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu
proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Sementara itu Montague (2007) mengatakan bahwa pemecahan masalah
matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang kompleks yang disertai sejumlah
proses dan strategi.
Dari beberapa pendapat tersebut, pemecahan masalah matematis merupakan
suatu aktivitas kognitif yang kompleks, sebagai proses untuk mengatasi suatu
masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya diperlukan sejumlah strategi.
Melatih siswa dengan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika bukan
hanya sekedar mengharapkan siswa dapat menyelesaikan soal atau masalah yang
diberikan, namun diharapkan kebiasaaan dalam melakukan proses pemecahan
masalah membuatnya mampu menjalani hidup yang penuh kompleksitas
permasalahan.
NCTM menetapkan pemecahan masalah sebagai suatu tujuan dan
pendekatan. Memecahkan masalah bermakna menjawab suatu pertanyaan dimana
metode untuk mencari solusi dari pertanyaan tersebut tidak dikenal terlebih dahulu.
Untuk menemukan suatu solusi, siswa harus menggunakan hal-hal yang telah
dipelajari sebelumnya dan melalui proses dimana mereka akan mengembangkan
pemahaman - pemahaman matematika baru. Memecahkan masalah bukanlah hanya
suatu tujuan dari belajar matematika tetapi sekaligus merupakan alat utama untuk
melakukan proses belajar itu (NCTM, 2000: 52).
Kesumawati (Chotimah, 2014) menyatakan kemampuan pemecahan masalah
matematis adalah kemampuan megidentifikasi unsur-unsur yang diketahui,
ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, mampu membuat atau menyusun
model matematika, dapat memilih dan mengembangkan strategi pemecahan, mampu
menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh.
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pada
diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan
masalah dalammatematika, masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Soedjadi, 1994:36).

Menurut Polya, ada empat langkah yang digunakan sebagai strategi untuk
memecahkan masalah, yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan,
memecahkan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap
semua hasil yang telah diperoleh. Dalam pemecahan masalah peserta didik mampu
memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan memecahkan masalah.
Dari beberapa strategi pemecahan masalah yang disampaikan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa untuk memecahkan masalah, peserta didik harus memiliki
kemampuan memahami konsep-konsep yang ada dalam matematika terlebih
dahulu dan kemampuan bernalar peserta didik yang baik akan membantu peserta
didik dalam memecahkan masalah.

2. Jenis Jenis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Poyla (dalam Hudoto, 1979) mengelompokkan masalah matematika ada dua:

1. Masalah terkait dengan menemukan sesuatu yang teoritas atau praktis, abstrak
atau kongrit
2. Masalah terkait dengan membuktikan atau menunjukan suatu pernyataan itu
benar atau salah atau tidak keduanya.
Trautman (1982) menyatakan bahwa ada dua jenis pemecahan masalah
matematika. Jenis pertama adalah pemecahan masalah yang merupkan masalah rutin .
Jenis kedua adalah masalah yang diberikan merupakan situasi masalah yang tidak
biasa dan tidak ada standar yang pasti untuk menyelesaikannya. Masalah matematika
yang merupakan masalah rutin adalah masalah yang disusun berkaitan secara
langsung dengan konsep-konsep yang diberikan pada suatu topik. Sedangkan masalah
tidak rutin adalah masalah yang disusun dengan maksud untuk memperluas wawasan
sebagai aplikasi suatu konsep dalam memecahkan masalah nyata yang dihadapi, baik
masalah yang berhubungan secara langsung dengan konsep tertentu maupun dengan
disiplin ilmu yang lain.

3. Pentingnya Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


NCTM sangat menyarankan memasukkan pemecahan masalah dalam
matematika sekolah. Ada banyak pertimbangan untuk melakukan hal ini, yaitu:
pertama, pemecahan masalah adalah suatu bagian terbesar dari matematika.
Pemecahan masalah merupakan unsur pokok dari disiplin matematika dan
mengurangi disiplin itu hanya dengan satu paket latihan-latihan dan
ketrampilanketrampilan tanpa pemecahan masalah adalah salah dalam
menggambarkan matematika sebagai suatu disiplin. Kedua, matematika mempunyai
banyak aplikasi dan seringkali aplikasi-aplikasi tersebut merupakan masalah penting
dalam matematika. Subjek matematika digunakan dalam pekerjaan, pemahaman, dan
komunikasi dalam disiplin-disiplin yang lain. Ketiga, terdapat suatu motivasi intrinsik
yang melekat dalam pemecahan masalah matematika.
Memasukkan pemecahan masalah matematika di sekolah dapat merangsang
minat dan antusias dari para siswa. Keempat, pemecahan masalah dapat merupakan
suatu aktivitas yang menyenangkan, dan yang terakhir, pemecahan masalah harus
terdapat di dalam kurikulum matematika sekolah agar dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan seni tentang pemecahan masalah. Seni tersebut
sangat penting untuk memahami dan mengapresiasi matematika, karena itu
pemecahan masalah harus termuat dalam tujuan pembelajaran (Wilson, Fernandez &
Hadaway,1993).
Memperhatikan apa yang akan diperoleh siswa dengan belajar memecahkan
masalah, maka wajarlah jika pemecahan masalah adalah bagian yang sangat penting,
bahkan paling penting dalam belajar matematika. Hal ini karena pada dasarnya salah
satu tujuan belajar matematika bagi siswa adalah agar ia mempunyai kemampuan
atau keterampilan dalam memecahkan masalah atau soal-soal matematika, sebagai
sarana baginya untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, analitis, dan
kreatif.
Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika, bukan
saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari
matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang
studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari (Russefffendi, 2006: 341).
NCTM (2000) menyebutkan bahwa memecahkan masalah bukan saja
merupakan suatu sasaran belajar matematika, tetapi sekaligus merupakan alat utama
untuk melakukan belajar itu. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah
menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang, dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Dengan mempelajari pemecahan masalah di dalam matematika,
para siswa akan mendapatkan cara-cara berfikir, kebiasaan tekun, dan keingintahuan,
serta kepercayaan diri di dalam situasi-situasi tidak biasa, sebagaimana situasi yang
akan mereka hadapi di luar ruang kelas matematika. Di kehidupan sehari-hari dan
dunia kerja, menjadi seorang pemecah masalah yang baik bisa membawa manfaat-
manfaat besar.
Suherman, dkk (2003: 89) mengemukakan bahwa melalui kegiatan
pemecahan masalah, aspek-aspek kemampuan penting seperti penerapan aturan pada
masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan
lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Dari kedua pendapat tersebut
menunjukkan pemecahan masalah merupakan bagian penting dari pembelajaran
matematika sehingga pemecahan masalah harus terdapat dalam kurikulum
matematika sekolah.
Demikian pentingnya aspek pemecahan masalah ini dalam belajar
matematika, sehingga NCTM (2000) menyebutkan bahwa program-program
pembelajaran dari pra TK hingga kelas 12 seharusnya memungkinkan semua siswa
untuk mampu: (1) Membangun pengetahuan matematis yang baru melalui pemecahan
masalah, (2) Memecahkan permasalahan yang muncul di dalam matematika dan di
dalam kontekskonteks lain, (3) Menerapkan dan mengadaptasi beragam strategi yang
sesuai untuk memecahkan permasalahan, dan (4) Memonitor dan merefleksi pada
proses pemecahan masalah matematis.
Pentingnya belajar pemecahan masalah dalam matematika, banyak ahli yang
mengatakannya. Menurut Bell (1978) hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi-strategi pemecahan masalah yang umumnya dipelajari dalam pelajaran
matematika, dalam hal-hal tertentu, dapat ditransfer dan diaplikasikan dalam situasi
pemecahan masalah yang lain. Penyelesaian masalah secara matematis dapat
membantu para siswa meningkatkan daya analitis mereka dan dapat menolong
mereka dalam menerapkan daya tersebut pada bermacam-macam situasi.
Conney (dikutip Hudoyo, 1988) juga menyatakan bahwa mengajarkan
penyelesaian masalah kepada peserta didik, memungkinkan peserta didik itu menjadi
lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya. Dengan perkataan
lain, bila peserta didik dilatih menyelesaikan masalah, maka peserta didik itu akan
mampu mengambil keputusan, sebab peserta didik itu telah menjadi trampil tentang
bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan
menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
4. Indikator Kemampuan Pemahaman Matematis
Menurut Kesumawati (Chotimah, 2014) indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi kemampuan mengidentifikasi
unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan.
2. Mampu membuat atau menyusun model matematika, meliputi kemampuan
merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam matematika.
3. Memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah, meliputi
kemampuan memunculkan berbagai kemungkinan atau alternatif cara
penyelesaian rumus-rumus atau pengetahuan mana yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah tersebut.
4. Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh,
meliputi kemampuan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan perhitungan,
kesalahan penggunaan rumus, memeriksa kecocokan antara yang telah
ditemukan dengan apa yang ditanyakan, dan dapat menjelaskan kebenaran
jawaban tersebut.
Menurut Polya (Wardhani, 2010) terdapat empat aspek kemampuan
memecahkan masalah sebagai berikut:
1. Memahami masalah
Pada aspek memahami masalah melibatkan pendalaman situasi
masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan diantara
fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah yang
tertulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan
informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan seksama.
2. Membuat rencana pemecahan masalah
Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah
dan pertanyaan yang harus dijawab. Dalam proses pembelajaran pemecahan
masalah, siswa dikondisikan untuk memiliki pengalaman menerapkan
berbagai macam strategi pemecahan masalah.
3. Melaksanakan rencana pemecahan masalah
Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat harus
dilaksanakan dengan hatihati. Diagram, tabel atau urutan dibangun secara
seksama sehingga sipemecah masalah tidak akan bingung. Jika muncul
ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang
untuk mencari sumber kesulitan masalah.
4. Melihat (mengecek) kembali
Selama melakukan pengecekan, solusi masalah harus
dipertimbangkan. Solusi harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun
kelihatan tidak beralasan. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah
menurut BSNP (2006) yakni meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh. respon siswa pada pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran generatif
5. Rubrik Penilaian Kemampuan Pemahaman
Penilaian didasarkan pada pedoman penskoran rubrik untuk kemampuan
pemecahan masalah matematis :
DAFTAR PUSTAKA

Bell, F. H. (1978). Teaching and Learning Mathematics. USA: Wm.C. Brown


Company Publishers.

Chotimah, N.H. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (MPG) Terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa di Kelas X
pada SMA Negeri 8 Palembang.Skripsi.Universitas PGRI Palembang.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Rajawali Press, Jakarta.

Hudoyo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan

Kirkley, Jamie. (2003). Principles for Teaching Problem Solving. Plato Learning, Inc.

Montague, M. (2007). Math Problem Solving for Middle School Students with
Disabilities. [on-line]. Avaliable: http://www.k8accesscenter.org/training_
resources/MathProblemSolving.asp. [26 Mei 2008].

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for


School Mathematics. Reston. VA: NCTM.

Polya, G. (1985). How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Method. Second
Edition. New Jersey: Princeton University Press.
Ratnasari, Desi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Skripsi Sarjana. UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.Tidak dipublikasikan.

Siwono, Tatag Y. E. 2008.Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan


Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Unesa university

Soedjadi, R. (2007). Masalah Kontekstual sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah.


Pusat Sains dan Matematika Sekolah, UNESA, Surabaya.

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Konteporer. Rev.ed.


Bandung: UPI

Sumarmo, U. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk


Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar.
Laporan Hibah Bersaing. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Upu, Hamzah. 2003. Problem Posing dan Problem Solving Dalam Pembelajaran
Matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Anda mungkin juga menyukai