Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Komunikasi Matematis

a. Pengertian Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu

penentu apakah siswa sudah paham terhadap konsep-konsep

matematika yang telah dipelajari selama proses pembelajaran

(Ramelan; Musdi & Armiati, 2012). Komunikasi ialah sebuah proses

pemberian informasi dari seseorang ke orang lain melalui berbagai cara

agar informasi yag diberikan dapat diterima (Daryanto, 2010). Menurut

Solekha, Sri dan Gunawibowo (2013) komunikasi dalam matematika

merupakan kemampuan memahami konsep siswa saat kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Bagian penting dari standar komunikasi matematika yang perlu

dimiliki siswa adalah kemampuan mengemukakan ide matematika dari

suatu teks, baik lisan maupun tulis (Hadi, 2010). Menurut Wahyudin

(2012) komunikasi dapat membantu siswa mempelajari konsep

matematis yang baru ketika siswa memainkan peran, memberikan

penjelasan lisan dan tulis serta menulis symbolsimbol matematika.

12
13

Hirschfeld (2008:4) mengemukakan komunikasi bagian yang

sangat mendasar dari matematika dan pendidikan matematika. Pada

saat proses pembelajaran di kelas komunikasi terjadi antara guru dan

siswa, antara siswa dan siswa, juga antara siswa dengan sumber

belajar lainnya. Komunikasi memberi kesempatan bagi siswa untuk

menjelaskan, membuat dugaan, mempertahankan gagasan, baik secara

lisan maupun tulisan yang dapat menstimulasi pemahaman lebih

dalam mengenai pengetahuan konsep-konsep matematika.

Selain itu sejumlah pakar mengemukakan beberapa pendapat

tentang komunikasi matematis. Grenes dan Schulman (1996)

mengemukakan bahwa komunikasi matematis merupakan: (1)

kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi,

(2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan

penyelsaiannya dalam eksplorasi dan investigasi matematika, (3)

bermanfaat bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya

untuk memperoleh informasi, berbagi pikiran dan mempertajam

idea untuk menyakinkan yang lain.

Sementara, Yeager, A dan Yeager, R. (2008) mendefinisikan

komunikasi matematis sebagai kemampuan untuk mengomunikasikan

matematika baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk

tertulis, dengan mengunakan kosa kata matematika yang tepat

dan berbagai representasi yang sesuai, serta memperhatikan kaidah-


14

kaidah matematika. Orang tidak akan memahami konsep dan solusi

suatu masalah matematika atau mungkin salah menafsirkannya jika

konsep dan solusi itu tidak dikomunikasikan dengan menggunakan

bahasa matematis yang tepat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan komunikasi

matematis adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide

matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui

bahasa lisan dan tulisan. Melalui keterampilan ini siswa

mengembangkan dan memperdalam pemahaman matematika yang

benar untuk berbicara dan menulis tentang apa yang dikerjakan. Bila

siswa berbicara dan menulis tetang matematika, siswa dapat

merepresentasikan ide-ide matematika secara verbal, gambar dan

symbol dan membuat argumen yang meyakinkan.

Baroody (1993) mengemukakan dua alasan penting mengapa

komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika.

Pertama, matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi

matematika itu sendiri. Matematika bukan hanya alat berpikir yang

membantu siswa untuk menemukan pola, pemecahan masalah, dan

menarik kesimpulan, tetapi juga alat untuk mengkomunikasikan

pikiran siswa tentang berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas.

Kedua, belajar dan mengajar metematika adalah kegiatan sosial yang

melibatkan setidaknya dua pihak, yaitu guru dan siswa. Penting


15

untuk siswa mengungkapkan pemikiran dan ide-ide mereka dalam

proses belajar dengan mengkomunikasikannya kepada orang lain

melalui bahasa, karena pada dasarnya pertukaran pengalaman dan ide

merupakan proses belajar.

Pentingnya komunikasi matematis, juga dikemuakan oleh

Peressini dan Bassett The National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM, 2000) bahwa tanpa komunikasi dalam

matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta

tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi

matematika. Ini berarti, komunikasi dalam matematika menolong guru

memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasikan dan

mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses

matematika yang mereka pelajari. Lindquist (1998)

mengemukakan, jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan

suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam

komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan

esensi dari mengajar, belajar, dan mengassess matematika.

Menurut Cai, Lane dan Jacabscin (1996: 240), untuk

mengungkapkan kemampuan komunikasi matematis dapat dilakukan

dengan berbagai cara, seperti diskusi dan mengerjakan berbagai

bentuk soal, baik pilihan ganda maupun uraian. Soal uraian yang dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa


16

antara lain dapat berupa soal uraian berbentuk transfer, eksploratif,

elaboratif, aplikatif, dan estimasi (Ansari, 2009: 18).

b. Jenis-Jenis Komunikasi Matematis

Menurut Nurahman (2011) secara umum komunikasi matematis

terbagi atas komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi lisan merupakan

komunikasi yang terjadi saat kegiatan diskusi kelompok sedangkan

komunikasi tulis merupakan komunikasi yang dapat terjadi pada tiga

kegiatan, yaitu (1) memaparkan ide atau situasi dari suatu gambar atau

grafik dengan bahasa sendiri dalam bentuk tulis, (2) menggambarkan

suatu situasi dengan gambar atau grafik serta (3) menyatakan suatu

situasi sesuai model matematika (ekspresi matematika)

(Rachmayani,2014).

Menurut Yulianto & Sutiarso (2017) Kemampuan komunikasi

matematika terbagi menjadi dua yaitu komunikasi lisan (talking) dan

komunikasi tulis (writing). Komunikasi lisan dilihat dari keterlibatan

siswa dalam kegiatan diskusi. Sementara komunikasi matematika tulis

adalah kemampuan siswa tentang penggunaan kosa kata (vocabulary),

baik notasi dan struktur matematika dalam menghubungkan dan

memahami gagasan untuk pemecahan masalah..

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi matematis lisan dan

komunikasi matematis tulis. Komunikasi lisan adalah kemampuan


17

siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan secara lisan sedangkan

komunikasi matematis tertulis adalah kemampuan siswa dalam

menyampaikan ide atau gagasan melalui tulis. Dalam penelitian ini

kemampuan komunikasi terbagi menjadi dua yaitu kemampuan

komunikasi lisan tulis siswa.

c. Indikator Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat diukur dengan

indikator seperti yang dikemukakan oleh Sumarmo (2012), antara lain:

(1) menghubungkan benda nyata, gambar atau persamaan ke dalam

bentuk matematika, (2) menjelaskan situasi dan relasi matematika

secara lisan atau tulis menggunakan bentuk aljabar, gambar maupun

persamaan, (3) menguban kejadian nyata menjadi bahasa atau simbol

matematika, (4) mendengarkan, menulis dan berdiskusi, (5) membaca

hasil diskusi dan membuat pertanyaan yang sesuai, (6) merumuskan

definisi dan generalisasi serta menyusun argumen,.

Menurut NCTM (dalam Husna;Ikhsan dan & Fatimah, 2013)

indikator komunikasi matematis terbagi atas: (1) kemampuan

menyampaikan ide matematis secara lisan dan tulis serta

mengungkapkannya secara visual, (2) kemampuan memahami dan

mengevaluasi ide matematis secara lisan, tulis, atau bentuk visual

lainnya, (3) kemampuan menggunakan istilah-istilah, notasi

matematika serta struktur dalam menyampaikan idenya. Berdasarkan


18

pemaparan di atas indikator yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan

Indikator Kemampuan
Aspek Komunikasi
No. Komunikasi Matematis
Matematis
Lisan
1 Kemampuan mengekspresikan a. Ketepatan dalam

ide-ide matematika melalui menyampaikan materi

lisan dan mendemonstrasikan bangun ruang sisi datar

serta menggambarkan secara kepada teman

visual. kelompoknya.

b. Kejelasan berbahasa

2 Kemampuan untuk a. Ketepatan membaca notasi

menggunakan istilah-istilah, matematika dalam kegiatan

notasi matematika dan diskusi.

struktur-strukturnya dalam b. Menjelaskan materi secara

menyampaikan ide lisan menggunakan bahasa

matematika serta yang mudah dipahami

menggambarkan hubungan-

hubungan dengan model-

model situasi.

3 Kemampuan memahami, a. Memahami materi bangun

menginterprestasikan dan ruang sisi datar yang

mengevaluasi ide-ide dijelaskan teman


19

Indikator Kemampuan
Aspek Komunikasi
No. Komunikasi Matematis
Matematis
Lisan
matematika baik secara lisan kelompoknya.

atau bentuk visual lainnya. b. Ketepatan memberikan

pendapat dalam berdiskusi.

c. Memberikan masukan

dengan teori yang jelas dan

akurat.

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Tulis

Indikator Kemampuan
Aspek Komunikasi
No. Komunikasi Matematis
Matematis
Lisan
1 Kemampuan mengekspresikan a. Menggunakan ide dan

ide-ide matematika melalui menuliskan pemikirannya

tulis dan mendemonstrasikan untuk menyelesaikan

serta menggambarkan secara masalah.

visual. b. Menginterprestasikan ide

matematika dalam bentuk

gambar atau persamaan..

2 Kemampuan menggunakan a. Menggunakan representasi

istilah-istilah, notasi untuk menyatakan konsep

matematika serta struktur- matematika secara tulis.

strukturnya dalam b. Menafsirkan solusi yang


20

Indikator Kemampuan
Aspek Komunikasi
No. Komunikasi Matematis
Matematis
Lisan
menyampaikan ide ditemukan melalui tulis.

matematika, serta

menghubungkannya dengan

model-model situasi.

3 Kemampuan memahami, a. Menuliskan solusi dengan

menginterprestasikan dan menggunakan istilah-

mengevaluasi ide-ide istilah dan notasi-notasi

matematika baik secara tulis matematika secara tepat

maupun dalam bentuk visual untuk menyajikan idenya

lainnya. dalam menyelesaikan

permasalahan yang ada.

b. Menyajikan pendapatnya

yaitu berupa penyelesaian

permasalahan yang ditulis

pada lembar kerja siswa

secara terstruktur.

d. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk

tingkah laku yang diinginkan (Rifa’i & Anni, 2012). Menurut Hamzah

(2011) 10 pembelajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi yang


21

dilakukan siswa dengan guru pada suatu lingkungan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah dalam Permdiknas Nomor 58 Tahun 2014, yaitu agar

siswa memiliki kemampuan : 1) pemahaman konsep matematika,

mampu mengaitkan antarkonsep dan mampu menggunakannya untuk

memecahkan masalah secara tepat dan akurat, 2) penalaran dalam

meyusun bukti serta menjelaskan ide dan pernyataan matematika, 3)

pemecahan masalah yang memuat kemampuan memahami,

menyelesaikan serata memberikan solusi tentang suatu permasalahan,

4) mengkomunikasikanmenggunakan tabel, gambar atau media lainnya,

5) menghargai pembelajaran matematika, mempunyai minat, rasa ingin

tahu serta kepercayaan diri dalam memecahkan suatu permasalahan.

2. Pengembangan LKS Berbasis Multiple Inteleligence

a. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sarana untuk

membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar.

Depdiknas (2008) mendefinisikan LKS adalah lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan

biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas. Widjajanti (2008: 1) mengatakan lembar kerja siswa

(LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat


22

dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan

pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan

dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan

pembelajaran yang akan dihadapi.

Menurut Prastowo (2011: 24) jika dilihat dari segi tujuan

disusunnya LKS, maka LKS dapat dibagi menjadi lima macam bentuk

yaitu (1) LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep; (2)

LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan

berbagai konsep yang telah ditemukan; (3) LKS yang berfungsi

sebagai penuntun belajar; (4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan;

(5) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.

Selain tujuan LKS mempunyai keuntungan, keuntungan

penggunaan LKS adalah memudahkan pendidik dalam melaksanakan

pembelajaran, bagi siswa akan belajar mandiri dan belajar memahami

serta menjalankan suatu tugas tertulis. Menurut Trianto (2011: 222)

LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek

kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek

pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

Trianto (2011: 223) menambahkan bahwa LKS memuat sekumpulan

kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk

memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan

dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.


23

Suyitno (2007) mengungkapkan manfaat yang diperoleh

dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah (1)

Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran; (2) Membantu siswa

dalam mengembangkan konsep; (3) Melatih siswa dalam menemukan

dan mengembangkan keterampilan proses; (4) Sebagai pedoman

pendidik dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran; (5)

Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang

dipelajari melalui kegiatan belajar; (6) Membantu siswa untuk

menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui

kegiatan belajar secara sistematis.

Lembar kerja peserta didik (LKS) dapat berupa panduan

untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk

pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan

eksperimen atau demonstrasi (Trianto,2009). LKS memuat sekumpulan

kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk

memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan

kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus

ditempuh. Prastowo (2015) menyatakan jika dilihat dari segi tujuan

disusunnya LKS, maka LKS dapat dibagi menjadi lima macam bentuk

yaitu.

a. LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep.


24

b. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan

mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar.

d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan.

e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum

b. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Penyusunan LKS harus memperhatikan cakupan yang akan

dimuat dalam bahan ajar tersebut. Cakupan yang harus termuat

diantaranya: judul, mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator, tempat/kelas, petunjuk belajar, tujuan yang akan

dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, dan

penilaian (Daryanto, 2014).

Prastowo (2015) menuliskan tiga prinsip yang dapat

dijadikan pedoman dalam pemilihan bahan ajar, (a) Prinsip

relevansi, LKS yang dipilih hendaknya ada relasi dengan

pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar, (b)

Prinsip konsistensi, LKS yang dipilih memiliki nilai keajegan,

kompetensi dasar yang mesti dikuasai peserta didik dengan LKS

disediakan harus memiliki keselarasan dan kesamaan, (c) Prinsip

kecukupan, ketika memilih LKS hendaknya dicari yang memadai

untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang

diajarkan.
25

Selain itu, Arif dan Napitupulu (Prastowo, 2015) menambahkan

bahwa empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

bentuk LKS, yaitu kebutuhan dan tingkat kemampuan awal para

peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran, tempat dan

keadaan di mana bahan ajar akan digunakan, metode penerapan dan

penjelasannya, serta biaya proses dan produksi serta alat-alat yang

digunakan untuk memproduksi bahan ajar.

Prastowo (2015) menjelaskan bahwa desain LKS tidak

terpaku pada satu bentuk, guru bebas mengembangkan desain LKS

sendiri dengan memperhatikan tingkat kemampuan membaca peserta

didik dan pengetahuan peserta didik. Adapun batasan umum yang

harus diperhatikan adalah.

1) Ukuran, yaitu jika kita menghendaki peserta didik membuat

bagan atau gambar, maka kita memberikan tempat yang lebih luas

bagi siswa.

2) Kepadatan halaman, yaitu LKS tidak terlalu dipadati dengan

tulisan yang dibuat guru atau penulisan lebih sistematis, singkat

dan jelas.

3) Penomoran, yaitu dengan adanya penomoran yang jelas, akan

membantu siswa dalam memahami isi dari LKS yang dibuat oleh

guru.
26

4) Kejelasan, yaitu materi dan instruksi yang diberikan di dalam

LKS harus dengan jelas dibaca oleh siswa.

c. Teori Multiple Inteleligence

Terdapat beberapa perbedaan pendekatan dalam memahami

istilah kecerdasan. Pandangan psikometrik merupakan pandangan

yang paling tradisional. Menurut pandangan ini, terdapat hanya satu

kecedasan yang sering disebut dengan kecerdasan umum (general

intelligences). Setiap individu dilahirkan dengan suatu kecerdasan

tertentu yang paling menonjol dan sulit diubah. Para psikolog dapat

mengukur intelegensi (IQ) seseorang melalui tes jawaban pendek,

atau dengan mengukur waktu yang dibutuhkan seseorang untuk

bereaksi terhadap kilatan cahaya atau keberadaan pola gelombang otak

tertentu.

Pada tahun 1983, seorang peneliti dan profesor di Universitas

Harvard, Howard Gardner mengajukan sebuah sudut pandang baru

mengenai kecerdasan. Dalam bukunya Frames of Mind Gardner

menemukakan teorinya yang disebut dengan multiple intelligences

(MI) atau kecerdasan majemuk. Gardner dalam teori kecerdasan

majemuknya, mengemukakan bahwa kecerdasan manusia mempunyai

banyak dimensi yang harus diakui dan dikembangkan dalam

Pendidikan. Ia menganggap bahwa tes IQ hanya mengukur kemampuan

logika dan bahasa, tanpa tipe kecerdasan lainnya yang juga penting.
27

Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai sebuah potensi

biopsikologis. Kecerdasan tidak dapat dilihat atau dihitung.

Kecerdasan merupakan proses informasi yang dapat diaktifkan

dalam sebuah latar kultural tertentu untuk menyelesaikan masalah atau

membuat produk yang bernilai dalam masyarakat tersebut. Aktivasi

potensial ini bergantung pada nilai suatu budaya, dan kesempatan

berkembang dalam budaya tersebut.

Teori MI tidak hanya bermanfaat bagi perkembangan siswa.

Guru yang mengetahui kecerdasannya sendiri yang menonjol akan

lebih dapat mengajar dengan lebih efektif karena menemukan gaya

mengajar yang paling sesuai. Sebaliknya kadang-kadang siswa dapat

membantu guru dengan kecerdasan yang dimilikinya yang tidak

dimiliki oleh guru.

Untuk mengembangkan kecerdasan siswa memerlukan perlakuan

yang berbeda sesuai dengan kecerdasan alami yang dimiliki masing-

masing siswa. Pengembangan kecerdasan siswa harus disesuaikan

dengan kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa.

Keberagaman kecerdasan tersebut saat ini sering disebut sebagai

kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Teori multiple

intelligences (sering juga disebut dengan istilah kecerdasan ganda

atau kecerdasan majemuk) dikemukakan oleh Howard Gardner yang

akhir-akhir ini sedang marak untuk dikembangkan dalam dunia


28

pendidikan. Gardner dalam (Amstrong, 2009) mengatakan bahwa kita

cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam

kemampuan logika dan bahasa. (Chatib, 2015) telah berhasil

mengaplikasikan konsep multiple intelligences dalam pembelajaran

untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan

membuktikan bahwa semua siswa itu cerdas dengan cara belajarnya

masing-masing.

Gardner (Amstrong, 2009) mengelompokkan kecerdasan yang

dimiliki manusia ke dalam delapan kategori yang meliputi kecerdasan

linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan spasial,

kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecer- dasan

intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik.

(Amstrong, 2009) menyatakan bahwa selain deskripsi masing-

masing intelegensi dan teori dasarnya, terdapat beberapa poin yang

penting untuk diingat dalam pembahasan Multiple Intelligences. Poin-

poin tersebut meliputi (1) Setiap orang memiliki kedelapan intelegensi.

Teori Multiple Intelegencie bukanlah untuk menentukan salah satu

intelegensi yang paling cocok. Teori ini merupakan sebuah teori fungsi

kognitif dan menganggap bahwa masing-masing individu mempunyai

kapasitas pada semua jenis intelegensi yang berfungsi bersama dalam

sebuah cara yang unik. (2) Kebanyakan orang dapat mengembangkan

masing-masing inte- legensi hingga tingkat kompetensi tertentu.


29

Perkembangan dapat terjadi dengan dukungan, pengayaan, dan

instruksi yang tepat. (3) Intelegensi berfungsi bersama dalam sebuah

mekanisme yang kompleks. Intelegensi selalu berinteraksi satu sama

lain.

Terdapat berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam setiap

kategori. Tidak ada serangkaian atribut standar yang harus dimiliki

seseorang untuk memiliki kecerdasan tertentu. Misalnya seseorang

mungkin tidak bisa membaca, namun ia memiliki kecerdasan

linguistik yang tinggi karena dapat menceritakan sesuatu yang

menarik atau memiliki banyak kosa kata lisan.

Pembelajaran matematika gunakan multiple intelliginces

memiliki perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan

pembelajaran dengan cara tradisional. Masih menurut penelitian

tersebut dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan multiple

intelliginces memiliki dampak kelanggengan informasi yang lebih

positif terhadap siswa (Yalmanci dan Gozum, 2013).

(Chatib, 2015) memaparkan bahwa dalam faktanya, banyak siswa

mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak

mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata,

banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya

disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya


30

belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan

gaya belajar siswa, semua pelajaran (termasuk pelajaran matematika)

akan terasa sangat mudah dan menyenang- kan.

(Samsudin, 2015) membuktikan hubungan antara multiple

intelligences, pengajaran matematika yang menyenangkan, dan

kemampuan komunikasi matematika. Oleh karena itu, dalam rangka

memaksimalkan keterlibatan siswa di kelas dan menghasilkan

pembelajaran bermakna dianjurkan bahwa guru memiliki kompetensi

dalam mengintegrasikan berbagai unsur kecerdasan dan desain

pedagogi mereka sehingga memperkuat kemampuan komunikasi

matematika pada sistem sekolah, di samping mengembangkan modal

manusia yang dibutuhkan oleh sistem global yang semakin meningkat.

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat

dilihat pada table di bawah ini, hal ini bertujuan untuk memperkuat landasan

teori dan sebagai pendukung dalam menentukan kerangka berpikir.

Table 2.3 Penelitian yang Relevan

No. Peneliti (tahun) Hasil Penelitian

1 Dwi Sumarno Berdasarkan hasil dan pembahasan, LKS yang

(2017) dikembangkan memiliki validitas yang baik. LKS

yang dikembangkan juga praktis bagi siswa. Dari

hasil tes kemampuan komunikasi matematis


31

siswa, LKS berbasis multiple intelegencie efektif

ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis

siswa. Keefektifan LKS dapat dilihat dari

persentase siswa yang mendapat nilai di atas

KKM.

2 Novi Rini 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

Kurnia (2017) kesimpulan bahwa LKS berbasis multiple

intelligence yang dikembangkan dalam

penelitian ini meliputi tahapan ADDIE sebagai

berikut.

a) Analysis (Analisis) Berdasarkan observasi,

media pembelajaran yang digunakan

berupa LKS. Media tersebut kurang dapat

dipahami oleh siswa. Selain itu, dari

penyebararan angket tes identifikasi

kecerdasan majemuk diketahui kecerdasan

yang dominan yang dimiliki oleh siswa

adalah kecerdasan verbal-linguistik, logis

matematis, dan interpersonal.

b) Design (Perancangan) Perancangan LKS

berbasis multiple intelligence berdasarkan

referensi yang telah dikumpulkan dan


32

dilakukan dengan membuat kerangka

berbasis pada tiga kecerdasan dominan

yang tepilih.

c) Development (Pengembangan), meliputi:

Hasil produk yang dikembangkan

divalidasi oleh ahli media dan ahli materi,

setelah semua validator menyatakan valid,

kemudian peneliti melakukan uji coba

terbatas untuk mengetahui kesiapan LKS.

d) Implementation (Implementasi)

Mengimplementasi produk yang

dikembangkan dalam pembelajaran.

e) Evaluation (Evaluasi) Mengevaluasi

terhadap apa yang telah dilaksanakan yang

terdiri dari media yang dikembangkan. \

2. Dari hasil pengembangan dihasilkan media

pembelajaran LKS berbasis multiple

intelligence memenuhi kriteria valid

berdasarkan penilaian yang dilakukan

validator, memenuhi kriteria praktis

berdasarkan respon siswa, dan memenuhi

kriteria efektif berdasarkan nilai posttest


33

kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Sehingga disimpulan bahwa media LKS

berbasis multiple intelligence layak untuk

diterapkan dalam pembelajaran.

3. LKS berbasis multiple intelligence yang telah

dikembangkan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa

dalam pembelajaran matematika, hal ini

ditunjukkan peningkatan dari rata-rata skor

pretest siswa yaitu 14,72% menjadi 60,81%

pada rata-rata skor posttest dengan persentase

rata-rata uji gain sebesar 54% pada kriteria

sedang, sehingga LKS berbasis multiple

intelligence efektif untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

3 Christina Widhi 1. Telah dihasilkan LKS berbasis Multiple

bHanjayani Intelligence yang layak digunakan dalam

(2017) pembelajaran fisika pada materi hukum

Newton dan penerapannya ditinjau dari hasil

CVI didapatkan nilai sebesar 0,59 dengan

kategori sangat baik, nilai tingkat persetujuan

secara berturutturut pada LKS berbasis


34

Multiple Intelligence 1, 2, dan 3 yaitu 97,57%,

99,45%, dan 99,5%, dan nilai ICC untuk LKS

berbasis Multiple Intelligence 1, 2, dan 3

secara berturut-turut yaitu 0,91 (istimewa),

0,95 (istimewa), dan 0,99 (istimewa).

2. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah

kognitif berdasarkan hasil nilai pretest-posttest

didapatkan nilai gain sebesar 0,43 dengan

kategori sedang.

3. Hasil respon siswa berdasarkan angket yang

telah diisi oleh siswa yang kemudian dianalisis

menggunakan simpangan baku dan diperoleh

rata-rata total sebesar 4,28 dengan kategori

sangat baik.

C. Kerangka Berpikir

Bahan ajar khususnya LKS merupakan bagian penting dalam

pelaksanaan pembelajaran sehingga sudah sewajarnya jika setiap guru

mengembangkan LKS. LKS tersebut tentunya harus disesuaikan dengan

kebutuhan siswa baik secara individu maupun latar belakang sosial.

Untuk itu penelitian pengembangan LKS berbasis Multiple Integencie ini

dilaksanakan. Setiap siswa memiliki kecerdasan yang beragam, keberagaman


35

kecerdasan yang dimiliki setiap siswa sering disebut sebagai multiple

intelligences. Kecerdasan yang beragam tersebut tentu saja berfungsi

berbarengan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap siswa dan

harus dikembangkan. Pengembangan kecerdasan siswa dapat dilakukan

melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan kecenderungan kecerdasan

yang dimiliki oleh setiap siswa.

Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran tentunya sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh

dalam keberhasilan suatu pembelajaran adalah proses belajarnya. Proses

pembelajaran tidak lepas dari LKS yang digunakan oleh setiap guru.

Agar pembelajaran berhasil dan kecerdasan peserta didik dapat

berkembang maksimal, maka bahan ajar yang digunakan harus

disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Komunikasi Matematis merupakan

salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa.

Kemampuan komunikasi matematis siswa sangat dipengaruhi oleh

pengalaman siswa itu sendiri, terutama saat proses pembelajaran di kelas.

Proses belajar yang dilakukan harus mampu meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa, sehingga capaian dalam pembelajaran

matematika dapat terlihat lebih baik.

LKS berbasis multiple intelligences merupakan LKS yang disesuaikan

dengan kecerdasan peserta didik yang beragam. Dengan LKS berbasis

multiple intelligences, peserta didik akan lebih mudah dalam mengikuti


36

dan menerima pembelajaran oleh guru yang pada akhirnya akan

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasani teori dari kerangka berpikir di atas maka dapat

disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Hasil pengembangan LKS berbasis multiple intelligences dikatakan

berhasil.

2. Hasil Pengembangan LKS berbasis multiple intelligences yang

dikembangkan adalah valid.

3. Hasil Pengembangan LKS berbasis multiple intelligences efektif dan

praktis bagi siswa.

Anda mungkin juga menyukai