Anda di halaman 1dari 11

RESUME

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“ KEMAMPUAN KOMUNIKASI, REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS ”

AHMAD ROZAQ ALFAJRI

NIM. 19205039

Dosen Pengampu Matakuliah

Dr. ALI ASMAR, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
A. KEMAMPUAN KOMUNIKASI

1. Pengertian

Menurut KBBI komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau


berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan
suatu pesan dari pembawa pesan ke penenerima pesan untuk memberitahu pendapat,
atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.
Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada matematika.
Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui
komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.
Menurut NCTM (2000), komunikasi merupakan bagian yang esensial dari
matematika dan pendidikan matematika. Shield et al. (Mayo et al., 2007) menyatakan
bahwa komunikasi berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
Komunikasi adalah aktivitas kelas yang menawarkan kemungkinan bagi siswa untuk
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang matematika yang mereka
pelajari. Melalui komunikasi akan terlihat sejauh mana siswa mengeksplorasi
pemikiran dan pemahaman mereka terhadap matematika. Sedangkan dalam belajar
memahami matematika umumnya melibatkan pengetahuan konsep dan prinsip serta
membangun hubungan bermakna antara prior knowledge dan konsep yang sedang
dipelajari.
2. Aspek-aspek Komunikasi Matematika
Baroody (Ansari : 2003) mengatakan bahwa pembelajaran harus dapat
membantu peserta didik mengkomunikasikan ide matematika dalam 5 aspek
komunikasi yaitu :
a. Representing (Representasi)
b. Listening (Mendengar)
c. Reading (Membaca)
d. Discussing (Diskusi)
e. Writing (Menulis)
3. Indikator Kemampuan Komunikasi
Adapun indikator kemampuan komunikasi siswa menurut NCTM dapat
dilihat dari :
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide- ide
matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya;
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-
hubungan dengan model-model situasi.

Berikut ini akan disajikan indikator-indikator komunikasi untuk jenjang –


jenjang pendidikan:

a. Indikator komunikasi untuk siswa setingkat Sekolah Dasar adalah:


1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan,
dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa simbol matematika
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

b. Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMP adalah:


1) Membuat model dari suatu situasi melalui lisan, tulisan, benda-benda konkrit,
gambar, grafik, dan metode-metode aljabar
2) Menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
3) Mengembangkan pemahaman dasar matematika, termasuk aturan-aturan
definisi matematika
4) Menggunakan kemampuan membaca, menyimak, dan mengamati untuk
menginterpretasi dan mengevaluasi suatu ide matematika
5) Mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematis termasuk aturanaturannya
dalam mengembangkan ide matematika.
c. Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMA adalah:
1) Menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
2) Menyusun formulasi dan definisi-definisi matematika dan membuat
generalisasi dari temuan-temuan yang ada melalui investigasi
3) Mengepresikan ide-ide matematika secara lisan dan tulisan
4) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi tertulis
5) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telahdipelajari

Berdasarkan Permendikbud No 59 Tahun 2019, Indikator dari kemampuan


komunikasi matematika yaitu sebagai berikut :

a. Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan.


b. Menduga dan memeriksa kebenaran dugaan (conjecture)
c. Memeriksa kesahihan atau kebenaran suatu argumen dengan penalaran induksi.
d. Menurunkan atau membuktikan rumus dengan penalaran deduksi
4. Pentingnya Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika
Membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching
Mathematics (NCTM) memberikan manfaat pada siswa berupa :
a. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
b. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan
matematika dalam berbagai situasi.
c. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan matematika termasuk peranan
definisi-definisi dalam matematika.
d. Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.
e. Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan.

B. Kemampuan Representasi Matematis


1. Pengertian Representasi Matematis
Terdapat beberapa definisi representasi matematis yang dikemukakan oleh
para ahli. Jones dan Knuth mendefinisikan representasi matematis sebagai bentuk
pengganti dari situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. Contoh,
suatu masalah dapat direpresentasikan dengan objek, gambar, kata-kata, atau simbol
matematika. Menurut Goldin representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau
susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu dalam
suatu cara. Sedangkan Downs menyebutkan bahwa representasi merupakan
konstruksi matematika yang dapat menggambarkan aspek-aspek konstruksi
matematika lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa representasi matematis
merupakan ungkapan-ungkapan, penggambaran, penerjemahan dari ide matematika
yang ditampilkan siswa sebagai upaya memperoleh kejelasan makna dari masalah
yang dihadapinya sebagai model atau pengganti dari situasi masalah untuk
menemukan solusi. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata,
tabel, diagram, benda konkret, simbol matematika, atau bentuk-bentuk matematika
lainnya.
Proses representasi matematika dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu
secara internal dan eksternal. Representasi internal merupakan proses berpikir tentang
ide-ide matematika yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas dasar ide
tersebut. Sedangkan representasi eksternal adalah hasil perwujudan dalam
menggambarkan apa-apa yang dikerjakan siswa secara internal atau representasi
internal. Hasil perwujudan ini dapat diungkapkan baik secara lisan, tulisan dalam
bentuk kata-kata, simbol, ekspresi atau notasi matematika, gambar, grafik, diagram,
tabel, atau objek fisik berupa alat peraga.

2. Jenis-jenis Representasi
Representasi dibagi menjadi dua yaitu
a. Representasi internal
Representasi internal merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam
fikirannya (minds-on). Namun, representasi internal dapat di dugadan disimpulkan
dari representasi eksternalnya melalui pengungkapan kata–kata, simbol, gambar,
grafik, tabel, maupun alat peraga (hands-on). Jadi, antara representasi internal dan
eksternal ada hubungan timbal balik dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
b. Representasi eksternal
Schnotz (dalam Elia, 2004) membagi representasi eksternal dalam dua kelas
yang berbeda yaitu representasi descriptive dan depictive. Dalam Kartini (2009)
dijelaskan representasi descriptive terdiri atas simbol yang mempunyai struktur
sembarang dan dihubungkan dengan isi yang dinyatakan secara sederhana dengan
makna dari suatu konvensi, yakniteks, sedangkan representasi depictive termasuk
tanda-tandai konik yang dihubungkan dengan isi yang dinyatakan melalui fitur
struktural yang umum secara konkret atau pada tingkat yang lebih abstrak, yaitu,
display visual.
Lebih lanjut Gagatsis dan Elia (2004) mengatakan bahwa untuk siswa kelas
1, 2 dan 3 sekolah dasar, representasi dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu
representasi verbal (tergolong representasi descriptive), gambar informational,
gambardecorative, dan garis bilangan (tergolong representasi depictive). Perbedaan
antara gambar informational dan gambar decorative adalah pada gambar decorative,
gambar yang diberikan dalam soal tidak menyediakan setiap informasi pada siswa
untuk menemukan solusi masalah, tetapi hanya sebagai penunjang atau tidak ada
hubungan langsung kepada konteks masalah. Gambar informational menyediakan
informasi penting untuk penyelesaian masalah atau masalah itu didasarkan pada
gambar.
Dari beberapa pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
representasi dapat digolongkan menjadi:
a. representasi visual (gambar, diagram, grafik, atautabel);
b. representasi simbolik (pernyataan matematika/notasi matematik,
numerik/simbolaljabar); dan
c. representasi verbal (tekstertulis/katakata).

3. Indikator Representasi Matematis


Perubahan yang banyak dianjurkan dalam matematika dan ilmu pendidikan
adalah lebih menekankan pada siswa belajar untuk menerapkan apa yang mereka
pelajari untuk kegiatan mereka bekerja, berpikir, dan bersosialisasi, baik di dalam
maupun di luar sekolah. Dengan cara berpikir ini, bentuk-bentuk representasi adalah
alat yang dapat digunakan siswa untuk belajar sebagai sumber daya dalam berpikir
dan berkomunikasi. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda untuk
mengkontruksikan pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa
untuk mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep.
Berdasarkan uraian tersebut, indikator yang digunakan dalam menilai
kemampuan repesentasi matematis siswa adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel Indikator Representasi Matematis

No Representasi Bentuk-Bentuk Operasional

1. Representasi visual: a. Menyajikan kembali data atau informasi dari


a) Diagram, suatu representasi ke representasi diagram,
Grafik, atau grafik, atau tabel.
tabel. b. Mengguanakan representasi visual untuk
menyelesaikan masalah.

b) Gambar a. Membuat gambat pola-pola geometri.


b. Membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah.

Persamaan atau a. Membuat persamaan atau model matematika


ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan.
b. Penyelesaian masalah yang melibatkan

2. ekspresi matematis.

3 Kata-kata atau teks a. Membuat situasi masalah berdasarkan data


3 tertulis yang diberikan.
b. Menuliskan interpretasi dari suatu
representasi.

3. c. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian


masalah matematis dengan kata-kata.
d. Menyusun cerita yang sesuai dengan
representasi yang disajikan.
e. Menjawab soal dengan menggunakan kata-
kata atau teks tertulis.

C. Kemampuan Disposisi Matematika


1. Pengertian Kemampuan Disposisi Matematika

Disposisi menurut Katz (1993) adalah a disposition is a tendency to exhibit


frequently, consciously, and voluntarily a pattern of behavior that is directed to a
broad goal. Artinya disposisi adalah kecenderungan untuk secara sadar
(consciously), teratur (frequently), dan sukarela (voluntary) untuk berperilaku
tertentu yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan di dalam
konteks matematika, disposisi matematika (mathematical disposition) menurut
National Council Of Teachers Of Mathematics (1991) berkaitan dengan bagaimana
siswa memandang dan menyelesaikan permasalahan, apakah percaya diri, tekun,
berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif
penyelesaian masalah. Selain itu berkaitan dengan kecenderungan siswa untuk
merefleksi pemikiran mereka sendiri. Sumarmo (2010) mengungkapkan bahwa
disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri
siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.

Disposisi matematis (mathematical disposition) menurut Kilpatrick et al.


(2001: 131) adalah sikap produktif atau sikap positif serta kebiasaan untuk melihat
matematika sebagai sesuatu yang logis, berguna, dan berfaedah. Kilpatrick et al.
menyatakan bahwa, student disposition toward mathematics is major factor in
determining their educational success. Dari pernyataan tersebut mengindikasikan
bahwa disposisi matematis merupakan faktor utama dalam menentukan kesuksesan
belajar matematika siswa. Jadi, disposisi matematis lebih spesifik, mencakup minat
yang sungguh-sungguh dalam konsep matematika dan koneksi matematika,
kegigihan dalam menemukan solusi masalah, kemauan untuk menemukan proses
atau solusi pada problem yang sama, dan mengapresiasi hubungan matematika
dengan bidang ilmu lainnya.

2. Komponen-komponen Disposisi Matematis

Disposisi matematis penting untuk dikembangkan karena dapat menunjang


keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Dengan menggunakan disposisi
matematis yang dimiliki oleh siswa, diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah,
mengembangkan kegiatan kerja yang baik dalam matematika, serta bertanggung
jawab terhadap belajar matematika. Pentingnya pengembangan disposisi matematis
sesuai pernyataan Sumarmo (2010) bahwa:

Dalam belajar matematika siswa dan siswa perlu mengutamakan


pengembangan kemampuan berpikir dan disposisi matematis. Pengutamaan tersebut
menjadi semakin penting manakala dihubungkan dengan tuntutan IPTEKS dan
suasana bersaing yang semakin ketat terhadap lulusan semua jenjang pendidikan.
Disposisi matematika memuat tujuh komponen. Komponen-komponen tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Percaya diri dalam menggunakan matematika,

2. Fleksibel dalam melakukan kerja matematika (bermatematika),

3. Gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas matematika,

4. Memiliki rasa ingin tahu dalam bermatematika,

5. Melakukan refleksi atas cara berpikir,

6. Menghargai aplikasi matematika, dan

7. Mengapresiasi peranan matematika (NCTM, 1989)

Menurut Carr sebagaimana dikutip Maxwell (2001: 32) menjelaskan bahwa,


… dispositions are different from knowledge and skills they are often the product of a
knowledge/skills combination. Jadi, disposisi dikatakan dapat menunjang kemampuan
matematis siswa. Siswa dengan kemampuan matematis yang sama, tetapi memiliki
disposisi matematis yang berbeda, diyakini akan menunjukkan hasil belajar yang akan
berbeda. Karena siswa yang memiliki disposisi lebih tinggi, akan lebih percaya diri,
gigih, ulet dalam menyelesaikan masalah dan mengeksplorasi pengetahuannya.

Disposisi matematis siswa dapat berkembang ketika mereka mempelajari


aspek kompetensi lainnya. Contohnya ketika siswa bernalar untuk menyelesaikan
persoalan non-rutin, sikap dan keyakinan siswa akan menjadi lebih positif. Jika
konsep yang dikuasai oleh siswa semakin banyak, maka siswa akan semakin yakin
dapat menguasai matematika. Sebaliknya jika siswa jarang diberi tantangan persoalan
oleh guru, maka siswa cenderung kehilangan rasa percaya dirinya untuk dapat
menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. 2003. Menumbuh Kembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi


Matematika Siswa Melalui Strategi Think-Talk-Write : Studi Eksperimen pada
Siswa Kelas 1 SMUN di Kota Bandung

Elia, I. (2004). Multiple representations in mathematical problem solving : Exploring sex


differences.[Online].Tersedia: http://prema.iacm.forth.gr/does/ws1/papers/iliada%20
Elia.pdf.
Goldin, G.A. dan Steingold, N. 2001. “System of Representation and the Development of
Mathematical Concepts.” Dalam A. Cuoco & F. Curcio (Eds). The Role of
Representation in School Mathematics (1-23), Reston. VA NCM

Kilpatrick, J. (2011). Slouching toward a national curriculum. Journal of Mathematics


Education at Teachers College, 2, 8-17. Retrieved from http://journals.tc-
library.org/index.php/matheducation/article/ view/633

Maxwell, K. 2001. Positive learning dispsitions in mathematics. [online]. Tersedia di:


http://www.education.auckland.ac.nz/webdav/site/education/shared/
about/research/docs/FOED%20Papers/Issue%2011/ACE_Paper_3_Issue_1 1.doc
[diakses 28-1-2016].

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA :


NCTM

Sumarmo, U. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan Pada Peserta Didik. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai