Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2017) kata mampu mempunyai arti kuasa (bisa,

sanggup) melakukan sesuatu. Menurut Menuk (2005:89) kemampuan

merupakan kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam mengerjakan

suatu pekerjaan. Seseorang dikatakan mampu apabila ia sanggup

melakukan sesuatu yang ia lakukan.

Kemampuan berhubungan erat dengan kemampuan fisik dan

mental yang di miliki orang untuk melaksanakan pekerjaan dan bukan yang

ingin di lakukannya (Gibson, 1994: 104). Kemampuan berarti kapasitas

seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan

(Stephen P. Robbins & Timothy A Judge, 2009: 57). Lebih lanjut, Stephen

P. Robbins & Timothy A Judge (2009: 57-61) menyatakan bahwa

kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua

kelompok faktor, yaitu:

a. Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan

kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas

mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah).

11
12

b. Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan

melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan,

kekuatan, dan karakteristik serupa.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat di

simpulkan bahwa yang dimaksud kemampuan adalah kecakapan atau

kesanggupan seseorang individu dalam mengekspresikan gagasan atau ide-

ide.

B. Representasi Matematis

Representasi adalah susunan yang dapat mengambarkan, mewakili

atau melambangkan sesuatu dengan suatu cara. Dalam psikologi umum,

representasi berarti proses membuat model konkret dalam dunia nyata ke

konsep abstrak atau symbol (Hwang, Chen, Dung & Yang, 2007 :192).

Sedangkan Cai, Lane dan Jakabcsin (dalam Sabirin, 2014: 34) menyatakan

bahwa representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk

mengemukakan jawaban atau gagasan matematis yang bersangkutan.

Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkenaan

tentang representasi yaitu:

1. Menurut Jones & Knuth (dalam Sabirin, 2014: 33) representasi adalah

model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari

suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai

contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar,

kata-kata, atau simbol.


13

2. Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-

ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang

ditampilkan siswa dalam upayanya untuk mencari suatu solusi dari

masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000: 67).

3. Pape & Tchoshanov (dalam Sabirin, 2014: 34) mengungkapkan terdapat

empat gagasan yang digunakan dalam memahami konsep representasi.

Pertama, representasi dapat dipandang sebagai abstraksi internal dari ide-

ide matematika atau skemata kognitif yang dibangun oleh siswa melalui

pengalaman; kedua, sebagai reproduksi mental dari keadaan mental yang

sebelumnya; ketiga, sebagai sajian secara struktur melalui gambar,

simbol ataupun lambang; dan yang terakhir, sebagai pengetahuan tentang

sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.

4. Menurut Steffe, Weigel, Schultz, Waters, Joijner & Reijs (dalam Sabirin,

2014: 34) representasi merupakan proses pengembangan mental yang

sudah dimiliki seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam

berbagai model matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel,

model-model manipulatif atau kombinasi dari semuanya.

Berdasarkan definisi representasi yang sudah dipaparkan maka

representasi matematis membantu menggambarkan, menjelaskan, atau

memperluas ide matematika dengan berfokus pada fitur-fitur pentingnya.

Representasi meliputi simbol, persamaan, kata-kata, gambar, table, grafik,

objek manipulatif, dan tindakan serta mental, cara internal berpikir tentang

ide matematika. Representasi adalah alat berpikir yang kuat, namun bagi


14

banyak siswa, kekuatan ini tidak dapat diakses kecuali siswa menerima

bimbingan terarah dalam mengembangkan repertoar.

Semakin banyak terlibat belajar matematika, siswa dapat

memperluas pemahaman ide matematika atau hubungan dengan berpindah

dari satu jenis representasi ke representasi yang berbeda dari hubungan yang

sama. Ini adalah salah satu alasan bahwa penting bagi siswa untuk

menggunakan berbagai bahan manipulatif, yang selanjutnya berkaitan dengan

metode untuk memecahkan masalah. Melalui proses ini, siswa dapat bergerak

dari representasi informal ke representasi formal, bahkan abstrak.

Menurut Hudiono (2005: 1) secara umum, pernyataan representasi

merujuk pada proses pembentukan, abstraksi dan pendemonstrasian

pengetahuan matematika. Sedangkan Alhadad (2010: 34) mengungkapkan

bahwa representasi adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematis yang

ditampilkan sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah

yang digunakan untuk menemukan solusi dari suatu masalah yang sedang

dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya.

Representasi sebagai salah satu dari daya matematis tidak dapat

diabaikan dalam pembelajaran matematika karena pembelajaran matematika

tidak pernah lepas dari pemecahan masalah, sedangkan representasi dan

pemecahan masalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

(Hudiono, 2005: 17). Selain itu, dalam pembelajaran matematika dengan

pandangan struktural, representasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Setiap solusi permasalahan matematika selalu melibatkan representasi, dari


15

yang berbentuk deskripsi verbal, simbol, rumus, grafik, tabel ataupun berupa

model visual.

Ketika seseorang telah menemukan suatu cara dalam penyelesaian

masalah, maka perlu mengkomunikasikan penemuannya atau ide-idenya

tersebut (tulisan) yang dapat berbentuk: deskripsi verbal, simbol, rumus,

diagram atau yang lainnya, ini merupakan berbagai model representasi

sehingga dalam pembelajaran matematika khususnya perlu adanya

pengenalan terhadap berbagai model representasi sebagai perwujudan dan

pengungkapan ide-ide matematika (Hudiono, 2005: 19).

Standar representasi yang ditetapkan oleh NCTM (2000: 67)

menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak

sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk:

1. Menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisasi,

mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika.

2. Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematika

untuk memecahkan masalah.

3. Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan

fenomena fisik, social, dan fenomena matematika

Menurut Jones (dalam Alhadad, 2010: 6), terdapat tiga alasan

mengapa representasi merupakan salah satu dari proses standar, yaitu:

1. Kelancaran dalam melakukan translasi di antara berbagai jenis

representasi yang berbeda merupakan kemampuan dasar yang perlu

dimiliki siswa untuk membangun suatu konsep dan berpikir matematika.


16

2. Ide-ide matematika yang disajikan guru melalui berbagai representasi

akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap siswa dalam

mempelajari matematika.

3. Siswa membutuhkan latihan dalam membangun representasinya sendiri

sehingga siswa memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang baik

dan fleksibel yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.

Bruner (dalam Hudiono, 2007: 18) membedakan tiga jenis model

mental representasi, yaitu enactive, iconic dan symbolic. Representasi

enactive adalah representasi sensori motor yang dibentuk melalui aksi atau

gerakan; representasi iconic berkaitan dengan image atau persepsi; dan

representasi symbolic berkaitan dengan bahasa matematika dan symbol-

simbol. Dalam pandangan Bruner, enactive, iconic dan symbolic berhubungan

dengan perkembangan mental seseorang, dan setiap perkembangan

representasi yang lebih tinggi dipengaruhi oleh representasi lainnya.

Menurut Aryworo (dalam Aryanti, 2012: 16) teori perkembangan

kognitif Bruner memfokuskan pada bagaimana anak berpikir sebaik dengan

bagaimana anak belajar dan bagaimana anak dapat dibantu agar dapat belajar

dengan  baik. Berdasarkan teori perkembangan kognitif anak, Bruner yang

membagi 3 tahap perkembangan yaitu enaktif (konkret: melalui aktivitas

objek), ikonik (penggambaran: melalui visual/image), dan simbolik (abstraksi

: melalui kata dan angka) menggambarkan cara representasi (mode

representation) yaitu cara konseptual dimana informasi disajikan ada tiga:

enaktif, ikonik, dan simbolik.


17

Representasi enaktif berarti cara merepresentasikan sesuatu dengan

pendekatan respon motorik. Pada tahap ini, guru perlu memberikan banyak

kesempatan kepada anak untuk bertindak menurut objek (manipulatif). Guru

memberikan pengalaman belajar yang relevan dengan matematika

diungkapkan oleh Aryworo (dalam Aryanti, 2012: 16).

Aryworo (dalam Aryanti, 2012: 17) menyatakan representasi yang

kedua yaitu ikonik, membawa dari konkret dan fisik ke alam imajiner mental.

Menurut Bruner, representasi ikonik terjadi ketika anak ”menggambarkan”

operasi atau manipulasi sebagai cara bukan hanya untuk mengingat aktivitas

tetapi juga melukiskan kembali secara mental jika diperlukan. Beberapa

keadaan mental tidak meliputi setiap detail dari apa yang terjadi tetapi

ringkasan kejadian dengan hanya menunjukkan karakteristiknya yang

penting.

Menurut Aryworo (dalam Aryanti, 2012: 17) representasi simbolik,

cara ketiga teori Bruner untuk memperoleh pengalaman dalam memori,

memanfaatkan kompetensi bahasa. Simbol adalah kata atau tanda yang berarti

sesuatu tetapi tidak ada cara menyerupai sesuatu tersebut. Simbol sangat

abstrak. Contohnya, angka 8 tidak terlihat seperti sifat bilangannya dan juga

kata ”delapan”. Simbol ditemukan orang untuk menunjuk pada objek tertentu,

kejadian, dan ide, dan pengertiannya dibagikan secara luas karena orang telah

menyetujui simbol-simbol tersebut. Ketika seorang anak mulai menulis

operasi-operasi matematisnya (menggunakan angka), format sederhana

seperti persamaan serta tanda operasional lainnya, maka ini adalah awal dari
18

representasi simbolik sebagai kemampuan anak untuk ”membaca” notasi

matematis. Kemudian anak belajar berpikir tentang tingkah laku syarat-syarat

simbol yang sama yang membuka kemungkinan berpikir abstrak.

Lesh, Post dan Behr (dalam Hudiono, 2005: 28) menyatakan bahwa

terdapat lima tipe sistem representasi yang berbeda yang terjadi dalam belajar

matematika dan pemecahan masalah, yaitu real script, static picture,

manipulative models, spoken & written language dan written symbols.

Hubungan kelima type digambarkan pada Gambar 1 dengan penjelasan

sebagai berikut.

a. Real world contexts, situasi yang berkaitan dengan masalah kehidupan

sehari-hari yang digunakan untuk menginterpretasi dan memecahkan

berbagai jenis masalah.

b. Static picture (Gambar), di mana representasi dapat disajikan dalam

model figural seperti model yang dimanipulasi atau menggunakan

representasi visual yang dapat diinternalisasi sebagai bayangan dalam

menyelesaikan masalah. Kemampuan representasi gambar atau grafik

adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematik ke dalam gambar

atau grafik. Gambar merupakan media yang ampuh untuk

mengungkapkan gagasan karena lebih mudah dicerna. Selain itu

menggambar merupakan upaya mengkomunikasikan ide pikiran. Grafik

merupakan gambaran pasang surut suatu keadaan dengan menggunakan

garis atau gambar. Grafik dapat menunjukkan data berupa angka secara
19

visual (symbol-simbol) serta biasanya berasal dari tabel-tabel yang telah

dibuat.

c. Manipulation models, di mana unsur-unsur dalam sistem memiliki makna

yang sedikit, tetapi dibangun dalam hubungan dan operasi yang sesuai

dengan situasi sehari-hari. Seperti batang cuisenaire, blok aritmatika,

garis bilangan dan lain-lain.

d. Spoken & written language (bahasa lisaan), di mana representasi ini

disajikan dengan langkah-langkah penyelesaian soal berupa kata-kata

dalam bentuk tertulis atau menyusun cerita yang sesuai dengan

representasi yang disajikan. Kemampuan representasi bahasa atau verbal

adalah kemampuan menerjemahkan sifat-sifat yang diselidiki dan

hubungannya dalam masalah matematika ke dalam representasi verbal

atau bahasa.

e. Written symbols (Simbol tertulis), dimana representasi disajikan dalam

bentuk simbol tertulis yang mencakup kalimat dan phrase khusus atau

ekspresi matematis dalam penyelesaian masalah. Sedangkan kemampuan

representasi simbol adalah kemampuan menerjemahkan masalah

matematika ke dalam representasi rumus aritmatika. Dengan

menggunakan gambar, skema interaksi tipe-tipe representasi dalam

belajar matematika dan pemecahan masalah tersebut membentuk sistem

representasi seperti terlihat pada gambar berikut ini.


20

Gambar 2.1 Tipe Representasi Menurut Lesh, Post, dan Behr

Arah anak panah pada Gambar 2.1 menggambarkan translasi dari

satu jenis representasi ke jenis lain agar ide-ide matematika dapat dipahami

secara utuh. Demikian juga di dalam masing-masing jenis representasi sangat

dimungkinkan terjadi transformasi dari satu bentuk representasi ke bentuk

lain.

C. Translasi

Janvier (1987) mengemukakan proses translasi adalah: “the

psychological processes involved going from one mode of representation

to another, for example, from an equation to a graph”. Berarti proses

translasi merupakan proses perubahan dari satu bentuk representasi ke

bentuk representasi lainnya.Translasi representasi matematis dalam setiap

bentuk representasi adalah proses yang terjadi dalam representasi.. Garis-

garis panah penghubung dalami Gambar 1 menunjukkan translasi yang


21

terjadi pada representasi. Janvier (1987) mengemukakan proses translasi

adalah: “the psychological processes involved in going from one mode of

representation to another, for example, from an equation to a graph”.

Proses translasi merupakan proses perubahan dari satu bentuk representasi

ke bentuk representasi lainnya.

Jadi translasi adalah suatu proses perubahan satu bentuk

representasi ke bentuk representasi lainnya.

D. Kemampuan Translasi Representasi Matematis

Lesh, Post dan Behr (dalam Hwang, Chen, Dung, & Yang, 2007)

membagi representasi yang digunakan dalam pendidikan matematika

dalam lima jenis, meliputi representasi objek dunia nyata, representasi

konkret, representasi simbol aritmetika, representasi bahasa lisan atau

verbal dan representasi gambar atau grafik. Di antara kelima representasi

tersebut, pada penelitian ini di ambil tiga representasi yaitu represntasi

lisan atau verbal, representasi simbolik dan representasi gambar.

1. Representasi verbal

berarti ungkapan konsep matematis siswa yang disajikan dalam

bentuk teks tertulis/kata-kata.

2. Representasi simbolik

Berarti ungkapan konsep matematis siswa yang disajikan dalam

suatu model matematis, pernyataan matematis/notasi matematika,

atau numerik/simbol aljabar.

3. Representasi diagram
22

Berarti ungkapan konsep matematis siswa yang disajikan dalam

bentuk gambar, diagram, grafik, atau tabel.

Translasi yang terjadi diantara ketiga representasi tersebut

diuraikan menjadi enam macam translasi, yaitu translasi dari representasi

Verbal ke Simbol (V-S), Simbol Ke Verbal (S-V), Verbal ke Diagram

(V-D), Diagram ke Verbal (D-V), Simbol ke Diagram (S-D), dan

Diagram ke simbol (D-S). Berdasarkan  keenam macam translasi antar

representasi matematika yang terjadi diantara representasi visual, simbol,

dan verbal, maka penulis merumuskan indikator kemampuan translasi

representasi matematis siswa seperti pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Translasi Representasi Matematis

No Translasi Indikator

1. Verbal ke Simbolik (V-S) Menyajikan permasalahan yang

diberikan dalam bentuk verbal/kata-

kata kedalam bentuk simbolik/model

matematika.

2. Simbolik ke Verbal (S-V) Menyajikan permasalahan yang

diberikan dalam bentuk

simbolik/model matematika kedalam

bentuk verbal/kata-kata.

3. Verbal ke Diagram (V-D) Menyajikan permasalahan yang

diberikan dalam bentuk verbal/kata-

kata kedalam bentuk diagram.


23

4. Diagram ke Verbal (D-V) Menyajikan permasalahan yang

diberikan dalam bentuk diagram

kedalam bentuk verbal/kata-kata.

5. Simbolik ke Diagram (S-D) Menyajikan permasalahan yang

diberikan dalam bentuk

simbol/model matematika kedalam

bentuk diagram.

6. Diagram ke Simbolik (D-S) Menyajikan permasalahan yang

diberikan dalam bentuk diagram

kedalam bentuk simbol/model

matematika.

Pada penelitian ini kemampuan translasi representasi matematis siswa di

batasi pada 2 kemampuan translasi representasi matematis yaitu:

1. Kemampuan translasi representasi matematis dari bentuk verbal ke bentuk

simbolik adalah kesanggupan siswa dalam menyajikan pemasalahan dari

bentuk representasi verbal ke bentuk representasi simbolik dan sebaliknya

dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan.

2. Kemampuan translasi representasi matematis dari bentuk verbal ke bentuk

diagram adalah kesanggupan siswa dalam menyajikan permasalahan dari

bentuk representasi verbal ke bentuk representasi diagram dan sebaliknya

dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan.


24

Jadi Kemampuan translasi representasi matematis adalah kesanggupan

siswa dalam menyajikan permasalahan dari satu bentuk representasi ke bentuk

representasi lainnya dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan.

E. Materi Pecahan

1. Pengertian Pecahan

Jika a dan b adalah bilangan bulat, dengan b ≠0, maka bilangan

pecahan a b merepresentasikan a bagian dari b bagian ekuivalen. Bagian

ekuivalen yang dimaksud adalah bagian yang sama sesuai dengan objek

keseluruhannya, misal panjang, tinggi, luas, berat, volume, dan lain-lain. Pada

bilangan pecahan a b , a disebut pembilang, sedangkan b disebut penyebut.

2. Penjumlahan Pecahan

Dalam pecahan terdapat operasi penjumlahan pecahan.Operasi

penjumlahan pecahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu penjumlahan

pecahan yang berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan yang berpenyebut

beda.

1. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Penjumlahan pecahan berpenyebut sama supaya dapat diperoleh

hasilnya dengan menjumlahkan pembilangnya, sedangkan

penyebutnya tetap,

2. Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda


25

Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda supaya dapat

memperoleh hasilnya maka penyebutnya harus disamakan

terlebih dahulu yaitu dengan mencari pecahan senilai atau

mencari KPK (Kelipatan Persekutuan terKecil) dari kedua

penyebut.

a) Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda dengan mencari

pecahan senilai.

b) Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda dengan mencari

KPK (Kelipatan Persekutuan terkecil).


26

3. Translasi Representasi Matematis Dalam Operasi Pecahan

Pada penelitian ini translasi dalam operasi pecahan hanya

diambil satu operasi yaitu penjumlahan pecahan. Berikut ini

adalah contoh translasi representasi dalam operasi penjumlahan

pecahan:

a) Contoh soal translasi representasi verbal ke simbolik

Diketahui:

3
Banyak penduduk kota A adalah 6 juta jiwa. Jika nya
5

adalah wanita, berapa banyak penduduk wanita kota

tersebut? Baca dan pahamilah soal cerita diatas, kemudian

selesaikan secara simbolik!

Penyelesaian:

Misalkan x adalah banyak wanita di kota A.

3
x= × 6.000.000
5

x = 3.600.000
27

Jadi, banyak penduduk wanita di kota A adalah 3.600.000

jiwa.

b) Contoh soal translasi representasi simbolik ke verbal

Diketahui:

Misalkan x adalah potongan bagian kue bolu milik Rahman.

3
1–x=
5

Berapa bagian kue bolu milik Rahman? Buatlah soal cerita

yang menggambarkan operasi pecahan berikut, kemudian

buatlah penyelesaiannya dalam bentuk cerita!

3
Penyelesaian: Riska mempunyai satu kue bolu, diberikan
5

kepada Ibunya. Sisanya diberikan kepada Rahman. Berapa

bagian Rahman? Karena Riska memiliki satu kue bolu dan

3
diberikan kepada Ibunya bagian, maka Rahman
5

2
mendapatkan bagian. Jadi bagian kue bolu Rahman adalah
5

2
5

c) Contoh soal translasi representasi verbal ke visual

Diketahui:

Dalam sebuah keluarga terdapat empat orang yaitu, Ayah,

Ibu, dan dua orang anak yaitu Andi dan Ani. Ketika Ayah

pulang kerja membawa sebuah pizza. Ibu memotong

menjadi beberapa bagian. Setelah itu ibu memberikan ke


28

3 1
Andi dan Ani masing-masing mendapat dan bagian,
8 4

1
ibu juga mendapatkan bagian. Berapa bagian Ayah?
8

Sajikan cerita di atas dengan menggunakan gambar,

selanjutnya, pada gambar tersebut tentukan bagian masing-

masing yaitu bagian Andi, Ani, Ibu, dan Ayah!

Penyelesaian:

Sehingga di dapat:

d) Contoh soal translasi representasi dari visual ke verbal


29

Buatlah soal cerita dari gambar di atas, kemudian buatlah penyelesaiannya dalam

bentuk cerita!

Penyelesaian:

Santi membagi kuenya untuk diberikan kepada Toni, Andi, Roni, Hamzah, dan

1 1 1
Rudi. Toni mendapatkan bagian dan Andi bagian. Sehingga tersisa bagian
2 4 4

1
dan bagian ini di potong menjadi tiga sama besar untuk diberikan kepada Roni,
4

Hamzah, dan Rudi. Berapa bagian mereka masing-masing?

1 1 1
Karena Toni mendapat bagian bagian, dan Andi bagian maka tersisa
2 4 4

1
bagian. bagian ini terpotong menjadi tiga sama besar, sehingga Roni, Hamzah,
4
30

1
dan Rudi akan mendapatkan bagian. Jadi, bagian Roni, Hamzah, dan Rudi
12

1
adalah bagian.
12

Anda mungkin juga menyukai