Anda di halaman 1dari 8

B.

KAJIAN PUSTAKA

1. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu, pemahaman dan


konsep. Pemahaman secara umum berasal dari kata paham yang artinya
“mengerti benar”, pengetian yang lebih luas pemahaman dapat diartikan
dengan mengerti benar, sehingga dapat mengkomunikasikan dan
mengajarkan kepada orang lain (Zevika, Yarman, & Yerizon, 2012).
Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif taksonomi Bloom yang
dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,
laporan, tabel, diagram, arahan, dan sebagainya (Saragih & Afriati, 2012).
Syarifah (2018) menyatakan bahwa pemahaman memiliki tingkatan
pemikiran yang beda, contohnya seorang ahli matematika mengatakan
memahami suatu konsep/teori matematika, maka ahli matematika tersebut
mengetahui banyak hal tentang konsep/teori matematika. Artinya, ahli
matematika mengetahui teori tersebut secara detail dan sangat terperinci.
Sebaliknya jika siswa sekolah dasar memahami suatu konsep/teori
matematika, maka tentunya tingkat kedetailan pemahaman siswa tentang
konsep/teori matematika akan berbeda jauh dengan seorang ahli
matematika.
Menurut Fadzillah, (2016) definisi pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk memahami sesuatu sehingga seseorang dapat menyerap
suatu pengertian yang telah dipelajari. Kemampuan seseorang menjelaskan
sesuatu hal menggunakan kata – kata yang berbeda dengan kata – kata
yang ada dalam buku teks juga bisa diartikan sebagai pemahaman
(Ernawati, 2016). Selanjutnya konsep, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia konsep merupakan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkret. Konsep merupakan ide yang dapat memungkinkan
seseorang untuk bisa mengklasifikasikan objek atau kejadian, sehingga
bisa menentukan apakah objek atau kejadian tersebut merupakan contoh

5
atau bukan contoh (Saragih & Afriati, 2012). Tidak jauh beda dengan
pendapat Saragih & Afriati, Julaiha (2011) juga berpendapat bahwa
konsep adalah suatu pengertian atau ide dari peristiwa konkret yang dapat
dilihat dengan ciri-ciri (sifat, kualitas, atau kuantitas) serta dapat diperoleh
dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berfikir abstrak.
Fadzillah (2016) menambahkan bahwa konsep adalah serangkaian
perangsang dengan sifat-sifat yang sama sehingga mendapatkan gambaran
dalam suatu pemikiran, gagasan atau pengertian dan dapat
mengelompokkannya ke dalam contoh dan non contoh.
Berdasarkan definisi pemahaman dan konsep di atas, maka menurut
Zevika, Yarman, & Yerizon (2012) pemahaman konsep merupakan
kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam
melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.
Julaiha (2011) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan
kemampuan memperoleh arti dari ide abstrak yang dapat digunakan atau
memungkinkan seseorang untuk menggolongkan atau mengelompokkan
sesuatu kejadiaan atau objek tertentu. Sedangkan menurut Fadzillah (2016)
pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang untuk menguasai suatu
konsep yang dipelajari serta mampu mengungkapkan kembali suatu
konsep dengan bahasa yang mudah dimengerti, jadi siswa dapat dikatakan
telah memahami suatu konsep apabila siswa mampu mengungkapkan
kembali konsep yang telah diajarkan dan siswa dapat memberikan contoh
dan non contoh dari konsep tersebut.
Kemampuan pemahaman konsep dapat dicapai dengan
memperhatikan indikator-indikator yang sesuai. Indikator kemampuan
pemahaman konsep matematis menurut permendikbud nomer 58 tahun
2014 adalah, (1) Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari. (2)
Mengklasifikasi objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang
membentuk suatu konsep tersebut. (3) Mengidentifikasi sifat-sifat operasi
atau konsep. (4) Menerapkan konsep secara logis. (5) Memberikan contoh
dan bukan contoh dari konsep yang telah dipelajari. (6) Menyajikan

6
konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (tabel,
grafik, diagram, sketsa, model matematis, atau cara lainnya). (7)
Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun luar matematika.
(8) Mengembangkan syarat perlu dan / atau syarat cukup sutu konsep.
Sedangkan indikator menurut Nana Sudjana (dalam Ernawati 2016),
pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori.
a. Tingkat terendah yaitu pemahaman translasi, sebenarnya translasi
mempunya arti yang berkaitan dengan kemampuan siswa
menejemahkan kalimat matematika dalam bentuk yang lebih sesuai
dengan kondisi dirinya. misalnya siswa mampu menunjukkan yang
mana sisi, rusuk, diagonal, dan titik sudut jika siswa tersebut
diberikan benda yang berbentuk kubus.
b. Tingkat kedua yaitu pemahaman intrapolasi, maksudnya
menghubungkan bagian-bagian yang telah dipelajari dengan apa
yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok serta yang
bukan pokok. Contohnya ketika guru memberikan siswa bangun
kubus dan guru memerintahkan siswa menentukan panjang kawat
untuk membuat kerangka balok, maka siswa mampu menentukan
rumus yang dipakai untuk memecahkan soal tersebut.
c. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat yang tertinggi yaitu
pemahaman ekstrapolasi. Adanya pemahaman ekstrapolasi
diharapkan seseorang dapat melihat dibalik yang tertulis, mampu
meramal tentang konsekuensi atau dapat memperluas arti dimensi,
waktu, kasus, atau masalah. Contohnya ketika siswa diberikan
sebuah kotak minuman beserta ukurannya, kemudian siswa
diperintahkan menentukan banyaknya air yang dapat mengisi kotak
minuman tersebut. Maka siswa mampu menentukan rumus yang bisa
diterapkan untuk memecahkan masalah tersebut sehingga dapat
menghitung sampai menemukan hasil jawaban.

7
Sedangkan menurut Skemp (dalam Ernawati 2016 ) menggolongkan
pemahaman kedalam 2 tingkat yaitu:
a. Pemahaman instrumental merupakan pemahaman yang hafal konsep/
prinsip tanpa dikaitkan dengan yang lain, mampu menerapkan rumus
dalam perhitungan sederhana, serta mampu mengerjakan
perhitungan secara algoritmik. Kemampuan tersebut digolongkan
tingkat rendah.
b. Pemahaman relasional merupakan pemahaman yang mengkaitkan
satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya. Kemampuan
tersebut digolongkan tingkat tinggi.
Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini di
adaptasi dari permendikbud nomer 58 tahun 2014 yang disesuaikan
peneliti dengan materi trigonometri. Adapun indikator kemampuan
pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian adalah:
Tabel 1. Indikator Pemahaman Konsep Siswa
No Indikator Pemahaman Konsep
1. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep
Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari
2. Mengklasifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut
3. Menerapkan konsep secara logis
Adaptasi dari permendikbud (2014)

Berdasarkan uraian definisi dan indikator menurut para ahli diatas,


peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan
seseorang dimana seseorang dapat menangkap/memahami materi yang
telah diterimanya, dan seseorang dapat mengungkapkan kembali materi
yang telah diterima menggunakan bahasanya sendiri yang mudah dipahami
dan dapat mengaplikasikan sesuatu sesuai dengan prosedur.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata
mampu yang berati kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan
kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya

8
berpikir kritis, berpikir kritis terdiri dari dua kata yaitu berpikir dan kritis.
Secara umum, pengertian berpikir adalah aktivitas yang sering bahkan
selalu dikerjakan setiap manusia, kapanpun dan dimanapun manusia
berada. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia asal kata berpikir adalah
pikir yang artinya ingatan, akal budi, dan angan-angan, sedangkan kata
berpikir artinya menggunakan pikiran atau akal budi guna
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu hal, serta menimbang-
nimbang dalam ingatan.
Kuswana (2011) menambahkan berpikir merupakan cikal bakal ilmu
yang kompleks, tujuan berpikir yaitu untuk memahami realita dalam
rangka mengambil keputusan, memecahkan permasalahan, dan
menghasilkan sesuatu yang baru. Selanjutnya kritis, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia arti kata kritis adalah tajam dalam penganalisisan dan
bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan. Berpikir
kritis yaitu menjelaskan apa yang ada dipikiran, belajar berpikir kritis
berarti belajar bagaimana menanyakan sesuatu hal, kapan waktu yang tepat
untuk bertanya, apa pertanyaan yang sesuai, bagaimana menalarnya, kapan
bisa menggunakan penalaran yang tepat, serta metode penalaran apa yang
digunakan (Shanti, Sholihah, & Martyanti, 2017).
Berpikir kritis yaitu proses aktif dalam cara berpikir secara teratur,
dan sistematis untuk memahami sebuah informasi secara mendalam,
sehinggdapat membentuk keyakinan mengenai kebenaran dari suatu
informasi dan juga pendapat-pendapat yang ada (Fardani, 2017). Menurut
Kholifah (2017) proses berpikir yang secara logis dan memanfaatkan
pemahaman, pengetahuan, serta keterampilan untuk menyelesaikan
masalah dan untuk mengambil keputusan yang tepat dengan disertai bukti
dan alasan yang kuat juga merupakan pengertian berpikir kritis. Menurut
Ennis (dalam Reza, 2016) bahwa berpikir kritis merupakan pemikiran
yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang
mesti dipercaya atau dilakukan. Reza (2016) menambahkan berpikir kritis
merupakan suatu kegiatan yang menggunakan akal-akal yang ada pada diri

9
dengan menghubungkan berbagai pengetahuan dan pengalaman sebagai
pertimbangan untuk menghasilkan suatu ide atau gagasan sehingga dapat
mengetahui mana yang harus dikerjakan.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi yang terdiri dari elemen penting seperti menginterpretasi,
menganalisis, mengevaluasi, serta membuat suatu keputusan untuk
memecahkan masalah (Shanti, Sholihah, & Martyanti, 2017). Kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat diperlukan seseorang
agar dapat menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan bermasyarakat maupun personal (Nuryati, Diantoro, &
Zubaidah, 2018). Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh
siswa, hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat melihat, mencermati, dan
dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi khususnya
di lingkungan sekolah (Fakhriyah, 2014). Cece Wijaya (2010)
menambahkan pendapatnya mengenai kemampuan berpikir kritis, yaitu
merupaka kegiatan menganalisis gagasan atau ide, membedakan gagasan
atau ide secara tajam, memilih gagasan atau ide, mengidentifikasi gagasan
atau ide, mengkaji gagasan atau ide serta mengembangkan gagasan atau
ide ke arah yang lebih spesifik.
Menurut Ennis (dalam Maftukhin, 2012) ada 12 indikator kemampuan
berpikir kritis yang di kelompokkan menjadi 5 kelompok kemampuan
berpikir kritis yaitu: (1) Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)
Klarifikasi dasar dibagi menjadi tiga (3) indikator yaitu: (a)
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan. (b) Menganalisis argumen.
(c) Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan
yang menantang. (2) Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The
Basis for The Decision) tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu: (a)
Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber. (b) Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi. (3) Menyimpulkan (Inference) tahap
menyimpulkan terdiri dari tiga indikator yaitu: (a) Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi. (b) Membuat induksi dan

10
mempertimbangkan hasil induksi. (c) Membuat dan mempertimbangkan
nilai keputusan. (4) Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification)
tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu: (a) Mengidentifikasikan
istilah dan mempertimbangkan definisi. (b) Mengacu pada asumsi yang
tidak dinyatakan. (5) Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and
Integration) tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu: (a)
Mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi,
posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang
membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau
keraguan itu mengganggu pikiran mereka. (b) Menggabungkan
kemampuan kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan
mempertahankan sebuah keputusan.
Menurut Facione (dalam Shafira, 2014) menyatakan bahwa terdapat
empat kecapakan berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, dan
inferensi. Interpretasi adalah memahami makna dari berbagai penilaian.
Analisis adalah mengidentifikasi hubungan antara persoalan dan konsep
yang diberikan. Evaluasi adalah menaksir kebenaran dari identifikasi
persoalan dan hasil pemecahannya. Inferensi adalah membuat kesimpulan
yang masuk akal dari data-data yang diperoleh.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian
ini di adopsi dari penelitian facione yang disesuaikan peneliti pada materi
trigonomteri. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan
dalam penelitian adalah:
Tabel 2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No Indikator kemampuan berpikir kritis
1 Interpretasi Memahami dengan menuliskan jawaban dari
masalah yang diberikan.
2 Analisis Mengidentifikasi hubungan antara masalah
dengan konsep yang diberikan.
3 Evaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam
pemecahan masalah yang diberikan.
4 Inferensi Menarik kesimpulan dengan benar
Adopsi dari Facione (dalam Shafira, 2014)

11
Siswa dikatakan mempunyai kemampuan berpikir kritis jika siswa
dapat memenuhi kategori-kategori diatas, yakni siswa mampu
menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menginferensi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk
menganalisis atau menalar sesuatu masalah secara tajam, lebih spesifik dan
berusaha mengeksplor sesuatu tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai