Anda di halaman 1dari 19

Konsep Pemahaman.

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul,
Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608)
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan
yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar
(akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat
imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan);
mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi
pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau
memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami
cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir
semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang
lain.

Mengalami

kembali

situasi

yang

dijumpai

pribadi

lain

didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan


pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu
kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.
Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan
dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom Here we are using the tern
comprehension to include those objectives, behaviors, or responses which
represent

an

understanding

communication. Artinya

of
Disini

the

literal

message

menggunakan

contained

pengertian

in

pemahaman

mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu


pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu
siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang

sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan


menghubungkan dengan hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin, 1975: 89).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari taksonmi
Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan
tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah
satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat
aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir
dari yang rendah sampai yang tertinggi.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan
tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa
pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah
adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang
sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua
adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah
dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik
dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3)
tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.
Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik
yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan
kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemempuan membuat
kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.
Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44) menyatakan
bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : (1) menerjemahkan
(translation),

pengertian

menerjemahkan

disini

bukan

saja

pengalihan

(translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari
konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah

orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata kata


kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, (2)
menginterprestasi (interpretation),

kemampuan

ini

lebih

luas

daripada

menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama


suatu

komunikasi,

(3)

mengektrapolasi (Extrapolation),

agak

lain

dari

menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut


kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension) siswa
diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman
dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya,
atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang
bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman
ektrapolasi.

Ada bermacam-macam rumusan tentang tes. Wayan Nurkancana (dalam Abdul


Haling,

2006:109)

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh pebelajar lain atau
dengan

nilai

standar

yang

ditetapkan.

Selanjutnya pengertian tes menurut Suharsimi Arikunto (1993:30) adalah sebagai


berikut : Tes merupakan alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan
dengan alat-alat lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasanbatasan.

Nana Sudjana (2008:35) merumuskan pengertian tes sebagai berikut : Tes sebagai
alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan
(tes

tulisan),

atau

dalam

bentuk

perbuatan

(tes

tindakan).

Apabila dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu


kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur pemahaman
peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Tes dibuat
dalam rangka mengevaluasi materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru
kepada peserta didik. Penyusunan tes yang akan digunakan didasarkan pada
kemampuan yang akan diukur dari peserta didik. Untuk mengukur kemampuan
pemahaman peserta didik akan materi yang telah diajarkan dibuat tes pemahaman
yang

memiliki

karakteristik

tertentu.

Apabila soal ingatan dapat dijawab dengan melihat buku atau catatan, tidaklah
demikian untuk soal pemahaman. Untuk menjawab pertanyaan pemahaman siswa
dituntut hafal sesuatu pengertian kemudian menjelaskan dengan kalimat sendiri.
Atau siswa memahami dua pengertian atau lebih kemudian memahami dan
menyebutkan hubungannya. Jadi dalam menjawab pertanyaan pemahaman siswa
selain harus mengingat juga berpikir. Oleh karena itu pertanyaan pemahaman
lebih

tinggi

daripada

ingatan

(Suharsimi

Arikunto,

2005:156).

Menurut Nana Sudjana (2008: 25), karakteristik soal-soal pemahaman sangat


mudah dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama
dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda.
Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu
termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan hubungan
antar unsur dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman
penafsiran. Item ekstrapolasi mengungkapkan kemampuan di balik pesan yang
tertulis

dalam

suatu

keterangan

atau

tulisan.

Pertanyaan pemahaman menuntut peserta didik mendemonstrasikan bahwa ia


mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun
secara mental. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini peserta didik harus memiliki
fakta yang berarti. Dengan demikian ia harus berbuat lebih daripada mengingat. Ia
harus mampu menangkap suatu makna dan menjelaskan makna tersebut dengan
menggunakan kata-kata sendiri. Kata operasional kemampuan memahami antara
lain: mengubah (misalnya: mengubah satuan), memberi alasan, mengapa,
menjelaskan, membedakan, memberi contoh lain, mendeskripsikan dengan katakata sendiri, meramalkan (atas dasar sebab akibat), dan merangkum.
Read

more: http://www.artikelbagus.com/2011/10/tes-pemahaman-sebagai-alat-

evaluasi.html#ixzz3bWvXMaUD

http://www.artikelbagus.com/2011/10/tes-pemahaman-sebagai-alatevaluasi.html
Mengukur pemahaman bacaan siswa tidak terlepas dari kecepatan atau waktu
membacanya. Setiap pengukuran yang berkaitan dengan kemampuan membaca ini
tentu mencakup kecepatan dan pemahaman isi bacaan. Tampubolon (1987:7)
mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan kemampuan membaca adalah

kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Jadi, antara


kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan keduanya seiring. Ditambahkan oleh
Tampubolon, cara mengukur kemampuan membaca adalah jumlah kata yang
dapat dibaca per menit dikalikan dengan persentase pemahaman is bacaan.
Pemahaman bacaan dapat diukur melalui pertanyaan yang menanyakan tentang
apa yang dimaksud pengarang, apa yang akan dikatakan pengarang, dan hal-hal
apa saja yang tersurat dalam bacaan tersebut.
Anderson (1981:106-107) mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman
bacaan dapat diukur melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Tingkat pemahaman literal
a) perbuatan apa pada cerita tersebut ?
b) siapa yang menjadi karakter-karakter utama ?
c) di mana hal itu berlangsung ?
2) Tingkat interpretasi
a) apa yang pengarang coba katakan ?
b) apa tema pokoknya?
c) Bagaimana fakta ini cocok dengan apa yang telah diketahui?
3) Tingkat ketiga
a) simbol-simbol apa yang disampaikan?
b) Apakah saya dapat menyimpulkan dari apa yang dikatakan?
c) Evidensi-evidensi apa untuk generalisasi-generalisasi berikut?

Jadi, Anderson mengungkapkan bahwa pemahaman bacaan dapat diukur


dalam tiga tingkatan, yaitu (1) tingkat pemahaman literal, (2) tingkat interpretasi,
dan (3) tingkat pemahaman di luar wacana. Tingkat literal menanyakan hal-hal
yang tersurat dalam bacaan, tingkat interpretasi menanyakan tentang apa yang
dimaksud mengarang, dan tingkat pemahaman ketiga menanyakan hal-hal yang
ada di luar wacana.
Menurut Harris (1977:59) tes kemampuan pemahaman bacaan mencakup:
1) Bahasa dan lambang tulisannya
a) Kemampuan memahami kata-kata yang terpakai dalam tulisan- tulisan biasa
dan kemampuan memahami istilah-istilah tertulis yang jarang terpakai dalam
tulisan biasa atau kata-kata biasa yang terpakai dalam arti khusus sebagaimana
terdapat dalam bahan bacaan.
b)

Kemampuan

memahami

pola-pola

kalimat

dan

bentuk-bentuk

kata

sebagaimana terpakai dalam, bahasa tulisan, dan kemampuan mengikuti bagianbagian yang kian lama kian panjang dan sulit yang dijumpai dalam tulisan-tulisan
resmi.
c) Kemampuan menafsirkan dengan lambang-lambang atau tanda-tanda yang
terpakai dalam tulisan yaitu tanda-tanda baca, pemakaian huruf besar, penulisan
paragraf, pemakaian cetak miring, cetak tebal, dan sebagainya yang digunakan
untuk memperkuat dan memperjelas pengertian yang terpakai dalam bacaan.
2) Gagasan
a)

Kemampuan mengenal maksud yang ingin disampaikan pengarang dan

gagasan pokok yang dikemukakan dalam karangan itu.


b)

Kemampuan memahami gagasan-gagasan yang mendukung pokok yang

dikemukakan pengarang.

c)

Kemampuan menarik kesimpulan yang betul dan kecerdasan yang tepat

tentang apa yang dikemukakan pengarang dalam bacaan itu.


3) Nada dan Gaya
a)

Kemampuan mengenal sikap pengarang terhadap masalah yang

dikemukakannya

dan

sikap

pengarang

terhadap

pembaca.

Kemampuan

memahami nada tulisan yang dikemukakan pengarang.


b) Kemampuan mengenal teknik dan gaya penulisan yang digunakan pengarang
untuk menyampaikan gagasannya dalam bacaan itu.
Secara garis besar, sebenarnya aspek yang dinilai dalam pemahaman
bacaan terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) pemahaman bahasa dan lambang
tulisannya, (2) gaya yang terdapat dalam bacaan, dan (3) nada dan teknik yang
digunakan pengarang. Dengan memahami ketiga aspek itu, berarti pembaca
memahami keseluruhan isi bacaan.
Farr (1969:53) mengemukakan bahwa untuk mengukur pemahaman
bacaan di antaranya haruslah berisi pertanyaan tentang pandangan atau maksud
pengarang dan pertanyaan tentang kesimpulan bacaan. Secara terinci Farr
membagi pertanyaan itu menjadi sembilan, yaitu :
a)

Pengetahuan tentang makna kata;

b)

Kemampuan memilih makna yang dimiliki kata atau frasa dalam latar

kontekstual khusus;
c)

Kemampuan untuk memilih atau memahami susunan dari bacaan dan

identitas sebelumnya dan kesimpulan-kesimpulan di dalamnya.


d)

Kemampuan menyeleksi gagasan pokok melalui bacaan;

e)

Kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijawab khusus dalam

suatu bacaan;
f)

Kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dalam

bacaan, tetapi tidak pada setiap kata-kata yang mana pertanyaan dijawab;
g)

Kemampuan menyimpulkan dari bacaan tentang isinya;

h)

Kemampuan mengingat apa yang ditulis dalam bacaan dan maksud dan

suara hati pengarang, dan


i)

Kemampuan menentukan tujuan-tujuan pengarang, maksud pengarang,

dan pandangan pengarang, yaitu membuat kesimpulan-kesimpulan tentang suatu


tulisan.
Jadi, secara garis besar pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan
menurut Farr dibagi menjadi tiga, yaitu (1) kemampuan memahami makna kata
dalam bacaan (2) kemampuan memahami organisasi karangan dalam bacaan dan
ide-ide pokok serta isi bacaan, dan (3) kemampuan menetukan tujuan-tujuan
pengarang, maksud, pandangan, dan kesimpulan tentang bacaan itu.
Menurut Smith (1978:231-234), kegiatan pemahaman bacaan dapat diukur dari
kemampuan siswa memarafrase arti yang diberikan secara jelas dalam wacana,
kemampuan mencari jenis organisasi dari bacaan dan ide-ide informasi yang ada
dalam bacaan, dan kemampuan siswa memahami proses berpikir tentang bacaan
tersebut.

Secara

terinci

pertanyaan-pertanyaan

yang

ingin

mengungkap

kemampuan pemahaman bacaan siswa menurut Smith menyangkut hal-hal


sebagai berikut:
1)

Pemahaman Literal
a. mengerti kata
b. mengerti kalimat

c. mengerti organisasi rangkaian kata dalam bacaan


d. mengetahui tanda-tanda
e. mengerti informasi dalam bacaan
f. mengikuti aturan-aturan dalam bacaan
g. dapat mendeskripsikan prosedur dan proses kata-kata dalam bacaan.
h. dapat mengingat isi khusus untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
dibacanya.
2)

Pemahaman Inferensial
a. mengidentifikasikan gagasan-gagasan pokok
b. mengidentifikasikan organisasi paragraf
c. membuat bandingan atau perbedaan
d. mengingat secara nyata hubungan sebab akibat
e. memahami hubungan hirarkhi
f. penyeleksian kesimpulan
g. penyimpulan konsep-konsep
h. menanggapi pertanyaan dalam teks
i. membedakan kerelevanan dan ketidakrelevanan informasi
j. menilai pertanyaan-pertanyaan pendukung
k. membedakan informasi objektif dan subjektif

l. menilai keotentikan, kelengkapan, dan kelogisan informasi


m. mengingat elemen-elemen pada gaya dan nada
n. mencari asal bahasa figuratif dan simbolik
o. mengingat pandangan pengarang dan tujuannya, dan mendeteksi
kebiasaan pengarang
p. memprediksi hasil dan pemecahan
q. membandingkan bahan dari teks lain.
Berdasarkan kajian-kajian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemahaman bacaan adalah kesanggupan seseorang untuk menangkap
informasi atau ide-ide yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan sehingga ia
dapat menginterpretasikan ide-ide yang ditemukan, baik makna yang tersurat
maupun yang tersirat dari teks tersebut. Pemahaman bacaan meliputi pemahaman
literal, pemahaman inferensial, dan pemahaman evaluasi.
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR PUSTAKA

Anderson. Efficient Reading: A Practical Guide. Sidney: McGraw-Hill Book


Company. 1981.
Farr, B. Reading: What Can be Meassured? Deleware: International Reading
Association. 1969.
Goodman,

Yetta M., dkk. Reading Strategies Focus on Comprehension.

Singapore: B & Jo Enterprise PTE Ltd. 1980.

Harris, D. Testing as a Second Language. Hongkong: Tata McGraw-Hill


Publishing. 1977.
Smith, C. Teaching in Secondary School Content Subjects: A Book Thingking
Process. New York: Holt, Rinehart, and Winston. 1978.
Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa. 1987.
https://iyosrosmana.wordpress.com/2009/05/16/pengukuran-pemahamanmembaca/
Pada hakikatnya, pemahaman merupakan salah satu bentuk hasil belajar.
Pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar. Pemahaman berasal
dari kata dasar paham yang berarti mengerti. Menurut Fajri dan Senja (2008),
pemahaman

berarti

proses

perbuatan

cara

memahami

(dalam http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/).
Sedangkan Depdikbud (1994) menjelaskan bahwa kata paham dapat berarti: (1)
pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran;
pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti
benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti
benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pean menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau
memahamkan

(mempelajari

baik-baik

supaya

paham)

(dalamhttp://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/).
Dalam kamus psikologi, kata pemahaman berasal dari kata insight yang
mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan yang mendalam. Jadi, arti
dari insight adalah suatu pemahaman atau penilaian yang beralasan mengenai
reaksi-reaksi pengetahuan atau kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki
seseorang (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203596-pengertianpemahaman/).

Pemahaman berarti mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman


dapat juga diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu, maka belajar
berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi
serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.
Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya,
menangkap maknanya, adalah tujuan akhir setiap mengajar. Pemahaman memiliki
arti sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada porsinya. Tanpa
itu, maka pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak akan bermakna.
Partowisastro (1983: 22-24) mengemukakan empat macam pengertian
pemahaman, yakni sebagai berikut: (1) pemahaman berarti melihat hubungan
yang belum nyata pada pandangan pertama; (2) pemahaman berarti mampu
menerangkan atau dapat melukiskan tentang aspek-aspek, tingkatan, sudut
pandangan-pandangan yang berbeda; (3) pemahaman berarti memperkembangkan
kesadaran akan faktor-faktor yang penting; dan (4) berkemampuan membuat
ramalan yang beralasan mengenai tingkah lakunya.
Berdasarkan urian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman
merupakan kemampun diri dalam mengerti atau mengetahui dengan benar
terhadap sesuatu. Kemampuan memahami ini menjadi bagian penting dalam
mengetahui atau mempelajari sesuatu. Belajar dengan mengharapkan sesuatu hasil
yang baik, tidak cukup hanya sebatas kemampuan mangetahui. Seseorang
memiliki pengetahuan atau mengetahui sesuatu, namun belum pasti ia
memahaminya. Tetapi, seseorang yang memiliki pemahaman, sudah tentu ia
mengetahuinya. Jadi, pemahaman masih lebih tinggi tingkatannya daripada
pengetahuan.
Usman (2002: 35) melibatkan pemahaman sebagai bagian dari domain
kognitif hasil belajar. Ia menjelaskan bahwa pemahaman mengacu kepada
kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan
dan merupakan tingkat berpikir yang rendah. Selanjutnya, Sudjana (2010: 24)
membagi pemahaman ke dalam tiga kategori, yakni sebagai berikut: (a) tingkat
pertama atau tingkat terendah, yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari
terjemahan dalam arti sebenarnya; (b) tingkat kedua adalah pemahaman

penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui


berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok; dan (c) pemahaman tingkat
ketiga atau tingkat tertinggi, yakni pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi
diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus,
ataupun masalahnya.
Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa pemahaman
marupakan salah satu bentuk pernyataan hasil belajar. Pemahaman setingkat lebih
tinggi dari pengetahuan atau ingatan, namum pemahaman ini masih tergolong
tingkat berpikir renda. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman
diperlukan proses belajar yang baik dan benar. Pemahman siswa akan dapat
berkembang bila proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien.
Sumber:
1) http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/; diakses tanggal 3
Juli 2012.
2) http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203596-pengertian-pemahaman/;
diakses tanggal 3 Juli 2012.
3) Partowisastro, Koestoer. 1983. Dinamika dalam Psikologi Pendidikan. (Jilid I).
Jakarta: Erlangga.
4) Sudjana, Nana. 2010. Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
5) Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. (Cet. XIV). Ed. II. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
http://dirman-djahura.blogspot.com/2012/09/pemahaman-sebagaipernyataan-hasil.html

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti


benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara
memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608)
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian;
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan,
(4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti
benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1)
mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika
mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2)
perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik
supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74). Sehingga dapat diartikan bahwa
pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baikbaik supaya paham dan pengetahuan banyak.
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan
berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi
atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi
lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan
melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman
merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya
dalam orang lain.
Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat
penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom Here we are
using the tern comprehension to include those objectives, behaviors, or
responses which represent an understanding of the literal message
contained in a communication. Artinya : Disini menggunakan pengertian
pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan
mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam
satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti
apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan
hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin, 1975: 89).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel
mengambil dari taksonmi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang
dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom
membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek
kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek

di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari


yang rendah sampai yang tertinggi.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24)
menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori,
yaitu : (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan
menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman
penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang
diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan
kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3)
tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.
Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat
dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada
pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta
kemempuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi
dan konsekuensinya.
Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44)
menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : (1)
menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan
saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa
yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu
model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan
konsep yang dirumuskan dengan kata kata kedalam gambar grafik dapat
dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, (2)
menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada
menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide
utama suatu komunikasi, (3) mengektrapolasi(Extrapolation), agak lain
dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia
menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension)
siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana
(1992: 24) pemahaman dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain :
(1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip,
(2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan
bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau

menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan


yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu
pemahaman ektrapolasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar adalah
kemampuan membaca buku dengan cepat, Ketika kita dihadapkan pada
banyaknya buku atau bahan belajar maka membaca cepat sangat
dibutuhkan untuk menangkap dan memahami bacaan secara lebih cepat
dalam waktu yang singkat. Jadi patut dipertanyakan bagaimanakah
kemampuan membaca kita sesuai dengan tingkat pendidikan kita
sekarang, apakah sudah sangat cepat, biasa-biasa saja, atau malah
sangat kurang. Berikut ini ada beberapa cara untuk mengukur dan
mengetahui kemampuan membaca kamu termasuk kategori yang mana,
Tampubolon (1987 : 7) mengatakan bahwa kemampuan atau tingkat
kecepatan normal siswa memahami isi bacaan secara menyeluruh jika
mereka memiliki kemampuan membaca cepat dengan tingkat kecepatan
250 kata/menit.
A. Pengukuran Kecepatan Membaca
Untuk mengukur tingkat kecepatan membaca digunakan rumus yang
dikembangkan oleh Tampubolon (1987 : 10) yaitu dengan membagi
jumlah kata yang dapat dibaca pada waktu baca dalam menit yang
ditempuh oleh siswa untuk menyelesaikan bacaannya. Misalnya jumlah
kata yang dibaca 750 kata dengan waktu baca yang ditempuh untuk
menyelesaikan bacaan itu adalah 2 menit. Kecepatan membaca adalah
750 dibagi 2 menit sama dengan 375 kata/menit = dengan rumus :

Sebagai pedoman untuk menghitung jumlah kata yang terdapat dalam


bacaan digunakan cara yang dikemukakan oleh Tampubolon (1987: 245)
sebagai berikut :
1.
Menghitung Jumlah kata yang terdapat satu baris penuh dari
pinggir kiri ke pinggir kanan pada satu halaman bacaan. Dengan catatan
bahwa kata yang bersambung ke baris berikutnya dihitung pada baris
yang kedua.

2.

Menghitung jumlah baris yang terdapat pada halaman yang


bersangkutan dari baris pertama sampai baris terakhir. Dengan ketentuan
bahwa baris yang kurang dari setengah baris dari panjang baris tidak
termasuk hitungan baris.
3.
Mengalikan jumlah kata dengan jumlah baris yang terdapat dalam
bacaan.
Hasil perkalian inilah yang merupakan jumlah kata yang terdapat dalam
bacaan. Uraiaan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

B. Pengukuran pemahaman isi bacaan


Untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa terhadap isi bacaan
secara komprehensif digunakan rumus prosentasi tingkat pemahaman,
yaitu jumlah soal tes yang harus dijawab dengan benar dibagi dengan
banyaknya soal tes yang harus dijawa. Hasil pembagian ini kemudian
dikalikan dengan 100%, dapat dilihat pada rumus :

C. Mengukur kemampuan membaca


Untuk mengukur kemampuan kecepatan membaca siswa digunakan
rumus perkalian antara hasil pengukuran kecepatan membaca dengan
hasil prosentasi pemahaman isi bacaan. Jadi rumus untuk mengukur
kemampuan membaca adalah :
Mengukur Kemampuan Membaca Cepat

Setelah diketahui kemampuan membaca, langkah selanjutnya yaitu


mengklasifikasikan tingkat kemampuan membaca dengan menggunakan
criteria sebagai berikut :

Misalnya, jika yang dapat anda baca permenit adalah 200 kata, dan
jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan isi bacaan adalah 60 %,
maka kemampuan baca anda adalah 200 X 60 % 120 KPM (Kata Per
Menit). Jika diterima bahwa lulusan SLTA diharapkan memiliki kecepatan
membaca minimal 250 kata. Permenti dengan pemahaman minimum 70
% maka kemampuan membaca minimum lulusan SLTA ialah 250 X 70 %
= 175 KPM.
Demikian cara mengukur kemampuan dan kecepatan membaca untuk
dapat diterapkan dalam mengukur kemampuan membaca kamu, semoga
bermanfaat, terimakasih.

- See more at: http://visiuniversal.blogspot.com/2014/02/caramengukur-kemampuan-dankecepatan.html#sthash.3HAu03Gl.dpuf


http://visiuniversal.blogspot.com/2014/02/cara-mengukur-kemampuandan-kecepatan.html

Anda mungkin juga menyukai