Anda di halaman 1dari 5

ULANGAN TENGAH SEMESTER

Nama : Asmaul Firdaus


NIM : X.02.22.11274
Semester :V
Matkul : Model Pembelajaran Inovatif

1. Menurut Ibnu Katsier Tafaqquh fiddin adalah mempelajari apa yang telah diturunkan
Allah kepada Rasul-Nya, mendengarkan apa yang telah terjadi pada manusia dan apa
yang diturunkan Allah kepada mereka. Dalam bahasa Arab, tarbiyah berasal dari
kata robaa-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang. Sementara dalam
literatur-literatur berbahasa Arab, kata tarbiyah mempunyai bermacam-macam
definisi, yang intinya mengacu pada proses mengantarkan sesuatu menuju titik
kesempurnaan sedikit demi sedikit.
Definisi tersebut berasal dari tafsir dalam surat Al-Fatihah, yang asalnya berasal dari kata Ar-
Rabb. Menurut Imam Al-Baidhawi, Ar-Rabb merupakan sebutan yang bermakna tarbiyah,
yaitu menyampaikan sesuatu sampai menuju titik kesempurnaan. Tafsiran ini diuraikan
kembali dalam lima pengertian tentang tarbiyah, yaitu:

1. Tarbiyah adalah menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan. Bentuk


penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan cara pembentukannya.
2. Tarbiyah adalah menentukan tujuan melalui persiapan sesuai batas kemampuan untuk
mencapai kesempurnaan.
3. Tarbiyah adalah sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh
seorang pendidik. Pandai memotivasi dan memiliki kemampuan yang matang
merupakan hal yang penting dalam keberhasilan tarbiyah.
4. Tarbiyah adalah sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, artinya tahapan-
tahapannya sejalan dengan kehidupan dan tidak berhenti pada batas tertentu.
5. Tarbiyah adalah tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun
keseluruhan. Sasaran tarbiyah adalah kemaslahatan umat manusia.

secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara


istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian,
pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses
pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri
manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima
hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya (
ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus
manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’
seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78,

2. Taksonomi Bloom merupakan struktur hierarki yang mengidentifikasikan skills mulai


dari tingkat terendah hingga tertinggi. Setiap tingkatan dalam Taksonomi Bloom
memiliki korelasinya masing-masing. Maka, untuk mencapai tingkatan yang paling
tinggi, tentu tingkatan-tingkatan yang berada di bawahnya harus dikuasai terlebih
dahulu. Konsep Taksonomi Bloom, membagi domainnya menjadi 3 ranah, yaitu : (1)
ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah psikomotorik. (Utari, 2012). Ranah
kognitif mengurutkan keahlian sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir
menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu
mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level,
yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman atau persepsi),
(3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau penjabaran), (5) synthesis
(pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian)
3. Metode konvensional yakni dengan ceramah

Baca juga:
Rombongan Belajar untuk Pembelajaran Tatap Muka, Bagaimana Penerapannya?

Metode pembelajaran pertama yang seringkali digunakan dalam pelajaran PAI adalah
metode konvensional atau ceramah. Jenis metode yang satu ini dilakukan dengan
menyampaikan informasi secara lisan. Metode ini dikenal sebagai cara yang paling
praktis dan ekonomis.

Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan metode tersebut yang tidak membutuhkan
alat bantu. Metode ini umumnya digunakan untuk mengatasi masalah kelangkaan
literatur. Seperti halnya sumber informasi yang sulit untuk dijangkau oleh siswa dan
lainnya.

Metode diskusi

Metode pembelajaran PAI yang satu ini umumnya dikaitkan dengan cara belajar
pemecahan masalah. Karena itulah, metode belajar yang satu ini umumnya dilakukan
secara berkelompok.

Metode demonstrasi
Berbeda dengan beberapa metode di bagian atas tadi. Untuk metode demonstrasi
umumnya digunakan dengan melakukan proses tertentu. Seperti halnya pembelajaran
PAI yang dilakukan dengan memanfaatkan benda atau bahkan bahan ajar lainnya.

Bahan ajar atau benda yang digunakan dalam proses belajar tersebut. Tentunya akan
memberikan gambaran dari dunia nyata mengenai apa yang dipelajari olehnya.
Karena itulah cara belajar ini juga dikenal sebagai cara belajar praktikum.

Jika dilihat dari proses pembelajarannya, metode yang satu ini memberikan manfaat
yang luar biasa. Hal ini terbukti dari siswa yang menjadi lebih tertarik dengan
pelajaran tersebut juga dapat lebih fokus pada materi yang dipelajari. Tidak hanya itu,
dengan kegiatan praktek, tentunya setiap siswa akan memiliki pengalaman yang
sesuai dengan pelajarannya.

Metode ceramah plus


Metode lainnya yang juga seringkali digunakan oleh para guru atau tenaga pendidikan
adalah ceramah plus. Metode yang satu ini dilakukan dengan cara lisan namun juga
disertai dengan metode lainnya. Seperti halnya beberapa kombinasi dari metode
berikut ini :

Metode ceramah plus tanya jawab


Metode ceramah plus diskusi dan tugas
Metode ceramah plus demonstrasi juga latihan soal.
4. Komponen model pembelajaran merupakan bagian-bagian yang menjadikan suatu
model pembelajaran menjadi kesatuan menjadi utuh. Misalnya, suatu model
pembelajaran memiliki komponen sintaks yang merupakan acuan dasar dari
keseluruhan urutan fase yang harus dilakukan agar kita menerapkan konsepsi dari
model pembelajaran tersebut. Komponen model pembelajaran terdiri atas:

1. sintaks,
2. sistem sosial,
3. prinsip reaksi,
4. sistem pendukung, dan
5. dampak instruksional dan pengiring (Utomo, 2020, hlm. 43).

Pengetahuan mengenai komponen model pembelajaran ini amatlah penting terutam jika kita
ingin membuat pengembangan model pembelajaran tertentu.

5. Mengumpulkan Data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk
dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara
membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba
(eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari
kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis.
4. Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian
aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah
data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi,
dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data
sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat
tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa
menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data
yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau
ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema
kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari
kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari
hipotesis.
5. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil
temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data,
serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan
dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat
teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari
kegiatanmengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan
mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
6. Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal hal yang
berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah,
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang
luas misalnya sistem pendidikan nasional, antara lain: pembinaan personalia,
banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan
tujuan, prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan
antar bagian, hubungan dengan sistem yang lain, serta strategi.

7. Discovery, invention, dan Innovation dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia


”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu
yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru
diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian
pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan
tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri 4 atau invensi. Untuk jelasnya marilah
kita bicarakan ketiga pengertian tersebut satu persatu.
Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang
ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan benua Amerika.
Sebenarnya benua Amerika itu sudah lama ada, tetapi baru ditemukan oleh Columbus pada
tahun 1492, maka dikatakan Columbus menemukan benua Amerika, artinya orang Eropa yang
pertama menjumpai benua Amerika.
Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi
manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian
diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik
pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau
kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi
wujud yang ditemukannya benar-benar baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau
untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
8. Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh
karakteristik inovasi itu sendiri. Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan
karakteristik inovasi yang dapat mepengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi
sebagai berikut:
Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya.Tingkat keuntungan atau pemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan
nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan,
atau karena memunyai komponen yang sangat penting.Makin menguntungkan bagi
penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Kompatibel (compatibility)
Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini
oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovai makin
terhambat.
Kompleksitas (complexity)
Kompleksitas adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi
penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan
cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh
penerima akan lambat proses penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak
mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh
penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang
tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar
diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh
masyarakat.
Trialabilitas (trialabillity)
Trialabilitas ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi
yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba
terlebih dahulu. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat
diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat
hasilnya.
Dapat Diamati (observabillity)
Ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati
akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati
hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit
unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit
unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang
diperkenalkan.Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan
menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyata
menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi. Zaltman, Duncan, dan Holbek
mengemukakan bahwa cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara
singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai