LANDASAN TEORETIS
A. Metode Tadrij
1. Pengertian Metode Tadrij
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan
tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan
mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam
interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing,
sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan
dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode
yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.1
Secara harfiah, metode berarti cara. Dalam pemakaian yang umum
metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep
secara sistematis. Dalam dunia pembelajaran, metode berarti cara yang
berisi suatu prosedur yang baku untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran, khususnya kegiatan penyajian materi kepada siswa, atau
cara menyampaikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana
kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari definisi di atas,
dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang
1
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar-mengajar, SinarbaruAlgesindo, Bandung,
2002, hal. 76.
2
Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadist MTs-MA, STAIN, Kudus, 2009,
hal. 37.
11
12
3
WJS. Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995,
hal. 337.
4
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hal. 230.
13
5
Ibid., hal. 234.
6
M. Asy’ari, Konsep Pendidikan Islam, Rabbani Press, Jakarta, 2011, hal. 119.
14
B. Kemampuan Analisis
1. Pengertian Kemampuan Analisis
Kemampuan dalam bahasa Inggris adalah “ability” atau aspek
intelektual yang ada dalam diri seseorang disebut juga kecakapan yang
merupakan suatu kemampuan (potensial dan nyata) dalam mengenal,
memahami, menganalisis, menilai, dan memecahkan masalah-masalah
dengan menggunakan rasio atau pemikiran.7 Sedangkan analisis ialah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkara)
atau penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya penelaahan bagian
itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan.8 Analisis merupakan tipe hasil
belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar
sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi.9
Istilah kemampuan/bakat biasanya digambarkan sebagai kemapuan
yang menguntungkan dari pendidikan atau pelatihan dalam suatu bidang
yang ditunjuk, sedangkan prestasi mengacu pada derajat tingkat
kemampuan yang telah dicapai. Kemampuan/bakat seseorang dinilai untuk
tujuan akademik dan koseling yang bersifat jabatan dan penempatan.10
Kemampuan menalar pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila
kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang akan dapat
mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai
untuk analisis antara lain menguraikan, memecahkan, membuat diagram,
memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan,
11
menghubungkan, memilih alternatif dan lain-lain.
7
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 91.
8
WJS. Poerwodarminto, Op. Cit.,hal. 37.
9
Nana Sudjana, Op. Cit., hal. 52.
10
M. Nur Ghufron, Psikologi, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hal. 101.
11
Nana Sudjana, Op. Cit, hal. 52.
15
12
Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif, Sinan Baru, Bandung, 1997, hal.11.
17
13
http://www.drn.go.id/index.php/en/47-artikel-iptek/6-analisdiunduh pada tanggal 6
April 2015.
14
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hal. 79.
18
15
Heru Mugiarso, PerkembanganPesertadidik, Binbaga, Jakarta, 1994, hal. 4.
16
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, RaSAIL Media Group, Semarang, 2008, hal. 24.
19
17
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, Kencana, Jakarta, 2008, hal. 283-284.
20
18
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur’an Hadits, Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004, hal. 3.
19
Peraturan Menteri Agama RI, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan
Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta, 2008, hal. 51.
21
20
Departemen Agama RI, Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri khas Agama Islam,
Jakarta, 1994, hal. 135.
21
PeraturanMenteri Agama RI, Op. Cit., hal. 50.
22
signifikan antara kedua variabel, yaitu variabel metode tadrij terhadap hasil
belajar peserta didik Kelas XI di MAN Wonokromo Bantul tahun pelajaran
2012/2013. Besarnya koefisien determinasi (R) sebesar 0,678976 atau
67,89%. Hal ini berarti pengaruh metode tadrij terhadap hasil belajar peserta
didik Kelas XI di MAN Wonokromo Bantul tahun pelajaran 2012/2013
sebesar 67,89%, sedang sisanya 100%-67,89% = 32,11% yang merupakan
pengaruh variabel lain yang belum diteliti oleh penulis.
Melihat penelitian terdahulu di atas, jelas terdapat perbedaan yang
signifikan dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini, di mana dalam
penelitian sebelumnya menekankan adanya hasil belajar peserta didik,
sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menekankan adanya kemampuan
analisis peserta didik. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama
menganalisis pada metode tadrij.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh M. Suyanto dengan judul
Keefektifan Penggunaan Strategi Inside Outside Circle Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas VIII SMP N 1 Wonorejo
Tahun Ajaran 2011/2012, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran Inside Outside Circle lebih efektif daripada
strategi pembelajaran eksperimen bila diterapkan pada materi tekanan di kelas
VIII SMP N 1 Wonorejo tahun ajaran 2011/2012. Keefektifan strategi
pembelajaran tersebut dapat dilihat dari: a) Perolehan rata-rata nilai post-tes
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen
lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir
kreatif kelas kontrol. Rata-rata nilai post-tes kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen sebesar 75,71 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 59,24. b)
Peningkatan kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik daripada
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol. Peningkatan pada kelas eksperimen
sebesar 0,524 yaitu dalam kategori sedang, sedangkakan kelas kontrol sebesar
0,134 yaitu dalam kategori rendah. c) Kelas eksperimen telah mencapai
ketuntasan belajar.
23
Penelitian yang dilakukan oleh Pande Made Dwi Putranjaya, Dessy Seri
Wahyuni, I Gede Mahendra Darmawiguna dengan judul Pengaruh Penerapan
Metode Tadrij terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII (Studi Kasus: SMPN 2
Sawan Tahun Ajaran 2012/2013), dalam penelitiannya dihasilkan bahwa uji
normalitas dan homogenitas kedua kelompok berdistribusi normal dan
homogen. Serta terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan metode
tadrij terhadap hasil belajar siswa, ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil
belajar kelompok siswa yang menggunakan metode tadrij lebih tinggi
daripada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung
dan siswa memberikan respon positif terhadap penggunaan metode tadrij.
Melihat penelitian terdahulu di atas, jelas terdapat perbedaan yang
signifikan dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini, di mana dalam
penelitian sebelumnya menekankan adanya kemampuan kritis peserta didik,
sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menekankan adanya kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama
menganalisis pada metode tadrij, selain itu sama-sama menggunakan
pendekatan kuantitatif.
F. Hipotesis Penelitian
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2012, hal. 96.