Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori adalah model atau kerangka pikiran yang menjelaskan telah
terbuktinya suatu kebenaran. Manusia membangun teori untuk menjelaskan,
meramalkan, dan menguasai suatu kejadian tertentu. Sering sekali, teori
dipandang sebagai suatu model atas kenyataan. Teori juga merupakan
seperangkat azas-azas yang tertentu tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata.
Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Stimulus merupakan apa saja yang diberikan guru
kepada pelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Ada beberapa jenis teori belajar yaitu: Muhammad Saw, Burrhus Frederick
Skinner, Jean Piaget, Taksonomi Bloom, Jonh Dewey, Vygotsky, dan Robert
M. Gagne.
Teori belajar berguna untuk memudahkan seorang guru dalam proses
belajar menngajar agar membuat siswa lebih memahami pelajaran sehingga
pelajaran itu lebih bermakna dan teori belajar juga merupakan cara yang
dilakukan peserta didik dan guru dalam memperoleh maupun menyampaikan
ilmu pengetahuan melalui proses belajar atau mengajar. Setiap manusia wajib
untuk belajar agar menjadi manusia yang memiliki derajat tertingggi
dibandingkan makhluk lainnya, itu sebab timbulnya perbedaan antara manusia
dengan hewan.
Teori belajar juga sangat bermanfaat karena dengan teori belajar, guru juga
lebih mengetahui bagaimana siswanya termasuk bagaimana perilaku (sikap),

1
pengetahuan, dan keterampilan siswanya dalam belajar. Sehingga dengan
demikian guru dapat mengevaluasi kesaahan-kesalahan yang terdapat dalam
tingkat pemahaman siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa saja jenis-jenis teori belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar, sehingga cara ini dapat
dipakai dalam proses belajar mengajar.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis teori belajar, dan apa saja yang ada dan
dipergunakan dalam teori belajar.
D. Manfaat Makalah
1. Guru dapat membedakan teori yang satu dengan yang lain.
2. Dapat membuat siswa lebih memahami pelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
Ausbel mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi yaitu: dimensi
pertama berhubungan dengan bagaimana cara menyajikan informasi atau
materi pelajaran pada peserta didik melalui penerimaan dan penemuan.
Dimensi kedua berhubungan dengan bagaimana peserta didik dapat
mengaitkan atau menghubungkan informasi tersebut pada struktur kognitif
yang sudah ada. Adapun struktur kognitif yang dimaksud adalah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat
oleh peserta didik. Belajar dapat dimaknai sebagai perubahan tingkah laku
yang relatif tetap sebagai hasil dari adanya peengalaman. Dalam hal ini, tidak
termasuk perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh kecacatan atau
kerusakan fisik, penyakit, obat-obatan, atau perubahan karena proses
pematangan.1
Teori belajar merupakan cara yang dilakukan peserta didik dan guru dalam
memperoleh maupun menyampaikan ilmu pengetahuan melalui proses belajar
atau mengajar. Setiap manusia wajib untuk belajar agar menjadi manusia yang
memiliki derajat tertingggi dibandingkan makhluk lainnya, itu sebab
timbulnya perbedaan antara manusia dengan hewan. Pada dasarnya guru
dalam memberikan pengajaran harus berlandas pada teori belajar, apabila guru
mengajar tanpa menggunakan teori belajar ibarat menyampaikan ilmu seperti
berkhayal setinggi langit. Maka dari itu, mengajar dengan menggunakan teori
belajar sangatlah penting agar mengetahui bagaimana cara membuat peserta
didik menyukai guru pada saat mengajar maupun di luar jam mengajar.
Macam-macam grand teori, yaitu teori behavior, konstruktif, kognitif, human,
dan sibernetik.2
Islam sebagai agama rahmah lil al-‘alamin sangat mewajibkan umatnya
untuk selalu belajar. Bahkan Allah mangawali menurunkan Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya,
1
Ade Suhendra, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, (Jakarta:
Kencana,2019), hlm, 163.
2
Maulana Arafat Lubis dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI: Implementasi
Kurikulum 2013 Berbasis HOTS, (Jogjakarta: Samudra Biru, 2019), hlm. 32.

3
Muhammad SAW., untuk membaca dan membaca (iqra’), iqra’ merupakan
salah satu perwujudan dari aktivitas belajar. Dan dalam arti yang luas, dengan
iqra’ pula manusia dapat mengmbangkan pengetahuan dan memperbaiki
kehidupannya. Betapa pentingnya belajar, karena itu dalam Al-Quran Allah
berjanji akan meningkatkan derajat orang yang belajar daripada yang tidak.3
B. Jenis-jenis Teori Belajar Pada Pembelajaran Tematik MI/SD
Adapun teori-teori belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
tematik di SD/MI beserta penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Muhammad SAW
Muhammad SAW lahir di Mekah pada tahun 570 M dari seorang ayah
yang bernama Abdullah dan ibu bernama Aminah. Beliau wafat di
Madinah,Arab Saudi pada tahun 632 M. Muhammad SAW adalah seorang
Nabi ataupun Rasul yang diyakikini oleh kaum muslim, beliau juga
sebagai panutan bagi semua manusia. Lahirnya Muhammad membawa
dampak besar atas perkembangan perilaku manusia yang dahulunya
berada pada zaman jahiliah (kebodohan) atas perilaku manusia yang tidak
mengerti letak suatu kebenaran dan keselahan, dan saat ini perkembangan
zaman melalui pendidikan yang diajarkan beliau berdampak positif bagi
kemajuan agama dan Negara. Beliau bukan hanya member contoh, tetapi
beliau selalu menjadi contoh bagi semua manusia. Strategi pembelajaran
yang dicontohkan nabi Muhammad SAW, yaitu:
a. Metode keteladanan dan akhlak mulia.
b. Metode pembelajaran secara bertahap.
c. Metode pembelajaran dengan memperhatikan situasi dan kondisi
peserta didik.
d. Metode tamsil.
e. Metode isyrat.
f. Metode diskusi.
g. Metode partisipatoris (proses sosialisasi berfokus pada penanaman
kebiasaan, adat istiadat, dan norma tanpa terpaksa)
h. Metode tanya jawab.
3
Baharuddin & Esa Wahyuni, Teori belajar dan pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2015), hlm. 36.

4
Metode pembelajaran aktif yang dilakukan nabi Muhammad SAW
yaitu metode pembelajaran praktik secara langsung, pembelajaran secara
gradual, pembelajaran kondisional, dialog, tanya jawab, serta diskusi dan
dialektika.
a. Pemebelajaran dengan Praktik Secara Langsung
Dalam ilmu-ilmu pengajaran dan penyampaian membutuhkan
praktik. Nabi Muhammad SAW selalu melakukannya dengan member
contoh langsung, tidak hanya ceramah saja. Melalui praktek langsung,
pengaruhnya lebih besar dan ilustrasinya menancap lebih kuat di hati
dan memori peserta didik. Sebab peserta didik dapat mengetahui
secara langsung, misalnya bukti dan gerakan yang diajarkan beliau.
Sehingga peserta didik dapat langsung mempraktikkannya dan lebih
termotivasi untuk melakukannya.
b. Pembelajaran Secara Gardual
Diantara metode yang diterapkan oleh nabi Muhammad SAW ialah
sangat memperhatikan skala prioritas, mengajarkannyatidak langsung
sekaligus, berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan pelan-pelan. Hal
ini bertujuan agar lebih mudah dipahami dan menancap lebih kuat
dalam ingatan.
c. Memperhatikan Perbedaan Kemampuan, Gaya Belajar dan Tingkat
Intelegensi Peserta Didik.
Suatu kenyataan bahwa, tidak semua peserta didik memiliki
kemampuan dan tingkat kecerdasan yang sama. Muhammad SAW
menyadari betul hal ini. Beliau sangat memerhatikan perbedaan
individu (indifidual difference). Beliau mengajar setiap individu sesuai
kadar kecerdasannya. Apa yang beliau ajarkan pada sahabat junior,
tidak sama dengan yang beliau ajarkan pada sahabat senior. Untuk
menjawab pertanyaan pun beliau tidaak asal menjawab, tetapi melihat
bagaimana kemampuan pemahaman dan tingkat kecerdasan yang
bertanya.
d. Dialog Tanya Jawab

5
Salah satu yang menonjol dari metode Muhammad SAW dalam
mengajar ialah selalu mengajar dengan cara berdialog dan Tanya
jawab. Dialog sangat membantu untuk membuka kebuntuan otak dan
kebekuan berpikir.
e. Diskusi dan Dialektika
Metode pembelajaran nabi Muhammad SAW bercirikan diskusi
dan dialektika menggunakan perbandingan secara logika dan
pendekatan psikologi. Hal ini digunakan untuk mencabut keraguan dan
kebatilan dari hati seseorang yang beranggapan bahwa hal yang batil
itu bagus. Atau untuk menancapkan sugesti tentang kebenaran itu.
Metode beliau ini sebagai petunjuk bagi para pengajar atau pendidik
untuk menggunakan perbandingan secara logika rasional jika keadaan
menuntut untuk itu.
Nabi Muhammad SAW adalah panutan bagi umat manusia. Setiap
apapun yang beliau lakukan adalah bentuk dari pembelajaran masa depan
yang lebih cerah. Beliau adalah contoh dalam segala hal. Jika ingin tahu
cara transaksi yang baik, beliau juga mencontontohkannya. Tata cara
menyikapi kehidupan sekaligus berbagai macam problematika dan
kompliknya, beliau juga memberitahukan pada kita. Tata cara beribadah,
apalagi. Bahkan dalam cara berpolotik dan strategi berperangpun, beliau
telah member contoh dan pelajaran bagi kita. Semua itu bisa kit abaca dan
bisa kita ikuti dalam biografi hidup beliau yang telah dideskripsikan
dengan beberapa karya monumental para ulama terdahulu.
Dari uraian tersebut telah tergambarkan bagaimana Muhammad SAW
melakukan proses pembelajaran, dengan menerapkan berbagai metode
pembelajaran. Beliau banyak menggunakan pendekatan pembelajaran
aktif, yang didalamnya memperlakukan umat dan para sahabtnya sebagai
peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan telah memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang cukup. Maka dari itu dalam
pembelajran PPKn sangat cocok untuk menggunakan teori Muhammad
SAW. Karena teori mampu menumbuhkan karakter peserta didik.
2. Burrhus Frederick Skinner.

6
Skinner lahir pada tahun 1904 di Susquehanna, Pennsylvania dan
wafat di Cambridge Massachusetts, Amerika pada tahun 1990. Menurut
Skinner belajar akan berlangsung sangat efektif apabila: (1) Informasi
yang akan di pelajari, maka disajikan secara bertahap. (2) Pembelajar
segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi pembelajaran
mereka, artinya setelah belajar mereka segera diberi tahu apakah mereka
sudah memahami informasi dengan benar atau tidak. (3) Pembelajar
mampu belajar dengan caranya sendiri. Selain itu Skinner menegaskan
bahwa tujuan belajar seharusnya dilakukan dengan cara yang spesifik
(khusus) dahulu sebelum pelajaran dimulai.
Argumen utama skinner yang menentang penggunaan hukuman adalah
bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman hukuman
dihilangkan, tingkat perilaku akan kembali ke level semula. Jadi, hukuman
sering kelihatannya sangat berhasil padahal ia sebenarnya hanya
menghasilkan efek temporer.4
Perilaku, seperti respons dan tindakan, adalah sebuah kata yang secara
sederhana menunjukkan apa yang diperbuat seseorang untuk situasi
tertentu. Untuk menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, selain
memerhatikan konsekuen , dapat juga digunakan sebagai petunjuk.5
3. Jean Piaget
Jean Piaget lahir pada tahun 1896 dan wafat 1980 Masehi. Piaget
menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia kognitif
mereka, artinya segala informasi sidak sekedar dituangkan ke dalam
pikiran mereka dari lingkungan dan seorang anak melalui serangkaian
tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Teori ini dirancang
untuk mempengaruhi peserta didik agar menemukan nilai-nilai pribadi dan
social. Selain itu perilaku dan nilai-nilainya diharapkan anak menjadi
sumber bagi penemuan berikutnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan anak menurut teori piaget, yaitu:
a. Tahap sensomotorik (usia 0-2 tahun)

4
Maulana Arafat Lubis dan Nashran Azizan, hlm, 33.
5
Baharuddin & Esa Wahyuni,hlm, 103-113.

7
Pada tahap ini perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang
pesat dalam kemampuan bayi mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan
fisik. Anak dapat sedikit memahami lingkungannya dengan cara
melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan
menggerakkan. Anak tersebut mengetahiu bahwa perilaku yang
tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Pada tahap ini
terbagi atas 6 periode, yakni: (1) reflex (usia 0-1 bulan), (2) kebiasaan
(usia 1-4 bulan), (3) reproduksi (usia 4-8 bulan), (4) koorsinasi
schemata (usia 8-12 bulan), (5) eksperimen (usia 12-18 bulan), dan (6)
representasi (usia 18-24 bulan).
b. Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak telah mampu menggunakan bahasa dan
mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana.
c. Tahap Operasional konkret (usia 7-11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis dengan
upaya memahami lingkungan sekitarnya anak tidak terlalu
menggantungkan diri pada informasi yang datangnya dari pancaindra.
d. Tahap operasional formal (usia 11 atau 15 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir
mengenai gagasan. Melalui operasional formal ini, anak sudah dapat
memikirkan beberapa alternative cara memecahkan suatu masalah.
4. Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom adalah temuan dari Benjamin S. Bloom yang lahir
pada tanggal 21 februari 1913 di Lansford Pennsylvania. Dia menerima
gelar sarjana dan gelar master dari Pennsylvania States University of
Chicago. Pada tahun 1940 dan bertugas sampai 1959 dan ia sekaligus
seorang guru penasihat pendidikan dan psikologi pendidikan. Ia meninggal
pada tanggal 13 september 1999 di Pennsylvania.
Taksonimi Bloom mengungkapkan pendidikan dibagi menjadi beberpa
domain (ranah/ kawasa dan setiap domain tersebut dibagi ke dalam

8
pembagianyang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Tujuan pendidikan
dibagi ke dalam tiga domain yaitu:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif) yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian dan
keterampilan berpikir. Kompetensi ranah kognitif atau pengetahuan
meliputi enam jenjang proses berfikir, yaitu: kemampuan menghafal,
kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan
menganalisis, kemampuan menyintesis, dan kemampuan
mengevaluasi.6
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri. Sesuai dengan karakteristik sikap, maka
salah satu alternative yang dipilih adalah proses afeksi mulai
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan.7
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan, seperti: tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan lain-lain.
Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi
proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif
berkaitan dengan proses yang digunakan peserta didik untuk mempelajari
suatu hal, sedangkan dimensi pengetahuan adalah jenis pengetahuan yang
akan dipelajari oleh peserta didik.
5. Jonh Dewey
Jonh Dewey adalah seorang filusuf Amerika maupun psikolog. Ia lahir
di Burlington, Vermont pada tanggal 20 Oktober 1859. Dewey
berpendapat bahwa pendidikan dan pembelajaran merupakan proses social
dan interaktif sehingga sekolah adalah lembaga social yang harus
ditempuh. Selain itu, Dewey juga menyatakan bahwa peserta didik
berkembang dalam lingkungan dengan mengalami interaksi.
6
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik terpadu,
(Jakarta: Kencana,2015), hlm, 134.
7
Kunandar, Penilaian Autentik:Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013, (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada, 2013), hlm, 9.

9
6. Vygotsky
Lev Vygotsky Semyonovich adalah seorang psikolog Belarusia Soviet
lahir pada tanggal 17 November 1896 di kota Orsha, Belarusia. Ia pendiri
teori pengembangan psikologi budaya historis. Vygotsky menyatakan
dalam teorinya bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik belajar
menagani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut
masih dalam daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini
yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang paham.
Menurut Vygotsky perkembangan kognitif tergantung pada masa
kanak-kanak. Pengetahuan anak, gagasan, sikap, dan nilai perkembangan
terjadi melaui interaksi dengan yang lain. Vygotsky juga yakin bahasa
berperan sangat penting dalam perkembangan kognitif. Kontribusi yang
paling penting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky yakin bahwa pembelajaran
terjadi apabila anak belajar atau bekerjapada daerah perkembangan
terdekat (zone of proximal development) mereka. Tugas-tugas yang berada
pada daerah perkembangan terdekat (zone of proximal development)
merupakan tugas-tugas, yang mana anak belum dapat memahami sendiri
teteapi dapat menangani tugas-tugas itu dengan bantuan teman atau orang
dewasa. Selanjutnya, Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi berada di dalam percakapan dan kolaborasi antara individu sebelum
fungsi mental tersebut baerada dalam individu.8
Teori Vygotsky menekankan hakikat pembelajaran sosiokultural, yang
pada intinya menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari
pembelajaran maupun penekannya pada lingkungan social pembelajaran.
Teori Vygotsky (1978) yang lain ialah scaffolding yang merupakan
pemberian bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap pembelajaran.
Setelah diberikan bantuan, maka peserta didik diberikan kesempatan untuk
melakukannya sendiri dengan bertanggung jawab . bantuan yang diberikan

8
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), hlm. 27.

10
guru berbentuk petunjuk, penjelasan, pengarahan, dan peringatan yang
mampu menjadikan peserta didik melakukannya secara mandiri.
Penerapan teori Vygotsky dalam interaksi pembelajaran dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Walaupun peserta didik tetap dilibatkan dalam proses pembelajaran,
guru harus secara aktif mendampingi setiap aktivitas belajar peserta
didik.
b. Selain guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada
perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilanpeserta didik
melalui diskusi dan kerja kelompok sehingga mempercepat
perkembangannya.
c. Belajar sesama teman sebaya dimungkinkan lebih efektif, karena
mereka sendiri baru saja melewati tahap yang sudah dialami sehingga
dapat dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta
didik lainnya.
7. Robert M. Gagne
Robert Mills Gagne lahir pada tahun 1916 di Massachusetss Amerika
Serikat dan Wafat pada tahun 2002 di Washington, D. C. Amerika Serikat.
Gagne adalah seprang psikolog pendidikan Amerika. Gagne juga termasuk
seorang professor psikologi dan psikologi pendidikan di Pennsylvania
State University (1945-1946), Princeton (1958-1962), dan University Of
California di Berkeley (1966-1969).
Gagne disebut sebagai modern neobehavioris, mendorong guru untuk
merencanakan pembelajaran agas suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi. Keterampilan paling rendah menjadi dasar bagi
pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki keterampilan
intelektual. Guru harus mengetahui kemanpuan dasar yang harus
disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada
yang lebih konfleks sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi. Praktiknya
gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Stimulus merupakan apa saja yang diberikan guru
kepada pelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Ada beberapa jenis teori belajar yaitu: muhammad saw, burrhus frederick
skinner, jean piaget, taksonomi bloom, jonh dewey, vygotsky, dan robert m.
Gagne.
Di dalam teori belajar guru juga akan mengetahui tentang Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain yaitu: Cognitive Domain (Ranah
Kognitif) yaitu kompetensi ranah kognitif atau pengetahuan meliputi enam
jenjang proses berfikir, yaitu: kemampuan menghafal, kemampuan
memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan
menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi.Affective Domain (Ranah Afektif)
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti
minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri..Psychomotor Domain
(Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan, seperti: tulisan tangan, mengetik, berenang, dan lain-lain.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada
para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

12
Ade Suhendra, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
Jakarta: Kencana,2019.
Baharuddin & Esa Wahyuni, Teori belajar dan pembelajaran, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2015.
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi, Jogjakarta:
Ar- Ruzz Media, 2013.
Kunandar, Penilaian Autentik:Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, Jakarta: PT RajaGrapindo Persada, 2013.
Lubis, Maulana Arafat dan Azizan, Nashran, Pembelajaran Tematik SD/MI:
Implementasi Kurikulum 2013 Berbasis HOTS, Yogjakarta: Samudra Biru,
2019).
Prastowo, Andi, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
terpadu, Jakarta: Kencana,2015.

13

Anda mungkin juga menyukai