Anda di halaman 1dari 8

KONSEP PENDIDIKAN DARI TOKOH-TOKOH

PENDIDIKAN
novianaputriss.blogspot.com/2017/11/konsep-pendidikan-dari-tokoh-tokoh.html

A. PANDANGAN PENDIDIKAN MENURUT TOKOH-TOKOH


1). Ki Hajar Dewantara
Prinsip Belajar
Penafsiran konsep pedidikan Ki Hajar Dewantara dibidang ide pendidikan merdeka,
kodrat alam dan pendidikan anak-anak dipengaruhi oleh Frobel dan Montesori. Prinsip
belajar Menurut Ki Hajar Dewantara atau yang lebih dikenal dengan 3N yaitu Niteni,
Nirokake, dan Nambahi.
a. Niteni
Niteni merupakan kemampuan untuk mencermati, mengenali, dan menangkap makna
(sifat, ciri, prosedur, dan kebenaran) suatu objek. Hal ini dapat diartikan merupakan
proses perencanaan dan penemuan makna sifat, ciri, prosedur, dan kebenaran) melalui
pengamatan indrawi.
b. Nirokake, dan Nambahi.
Nirokake merupakan proses meniru suatu pandangan yang dilihatnya, sedangkan
nambahi meruakan proses menambahkan sebuah objek yang telah melewati tahapan
niteni dan nirokake. Pembahasan menganai kedua prinsip Nirokake, dan Nambahi selalu
beriringan mengingat berada dalam tatanan bahasa yang sama yaitu aplikasi perolehan
proses materi. Perbedaanya hanya pada kadar dan keaktifannya. Dari prinsip ini akan
timbul proses kreatif fan inovatif untuk memberi warna pada model yang ditiru.
Pelaksanaan Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dilaksanakan menurut system among yaitu
suatu system yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar, yaitu kodrat alam
dan kemerdekaan.
a. Kekeluargaan adalah sendi yang bernilai menumbuhkan rasa aku dan rasa kita,
yang berupaya membangun manusia berjiwa social. Atmosfir pendidikan harus bersifat
keluarga dimana antara guru dan siswa selayaknya seperti hubungan antara orang tua
dan anak dalam keluarga
b. Kodrat alam merupakan keadaan lahir dan batin mengenai hidup rohani dan
jasmani baik buruk maupun baik yang menjadi pembawaan anak ketika lahir didunia.
Pendidikan merupakan langkah untuk menuntun hidup rohani dan jasmani agar dapat
tumbuh dengan baik, dan meminimalisir pembawaan buruk.
c. Kemerdekaan adalah upaya membangun budi pekerti anak dengan cara
pembelajaran, teladan dan pembiasaan dan tidak disertai kekerasan. Kemerdekaan ini
didasarkan karena Ki Hajar Dewantara hidup di jaman penjajahan sehingga idealisme
pendidikan menurutnya harus mampu membawa bangsa ini merdeka.
Kompetensi seorang Guru
Sistem among menurut cara berlakunya juga disebut Tut Wuri Handayani, "Ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Secara umu prinsip tersebut
menunjukkan sikap guru selaku pemimpin bagi siswa-siswanya.

1/8
1. Ing ngarso sung tulodo, artinya yang di depan memberi contoh. Artinys seorang
guru harus mampu memberi suri tauladan yang baik pada siswa-siswanya karena anak-
anak belajar dari apa yang dilihatnya.
2. Ing madyo mangun karso, artinya yang di tengah membangun. Artinya seorang
guru bertugas untuk memberi ide, inovasi dan dukungan pada siswa dalam pembelajaran
dikelas.
3. Tut wuri handayani, artinya yang di belakang memberi dorongatinya seorang
guru haarus mampu memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
Ki Hajar Dewantara selalu menanamkan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan
bagi anak-anak. Sebab itulah ia mendirikan taman siswa,taman belajar yang merupakan
sekolah yang menyenangkan agar anak-anak tidak takut ke sekolah.
Metode Pembelajaran
Ki Hajar Dewantara menjelaskan sistem Among dilaksanakan dengan cara-cara
mendidik, secara umum proses pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara harus
berlandaskan pada pengalaman dari kehidupan sehari-hari, pembiasaaan, demonstrasi,
metode pemecahan masalah, memberi contoh, dan inquiry terbimbing.

Model Pembelajaran Among


Dalam menjalankan prinsip 3N sebagai proses belajar dapat didesain suatu model “Model
Pembelajran Among” yang mencakup
1. Fase Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan isi, proses dan evalusi.
Perencanaan isi harus diisi dengan pembelajaran yang problem solving, mampu
meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Proses pembelajaran harus menekankan
pada aktifitas siswa didalam kelas.
2. Fase Penciptan Atmosfir Merdeka diartikan sebagai upaya guru dalam menciptakan
suasana belajar yang tidak didasari atas paksaan dan tidak dilandaskan pada paksaan
karena takut pada hukuman.
3. Fase Amon, artinya pembelajaran harus mampu mengarahkan siswa pada
penyelesaian problem solving, dan olah fikir.
4. Fase Pertanggung jawaban, dalam fase siswa dituntut untuk mengkomunikasikan
hasil dari penyelesaian masalah yang telah dilakukan agar dapat diperbaiki untuk hasil
yang lebih maskimal
2). Al-Gazali
· Tujuan Pendidikan
Secara umum tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali merujuk ada firman Allah
dalam surah Al-Dzariyat ; 56 “Tidaklah Aku ciptakan manusia melainkan agar
beribadah kepada-Ku”. Al-Ghazali mengatakan bahwa orang yang berakal sehat adalah
orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat sehingga orang tersebut
derajatnya lebih tinggi disisi Allah dan lebih luas kebahagiaanya di akhirat. (Madjid
:2015). Dari pandangan tersebut dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
menjalankan hakikat manusia untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.
Pandangan Al-Ghazali terhadap tujuan pendidikan dibagi menjadi dua bagian
yaitu, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek

2/8
1. Tujuan Jangka Panjang, yaitu mampu menjadikan seorang semakin mendekatkan
diri pada Allah. Sehingga pada prosesnya pendidikan harus berlandaskan kajian-kajian
dan semua kesimpulan pembelajaran dikembalikan pada Allah Penguasa Alam semesta.
2. Tujuan Jangka Pendek, adalah kompetens untuk meraih kedudukan didunia yang
mengarah pada pangkat, kedudukan, kemegahan, popularitas, dan kemulian dunia secara
naluri.
· Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum menurut Al-Gazali terbagi atas 3 bagian, yaitu:
1. Ilmu yang dibenci Allah, yaitu ilmu yang tidak bermanfaat baik didunia maupun
diakhirat (sihir, nujum, dan ramalan).
2. Ilmu yang cintai Allah, yaitu ilmu yang berkaitan dengan ibadah, fiqih, dan syariat
atau ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri pada
Allah.
3. Ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu, dan tercela apabila mempelajarinya secara
mendalam karena akan menimbullkan masalah antara keyakinan dan keraguan dan
dapat mengakibatkan kekafiran seperti ilmu filsafat.

· Model Pengajaran
Metode pengajaran Al-Gazali dapat dibagi menjadi dua bagian antara pengajaran agama
dan pengajaran akhlak. Model pengajaran agama dimulai dengan metode hapalan dan
pemahaman, keyakinan dan kebenaran, penegakan dalil-dalil dan keterangan yang
menguatkan aqidah. Untuk model pengajaran akhlak harus mengarah pada pembentukan
akhlak yang mulia, sehingga model yang tepat adalah dengan memberikan latihan,
nasihat, dan melindungi anak dari pergaulan yang buruk.
· Kriteria Guru
Syarat dan tugas guru sebagai seorang yang memberikan dorongan dan bimbingan untuk
membangun kompetensi siswanya menurut Al-Ghazali adalah:
1. Memiliki rasa kasih saying pada siswanya
2. Ikhlas dan tidak meminta imba atau upah dan hanya mengharap balasan dari Allah
semata.
3. Terbuka artinya tidak meninggalkan atau menutup-nutupi nasihat dari guru-guru
sebelumnya yang bersifat nasihat yang positif.
4. Mampu mendidik siswa untuk berprilaku terpuji dan menjauhi akhlak yang tidak
terpuji
5. Pembelajar yang baik dengan cara menghormati ilmu-ilmu yang dimiliki orang lain,
diluar pengetahuannya dan keahliannya dikalangan muridnya
6. Mengetahui kemampuan muridnya, sehingga mampu memberikan ilmu sesuai
dengan kadar kemampuan dan pemahaman murid.
7. Menyampaikan materi pembelajaran sesuatu dengan jelas,

3). Mohammad Syafei


· Tujuan Pendidikan
Seperti yang kita ketahui Ki Hajar Dewantara dikenal dengan sekolah taman siswanya,
dan Mohammad Syafei dikenal dengan Pendidikan INS Kayu Tanam. INS adalah
singkatan Indonesia Nederlandche School. Konsep dasar pendidikan INS Kayu Tanam

3/8
berpusat pada pendidikan Humanis-Religius. Dasar pendidikan INS Kayu Tanam dari
segi humanis anatar lain kemanusiaan, kesusilaan, kerakyatan, berperasaan tajam, halus,
estetis, emosional. Sedangkan dari sisi religious pendidikan INS Kayu Tanam
mengarahkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa percaya pada diri sendiri juga kepada
Tuhan, dan berakhlak mulia. Pendidikan Religius tercermin pada kegiatan yang
mengajarkan anak didik untuk memahami hakikat kehidupannya didunia sehingga dapat
mendekatkan diri pada Allah. Tujuan pendidikan humanis INS Kayu Tanam mencakup
kemerdekaan dimana harus membawa kebermanfaatn bagi masyarakat. Sehingga dapat
disimpulkan tujuan pendidikan INS Kayu Tanam yaitu menanamkan kepercayaan
terhadap diri anak untuk dapat membawa pembaharuan dalam masyarakat dalam upaya
menjalankan nilai-nilai religius.
Kurikulum Pendidikan
Program pendidikan humanis tercermin pada beberapa program pendidikan yang
diselenggarakan INS Kayu Tanam yaitu, program pemberantasan buta huruf,
mengutamakan pendidikan keterampilan yang harus diselesaikan dengan tangan, dan
siswa dilatih membuat barang-barang yang berguna bagi keperluan hidup sehari-hari
Program pendidikan keterampilan ini mencakup menggambar, menyanyi, kreatifitas hasil
kerajinan tangan, olah raga. Tujuan dari program-program tersebut diharapkan dapat
membantu peserta didik lebih berbudaya, lebih manusiawi dalam pemanfaatan nikmat
dan karuani alam, sehingga mampu mewujudkan manusia yang berkembang. Melalui
pendidikan keterampilan ini juga diharapkan dapat memupuk minat dan potensi anak
didik sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga anak semakin cekatan dan kreatif. Dari
segi pendidikan religius program nyata dalam INS Kayu Tanam kurang terlihat, namun
diaplikasikan dari sendi-sendi proses pengajaran yang berasaskan keTuhanan dengan
meyakini keEsaan Allah.
Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang ditanamankan dalam pendidikan INS Kayu Tanam memiliki
asas-asas yaitu berfikir dan rasional keaktifan dan kegiatan, pendidikan Masyarakat,
memperhatikan pembawaan anak, dan menentang intelektualisme. Dari metode
pengajaran syafei ini dapat gambarkan bahwa metode pembelajaranya bersifat
penyelesaian masalah yang menakankan pada olah pikir dan memberi kebebasan kepada
anak untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, tidak memaksakan anak untuk
pintar, namun lebih menekankan anak untuk dapat menyelesaian permaslahan dengan
kreatif dan solutif.
Kompetensi Guru
Peran pendidik dalam proses pembelajaran menurut Syafei adalah guru harus
berorientasi pada tujuan pendidikan, memahami dan melakukan pendakatan pada siswa,
membimbing siswa untuk aktif dalam pembelajaran, membimbing siswa (penasehat,
teman belajar dan tidak otoriter), menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,
mengarahkan pembelajaran pada pemecahan masalah, dan menciptakan iklim belajar
yang demokratis dan kooperatif.
4). John Dewey
Tujuan Pendidikan
John Dewey merupakan penganut teori pragmatisme yang memandang kebenaran
sebuah teori tergantung pada kebermanfaatn teori bagi manusia dalam kehidupannya.

4/8
Definisi pendidikan menurut Dewey merupakan suatu bentuk proses, manusia berusaha
untuk mengenal dirinya. Dengan kata lain pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu
proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus. Untuk itu hal yang
paling penting dalam proses pendidikan adalah meningkatkan kualitas lembaga-lembaga
yang mendidik manusia dan isi pendidikan yang meliputi managemen dan pelaksanaan
pembelajaran agara dapat meningkatkan minta dan motivasi anak didik untuk belajar.

Kurikulum Pendidikan
John Dewey mengatakan bahwa unsur terpenting dalam pendidikan adalah mengenai
menempatkan siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuannya. Sehingga isi
pembelajaran dipilih dengan mengacu pada kebutuhan siswa. Menurut Dewey yang
merupakan pragmatisme mengatakan bahwa kurikulum dan isi pembelajaran seharusnya
tidak dibagi ke dalam bidang mata pelajaran yang bersifat membatasi pengeksplorasian
kompetensi dan tak wajar. Kurikulum seharusnya disesuaikan dengan yang muncul dari
pengalaman-pengalaman dan pertanyaan-pertanyaan dalam pengungkapkan sebuah
teori. Menurut Dewey pelajaran seni, sejarah, matematika, membaca, dan lain-lainnya
dapat disusun ke dalam teknik problem solving yang berguna untuk menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa terkait pengalaman sehari-hari.

Metode Pengajaran
Secara spesifiak Dewey membangi metode pengajaran menjadi 2 yaitu Metode
penanaman disiplin dan kerjasama kelompok. Pengajaran menurut Dewey adalah upaya
menanamkan disiplin dengan cara tidak memaksa dan lebih membimmbing anak dalam
pembelajaran. Dewey berpendapat bahwa tidak ada sesuatu tindakan yang baik dan
benar secara obyektif dalam mendidik. Sehingga disiplin dalam pendidikan belumlah
cukup dalam mendukung pendidikan yang baik. Perlu adanya usaha belajar bersama
orang lain dalam proses kerjasama. Realisasinya pada pendidikan saat ini kerja sama
masuk dalam salah satu kompetensi abad 21 yaitu kolaborasi. Dengan belajar bersama
Dewey berharap tujuan pendidikan dapat dicapai.

Kompetensi Guru
Menurut Dewey guru bukan seseorang yang mengetahui semua yang dibutuhkan siswa di
masa depan sehingga sesungguhnya guru juga merupakan pembelajar dari situasi dan
siswa yang terus menerus berubah. Namun guru adalah orang yang berpengalaman
sehingga ia mampu memberi bimbingan dan arah kepada peserta didik untuk dapat
menjalani masa depan. Dalam metode pengajaran dengan disiplin berarti seseorang guru
mengarahkan pelajaran dengan disiplin pula. Cara yang dilakukan seorang guru dalam
pembelajarannya adalah;
1. Tidak memaksakan peserta didik dalam belajar namun membangkitkan minat anak
untuk dapat mencapai ketuntasan saat pembelajaran.
2. Menggunakan berbagai pendekatan dalam belajar karena setiap anak memiliki
minat dalam belajar yang berbeda-beda.
3. Guru harus menciptakan situasi di kelas yang kondusif sehingga setiap siswa turut
berpartisipasi dalam proses belajar.

5/8
4. Pembelajaran berpusat pada siswa dan menekankan pembelajaran yang lebih
bermakna dari hasil berpengalaman yang dialaminya

B. PERBANDINGAN KONSEP PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN

Konsep Tokoh Pendidikan


pendidikan
Al Gazali Ki Hajar John Dewey Mohammad
Dewantara Syafei

Persamaan:
Metode pengajran menitik beratkan pada proses yang dibangun dari hal yang sederhana
menuju hal yang kompleks dan didasarkan pada pengalam yang dialami peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari

Menempatkan guru sebagai pembimbing siswa untuk mencapaai kecakapan dalam hidup
sehingga dapat menjalankan kehidupan dimasa akan datang dengan baik

Pembelajaran ditekankan pada proses pemecahan masalah dan kebermanfaatan ilmu


pegetahuan dalam kehidupan sehari-hari

Perbedaan :

1 Berorientasi Orientasi pada Orientasi pada Tingakatan


Tujuan pada pencapaian pencapaian orientasi
Pembelajaraan keseimbangan kompetensi kompetensi dunia dunia diatas
antara dunia orientasi
kompetensi akhirat
dunia dan
akhirat

2 Isi Sistem among Isi pembelajaran Kompetensi


Kurikulum pembelajaran (sistem yang tidak dibagi ke kesenian
harus mampu berjiwa dalam mata siswa
mendekatkan kekeluargaan pelajaran yang dianggap
diri pada Allah dan bersifat penting dan
dan bersendikan membatasi perlu di
mengutamakan kodrat alam pengeksplorasian tumbuhkan
apa yang dan diri siswa
dicintai dan kemerdekaan).
apa yang
dibenci Allah

C. KONSTRIBUSI PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN BAGI SISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
1. Al-Ghazali
Konstrubusi Pemikiran Al-Gazali tertuang pada kurikulum 2013 dimana menematkan
kompetensi nilai-nilai religious diatas kompetensi lainnya yang bersifat duniawi.
Sehingga untuk mewujudkan tujuan pendidikan tidak cukup dengan cara menerapkan
sistem pendidikan yang memisahkan antara ilmu-illmu keduniaan dari nilai-nilai dan
sikap religius, juga bukan sistem islam yang konservatif. Tapi, sistem pendidikan yang

6/8
terintegrasi antara nilai-nilai dan sikap religius dan ilmu-ilmu dunia yang hakikatnya
mengkaji kekuasaan Allah. Sehingga mewujudkan sebuah sistem yang bisa membentuk
manusia menjadi khalifah yang dapat menjalankan tugas sesuai dengan kaidah yang baik
dan benar.
2. Ki Hajar Dewantara
Prinsip belajar Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan 3N (Niteni, Nirokake, dan
Nambahi) tertuang dalam proses pembelajaran yaitu apersepsi dan kegiatan inti yang
berupa kegiatan analisis dan pengujian sebuah teori untuk menemukan ilmu
pengetahuan yang baru atau memperbaiki permasalahan yang ada. Pelaksanaan
pendidikan merdeka yang digalakan oleh Ki Hajar Dewantara juga tertuang dalam
pembelajaran yang berupa sama-sama bekerja sama (kolaboratif) dalam penyelesaian
masalah sama untuk membebaskan diri dari kebodohan menuju masyarakat yang
berkompeten. Dari segi kompetensi guru pandangan terhadap kempetensi guru
mengarah pada tut wuri handayani "Ing ngarso sung tulodo, diaman seorang guru harus
menjadi contoh panutan bagi siswanya, Ing madyo mangun karso, adalah tugas seorang
guru dalam membimbing dan meningkatkan hasil belajar siswa, dan Tut wuri handayani,
artinya yang di belakang memberi dorongan, guru berperan sebagai pendorong bagi siswa
untuk meotivasi dan meningkatkan minat belajar siswa. Model pembelajarannya pun
tertuang dalam metede pembelajran yang menekankan pada peenggalian potensi dan
memberikan pengalam sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan berorientasi pada
penemuan suatu teori tau ilmu pengetahuan. Selain itu juga terwudud dalam proses
mengkomunikasikan yang menurut Ki Hajar Dewantara masuk dalam fase pertanggung
jawaban dimana dalam fase ini antar antar individu atau kelompok dalam saling bertukar
pikiran untuk memerkaya pemahaman dan menemukan kesalahan dan melakukan
perbaikan hasil.
4). John Dewey
Konstribusi John Dewey memberikan pandangan pada pendidikan nasional bahwa
pendidikan adalah proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus
dan ini tertuang pada pembelajran dimana pembelajaran harus mampu menghubungkan
materi pembelajran dengan pengalaman sehari-hari. Selanjutnya metode pengajaran
yang diambil dari Dewey adalah metode belajar kelompok (kolaborasi) dalam
penyelesaian masalah. Selain itu menurut Dewey dalam pembelajran harus menggunakan
berbagai pendekatan karena seorang guru tidak menghadapi 1 anak saja dan memiliki
minat dan kemampuan yang beragam, sehingga penyampaian materinya pun harus
variatif. Hal ini tercermin pada model pembelajaran dimana dalam suatu model
pembelajran yang dilakukan guru tidak hanya menggunakan metode ceramah saja
namun juga bisa dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, experiment dan lain-lain.

4). Mohammad Syafei


Pemikiran Mohammad Syafei terhadap pendidikan humanis-religius juga tertuang pada
pendidikan nasional dimana dalam kurikulum pendidikan juga menekankan pendidikan
religius dan hamunis yang tertuang dalam kompetensi sikap (kemanusiaan, kesusilaan,
kerakyatan, emosional) dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan (berperasaan
tajam, halus, estetis). Konsep pendidikan Syafei juga yang paling ditekankan adalah
pendidikan keterampilan dimana mengutamakan kreatifitas siswa dalam dalam

7/8
mengolah sebuah produk untuk menjadi barang yang berguna dalam kehidupan.
Pandangan Syafei ini saya rasa juga salah satu dasar landasan didirikannya sekolah-
sekolah tinggi kesenian dimana Syafei begitu menekankan keterampilan yang
diselesaikan dengan tangan seperti menngambar, sekolah muski dan sekolah-sekolah seni
lainnya. Dalam model pembelajaran penggunaan teori menurut syafei salah satuanya
adalah berfikir dan rasional merupakan gambaran dari kompetensi berfikir kreatif dan
kritis yang saat ini dicanangkan pemerintah. Selalan dengan kompetensi guru menurut
syafei bahwa guru tidak hanya bertugas mengajar materi pelajaran namun harus mampu
mengarahkan pemeblajaran dalam pemecahan masalah.

PERSPEKTIF RELIGI TENTANG HAKIKAT PENDIDIKAN


MAKALAH PERSPEKTIF RELIGI TENTANG HAKIKAT PENDIDIKAN Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Landasan Pedagogi M FURQON NOVIANA PUTRI PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA SPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG OKTOBER, 2017 KATA PENGANTA R DAN UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah , Rabb semesta alam , Pembuat gelap dan
terang, yang menguasai hati, pikiran hingga setiap hembusan nafas, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perspektif Religi Tentang Hakikat
Pendidikan” ini . Shalawat dan salam semoga senantiasa ditujukan bagi Rasulullah,
keluarga, para sahabat dan siapa saja yang meneladani Rasullulah Muhammad S.A.W
dengan baik hingga hari kiamat . Makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diselesaikan untuk memenuhi tugas lendasan pedagogi. Dalam penulisan makalah ini,
penulis banyak me

LANDASAN PSIKOLOGI, SOSIOLOGI, ANTROFOLOGI, DAN SEJARAH


TERHADAP PEDAGOGI.
LANDASAN PSIKOLOGI, SOSIOLOGI, ANTROFOLOGI, DAN SEJARAH TERHADAP
PEDAGOGI. Sumbangan Kajian Antopologi pada Pedagogik Antrpologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hakikat manusia sebagai makluk biologis dan social. Makhluk
biologis adalah makhluk yang memiliki keunikan yang berbeda santara satu sama lain.
Oleh karena itu seorang guru harus memahami keunikan dan penyebab keunikan
tersebut yaitu keluarga, budaya,dan lingkungan siswa. Dengan adanya kajian antropologi
maka seorang guru akan dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, menciptakan
suasana belajar yang kondusif, dan proses pembelajaran yang mengedepankan pada
kompetensi seorang siswa. Dari segi social antrpologi dalam pendidikan menciptakan
suasasna yang sesuai dengan lingkungan sekitar sehingga pembelajaran berbasis budaya
lokal, saling toleransi, eksplorasi lingkungan sekitar dalan lain sebagainya. Sumbangan
Kajian Sosiologi pada Pedagogik Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata
cara manusia da

8/8

Anda mungkin juga menyukai