Anda di halaman 1dari 7

Hakikat Manusia dalam Mendidik Diri dan Pendidikan sebagai Humanisasi

Keiko Dodo Guhal

Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

keikododoguhal@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hakikat manusia adalah sebagai gagasan atau konsep yang mendasari manusia dan eksistensinya
di dunia. Eksistensinya berhubungan dengan masa lalunya untuk menjangkau masa depan untuk
mencapai tujuan dalam hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan dan
pengembangan diri namun, manusia disini belum tuntas mewujudkan dirinya sebagai manusia.
Pendidikan pada dasarnya adalah upaya untuk memanusiakan manusianya. Manusia sudah
dibekali berbagai potensi untuk mampu menjadi manusia. Kemampuannya itu hanya dapat
dilakukan setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaanya dan tidak di bawa
sejak kelahirannya. Pendidikan sebagai proses untuk mengubah sikap dan perilaku manusia.
Manusia memiliki kesadaran dan penyadaran diri yang mampu membedakan dirinya dengan
segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Manusia juga tidak hanya mampu berpikir mengenai diri
dan alam akan tetapi juga sadar dengan pemikirannya. Manusia memiliki Hasrat untuk
mengetahui. Pendidikan juga berfungsi untuk menyadarkan manusia agar manusia mampu
mengenal, melihat dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya. Manusia perlu
mendidik diri karena manusia sebagai mahkluk yang disebut Animal Educable. Manusia yang
bereksistensi harus dapat menjadikan diri itu hakikatnya adalah manusia itu sendiri. Jadi, sebaik
dan sekuat upaya pihak lain atau pendidik kepada peserta didik untuk membantunya menjadi
manusia, akan tetapi apabila peserta didiknya tidak ingin mendidik dirinya sendiri maka upaya
bantuan tersebut tidak akan memberikan kontribusi bagi kemungkinan manusia tadi untuk
menjadi manusia.
Kata kunci: Hakikat Manusia, Mendidik diri, Pendidikan

1. Pengantar

Manusia dalam mengembangkan lainnya, yang dengan sengaja


kemampuan manusiawinya membutuhkan mentransformasi warisan budayanya, yaitu
pendidikan yang nantinya akan berfungsi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-
dalam kehidupannya kelak. Pendidikan keterampilan dari generasi ke generasi.
secara teknis adalah proses yang terjadi di Sebagai suatu proses, pendidikan
dalam masyarakat melalui Lembaga- melibatkan perbuatan belajar itu sendiri;
lembaga pendidikan seperti sekolah, dalam hal ini pendidikan sama artinya
perguruan tinggi dan lembaga-lembaga dengan perbuatan mendidik seseorang atau
mendidik diri sendiri. Pendidikan sendiri mereduksi kepentingan hidup bersama pula.
dijalankan agar manusia mampu Dengan adanya pendidikan maka tugas dan
menumbuhkan seluruh kemampuan tanggung jawab melekat pada masing-
manusia kearah yang lebih positif. masing individu yang menjalaninya.
Pendidikan pada umumnya digunakan Pendidikan tidak berlangsung secara
sebagai proses komunikasi yang terdapat sembarangan akan tetapi dilaksanakan
transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan secara bijaksana. Dalam eksistensinya,
keterampilan yang ada di dalam dan di luar manusia menjalankan tugasnya menjadi
instansi pendidikan yang berlangsung manusia ideal. Manusia yang ideal
sepanjang hayat atau life long process dan merupakan refleksi dari manusia yang
dari generasi ke generasi. Pendidikan itu diharapkan atau yang semestinya. Karena
pada dasarnya berupaya untuk itu, manusia ideal tersebut masih belum
memanusiakan manusia atau humanisasi, terwujudkan akan tetapi dapat diusahakan
maka dari itu perlu adanya pemahaman dengan dapat terwujud.
mengenai hakikat manusia sebagai
Manusia memiliki kemampuan yaitu sadar
landasannya. Agar dapat memfasilitasi
untuk memanusiakan dirinya atau
pendidikan yang mampu memanusiakan
menjadikan diri mereka menjadi manusia
peserta didiknya. Manusia memiliki
ideal tidak ada sejak kelahiran mereka akan
tanggung jawab untuk menyempurnakan
tetapi baru dapat diperoleh seiring dengan
dirinya untuk menjadi sempurna atau
perkembangan manusia itu sendiri menuju
sebagai manusia yang seutuhnya. Manusia
kedewasaanya. Kemampuan itu tidak hanya
akan terus memproses dirinya menjadi
diperoleh dari dirinya sendiri tapi dapat
sempurna dalam hidupnya dan dari situ
didukung dengan adanya pihak lain seperti
makna dari prinsip long life education.
adanya bimbingan, pelatihan, pengasuhan,
Manusia itu sendiri memiliki peran utama
pembelajaran dan lain-lain.
dalam menjalankan pendidikan sebagai
tanggung jawab serta tugasnnya Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi

memanusiakan dirinya yang tidak dapat sudut pandang filsafat antropologi dalam

diwakilkan oleh siapapun (Habermas, 1984: mendidik diri dan pendidikan dalam hakikat

46). Mengenai cara menata hidupm maka manusia. Hal ini penting karena hakikat

pendidikan memiliki makna untuk manusia sebetulnya belum selesai menjadi


manusia yang ideal. Manusia masih dirinya, akan tetapi bukan berarti bahwa ia
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk tidak dapat menentukan jalan hidup setelah
menyempurnakan dirinya sendiri. Melalui kelahirannya dan eksistensinya dalam
pendidikan sebagai media untuk manusia kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan
dapat menyempurnakan diri dan menjadikan dan semua kenyataan itu, akan memberikan
diri mereka sendiri sebagai manusia ideal andil atas jawaban mengenai pertanyaan
tercapai. Dengan adanya pendidikan dengan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam
dasarnya sebagai alat bantu bagi manusia kehidupan yang ia hadapi.
untuk menjadikan mereka manusia yang
Manusia adalah makhluk bertanya, ia
ideal pula.
mempunyai hasrat untuk mengetahui segala
2. Hakikat Manusia sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya,
manusia tidak hanya bertanya tentang
Hakikat manusia berkaitan dengan unsur
berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi
pokok yang membentuknya seperti dalam
juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam
pandangan monoteisme, yang mencari unsur
rentang ruang dan waktu, manusia telah dan
pokok yang menentukan yang bersifat
selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri.
tunggal, yakni materi dalam pandangan
Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai
spiritualisme atau dualism yang memiliki
pendekatan (common sense, ilmiah,
pandangan yang menetapkan adanya dua
filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut
unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak
pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi,
saling menafikan yaitu materi dan rohani ,
psikologi, politik).
yakni pandangan pluralisme yang
menetapkan pandangan pada adanya 3. Manusia sebagai Mahkluk yang
berbagai unsur pokok yang pada dasarnya Dapat Dididik
mencerminkan unsur yang ada dalam marco Manusia butuh dididik dan butuh mendidik
kosmos atau pandangan mono dualis yang diri. Dalam prinsip-prinsip antropologi hal
menetapkan manusia pada kesatuannya dua tersebut mengacu pada konsep hakikat
unsur, ataukah mono pluralisme yang manusia. Terdapat lima prinsip antropologi
meletakkan hakekat pada kesatuannya yang mendasari peluang manusia untuk
semua unsur yang membentuknya. Manusia dapat dididik yaitu: 1.) Prinsip potensialitas,
secara individu tidak pernah menciptakan 2.) prinsip dinamika, 3.) prinsip
indivisualitas, 4.) prinsip sosialitas, dan 5.) menjadi dirinya sendiri. Karena itu,
prinsip moralitas. Dalam prinsip individualitas mengimplikasikan bahwa
potensialitas, pendidikan memiliki tujuan manusia akan dapat dididik.
agar individu dapat menjadi manusia yang Prinsip Sosialitas
ideal. Manusia ideal disini antara lain adalah Pendidikan secara langsung dalam interaksi
menjadikan manusia ini sempurna dalam atau komunikasi antar sesame manusia.
kehidupan seperti bermoral/berakhlak Pengaruh pendidikan melalui interaksi atau
mulia, cerdas, berperasaan, berkemauan, komunikasi disampaikan oleh pendidik dan
mampu berkarya dan sebagainya. diterima oleh peserta didik. Dengan itu
Prinsip Dinamika manusia pada hakikatnya adalah mahkluk
Dilihat dari sisi pendidik, pendidikan sosial, manusia hidup bersama dengan
diupayakan dalam rangka membantu sesamanya. “Sangatlah bermanfaat apabila
manusia untuk menjadi manusia yang ideal. hubungan bersosial dan antara kebudayaan
Manusai itu sendiri memiliki dinamika ntuk dan masyarakat dilihat dalam atrial
menjadi manusia yang idea;. Manusia selalu dialeklitis, di mana yang satu aktif dan yang
aktif dalam aspek fisiologik maupun lain, pasif, yang satu mempengaruhi yang
spiritualnya. Manusia juga selalu lain dipengaruhi untuk membangun suatu
menginginkan dan mengejar segala hal yang komunitas yang hidup” (Burke, 1993:184).
lebih dari apa yang telah dicapainya. Dalam menjalani kehidupan bersama, hal ini
Manusia mencoba untuk mengatualisasikan akan ada hubungan timbal balik di mana
diri agar menjadi manusia ideal, dalam setiap individu akan menerima pengaruh
rangka interaksi atau komunikasinya secara dari individu yang lainnya. Maka dari itu,
horizontal maupun vertical. Karena itu, sosisalitas merupakan salah satu alasan
dinamika manusia memaksudkan bahwa bahwa manusia itu dapat dididik.
manusia itu dapat dididik. Prinsip Moralitas
Prinsip Individualitas Pendidikan itu sifatnya normatif, maka
Pendidikan akan berupaya membantu dapat diartikan kalau pendidikan
manusia untuk diarakan agar manusia dapat dilaksanakan berdasarkan sistem norma dan
menjadi dirinya sendiri. Disisi lain, manusia nilai tertentu. Selain itu, pendidikan juga
merupakan individu yang subyektivitas, bertujuan agar manusia memiliki ahklak
bebas dan aktif dalam berupaya untuk yang mulia. Agar manusia dapat berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma pada satu tahap perkembangan saja,
yang bersumber dari agama, masyarakat, melainkan harus dilaksanakan sepanjang
dan budayanya. Di sisi lain, manusia hayat. Pendidikan tidak cukup dilaksanakan
berdimensi moralitas, manusai mampu di dalam salah satu lingkungan pendidikan
membedakan yang baik dan juga yang saja, melainkan di berbagai lingkungan
buruk. Sebab itu, dimensi moralitas disini pendidikan. Selain itu, materi dan caracara
dapat menjadi alasan bahwa manusia dapat (metode) pendidikannyapun perlu dipilih
dididik. atas dasar asumsi tentang hakikat manusia
4. Pendidikan sebagai Humanisasi dan tujuan pendidikan yang diturunkan
kepadanya. Pendidikan adalah upaya
Tugas dan tujuan hidup manusia adalah
menuntun anak sejak lahir untuk mencapai
membangun atau "mengadakan" dirinya
kedewasaan jasmani dan rohani, dalam
mendekati manusia ideal. Inilah yang dalam
interaksi alam beserta lingkungan sekitar
filsafat disebut self-realization (realisasi-
tempat dia berada. Pendidikan secara umum
diri). Realisasi-diri erat hubungannya
bertujuan membantu manusia menemukan
dengan pandangan tentang hakikat manusia,
akan hakikat kemanusiaannya. Maksudnya,
yang dapat kita pelajari dengan bersumber
pendidikan harus mampu mewujudkan
dari agama atau filsafat. Dengan bersumber
manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi
dari filsafat, hendaknya kita maklumi bahwa
melakukan proses penyadaran terhadap
"manusia menjadi manusia yang sebenarnya
manusia untuk mampu mengenal, mengerti,
jika dapat merealisasikan hakikatnya secara
dan memahami realitas kehidupan yang ada
total" (Henderson, 1959). Manusia bertugas
di sekelilingnya. Dengan adanya
dan bertujuan untuk menjadi manusia,
pendidikan, diharapkan manusia mampu
sedangkan manusia dapat menjadi manusia
menyadari potensi yang ia miliki sebagai
hanya melalui pendidikan. Dalam konteks
makhluk yang berpikir. Pendidikan dalam
ini maka pendidikan dapat didefinisikan
bentuk formal adalah pengajaran, yakni
sebagai humanisasi (upaya memanusiakan
proses transfer pengetahuan atau usaha
manusia), yaitu suatu upaya dalam rangka
mengembangkan dan mengeluarkan potensi
membantu manusia (peserta didik) agar
intelektualitas dari dalam diri manusia.
mampu hidup sesuai dengan martabat
Intelektualitas dan pengetahuan itu pun
kemanusiaanya. Demi pencapaian tujuan
belum sepenuhnya mewakili diri manusia.
ini, pendidikan tidak hanya berlangsung
Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya rohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar
sekedar transfer of knowledge atau akan diri dan lingkungannya, mempunyai
peralihan ilmu pengetahuan semata, akan berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan
tetapi dengan adanya pendidikan diharapkan tujuan hidup. Hakikat manusia adalah
peserta didik mampu mengetahui dan makhluk yang memiliki tenaga dalam yang
memahami eksistensi dan potensi yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
mereka miliki. Di sinilah akhir dari tujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
pendidikan, yakni melakukan proses Individu yang memiliki sifat rasional yang
“humanisasi” (memanusiakan manusia) bertanggung jawab atas tingkah laku
yang berujung pada proses pembebasan. Hal intelektual dan sosial. Manusia yang
ini berangkat dari asumsi bahwa manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
dalam sistem dan struktur sosial mengalami positif mampu mengatur dan mengontrol
dehumanisasi karena eksploitasi kelas, dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
dominasi gender, maupun hegemoni budaya Kedua, Terdapat 3 asas antropologis yang
lain. Oleh karena itu, pendidikan merupakan mengimplikasikan bahwa manusia perlu
sarana untuk memproduksi kesadaran dalam dididik dan mendidik diri, yaitu (1) manusia
mengembalikan kemanusiaan manusia, dan adalah makhluk yang belum selesai menjadi
dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk manusia, (2) tugas dan tujuan manusia
membangkitkan kesadaran kritis sebagai adalah menjadi manusia, dan (3) bahwa
prasyarat upaya untuk pembebasan. perkembangan manusia bersifat terbuka.
Dalam pernyataan manusia perlu dididik
5. Penutup
dan mendidik diri tersirat makna bahwa
Bagian penutup ini berisi beberapa manusia dapat dididik. M.J. Langeveld
kesimpulan. Beberapa kesimpulan utama menyebutnya sebagai Animal Educable.
dapat diungkapkan sebagai berikut; Terdapat 5 asas antropologis yang
Pertama, Hakikat manusia adalah mengimplikasikan kemungkinan manusia
seperangkat gagasan atau konsep yang untuk dapat dididik, yaitu (1) asas
mendasar tentang manusia dan makna potensialitas, (2) asas sosialitas, (3) asas
eksistensi manusia di dunia. Berkenaan individualitas, (4) asas moralitas, dan (5)
dengan "prinsip adanya" (principe de 'ere) asas dinamika. Ketiga, Pendidikan dapat
manusia. Manusia adalah kesatuan badani- didefinisikan sebagai humanisasi atau upaya
memanusiakan manusia, yaitu suatu upaya Habermas, Jurgen, (1984). The Theory of
membantu manusia untuk dapat Communicative Action.Volume One:
bereksistensi sesuai dengan martabatnya Reason and the Rationalization of Society
sebagai manusia. Manusia menjadi manusia (terjemahan T. McCarthy), Boston: Beacon
yang sebenarnya jika manusia mampu Press.
merealisasikan hakikatnya secara total maka
Henderson, S. v. P., (1959), Introduction to
pendidikan hendaknya merupakan upaya
Philosophy of Education, The University of
yang dilaksanakan secara sadar dengan
Chicago Press, Chicago.
bertitik tolak pada asumsi tentang hakikat
manusia. Kewuel, H. K., Antropologi, P. S., Budaya
F. I., Brawijaya, U., & Antropologi, F.
Daftar Pustaka (n.d.). SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL DAN KURIKULUM, 49–59.
Abidin, Zainal. (2006). Mengenal Manusia
Manusia, H. (n.d.). Hakikat Manusia dan
dengan Filsafat. Bandung: PT Rosda
Pendidikan, 1–43.
Remaja.
Muchtar, O, (Penyunting), (1991), Dasar-
Burke, P. (1993). History and Social Theory. Dasar Kependidikan, IKIP Bandung.
Ithaca. New York: Cornell University Press.
Pendidikan, L., & Pendidikan, M. D. A. N.
Butler, J. D., (1957), Four Philosophies and (2010). Landasan pendidikan, manusia dan
Their Practice in Education and Religion, pendidikan, 3–51.
Harper & Brothers Publishers, New York. Poespowardojo, S. dan Bertens, K. (1983).
Sekitar Manusia: Bunga Rampai tentang
Filsafat, A. P., & Yunanilah, D. (1995). No
Title, 1–85. Filsafat Manusia. Jakarta: Gramedia.

Gutek, Gerald L. (1988). Philosophical and Syaiyidain, K.G. (1954). Iqbal's


ideological perspectives on education. New Educational Philosophy. Lahore: Shaik
Jersey: Prentice Hall Inc. Muhammad Ashraf, Kasmiri Bazar.

Anda mungkin juga menyukai