Anda di halaman 1dari 17

PANDANGAN PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA SEBAGAI

ANIMAL EDUCANDUM
PANDANGAN PENDIDIKAN
TENTANG MANUSIA SEBAGAI ANIMAL
EDUCANDUM
Pendahuluan
Berbicara mengenai pendidikan, berarti membahas perkembangan peradaban manusia.
Pendidikan membentuk manusia menjadi manusia tranformatif yang selalu menuju perubahan
hidup ke arah yang lebih baik.

Definisi pendidikan itu sendiri dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit
pendidikan adalah sekolah, yaitu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Definisi pendidikan secara luas diartikan sebagai pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Meskipun pendidikan dapat diartikan secara sempit maupun luas, tetapi pendidikan hanya
memiliki satu sasaran yaitu manusia. Manusia berbeda dengan mahluk-mahluk lainnya, manusia
memiliki empat dimensi yang tidak dimiliki mahluk lainnya yaitu:
1. Dimensi keindividualan.
2. Dimensi kesosialan.
3. Dimensi kesusilaan.
4. Dimensi Keberagaman

Manusia adalah subjek utama dari pendidikan, yaitu individu yang berperan sebagai pelaku
langsung untuk melakukan pengalaman belajar dalam lingkungannya. Pada dasarnya manusia
kerapkali disamakan dengan hewan. Bahkan para ahli pendidikan memandang manusia
sebagai animal educandum, yaitu mahluk yang memerlukan pendidikan.

Manusia tidak dapat disamakan dengan hewan. Manusia dilahirkan sebagai mahluk yang tidak
berdaya, yang tidak memiliki insting untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Namun, manusia dapat dididik dalam suatu proses belajar yang membutuhkan waktu lama untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, atau yang dikenal dengan pendidikan.

Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan, pada umumnya hewan tidak dapat
dididik melainkan hanya dilatih melalui pemberian tekanan-tekanan, artinya latihan untuk
mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis/tidak berubah.

Pada dasarnya terdapat dua alasan dasar mengapa manusia itu harus
dididik/mendidik. Alasan pertama adalah dasar biologis dan alasan kedua adalah dasar sosio-
antropologis. Dasar biologis mengemukakan bahwa manusia lahir dengan kondisi yang tidak
dilengkapi dengan instink sempurna untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, manusia
perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan bersaing dalam lingkungan, serta pendidikan
itu dimulai ketika manusia sudah mencapai penyesuaian jasmani.

Dasar biologis ini memberikan implikasi manusia memerlukan bantuan manusia dewasa
untuk memberikan perlindungan dan perawatan sebagai masa persiapan pendidikan, serta manusia
dewasa yang tidak berhasil dididik perlu melakukan reedukasi. Dasar sosio-antropologis
mengemukakan bahwa peradaban tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dimiliki oleh setiap
anggota masyarakat.

Dasar ini memberikan implikasi terhadapa keharusan dalam pendidikan, yaitu diperlukan
transformasi dari organisme biologis ke organisme berbudaya, diperlukan juga transmisi dan
internalisasi budaya.

Selanjutnya, juga terdapat dua alasan dasar mengapa manusia itu dapat dididik/mendidik.
Menurut dasar biologis anak dilahirkan tidak berdaya tetapi mempunyai potensi untuk berubah,
dasar inilah yang memberikan implikasi dalam pendidikan untuk dapat mendidik anak.

Dasar psiko-sosio-antropologis mengemukakan bahwa keragaman dan kelebihan individu


memberikan implikasi terhadap pendidikan, dimana terdapat saling pengauh-mempengaruhi
dalam mendidik. Manusia yang memiliki kelebihan dapat memberi bantuan kepada manusia
lainnya yang membutuhkan.

Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan diri


dengan kondisi lingkungannya. Pendidikan mengenalkan manusia pada ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan kata lain, melalui pendidikan manusia dapat mengoptimalkan potensi yang ada
dalam dirinya.

A. KEHARUSAN PENDIDIKAN: MENGAPA MANUSIA HARUS DIDIDIK/MENDIDIK


 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PERLU DIDIDIK
Dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal. Sosok manusia
ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut
belum terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan (prinsip idealitas).
Manusia memang tetah dibekali berbagai potensi untuk mampu menjadi manusia, misalnya:
potensi uniuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk dapat berbuat baik,
potensi cipta, rasa, karsa, Namun demikian setelah kelahirannya, bahwa potensi itu mungkin
terwujudkan, kurang terwujudkan atau tidak terwujudkan. Manusia mungkin berkembang sesuai
kodrat dan martabat kemanusiaannya (menjadi manusia), sebaliknya mungkin pula ia berkembang
ke arah yang kurang atau tidak sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya (kurang dan
atau tidak menjadi manusia). Dengan demikian perkembangan kehidupan manusia tersebut
merupakan sifat yangterbuka atau serba mungkin. Inilah prinsip posibilitas/ prinsip aktualitas.
Manusia belum biasa selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi
manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu
dididik dan mendidik diri.
Menurut Kant dalam teori pendidikannya(Henderson, 1959). "Manusia dapat menjadi
manusia hanya melalui pendidikan", Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J.
Langeveldyang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal
Educandum (M.J.Langeveld, 1980).
 . MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG DAPAT DI DIDIK
1. Prinsip Potensialitas.

Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal.


2. Prinsip Dinamika.
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam rangka membantu manusia
(peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Dipihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik)
memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik dalam aspek
fisiologik maupun spiritualnya. la selalu menginginkan dan mengajar segala hal yang lebih dari
apa yang telah ada atau yang telah dicapainya. la berupaya untuk meng-aktualisasi-kan diri agar
menjadi manusia ideal, baik dalam rangka interaksi/ komunikasinya secara horizontal maupun
vertikal. Karena itu dinamika manusia mengimplementasikan bahwa ia akan dapat di didik.
3. Prinsip Individualitas
Praktek pendidikan merupakan upaya membantumanusia (peserta didik) yang antara lain
diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya sendiri. Disisi lain, manusia (peserta didik) adalah
individu yang memiliki dirinya sendiri (subyektivitas). bebas dan aktif berupaya untuk menjadi
dirinya sendiri.
4. Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi) antar sesama manusia
(pendidik dan peserta didik). Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan
pendidik dan diterima peserta dididik. Dengan demikian Hakikat manusia adalah makhluk
sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini
akan terjadi huhungan pengaruh imbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh
dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas mengimplementasikan bahwa manusia akan
dapat dididik.
5. Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem norma dan nilai
tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia, agar manusia
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat
dan budayanya. Dipihak lain, manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan mana
yang baik dan yang jahat. Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan
dapat dididik.
M.J. Langeveld (1980) Menyimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik, ini memberikan
identitas kepada manusia sebagai "Animal Educabile".

1. Dasar biologis

Pendidikan adalah perlu karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya.


a. Anak manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna
b. Anak manusia perlu masa belajar yang panjang
c. Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani atau mencapai
kebebasan fisik dan jasmani.

2. Implikasi
a. Anak manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia lainnya yang telah dewasa akan tidak
menjadi manusia yang berbudaya atau bahkan mati
b. Anak memerlukan perlindungan dan perawatan, sebagai masa persiapan pendidikan.
c. Kemampuan pendidikan terbatas
d. Orang dewasa yang tidak behasil dididik perlu pendidikan kebali

3. Dasar sosio-antropologis
Peradaban tidak terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh setiap anggota masyarakat.
a. Setiap anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa warisan
sosial/budaya.
4. Implikasi
a. Diperlukan transformasi dari organisme biologis ke organisme yang berbudaya
b. Diperlukan transmisi budaya
c. Diperlukan internalisasi budaya, dll.

B. KEMUNGKINAN PENDIDIKAN: MENGAPA MANUSIA DAPAT


DIDIK/MENDIDIK

1. Dasar biologis
Anak dilahirkan tak berdaya tapi mempunyai potensi untuk berubah.
a. Anak bersifat lentur
b. Anak mempunyai otak
c. Mempunyai pusat syaraf.

2. Implikasi
a. Anak dapat menerima bantuan yang tertuju pada dapat belajar
b. Pendidikan = penyesuaian yang sempurna dari organisme biologis terhadap lingkungannya.

3. Dasar psiko-sosio-antropologis
Keragaman dan kelebihan individu
a. Individu adalah unik, berbeda-beda, ada kelebihan dan kekurangannya
b. Ada perbedaan penguasaan budaya
c. Animal sociale, sehingga ada usaha saling tolong menolong.

4. Implikasi
a. Terjadi saling pengaruh mempengaruhi, yang mempunyai kelebihan dapat memberi bantuan
kepada orang lain yang memerlukan.
b. Orang dapat menjadi pendidik karena panggilan jiwa (pendidik alami), perjanjian (pendidik
profesional).

C. BATAS-BATAS KEMUNGKINAN PENDIDIKAN


A. Batas-Batas Pendidikan

1. Pengertian Batas-Batas Pendidikan


batas-batas pendidikan yang dimaksud disini adalah hal-hal yang menyangkut masalah
kapan pendidikan dimulai dan bilamana pendidikan berakhir. Langeveld menyatakan bahwa saat
kapan pendidikan dimulai disebut batas bawah dari pendidikan dan kapan pendidikan itu berakhir
disebut batas akhir dari pendidikan, yaitu saat mana anak telah sadar mengenal kewibawaan.[1][1]

“Carilah ilmu dari buaian sampai lliang lahat”


Dan juga pernah kita temukan satu istilah dalam bahasa Inggris yang menyatakan : “long
live education” yang artinya pendidikan seumur hidup.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai segera
setelah anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia. Sepanjang ia mampu
menerima pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.
Namun dalam mengalami proses pendidikan, manusia akan mendapat pendidikan, dimana akan
terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.[2][2]

2. Bagaimana pendidikan itu di mulai?


Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan
nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak di lahirkan, sedangkan pendidikan yang
sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat
“drestur” belum bersifat murni. Sebab pada pendidikan murni di perlukan adanya kesadaran
mental dari si terdidik.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak di tuntut pengertian bahwa ia harus
memahami apa yang di kehendak oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang
diajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat di katakan bahwa ciri utama dari pendidikan
yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik. [3][3]
Menurut Al-Abdori menyatakan bahwa anak mulai di didik dalam arti yang
sesungguhnyasetelah berusia 7 tahun. Oeh karena itu beliau mengkritik orang tua yang
menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda, waktu sebelum 7 tahun.[4][4]
Dari segi psikologi, usia 3 - 4 tahun dikenal sebagai “masa perkembangan” atau masa
krisis”. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus
merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Artinya, disaat itulah
terbuka peluang kearah kesediaan menerima yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki
“kesadaran batin” atau motivasi dalam prilakunya. Di sini pula di mulai terbuka penyelenggaraan
pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak
dalam perilakunya kea rah tujuan-tujuan pendidikan.
3. Bila Pendidikan itu Berakhir?
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan akan berlangsung untuk
terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkitan erat dengan kesukaran menentukan masa kematangan.
Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal lain
kadang-kadang masih tetap menunjukkan sikap kekanak-kanakan. Misalnya, dalam bidang
keterampilan tertentu seseorang anak telah memiliki pandangan-pandangan yang mandiri, tetapi
dalam bidang sikap kedewasaannya sama sekali tidak tampak.
Sehubungan dengan itu, perulah suatu kehati-hatian kalau juga ingin mengatakan bahwa
sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidkan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah.
Titik akhir bersifat principal dan tercapai bila seorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan
secara mantap mengembangkan serta melaksanak rencana sesuai dengan pandangan hidupnya. Ia
telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang menerpa kehidupan batiniahnya dengan
berpegang dan mengembalikanya kepada dasar-dasar pedoman dan pegangan hidup yang kokoh.
Dan ia tampak telah memiliki watak yang relative tetap dalam bangunan kepribadiannya.
Kenyataan kedewasaan terutama menunjuk kepada kemampuannya untuk menguasai diri,
senantiasa menjadi “tuan” bagi dirinya sendiri, memimpin dan memperbaiki diri sendiri atau
dengan kata lain, mampu mendidik diri sendiri.[5][5]

B. Aliran-Aliran dalam Pendidikan


 . Empirisme
Para ahli yang megikuti pendirian empirisme mempunyai pendapat yang langsung
bertentangan dengan aliran nativisme. Kalau pengikut aliran nativisme berpendapat bahwa
perkembangan itu semata-mata tergantung pada factor dasar, maka pengikut-pengikut aliran
empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada factor lingkungan
sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama dari aliran ini adalah john
locke, yang pendapatnya telah diuraikan dimuka. Selanjutnya liran ini sangat besar pengaruhnya
di amerika serikat, dimana banyak para ahli yang walaupun secara eksplisit menolak peranan dasar
itu, namun karena dasar itu sukar untuk ditentukan, maka praktis yang dibicarakan hanyalah
lingkungan, dan sebagai konsekuensinya juga hanya lingkunganlah yang masuk percaturan.[6][8]
Aliran empirisme ini juga dipandang sebagai aliran yang sangat optimis terhadap pendidikan,
sebab aliran ini hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh darri lingkungan.
Adapun kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan keberhasilan
seseorang. Aliran ini masih menganggap manusia sebagai makhluk yang pasif, mudah dibentuka
atau direkayasa, sehingga dunia pendidikan dapat menentukan segalanya. Apakah kiranya aliran
empirisme ini memang tahan uji? Jika sekiranya konsepsi ini memang betul-betul benar, maka kita
akan dapat menciptakan manusia ideal sebagaimana kita cita-citakan asal kita dapat menyediakan
kondisi-kondisi yang diperlukan untuk itu. Tetapi kenyataan yang kita jumpai menunjukkan hal
yang berbeda dari apa yang kita gambarkan itu. Banyak anak-anak orang kaya atau orang yang
pandai mengecewakan orang tuanya karena kurang berhasil di dalam belajar, walaupun fasilitas-
fasilitas bagi mereka itu sangat luas. Sebaliknya banyak juga kita jumpai anak orang-orang yang
kurang mampu sangat berhasil didalam belajar, walaupun fasilitas-fasilitas yang mereka perlukan
sangat jauh dari mencukupi.jadi, aliran empirisme ini juga tidak tahan uji dan tidak dapat kita
pertahankan.

1. Empirisme (realisme, behaviorisme, eksperimentasisme)


a. Pendidikan adalah berkuasa
b. Tidak ada pembawaan
2. Implikasi
a. Pendidikan berpusat pada pendidik
b. Pendidikan = pembentukan
c. Pendidikan = rekayasa pola tingkah laku
.

 Naturalisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu
semata-mata ditentukan oleh faktor- faktor yang dibawa sejak lahir (natus artinya lahir), jadi
perkembangan individu itu semata-mata tergantung kepada dasar . tokoh utama aliran ini adalah
achopenhauer, dalam artinya yang terbatas dapat kita masukkan dalam golongan ini
plato,Descartes, Lombroso, dan pengikut-pengikut lainnya. Para ahli yang mengikuti pendirian ini
biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan manunjukkan berbagai kesamaan atau
kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka
kemungkinan besar adalah bahwa anaknya juga akan menjadi ahli musik.
Pendidikan yang tidak sesuai bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak itu sendiri. Singkatnya, aaliran nativisme menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga factor lingkungan, termasuk factor pendidikan kurang berpengaruh dalam
pendidikan anak. Karena yang berpengaruh menurut aliran ini adalah pembawaan
Apa yang telah dikemukakan diatas itu jika dipandang dari segi ilmu pendidikan tidak dapat
dibenarkan. Sebab jika benar segala sesuatu itu tergantung pada dasar, jika pengaruh lingkungan
dan pendidikan dianggap tidak ada, maka konsekuensinya kita tutup aja semua sekolah, sebab
sekolah tidak mampu mengubah anak yang membutuhkan pertolongan. Akan tetapi hal demikian
itu justru berrentangan dengan kenyataan yang kita hadap, karena sudah ternyata sejak zaman
dahulu hingga sekarang orang mendidik generasi muda, karena pendidikan itu adalah hal yang
dapat, perlu, bahkan harus dilakukan.
Jadi jelaslah bahwa menurut teori ini anak tumbuh dan berkembang tidak dipengaruhi oleh
lingkungan pendidikan sekitar, baik lingkungan sekitar yang ada sehari-hari maupun lingkungan
yang direkayasa oleh orang dewasa yang disebut pendidikan karena setiap anak akan bearkembang
sesuai pembawaannya.

1. Naturalisme (idealisme, thomisme, humanisme)


a. Pendidikan tidak atau kurang berkuasa
b. Anak lahir dengan membawa bakat yang baik

2. Implikasi
a. Pendidikan berpusat pada anak (terdidik)
b. Pendidikan = pemekaran potensi
c. Pendidikan = belajar

 . Konvergensi
Konvergensi artinya titik pertemuan. Pelopor aliran konvergensi adalah William stern
(1871-1939), seorang ahli jiwa berkembangsaan jerman, ia mengatakan bahwa seseorang terlahir
dengan pembawaan baik dan juga dengan pembawaan buruk, ia mengakui bahwa proses
perkembangan anak baik factor pembawaan maupun factor lingkungan sama-sama mempunyai
peranan yang sangat penting.
Aliran ini menyampaikan bahwa bakat yang di bawa waktu lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya
lingkungan yang baikpun sulit mengembangan potensi anak secara optimal apabila tidak terdapat
bakat yang diperlukan bagi perkembangan yang diharapkan anak tersebut, dengan demikian
paham ini mengabungkan antara pembawaan sejak lahir dan lingkungan yang menyebabkan anak
mendapatkan pengalaman. William stern menjelaskan pemahamannya tentang pentingnya
pembawaan dan lingkungannya itu dengan perumpamaan dua garis yang menuju kesatu titik
temuan. Oleh karena itu, Teorinya dikenal dengan sebutan konvergensi (konvergen berarti
memusat kesatu titik).[7][12]
5. Developmentalisme, teori konvergensi, realism kritis
a. Pendidikan berpengaruh tapi terbatas
b. Anak lahir dengan membawa bakat yang perlu dirangsang agar berkembang lebih canggih
6. Implikasi
a. Pendidikan berpusat pada relasi antara pendidik dengan si terdidik atau situasi pendidikan
b. Pendidikan = kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam situasi khusus.

D. KEKELIRUAN-KEKELIRUAN PENDIDIKAN
1. Batasan
a. Mendidik yang baik adalah yang berhasil membantu individu dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu hidup.
b. Kekeliruan-kekeliruan mendidik adalah bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak
benar dan/atau cara pencapaiannya tidak tepat. Kekeliruan mendidik dapat dibedakan dalam dua
bentuk yaitu kekeliruan idiil mendidik dan kekeliruan teknik mendidik.
2. Kekeliruan idiil mendidik
a. Bentuk
Bentuknya berupa kegiatan pendidikan patologis atau demagogis, yaitu kegiatan ” pendidikan”
yang salah tujuannya .
b. Akibat dan penanggulangannya
Pendidikan patologis atau demagogis apabila berhasil, akan melahirkan orang-orang yang cacat
moral atau amoral, yang mempunyai watak ingin merusak kehidupan manusia atau berbuat
kemungkaran. Menghadapi orang yang demikian harus dilakukan reedukasi atau mendidik
kembali.
3. Kekeliruan teknis mendidik
a. Bentuk
Bentuknya berupa kegiatan pendidikan yang salah teknis pelaksanaannya, yaitu kesalahan dalam
cara memilih dan menggunakan alat pendidikan (kegiatan mendidik dan penciptaan
situasi/lingkungan pendidikan).kekeliruan teknis mendidik mencakup:
(1) kekeliruan cara mendidik misalnya mendidik dengan cara memanjakan atau murah ganjaran.
(2) kekeliruan ekologis atau menciptakan lingkungan hidup yang kurang mendukung pencapaian
kedewasaan misalnya penyiaran TV dengan penuh kekerasan atau pornografi.
b. Akibat dan penanggulangannya
Pendidikan salah teknis berakibat pendidikan tidak menjadi efektif, efisien, dan relevan.
Kekeliruan teknis dapat berakibat penguasaan pengetahuan/keterampilan yang keliru dan
gangguan emosional seperti rendah diri, sombong, keras kepala. Penanggulangan terhadap akibat-
akibat kekeliruan-kekeliruan teknis dapat dilakukan dengan jalan memperbaiki cara-cara mendidik
dan lingkungan hidup, serta memberikan bimbingan dan penyuluhan yang tepat.
PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU
SISTEM
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Adapun tujuan
pendidikan secara umum adalah membawa anak kearah tingkat kedewasaan. Suatu pendidikan menyangkut
tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Pendidikan
merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan menduduki posisi
penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang sangat menentukan nasib bangsa. Dunia pendidikan tidaklah sebatas mengetahui ilmu dan
memahaminya, akan tetapi dalam dunia

pendidikan sangat berhubungan dengan dunia luar yang nyata. Pendidikan terdiri dari berbagai
elemen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama, dari hal itu dapat disebut
bahwa pendidikan sebagai suatu sistem Pendidikan sebagai suatu sistem tidak dapat dipisahkan dengan
lingkungan baik fisik maupun makhluk hidup yang lain, karena pelajaran tidak hanya didapat dari pelajaran
sekolah ataupun lembaga pendidikan formal, namun pendidikan juga membutuhkan pelajaran dari alam
atau lingkungan sekitar.
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik
itu ( antara lain : bakat, minat, kemampuan dan keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan terkait
berbagai hal, seperti : pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar lain-lain. Sedangkan
hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar ( yang pengetahuan, sikap dan keterampilan ) setelah
selesainya suatu proses mengajar tertentu.

Pengertian sistem
Sistem berasal bari bahasa Yunani systema, yang berarti sehimpunan bagan atau komponen yang
saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan . Istilahsistem adalah suatu konsep
yang abstrak. Defnisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur
yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan.
Sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi fingsional yang memperoleh
masukan menjadi keluaran. Kesamaan lain dapat dilihat melalui ciri-cirinya sebagaimana disebutkan dalam
buku akta mengajar V Depdikbud, 1984) yang meliputi :
a. adanya tujuan
b. adanya fungsi untuk mencapai tujuan
c. ada bagian komponen yang melaksanakan rungsi-fungsi tersebut
d. adanya interaksi antara komponen satu saling hubungan
e. adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
f. adanya proses transformasi
g. adanya proses umpan balik untuk perbaikan
h. adanya daerah batasan dan lingkungan.

Teori sistem (karakteristik dan model)


Teori Sistem yaitu suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen / sub elemen / sub system
yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Konsep system digunakan untuk menganalisis perilaku dan
gejala sosial dengan berbagai system yang lebih luas maupun dengan sub system yang tercakup di
dalamnya. Contohnya adalah interaksi antar keluarga disebut sebagai system, anak merupakan sus system
dan masyarakat merupakan supra system, selain kaitannya secara vertikal juga dapat dilihat hubungannya
secara horizontal suatu system dengan berbagai system yang sederajat. Dalam pandangan Talcott Parsons,
masyarakat dan suatu organisme hidup merupakan system yang terbuka yang berinteraksi dan saling
mempengaruhi dengan lingkungannya. System kehidupan ini dapat dianalisis melaui dua dimensi yaitu :
interaksi antar bagian-bagian / elemen-elemen yang membentuk system dan interaksi / pertukaran antar
system itu dengan lingkungannya. Talcott Parsons membangun suatu teori system umum / Grand Theory
yang berisi empat unsure utama yang tercakup dalam segala system kehidupan, yaitu : Adaptation, Goal
Attainment, Integration dan Latent Pattern Maintenance. Talcott Parsons mengemukakan teori sebagai
berikut:
Sitem Sosial
Sistem Budaya ==> Individu ==> Perilaku

Karakteristik Sistem yaitu :

§ Keseluruhan bersifat primer,bagian-bagian bersifat sekunder


§ Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara bagian-bagian
§ Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan
§ Bagian-bagian memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan

Pendidikansebagai suatu system

Pendidikan merupakan sebuah sistem yaitu komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan suatu keseluruhan, dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan kapada yang
membutuhkan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu usaha
pendidikan menyangkut tiga unusur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur
hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta
didik itu (antara lain bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani,). Dalam proses pendidikan terkait
berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain,
sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih besar,
hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah) tertentu.
Pendidikan sebagai sutu sistem dapat di lihat dari 2 hal :
1. Sistem pendidikan secara mikro
Secara mikro, pendiddikan dapat di lihat pada beberapa komponen pokok yaitu :

 Tujuan
 Bahan
 Pendidik
 Peserta didik
 Proses
 Hasil
 Balikan

2. Sistem pendidikan secara makro


Secara makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas :
a) Masukan (input), ada 4 jenis masukan pendidikan, yaitu :
ü Sistem nilai dan pengetahuan, misalnya falsafah negara, tujuan pendidikan nasional, dan sebagainya.
ü Sumber daya manusia, termasuk di dalamnya masyarakat, peserta didik, pendidik dan sebagainya.
ü Masukan instrumental seperti, perangkat kurikulum, panduan, dan silabi.
ü Masukan sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan sarana pendidikan yang harus di siapkan.

b) Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan denganproses belajar mengajar atau prose pembelajaran di
sekolah atupun di luar sekolah, dalam komponen proses ini termasuk di dalamnya telaah kegiatan belajar
dengan segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah kegiatan pembelajaran yang di
lakukan pendidik dalam kerangka memberi kemudahan kepada peserta diddik untuk terjadinya proses
pembelajaran.
c) Keluaran (output ), hasil yang di peroleh pendidikan bukan hanya terbentuknya pribadi lulusan/ peserta
didik yang memiliki pengethuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan yang di harapkan dalam tujuan
yang ingin di capai.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu
sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan,
struktur atau jenjang, kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.
PH Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan sebagai berikut:
1) Tujuan dan Prioritas adalah fungsi mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan informasi apa yang hendak
dicapai oleh sisitem pendidikan dan urutan pelaksanaanya
2) Peserta didik adalah fungsinya belajar diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku
sesuai dengan tujuan sistem pendidikan
3) Manajemen atau pengelolan adalah fungsinya mengkoordinasi, mengarahkan dan menilai sistem
pendidikan
4) Struktur dan jadwal waktu adalah mengatur pembagian waktu dan kegiatan
5) Isi dan bahan pengajaran adalah mengambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai
peserta didik.
6) Guru dan pelaksanaan adalah menyediakan bahan pelajaran dan menyelengarakan proses belajar untuk
peserta didik
7) Alat bantu belajar adalah fungsi membuat proses pendidikan yang lebih menarik dan bervariasi
8) Fasilitas adalah fungsinya untuk tempat terjadinya proses pembelajaran
9) Teknologi adalah fungsi memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan
10) Pengawasan mutu adalah fungsi membina peraturan dan standar pendidikan
11) Penelitian adalah fungsi memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan
12) Biaya adalah fungsinya memperlancar proses pendidkan
Menurut UU republik Indonesia no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan , pengajaran, atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula digambarkan dalam bentuk model dasar input-output
berikut ini : “Segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperan dalam proses pendidikan disebut
masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber masukan pendidikan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pendidikan diantaranya: filsafat negara, agama, sosial, kebudayaan,
ekonomi, politik, dan demografi. Ketujuh faktor ini merupakan supra sistem pendidikan.
Jadi, pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama, terikat, dan tertenun di dalam supra sistemnya yang
terdiri dari tujuh sistem tersebut. Berarti membangun suatu lembaga pendidikan baru atau memperbaiki
lembaga pendidikan lama, tidak dapat memisahkan diri dari supra sistem tersebut”

Sistem Pendidikan Nasional

a. Pengertian sistem pendidikan nasional


Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pengertian yang 1ebih jelas mengenai pendidikan,
pendidikan na-siona1 dan sistem pendidikan nasiona1 dapat dijumpai dalam Undang-undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang ini pendidikan didefinisikan sebagai
"Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” ( Pasal
1, ayat 1 ).
Pendidikan nasional didefinisikan sebagai "pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. (pasal 1 ayat 2 ). Sedangkan yang dimaksud dengan
sistem pendidikan nasional adalah "keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional” (pasal 1 ayat 3 ). Jadi dengan demikian, sistem (pendi-dikan
nasiona1 dapat dianggap sebagai jaringan satuan-satuan pendidikan yang dihimpun secara terpadu dan
dikerahkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Unsur-unsur Pokok Sistem Pendidikan nasional
Kazik (1969:1) mendefinisikan sistem sebagai "organisme yang dirancang dan dibangun strukturnya secara
sengaja, yang terdiri dari komponen-kumponen yang berhubungan dan berinteraksi satu sama lain yang
harus berfungsi sebagai suatu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan
sebelumnya". Suatu sistem memiliki tiga unsur pokok: (1) tujuan, (2) isi atau komponen, dan (3) proses.
Kalau pendidikan nasional kita benar-benar merupakan suatu sistem, maka ia setidak-tidaknya memiliki
tiga unsur pokok tersebut. Di samping itu, komponen-komponen sistem tersebut harus berhubungan dan
berinteraksi secara terpadu. Adapun komponen pokok dalam sistem pendidikan yaitu : tujuan dan prioritas,
anak didik ( siswa ), pengelolaan, struktur dan jadwal, isi kurikulum, pendidik (guru alat bantu belajar,
fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian dan biaya.
c. Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggunng jawab.
d. Realisasi Sistem Pendidikan Nasional dan Permasalahannya

Ø Realisasi Sistem Pendidikan Nasional


Realisasi pelaksanaan undang-undang mengenai sistem pendidikan nasional secara utuh akan
masih memerlukan waktu. Perlu disadari bahwa UU No. 20 Tahun 2003 tidak mungkin dapat mengatur
semua kegiatan pendidikan yang terjadi di lapangan. Undang-undang pendidikan nasional hanya mampu
memberikan arah, dan mem-berikan prinsip-prinsip dasar untuk menuju arah tersebut, serta mengatur
prosedurnya secara umum. Realitas pe1aksanan pendidikan di lapangan akan banyak ditentukan oleh
petugas yang berada di barisan paling depan, yaitu guru, kepala sekolah dan tenaga-tenaga kependidikan
lainnya.
Ø Masalah-Masalah Pendidikan Yang Ada Sekarang
Pendidikan kita sekarang ini setidak-tidaknya sedang dihadapkan pada empat masalah besar:
masalah mutu, masalah pemerataan, masalah motivasi, dan masalah keterbatasan sumberdaya dan
sumberdana pendidikan.
1) Pola motivasi sebagian besar peserta didik lebih bersifat maladaptif daripada adaptif.
2) Kualitas proses dan hasil pendidikan belum merata di seluruh tanah air.
3) Pendidikan kita sekarang, juga masih dihadapkan pada berbagai kendala, khususnya kendala yang
berkaitan dengan sarana/prasarana, sumber dana dan sumber daya.

Ø Usaha-usaha ke arah pemecahan masalah .


Usaha untuk mendemokratiskan serta memeratakan kesempatan memperoleh pendidikan yang
berkualitas antara lain dapat dilakukan dengan menstandardisasikan fasilitas lembaga penyelenggara
pendidikan dan menye1enggarakan kewajiban belajar. Semua lembaga pendidikan yang sejenis perlu
diusahakan agar memiliki fasilitas pendidikan yang setara dan seimbang: antara lain dalam bentuk gedung
yang memadai, perlengkapan serta peralatan belajar yang mencukupi, kualifikasi guru dan satuan
pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata. Standarisasi fasilitas dan kondisi pendidikan diharapkan
dapat menghasilkan standarisasi mutu. Dengan cara ini pada saatnya nanti , anak-anak yang berdomisili di
luar Jawa tidak banyak lagi yang menginginkan bersekolah di Jawa, karena mutu pendidikan di daerah
mereka setara atau malahan lebih tinggi dibandingkan dengan mutu pendidikan di Jawa.
Kewajiban belajar merupakan upaya lain untuk mendemokratiskan kesempatan memperoleh
pendidikan. Melalui kewajiban belajar yang dise-lenggarakan dan dibiayai oleh negara, semua anak
Indonesia akan mempe-roleh kesempatan untuk rnengikuti pendidikan sampai pada usia atau tingkat
pendidikan tertentu. Melalui kewajiban belajar usaha untuk menaikkan tingkat pendidikan sebagian besar
warga-negara dapat dilakukan secara lebih cepat.
Fungsi pendidikan nasional yaitu :
ü Alat pembangun pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan kebudayaan dan pengembangan
bangsa indonesia
ü Menurut UU RI No.2 1989 ”pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa indonesia dalam upaya mewuhutkan tujuan nasional

v Kelembagaan, Program Dan Pengelolaan Pendidikan

Kelembagaan Pendidikan
Ditinjau dari segi kelembagaan maka penyelenggaraan pendidikan di indonesia melalui dua jalur yaitu:

 Jalur pendidikan Sekolah


 Jalur pendidikan luar sekolah

Jenis Program Pendidikan


Jenis pendidikan yang termasuk pendidikan sekolah yaitu:

 Pendidikan Umum
 Pendidikan Kejuruan
 Pendidikan Luar Biasa
 Pendidikan kedinasan
 Pendidikan Keagamaan
 Pendidikan akademik
 Pendidikan Propesional

Jenjang Pendidikan

 Pendidiksn Prasekolah
 Pendidikan Dasar
 Pendidikan Menegah
 Pendidikan Tinggi

Kurikulum
Untuk mencapai tujuan Pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkugan, perkembangan ilmu pengetahuan, sesuai
dengan jenjang masing-masing satuan pendidikan
Menurut Simanjuntak (1989) mengemukakan bahwa dalam menyusun kurikulum perlu memperhatikan :
1. Dasar dan tujuan sisitem pendidikan nasional
2. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan
3. Tujuan kurikuler komponen pendidikan
4. Tujuan dan Struktur instruksional/ pengajaran
5. Keperluan pembaruan aspek-aspek yang diperlukan
6. tahap-tahap perkembangan anak didik
Pegelolaan Sistem pendidikan Nasional
1) pengelolaan sistem pendidikan nasional pada umumnya diserahkan oleh presiden kepada depertemen /
mentri
2) dalam hal tertentu pengelolaan npendidikan nasional yang mengandung kekhususan diserahkan
kepada depertemen, badan pemerintah lain
3) dalam mengelola pendidikan nasional presioden dibantu oleh dewan pendidikan nasional.

SUMBER :
1. http://anginkemenangan.blogspot.com/2011/07/pendidikan-sebagai-sebuah-sistem.html
2. http://sebebas-angin.blogspot.com/2010/11/pendidikan-sebagai-suatu-sistem.html

3. http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/pendidikan-sebagai-suatu-sistem-/mrdetail/14735/

Anda mungkin juga menyukai