Yang Dibina Oleh Prof. Dr. A. D. Corebima, M.Pd & Prof. Dr. Siti Zubaidah, M. Pd
Kelompok 7
Offering: A
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
MEKANISME PERBAIKAN DNA
Sel-sel prokariotik dan eukariotik memiliki sejumlah sistem yang dapat melakukan
perbaikan DNA secara enzimatis. Beberapa sistem memperbaiki kerusakan DNA akibat mutasi
secara langsung dan sebagian lagi dengan memotong bagian yang rusak, sehingga sementara
terbentuk celah satu unting DNA yang kemudian pulih karena polimerasi DNA yang dikatalisasi
oleh enzim polymerase DNA, maupun karena aktivitas penyambungan oleh enzim ligase DNA.
Enzim polimerase DNA pada bakteri selain dapat mempolimerisasi DNA dalam arah
5’3’ juga dapat beraktivitas eksonuklease dalam arah 3’5’. Aktivitas eksonuklease akan
memperbaiki kerusakan DNA akibat mutasi. Pengenalan kesalahan insersi nukleotida dapat
terjadi selama polimerisasi oleh enzim polimerase DNA mungkin sebagai akibat adanya bonggol
pada untai ganda molekul DNA, kesalahan ini dapat terjadi karena pada basa yang salah tidak
dibentuk ikatan hidrogen. Polimerisasi DNA akan berhenti dan tidak berlaku hingga nukleotida
yang salah tersebut dipotong diikuti dengan penggantian nukleotida yang benar dan terbentuk
ikatan hidrogen yang diperlukan. Pemotongan nukleotida dilakukan oleh aktivitas eksonuklease
berlangsung dalam arah 3’5’. Jika pemotongan itu sudah dilakukan aktivitas polimerase dalam
arah sebaliknya dari enzim polimerase DNA akan pulih kembali. Namun aktivitas eksonuklease
tidak ditemui pada polimerase makhluk hidup eukariotik, Aktivitas perbaikan pada makhluk
hidup eukariotik diduga dimiliki oleh protein lain.
Bukti peran penting aktivitas eksonuklease dari enzim polimerase DNA yang menekan
laju mutasi pada bakteri, dapat terlihat jika terjadi mutasi gen mutator pada E.coli. Jika gen
mutator strain-strain E.coli mutasi, maka frekuensi mutasi (seluruh gen) pada strain-strain itu
menjadi lebih tinggi. Dalam hal tersebut dibuktikan nahwa mutasi-mutasi mengubah protein-
protein terhadap replikasi DNA.
Perbaikan dengan cara membuang pasangan basa antara lain perbaikan melalui
pemotongan (excision repair), perbaikan dengan bantuan glikosolase, serta perbaikan melalui
koreksi pasangan yang salah.
Perbaikan melalui pemotongan disebut juga sebagai perbaikan gelap atau dark repair,
karena tidak dibutuhkan cahaya. Proses ini memperbaiki dimer pirimidin yang terbentuk akibat
induksi cahaya UV. Mekanisme perbaikan ini ditemukan pada tahun 1964 oleh R.P Boyce dan P
Ho-ward-Flanders serta oleh R.Setlow dan W.Carrier yang mengisolasi beberapa mutan E.coli
yang sensitif terhadap UV. Sesudah radiasi UV, mutan-mutan memperlihatkan laju mutasi dalam
gelap yang lebih tinggi daripada normal. Contohnya mutan uvr A dapat memperbaiki dimer
dengan bantuan cahaya, sedangkan mutan uvr A+ memperbaiki dimer dalam gela dan juga
berbagai distorsi lain dari helix DNA (enzim endonuklease yang memotong untai DNA rusak
dimana pada penggalan tersebut terdapat kerusakan).
Basa yang rusak dapat disingkirkan dari molekul DNA dengan bantuan enzim glikosilase
yang dapat mendeteksi basa tidak lazim dan akan mengkatalis pemutusannya dari gula
deoksiribosa. Aktivasi tersebut dapat menimbulkan suatu lubang pada DNA, posisi tersebut
disebut tapak atau AP site. Tapak AP merupakan tapak pirimidinik (tidak ada pirimidin berupa
sitosin atau timin). Lubang tersebut juga dapat terbentuk akibat lepasnya basa secara spontan
alami. lubang tersebut ditemukan oleh enzim khusus endonuklease AP, yang selanjutnya dapat
memotong ikatan fosfodiester disamping basa yang telah lepas. Pemotongan tersebut dapat
memicu bekerjanya enzim polimerase I DNA (pada E.coli). selanjutnya akan menyingkirkan
beberapa nukleotida di depan basa yang lepas menggunakan aktivitas eksonuklease dalam arah
5’3’. Enzim ligase DNA menyambung penggalan nukleotida baru kerah ujung 3’ dengan
penggalan nukleotida yang lama.
Pada E.coli menunjukkan bahwa kesalahan yang belum diperbaiki oleh Polimerase DNA
adalah sebanyak satu per 108 pasangan basa per generasi. Dilain pihak laju mutasi yang terukur
adalah sebesar satu kesalahan per 1010-1011 pasangan basa per generasi. Dalam hubungan ini
selisih angka tersebut terjadi karena banyak kesalahan yang tersisa tadi dibetulkan oleh sistem
perbaikan lain yang disebut perbaikan pasangan yang salah atau mismatched correction.
Sistem perbaikan didukung koreksi pasangan yang salah yang dikode oleh tiga gen (mut
H, mut I, dan mut S). Enzim tersebut mencari dan menemukan pasangan basa yang salah dan
selanjutnya mengkatalisis penyingkiran sutau segmen DNA yang mengandung kesalahan
tersebut. Enzim koreksi pasangan basa bekerja dengan cara mengenali unting DNA baru yang
belum mengalami metilasi. Setelah dikenali, basa yang salah disingkirkan dan kemudian
berlangsung polimerisasi. Selain melakukan koreksi, enzim pengkoreksi dapat memperbaiki
delesi maupun adisi sejumlah kecil pasangan basa. Pada molekul DNA, disekitar tempat
pasangan basa yang salah terdapat urut-urutan basa nukleotida berupa GATS yang bersifat
palindromik. Basa A pada palindron mengalami metilasi yang dikatalisasi oleh enzim metilasi
yang dikatalis oleh enzim metilase-dam.
MUTASI DAN ADAPTASI
Mutasi yang terjadi tidak berkaitan dengan kepentingan apakah mutasi tersebut
bermanfaat atau bahkan merugikan. Individu-individu yang hidup dalam tiap populasi adalah
yang sudah berhasil lolos dari proses seleksi alam. Dalam hal ini varian-varian alela dalam suatu
populasi bersifat adaptif, dan setiap mutan baru memang lebih berpeluang merugikan sekalipun
dapat juga menguntungkan. Peluang tiap mutan memperbesar daya penyesuaian sesuatu individu
lebih besar manakala populasi ( yang mengandung individu mutan ) menempati habitat baru atau
terjadi perubahan lingkungan, pada keadaan tersebut membuka kesempatan bagi mutan-mutan
untuk bersifat adaptif.
Prekusor X
Enzim A Gen A
Intermediet Y
Enzim B Gen B
Produk Z
Intermediet Y dihasilkan dari prekusor X yang dikatalisasi oleh enzim A (produk gen A),
kemudian segera dikonversi menjadi pupuk Z dengan bantuan enzim B (produk gen B). Dalam
keadaan ini Intermediet Y dapat saja sangat sedikit jumlahnya sehingga sulit diidentifikasi.
Namun jika gen B bermutasi yang berakibat tidak ada lagi enzim B, maka intermediet Y akan
sering terakumulasi mencapai kadar tinggi, sehingga mudah identifikasi.
SAKIT GENETIK MANUSIA YANG DITIMBULKAN OLEH KESALAHAN
REPLIKASI DNA DAN KESALAHAN PERBAIKAN DNA
Beberapa penyakit pada manusia yang ditimbulkan oleh kesalahan replikasi DNA dan
kesalahan perbaikan DNA adalah sebagai berikut.
Sakit Fungsi yang Diserang Gejala
Xerodermapigmentosum Perbaikan kerusakan DNA oleh Gatal, kulit bercak-bercak
(XP) radiasi UV atau oleh senyawa seperti tahi lalat, kanker
kimia. kulit
Ataxiatelangiactase Replikasi perbaikan DNA. Cacat koordinasi otot,
(AT) cenderung mengalami
infeksi pernafasan, peka
terhadap radiasi, cenderung
terkena kanker, kromososm
terputus-putus