Kelas : Kelas A PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2024 Provinsi : Jawa Tengah (Universitas Widya Dharma Klaten)
KONEKSI ANTAR MATERI
1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini? Sebelum mempelajarai topik ini yang saya percayai tentang peserta didik dalam pembelajaran dikelas belum mengedepankan beberapa asas dalam pendidikan yaitu: • Asas Kemerdekaan • Asas Kodrat Alam • Asas Kebudayaan • Asas Kebangsaan • Asas Kemanusiaan 2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini? Pemikiran saya yang sesuai dengan pemikiran KHD yaitu : Prinsip kepemimpinan sebagai seorang guru yaitu Ing ngarso sung tuladho (maka orang tua atau guru sebagai suri tauladan anak dan siswa), Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat ataupun ide-ide yang mendukung), Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi. Sistem pendidikan yang dilakukan yaitu menggunakan sistem among atau Among Methode artinya guru itu menjaga, membina dan mendidik anak kasih sayang. Tri pusat pendidikan yaitu yang mewarnai peserta didik adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Menerapkan asas asas dalam pendidikan ada 5 yaitu : • Asas Kemerdekaan • Asas Kodrat Alam • Asas Kebudayaan • Asas Kebangsaan • Asas Kemanusiaan Jadi, guru harus memperhatikan apa yang dapat dikembangkan dari anak didiknya. Guru harus jeli menelisik kebutuhan anak didik, mana yang harus didorong, dan apa yang harus dikuatkan. Guna memenuhi kebutuhan pengembangan bakat, kata dia, anak didik harus merasa merdeka. Namun, merdeka yang dimaksud bukan bermakna mutlak. Tidak ada paksaan terhadap peserta didik sehingga tidak menghalangi kreativitasnya dalam belajar. Guru dan peserta didik bebas untuk menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga nantinya akan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. 3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD? Setelah mengetahui konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang membantu mengembangkan kualitas pendidikan Indonesia, Anda juga harus mengetahui proses pembelajaran yang terinspirasi dari konsep beliau. Adapun berikut ini merupakan 6 inspirasi pembelajaran dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, di antaranya yaitu: a. Menerapkan Teori TRIKON Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan sebagai usaha dalam memberikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Upaya pendidikan yang dapat dilakukan dengan sikap dikenal dengan teori trikon yaitu kontinu, konsentris dan konvergen. Kontinu artinya pendidikan di Indonesia mesti dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Konsentris artinya untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan kebudayaan serta nilai luhur bangsa yang ditanam dalam generasi muda. Konvergen artinya mengembangkan mutu pendidikan Indonesia agar setara dengan kualitas pendidikan yang maju di dunia barat. Teori ini sendiri sudah dilakukan sejak menuntut ilmu di Belanda. Beliau berhasil menyaring ilmu pendidikan ini untuk dimanfaatkan di Indonesia dengan tetap berpijak pada akar budaya tanah air, sehingga konsep mengenai pendidikan nasional berakar pada budaya Nusantara. b. Menumbuhkan Daya Cipta (Kognitif), Daya Rasa (Afektif) dan Daya Karsa (Psikomotor) Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan Harus bisa meningkatkan daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif) dan daya karsa (psikomotor). Ketiga daya tersebut harus tumbuh secara bersamaan tanpa ada yang dikesampingkan, karena menitikberatkan salah satu daya dapat menghambat perkembangan manusia. Dengan menumbuhkan ketiga daya tersebut bersamaan maka proses humanisasi atau memanusiakan manusia dalam pendidikan dapat tercapai. Artinya mendidik manusia untuk mencapai kemanusiaan yang luhur tidak akan mudah goyah, pendidik harus menjadikan dirinya sebagai role model bagi siswa. tanpa adanya teladan yang baik maka proses humanisasi dalam pendidikan tidak akan tercapai. c. Metode Sistem Among Ki Hajar Dewantara, mengajarkan metode pendidikan sistem among, yaitu metode pengajaran sesuai dengan asih, asah dan asuh. hal ini sesuai dengan pendidikan yang dilaksanakan langsung dalam berbagai tempat yang diberi nama Tri Sentra Pendidikan, yaitu Alam Keluarga (Pendidikan Informal), Alam Perguruan (Pendidikan Formal) dan Alam Pergerakan Pemuda (Pendidikan Non Formal). Pasalnya Tri sentra tersebut menjadi inspirasi pendidikan di Indonesia dan ketiganya mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan, kepribadian dan tingkah laku anak. Keluarga, pihak sekolah, pemerintah maupun masyarakat merupakan stakeholder pendidikan yang memiliki peran penting dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika proses pendidikan dilakukan dengan optimal dan stakeholder memposisikan dirinya sebagai teladan baik bagi anak atau peserta didik. Sehingga tercapainya tujuan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama. d. Membentuk Pribadi yang Mandiri Inspirasi pembelajaran dari konsep Ki Hajar Dewantara selanjutnya yaitu pendidikan dapat membentuk pribadi yang mandiri dengan tiga indikator yaitu bisa berdiri sendiri, tidak bergantungan dengan orang lain, serta dapat mengatur dirinya sendiri. Dengan begitu, seseorang dapat mengatasi permasalahan hidupnya sendiri tanpa membawa orang lain masuk ke dalam permasalahan. e. Pendidikan Harus Relevan dengan Kehidupan Secara umum, konsep pendidikan harus relevan dengan garis hidup guna mencerdaskan rakyat serta mengangkat martabat bangsa. Seseorang yang berpendidikan harus bisa bekerjasama dengan baik untuk memajukan Indonesia di antara negara-negara di dunia. Setiap individu harus bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kecanggihan teknologi dapat dijadikan sarana memperluas Network serta meningkatkan wawasan global. f. Pengembangan Pendidikan Selaras dengan Nilai Budaya Pengembangan pendidikan harus selaras dengan nilai budaya untuk memperkuat dinamika pendidikan sebagai penguat bangsa. Ki Hajar Dewantara memandang jika misi pendidikan nilai budaya masyarakat timur lebih cocok digunakan. Maka taman siswa dibuat dengan pendekatan Momong, Among dan Ngemong. Jika sistem pendidikan sesuai dengan nilai budaya lokal, guru dapat berperan kembali sebagai insan yang membimbing serta memimpin anak didik dengan lembut, untuk mengembangkan bakat, potensi dan karakteristik peserta didik.