a. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai konsep Pendidikan yang Memerdekakan mencakup kemandirian,
kemerdekaan, kodrat alam, kodrat zaman, asas trikon, budi pekerti, dan patrap triloka.
b. Pemikiran dan praktik belajar mandiri menurut Maria Montessori, Friedrich Fröbel, Rabindranath Tagore sebagai
referensi pemikiran KHD
3. Pemikiran-pemikiran yang Saya pelajari tersebut memengaruhi pemikiran Anda saat ini?
Setelah
4. Tantangan yang dihadapi di daerah asal Saya terkait pemikiran yang Saya pelajari?
Jawaban:
Prinsip yang semakin Saya yakini tentang Pendidikan yang Memerdekakan bahwa Pendidikan adalah
tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, dengan maksud
agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya dan dapat kita
teruskan kepada anak cucu kita yang akan datang. Pendidikan yang Memerdekakan mampu memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, dengan maksud
supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras
dengan alamnya dan masyarakatnya tidak ada tekanan dan tuntutan dari sang pendidik.Murid bebas dan
merdeka belajar apapun sesuai dengan kodratnya dibawah bimbingan dan arahan pendidik dengan
menerapkan prinsip Metode Among Siswa yaitu Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing
Ngarsa Sung Tulodo
4. Bagaimana hasil belajar membantu mendapatkan gagasan untuk menjawab tantangan yang dihadapi di
sekolah / daerah Anda?
Hasil belajar Pendidikan yang memerdekan dapat membantu mendapatkan gagasan untuk menjawab
tantangan yang dihadapi di sekolah / daerah saya karena Saya mendapatkan banyak contoh dan Hasil
pemikiran pendidikan yang memerdekan dari para guru penggerak, instruktur serta dapat melihat
langsung para guru yang sudah melakukan dan berhasil melaksanakan praktik baik pendidikan daerah
atau sekolahnya masing-masing.
Refleksi Hari ke 3
Pengajar praktik, pada hari ketiga Saudara akan menggunakan template refleksi model Ladder in Inference (Tangga
Kesimpulan). Menuliskan refleksi harian merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, refleksi harian
juga menjadi salah satu penilaian terhadap Saudara oleh Instruktur. Pastikan selalu mengisinya setiap hari.
Interpretasi :
1. Sebaiknya saya Mendown load Bahan Pembelajaran Hari ke-3 dan saya baca dan dipahami
2. Belajar Mulai dari diri membahas Pendidkan Yang Memerdekakan menjadikan saya memahami alur
Lerdeka Belajar
3. Diskusi Mulai dari Diri secara sinkronus Pendidikan yang Memerdekakan menambah banyak wawasan
yang berbeda-beda dari setiap peserta
4. Eksplorasi Konsep Pendidikan Yang Memerdekakan mengharuskan saya membaca berulang-ulang bahan
materi pada hari ke-3
5. Ruang Kolaborasi - Pendidikan yang Memerdekakan secara sinkronus di Google Meet membuat saya
semakin pahan lagi matei yang sedang dipelajari
6. Refleksi Terbimbing - Pendidikan yang Memerdekakan Alur materi sudah mulai mengarah ke pemahaman
7. Refleksi Hari ke 3 mendapat pengalaman baru lagi cara membuat refleksi
Asumsi :
1. Sebaiknya lagi saya Mendown load Bahan Pembelajaran Hari ke-3 dan saya membuat rangkuman
2. Belajar Mulai dari diri membahas menjadikan saya memahami alur Merdeka Belajar dan sebaiknya saya
terapkan untuk praktik baik pembelajaran
3. Diskusi Mulai dari Diri secara sinkronus menambah banyak wawasan yang berbeda-beda dari setiap
peserta dan sebaiknya saya harus bisa pemikiran yang terbaik
4. Eksplorasi Konsep Pendidikan mengharuskan saya membaca berulang-ulang bahan materi pada hari ke-3
sebaiknya lagi saya buat materi presentasinya
5. Ruang Kolaborasi - secara sinkronus di Google Meet membuat saya semakin pahan lagi matei yang
sedang dipelajari sebaiknya lagi jika saya dapat menyampaikan materi yang lebih lengkap
6. Refleksi Terbimbing - sudah mulai mengarah ke pemahaman dan sebaiknya untuk dilanjutkan lagi
7. Refleksi Hari ke 3 mendapat pengalaman baru lagi cara membuat refleksi
Kesimpulan :
Untuk memahami Pembelajaran Hari ke-3 tentang Pendidikan yang Memerdekakan saya harus mempelajari
dan memahami semua materi secara mandiri dengan membawa berulang-ulang dilanjutkkan dengan eksplorasi
untuk memperdalam tentang pendidikan yang memerdekakan serta kita harus berkolaborasi dengan instruktur
dan peserta lain untuk menyamakan persepsi dan pemahaman, sehingga pemikiran pendidikan yang
memerdekakan Ki Hajar Dewantara dapat diterapkan di sekolah yang diwujudkan dengan dapat mempraktekan
praktik baik pembelajaran yang merdeka belajar.
Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari
lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta, yang merupakan salah satu kerajaan pecahan
Dinasti Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran
Beliau menamatkan sekolah di ELS (Sekolah Dasar Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera) meski tidak ia tamatkan akibat sakit yang dideritanya. Di masa mudanya,
Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai aktivis sekaligus jurnalis pergerakan nasional yang pemberani. Ia menjadi
wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Sementara itu, ia sempat bergabung dengan Boedi Oetomo (BO) di
Batavia (Jakarta) pada 20 Mei 1908, kemudian keluar dan mendirikan Indische Partij (IP) bersama Cipto
Mangunkusumo serta Ernest Douwes Dekker atau Tiga Serangkai pada 25 Desember 1912.
Melalui tulisan-tulisannya lah, beliau menyampaikan kritik terkait pendidikan di Indonesia yang kala itu hanya
boleh dinikmati oleh para keturunan Belanda dan orang kaya saja.
Dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern (1986) karya
Abdurrachman Surjomihardjo, Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda sejak 1913 karena tulisannya yang
dianggap menghina pemerintah.
Melalui Ki Hajar Dewantara, kata “Indonesia” dipakai di kancah internasional untuk pertama kalinya. Hal itu ia
lakukan saat mendirikan kantor berita dengan nama Indonesische Persbureau di Den Haag. Di sisi lain, ia juga
bergabung dengan Indische Vereeniging (IV) ketika di Belanda. Indische Vereeniging (IV) merupakan organisasi
pelajar Indonesia di Belanda.
Pada 6 September 1919, beliau dipulangkan ke tanah air. “Kini, saya telah memperoleh kembali kebebasan
saya tanpa suatu janji atau pernyataan apapun juga dari saya. Ini berarti kemenangan bagi saya,” tulis Ki Hajar
Dewantara mengenai kepulangannya.
Setelahnya, beliau mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta. Beliau juga telah mengajarkan
filososi yang terkenal di dunia pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri
handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi
dorongan”.
Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Pengajaran Indonesia di kabinet pertama di bawah pemerintahan Ir. Soekarno. Ia juga mendapat gelar doktor
kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Namun, dua tahun
setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, beliau wafat di
Yogyakarta.
Atas perjuangan Ki Hajar Dewantara ini, beliau mendapat julukan bapak pendidikan Indonesia. Selanjutnya,
setiap tanggal 2 Mei yang merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara, diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional.(iss)
Frofil / Sejarah Ki Hajar Dewantara sesuai yang direfleksikan oleh Pak Iwan Syahril merupakan latar belakang
yang mendasari lahir pemikiran pendidikan di Indonesia yang dimulai di zaman kolonial belanda sampai era
sekarang. Pendidikan yang ada sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan hasil pemikiran Ki Hajar Dewantoro.
Prinsip Melakukan Perubahan: Asas Tri-Kon
1. Kontinuiteit :Pertukaran satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya harus kontinuiteit dengan alam
kebudayaannya sendiri.
2. Konvergensi : Pertukaran kebudayaan mengarah pada kesatuan dengan alam universal.
3. Konsentris : Sebuah kebudayaan memiliki satu titik pusat dengan alam-alam kebudayaan sedunia, tetapi
masih memiliki garis lingkaran sendiri-sendiri
Prinsip melakukan perubahan dengan Asas Tri-Kon merupakan pemikiran KI Hajar Dewantara dapat dijadikan
asas untuk Pendidikan Yang Memerdekakan