1. Pengertian Pendidik
Kata pendidik, mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan, ketrampilan, atau
pengalaman kepada orang lain. Pendidik berarti orang yang bertanggung jawab memberi pertolongan
pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan mematuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
Ahmad Tafsir, mengatakan bahwa pendidik dalam islam, sama dengan teori yang ada di barat. Yaitu
siapa saja orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Selanjutnya ia
mengatakan bahwa dalam islam, orang yang paling bertanggung jawab adalah orang tua (ayah dan ibu).
Karena dapat dilihat dari dua hal, yaitu Pertama, karena kedua orang tua ditakdirkan bertanggungjawab
terhadap anaknya. Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu berkepentingan dalam kemajuan
perkembangan anaknya.
Pendidik dalam orang islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didiknya dengan upaya mengembangkan potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotoriknya (karsa).[1]
2. Fungsi Pendidik
Pendidik sebagai seorang yang terdepan dalam pendidikan, secara umum memiliki fungsi sebagai
berikut :
b. Sebagai pendidik (edukator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan
berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT yang menciptakannya (makhluk).
c. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik
dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang
dilakukan.[3]
3. Tugas Pendidik
a. Seorang guru dituntut agar dapat menyingkap fenomena kebesaran Allah yang terdapat dalam
materi yang diajarkannya, hingga para peserta didik dapat memahaminya dan mengikuti pesan-pesan
yang terkandung didalamnya.
b. Guru mengajarkan kepada para peserta didik pesan-pesan normatif yang terkandung dalam kitab
suci Alqur’an. Yang meliputi keimanan, akhlak, dan hukum yang mesti dipatuhi untuk kepentingan
manusia dalam menjalani hidup di dunia dan di akhirat.
c. Pendidik tidak hanya berkewajiban menanamkan ilmu pengetahuan, tetapi harus membangun moral
dan membersihkan peserta didiknya dari sifat dan perilaku tercela.[4]
Peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain
(pendidik) untuk membantu mengembangkan potensi yang dimilikinya serta membimbing menuju
kedewasaan. Potensi merupakan suatu kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, dan tidak akan
tumbuh atau berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik.[5]
Dalam pandangan Islam, anak merupaka rahmat Allah yang diamanatkan kepada orang tuanya, ia
membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang, dan perhatian. Dan kesemuanya itu menjadi
tanggung jawab orang tua, guru, dan masyarakat sebagai penanggung jawab pendidikan.
Pernyataan di atas mengandung makna bahwa kriteria anak didik diantaranya adalah :
b. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.
c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
d. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan sabar dalam belajar.[7]
Allah memberikan daya kepada manusia berupa indera, akal, dan kalbu untuk menjadikannya aktif
dalam memperoleh ilmu. Hal ini menggambarkan petunjuk untuk para pendidik, bahwa janganlah
mereka memperlakukan para peserta didik sebagai objek semata. Tetapi juga sebagai subjek. Guru tidak
boleh memperlakukan peserta didiknya sebagai wadah yang siap menerima apa saja yang
disampaikannya, tetapi siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Ada 4 norma yang mesti di jaga peserta didik dalam berhubungan dengan gurunya, yaitu :
a. Kepercayaan dan keyakinan peserta didik kepada guru, dimana guru memang layak mengajar karena
telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran.
b. Tidak boleh mendahului ketetapan dan jawaban guru mengenai persoalan apa saja yang timbul
dalam proses pembelajaran.
c. Seorang peserta didik terutama dalam proses pembelajaran, tidak boleh meninggikan suaranya
sehingga mengalahkan suara guru karena hal itu dapat mengganggu proses pembelajaran.
2.metode penyampaian
A. Pendahuluan
Dunia pendidikan saat ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari soal rumusan
tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai kepada persoalan
guru, metode, kurikulum dan lain sebagainya.
Filsafat pendidikan Islam secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang terdapat dalam dunia
pendidikan. Misalnya berkaitan dengan masalah metode pendidikan seperti yang akan kita bahas
dalam makalah ini. Untuk itu perlu untuk kita ketahui apa yang dimaksud dengan metode pendidikan
Islam, serta metode-metode apa saja yang terdapat dalam dunia pendidikan.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepauntuk menghantarkan
kegiatan pendidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya
suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki metode
atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam
penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar, karenanya metode
adalah syarat untuk efisiennya aktivitas kependidikan Islam.
B. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Ditinjau dari segi kebahasaan, kata metode berasal dari kata yunani “methodos”, yang terdiri dari
kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui
(H.M. Arifin 1994:97). Secara lebih sederhana, metode dapat berarti cara kerja atau cara yang tepat
dan cepat dalam melakukan sesuatu.
Secara umum, metode berarti cara yang telah diatur dan berfikir baik-baik untuk mencapai sebuah
maksud (W.J.S. Poerwadarminta 1976:9) bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode
pendidikan adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu
“meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Sedangkan pengertian menurut istilah
metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah langkah strategis
yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.1 Sedangkan dalam bahasa Inggris
metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.
Mohammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti memberi paham
kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode adalah
rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas
selama kita mengajar dalam kelas itu. Kemudian Prof. Abd al-Rahim Ghunaimah menyebut metode
sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Adapun
Adgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang terarah bagi guru yang
menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar, hingga pengajaran menjadi berkesan.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai sifat ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan monopragmatis.
Polipragmatis, bilamana metode itu mengandung kegunaan yang serba ganda (multipurpoce).
Misalnya, suatu metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk
merusak, dan pada situasi dan kondisi yang lain dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan
membangun. Contohnya, penggunaan video cassete recorder (VRC) untuk merekam semua jenis
film, baik fornografis maupun yang moralis, yang hal itu bila dipergunakan sebagai media
pembelajaran, maka sasarannya dapat merusak disamping dapat memperbaiki atau membangun.
Monopragmatis adalah alat yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan.
Misalnya, laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang
ilmu alam, tidak dapat dipergunakan untuk eksperimen bidang ilmu lain.
C. Metode pengajaran dan metode pendidikan
Dalam masyarakat kita , masih terdapat pandangan yang membedakan antara pendidikan dan
pengajaran.H.M. Arifin (1994:99) menegaskan bahwa secara teknis paedagodis pengerian kedua
kata inin hamper tak dapat dibedakan karena pengertian pendidikan itu sendiri telah mencakup
pengertian pengajaran.
Apabila dilihat dari segi aspek filisofis, terdapat pengertian yang berbeda dari istilah tersebut.
Pendidikan lebih mengarahkan tugasnya kepada pembentukan sikap dan kepribadian manusia yang
memiliki ruang lingkup pada proses mempengaruhi dan membentuk kemampuan kognitik, afektik
dan psikomotor. Sedangkan pengajaran lebih menitik beratkan usahanya kea rah terbentuknya
kemampuan maksimal intelektual dalam menerima, menghayati, dan menguasai serta
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diajarkan (H.M. Arifin 1994:99).
Dengan demikian dapat dibedakan pengertian pendidikan dan pengajaran secara filosofis. Proses
pendidikan lebih menekankan pada usaha menginternalisasikan nilai-nilai, sedangkan proses
pengajaran lebih menekankan pada usaha mengintelektualisasikan manusia dengan ilmu
pengetahuan.
Adapun metode yang dapat dipergunakan dalam pengajaran/ pendidikan islam antara lain adalah
metode teladan, metode cerita atau kisah, metode nasihat, metode pembiasaan, metode diskusi dan
sebagainya (Abuddin Nata 1997:-107).
Dalam bab ini kita akan membahas tentang pengertian Metode Pendidikan Islam.Dimana setiap
kata akan kita bahas satu persatu yaitu: metode, Pendidikan, Pendidikan Islam, Metode
Pendidikan, Dan metode Pendidikan Islam. Tujuannya agar pembaca lebih memahami secara
mendalam tentang Metode Pendidikan Islam ini.
D. Pengertian Pendidikan Islam
Setelah kita membahas tentang metode, selanjutnya kita akan membahas tentang pendidikan Islam.
Tetapi terlebih dahulu kita akan membahas tentang pendidikan. Banyak para pakar pendidikan yang
mendefinisikan pendidikan secara berbeda-beda tetapi pada intinya sama.
Beberapa ahli pendidikan di Barat yang memberikan arti pendidikan sebagai proses antara lain:
Menurut Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan
manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan,
disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat
dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang
ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
Menurut Prof. Sugarda Purbakawaca, dalam "Ensiklopedi Pendidikan"nya, memberikan pengertian
pendidikan, sebagai berikut: "Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta
ketrampilannya (orang menamakan ini juga "mengalihkan" kebudayaan, dalam bahasa Belanda:
Cultuurover dracht) kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi
fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani."
Setelah membahas Pendidikan selanjutnya kita akan memaparkan tentang pendidikan Islam.
Berikut ini adalah beberapa pengertian Pendidikan Islam secara terminologi yang diformulasikan
oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah:
a. Menurut Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah
laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses
tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi
diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
b. Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan
berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan
bisa membentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi
akal, perasaan, maupun perbuatannya.
c. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).
d. Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh
seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
e. Dari batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi
Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.
1. Metode Pendidikan Islam
Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar diatas tentang pengertian Metode
dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan. Seperti
yang dikemukakan oleh al-Syaibaniy yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh
guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan
peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku
mereka.
Ahmad Tafsir secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang
digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa metode
Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi
atau bahan pendidikan kepada anak didik.
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti
sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat
dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami.Selain itu metode pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Asas-asas Umum Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social
peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik
harus memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan
merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh
seorang pendidik haruslah mengacu pada asas-asas/dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Asas
metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah:
a. Asas Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah
berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu,
dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan
Hadits.
b. Asas Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan
intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin
meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam
seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
c. Asas Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan,
dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan
secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu
seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta
didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
d. Asas sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan
peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka
pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan
sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik,
jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat asas di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan
oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan
metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan
kondisi sosiologis peserta didik.
Sementara dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas pendidikan Islam dapat diformulasikan
kepada:
1. Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian peserta didik kearah
bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2. Asas Aktivitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ambil bagian secara
aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
3. Asas Apersepsi, mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta didik sehingga mereka
memperoleh perubahan pada tingkah laku, pembendaharaan konsep, dan kekayaan akan informasi.
4. Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan
yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan.
5. Asas Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta
didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
6. Asas Korelasi, menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan pelajaran lainnya, sehingga
membentuk mata rantai yang erat.
7. Asas Konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan
bahan pelajaran untuk melaksankan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam
segala aspeknya.
8. Asas Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
9. Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang membangkitkan semangat kerjasama
antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat, dalam menerima
pelajaran agar lebih berdaya guna.
10. Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki
peserta didik sebagai umpan balik pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
11. Asas Kebebasan, yaitu memberikan keleluasan keinginan dan tindakan bagi peserta didik
dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif.
12. Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat
interaksi dengan lingkungan.
13. Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap lingkungan secara
keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya.
14. Asas Pusat-Pusat Minat, yaitu memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan suatu
yang berharga bagi seseorang.
15. Asas Ketauladanan, yaitu memberikan contoh yang terbaik untuk ditiru dan ditauladani peserta
didik.
16. Asas Kebiasaan, yaitu mambiasakan hal-hal positif dalam diri peserta didik sebagai upaya
praktis dalam pembinaan mereka.
Metode pendidikan Islam harus digali, didayagunakan, dan dikembangkan dengan mengacu pada
asas-asas sebagaimana yang dikemukakan diatas. Melalui aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses
penyampaian seluruh materi pendidikan Islam, diharapkan proses itu dapat diterima, difahami,
dihayati, dan diyakini sehingga pada gilirannya memotivasi peserta didik untuk mengamalkannya
dalam bentuk nyata.
E. Karakteristik Metode Pendidikan Islam
Diantara karakteristik metode pendidikan Islam:
Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari pembentukannya,
penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam
sebagai ajaran yang universal.
Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat dipisahkan dengan
konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.
Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan
dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses kependidikan
Islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan antara teori dan
praktik.
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta didik untuk
berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan danakhlak karimah.
Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan
kebebasan pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode pendidikan
yang ada dalam mencapai tujuan pengajaran.
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang
memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif .
Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
F. Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk
yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode
mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara
metode- metode tersebut adalah:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh
pendidik kepada peserta didik.
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi
tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa
dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-
lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
b. .Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah
mereka baca. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi
Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits yang artinya: Hadits Qutaibah ibn Sa’id, hadits
Lâis kata Qutaibah hadits Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi
Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw. Bersabda: Bagaimana pendapat
kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima
kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka
menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda:Begitulah perumpamaan
shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463)
c. .Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik/membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah
guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative
pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan
hiwar (dialog).
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23
Dan mereka berkata:”Aduhai celakalah kita!” Inilah hari pembalasan.Inilah hari keputusan yang
kamu selalu mendustakannya (kepada Malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang
dzalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah
Selain Allah. Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S. Assafat : 20-23)
Selain itu terdapat juga dalam hadits yang artinya: Hadits Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr,
katanya hadits Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya
Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka;
orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari
ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat,. Dia
datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah
(membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya
telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan
dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-
tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus
mempertanggung jawabkannya.
e. Metode Demonstrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses
sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
f . Metode Eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses
dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan
oleh murid sambil memberikan arahan.
g. Metode Amsal/Perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau
perumpamaan. Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an (Q.S. Albaqarah : 17)
h .Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran
terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan
menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang artinya: Hadits Abdul Aziz ibn Abdillah katanya
menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari
Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada
hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak
ada yang bertanya tentang hadits ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat
semangatmu untuk hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah
orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari,
t.t, I: 49)
i . Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang
materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang artinya: Hadits Musaddad ibn Musarhad hadits Yahya
dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadits dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda:
Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya,
kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
Hadits di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan
şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan ”celakalah”, ini
menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga materi
pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong pada orang yang merugi.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang
diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan
tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu
ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan
kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing
latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau
kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika
menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
G. Dasar-Dasar Penyusunan Metode Peendidikan Islam
Dalam menyusun metode pendidikan islam, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Dasar Agama; maksudnya prinsip-prinsip, asas-asas, dan fakta-fakta umum,diambil dari teks
agama islam dan syariat (al-Quran, hadis/sunnah, ijma, qiyas, dan lain lain.
2. Dasar biologis- psikologi;
a) Dasar biologis; yakni guru wajib mempertimbangkan kesesuain metode pengajaran dengan
cirri- ciri kebutuhan jasmaniah dan kematangan muridnya.
b) Dasar psikologis; yaitu guru harus menjaga psikologis siswa (mencakup motivasi,
kebutuhan,emosi,minat,sikap,keinginan, serta bakat-bakat intelektuall.
3. Dasar social; dalam menetapkan metode mengajar, hendaknya ada kesesuain dengan nilai-nilai
masyarakat dan tradisi-tradisinya yang baik, (al;-Syaibany 1979:586-591).
H. Penutup
Dari uraian singkat diatas dapat kami simpulkan beberapa hal, yaitu ternyata dalam dunia
pendidikan memiliki banyak metode pendidikan. Karena dalam pendidikan seorang pendidikan tidak
hanya mengenal satu karakter orang saja tetapi banyak karakter, hal ini menyebabkan ketika
pendidik sedang mengajar akan menghadapi masalah yang berbeda-beda. Disamping itu metode
pendidikan merupakan jembatan yang bisa menghubungkan pendidik dengan peserta didik,
seandainya metode ini tidak ada pendidik akan kesulitan dalam menerapkan kurikulum dan tujuan
yang ingin dicapainya.
Semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya generasi muda yang akan terjun dimasyarakat
tentunya harus mempunyai bekal yang matang dan baik.
Metode pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan, untuk itu setiap pendidik hendaknya
mengetahui tentang metode pendidikan. Bukan saja secara formal tetapi yang tidak formalpun harus
diketahui. Banyak para ahli pendidikan dahulu maupun sekarang memformulasikan metode
pendidikan, tetapi pada kenyataannya memiliki satu tujuan yaitu membentuk manusia yang terdidik.
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga
banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal
tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-
pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan Pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu
beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu
sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan
memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi
mereka sebelum kelahiran.
Pada dasarnya pengertian pendidikan (UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003) adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’
dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara
bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental,
yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional
dan kemanusiaan dari manusia.
Model-model Pembelajaran adalah beberapa cara atau teknik yang digunakan oleh guru kepada
siswa dalam menyajikan materi pembelajaran dalam sebuah proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran yang sudah dirancang dapat tercapai. Beberapa model pembelajaran ini
diterapkan guru saat mengajarkan sesuatu kepada muridnya dengan tujuan agar pesan dari
materi pembelajaran itu sendiri tersampaikan dengan mudah. Model pembelajaran yang sudah
ada sejauh ini terbukti bisa sangat membantu pekerjaan para guru dikarenakan para siswa
dapat mengerti, tahu, dan paham sebuah pelajaran dengan lebih mudah .
Jika membahas tentang beberapa contoh dari model-model pembelajaran itu sendiri, ada
beberapa model yang sudah tidak asing lagi dengan kita, namun beberapa diantaranya juga
merupakan model baru yang baru diterapkan dalam dunia pendidikan.
metode ceramah,
diskusi,
studi kasus,
Sedangkan beberapa model pembelajaran yang masih terbilang asing tidak lain adalah
Contextual Teaching and Learning (CTL), Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-
hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Cooperative Learning (CL), Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada
tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai
kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang
dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan
tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua
Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya. Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
yaitu Hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan
keterampilan sosial.
Prinsip model pembelajaran kooperatif yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab
perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2000)
Problem Based Learning (PBL), Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi
masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek.
PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan
menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior
knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Pembelajaran bersiklus (Cycle Learning), pembeajaran bersiklus atau Learning Cycle adalah
suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Ciri khas model
pembelajaran Learning Cycle ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi
pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru yang kemudian hasil belajar individual dibawa ke
kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Realistic Mathematic Education (RME), Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah
suatu pendekatan yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran
dimana siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika formalnya
melalui masalah-masalah realitas yang ada
Open Ended (OE) Pada pendekatan open-ended masalah yang diberikan adalah masalah yang bersifat
terbuka (open-ended problem) atau masalah tidak lengkap (incomplete problem) masalah sebelumnya
(asli). Dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga tipe, yakni: (1.)Prosesnya terbuka,
maksudnya masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang benar, (2.)Hasil akhirnya terbuka,
maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban yang benar, dan (3.)Cara pengembangan lanjutannya
terbuka, maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan
masalah baru yaitu dengan cara mengubah kondisi masalah sebelumnya (asli).
Dari sekian banyak model pembelajaran yang sudah disebutkan di atas, tidak ada satupun yang
bisa dianggap sebagai model pembelajaran terbaik. Hal itu dikarenakan setiap model
pembelajaran yang diterapkan oleh seorang tenaga pendidik selalu saja disertai dengan
kelebihan dan kekurangan. Para tenaga pendidik bisa memilih beberapa metode yang dianggap
cocok dengan kondisi kelas yang mereka tangani dan materi yang akan diberikan, bukan lantas
memilih metode yang menurutnya paling baik dan menerapkannya di kelas terus menerus
karena tidak semua metode akan cocok dengan materi yang disampaikan.
Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah
membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan
tercapainya kesemurnaan.”
Aristoteles (filosof terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 SM-322
SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran”.
Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah
dan Daminah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan
sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih
kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.”
Herbert Spencer (filosof Inggris yang hidup tahun 1820-1903 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu
ialah menyiapkan seseorang agar dapat menikmati kehidupan yang bahagia.”
Rousseau (filosof Prancis, 1712-1778 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan ialah pembekalan diri kita
dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya di waktu dewasa”.
James Mill (filosof Inggris, 1773-1836) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu harus menjadikan seseorang
cakap, agar dia menjadi orang yang senantiasa berusaha mencapai kebahagiaan untuk dirinya terutama
dan untuk orang lain selainnya.”
John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu meliputi segala
sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia,
dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.”
John Dewey (filosof Chicago, 1859 M - 1952 M) mengatakan bahwa : " Pendidikan adalah membentuk
manusia baru melalui perantaraan karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan -
peninggalan budaya lama masyarakat manusia."
Jean-Jacques Rousseau (filosof swiss 1712-1778) menurutnya : “Pendidikan adalah memberi kita
perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa.”
Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda Ahli ini merumuskan pengertian pendidikan
sebagai berikut : “Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain”
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang
terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana
pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar
kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari
manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi
individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek
tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu
mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Thompson, 1993 : Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya.
Sedangkan Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah
yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Tujuan
pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar
mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
Crow (dalam Supriyatno, 2001) mengatakan bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk
mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan
suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas,
mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan
juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam
pengalaman-pengalaman dan belajar.