PENDAHULUAN
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu defenisi mengajar dan metode mengajar
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan mengajar
3. Untuk mengetahui bagaimana mendesain lingkungan kelas
4. Untuk mengetahui bagaimana menciptakan lingkungan yang positif untuk
pembelajaran
5. Untuk mengetahui bagaimana menghadapi prilaku bermasalah peserta didik
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://kbbi.lektur.id/mengajar
2
Suminto , S.Pd, 12 Pengertian Mengajar Menurut Para Ahli
https://haloedukasi.com/pengertian-mengajar-menurut-para-ahli
3
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah
sebagai kegiatan guru. Disamping itu, mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan pada anak didik. Pengertian secara luas, mengajar diartikan
sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-
baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu
diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara
optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, mengatakan bahwa dalam pengertian
lebih luas, mengajar mencakup segala kegiatan menciptakan situasi agar para
siswa belajar. Pengertian belajar ini cukup luas, mencakup pula upaya guru
mendorong siswa agar belajar, menata ruang dan tempat duduk siswa,
mengelompokkan siswa, menciptakan berbagai kegiatan kelompok,
memberikan berbagai bentuk tugas, membantu siswa-siswa yang lambat,
memberikan pengayaan kepada siswa yang pandai, dan lain-lain. Kegiatan
belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru
mengajar agar siswa belajar. Adapun pengertian mengajar dalam psikologi
pendidikan melibatkan pemahaman tentang proses pembelajaran dan
bagaimana guru memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.3
2. Metode Mengajar
Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu dari psikologi
yang mana memiliki bahasan dan penelitian tentang bagaimana ilmu
psikologi dapat ditinjau dari sisi pembelajar ataupun peserta didik. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, dalam proses belajar mengajar tentunya
dibutuhkan metode khusus yaitu metode psikologi pendidikan agar dapat
mencapai tujuan belajar yang efisien dan efektif. Metodologi pembelajaran
ini adalah cara-cara yang digunakan dalam aktivitas pengajar dan peserta
3
Muhammad Ichsan, S.Pd.I, M. Ag, psikologi pendidikan dan ilmu mengajar, jurnal edukasi Vol
2, Nomor 1, Januari 2016
4
didik saat dalam proses belajar. Sebagai pendidik perlu memahami dan
mengetahui tentang metode pengajaran sehingga materi yang disampaikan
dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh peserta didik.
Ada banyak metode mengajar mulai dari yang paling tradisional sampai
yang paling modern. Namun ada empat macam metode mengajar yang
dominan dalam arti sering digunakan secara luas sejak dahulu hingga
sekarang pada setiap jenjang pendidikan formal. Tiga dari empat metode
mengajar tersebut bersifat khas dan mandiri, sedangkan yang lainnya
merupakan kombinasi antara satu metode dengan metode lainnya. Metode
campuran ini –sebut saja “metode plus”-bersifat terbuka artinya setiap guru
yang profesional dan kreatif dapat memodifikasi atau merekayasa campuran
metode tersebut sesuai dengan kebutuhan., yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisann kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam
hal ini guru biasanya memberikan uraian mengenai topik (pokok
bahasan) tertentu di tempat tertentu dan dengan alokasi waktu
tertentu. Metode ini adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran
yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini
hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meskipun begitu, para
guru yang terbuka kadang-kadang memberi peluang bertanya kepada
sebagian kecil siswanya. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi. Di samping itu, metode ini juga dipandang paling efektif
dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.
Namun demikian, dari kenyataan sehari-hari ditemukan beberapa
kelemahan metode ceramah tersebut, antara lain:
5
(a) Membuat siswa pasif. Dalam hal ini, timbul kesan siswa
hanya sebagai objek yang selalu menganggap benar apa-
apa yang disampaikan guru. Padahal, posisi siswa
selainsebagai penerima pelajaran ia juga menjadi subjek
pengajaran dalam arti individu yangberhak untuk aktif
mencari dan memeroleh sendiri pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan.
(b) Mengandung unsur paksaan kepada siswa. Dalam hal ini
siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta
mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru
yang dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa
terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya
untuk menolak di samping menerima informasi dari guru.
Inilah yang disebut self-direction (kemampuan untuk
mengatur dan mengarahkan diri).
(c) Menghambat daya kritis siswa. Hal ini karena segala
informasi yang disampaikan gurubiasanya ditelan mentah-
mentah, tanpa dibedakan apakah informasi itu salah ataU
benar, dipahami atau tidak. Dengan demikian, sulit bagi
siswa untuk mengembangkan kreatifitas ranah ciptanya
secara optimal.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya denganbelajar memecahkan masalah (problem
solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok
dan resitasi bersama. Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan
seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk
kelompok-kelompok. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk
memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi (memberi
rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang
dalam.
6
Dalam dunia pendidikan dewasa ini, metode diskusi
mendapat perhatian besar karena memiliki arti penting dalam
merangsang para siswa untuk berpikir dalam mengekspresikan
pendapatnya secara bebas dan mandiri. Pada umumnya, metode
ini diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar untuk: (1)
mendorong siswa berpikir kritis; (2) mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas; (3) mendorong
siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan
masalah bersama; (4) mengambil satu alternatif jawaban atau
beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah
berdasarkan pertimbangan yang seksama.
c. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
mempragakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi
dalam proses belajar-mengajar ialah untuk memperjelas pengertian
konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu
7
atau proses terjadinya sesuatu. Banyak keuntungan psikologis
pedagogis yang dapat diraih denga menggunakan metode
demonstrasi, antara lain: (a) perhatian siswa dapat lebih dipusatkan;
(b) prosesbelajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari; (c) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran
lebih melekaat dalam diri siswa. Seperti metode-metode lainnya,
metode ini juga mengandung kelemahan-kelemahan, yakni: (a)
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan
alat-alat modern; (b) demonstrasi tak dapat diikuti atau dilakukan
dengan baik oleh siswa yang memiliki cacat tubuh atau
kelainan/kekurangmampuan fisik tertentu.
d. Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas banyak metode
campuran, seperti: (a) Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas,
(b) Metode ceramah plus diskusi dan tugas, (c) Metode ceramah plus
demonstrasi dan pelatihan). Sebelum metode itu digunakan, guru
tentu perlu melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memodivikasi atau
menyesuaian metode ceramah, antara lain ialah dengan kiat
pemaduan (kombinasi) antara metode tersebut dengan metode-
metode lainnya.4
B. Tahapan Mengajar
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan yang erat
dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa setiap
penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh
dalam tahap-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus meLalui tiga
tahapan, yakni:
1. Tahap prainstruksional
4
ibid
8
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada
saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang
dapat dilaku-kan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang
tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan
salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu
ketidakhadiran siswa, disebab-kan kondisi siswa yang
bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga
terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan,
sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada
waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa
(penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan
frustasi, rendah diri dan lain-lain).
b. Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan
pelajaran sebelum-nya. Dengan demikian guru mengetahui ada
tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-
tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa
tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan
sebelumnya. Hal ini dilakukan un-tuk mengetahui sampai di
mana pemahaman materi yang telah diberikan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai bahan pela-jaran yang belum dikuasainya dari
pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan
pelajaran sebelum-nya) secara singkat tapi mencakup semua
bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan
sebagai dasar bagi pelajaran yang akan di-bahas hari berikutnya
nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondi-si belajar
siswa.
9
Tujuan tahapan ini adalah mengungkapkan kembali tanggapan
siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi
belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap
prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan
pemanasan dalam olah raga. Kegiat-an ini akan mempengaruhi
keberhasilan siswa.
10
3. Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi atau penilaian dan
tindak lan-jut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua
(instruksional). Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu
rangkaian ke-giatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru
dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara
fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara
utuh. Di sinilah letak ke-terampilan profesional dari seorang guru dalam
melaksanakan strategi menga-jar. Kemampuan mengajar seperti
dilukiskan dalam uraian di atas secara teo-retis mudah dikuasai, namun
dalam praktiknya tidak semudah seperti digam-barkan. Hanya dengan
latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.5
C. Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Crake (dalam Santrock (2008:560) menyatakan bahwa dalam
memikirkan cara Anda mengorganisasikan ruang fisik kelas, Anda harus
bertanya kepada diri sendiri tipe aktivitas pengajaran apa yang akan diterima
murid (seluruh kelas, kelompok kecil, tugas individual, dan lain-lain). Berikut
ini beberapa gaya penataan kelas standar. Berikut ini akan dijelaskan tentang
gaya penataan kelas audiotorium, gaya tatap muka, gaya off-set, gaya seminar,
dan gaya klaster.
a. Gaya auditorium
Dalam gaya auditorium tradisional, semua murid duduk
menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid bertatap muka
dan guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya auditorium sering kali
dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi kelas.
5
https://www.asikbelajar.com/tahapan-instruksional-strategi-pembelajaran/
11
b. Gaya tatap muka
c. Gaya off-set
Dalam gaya off-set, sejumlah murid (biasanya tiga atau empat
anak) duduk di bangku tetapi duduk berhadapan langsung satu sama lain.
Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit dibandingkan gaya tatap muka
dan dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran koperatif.
6
Fadhilaturrahmi. Lingkungan belajar efektif bagi siswa sekolah dasar. Jurnal Basicedu Volume 2
Nomor 2, 2018
12
d. Gaya seminar
Dalam gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk
di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama
efektif ketika Anda ingin agar murid berbicara satu sama lain atau
berkomunikasi dengan Anda.
e. Gaya klister
13
1. Langkah Mendesain Kelas
Weinstein dalam Santrock (2008: 565) menyatakan bahwa ada
beberapa langkah dalam mendesain kelas, yaitu:
7
Ratno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis: Paradigma Baru Menuju Kompetensi Siswa
(Yogyakarka: Kanisius, 2007)
14
3) Libatkan murid dalam perencanaan tata ruang kelas.
15
c) Akhir masa SD anak-anak mulai kritis (menguji dan menentang
otoritas), oleh karena itu diperlukan penanganan yang lebih efektif di
samping senantiasa memberikan motivasi pada siswa yang lebih
tertarik kehidupan sosial ketimbang pendapat guru; dan
8
Muhammad kristiawan, Dian Safitri, Rena Lestari. Manajemen Pendidikan. Deepublish publisher. CV
Budi Utama:Yogyakarta. . 2017
16
1. Menjadi Komunikator yang Baik
Secara estimasi, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin,
yaitu komunikasi yang bersumber dari kata communis, yang berarti sama
makna dan sama rasa mengenai suatu hal. Para ahli juga menyejajarkan
asal kata komunikasi, yaitu Communicare yang dalam bahasa Latin
mempunyai arti, atau berasal dari kata commones yang berarti sama =
common. Artinya adalah membagi informasi agar pemahaman yang
sama antara satu orang dan yang lain (Tasmara, 1997).
e) Keterampilan mendengar.
h) Sentuhan
i) Ruang
9
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2003
17
j) Diam
1) Strategi manajemen
2) Menghadapi agresif
3) Rangkuman
18
terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran.
4) Latihan
19
Sebagai diketahui bahwa kehadiran ilmu Psikologi adalah upaya
untuk menjawab akan kebutuhan manusia dasar manusia, seperti harga
diri, percaya diri dan identitas diri. Dalam upaya membangun lingkungan
kelas yang kondusif perlu diperhatikan faktor internal peserta didik
berkaitan dengan emosi, perasaan, serta tingkah lakunya. Oleh karena itu
dalam meninjau dari perspektif Psikologi akan sangat berdampak besar
dalam terciptanya lingkungan kelas yang kondusif.
Gambaran jenis kelas gaduh dan sikap guru yang kadang otoriter
telah dibahas dalam materi sebelumnya, merupakan gambaran dari
sisi psikologis bahwa baik antara guru dan peserta didik telah gagal
membangun komunikasi yang baik, atau dapat disebabkan oleh
penerapan sistem komunikasi satu arah yang kadangkala dimonopoli
oleh guru.
20
a. Kehadiran siswa dalam kelas seringkali menjadi
keterpaksaan. Sehingga gaya emosi ini seringkali berdampak
pada munculnya konflik dan ganguan.
BAB III
PENUTUTUP
21
A. Kesimpulan
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah sebagai kegiatan guru.
Disamping itu, mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik.
Mengajar mencakup segala kegiatan menciptakan situasi agar para siswa
belajar. Pengertian belajar ini cukup luas, mencakup pula upaya guru
mendorong siswa agar belajar, menata ruang dan tempat duduk siswa,
mengelompokkan siswa, menciptakan berbagai kegiatan kelompok,
memberikan berbagai bentuk tugas, membantu siswa-siswa yang lambat,
memberikan pengayaan kepada siswa yang pandai, dan lain-lain.
Didalam mengajar terdapat tahapan-tahapan dalam proses mengajar
memiliki hubungan yang erat dengan penggunaan strategi mengajar.
Maksudnya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu
merupakan rangkaian yang utuh dalam tahap-tahapan mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.lektur.id/mengajar
22
Muhammad Ichsan, S.Pd.I, M. Ag, psikologi pendidikan dan ilmu mengajar,
jurnal edukasi Vol 2, Nomor 1, Januari 2016
https://haloedukasi.com/pengertian-mengajar-menurut-para-ahli
23
24