Anda di halaman 1dari 18

METODOLOGI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM





Makalah
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Model Pembelajaran PAI

Dosen Pembimbing : Dr. Rahmawati Rahim. M.Pd.I



Di Susun Oleh :
Agus Susanto, S.Pd.I
NIM : 2120103187



PROGRAM BEASISWA SUPERVISI PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2013
A. Pendahuluan
Fazlur Rahman mengemukakan bahwa salah satu poblem pendidikan umat Islam
adalah problem metode pendidikan. Pendidikan umat Islam senantiasa menggunakan metode
hafalan, yang tidak dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan
kreatif.[1] Seringkali dijumpai seorang guru yang berpengetahuan luas tetapi tidak berhasil
dalam mengajar, hanya karena tidak menguasai metode mengajar. Itulah sebabnya, metode
mengajar menjadi salah satu obyek bahasan yang penting dalam pendidikan.[2] Oleh karena
itu, Nazarudin Rahman berpendapat bahwa guru sebagai dari kerangka system pendidikan
dituntut untuk selalu mengembangkan keterampilan mengajar yang sesuai dengan kemajuan
zaman dan lingkungan lokal dimana proses pendidikan itu dilakukan. Jika guru bersikap
statis (merasa cukup dengan apa yang sudah ada) maka proses pendidikan itu akan statis pula
bahkan mundur.[3] Keberadaan metodologi pembelajaran merupakan salah satu solusi yang
dapat dijadikan guru dalam memecahkan persoalan tersebut, karena merupakan hasil
pengkajian dan pengujian melalui metode ilmiah.
Metodologi berarti ilmu tentang metode, sementara metode berarti cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Dalam ilmu tentang mengajar, metodologi disebut didaktik yaitu ilmu yang
membahas tentang kegiatan proses belajar mengajar yang menimbulkan proses belajar.
Didaktik dibedakan menjadi dua, yaitu dikdaktik umum dan didaktik khusus. Didaktik umum
membahas prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar, sedangkan didaktik khusus
yaitu membahas cara-cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada pelajar.[4] Dan dalam
Islam, dawah dan pendidikan tidak bisa dipisahkan, keduanya terjadi jalinan yang sangat erat
dan banyak mengalami persamaan-persamaan, hal ini ditegaskan Syeh Ali Manfudz bahwa :
Sesungguhnya dakwah kepada kebaikan itu adalah pendidikan, dan pendidikan yang
bermanfaat itu hanyalah ada dengan amal perbuatan, karena pendidikan itu tegak berdiri atas
teladan yang baik dan uswatun hasanah.[5]

Adapun dalam makalah ini akan membahas metodologi pembelajaran PAI, sebagai
ilmu dalam mengembangkan cara mengajar baik berupa prinsip-prinsip umum dalam
mengajar dan belajar (didaktik umum), dan membahas cara guru dalam menyajikan materi
dalam kegiatan proses pembelajaran dikelas (didaktik khusus) tentunnya pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Dengan demikian tujuan pembembelaran PAI akan tercapai.
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dalam makalah ini penulis akan merumuskan
beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Apakah metodologi pembelajaran PAI itu ?
2. Prisnsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam metodologi pembelajaran PAI ?
3. Bagaimana implementasi metodologi pembelajaran PAI pada kegiatan pembelajaran di
kelas?

B. Metodologi Pembelajaran PAI
1. Pengertian Metodologi Pembelajaran.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, metodologi berarti ilmu tentang metode atau
uraian tentang metode.[6] Dan dalam bahasa Arab disebut minhaj, wasilah,
kaipiyah, danthoriqoh, semuanya adalah sinonim, namun yang paling populer digunakan
dalam dunia pendidikan Islam adalah thoriqoh, bentuk jama dari thuruq yang berarti jalan
atau cara yang harus ditempuh.[7] Menurut M. Arifin, Metodologi berasal dari dua kata yaitu
metode dan logi. Adapun metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan
atau cara), dan logi yang berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu logos (akal atau ilmu),
maka metodologi adalah ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, metodologi pendidikan adalah sesuatu ilmu
pengetahuan tentang metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.[8] Hanya
saja,Mahmud Yunus menambahkan baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan,
maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya.[9]
Dalam bahasa Inggris, metode di sebut method dan way, keduanya diartikan cara.
Sebenarnya yang lebih layak diterjemahkan cara adalah kata way itu, bukan kata method.
Karena metode istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian cara yang
palingtepat (efektif) dan cepat (efisien) dalam melakukan sesuatu.[10] Maka metodologi
dalam pengertian ini adalah ilmu tetang metode yaitu ilmu yang mempelajari cara yang
paling tepat (efektif) dan cepat (efisien) untuk mencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Berdasarkan pengertian di tersebut, maka dijumpai dalam buku metodologi
pengajaran lebih banyak membahas bermacam-macam metode, seperti metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, demontrasi dan lain-lain.
Pengertian yang lebih luas tentang metodologi adalah pendapat Hasan Langgulung,
yang menyatakan bahwa metodologi pengajaran ialah ilmu yang mempelajari segala hal yang
akan membawa proses pengajaran bisa lebih efektif. Dengan kata lain metodologi ini
menjawab pertanyaan how, what, dan who yaitu pertanyaan bagaimana mempelajari sesuatu
(metode)?, apa yang harus dipelajari (ilmu)?, serta siapa yang mempelajari (peserta didik)
dan siapa yang mengajarkan (guru)?.[11] Pendapat yang semakna dengan di atas
dikemukakan oleh Omar Mohmmad Al-Toumy Al-Syaibany yang menyatakan bahwa :[12]
metode mengajar bermakna segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru
dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkan, ciri-ciri perkembangan
murid-muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku
mereka. Selanjutnya menolong mereka memperoleh maklumat, pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan.

Pendapat di atas diperkuat dengan fiman Allah dalam surah An-Nahl : 125, yang
artinya sebagai berikut :
Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasehat yang baik,
serta berbantahlah mereka dengan cara yang baik (QS.An-Nahl : 125).

Dengan demikian, metodologi pembelajaran tidak hanya membahas metode semata,
tapi kajiannya lebih luas yaitu mengaitkan cara mengunakan metode dengan bahan yang
diajarkan, peserta didik dan guru bahkan lingkungan.
Adapun pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli, sebagai berikut :[13]
a. Pendapat Gagne, bahwa pembelajaran diartikan seperangkat acara pristiwa eksternal yang
dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal.
b. J. Drost (1999), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan untuk
menjadikan orang lain belajar.
c. Mulkan (1993), memahami pembelajarann sebagai suatu aktifitas guna menciptakan
kreativitas siswa.
Pada Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yakni Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan atau situasi yang sengaja dirancang agar interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dapat melakukan aktifitas belajar.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dikemukankan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memahami metodologi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
a. metodologi pembelajaran adalah sebuah ilmu dalam mengembangkan cara yang dilalui
dalam proses pembelajaran yang berupa prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar
(didaktik umum).
b. metodologi pembelajaran adalah sebuah ilmu yang membahas cara yang paling cepat
(efektif) dan cepat (efisian) yang dapat digunakan guru dalam menyajikan materi dalam
kegiatan proses pembelajaran dikelas (Didaktik khusus).

2. Pendidikan Agama I slam (PAI ).
Pendidikan berasal dari kata didik. Dengan diberi awalan pend dan akhiran kan, yang
mengandung arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan
pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted,personal
ideals, aktivitas kepercayaan.[14]
Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang bisa digunakan dalam pengertian
pendidikan,
yaitu talim (mengajar),[15] tadib (mendidik),[16] dan tarbiyah (mendidik).[17] Namun
menurut al-Attas (1980) dalam Hasan Langgulung, bahwa kata tadib yang lebih tepat
digunakan dalam pendidikan agama Islam, karena tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja,
dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata terbiyah juga digunakan untuk hewan dan tumbuh-
tumbuhan dengan pengertian memelihara.[18] Dalam perkembangan selanjutnya, bidang
speliasisai dalam ilmu pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan, dan tarbiyah
digunakan dalam pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang.[19] Dengan demikian,
Pendidikan Agama Islam di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.
Nazarudin Rahman menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran PAI, yaitu sebagai berikut : [20]
a. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan membimbing,
pengajaran dan / atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang
hendak dicapai.
b. Peserta didik harus disiapkan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
c. Pendidik atau Guru Agama Islam (GPAI) harus disiapkan untuk bisa menjalankan
tugasnnya, yakni merencanakan bimbingan, pangajaran dan pelatihan.
d. Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.
Sebagai salah satu komponen ilmu pendidikan Islam, metode pembelajaran PAI harus
mengandung potensi yang bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan
agama Islam yang hendak dicapai proses pembelajaran.
Dalam konteks tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, Departemen
Pendidikan Nasional merumuskan sebagai berikut : [21]
a. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia
berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleran
(tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah.

Lebih lanjut, menurut Arifin, ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan
pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui metode, yaitu : pertama, membentuk
peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadaNya semata. Kedua, bernilai
edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Quran dan Al-hadist. Ketiga, berkaitan dengan
motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran al-Quran yang disebut pahala dan
siksaan.[22]
Berangkat dari beberapa penjelasan tersebut, dapat dikemukan bahwa Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar, yakni suatu kegiatan membimbing, pengajaran dan /
atau latihan yang dilakukan GPAI secara berencana dan sadar dengan tujuan agar peserta
didik bisa menumbuh kembangkan akidahnya melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT yang pada akhirnya mewujudkan manusia
Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia.
Agar hal di atas tercapai, maka GPAI dituntut mampu mengembangkan
kemampuannya dalam pembelajaran PAI, disinilah pentingnya mempelajari metodologi
pembelajaran PAI.

3. Prinsip- Prinsip Metodologi Pembelajaran PAI
Metodologi pembelajaran merupakan ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi berfungsi membantu dalam proses pembelajaran, karena memberikan alternatif dan
mengandung unsur-unsur inovatif.
Menurut Mulyasa (2004), tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku peserta didik. Oleh karena itu,
Firdaus (2005) menjelaskan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses
pengalaman belajar yang sistematis yang bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak
dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa juga sekaligus mengilhami mereka ketika
menghadapi problem dalam kehidupan sesungguhnya.[23] Dalam kontek pemberian
pengalaman belajar yang dimaksud di atas, maka implementasi metodologi pembelajaran
yang selama konvensional (terpusat pada guru), sudah saatnya untuk diganti dengan
metodologi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran.
Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany, prinsip-prinsip metodologi
pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
a. menjaga motivasi, kebutuhan, dan minat dan keinginan pelajar pada proses belajar.
b. menjaga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. memelihara tahap kematangan, perkembangan, dan perubahan anak didik.
d. menjaga perbedaan-perbedaan individu dalam anak didik.
e. mempersiapkan peluang partisipasi praktikal; sehingga menjadi keterampilan, adat
kebiasaan, sikap dan nilai.
f. memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan
kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan kebebasan berpikir.
g. menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak
didik.[24]
Pendapat yang hampir sama, menurut Abdurrahman Masud, bahwa secara teknis
dalam penerapan metode, guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Guru hendaknya bertindak sebagai role model, suri tauladan bagi kehidupan sosial siswa,
baik di dalam maupun luar di luar kelas.
b. Garu hendaknya menunjukkan sikap kasih sayang kepada siswa.
c. Guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai subyek dan mitra belajar, bukan obyek.
d. Guru hendaknya bertindak sebagai fasilitator, promotor of learning yang lebih
mengutamakan bimbingan, menumbuhkan kreativitas siswa, serta interakstif dan kamunikatif
dengan siswa.[25]
Maka menurut Syaiful Bahri, dalam penggunaan metode hendaknya didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Selalu beroritentasi pada tujuan.
b. Tidak terikat pada satu alternatif saja.
c. Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode.
d. Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lain.[26]
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, cara yang paling tepat dan cepat dalam
pembelajaran agama Islam yaitu dengan memperhatikan beberapa pertanyaan yang harus
dijawab ketika metodologi pembelajaran PAI mau diterapkan, yaitu : siapa yang diajar?,
berapa jumlahnya?, seberapa dalam agama itu akan diajarkan?, seberapa luas yang akan
diajarkan?, dimana pelajaran itu berlangsung? dan peralatan apa saja yang tersedia?. [27]
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip metodologi
pembalajaran PAI harus dapat memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan
siswa yang menjadi komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara
guru dan siswa bersama-sama dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran
PAI. Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi
pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar, dengan
kata lain meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

4. Manfaat Metodologi Pembelajaran PAI
Metode-metode pembelajaran PAI memiliki manfaat bagi pendidik dan peserta didik,
baik dalam proses belajar dan pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, bahkan
untuk hari esok. Sehubungan dengan itu, Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany
mengatakan bahwa kegunaan metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
a. menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan,
terutama berpikir ilmiah dan sikap dalm satu kesatuan.
b. membiasakan pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.
c. memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
d. menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif, komunikatif, sehingga dapat
meningkatkan motivasi peserta didik.[28]
Dengan demikian, keberadaan metodologi pembelajaran menunjukkan pentingnya
metode dalam sistem pengajaran. Tujuan dan materi yang baik tanpa didukung dengan
metode penyampaian yang baik dapat menghasilkan yang tidak baik. Atas dasar itu,
pendidikan agama Islam sangat memperhatikan terhadap masalah metodologi pembelajaran
ini. Sebagaimana hadits nabi, yang artinya sebagai berikut :
Bagi segala sesuatu itu ada caranya (metodenya). Dan metode masuk surga, adalah ilmu
(H.R. Dailami).[29]

5. Metode-metode Pembelajaran PAI
Metodologi pembelajaran PAI ini tidak akan ada artinya kalau tidak dilaksanakan
dalam praktek pendidikan. Pelaksanaan metodologi pembelajaran PAI itu dalam
pembelajaran diantaranya pemilihan metode mangajar yang efektif dan efisian. Dalam al-
Quran banyak metode yang bisa diterapkan untuk menyampaikan kalam-kalam Allah kepada
manusia, seperti metode cerita, diskusi, tanya jawab (dialog), metode perumpamaan
(metafora), metode hukuman dan ganjaran.[30]
Selain metode yang terdapat dalam Al-Quran, menurut Ramayulis, ada beberapa
metode yang dapat kita gunakan dalam pembelajaran Pendidikan agama Islam, diantaranya :
metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demontrasi, karyawisata, penugasan, pemecahan
masalah, simulasi, eksperimen, penemuan, sosio drama, kerja kelompok dan lain-
lain.[31]Metode-metode tersebut secara konvensional telah banyak dipraktekkan oleh GPAI
disekolah terutama metode ceramah dan tanya jawab.
Lebih lanjut, Nazarudin Rahman menjelaskan ada beberapa model pembelajaran yang
dapat mewujudkan kegiatan belajar siswa aktif, diantaranya : Jigsaw (tim ahli), Cooperatif
Script (bekerja berpasangan), Problem Based Introduction (PBI), Artikulasi, Group
Investigation, Explicit Intruction, Coopetive Intergrated Reading dan Compotion, Inside-
Outside-Circle, Consep Sentece, Complete Sentese, Mind Mapping.[32] Metode-metode ini
belum begitu populer di kalangan GPAI, sebagian kecil saja yang menerapkannya dalam
proses pembelajaran.
Metode-metode tersebut, boleh saja digunakan dalam pendidikan agama Islam asal
tidak bertentangan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Kalau dilihat dari Al-Quran dan Al-
Hadits maka ayat-ayat dan hadist yang menjadi dasar dari metode-metode tersebut. Perlu
disadari bahwa sangat sulit untuk menentukan menentukan metode mana yang terbaik, yang
paling sesuai atau efektif. Penentuan metode sangat erat hubungannya dengan kemampuan
guru, materi dan siswa serta sarana prasarana yang tersedia.
Menurut Ing S. Ulih Karo-karo dalam Ramayulis, ada beberapa faktor yang harus
diperahatikan dalam metode mengajar, diantaranya tujuan yang hendak dicapai, pelajar,
bahan pelajaran, fasilitas, guru, situasi, partisipasi dan kebaikan dan kelemahan metode
tersebut.[33]
Dengan demikian, GPAI harus cerdas dalam memilih metode pembelajaran, yaitu
metode yang memungkinkan siswa yang belajar dalam kontek yang bermakna. Bermakna
yang dimaksud, menjadikan pengetahuan yang relevan dengan siswa, memberikan
kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisi,
menemukan dan menyimpulkan. Dan GPAI harus merubah kebiasaan yang selama ini hanya
menggunakan metode konvensional menuju inovasi baru yaitu metode pembalajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
C. Kesimpulan
Metodologi pembelajaran PAI adalah ilmu yang mempelajari cara yang paling tepat
(efektif) dan cepat (efisien) untuk mencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.Metodologi pembalajaran PAI harus dapat memungkinkan pembelajaran PAI terpusat
pada guru dan siswa yang menjadi komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya
interaksi antara guru dan siswa bersama-sama dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran PAI. Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan
berupa materi pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang
belajar, dengan kata lain meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan demikian, GPAI harus cerdas dalam memilih metode pembelajaran, dan
GPAI dituntut untuk selalu megembangkan dan memperbaharui (berinovasi) dalam
menggunakan metode pembelajaran, hingga dapat merubah kebiasaan yang lama yaitu
merasa cukup dengan metode konvensional yang sudah ada.
Daftar Pustaka

Abdurrahman Masud, 2002, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik ; Humanisme
Raligius sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta, Gama Media.
Abdurrahman Saleh Abdullah,1994, Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Quran, cet. kedua,
Jakarta, Rineka Cipta.
Abu Taudhied, 1990, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Ahmad tafsir, 2004, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet ke delapan. Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Arif Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: CIPUTAT PRES.
Hasan Langgulung, 2000, Asas-asas Pendidikan Islam, edisi revisi, Jakarta, Al-Husna Zikra.
M. Arifin, 1996, Ilmu Pendidikan Islam; suatu tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan
pendekatan Interdisipliner, cet. ke empat. Jakarta, Bumi Aksara.
Nazarudin Rahman, 2009, Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep, Karakteristik dan
Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I, Yogyakarta, Pustaka Felicha.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Alih bahasa Hasan
Langgulung, cet. pertama. Jakarta, Bulan Bintang.
Ramayulis, 2001, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet ketiga, Jakarta, Kalam Mulia.
Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Guru dan Anak Didik ; dalam interaksi edukatif, Cet. pertama,
Jakarta. Rineka Cipta.
Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 2002, Jurnal Ilmu Pendidikan Islam; Kajian
tentang Konsep, Problem dan Prospek Pendidikan Islam, edisi Vol. 3 No. 2 Januari 2001,
Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kali Jaga.
Tim DirJen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, 2001, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta : Depatemen Agama RI.








[1] Sutrisno, Problem-Problem Pendidikan Umat Islam; Studi atas Pemikiran Fazlur
Rahman, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 3 no 2 Januari 2002, Yogyakarta,
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, hal. 31-21.
[2] Tim Dirjen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama
Islam, Jakarta : Depatemen Agama RI, 2001, hal. 20.
[3] Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep, Karakteristik
dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I, Yogyakarta, Pustaka
Felicha, 2009, hal. i.
[4] Tim Dirjen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, Op.Cit., hal. 19.
[5] Abu Tauhied, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarat, Fak.Tarbiyah IAIN
Sunan Kali Jaga, 1990. Hal. 75.
[6] Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Indonesia, Cet. empat, Jakarta, Balai Pustaka,
2007. Hal. 741.
[7] Abu Tauhied, Op. Cit. Hal. 72.
[8] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, cet. ke empat, Jakarta, Bumi Aksara, 1996. Hal. 61.
[9] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press.
2000, Hal. 87.
[10] Ahmad tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet ke delapan, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2004, Hal. 9.
[11] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, edisi revisi, Jakarta, Al-Husna
Zikra, 2000, Hal. 350.
[12] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Alih bahasa
Hasan Langgulung, cet. pertama. Jakarta, Bulan Bintang, 1979, Hal. 553.
[13] Nazarudin Rahman. Op.Cit. hal. 163.
[14] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet ketiga, Jakarta, Kalam Mulia,
2001, Hal. 3.
[15] Diambil dari Q.S. Al-Baqarah : 31, artinya : dan Allah mengajarkan kepada Adam
segala nama, kemudian ia berkata kepada malaikat : beritahulah aku nama-nama
semua itu jika kamu benar.
[16] Hadis nabi, artinya : Allah mendidikku, maka Dia memberikan kapadaku sebaik-
baik pendidikan.
[17] Q.S Bani Israil : 24, artinya : Wahai tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana
mereka mendidikku sewaktu kecil.
[18] Hasan Langgulung, Op. Cit., Hal. 3.
[19] Ramayulis, Op. Cit. Hal. 4.
[20] Nazarudin Rahman, Op.Cit. Hal. 12.
[21] Ibid, hal. 17.
[22] M. Arifin, Op Cit. Hal. 198.
[23] Nazarudin Rahman, Op.Cit. hal. 165.
[24] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Op. Cit., Hal. 595-627.
[25] Abdurrahman Masud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik ; Humanisme
Raligius sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta, Gama Media, 2002, hal.
202.
[26] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik ; dalam interaksi edukatif, Cet.
pertama, Jakarta. Rineka Cipta, 2000, hal. 184.
[27] Ahmad tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet kedelapan. Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2004, Hal.10.
[28] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Op. Cit Hal.585.
[29][29] Abu Tauhied, Op. Cit. Hal. 73.
[30] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Quran, cet.
kedua, Jakarta, Rineka Cipta, 1994, hal. 197-231.
[31] Ramayulis, Op Cit, hal. 108-109.
[32] Nazarudin Rahman, Op.Cit. Hal. 165-174.
[33] Ramayulis, Op. Cit., Hal. 111-114.



Metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Metode
adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian
tujuannya. Dalam metode mangajar, faktor guru, siswa, bahan yang akan diajarkan, situasi, sarana,
prasarana, serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya. Dengan banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi di dalam penggunaan suatu metode, maka sebenarnya cukup sulit bagi seorang
guru untuk menetapkan metode yang paling baik dan harus dipakai di dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam agar pembelajaran tersebut berhasil.

Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas, 2002 : 741 ) , berarti ilmu tetang
metode; uraian tentang metode. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama ( 2002 : 740) ,
berarti : Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Sedangkan metode mengajar, Zuhairini dkk. ( 1981 : 68 ) memberikan definisi sebagai berikut:
Metode mengajar adalah :
o merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan.
o merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
o merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan.

Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini dkk. (1981 : 69) merumuskan
pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam seperti berikut ini : ... segala usaha yang sistematis
dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik di
dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah.

Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk
pembelajaran shalat, misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya
jawab , latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran Islam,
melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan ibadah kepada-Nya.
Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru.

Seorang guru harus senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan . Kemampuan
intelektual dan metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru. Karena
keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar ia dapat berperan sebagaimana mestinya sebagai guru
Pendidikan Agama Islam.

Karena pendidikan merupakan perintah Allah, maka Allah banyak memberikan petunjuk tentang
masalah pendidikan ini. Surah Al-Alaq ayat 1 5 yang merupakan wahyu yang pertama kali turun
kepada Nabi Muhammad SAW. sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan. Ayat pertama surah
ini merupakan perintah membaca (

). Membaca merupakan salah satu aktivitas dalam


pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang tertulis maupun membaca fenomena
alam yang tidak tertulis.

Erwati Aziz di dalam bukunya Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ( 2003 : 2 ), mengungkapkan bahwa
para ahli pendidikan Islam, seperti Hasan Langgulung, Muhammad Fadhil Jamali, dan Fathiyah
Hasan Sulaeman, senantiasa memasukkan wahyu pertama ini sebagai ayat pendidikan. Mereka juga
mengemukakan bahwa gaya bahasa dan ungkapan ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa ia
mengandung nilai-nilai metodologis yang beragam sesuai dengan sasaran yang dihadapinya.

Salah satu ayat yang sarat dengan nilai metodologis yaitu Surah An-Nahl ayat 125 :



Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.... .

Bagian ayat

adalah mengajarkan agama,



sedang

itu adalah metode ( Abu Ahmadi, 1976 : 28 ).



Salah satu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pembiasaan dan pengamalan ;
sebuah metode yang diisyaratkan secara implisit di dalam Surah Al Alaq. Pada waktu turun wahyu
tersebut perintah iqra diulang-ulang oleh Malaikat Jibril. Latihan dan pengulangan yang merupakan
metode praktis untuk memahami suatu materi pelajaran termasuk dalam metode ini. Dalam
pegamalan ajaran agama , pembiasaan ini sangat penting , karena bila sudah terbiasa melakukannya
dengan baik sejak kecil akan sulit untuk berubah dari kebiasaan tersebut.

Barangkali Anda merasa ada yang kurang dalam uraian ini, Anda diharapkan sekali untuk
mengomenatarinya.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Abu . 1976 . Metodik




PENGERTIAN, TUJUAN, DAN FUNGSI METODOLOGI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM


A. Pendahuluan

Metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam
(PAI). Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien
pula pencapaian tujuannya. Dalam metode mangajar, faktor guru, siswa, bahan yang
akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana, serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar
pengaruhnya. Dengan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam
penggunaan suatu metode, maka disini seorang guru dituntut untuk menetapkan
metode yang paling baik dan harus dipakai di dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam agar pembelajaran tersebut berhasil.

B. Pengertian MPAI

Metodologi terdiri dari kata metodo dan logi. Metode berasal dari bahasa
greek metha (melalui/melewati) dan hodos (jalan/cara). Metode berarti jalan atau cara
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Logi berasal dari kata logos yang
artinya ilmu. Jadi, metodologi berarti ilmu yang membahas tentang jalan atau cara yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Metodologi pendidikan agama Islam berarti cara-cara yang tepat dipakai untuk
membentuk kepribadian agama Islam kepada peserta didik, melalui contoh teladan,
pembiasaan, ganjaran ataupun hukuman. Sedangkan metodologi pengajaran agama
adalah cara-cara yang tepat dipakai untuk mengajarkan agama kepada peserta didik,
agar memiliki pengetahuan agama. Adapun metodologi Pengajaran Agama adalah cara-
cara yang tepat digunakan agar peserta didik belajar agama, dalam arti berusaha
melakukan perubahan perilaku dengan mengikuti tuntunan agama yang dipeluknya.
Sebagai ilmu, metodologi pengajaran merupakan salah satu cabang dari
pedagogik yang membahas tentang pengajaran, yang disebut didaktik , didaktik ini
dibagi mnjadi dua, yaitu:
1. Didaktik umum, yang membahas prinsip-prinsip umum mengajar yang berlaku untuk
semua mata pelajaran.
2. Didaktik khusus, yang membahas pelaksanaan cara-cara mengajar yang
disebut dengan metodik.
Metodik dalam pembahasan ini akan dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
1. Metodik umum, yang berlaku untuk semua mata pelajaran. Hal ini berarti tidak
membedakan antara pendidikan umum dan pendidikan Agama.
2. Metodik khusus, yang hanya berlaku untuk mata pelajaran tertentu, misalnya Metodik
Khusus Pendidikan Agama Islam (MKPAI), yang kini disebut dengan Metodologi
Pendidikan Agama Islam

C. Ruang lingkup, ilmu-ilmu bantu,m dan manfaat MPAI

Dalam pembahasan ini, ruang lingkup MPAI ini meliputi:
1. Tujuan pendidikan dan pengajaran agama
2. Materi atau bahan pelajaran agama
3. Metode pengajaran agama
4. Alat/ media/ sumber pendidikan agama, dan.
5. Evaluasi pendidikan agama
Sedangkan, Ilmu-ilmu bantu bagi MPAI adalah sebagai berikut:
1. Filsafat, memberikan sumbangannya dalam hal merumuskan tujuan, pendidikan/
pengajaran agama
2. Psikologi, memberikan penjelasan kondisi sikologis peserta didik
3. pedagogik dan didaktik, memberikan sumbangan dalam hal pemilihan dan penentuan
metode pembelajaran yang akan pakai
4. Sosiologi, memberikan sumbangan penjelasan terkait dengan lingkungan masyarakat
sebagai sumber belajar.
Manfaat mempelajari MPAI bagi guru agama islam dan peserta didik sebagai
berikut:
1. Guru Agama Islam. MPAI dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam proses
belajar mengajar. Dalam hal pemilihan dan penentuan metode mengajar yang akan
dipakai agar berhasil dengan baik.
2. Peserta didik. Hasil pembelajaran akan mudah dipahami, dimengerti, dan berarti bagi
kehidupan peserta didik. Dan dapat menggunakannya dalam berbagai situasi, dalam
kehidupan sehari-hari.

D. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut john sealy (Chabib Thaha, dkk, 1999), pendidikan agama, termasuk PAI
dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi,
yaitu: konfensional, neo konfensional, konfensional tersembunyi, implisit
dan non konfensional. Untuk lebih jelasnya :
1. Konfensional, artinya pendidikan agama dimaksudkan untuk mningkatkan komitmen
dan perilaku keberagaman peserta didik.
2. Neo konfensional, yakni pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan
keberagaman peserta didik sesuai dengan keyakinannya.
3. Konfensinal tersembunyi, artinya pendidikan agama menawarkan sejumlah ajaran
agama dengan harapan peserta didik nantinya akan memilih salah satunya yang
dianggap paling benar atau sesuai dengan dirinya, tanpa ada arahan pada salah satu
diantaranya.
4. Implisit, artinya pendidikan agama dimaksudkan untuk mengenalkan kepada peserta
didik ajaran agama secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan, melalui berbagai
subyek pelajaran.
5. Non konfension, artinya pendidikan agama dimaksudkan sebahai alat untuk memahami
keyakinan atau pandangan hidup yang dianut orang lain.

Dari berbagai fungsi diatas, perlu dikonfirmasikan dengan undang-
undang Republik Indonesia, nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional penjelasan pasal 37 ayat 1 pendidikan agama dimaksudkan untuk
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut
Malik Fajar (1998), fungsi pendidikan agama di sekolah adalah memberikan landasan
yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan
perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang kuat (Pemeluk agama
yang taat), landasan itu meliputi:
1. Landasan motivasional, yaitu pemupukan sifat positif peserta didik untuk menerima
ajaran agamanya dan sekaligus bertanggung jawab terhadap pengamalannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Landasan etik, yaitu tertanamnya norma-norma keagamaan peserta didik sehingga
perbuatannya selalu diacu oleh isi, jiwa dan semangat akhlakul karimah.
3. Landasan moral, yaitu tersusunya tata nilai (value system) dalam diri peserta didik yang
bersumber dari ajaran agamanya sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi
setiap tantangan dan perubahan.
Berdasarkan acuan pedagogis, penanaman motivasi, etik dan moral itu, pada
dasarnya pendidikan agama adalah menanamkan seperangkat nilai, yaitu iman, amal
dan takwa.
Agar di masa depan agama tetap berada dalam bingkai misi profetiknya,
dibutuhkan pemahaman dan penghayatan yang utuh kepada agama. R. Stark dan C.Y.
Lock, mengungkap lima dimensi agama yang penting, yaitu:
1. Dimensi keyakinan. Inilah yang menjadi prioritas utama, selain syariah dan akhlak.
2. Dimensi praktek agama, terutama dalam bentuk spiritual, seperti sholat, puasa, zakat,
dan haji
3. Dimensi pengalaman, artinya tanggapan pemeluk agama yang melibatkan akal,
perasaan dan kehendak hati terhadap apa yang dihayati sebagai realitas mutlak.
4. Dimensi pengetahuan dan intelektual, minimal mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-
ritual, kitab suci, dan tradisi.
5. Dimensi konsekuensi, yang berarti akibat yang ditimbulkan dalam kehidupan sosial.
E. Faktor- factor

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode mengajar yaitu:
1. Faktor tujuan yang dicapai
2. Peserta didik yang dihadapi
3. Guru yang mengajar
4. Situasi yang berbeda
5. Fasilitas yang tersedia

F. Kerangka teoritik Metodologi Pendidikan Agama Islam (MPAI)

Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam memilih cara atau
metode ini, beserta bahan pelajaran yang akan disampaikan. Jadi metode itu hanyalah
menentukan prosedur yang akan diikuti.
Beberapa ayat al-Quran yang dapat digunakan dalam metode ini antara lain:

1. Q.S. al-Qiyamah:17-18,
Ep) 4L^1U4N +OEu-
+O4^-47O~4 ^_ -O)
+O4^4O~ ;7)lE> +O4^-47O~
^g
Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya.Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu. (Q.S. al-Qiyamah:17-18)

2. Q.S. al-Alaq: 1-5,
4O^~- c) El)4O Og~-.-
4-UE ^ 4-UE =}=Oee"- ;}g`
-U4N ^g 4O^~- El4O4
N4O^- ^@ Og~-.- =^U4
U^) ^j =^U4 =}=Oee"-
4` uu4C ^)
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam(tulis baca). Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-Alaq: 1-5)

3. Q.S. al-Furqon: 32,
4~4 4g~-.- W-NOEE O
4@O+^ gO^OU4N Np-47O^-
6-u7- LEEg4 _ ElgEO
=e)OlwNLg gO) EE1-E W
+OE4UE>4O4 1EOg>O> ^@g
Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacanya kelompok demi kelompok (teratur dan benar). (Q.S. al-Furqon:
32).


G. Kesimpulan
Metodologi pendidikan agama Islam berarti cara-cara yang tepat dipakai untuk
membentuk kepribadian agama Islam kepada peserta didik, melalui contoh teladan,
pembiasaan, ganjaran ataupun hukuman.
MPAI memiliki ilmu bantu, yang saling terkait antara satu sama lain. Mempelajari
MPAI juga bermanfaat bagi pendidik dan juga peserta didik.
Fungsi pendidikan agama islam adalah agar menjadikan manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, yang berarti memberikan landasan yang
mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan
yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang taat beribadah.







Referensi:
Thoha, Chabib. 1991, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Belajar
Depag RI, Ditperta. 1981/1982.Thuruqu Ta'lim al-Tarbiyah al-Islamiyah (terjemahan)
Zuhairi. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani
Ramayulis. 2003. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal , memahami, menghayati, mengiman, bertaqwa berakhlak mulia mengamalkan ajran
islam dari sumber utamanya kitab suci Al quran dan Hadist melalui kegiatan bimbingan,
pengajaranlatihan serta penggunaan pengalaman (kurikulum 2004 Standar Kompetensi MPAI
Depdiknas 2003
Seorang pendidik harus punya:
1. Profesional
2. Selesra Humor yang tinggi
3. Bersikap adil dan arif


Fungsi PAI
1.Pengembanghan
Meningkatkan keimanan peserta didik dalam keluarga

2. Penyaluran
Menyalurkan peserta didk yang berbakat terutama dalam bidang agama agar dapat berkembang
secara optimal

3. Perbaikan
Untuk memperbaika kesalahan kesalahan atau kekurangan 2 peserta didik dalam keyakinan dan
pemahaman

4. Pencegahan
Menangkal budaya negatif yang dapat membahayakan dirinya
5. Penyesuaian
Menesuaikan diri dengan lingkungannya
6. Sumber Lain memberikan pedoman hidup bahagia dunia akhirat

Anda mungkin juga menyukai