Anda di halaman 1dari 18

RANAH KOGNITIF AFEKTIF DAN

PSIKOMOTORIK SEBAGAI SASARAN EVALUASI


PEMBELAJARAN
Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Evaluasi
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Agus Salim Mansyur

Di susun oleh :
Miftah Farid (2180040011)
Kelas : PAI Reguler.

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019 M/ 1440 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya
mengenal istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa
setiap jenjang dan jenis pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu
selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan ini di lakukan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman peserta didik di dalam memahami materi pembelajaran,
perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap dan
kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan
materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini
seorang guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang
mengalami kesulitan dalam memahami sasaran atau obyek penilaian hasil belajar
peserta didik, selain itu evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya
sebatas penilaian semata tanpa tahu ranah apa saja yang menjadi objek dalam
penilaiian. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik yang mampu
dan terampil dalam melaksanakan evaluasi, sehingga evaluasi menjadi alat ukur
yang valid yang bisa menggambarkan perkembangan peserta didiknya, karena
dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah
ia melaksanakan proses belajar. Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi
masalah tersebut perlu adanya pemahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian
dalam pembelajaran sehingga jika terjadi kekurangan ataupun kelemahan
didalamnya dapat segera di perbaiki untuk kedepannya agar tujuan pembelajaran
yang telah di rumuskan pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di harapkan,
kemudian pemakalah akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek
pembelajaran di antaranya yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah kita melihat latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja objek atau sasaran evaluasi?

2. Apa saja ranah kognitif, afektif dan psikomotorik ?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah evaluasi pendidikan dan semoga bisa menjadikan sumbangsih dalam
pengetahuan, yang sekiranya dapat membantu untuk menambah pemahaman
mengenai sasaran dan objek penilaian, di antaranya:
1. Untuk mengetahui objek atau sasaran evaluasi.

2. Untuk mengetahui ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. OBJEK EVALUASI PENIDIKAN


Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi yaitu segala
sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan
informasi tentang sesuatu tersebut. Dalam sejarah pengukuran dan penilaian
pendidikan tercatat, bahwa pada kurun waktu tahun empat puluhan, beberapa
orang pakar pendidikan di Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M. D.
Englehart, E. Furst, W. H. Hill, Daniel R. Krathwohl dan didukung pula oleh
Ralph E. Tylor, mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan
pendidikan yang disebut taxonomy (pengelompokan). Ide untuk membuat
taksonomi itu muncul setelah lebih kurang lima tahun mereka berkumpul dan
mendiskusikan pengelompokan tujuan pendidikan, yang pada akhirnya
melahirkan sebuah karya Bloom dan kawan-kawannya itu, dengan judul:
Taxonomy of Educational Objectives (1956).
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis
domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
Ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective
domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain) 1. Dalam konteks evaluasi
hasil belajar, maka ketiga ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap
kegiatan evaluasi hasil belajar, yaitu: Apakah peserta didik sudah dapat
memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan kepada
mereka?, apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?, dan apakah materi
pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam
praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?.
Adapun taksonomi yang dimaksud adalah: Ranah kognitif (cognitive
domain) menurut Bloom dan kawan-kawannya mencakup : pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis
1
Gintings, Belajar & Pembelajaran, (Bamdung: Humaniora, 2008) hlm. 35

3
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Ranah afektif (affective
domain) menurut taksonomi Krathwohl Bloom dan kawan-kawan meliputi :
penerimaan (receiving), partisipasi aktif (responding), penilaian (valuing),
organisasi (organization), pembentukan pola hidup (characterization by a value
or value complex). Ranah psikomorik (psykomotoric domain) menurut
klasifikasi Simpson mencakup: persepsi ( perception), kesiapan (set), gerakan
terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical response),
gerakan yang kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan
(adjustment), dan kreatifitas (creativity).2

1. ASPEK KOGNITIF (KEMAMPUAN)

Aspek kognitif (kemampuan) adalah ranah yang mencakup kegiatan mental


(otak). Yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMP, dan di SMU pada umumnya
adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Dalam aspek
kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir menurut Bloom yang diurutkan
secara hierarki piramidal. Sistem klasifikasi Bloom itu dapat digambarkan sebagai
berikut:

Penilaian 6 (Evaluation)
Sintesis (syntesis)
5

4
Analisis (Analysis )
Penerapan 3 (Application)
Pemahaman 2 (Comprehension)
Pengetahuan (Knowledge)
1

Keenam aspek ini bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih).
Aspek yang kebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.

2
Sudaryono,Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, hlm. 43

4
Overlap antara aspek-aspek kognitif ini dapat digambarkan seperti gambar di
bawah ini

Dengan demikian :

Aspek 2 meliputi juga aspek 1;

Aspek 3 meliputi juga aspek 2 dan 1;

Aspek 4 meliputi juga aspek 3, 2 dan 1;

Aspek 5 meliputi juga aspek 4, 3, 2 dan 1;

Aspek 6 meliputi juga aspek 5, 4, 3, 2 dan 1;

Berikut ini penjelasan singkat tiap aspek sebagaimana dalam taksonomi


Bloom.
a. Pengetahuan (knowledge)

Adalah aspek yang paling dasar, seringkali juga di sebut aspek


ingatan atau mengingat-ingat kembali (recall). Kemampuan
seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama,

5
istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Dalam penilaiannya bentuk
soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini antara lain: benar-
salah, mendeskripsikan sesuatu, menjodohkan isian atau jawaban
singkat, dan pilihan ganda.3

b. Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami


sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya
dari berbagai segi. Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan
dalam proses belajar-mengajar. Siswa di tuntut memahami atau
mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang di
komunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering
digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan
uraian.
Kemampuan pemahaman dapat di jabarkan menjadi tiga, yaitu :

1. Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan


(translation) arti dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dapat
juga dari konsepsi abstrak menjadi model, yaitu model simbolik
untuk mempermudah orang mempelajarinya. Kata kerja
operasional yang di gunakan untuk merumuskan dan mengukur
kemampuan menerjemahkan ini adalah dengan cara
menerjemahkan, mengubah, mengilustrasikan dan sebagainya.4
2. Menginterprestasi ( interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu
3
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka cipta, 2007cet. 4. Hlm. 103
4
Ibid., hlm. 106-107

6
komunikasi. Misalnya: peserta didik diberikan suatu diagram,
table, grafik, atau gambar-gambar lainnya kemudian peserta didik
di minta untuk menafsirkannya.
3. Mengekstrapolasi ( extrapolation)
Berbeda dengan menerjemahkan dan menafsirkan,
mengekstrapolasi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan
intelektual yang lebih tinggi.
Contoh yang sederhana: 2-4-6-8-10…-…

Siswa diminta mengisi dua bilangan yang merupakan kelanjutan


dari deret angka diatas. Selain ekstrapolasi ada juga intrapolasi
perbedaannya hanya pada letak titik-titik, jika letak titiknya di
tengah disebut intrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat
dipalai untuk mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan,
memperkirakan, menduga, menyimpulkan, meramalkan,
membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.5

c. Penerapan (application)

Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau


menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Pengukuran kemampuan ini
umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem
solving). Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan dengan suatu
masalah riil atau hipotesis yang perlu dipecahkan dengan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Bentuk soal yang
sesuai untuk mengukur aspek penerapan antara lain pilihan ganda
dan uraian. Kata kerja operasional untuk merumuskannya adalah
menggunakan, meramalkan, menghubungkan, menggeneralisasi,
memilih, mengembangkan, mengorganisasi, mengubah, menyusun

5
Ibid., hlm. 108

7
kembali, mengklasifikasi, menghitung, menerapkan, menentukan
dan memecahkan masalah.6

d. Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau


menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian
atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Dengan
jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas. Bentuk
soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan
ganda dan uraian.

e. Sintesis (synthesis)

Sisntesis merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.


Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian
atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola
yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis
kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah
satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta
didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagaimana telah diajarkan oleh Islam.

f. Penilaian (evaluation)

Merupakan kemampuan seseorang untuk membuat


pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Kemampuan ini
menuntut peserta didik agar dapat mengevaluasi situasi, keadaan,
pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.7

6
Ibid., hlm. 110
7
Ibid., hlm. 113

8
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
kognitif
No Tingkatan Deskripsi
1 (knowledge) Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep,
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori,
prosedur, dll.
Contoh kegiatan belajar:
 Mengemukakan arti
 Menentukan lokasi
 Mendeskripsikan sesuatu
 Menceritakan apa yang terjadi
 Menguraikan apa yang terjadi
2 (comprehension Arti: pengertian terhadap hubungan antar-
) faktor, antar konsep, dan antar data hubungan
sebab akibat penarikan kesimpulan.
Contoh kegiatan belajar:
¨    Mengungkapkan gagasan dan pendapat
dengan kata-kata sendiri
¨    Membedakan atau membandingkan
¨    Menginterpretasi data
¨    Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨    Menjelaskan gagasan pokok
¨    Menceritakan kembali dengan kata-kata
sendiri

3 (application) Arti: Menggunakan pengetahuan untuk


memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:
 Menghitung kebutuhan
 Melakukan percobaan
 Membuat peta
 Membuat model
 Merancang strategi

9
4 (analysis) Artinya: menentukan bagian-bagian dari
suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan
dan menunjukkan hubungan antar bagian
tersebut
Contoh kegiatan belajar:
 Mengidentifikasi faktor penyebab
 Merumuskan masalah
 Mengajukan pertanyaan untuk mencari
informasi
 Membuat grafik
 Mengkaji ulang
5 (synthesis) Artinya: menggabungkan berbagai informasi
menjadi satu kesimpulan/konsep atau
meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi
suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v   Membuat desain
v   Menemukan solusi masalah
v   Menciptakan produksi baru, dst.
6 (evaluation) Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-
salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak
bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan, dst.

2. ASPEK AFEKTIF (SIKAP)

Aspek afektif (sikap) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai 8.
Aspek afektif pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia,
sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. sikap seseorang
8
Sudaryono,Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, hlm. 46

10
dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama
Islam akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di
sekolah. Aspek afektif ini oleh Krathwohl Bloom dan kawan-kawan ditaksonomi
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu :
a. Menerima atau memperhatikan (receiving or attending). Jenjang ini
berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam
fenomena khusus (kegiatan dalam kelas, music, baca buku, dan
sebagainya). Di pandang dari segi pengajaran jenjang ini berhubungan
dengan menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian
siswa.
b. Menanggapi/ partisipasi (responding).

Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini siswa
tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi
terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat
menekankan kemauan untuk menjawab.
c. Menilai atau menghargai/ penentuan sikap (valuing).

Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai
dari hanya sekedar penerimaan nilai ( ingin memperbaiki keterampilan
kelompok) sampai pada tingkat komitmen yang lebih tinggi ( menerima
tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif), penentuan
sikap ini mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
sesuatu yang memposisikan diri sesuai dengan penilaiannya itu.
d. Mengatur atau mengorganisasikan (organization)

Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda,


menyelesaikan/memecahkan konflik di antara nilai-nilai itu, dan mulai
membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal.

11
e. Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai (
characterization by a value or value complex )

Pada jenjang ini individu memiliki sistem nilai yang mengontrol


tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga
membentuk karakteristik “ pola hidup”. Jadi tingkah lakunya menetap,
konsisten, dan dapat diramalkan. Hasil belajar meliputi sangat banyak
kegiatan, tapi penekanan lebih besar diletakan pada kenyataan bahwa
tingkah laku itu menjadi ciri khas atau karakteristik siswa itu.9

Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek


Afektif
Tingkat Contoh kegiatan pembelajaran
Penerimaan Arti: Kepekaan (keinginan menerima atau
(Receiving) memperhatikan) terhadap fenomena atau stimulus,
menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh :
Peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib
ditegakkan sifat malas dan tidak berdisiplin harus
disingkirkan jauh-jauh
Responsi Arti : kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
(Responding mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
) fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya
dengan salah satu cara.
Contoh kegiatan belajar :
 Menta`ati aturan,
 mengerjakan tugas
 mengungkapkan perasaan
 menanggapi pendapat
 meminta maaf atas kesalahan
 mendamaikan orang yang bertengkar.
Acuan Nilai Arti : Menilai dan menghargai artinya memberikan
( Valuing) penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek
Contoh Kegiatan Belajar :
 mengapresiasi pegawai kebersihan

9
Ibid., hlm. 118

12
 menghargai teman
 menunjukkan perhatian
 menunjukkan alasan
 menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran
HAM
Arti : mempertemukan perbedaan nilai sehingga
Organisasi terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang
membawa kepada perbaikan umum
Contoh kegiatan belajar :
 rajin, tepat waktu
 objektif dalam memecahkan masalah
 mempertahankan pola hidup sehat
 menilai suatu fasilitas umum dan mengajukan
saran perbaikan
 menyarankan pemecahan suatu masalah
 menilai kebiasaan konsumsi
 mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik
antar- teman

3. ASPEK PSIKOMOTORIK (KETRAMPILAN)

Aspek Psikomotorik (ketrampilan) adalah aspek yang berkaitan dengan


keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk
berprilaku).10 Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil
belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam aspek kognitif
dan aspek afektifnya. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari : persepsi
( perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang
terbiasa (mechanical response), gerakan yang kompleks (complex response),
penyesuaian pola gerakan (adjustment), dan kreatifitas (creativity) .

10
Sudaryono,Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, hlm. 47

13
a. Persepsi (perception).

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat


antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antar ciri-
ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan, yang
dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukan kesadaran
akan hadirnya rangsangan (stimulation) dan perbedaan antara
rangsangan yang ada. Misalnya siswa akan mampu membedakan
huruf d dan g atau antara bentuk angka 6 dan 9 yang di tulis di papan
tulis.
b. Kesiapan (set)

Mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan


memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan yang dinyatakan
dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
c. Gerakan terbimbing (guided response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-


gerik, yang dinyatakan dengan menggerakan anggota tubuh menurut
contoh yang telah diberikan.
d. Gerakan terbiasa (mechanical response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-


gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan, karena ia sudah mendapat latihan yang cukup, yang
dinyatakan dengan menggerakan anggota-anggota tubuh. Misalnya
siswa akan mampu mempraktekan tata cara berwudlu dengan benar.
e. Gerakan yang kompleks (complex response)

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang


terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat dan efisien,
yang dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan,
serta menggabungkan beberapa sub ketrampilan menjadi suatu
keseluruhan gerakan yang teratur.

14
f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment)

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan


penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjukan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.
g. Kreatifitas (creativity)

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang


baru, yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Hanya orang
yang mempunyai keterampilan tinggi dan berani berpikir kreatif
akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.11
Menilai tujuan belajar psikomotor berbeda dengan cara menilai
tujuan belajar kognitif. Tidak semua tujuan psikomotor dapat diukur
dengan tes, melainkan tujuan belajar yang bersifat ketrampilan ini
dapat diukur dengan kemampuan atau ketrampilan siswa dalam
mengerjakan sesuatu.

BAB III
PENUTUP

SIMPULAN

Dalam penilaian hasil pembelajaran terdapat objek atau sasaran evluasi, objek
tersebut dikelompokan oleh Bloom dan kawan-kawan kedalam tiga ranah yang
kemudian disebut sebagai taksonomi Bloom, yaitu: Ranah kognitif (cognitive
domain) mencakup : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi
11
Ibid., hlm 49

15
(evaluation). Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Krathwohl,
Bloom, dan kawan-kawan meliputi : penerimaan (receiving), partisipasi
(responding), penilaian/penentuan sikap (valuing), organisasi (organization),
pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex). Ranah
psikomorik (psykomotoric domain) mencakup: persepsi ( perception), kesiapan
(set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical
response), gerakan yang kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan
(adjustment), dan kreatifitas (creativity).

Setelah memahami penjelasan di atas, seorang guru diharapkan bisa lebih


bijak adil serta objektif dalam menilai peserta didiknya juga bisa lebih berhati-hati
dalam memberikan evaluasi kepada para peserta didiknya sehingga tes yang
digunakan nantinya bisa bersifat komprehensif dalam arti tidak hanya berkaitan
dengan satu bidang kognitif saja akan tetapi juga kaitan dengan bidang afektif dan
psikomotorik sehingga tujuan dari diadakannya evaluasi bisa tercapai dengan
baik.

Daftar pustaka

Arikunto, Suharsimi.2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.

Jakarta:Bumi Aksara. Ed. Revisi cet. 10.

Daryanto.2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta, cet. 4.

Gintings Abdorrakhman. 2008 Belajar & Pembelajaran. Bandung: Humaniora

Sudjiono, Anas.2006,.Pengantar Evaluasi Penidikan. Jakarta: Raja

16
Grafindo Persada

Sudaryono.2012.Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta:

Graha Ilmu

17

Anda mungkin juga menyukai