Anda di halaman 1dari 11

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF,AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Evaluasi Pendidikan di SD

Dosen Pembimbing:
Annisa Meilida, M.Pd

Disusun Oleh:
MARFUAH
18862060099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN
SEMESTER V
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan Rahmat
dan Hidayah – Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Pengukuran Ranah
Kognitif,Afektif dan Psikomotorik” dapat berjalan dengan lancar. Makalah ini membahas
mengenai pengukuran ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran di SD. Dalam penyusunan makalah ini kami tidaklah sendiri, namun
mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Ibu Annisa Meilida, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran di SD yang telah memberikan arahan dalam penulisan makalah ini.
2. Teman – teman yang tersayang, yang telah berjuang untuk memberikan semangat
dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan
berupa materi maupun referensi untuk kelengkapan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, sehingga kami sangat terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi penulisan selanjutnya. Kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.

Kotabaru, 01 Nopember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Pengukuran Ranah Kognitif 2
2.2 Pengertian Pengukuran Ranah Efektif 3
2.3 Pengertian Pengukuran Ranah Psikomotorik 4
BAB III : PENUTUP 7
3.1 Kesimpulan 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengenai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak.Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat
untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.

Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam
rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh
terhadap peserta didik, baik segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran
yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek efektif),
dan pengalamannya (aspek psikomotor).

Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu
harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu:

1. Ranah proses berfikir (cognitive domain)


2. Ranah nilai atau sikap (affective domain)
3. Ranah keterampilan (psychomotor domain)

Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranahh itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ranah kognitif?
2. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ranah afektif?
3. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ranah psikomotorik?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan pengukuran ranah kognitif.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan pengukuran ranah afektif.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan ranah psimokotorik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Ranah Kognitif

2.1.1 Pengertian Pengukuran Ranah Kognitif


Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mentar (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana
sampai kepada yang paling kompleks dan diasmsikan bersifat hirarkis, yang berart
tujuan pada level yang tertinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang
rendah telah dikuasai (Sudijono, 1996:49-50). Tingkat kompetensi tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:
evaluasi

sistensis
analisis
penerapan
pengetahuan

pengetahuan

Tingkatan pengethuan ialah kemampuan mengingat kembali, misalnya,


pengetahuan mengenai istilah-istilah, pengetahuan mengenai klasifikasi dan sejenisnya.
Jadi, tingkatan pengetahuan mencangkup ingatan itu, dapat digali kembali saat dibutuhkan
melalui bentuk ingatan (recall) atau mengingatkan kembali (recognition). Kata-kata
operasional yang bisa digunakan ialah: mengenal, mendiskripsikan, menanamkan,
memasangkan, membuat daftar, memilih dan yang sejenis.
Contoh: Siswa mampu menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode ceramah dalam
proses pembelajaran.
Tingkatan penerapan mencangkup kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
informasi yang telah dipelajari kedalam situasi atau konteks yang lain, yaitu mampu
mengaplikasikan atas pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki sebagai hasil dari
proses pembelajaran. Kata-kata operasional yang bisa digunakan ialah: mendemostrasikan
, menghtung, menyelesaikan, menyesuaikan, mengoperasikan, menghubungkan,
menyususn dan yang sejenis.

Berkenaan dengan pengukuran terhadap ranah kognitif ini banyak dijumpai, dan
hampir sebagian besar contoh-contoh yang dikemukakan dalam buku ini adalah berkenaan
dengan hal itu.
Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan tes, yaitu: tes lisan di kelas, pilihan
berganda, uraian byektif, uraian non obyektif, jawaban singkat, menjodohkan unjuk karya
dan potofolio (Mardapi, 2004:35-40).
2.2 Pengukuran Ranah Afektif

2.2.1 Pengertian Pengukuran Ranah Afektif


Ranah afektif adalah ranah yamg berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap
adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah
laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara
bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Ellis mengatakan bahwa
sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang situasi, namun aspek yang paling esensial
dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang
berhubungan dengan perbuatan.

Dari pendapat Ellis tersebut, sikap melibatkan pengetahuan tentang situasi termasuk
situasi. Situasi di sini dapat digambarkan sebagai suatu obyek yang pada akhirnya akan
mempengaruhi emosi, kemudian memungkinkan munculnya reaksi atau kecenderungan
untuk berbuat. Dalam beberapa hal sikap adalah penentuan yang paling penting dalam
tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua
alternatif senang dan tidak senang untuk melaksanakan atau menjauhinya. Perasaan
senang meliputi sejumlah perasaan yang labih spesifik seperti rasa puas, sayang, dll,
perasaan tidak senang meliputi sejumlah rasa yang spesifik pula yaitu rasa takut, gelisah,
cemburu, marah, dendam, dll.

Sikap juga diartikan sebagai “suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya suatu
aktivitas”. Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari berbagai unsur yang terkait
seperti sikap dengan kepribadian, motif, tingkat keyakinan, dll. Namun dapat diambil
pengertian yang memiliki persamaan karakteristik, dengan demikian sikap adalah tingkah
laku yang terkait dengan kesediaan untuk merespon obyek sosial yang membawa dan
menuju ketingkah laku dapat diprediksi apabila telah diketahui sikapnya.
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu objek. Ini berarti
bahwa sikap itu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri masing-masing
seperti perbedaan bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan juga
situasi lingkungan. Demikian juga sikap seseorang terhadap suatu yang sama mungkin
saja tidak sama.
Krathwohl, Bloom dan Masria (1964) mengembangkan taksonomi ini yang
berorientasi kepada perasaan atau efektif. Taksonomi ini menggambarkan proses
seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi
pedoman baginya dalam bertingkah laku.
Domain afektif, Krathwohl membaginya atas lima kategori/ tingkatan yaitu;
pengenalan (receiving), pengorganisasian (organization) dan pengalaman
(characterization) (WS. Winkel: 150).
pengalaman
Pengorgani
sasian
Penghargaan

terhadap nilai
Pemberian
respon

pengenalan
Contoh hasil belajar pada tingkat ini adalah: siswa memiliki kebulatan sikap untuk
menjadi surat Al-Ashr sebagai pegangan hdup dalam disiplin waktu baik di sekolah, di
rumah, maupun di tengah masyarakat. Kata kerja operasional pada tingkay ini adalah:
menunjukkan sikap, menolal, mendemonstrasikan dan menghindari.

RANAH AFEKTIF

Tingkat kompetensi Contoh Kata Kerja Operasional


Pengenalan Mendengarkan, menghindari,
memperhatikan
Pemberian respon Mengikuti, mendiskusikan, bepartisipasi,
mematuhi
Penghargaan terhadap nilai Memilih, meyakinkan, bertindak,
mengemukakan argumentasi
Pengorganisasian Memilih, memutuskan, memformulasikan,
membandingkan, membuat sistematis
Pengalaman Menunjukkan sikap, menolak,
mendemonstrasikan, menghindari

Afektif yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajar tentunya sangat
tergantung kepada mata pelajaran memiliki indikator afektif dalam kurikulum hasil belajar.

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah Afektif karena tidak
dapat dilakukan setiap selesai menyajikan materi pelajaran. Pengubahan sikap seseorang
memerlukan waktu yang relatif lama, demikian juga pengembangan minat dan penghargaan
serta nilai-nilai.
Pengukuran afektif berguna untuk mengetahui sikap dan minat siswa ataupun untuk
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi afektif pada setiap tingkat (level). Pada mata
elajaran tertentu, misalnya seorang siswa mendapatkan niai tertinggi pada mata pelajaran
tertentu belum tentu menyenangi mata pelajaran tersebut.
Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunkan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu:
(1) skala likert, (2) skala pilihan ganda, (3) skala thurstone, (4) skala guttman, (5) skala
differential, dan (6) pengukuran minat.

2.3 Pengukuran Ranah Psikmotorik


2.3.1 Pengertian Pengukuran Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik menurut Dave’s adalah : (a) imitasi, (b) manipulasi, (c)
ketepatan, (d) artikulasi, (e) naturalisasi. Imitasi: mengamati dan menjadikan perilaku orang
lain sebagai pola. Apa yang ditampilkan mungkin kualitas rendah. Contoh: menjiplak hasil
karya seni. Manipulasi: mampu menunjukkan perilaku tertentu dengan mengikuti intruksi dan
prektek. Contoh: membuat hasil karya sendiri setelah mengikuti pelajaran, ataupun membaca
mengenai hal tersebut. Ketepatan: meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa
keliruan tampak jelas. Contoh: bekerja dan melakukan sesuatu kembali, sehingga menjadi
“cukup baik”. Artikulasi: mengkoordinasikan serangkaian tindakan, mencapai keselarasan
dan internal konsistensi. Contoh: memproduksi film vidio yang menampilkan musik, drama,
warna, suara, dsb. Naturalisasi: telah memiliki tingkat performance yang tinggi sehingga
menjadi alami, dalam melakukan tidak perlu berpikir banyak. Misalkan: Michael Jordan
bermain basket, Nancy Lopez memukul bola golf.
Harrow (1972) menyusun tujuan psokomotorik secara hierarkhis dalam lima tingkat
sebagai berikut: (1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini diharapkan peserta didik
dapat meniru suatu perilaku yang dapat dilihatnya, (2) Manipulasi. Tujuan pembelajaran pada
tingkat ini diharapkan peserta didik untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual,
sebagaimana pada tingkat meniru. Tetapi diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal,
(3) Ketepatan Gerakan. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik mampu melakukan
suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya
dengan lancar, tepat, seimbang dan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat,dan
(5) Naturalisasi. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini peserta didik mampu melakukan
gerakan tertentu secara spontan tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya.

naturalization

articulation

precision

manipulation

immitation

Meniru (immitation), pada tingkat ini mengharapkan peserta didik untuk dapat meniru
suatu perilaku yang dilihatnya. Manipulasi (manipulation), pada tingkat ini peserta didik
diharapkan untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat
meniru. Peserta didik diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal, dan diharapkan
melakukan tindakan (perilaku) yang diminta. Contoh kata kerja yang digunakan sama dengan
untuk kemampuan meniru. Ketetapan gerakan (precision), pada tingkat ini peserta didik
diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk
tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat dan akurat. Artikulasi (artikulation), pada
tingkat ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat,
urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Naturalisasi (naturalization) pada tingkat ini
peserta didik diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Peserta
didik melakukan gerakan tersebut tanpa befikir lagi cara melakukannya dan urutannya.

Tingkat Kompetensi Contoh Kata Kerja Operasional


Meniru Mengulangi, mengikuti, memegang, mengambar,
mengucapkan, melakukan
Manipulasi Mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar,
mengucapkan, melakukan, (tidak melihat
contoh/tidak mendengar suara)
Ketepatan gerakan Mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar,
mengucapkan, melakukan, (tepat, lancar tanpa
kesalahan)
Artikulasi Menunjukkan gerakan, akurat benar, kecepatan
yang tepat, sifatnya: selaras, stabil dan sebagainya.
Naturalisasi Gerakan spontan/otomatif, tanpa berpikir
melakukan dan urutannya

Pengukuran ranah psikomotorik merupakan pengukuran yang dilakukan dengan


mengamati kegiatan pereta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menurut peserta didik menunjukkan untuk kerja.
Cara penilaian ini dianggap lebih otentik dari pada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Unjuk kerja yang dapat diamati
seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi,
menggunakan peralatan laboraturium, dan mengoperasikan suatu alat.
Pengukuran ranah psikomotorik perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan
kinerja dari suatu kompetensi.
b. Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d. Upayakan kemampuanyang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.

Bentuk-bentuk teknik pengkuran pada ranah psikomotorik antara lain:

1. Daftar cek
2. Skala rentang

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mentar (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai kepada
yang paling kompleks dan diasmsikan bersifat hirarkis, yang berart tujuan pada level yang
tertinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah telah dikuasai (Sudijono,
1996:49-50).
Ranah afektif adalah ranah yamg berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah salah
satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah
sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapi.
Ranah psikomotorik menurut Dave’s adalah : (a) imitasi, (b) manipulasi, (c) ketepatan,
(d) artikulasi, (e) naturalisasi. Imitasi: mengamati dan menjadikan perilaku orang lain sebagai
pola. Apa yang ditampilkan mungkin kualitas rendah. Contoh: menjiplak hasil karya seni.
Manipulasi: mampu menunjukkan perilaku tertentu dengan mengikuti intruksi dan prektek.
Contoh: membuat hasil karya sendiri setelah mengikuti pelajaran, ataupun membaca
mengenai hal tersebut. Ketepatan: meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa
keliruan tampak jelas. Contoh: bekerja dan melakukan sesuatu kembali, sehingga menjadi
“cukup baik”. Artikulasi: mengkoordinasikan serangkaian tindakan, mencapai keselarasan
dan internal konsistensi. Contoh: memproduksi film vidio yang menampilkan musik, drama,
warna, suara, dsb. Naturalisasi: telah memiliki tingkat performance yang tinggi sehingga
menjadi alami, dalam melakukan tidak perlu berpikir banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Departemen Pendidikan, Model Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta,
1995
Djemari Mardapi dkk, Pengembangan Sistem Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta, 2004
M. Chatib Thoha, MA, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1991

Anda mungkin juga menyukai