DISUSUN OLEH :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kmi miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang…………………………………………………………………….1
Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
Kerajinan………………………………………………………………………….5
Kesimpulan………………………………………………………………………..8
Saran………………………………………………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PEMBAHASAN
Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa
kemaritiman. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah
I dengan VOC-Belanda tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di
Kesultanan Banjar diantaranya mengatur bahwa orang Banjar tidak boleh
berlayar ke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa, Lombok, batas ke
sebelah barat tidak boleh melewati Palembang, Johor, Malaka dan Belitung.
Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-sisa
jiwa kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan
masyarakat Banjar di daerah perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh
Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi
lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang
sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin
berasal dari bahasa Arab, yakni madah ( )ﻤﺪﺡyang artinya pujian. Madihin
merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental
tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam
khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi
berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial
dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya
menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah
Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan
menjadi bahasa Banjar.
A. Larangan
b. tidak boleh keluar pada waktu maghrib,karena akan diganggu oleh roh
jahat
c. tidak boleh makan pisang dompet, dikhawatirkan anak akan kembar siam
d. jangan membelah kayu api yang sudah terbakar, karena anak yang
dilahirkan bisa sumbing
B. Kepribadian Banjar
C. Makanan
2.3 Kerajinan
Salah satu kerajinan penduduk yang telah ada sejak dulu adalah mengukir
(= menatah), memberikan tatah = ukiran dari kayu untuk perhiasan rumah,
pinti-pintu rumah (tatah dahi lawang), jendela, juga ukiran-ukiran pada
perahu-perahu, makam. Selain itu ada juga ukiran pada bahan-bahan
kuningan seperti tempat sirih pinang (penginangan), peludahan, peti kuningan
dan sebagainya terutama dibuat oleh orang Banjar Negara. Selain itu dibuat
pula ukiran-ukiran dari bahan tanduk dan kayu untuk kepala keris dna tongkat
yang terutama dikembangkan di Amuntai, Barabai, Martapura dan
Banjarmasin.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar
wilayah Propinsi Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang Melayu
Sumatera, Kalimantan dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk
berdagang.
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan
Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa
religi sebagai suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri
dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain dimana masing-masing
bagiannya merupakan satu sistem yang tersendiri.
3.2 SARAN