Anda di halaman 1dari 16

 

MAKALAH
Penilaian Otentik
Dosen Pengampu
Annisa,M,Pd

Di Susun Oleh :
Alawiah aklie(18862060083)
Gusna faridah(18862060041)
Marlina(18862060050)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
karena dengan limpahan rahmat dan hidayah- Nya, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah Evaluasi Pembelajaran ini yang berjudul Evaluasi
Pembelajaran dalam Presfektif Kurikulum 2013 “Penilaian Otentik“.

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dan
sudi membagi ilmunya kepada kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak,
sehingga di kemudian hari kami dapat menyempurnakan makalah ini dan kami
dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah kami lakukan.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya
bagi kami dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis
Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik


tidak hanya menuntut adanya perubahan perubahan dalam proses
pembelajaran, tetapi juga perubahan dalam melaksakan penilaian (Lindayani,
2014). Perubahan paradigma inilah, para pendidik merasa kebingungan dalam
proses pembelajaran dan penilaian. Penilaian yang seperti apa yang bisa
mencakup ke dalam beberapa aspek yang dapat memberikan gambaran yang
seutuhnya mengenai sikap, keterampilan, pengetahuan, dan bagaimana para
peserta didik itu menjalani kehidupan sehari-hari mereka dan mengaitkan
dengan apa yang mereka pelajari di sekolah serta bagaimana format untuk
mencakup semua aspek tersebut.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dalam Pelatihan Implementasi


Kurikulum 2013 dijelaskan penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan
informasi/ bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap social, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis,
selama dan setelah proses pembelajaran.

Dalam pendidikan, penilaian atau assessment didasarkan pada


pengetahuan kita tentang belajar dan tentang bagaimana kompetensi
berkembang dalam materi pelajaran yang kita ajarkan. Hal ini merupakan
kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu assessment dimana
pendidik dapat mempergunakannya untuk kegiatan pendidikan dan
mengawasi hasil belajar dan mengajar yang kompleks. Penilaian juga harus
bersifat menyeluruhh dari berbagai aspek.

Penilaian otentik adalah salah satu bentuk penilaian yang meminta


peserta didik menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Otentik berarti
keadaan sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki
peserta didik. Dalam pembelajaran di sekolah, salah satu bentuk penilaian
otentik adalah peserta didik diberi kegiatan untuk menerapkan

pengetahuan yang dimiliki peserta didi dalam kehidpan sehari-hari atau dunia
nyata (Baskoro & Wihaskoro, 2016).

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Teori Pendekatan saintific dalam pembelajaran ?


2. Apa Yang Dimaksud Dengan Penilaian Autentik?
3. Perbandingan penilaian Autentik dengan penilaian Konvensional
4. Bagaimana Tugas Penilaian authentic
5. Apa Sajakah Jenis-Jenis Penilaian Autentik?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori pendekatan saintific dalam pembelajaran


2. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Penilaian Autentik?
3. Untuk mengetahui perbandingan Autentik dengan penilaian konvensional
4. Untuk mengetahui Tugas penilaian autentik
5. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Penilaian Autentik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendeketan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatan,
dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan
berdasarkan teori tertentu.26 Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan
bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik
yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian
dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang
melandasai penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya
fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan
observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktifitas kreatif dalam berinovasi
atau berkarya. Menurut majalah forum kebijakan ilmiah yang terbit di Amerika pada
tahn 2004 sebagimana dikutip menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup
strategi pembelajaran peserta didik aktif yang mengintegrasikan peserta didik dalam
proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat
membedakan kemampuan peserta didik yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah
membantu guru mengidentifikasi perbedaan kemampuan peserta didik.
Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip     melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, menumpulkan data dengan berbagai teknik, menganlisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran
yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.
B. Penilaian Otentik

Penilaian otentik berasal dari dua kosa kata yaitu penilaian dan autentik.
Penilaian itu sendiri berasal dari kata dasar nilai. Pengertian nilai itu sendiri
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu:
1. Pertama, harga (dalam arti taksiran harga)
2. Kedua, harga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain)
3. Ketiga, angka kepandaian; biji; ponten
4. Keempat, banyak sedikitnya isi; kadar; mutu
5. Kelima, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
6. Keenam, sesuatu yang mmenyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya.
Sedangkan pengertian penilaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilan (biji, kadar,
mutu, harga).

Dari definisi yang telah disebutkan diatas dapat diambil bahwa pengertian
penilaian secara umum adalah pengambilan suatu keputusan terhadap suatu
objek dengan ukuran tertentu, dan penilaian bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Penilaian yang dalam bahasa inggris yaitu Evaluation atau Assesment. Pada
akhir suatu program dalam dunia pendidikan biasanya diadakan penilaian. Hal
ini dilakukan tidak lain untuk mengetahui seberapa siswa/peserta didik
memahami pelajaran yang sudah diberikan.

Dalam dunia pendidikan, penilaian adalah proses memberikan atau


menentukan kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Penilaian hasil proses belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-
hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2012).
Sejalan dengan Nana Sudjana, Gronlund & Linn mendefinisikan penilaian
sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan,
menganalisis, dan menginterpretasi informasi untuk menentukan seberapa
jauh seorang siswa atau sekelompok siswa menccapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap
maupun keterampilan (Suprananto, 2012).

Dalam dunia pendidikan seperti pada lembaga sekolah tingkat SD, SMP,
dan SMA, pada umumnya, sebagian guru terbiasa menilai kemampuan siswa
menggunakan tes tulis. Padahal sebaik apapun tes tulis yang digunakan untuk
menilaian kemampuan siswa, tidak akan mampu menilai seluruh kompetensi
yang dimiliki oleh siswa. Penilaian yang seperti ini biasa disebut penilaian
tradisional. Dimana penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan
intrumen tes tulis atau sejenisnya.

Seperti yang dikatakan oleh Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode


penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda,
benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja
peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh
gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau
masyarakat (Sigit, 2014).

Dari berbagai kekurangan yang ada pada penilaian tradisional, maka


dunia pendidikan memerlukan jenis penilaian yang mampu menilai
kompetensi siwa dari berbagai aspek. Dalam hal ini adalah penilaian autentik.
Autentik adalah keadaan yang sebenarnya, keadaan dimana siswa dinilai
berdasarkan kompetensi yang benar-benar dimiliki oleh siswa. Sehubungan
dengan penilaian autentik, Gulikers mengungkapkan bahwa penilaian otentik
merupakan penilaian yang mampu memfasilitasi siswanya untuk
menggunakan kombinasi dari kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
sikapnya untuk mengaplikasikan sesuatu yang dibutuhkan dalam
kehidupannya (Dahlan, 2014).

Ada beberapa pengertian mengenai penilaian autentik (Sigit, 2014),


diantaranya adalah:
a. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan
keluaran (output) pembelajaran
b. Penilaian otentik adalah pengukuran yang berrmakna secara signifikan
atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan
c. Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakuka n menggunakan beragam
sumber, pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan
menjadi bagian tak terpisahkan dari pembelajaran.
d. Penilaian otentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan
pendokumen tasian karya (ap yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu
dilakukan) s ebagai dasar penentuan keputusan yang da pat menuju pada
pembentukan anak sebagai individual learner (pembelaja r mandiri).
e. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perk embangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh pes erta
didik melalui berbagai teknik yang mampu

mengungkap kan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa


tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai
Dari penjel asan mengenai penilaian autentik dan peni laian tradisional
di atas, maka dapat diambil titik perbedaan yang sangat menddasar, yaitu:
BC. Perbandingan  Penilaian Otentik dengan penilaian konvensional
Pengertian Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan jenis penilaian yang digunakan pada Kurikulum
2013.Penilain otentik berbeda dari jenis penilaian konvensional atau penilaian standar yang
biasa digunakan. Perbedaan penilaian otentik dengan penilaian standar yaitu pada deskripsi
komponen-komponennya. Perbedaan tersebut dikemukakan oleh Amstrong (Majid &
Firdaus, 2014: 67) dijelaskan pada tabel 1 berikut.

Tabel 1.Perbedaan Penilaian Otentik dengan Penilaian Standar


Penilaian Autentik Tes Standar
Membuat guru merasakan pengalaman Mereduksi kehidupan peserta didik yang
peserta didik yang unik kompleks dan kaya menjadi kumpulan
skor, presentase atau nilai
Menawarkan pengalaman yang Menciptakan tekanan yang memberikan
menarik, aktif, hidup dan pengaruh negatif bagi peserta didik
menyenangkan.
Membangun lingkungan yang Mencipatakan standar atau norma mistis
memberikan kesempatan yang sama yang menggambarkan sekian persen
bagi setiap peserta didik untuk belajar. peserta didik mengalami kegagalan.
Memungkinkan guru mengembangkan Menekan peran guru untuk
krikulum yang bermakna dan mempersempit kurikulum dengan hanya
melakukan penilaian di dalam konteks focus pada materi yang diujikan/tes
program tersebut.
Menilai berdasarkan prose yang Menekankan ujian langsung yang
berkesinambungan sedemikian ruap menilai pengetahuan yang ada di benak
sehingga menghasilkan gambaran pada waktu dan tempat itu saja.
yang lebih akurat tentang prestasi
peserta didik.
Memberikan penekanan pada kekuatan Cenderung memfokuskan perhatian pada
peserta didik; menyediakan informasi kesalahan, kekliruan, skor rendah, dan
apa yang dapt mereka lakukan dan hal-hal yang tidak dapt dilakukan oleh
coba lakukan. peserta didik.
Menyediakan banyak sumber Terlalu berfokus pada pentingnya data
penilaian yang memberikan tunggal (mis. Skor tes) dalam
pandangan lebih akurat tentang menentukan keputusan-keputusan.
kemajuan peserta didik. kependidikan.
Memperlakukan peserta didik sebagai Memperlakukan peserta didik secara
sebuah pribadi yang unik. seragam.
Memberikan kinerja peserta didik Mendiskriminasikan peserta didik-siswi
yang merata secara cultural, tertentu karena beratar belakang kultur
memberikan kesempatan yang sama gaya belajar.
bagi setiap orang untuk berhasil.
Memberikan informasi yang Menghakimi peserta didik tanpa
bermanfaat untuk informasi belajar memberikan saran untuk perbaikan.
selanjutnya.
Menganggap penilaian dan Menganggap tes dan pembelajaran
pembelajaran layaknya dua buah sisi sebagai identitas yang terpisah
mata koin .
Mencakup kemampuan berpikir Pada umumnya mementingkan
tingkat tinggi dan bidang-bidang keterampilan belajar tingkat rendah.
subjektif yang penting.
Memotivasi pembelajaran sebagai Mendorong pembelajaran ekstrinsik
sesuatu yang memang penting. (belajar untuk lulus ujian atau mendapat
nilai tertinggi).
Mencakup penciptaan, Tanya jawab Secara umum dibatasi pada membaca,
dan diskusi, peragaan, penyelesaian mendengar, dan member penilaian pada
masalah, perenungan, sketsa, dan secarik kertas.
berbagai tugas serta aktivitas
pembelajaran yang lain.
Mendorong proses pembelajaran Umumnya kurang mendorong peserta
melalui kerjasama kelompok. didik berinteraksi.

Berdasarkan tabel di atas, penilaian otentik lebih menekankan pada proses


pengumpulan informasi oleh guru dan peserta didik, yang dilakukan setiap hari. Informasi
tersebut diperoleh dengan berbagai cara, yang dikumpulkan untuk dinilai. Penilaian otentik
mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata, komprehensif, dan holistik
(menyeluruh). Berdasarkan perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa penilaian otentik lebih
baik dari penilaian yang standar dalam merepresentasikan kompetensi peserta
didik.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Azim & Khan (2012: 314) bahwa “…authentic
assessment as a better replacement for the paper and pencil test”.
Penilaian otentik berkaitan dengan pembelajaran otentik yang dilakukan. Fokus dari
penilaian otentik adalah mengukur kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
pembelajaran, sedangkan fokus pembelajaran otentik melibatkan keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pamela, Eddy, Lawrence
(2012: 256) “authentic learning involve active engagement in the learning process whereas
authentic assessment focoses evaluating student work that puts knowledge to practice”.

Penilaian Tradisional Penilaian Otentic


Dikondisikan: Melaksanakan kegiatan:
Aktivitas siswa dikondisikan sesuai Siswa melakukan aktivitas yang
dengan keinginan penguji, seperti memilih sesungguhnya sehingga memperoleh
jawaban yang dikodisikan guru. pengalaman belajar

Mengingat/ Menyatakan: Kenyataan Hidup:


Siswa mengingat atau menyatakan informasi Guru menilai kenyataan yang sesungguhnya
yang mereka kuasai siswa lakukan pada kehidupan nyata dalam
waktu pendek.
Struktur Dirancang Guru: Konstruksi/Aplikasi:
Siswa perlu berhati-hati untuk mengembangkan Penilaian Autentik memperhatikan
struktur yang guru harapkan, memenuhi siswa menganalisis atau
target seperti yang guru inginkan mengaplikasikan ilmu dalam proses
berkreasi, berinovasi atau mencipta..
Struktur Prilaku Dikembangkan
Siswa: Penilaian autentik memberi
ruang kepada siswa mengembangkan
konstruksi sesuai dengan keinginannya

Bukti Tidak Langsung: Bukti Langsung:


Dalam penilaian tradisional melalui tes Dalam penilaian autentik guru
pilihan ganda, misalnya, memperoleh bukti memperoleh bukti langsung tentang
kompetensi siswa tidak langsung perkembangan kompetensi yang
ditunjukkan siswa secara langsung

D. Tugas Penilaian Otentik


Santoso (2004) mengungkapkan beberapa tujuan ataupun tugas penilaian
otentik sebagai berikut.
1. Menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu.
2. Menentukan kebutuhan pembelajaran.
3. Membantu dan mendorong siswa.
4. Membantu dan mendorong guru mengajar yang lebih baik.
5. Menentukan strategi pembelajaran.
6. Akuntabilitas lembaga.
7. Meningkatkan kualitas pendidikan.
Lebih jauh, Santoso (2004) mengungkapkan beberapa prinsip penilaian otentik
sebagai berikut.
1. Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai
dengan   rencana pembelajaran yang telah ditetapkan
2. Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam  proses pembelajaran.
3. Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta
mendeteksi   kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam
proses pembelajaran.
4. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik
telah  mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum
E. Jenis-jenis Penilaian Otentic

Jenis–jenis penilaian autentik yang harus dilakukan guru adalah:


1. Penilaian sikap

Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar


teman, dan jurnal.
2. Penilaian pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
3. Penilaian keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja, penilaian proyek,
penilaian produk, dan penilaian portofolio.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penilaian Autentik adalah jenis penilaian yang mencakup tiga ranah yaitu
ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan). Penilaian autentik juga merupakan hasil perkembangan dari
berbagai jenis penilaian karena jenis penilaian terdahulu dirasa belum secara
efektif digunakan untuk mengetahui kompetensi siswa atau peserta didik.

Penilaian autentik sangatlah erat hubungannya dengan Kurikulum 2013,


karena dalam Kurikulum 2013 menuntut pendidik untuk menilai siswa atau
peserta didiknya berdasarkan tiga ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan),
ranah afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca makalah ini,


khususnya untuk kelompok kami, dan semoga makalah ini dapat menjadi
rujukan ataupun media belajar bagi siapa saja yang ingin mempelajari
“Penilaian Autentik”.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. (2015). Bahan Penilaian Autentik PLPG 2015. Retrieved September 08,
2016, from Universitas

Baskoro, & Wihaskoro. (2016). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Cirebon:

Tanpa Penerbit.

Dahlan, A. (2014, November). Pengertian Penilaian Autentik. Retrieved

September 09, 2016, from EUREKA PENDIDIKAN:


http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/pengertian-penilaian-
otentik.html

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Kemendikbud, Konsep Penilaian Autentik Pada Proses dan Hasil belajar, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan , 2013

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta


Didikberdasarkan Kurikulum 2013).Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Lindayani, D. A. (2014, November 25). Penerapan Penilaian Autentik Dalam


Kurikulum 2013. Retrieved September 6, 2016, from Dinas Pendidikan
Kabupaten Probolinggo: http://pendidikan.probolinggokab.go.id/penerapan-
penilaian-autentik-dalam-kurikulum-2013/

Sigit. (2014). Konsep Penilaian Autentik Dan Contohnya. Lokakarya School

Community, 17.
Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengjar. Bandung: PT
REMAJA RODAKARYA.

Suprananto, K. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:

GRAHA ILMU.

Wiggins. G. 1993. Toward more authentic and equ i t ab l e assessmen t . Jou r na


l Ph i De l t a Kappan.70(9),703-713

Anda mungkin juga menyukai