Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN SEKOLAH

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH

Disusun Oleh :

WIRANTI RAHAYU

E1D019213

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul "Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah"

tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Dr. H. Mansur Hakim, M.Pd selaku

dosen pada bidang studi/mata kuliah administrasi dan manajemen sekolah di Universitas

Mataram. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi

pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. H. Mansur Hakim,

M.Pd selaku dosen mata kuliah administrasi dan manajemen sekolah. Tugas yang telah

diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun penulis terima dan harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Praya, 4 Desember 2020

Penyusun

Wiranti Rahayu
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……....…………………………...……..........…..……….…………...

DAFTAR ISI………………………. …………………………………...………..…...………

PEMBAHASAN……………….……………….............……………………...………..….…

➢ PENGERTIAN MANAJEMEN…………...………..…………………….......…..…...

➢ PENGERTIAN MUTU DAN PENDIDIKAN……………...……….............................

➢ STANDAR PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS……………...…..…..................

➢ PENYEBAB RENDAHNYA MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA.......................

➢ UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN...............……………...….......…..

DAFTAR REFERENSI…………….……….…………...………..….………..………........….
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MANAJEMEN

Manajemen berasal dari bahasa Inggris administration sebagai the management of

executive affairs . Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen

disinonimkan dengan management suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas

(Encyclopedia Americana, 1978, p. 171). Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini,

manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi

pengaturan dalam arti luas

Selain itu, Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola.

Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-

fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya

yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang,

metode, material, mesin dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu

proses. [ Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik. Bandung : PT

Refika Aditama ]

Pada waktu ini istilah-istilah yang digunakan dalam menunjuk pekerjaan pelayanan

kegiatan adalah manajemen, pengelolaan, pengaturan dan sebagainya, yang

didefinisikan oleh berbagai ahli secara bermacam-macam. Antara lain :

a. G.R.Terry menyatakan Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja,

yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke

arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.


b. Prof. Eiji Ogawa, Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan

Pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk sistem pembuatan barang yang

dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan

sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi

lingkungan yang berubah.

c. N. Federick Winslow Taylor, Manajemen adalah Suatu percobaan yang

sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap persoalan yang timbul dalam

pimpinan perusahaan (dan organisasi lain)atau setiap sistem kerjasama manusia

dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan menggunakan alat-alat

perumusan.

2. PENGERTIAN MUTU DAN PENDIDIKAN

• Pengertian Mutu

Menurut bahasa mutu berarti kualitas, tingkat, derajat, kadar. Sebagai suatu

konsep, mutu sering kali ditafsirkan dengan beragam definisi, bergantung

kepada pihak dan sudut pandang mana konsep itu di persepsikan. Dalam dunia

pendidikan, dua pertanyaan pokok yang penting dikemukakan adalah apa yang

dihasilkan dan siapa pemakai pendidikan. Pengertian tersebut merujuk kepada

nilai tambah yang diberikan oleh pendidikan dan pihak-pihak yang memproses

serta menikmati hasil-hasil pendidikan. Mutu sesungguhnya memiliki arti yang

kompleks, tidak saja berkaitan dengan biaya pendidikan dan hasil belajar, tetapi

secara luas berkaitan dengan cita-cita atau harapan untuk menggapai kehidupan

yang lebih baik.

• Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Peran pendidikan sangat penting dalam mempersiapkan dan mengembangkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal yang mampu bersaing secara sehat

sebagaimana tujuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan bukan hanya

mentransfer ilmu, teori, dan fakta-fakta akademik, mengurus soal ujian,

menetapkan kriteria kelulusan, atau sekadar mencetak ijazah. Pendidikan

merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan,

ketidakmampuan, ketidakberdayaan, dan ketidakjujuran. Karena itu, proses

pendidikan tidak terbatas pada hafalan dan latihan penguasaan soal-soal ujian.

Proses pendidikan, selain diarahkan pada pembentukan semangat, motivasi,

kreativitas, keuletan, dan kepercayaan diri, juga ditekankan pada pembentukan

kesadaran, disiplin, tanggung jawab, dan budaya belajar yang baik. Proses

pendidikan semacam itu dapat dikembangkan sesuai dengan bakat, minat,

kemampuan, kebutuhan, karakteristik, dan gaya belajar peserta didik. Itulah

pendidikan bermutu. Selain itu, sikap dan moral yang baik harus ditanamkan

dalam diri setiap siswa maupun mahasiswa sejak dini agar ketika mereka turun

dan mengabdi kepada masyarakat, mereka mampu menjadi teladan yang baik,

dan yang pasti menjadi pemuda-pemudi Indonesia yang bertanggung jawab

serta mampu untuk memajukan negeri ini menuju negara yang lebih maju.
3. STANDAR PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS

Standar / parameter adalah ukuran atau barometer yang digunakan untuk menilai atau

mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting untuk kita ketahui, apalagi dalam rangka

mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas. Kalau kita mengacu pada Peraturan

Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar

nasional pendidikan diatas, ada delapan (8) hal yang harus diperhatikan untuk

mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu :

• Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus

dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

• Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar

kompetensi lulusan.

• Standar Kompetensi Lulusan, adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk

mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan

dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang

digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan

evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang

diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi

penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

• Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan

prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
• Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,

• tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan

• untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi.

• Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat

satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

• Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya

biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selam satu tahun.

• Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar

peserta didik.

4. FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA

Adapun faktor –faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia,

yaitu :

1. Rendahnya kualitas sarana fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang

gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku

perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian

teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang

tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki

laboratorium dan sebagainya.


2. Rendahnya kualitas guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum

memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana

disebut dalam pasal 39 UU No. 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan,

melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan

pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,

sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas

pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah

juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

3. Rendahnya kesejahteraan guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas

pendidikan Indonesia. Kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi

masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan

masih sulit mencapai taraf ideal.

4. Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah. Oleh karena

itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk

mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

5. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Menurut data

Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak

memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan

tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja
ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan

yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

6. Mahalnya biaya pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi

mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku

pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga

Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali

tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Pendidikan berkualitas memang

tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya

siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban

untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses

masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya

Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak

dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.

5. UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Secara teoritik, peningkatan mutu menurut Jerome S Arcaro (2005) dipahami dalam dua hal

berikut ini.Pertama, peningkatan mutu banyak dikaitkan dengan biaya pendidikan, padahal

sebenarnya tidak selalu demikian. Peningkatan mutu pendidikan tidak secara signifikan

ditentukan oleh besarnya biaya atau anggaran yang dikeluarkan. Kedua, jika ukuran mutu

masih tetap secara tradisional, yaitu output satuan pendidikan berupa prestasi belajar atau hasil

ujian, maka pengertian mutu telah direduksi.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus disertai dengan upaya-upaya

untuk meningkatkan kemampuan profesional dan memperbaiki kualitas kepribadian gurunya.


Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak pakar

pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi

kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak

berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai.

Dalam persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, diantaranya

faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan

komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar,

aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan yang mutakhir dan modern, metode

evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan yang memadai, manajement pendidikan yang

dilaksanakan secara profesional, sumberdaya manusia para pelaku pendidikan yang terlatih,

berpengetahuan, berpengalaman dan profesional (Hadis dan Nurhayati, 2010:3).

Pada tingkat sekolah, upaya tersebut ditunjukkan dalam kegiatan-kegiatan berikut yaitu:

a. Interaksi koiegialitas di antara guru-guru.

b. Pemahaman proses-proses kognitif dalam penyelenggaraan pegajaran.

c. Penguasaan struktur pengetahuan mata pelajaran.

d. Pemilikan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai, keyakinan, dan standar.

e. Keterampilan mengajar.

f. Pengetahuan bagaimana siswa belajar.

Kemajuan pendidikan dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk

menangkap proses informatisasi dan kemajuan teknologi. Karena Proses informatisasi yang

cepat karena kemajuan teknologi semakin membuat horizon kehidupan didunia semakin

meluas dan sekaligus semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia

menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian

dibelahan bumi yang lain, baik masalah politik, ekonomi , maupun sosial.
DAFTAR REFERENSI

Amtu ,Onisimus, Manajemen Pendidikan Daerah Konsep, Strategi Dan Implementasi.

Bandung: Alfabeta CV,2011.

Umar Faruq Unal, (2001). Aplication Of Total Quality Management In Higher Educational

Institution. International Journal of Qafqaz University Spring Number 7

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1. Konsep Dasar.

Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang Republik Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Manuliang. (1990). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hadis, Abdul dan Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai