Anda di halaman 1dari 20

KONSEP MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu
Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Agus Zaenul Fitri, M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Shofaiyatun Naazila (12207193015)
2. Fitrotul Anam (12207193025)
3. Siti Maulidah Khoiriyah (12207193039)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 5A


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah
SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayahnya kami selaku kelompok 1
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Manajemen Mutu
Pendidikan” ini. Sebagai salah satu bidang pengetahuan yang diharapakan
semakin memberi wawasan yang luas dan dapat dipahami bagi para pembaca.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Bapak Dr. Agus Zaenul Fitri,
M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan dan
juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Sayang sekali, bahan-bahan pustaka yang diterbitkan dalam makalah ini
masih mengandung banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami
memohon kritikan dan saran dari pembaca agar kami sebagai penyaji dapat
memberikan yang lebih baik kedepannya. Meski demikian kami sangat berharap
agar bahan-bahan pustaka dalam makalah ini dapat bermanfaat dan juga dapat
digunakan sebagai sumber informasi, keterangan dan pengetahuan bagi sekalian.

Tulungagung, 01 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

A. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

3. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

B. PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

1. Definisi Manajemen Mutu Pendidikan ........................................................ 3

2. Tujuan Manajemen Mutu Pendidikan .......................................................... 4

3. Ruang Lingkup Manajemen Mutu Pendidikan ............................................ 5

4. Sejarah Perkembangan Manajemen Mutu Pendidikan .............................. 10

C. ANALISIS PEMBAHASAN ....................................................................... 13

D. KESIMPULAN ............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tuntutan mutu pendidikan sekarang ini sangat tinggi, oleh karena
itu manusia harus cermat dan hati-hati mengelola metode perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian yang menyeluruh, menyeluruh disini
yang disebut pemanfaatan seluruh sumber daya manusia untuk
manajemen mutu pendidikan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
suatu bahan ajar yang memudahkan mahasiswa untuk memahami
setiap permasalahan, sehingga siswa dapat menyelidiki dengan mudah
dan mendalam, dan akhirnya mudah diterapkan dalam kehidupan
nyata.
Mutu pendidikan dapat juga disebut kualitas pendidikan. Mutu
menjadi tema utama untuk menjamin keberhasilan sekolah dalam
persaingan pendidikan yang semakin ketat. Manajemen mutu
pendidikan adalah proses manajemen untuk mencapai hasil yang
optimal. Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang bermutu,
terutama dalam suatu organisasi yang berusaha menjaga nilai-nilai
moral dengan membudayakan pendidikan yang bermutu. Staf
pendukung seperti manajer, guru, dan konselor harus diperoleh, staf
administrasi, berkualitas, dan profesional. Hal ini juga didukung oleh
sarana dan prasarana pendidikan, media dan sumber belajar yang
memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta biaya yang
memadai, pengelolaan yang baik dan lingkungan yang mendukung.
Diharapkan dapat menghasilkan kualitas tertinggi yang diharapkan.
Pelaksanaan manajemen mutu pendidikan tidaklah mudah, karena
harus ada komitmen dan kerjasama yang baik antar dinas terkait yaitu
dinas pendidikan pusat dan daerah serta lembaga pendidikan daerah
merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan masyarakat
dalam rangka komunikasi antara peserta didik dan masyarakat. guru,
iklim dialog dengan direktur, antara guru dan direktur, singkatnya,
adalah kebebasan dan keterbukaan pendapat di antara semua anggota
sekolah. Selain kebebasan berpendapat, juga harus ada kebebasan

1
informasi. Harus ada informasi yang jelas tentang arah organisasi
sekolah, termasuk internal dan nasional. Secara internal, pihak
administrasi harus memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada
warga sekolah.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka
untuk memudahkan pembahasan, kami membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana definisi manajemen mutu pendidikan?
b. Bagaimana tujuan manajemen mutu pendidikan?
c. Bagaimana ruang lingkup manajemen mutu pendidikan?
d. Bagaimana sejarah perkembangan manajemen mutu pendidikan?

3. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, penulis menyusun beberapa tujuan
penulisan yaitu:
a. Untuk mengetahui definisi manajemen mutu pendidikan.
b. Untuk mengetahui tujuan manajemen mutu pendidikan.
c. Untuk mengetahui ruang lingkup manajemen mutu pendidikan.
d. Untuk mengetahui sejarah perkembangan manajemen mutu
pendidikan.

2
B. PEMBAHASAN
1. Definisi Manajemen Mutu Pendidikan
Secara etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu
management yang berarti pengelolaan dan pimpinan.1 Istilah
manajemen dalam bahasa Arab adalah an Nizam atau at Tanzim, yaitu
suatu tempat yang menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala
sesuatu pada tempatnya.2 Sedangkan secara terminologi, yang
dikemukakan oleh para ahli di antaranya G.R. Terry menjelaskan
bahwa manajemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi dengan
menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.3
Dari pendapat G.R. Terry ditekankan dalam proses kerjanya
menggunakan orang-orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Sementara itu menurut Malayu Hasibuan, manajemen merupakan ilmu
dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.4
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan serangkaian aktivitas merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi segala upaya dalam
mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Pengertian mutu dalam konteks pendidikan ini mengacu pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan
yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif,
afektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan
guru), sarana dan prasarana sekolah, dukungan administrasi dan
sumber daya lainnya serta menciptakan suasana yang kondusif.

1
Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hal.
9
2
Ibid.
3
G.R. Terry, Principles of Management, ed. VI (Georgetown: Richard D. Irwin Inc,
1977), hal. 4
4
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hal. 1-2

3
Sedangkan mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah setiap kurun waktu tertentu.5 Secara
esensial istilah mutu menunjukan kepada sesuatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang dan atau
kinerjanya.6
Pendidikan adalah jasa pelayanan (service) dan bukan produksi
barang. Jadi manajemen mutu pendidikan adalah suatu aktivitas
pelayanan yang dilakukan oleh institusi dalam memberikan pelayanan
kepada satuan pendidikan dan institusi satuan pendidikan yang
memberikan pelayanan belajar kepada para siswa dan masyarakat.7
Jadi sasaran kualitas manajemen pendidikan adalah proses tujuan
dan fokusnya adalah kualitas pelayanan belajar yang melibatkan pada
kualitas lulusan sekolah.

2. Tujuan Manajemen Mutu Pendidikan


Penerapan konsep manajemen mutu dalam pendidikan memiliki
beberapa tujuan. Tujuan dari manajemen mutu pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Untuk memelihara dan meningkatkan kualitas secara
berkelanjutan yang dijalankan secara sistematik untuk
memenuhi kebutuhan stakeholders.
b. Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat
diimplementasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi
lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman budaya, sosial
ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografis.
c. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu manajemen
merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat,

5
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdikbud, 1999),
hal. 7
6
Aan Komariyah & Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008), hal. 9
7
Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Starategi Memenangkan
Persaingan Mutu, (Jakarta: Nimas Multima, 2005), hal. 38

4
dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan pada
tataran lembaga pendidikan.

Di lingkungan lembaga pendidikan, konsep manajemen mutu


pendidikan secara sederhana dapat dilihat dari perolehan angka hasil
ujian atau bagaimana alumni lembaga pendidikan tersebut dapat
mengaplikasikan perolehan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari.8

3. Ruang Lingkup Manajemen Mutu Pendidikan


Manajemen mutu pendidikan tidak lepas dari tiga model, yaitu
input, proses dan output. Dalam usaha peningkatan mutu dengan
menggunakan model ini, ada beberapa kriteria dan karakteristik
sekolah yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Input Pendidikan
Input pendidikan meliputi aspek sebagai berikut:
1) Memiliki Kebijakan Mutu
Institusi pendidikan dengan jelas menyatakan kebijakannya
mengenai kualitas yang diharapkan. Dengan cara ini, seluruh
komponen organisasi adalah meningkatkan kualitas, sehingga
semua pihak sadar akan pentingnya kualitas. Kesadaran akan
pentingnya mutu yang diwujudkan dalam semua komponen
sekolah akan memberikan motivasi yang kuat sebagai upaya
peningkatan mutu.
2) Sumber Daya Tersedia dan Siap
Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan
untuk berlangsungnya proses pendidikan di sekolah. Tanpa
sumber daya yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak
akan berlangsung, yang akan mengakibatkan sasaran sekolah
tidak akan tercapai. Sumber daya dapat dibagi menjadi

8
Yudisanto E. Parerungan, Manajemen Mutu Pendidikan Berbasis Pelayanan Prima,
diambil dari https://www.academia.edu/10528085/Manajemen_Mutu_Pendidikan, diakses pada 1
September 2021 pukul 13.30 WIB.

5
dua,sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (uang,
peralatan, perlengkapan, bahan dan lain sebagainya).9
3) Memiliki Harapan Prestasi Tinggi
Sekolah memiliki motivasi dan harapan yang besar untuk
meningkatkan prestasi siswa dan sekolah. Kepala sekolah
memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk
meningkatkan mutu sekolah dengan sebaik-baiknya. Demikian
pula guru dan siswa harus memiliki kemauan yang kuat untuk
berprestasi dengan baik sesuai dengan tanggung jawabnya.
4) Fokus Pada Pelanggan (Khususnya Peserta Didik)
Pelanggan, terutama peserta didik, merupakan fokus dari
semua kegiatan sekolah. Artinya, semua input dan proses yang
dikerahkkan di sekolah, tujuan utamanya untuk meningkatkan
mutu dan kepuasan peserta didik. Syafaruddin membuat
kategori pelanggan dunia pendidikan menjadi dua bagian, yaitu
pelanggan dalam (internal customer) yang terdiri dari:
pegawai, pelajar dan orang tua pelajar. Sementara yang
termasuk pelanggan luar (exsternal customer) adalah:
perguruan tinggi, dunia bisnis, militer dan masyarakat luas
pada umumnya.10
5) Input Manajemen
Sekolah memiliki input manajemen yang memadai untuk
menjalankan sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan
mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input
manajemen. Input manajemen yang dimaksud adalah: tugas
yang jelas, rencana yang rinci, dan sistematis, program yang
mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan
yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah untuk bertindak,
dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efesien

9
Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hal. 18
10
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Grasindo,
2002), hal. 37

6
untuk menyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat
dicapai.11
b. Proses dalam Pendidikan
1) Efektifitas Proses Belajar Mengajar Tinggi
Sekolah memiliki efektifitas proses balajar mengajar
(PBM) yang tinggi. Proses belajar mengajar yang menjadikan
peserta didik sebagai faktor utama pendidikan. Dalam hal ini
guru harus menjadikan peserta didik memiliki kecakapan untuk
belajar dan memperoleh pengetahuan tentang cara belajar yang
efektif (learning how to learn). Untuk itu guru harus mampu
menciptakan iklim belajar yang menyenangkan (joyful
learning) sehingga peserta didik tidak merasa tertekan atau
terpaksa ketika menghadapi pembelajaran di dalam kelas.12
2) Kepemimpinan yang Kuat
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua
sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan faktor utama dalam mewujudkan visi, misi, tujuan
dan sasaran sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah dikatakan
berkualitas apabila kepala sekolah dapat memberi pengaruh
yang lebih baik dalam tindakan-tindakan kinerjanya. Sehingga
warga sekolah dapat bekerja maksimal sesuai dengan program
yang telah ditentukan.13
3) Pengelolaan yang Efektik Tenaga Kependidikan
Dosen dan staf, terutama guru, adalah urat nadi sekolah.
Sekolah hanyalah sebuah tempat. Oleh karena itu, pengelolaan
bakat pendidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan,
pengembangan, penilaian kinerja, hubungan manajemen tenaga
kerja, hingga tahap penggajian, merupakan tugas penting

11
Depdiknas, op.cit., hal. 19
12
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 149
13
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal.
66

7
seorang kepala sekolah, sehingga sekolah yang berkualitas
membutuhkan pendidikan.
4) Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu mengakar di hati seluruh warga sekolah,
sehingga semua perilaku selalu dilandasi profesionalisme.
Budaya kualitas memiliki unsur-unsur berikut: (a) informasi
kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk
penilaian atau kontrol, (b) kekuasaan harus dibatasi pada
tanggung jawab, (c) hasil harus memiliki penghargaan dan
hukuman, (d) kerjasama, sinergi , bukan persaingan , Harus
dasar atau kooperatif (e) warga sekolah harus merasa aman
dalam bekerja, (f) lingkungan yang adil (fairness) harus
ditanamkan, (g) gaji harus sepadan dengan pekerjaan, (h)
warga sekolah merasa bahwa mereka memiliki Sekolah ini.
5) Sekolah Memiliki Team Work yang Kompak, Cerdas, dan
Dinamis
Produksi pendidikan adalah hasil kolektif dari anggota
sekolah, bukan hasil individu. Oleh karena itu, budaya
kerjasama antar fungsi sekolah dan antar anak sekolah harus
menjadi kebiasaan dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Budaya kerjasama antar fungsi harus selalu dikembangkan
untuk menciptakan suasana kebersamaan.
6) Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
Sekolah berhak melakukan yang terbaik untuk dirinya
sendiri, sehingga perlu memiliki keterampilan dan kemampuan
yang unggul. Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki
sumber daya yang cukup untuk berfungsi. Oleh karena itu,
motivasi yang cukup harus diberikan untuk inovasi, kreativitas
dan tindakan yang pada akhirnya untuk menumbuhkan
kemandirian.
7) Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat

8
Sekolah memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga
sekolah dan masyarakat merupakan bagian dari kehidupannya.
Hal ini dilandasi keyakinan bahwa makin tinggi tingkat
partisipasi semakin besar pula rasa memiliki. Makin besar rasa
memiliki, makin besar pula rasa tanggung jawab. Makin besar
rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.14
8) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Jenis keterbukaan atau transparansi ini tercermin dalam
pengambilan keputusan, penggunaan dana, dll, dan selalu
melibatkan pihak terkait sebagai alat kontrol. Manajemen
sekolah yang transparan akan menumbuhkan sikap saling
percaya antara siswa dan orang tua, yang mengarah pada
kerjasama siswa dan keterlibatan orang tua dan masyarakat.
9) Sekolah Memiliki Keinginan untuk Berubah (psikologis dan
fisik)
Sekolah harus menyenangkan bagi warga sekolah. Di sisi
lain, pendirian adalah musuh sekolah. Tentu saja, perubahan
yang dimaksud di sini mengacu pada perubahan ke keadaan
yang lebih baik atau peningkatan. Artinya, setiap saya
melakukan perubahan, saya berharap hasilnya akan lebih baik
dari sebelumnya, terutama kualitas siswanya.
10) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara
Berkelanjutan
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk
mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik,
tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil
evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.15
11) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
Sekolah selalu tanggap dan responsif terhadap berbagai
aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu. Oleh karena itu,
14
Depdiknas, op.cit., hal. 14
15
Ibid.

9
sekolah selalu membaca lingkungan dan merespon dengan
cepat dan tepat. Padahal, sekolah tidak hanya bisa beradaptasi
dengan perubahan/kebutuhan, tetapi juga memprediksi apa
yang mungkin terjadi.
12) Sekolah memiliki Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban, yang
harus dipenuhi sekolah atas keberhasilan program yang telah
dilaksanakan. Tanggung jawab ini diwujudkan dalam bentuk
laporan keterlibatan akademik yang dihasilkan baik untuk
pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
13) Sekolah dengan keberlanjutan
Karena di sekolah terdapat proses kumulatif untuk
meningkatkan sumber daya manusia, diversifikasi sumber
pendanaan, memiliki aset sekolah yang dapat memajukan,
kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan dukungan
masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan sekolah.
c. Output yang diharapkan.
Ouput adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah
prestasi yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja sekolah
diukur dari kualitasnya, efektitasnya, produktivitasnya,
efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral
kerjanya
4. Sejarah Perkembangan Manajemen Mutu Pendidikan
Pendidikan diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan pada
pembentukan sumber daya manusia (human capital) dalam aspek
kognitif, afektif maupun keterampilan, baik dalam aspek fisik, mental
maupun spiritual. Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan
pendidikan yang baik agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar
berperan optimal dalam kehidupan masyarakat. Dalam upaya untuk
terus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, penjaminan mutu
menjadi suatu keharusan, penjaminan mutu (quality assurance) pada
dasarnya merupakan suatu upaya untuk menjamin agar proses yang

10
berjalan dalam organisasi/lembaga pendidikan dapat memenuhi
standar atau bahkan melebihi standar mutu yang telah ditetapkan.16
Namun demikian, ketika dibawa ke ranah praktis, ternyata istilah
mutu tetap saja merupakan konsep yang dapat menggelincirkan orang.
Banyak orang berbicara sesuatu yang bermutu adalah mahal, meskipun
diakui bahwa yang bermutu itu cenderung mempunyai harga yang
lebih tinggi, namun tidak selamanya yang harga tinggi dan mahal itu
berarti bermutu, karena harga itu dampak dari mutu dan bukan
sebaliknya. Oleh karena itu pemahaman akan konsep mutu serta
orientasinya perlu mendapat pencermatan guna terhindar dari jebakan
praktis yang belakangan ini cenderung terjadi juga di dunia pendidikan
(persekolahan).
Di dunia pendidikan, gerakan mutu terpadu atau Total Quality
Management (TQM) memang masih tergolong baru. Hanya ada sedikit
literatur yang membuat referensi tentang hal ini sebelum 1980-an.
Beberapa upaya reorganisasi terhadap praktik kerja dengan konsep
TQM telah dilaksanakan oleh beberapa universitas di Amerika dan
beberapa pendidikan tinggi di Inggris. Inisiatif untuk menerapkan
metode tersebut berkembang di Amerika terlebih dahulu kemudian di
Inggris, namun di awal 1990-an kedua negara tersebut betul-betul
dilanda gelombang metode tersebut. Ada banyak gagasan yang
dihubungkan dengan mutu dan juga dikembangkan dengan baik oleh
institusi-institusi pendidikan tinggi yang kemudian gagasan-gagasan
mutu tersebut terus-menerus diteliti dan diimplementasikan di sekolah-
sekolah.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Robert Kaplan dari
Harvard Business School menemukan hanya sedikit pengetahuan dan
penelitian tentang TQM dan program-program studi bisnis lainnya di
20 universitas terkemuka Amerika. Pada beberapa negara Eropa juga
terjadi hal yang sama, di mana terdapat kesenjangan antara kebutuhan
industri terhadap pengajaran dan penelitian TQM dengan kurikulum

16
Husaini Usman, Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 546

11
program-program bisnis. Ada semacam keengganan tradisional dalam
beberapa pendidikan di Inggris untuk menerapkan metodologi dan
bahasa manajemen industri.
Hal ini kemungkinan besar menjadi penyebab jauhnya pendidikan
dari visi gerakan mutu. Beberapa pelaku pendidikan tidak suka
menarik analogi antara proses pendidikan dengan penciptaan produk-
produk industri. Walaupun demikian, beberapa inisiatif baru seperti
penempatan guru dalam industri dan kerja sama pendidikan dengan
bisnis (Education Business Partnership) telah membuat hubungan
kedua pihak semakin dekat dan membuat konsep-konsep industri
semakin dapat diterima dalam dunia pendidikan, dan pada akhirnya
ada keinginan yang terus meningkat dari pelaku pendidikan untuk
mengeksplorasi pelajaran-pelajaran dari industri.
Meningkatnya minat dunia pendidikan juga terjadi di Inggris Raya,
yang bertepatan dengan dikeluarkannya undang-undang reformasi
pendidikan pada tahun 1988. Undang-undang tersebut telah memberi
penekanan pada pengawasan terhadap proses pendidikan melalui
indikator-indikator prestasi (performance indicators). Indikator ini
merupakan acuan yang mengarah pada efisiensi proses. Indikator-
indikator tersebut hanya memberikan ukuran yang belum sempurna
tentang mutu belajar atau tentang efektivitas institusi dalam
menemukan kebutuhan pelanggannya. Institusi-institusi yang
menggunakan indikator-indikator prestasi mulai menunjukkan
keseriusannya terhadap TQM sebagai suatu nilai untuk meningkatkan
standar pelayanannya.17
Dari uraian di atas tampak bahwa pada awalnya ide-ide mutu yang
telah sukses dipraktikkan di dunia industri seakan tidak terima oleh
dunia pendidikan. Khususnya terkait pelanggan (peserta didik) yang
cenderung diasumsikan sebagai produk. Namun, seiring dengan
dinamika sosial yang berkembang pesat menuntut dunia pendidikan

17
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, diambil dari
https://onesearch.id/Record/IOS7274.slims-11324, 2015, hal. 39-40

12
untuk dapat menjawab berbagai kebutuhan pelanggannya. Dari sinilah
dunia pendidikan mulai membuka diri untuk mencoba mengadopsi
gagasan mutu dengan filosofinya, yaitu membentuk kultur perbaikan
institusi secara terus-menerus dari seluruh komponen yang terkait
dengan organisasi atau lembaga pendidikan dan menjadikan peserta
didik sebagai pelanggan utama.
Dengan begitu, lembaga pendidikan melalui proses pendidikan
akan selalu berkomitmen untuk memperhatikan pelanggan dan
mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka, sehingga
pelanggan merasa puas akan layanan pendidikan di lembaga tersebut.
Berangkat dari kepuasan inilah yang selanjutnya akan menciptakan
output yang bermutu, karena peserta didik merasa ketika menjalani
proses pendidikan mendapatkan wadah berupa lembaga pendidikan
yang memiliki budaya mutu.

C. ANALISIS PEMBAHASAN
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu dan profesi. Dikatakan
sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja sama. Dipandang sebagai profesi karena
manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu
prestasi. Kegiatan manajemen dalam berbagai aktifitas, secara umum
berperan merencanakan, mengorganisir, menggerakkan, mengevaluasi
dan melakukan pengawasan.
Dalam pendidikan mutu produk secara sederhana dapat dilihat dari
perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukkan dalam
hasil-hasil ulangan dan ujian. Sekolah dianggap bermutu apabila para
siswanya sebagian besar atau seluruhnya, memperoleh nilai atau angka
yang tinggi, sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Persepsi tersebut tidak keliru apabila nilai atau
angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil belajar,
yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku

13
atau penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.

Pelaksanaan manajemen mutu pendidikan dapat didukung dengan


tiga model, yaitu input, proses, output. Input disini di mana sistem
manajemen, harapan prestasi yang tinggi, beberapa kebijakan mutu
yang baik serta sumber daya dan fokus di peserta didiknya. Hal
tersebut adalah faktor penting dalam manajemen mutu. Faktor yang tak
kalah penting dari manajemen mutu pendidikan diantaranya adalah
proses pelasanaannya. Dimana proses belajar harus efektif, tenaga
didik juga dilakukan pengelolaan terlebih dahulu, sekolah memiliki
sifat mandiri, kepemimpinan yang kuat, sekolah harus selalu responsif
dan antisipatif dalam hal apapun, serta sekolah harus melaksanakan
evaluasi setelah selesai melakukan suatu program. Untuk model output
nya dimana hasil dari proses yang sudah dilakukan sekolah dari faktor
produktivitas, efektifitas, dll.
Pada awalnya ide-ide mutu yang telah dipraktikkan di dunia
industri seakan tidak terima oleh dunia pendidikan. Khususnya terkait
peserta didik yang cenderung diasumsikan sebagai produk. Namun,
seiring dengan dinamika sosial yang berkembang pesat menuntut dunia
pendidikan untuk dapat menjawab berbagai kebutuhan pelanggannya.
Dari sinilah dunia pendidikan mulai membuka diri untuk mencoba
mengadopsi gagasan mutu dengan filosofinya, yaitu membentuk kultur
perbaikan institusi secara terus-menerus dari seluruh komponen yang
terkait dengan organisasi atau lembaga pendidikan dan menjadikan
peserta didik sebagai pelanggan utama. Dengan begitu, lembaga
pendidikan melalui proses pendidikan akan selalu berkomitmen untuk
memperhatikan peserta didik dan mengembangkan layanan untuk
merespon mereka, sehingga pelanggan merasa puas akan layanan
pendidikan di lembaga tersebut. Dari kepuasan inilah yang nantinya
akan menciptakan lulusan yang bermutu, karena peserta didik merasa

14
ketika menjalani proses pendidikan mendapatkan wadah berupa
lembaga pendidikan yang memiliki budaya mutu.

D. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Manajemen mutu pendidikan adalah ilmu atau seni yang mengatur
proses pendayagunaan sumber daya manusia maupun sumber daya
lainnya yang mendukung pencapaian tujuan secara efektif dan efisien
yang berdasarkan pada ukuran, ketentuan dan penilaian tentang
kualitas suatu barang maupun jasa (produk) sesuai kepuasan pelanggan
(peserta didik).
2. Tujuan manajemen mutu pendidikan ialah untuk meningkatkan
kualitas stakeholders, dapat mengimplementasikan konsep manajemen
dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab masyarakat dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Agar semua alumni lembaga
pendidikan dapat mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Ruang lingkup manajemen mutu pendidikan terdiri dari tiga model
yaitu input, proses dan output. Input Pendidikan terdiri dari memiliki
kebijakan mutu, sumber daya tersedia dan siap, memiliki harapan
prestasi tinggi, fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik) dan
input manajemen. Lalu yang kedua proses dalam pendidikan terdiri
dari efektifitas proses belajar mengajar tinggi, kepemimpinan yang
kuat, pengelolaan yang efektik tenaga kependidikan, sekolah memiliki
budaya mutu, sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan
dinamis, sekolah memiliki kewenangan, partisipasi warga sekolah dan
masyarakat, sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen,
sekolah memiliki keinginan untuk berubah (psikologis dan fisik),
sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan,
sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, sekolah memiliki
akuntabilitas dan sekolah dengan keberlanjutan. Yang terakhir output

15
yang diharapkan yaitu sekolah memiliki output yang diharapkan
adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi yang dihasilkan
dari proses sekolah.
4. Dunia pendidikan mulai membuka diri untuk mencoba mengadopsi
gagasan mutu dengan filosofinya yaitu berawal dari mutu yang
diterapkan pada industri, yaitu membentuk kultur perbaikan institusi
secara terus-menerus dari seluruh komponen yang terkait dengan
organisasi atau lembaga pendidikan dan menjadikan peserta didik
sebagai pelanggan utama. Dengan begitu, lembaga pendidikan melalui
proses pendidikan akan selalu berkomitmen untuk memperhatikan
peserta didik dan mengembangkan layanan untuk merespon mereka,
sehingga pelanggan merasa puas akan layanan pendidikan di lembaga
tersebut dan nantinya akan menciptakan lulusan yang bermutu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jerome S. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu. Jogjakarta: Pustaka Pelajar


Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah. Jakarta: Pustaka Pelajar
Hasibuan, Malayu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Komariyah, Aan & Cepi Triatna. 2008. Visionary Leadership: Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya
Munir, Muhammad & Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana
Parerungan, Yudisanto E. Manajemen Mutu Pendidikan Berbasis Pelayanan
Prima. Diambil dari
https:/www.academia.edu/10528085/Manajemen_Mutu_Pendidikan.
Diakses pada 1 September 2021 Pukul 13.30 WIB.
Sagala, Syaiful. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Starategi
Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta: Nimas Multima
Sallis, Edward. 2015. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Diambil dari
https://onesearch.id/Record/IOS7274.slims-11324
Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: PT.
Grasindo
Terry, G.R. 1977. Principles of Management, ed. VI. Georgetown: Richard D.
Irwin Inc
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdikbud
Usman, Husaini. 2013. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

17

Anda mungkin juga menyukai