Anda di halaman 1dari 32

FILSAFAT PANCASILA

MAKALAH
Untuk memenuhi mata kuliah :
Pendidikan Pancasila
Dosen Pembimbing
Do Merda Nurul Yaqin Al Romdoni, M.H.

Kelompok 4
Farah Izdihar A.P (12207193004)
Ulfa Srisu’dah (12207193008)
Talia Salsabila (12207193013)
Fatwa Shofwatul Auliya (12207193027)
Mokhamad Jainuri (12207193035)
Aprilia Rizki Ani P. (12207193036)
Siti Maulidah Khoiriyah (12207193039)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2 A


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala


rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat
serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarganya dan para sahabatnya.

Makalah ini kami susun dalam guna memenuhi tugas mata kuliah
Tegnologi Pembelajaran Oleh Dosen Pengampu Ibu Indah Komsiyah, M.Pd.I.
kami ucapkan terima kasih kepada beliau Atas bimbingan dan saran Sehingga
terwujudnya makalah ini.

Tak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan agar
terciptanya pendekatan kepada taraf yang sempurna. Dan semoga apa yang
tersajikan dalam makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 20 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat...................................................... ........................................3
B. Cabang-cabang Filsafat.................. ....................................................................5
C. Aliran Filsafat......................................................................................................7
D. Filsafat Pancasila........................................................................ ..................... 12
E. Manfaat dan Penggunaan Filsafat Pancasila....................... ............................. 20
F. Lima Pokok Ajaran Pancasila .......................................................................... 22
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila kembali


diuji ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan
Juni 1945, 67 tahun yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah peristiwa yang
sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.

Filsafat negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang


merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan pedoman
bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu
dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, serta menjadi dasar sekaligus
filsafat negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia.


Pancasila lahir pada 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-
sama dengan UUD 1945.Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan
selalu dapat bertahan dari guncangan krisis politik di negara ini, yaitu pertama
ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan
siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. Kedua,
Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup
faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang
positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu
terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan
hidup bangsa Indonesia, selain itu, ideologi kediktatoran juga ditolak, karena
bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berprikemanusiaan dan
berusaha untuk berbudi luhur. Dengan demikian bahwa filsafat Pancasila
sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh
warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan

1
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya
pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini.

Rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat


merupakan landasan yuridis yang tidak dapat diubah, alasannya adalah
pancasila merupakan falsafah hidup dan perjanjian luhur bangsa Indonesia.
Sebagai falsafah hidup dan kepribadian bangsa Pancasila diyakini memiliki
rumusan yang paling tepat. Oleh karena itu, kami menulis makalah berjudul
”Filsafat Pancasila” selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila juga untuk menambah nasionalisme pembaca, mengingat
nasionalisme warga negara Indonesia akhir-akhir ini yang semakin luntur.
Sehingga kami harapkan apa yang kami sampaikan dapat menjiwai setiap
tingkah laku dan kepribadian pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu filsafat?


2. Apa saja cabang cabang filsafat?
3. Apa saja aliran-aliran filsafat?
4. Apa itu filsafat pancasila?
5. Apa manfaat dan penggunaan filsafat pancasila?
6. Apa lima pokok ajaran pancasila?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.


2. Untuk mengetahui cabang cabang filsafat.
3. Untuk mengetahui aliran aliran filsafat.
4. Untuk mengetahui filsafat pancasila.
5. Untuk mengetahui manfaat dan penggunaan filsafat pancasila.
6. Untuk mengetahui lima pokok ajaran filsafat pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat bererasal dari kata Yunania adalah philosopia. Dalam
bahasa yunaninya kata philosopia merupakan kata jamak yang terdiri atas
philo dan sophia. Philo berarti cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan
karena itu lalu berusaha mencapai apa yang diinginkan itu, sophia artinya
kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi menurut
namanya saja filsafat boleh diartikan ingin mencapai cita pada kebijakan.1
Selain itu menurut beberapa ahli filsafat dapat diartikan sebagai
berikut:

1. Plato, mengatakan bahwa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan


tentang segala yang ada.
2. Immanuel Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal
segala pengetahuan dan pekerjaan.
3. Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang
memberikan pengertian filsafat di kalangan umat islam, membagi
filsafat itu dalam tiga lapangan: (a) ilmu Fisika (al-ilmu al thobiiyyat)
merupakan tingkatan terendah (b) ilmu matematika (al ilmu al riyadi)
tingkatan tengah. (c) Ilmu ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat), tingkatan
tertinggi.
4. Ibnu Sina, juga membagi Filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan
praktek, yang keduanya berhubungan dengan agama, dianut dasarnya
terdapat dapat syari’at Tuhan, yang penjelasan dan kelengkapannya
diperoleh dengan tenaga akal manusia.2

Berdasarkan dari pengertian filsafat menurut keempat ahli tersebut


jadi dapat disimpulkan bahwasannya mempelajari filsafat berarti mencari
pengetahuan tentang hikmah, prinsip dan dasardasar untuk mencapai
1
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990 ), hlm. 8
2
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2004), hlm. 4-5

3
kebenaran dengan melalui daya nalar atau cara berpikir dengan
menjadikan segala yang ada sebagai obyeknya. Namun perlu diketahui
bahwa kebenaran yang mutlak hanya datang dari Tuhan sebagai sumber
segala ilmu pengetahuan.

Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa pengertian


filsafat yang sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. 3
Selain itu, Poejawijatno mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu yang
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada melalui budi belaka.4

Filsafat juga dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan atau cinta


kebenaran, yaitu upaya untuk selalu mencari kebenaran dengan
menggunakan akal, pengertian filsafat yang demikian ini antara tradisi
pemikiran barat dan pemikiran timur berbeda. Dalam tradisi pemikiran
barat, cinta kebenaran (orang yang bijaksana) adalah orang yang
mengedepankan kecerdasan intelektual. Sedangkan menurut tradisi
pemikiran timur, orang bijaksana adalah orang yang mengedepankan
kecerdasan emosi. Jadi, secara umum kata filsafat merupakan suatu kata
yang menunjukkan pada upaya manusia untuk mencari keutamaan hidup.
Hal ini terkait dengan upaya manusia untuk meningkatkan harkat dan
martabat kemanusiaan melalui berbagai pemikiran agar manusia lebih
berbudaya, beradab, dan menikmati hidup.5

B. Cabang Cabang Filsafat

1. Epistemologi

3
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), cet. 1, hlm. 242
4
Poejawijatno, Pengantar Ke Ilmu dan Filsafat, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), cet 9,
hlm. 69
5
Asmoro Achmadi, Paradigma Baru Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan, (Semarang:
RaSAIL, 2009), hlm.1

4
Epistemologi dalam cabang filsafat ini bisa disebut dengan teori
pengetahuan yang didalamnya membahas tentang sumber-sumber,
karakteris dan kebenaran suatu pengetahuan. Persoalan pada
estimologi ini berpusat dengan apakah yang ada didalamnya, seperti:
masalah asal pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan itu,
apakah pengetahuan kita itu sudah benar dan apa saja yang nenjadi
ciri-ciri serta karakteristik pengetahuan.
2. Logika
Logika merupakan cara untuk berfikir secara benar dan tepat.
Sebagai cabang filsafat ini logika dapat diartikan sebagai aturan-aturan
dalam berfikir tentang cara mengambil kesimpulan dengan benar atau
tepat. Logika juga bisa didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
cara bagaimana menarik kesimpulan. Nah cara menarik kesimpulan itu
terbagi menjadi dua yaitu, deduktif dan induktif.
3. Kritik ilmu-ilmu
Kritik ilmu-ilmu ini bisa disebut dengan ilmu pengetahuan. Kritik
ilmu-ilmu ini lahir dikarenakan banyak sekali pertanyaaan yang
diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan yang telah melampui
batas kompetensi dalam bidang itu sendiri. Sehingga harus dimintakan
jawaban kepada filsafat dalam upaya mencari jawaban atas persoalan
tersebut. Karena pada awalnya itu mencakup seluruh ilmu pengetahuan
yg telah dikenal pada masa lalu itu.
4. Metafisika Umum

Merupakan cabang filsafat yang membicarakan dan membahas


tentang prinsip-prinsip yg paling universal, membicarakan
karakteristik yg paling mendasar yang berada diluar pengetahuan
manusia dan membicarakan persoalan seperti hubungan akal dengan
benda, wujud dari Tuhan dan serta kehidupan setelah mati.

5. Teologi Metafisik
Merupakan cabang filsafat yang membahas tentang eksistensi
Tuhan atau keberadaan Tuhan dan terlepas dari keper yaan agama

5
yang ada. Misalnya kita percaya tentang adanya Tuhan karena adanya
penciptaan alam ini.

6. Antropologi
Sebagai cabang filsafat Antropologi membicarakan tentang hakikat
dari manusia. Seperti apa manusia itu, apa itu manusia dan bagaimana
manusia itu serta bagaimana hubungan antara alam dengan sesamanya.
7. Kosmologi
Sebagai cabang filsafat kosmologi berasal dari kosmos yang berarti
aturan atau keseluruhan yang teratur. Kosmolog8 adalah ilmu tentang
alam. Kajian kosmologi adalah pengetahuan filosofis tentang
keteraturan alam. Seperti apakah yang dimaksud dengan alam itu
sebenarnya.

8. Etika
Etika merupakan perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh
manusia. Etika merupakan norma yang baik dan buruk yang berlaku dalam
kebidupan masyarakat. Sebagai cabang filsafat etika membicarakan
tentang tindakan yang dilakukan oleh manusia. Tindakan itulah terdiri dari
tindakan baik dan yang buruk.
9. Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang
keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah yaitu tentang sebuah
keindahan. Bentuk-bentuk keindahan itu seperti keindahan jasmani,
keindahan rohani, keindahan dalam alam, dan keindahan dalam seni.
10. Sejarah Filsafat
Sejarah filsafat merupakan hasil dari berbagai pemikiran
kefilsafatan mulai jaman yunani hingga jaman modern atau jaman
sekarang. Sejarah filsafat merupakan hasil laporan dari berbagai peristiwa
yang terjadi dalam dunia kefilsafatan.6

6
Kompasiana, Cabang-cabang Filsafat,
https://www.kompasiana.com/umimasruro/5d95ed10712306373223b575/filsafat-ilmu-
cabang-cabang-filsafat, diakses pada 20 Maret 2020 pukul 15.32

6
C. Aliran Filsafat
1. Aliran Rasionalisme
Rasionalisme adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian,
logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, bukan berasal dari
pengalaman inderawi. kaum rasionalis berpendapat bahwa ada
kebenaran yang secara langsung dapat dipahami. Dengan kata lain,
orang-orang yang menganut paham rasionalis ini menegaskan bahwa
beberapa prinsip rasional yang ada dalam logika, matematika, etika,
dan metafisika pada dasarnya benar.7 Contoh paling jelas ialah
pemahaman kita tentang logika dan matematika. Penemuan-penemuan
logika dan matematika begitu pasti. Kita tidak hanya melihatnya
sebagai benar, tetapi lebih dari itu kita melihatnya sebagai kebenaran
yang tidak mungkin salah, kebenarannya universal.8 Perintis awal
paham rasionalisme adalah Heraclitus, seorang pionir yang getol
menggembar-gemborkan akal sebagai sumber utama ilmu pengetahuan
melebihi panca indra yang lain. Kemudian pada masa skolastik,
rasionalisme berkembang di bawah peran kontribusi tokoh-tokoh
seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Puncaknya adalah ketika
Aristoteles menangkis serangan pemikiran aliran Sufastaiyyun
(subyektifisme) yang menyebarkan pandangan bahwa suatu perkara
apapun dianggap baik manakala manusia menganggapnya baik.
Dengan kata lain, manusia adalah penentu terhadap segala sesuatu.
Aristoteles kemudian meresponsnya dengan memperkenalkan
rasionalisme serta menyusun kaidah ilmu logika secara sistematis

7
Stanford Encyclopedia of Philosophy, Rationalism vs. Empiricism,
https://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalisme, diakses pada 19 maret 2020
8
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 127.

7
dalam karyanya yang populer, yaitu Organaon. Upaya Aristoteles ini
lalu dilanjutkan oleh Rene Descartes, sosok yang dikenal sebagai
bapak filsafat modern.9 Di luar diskusi keagamaan, rasionalisme dapat
diterapkan secara lebih umum, misalnya kepada masalah-
masalah politik atau sosial. Dalam kasus-kasus seperti ini, yang
menjadi ciri-ciri penting dari perpektif para rasionalis adalah
penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau kepercayaan
yang sedang populer. Karena itulah dalam rasionalisme tidak hanya
terjadi penerimaan secara sepihak, namun juga terdapat beberapa
penolakan dari kaum yang tidak sepaham dengan rasionalisme.

2. Aliran Empirise 
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir
di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George
Berkeley dan John Locke. Ajaran empirisme memberikan
kebimbangan kepada sains dan agama pada zaman modern filsafat,
sehingga dapat diasumsikan mengecilkan peranan akal. Istilah
empirisme sendiri berasal dari bahasa Yunani empeirin yang berarti
coba-coba atau pengalaman.
Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Untuk memahami isi doktrin ini perlu dipahami lebih dahulu dua ciri
pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori
tentang pengetahuan. Teori makna dinyatakan sebagai teori tentang
asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Sedangkan teori
tentang pengetahuan menyatakan bahwa semua kebenaran adalah
kebenaran a posteriori, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui
observasi.10 Dari sini dapat kita simpulkan bahwa empirisme sendiri
9
Muhammad Bahar Akkase Teng, “Rasionalis dan Rasionalisme dalam Perspektif Sejarah”,
dalam Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 4, No. 2, Desember 2016, h. 15-16.
10
Ahmad Tafsir, Akal dan Hati Sejak Thales Hingga Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000, 175.

8
adalah lawan dari rasionalisme, karena kedua pemikiran ini adalah
suatu gagasan yang saling bertubrukan satu sama lain.

3. Aliran Eksistensialisme 
Eksistensialisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang terutama
diasosiasikan dengan beberapa filsuf Eropa abad ke-19 dan ke-20 yang
sepaham (meskipun banyak perbedaan doktrinal yang mendalam
bahwa pemikiran filsafat bermula dengan subyek manusia bukan
hanya subyek manusia yang berpikir, tetapi juga individu manusia
yang melakukan, yang merasa, dan yang hidup.11 Dalam pemahaman
seorang eksistensialis, seorang individu bermula pada apa yang disebut
sebagai "sikap eksistensial", yaitu semacam perasaan disorientasi,
bingung, atau ketakutan di hadapan sebuah dunia yang tampaknya
tidak berarti atau absurd.12
Label eksistensialisme dan eksistensialis sering dipandang sebagai
kemudahan sejarah saja karena kedua istilah itu pertama kali
digunakan kepada beberapa filsuf setelah mereka telah lama
meninggal. Meskipun eksistensialisme secara umum ditengarai
dimulai oleh Kierkegaard, tetapi filsuf eksistensialis besar pertama
yang menggunakan istilah tersebut untuk memperkenalkan diri
adalah Jean Paul Sartre.
Sartre mengedepankan ide bahwa "yang dimiliki semua filsuf
eksistensialis adalah doktrin fundamental bahwa eksistensi mendahului
esensi ", sebagaimana dijelaskan oleh Frederick Copleston Sartre
mengklaim bahwa salah satu konsep sentral eksistensialisme adalah
bahwa eksistensi mendahului esensi, yang berarti bahwa pertimbangan
terpenting bagi seorang individual adalah bahwa mereka adalah
individual entitas yang bersikap dan bertanggung jawab secara
independen dan sadar ("eksistensi") dan bukan label, peran, stereotipe,
definisi, atau kategori lainnya yang digunakan atau dipergunakan
kepada individual tersebut ("esensi"). Kehidupan aktual seorang
11
John Macquarrie, Existentialism, New York (1972), pp. 18–21
12
Robert C. Solomon, Existentialism (McGraw-Hill, 1974, pp. 1–2).

9
individu kemudian dapat disatukan dan dijadikan "esensi nyata"
mereka, dan bukan esensi yang diatribusikan orang lain kepada
mereka. Dengan demikian, manusia, melalui kesadarannya sendiri,
menciptakan nilai-nilainya sendiri, dan menentukan arti bagi
kehidupannya sendiri.13
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme
adalah pemikiran yang mana mengedepankan kebebasan untuk
melakukan segala sesuatu sesuai dengan hasrat yang ia miliki. Dan
keinginan tersebut tak dapat dapat diganggu gugat karena esensi yang
timbul tersebut akibat dari suatu pemikiran.

4. Aliran Marxisme 
Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-
pandangan Karl Marx.14 Marxisme merupakan dasar teori komunisme
modern. Teori ini tertuang dalam buku Manifesto komunis yang dibuat
oleh Marx dan Friedrich Engels Marxisme merupakan bentuk protes
Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum
kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum
proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa
bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan
mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar
yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. 
Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya
"kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi
orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx
berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu diganti dengan
paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx,
kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar
15
dari marxisme. Salah satu alasan mengapa marxisme merupakan

13
Copleston, F.C. (2009). "Existentialism". Philosophy. 23 (84): 19–37
14
Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge
University Press. Hlm. 465-467.
15
P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hlm. 111-117.

10
sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa marxisme memadukan
tiga tradisi intelektual yang masi telah sangat berkembang saat itu,
yaitu filsafat Jerman, teori politik Prancis, dan ilmu ekonomi Inggris.16
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi
oleh Hegel, Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme
yaitu:17
a. Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan
sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.
b. Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus
berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami
hakikat perubahan sejarah.
c. Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti
suatu hukum yang dapat ditemukan.
d. Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola
gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis,
dan sintetis.
e. Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi
-yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan
dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam
dirinya.
f. Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak
karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia
hanya terbawa arus bersama dengannya.
g. Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu
situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.
h. Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak
lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar
kendali mereka. Akan tetapi, untuk pertama kalinya manusia akan
mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan tentunya
mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.

16
Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 164-171.
17
Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 164-171.

11
i. Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia
dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya dan pemenuhan
diri.
j. Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan
dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah
atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan
oleh orang liberal. Akan tetapi, merupakan sebuah masyarakat
organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu
totalitas yang lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi
pemenuhan daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah.
Pemahaman inilah yang mempengaruhi seorang karl marx hingga
menciptakan marxisme yang menjadi dasar dari komunisme modern.

D. Filsafat Pancasila
1. Ontologi Pancasila
Ontologi pancasila membahas tentang adanya pancasila. Adanya
pancasila dapat ditinjau dari sebab adanya pancasila, cara adanya
pancasila dan sifat adanya pancasila. Sebab adanya pancasila secara
langsung dari pemikiran manusia Indonesia, dan secara tidak langsung
dari Tuhan sebagai pencipta manusia. Cara adanya pancasila dengan
melalui proses persidangan wakil rakyat Indonesia (BPUPKI dan
PPKI). Dan sifat adanya pancasila adalah nyata. Terdapat pada
kehidupan masyarakat . karena Tuhan dan manusia sebagai sebabnya
juga nyata, dan cara adanya melalui proses persidangan dengan adanya
naskah risalah sidang. Berdasarkan penjelasan tersebut maka ontologi
pancasila terpenuhi dalam sila pertama (Ketuhanan YME) dan sila
kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab).
Secara ontologi hakikat pancasila mendasarkan setiap silanya pada
landasan, yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat dan Adil. Oleh karena
itu, hakikat harus selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara
Indonesia. Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan
keadaan negara harus ses uai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan

12
keadaan harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat satu; sila keempat sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; sila kelima sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil. 18
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan
atau eksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.
Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika, dan kesempatan atau
kosmologi.19
Dasar ontologi pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar
antropologis, subyek pendukungnya adalah manusia, yakni; yang
berketuhan yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal
yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, pancasila
adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara adalah rakyat
(manusia).20
2. Epistemologi Pancasila

Epistemologi pancasila membahas tentang pengetahuan pancasila,


yang meliputi sumber pancasila, metode pancasila, instrument
pancasila dan kebenaran pancasila. Sumber pancasila meliputi sumber
meliputi sumber material, yaitu nilai-nilai yang terdapat pada adat
istiadat, kebudayaan, agama atau kepercayaan yang dianut masyarakat,
dan sumber formal yaitu pembukaan UUD 1945 alenia IV. Metode
pancasila meliputi metode perumusan pancasila, yaitu krisis selektif
18
Dwi sulisworo. 2012.”pancasila sebagai sistem filsafat implikasi” Jurnal
pancasila. Vol.18, No.11,eprints.uad.ac.id.7 maret 2020
19
G. Nugraha Putra, “ pancasila sebagai sistem filsafat”,https://www.academia, diakses
pada 16 maret 2020 pukul 05:32

20
Widiyat miko, “pancasila sebagai sistem filsafat”, staff.gunadarma.ac.id, diakses pada 16
maret 2020 pukul09;43.

13
dialektis eksperimental, dan metode pengembangan pancasila, yaitu
interprestasi, hermeneutika, koherensi historis, dan analitico-sintetik.
Adapun instrument pengkajian dan pengembangan pancasila adalah
akal yang sehat dan jernih. Keberadaan pancasila dan dianalisis dengan
menggunakan empat teori kebenaran. Pertama kebenaran koherensi.
Nilai-nilai pancasila dinyatakan benar.

Terdapat keruntutan atau kesesuaian antara nilai pancasila yang


satu dengan lainnya. Kedua teori keberadaan korespondensi, nilai-nilai
pancasila dinyatakan benar apabila sesuai dengan realitas kehidupan
masyarakat Indonesia. Ketiga, teori kebenaran pragmatis, nilai-nilai
pancasila dinyatakan benar apabila bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia. Keempat, teori perfomatis, nilai-nilai pancasila dinyatakan
benar apabila dapat merubah sikap, perilaku, budaya, etos, semangat
masyarakat Indonesia.

Itu semua membutuhkan waktu, metode dan proses yang


berkelanjutan. Pada sila ketiga dan keempat pancasila ditemukan
metode kita untuk mewujudkan hal-hal tersebut. Metode tersebut
adalah metode persatuan dan kerakyatan atau demokrasi, yang terdapat
pada sila ketiga, dan keempat pancasila. Dengan demikian
epistemologi pancasila dipenuhi oleh sila ketiga dan keempat
pancasila.

Secara epistemologi, pancasila pada mulanya adalah harmonisasi


dari paham barat modern sekuler, paham kebangsaan, islam dan
berbagai jenis lain pengetahuan lainnya yang melalui proses perdetan
perdebtan panjang hingga mencapai titik temu. Kebenaran yang
dikandung pancasila adalah kebenaran konsensus. Watak konsensus
berkonsekuensi pada fleksibelitas peninjauan atas konsensus,
meskipun jika berubah dalam bentuk yuridis akan memiliki kekuatan
mengikat. Pancasila yang mengandung kebenaran konsensus adalah
sistem terbuka yang dapat ditafsir dalam berbagai arti, dinilai

14
kelemahan dan kelebihannya dan dikontekstualisasikan dengan
semangat perubahan.

Pengetahuan yang bersifat kefilsafatan mengenai pancasila


memiliki kesesuaian dengan proses tercapainya kesiapan pribadi.
Dengan adanya pengetahuan yang bersifat kefilafatan mengenai
hakikat pancasila, itu berarti adanya dasar yang kuat dan kekal untuk
terbentuknya way of life negara, bangsa dan warga negara.

Menurut Titus (1948:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar


dalam epistemologi, yaitu:

a. Tentang sumber pengetahuan manusia


b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
c. Tentang watak pengetahuan manusia.

Epistemologi kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan


sebagai upaya untuk mencari hakikat pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti pancasila telah menjadi
suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh
karena itu pancasila harus memiliki unsur nasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar epistemologi
pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Maka, dasar epistemologi pancasila sangat berkaitan
erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

Epistemologi pancasila sebagai obyek pengetahuan dan hakikatnya


meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan
pancasila. Tentang sumber pengetahuan pancasila, sebagaimana telah
dipahami bersama bersama nila-nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis pancasila.
Tentang susunan pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka
pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti
susunan sila-sila pancasila maupun isi arti dari sila-sila pancasila itu.

15
Susunan kesatuan pancasila adalah bersifat hiraksis dan berbentuk
piramidal. 21

3. Aksiologi Pancasilan
Aksiologi pancasila membahas tentang nilai-nilai pancasila.
Selanjutnya nilai-nilai pancasila tersebut sebagai pertimbangan
masyarakat, bangsa, dan para pemimpin untuk menerapkan setiap hasil
pemikiran dan kebijakan-kebijakan. Artinya nilai sangat banyak sekali
sesuai dengan latar belakang dan kepentingan masing-masing subjek.
Misalnya nilai diartikan sebagai suatu guna, harga,mutu dari berbagai
arti. Dapat dirumuskan menjadi arti yang bersifat universal, nilai
adalahsuatu kualitas abstrak yang membuat sesuatu hal itu bermakna,
berbobot, sehingga yang memilikinya merasa puas batin.
Terdapat beberapa jenis nilai, yaitu; nilai objektif, nilai subjektif
dan nilai inter-subjektif. Nilai objektif adalah nilai yang berasal dari
diri barang atau sesuatu itu sendiri. Nilai subjektif adalah nilai yang
diberikan subjek kepada suatu barang atau nilai yang diberikan
manusia yang satu ke manusia lain. Sedangkan nilai inter-
subjektifadalah nilai yang merupakan hasil penilaian beberapa subjek
terhadap satu hal atau barang tertentu. Ketiga jenis nilai tersebu
terdapat dalam pancasila. Nilai objektif pancasila adalah nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,dan
nilai keadilan. Sedangkan nilai subjektif pancasila adalah hasil
penilaian masyarakat terhadap pancasila, yaitu kebenaran,
kemanfaatan, kebaikan, maasing-masing subjek atau kelompok akan
berbeda-beda. Adapun nilai inter-subjekif pancasila adalah hasil
penilaian oleh beberapa orang atau kelompok terhadap pancasila, yang
biasanya akan melahirka suatu kebijakan.
Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu nilai etika dan
estetika;

21
Bahrum, “ontologi, epistemology, dan aksiologi”, https//myactivity.google.com, diakses
pada 16 maret 2020 pukul 10:50.

16
a. Nilai etika Nilai etika diperuntukkan pada manusia saja, selain
manusia (binatang, benda, alam) tidak mengandung nilai etika,
karena itu tidak mungkin dihukum baik atau buruk.
b. Nilai estetika Merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan
kreasi seni ,dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan
dengan seni atau kesenian. Kadang estetika diaartikan sebagai
filsafat seni dan kadang-kadang prinsip yang berhubungan
dengan estetika dinyatakan dengan keindahan. 22

Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang


lahir sebagai ideology kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
para pendahulu kita yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang
tepat. Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila itu memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah tentang hakikat pancasila.

Filsafat Pancasila dapat didefiniskan sebagai refleksi kritis dan


rasional tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya
bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok yang mendasar
dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
pendiri bangsa Indonesia.

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau


pemikiran yang sedalam-dalamnya dari Bangsa Indonesia yang dianggap
dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar,
adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Filsafat pancasila lalu dikembangkan oleh Soekarno
pada tahun 1955, pada saat itulah Soekarno menyatakan bahwa “ Pancasila
merupakan filsafat asli Indoneaia yang diambil dari budaya dan tradisi

22
Bahrum, “ontologi, epistemology, dan aksiologi”, https//myactivity.google.com, diakses
pada 16 maret 2020 pukul 10:50.

17
bangsa Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya India (Hindu-
Budha), Barat (Kristen), Arab (Islam).

Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis


sehingga filsafat pancsila tidak hanya mengandung pemikiran yang dalam
ataupun bertujuan untuk mencari tetapi hasil pemikiran tersebut berwujud
filsafat pancasila yang dipergunakan sebagai pedoman hidup agar hidup
bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik
didunia maupun di akhirat.

Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang azda


atau dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan
seterusnya. Objek kajian dalam filsafat pancasila senagaih berikut :

a. Objek material filsafat, yaitu objek pembahasan filsafat yang meluputi


segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti; manusia,
alam, benda, bintang daN lain sebagainya, maupun sesuatu yang
bersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide, ideology, moral, pandangan
hidup dan lain sebagainya.
b. Objek formal filsafat, adalah cara pandang seseorang peneliti terhadap
objek material tersebut, suatu objek material tertentu dapat ditinjau
dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda.

Lebih jauh E.C Ewing dalam bukunya Fundamental Question of


Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok
filsafat (secara tersirat menunjukkan objek filsafat) ialah : Truth
(kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and
mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan
waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), monism versus
Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).

Pendapat-pendapat tersebut menggambarkan betapa luas dan


mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun
sudut pandangnya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa

18
objek filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang
dan kajian yang mendalam (radikal).

Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat


adalah segala sesuatu yang berwujud yang ada pada garis besarnya dapat
dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : 1) Hakikat Tuhan; 2) Hakekat
Alam; 3) Hakekat Manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha
mencari keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan
demikian objek material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan
mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal
filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek
material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada
sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.

Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles


dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan


materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial
budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
b. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi
syarat formal (kebenaran formal).
c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam
menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia
merdeka.
d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:
1) ke-Tuhanan, yaitu sebagai kausa prima
2) kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
3) kesatuan, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
4) kerakyatan, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
gotong royong

19
5) keadilan, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang
lain yang menjadi haknya.

E. Manfaat dan Penggunaan Filsafat Pancasila

1. Memberikan jawaban atas pertanyaan fundamental dalam kehidupan


bernegara. Dimana segala aspek berkaitan erat dengan kehidupan dan
kelangsungan hidup negara. Oleh karena itu manfaat pancasila sebagai
filsafat harus memberikan jawaban mendasar tentang hakikat
kehidupan bernegara, yaitu dalam susunan politik, sistem politik,
bentuk negara, susunan perekonomian, dan dasar dasar pengembangan
ilmu pengetahuan. Semua itu harus dapat dijelaskan oleh filsafat
pancasila.
2. Mencari kebenaran tentang hakikat negara, ide negara, tujuan negara.
Dimana dasar negara Indonesia ada lima dasar, yang satu sila dengan
sila lainnya saling berkaitan. Kelimanya merupakan kesatuan utuh, dan
tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Salinga memberi arah dan dasar
kepada sila yang lainnya. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar
negara mampu menjawab pertanyaan tentang “hakikat negara”.
3. Berusaha menempatkan dan menjadikan perangkat dari berbagai ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan bernegara. Fungsi
filsafat akan terlihat jelas, kalau di negara Indonesia sudah berjalan
teratur. Contohnya, di dunia Barat yang liberal, kita menemukan
pengembangan ilmu yang didasarkan pada tujuan pengembangan
liberalis.23

Adapun manfaat utama filsafat pancasilabagi bangsa dan negara


Indonesia sebagai berikut:

1. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indinesia.

23
Minto Rahayu, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Perjuangan Menghidupi Jati
Diri Bangsa, (Depok: Grasindo, 2007), hlm. 32

20
Pancasila dirumuskan oleh the founding father dan lahir dari ways
of life bangsa Indonesia, melalui penelitian dan penyelidikan kesepakatan
yang ada pada sidang BPUPKI.
Dalam pidatonya Bung Karno 1 Juli 1945 mengatakan, bahwa
mengenai pentingnya satu weltanschauung (alat pemersatu bangsa) lebih
kurang beliau mengatakan : “ we want to estabilished a state not for a
single individual or for one group even not for aristocration, but we want
to estabilished a state one for all and all for all”. Demikian pula
denganberbagai masukandari para The foundings Fathers kita yang lain
seperti Mr. Mohammad Yamin, Ki Hadi Bagoes Koesoemo, Mr.
Soepomo, dan lain-lain juga menghendaki adanya satu Phillosophy
Groundslag / filsafat dasar sebuah Negara, hingga diberikan nama
mengenai philosopy Groundslag / filsafat dasar Bangga dan Negara
Indonesia adalah Pancasila.

2. Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.


Prinsip-prinsip dasar bangsa Indonesia ditentukan oleh para peletak
dasar Negara tersebut yang diangkat dari dasar filsafat hidup bangsa
Indoneisa, yang kemudian diabstraksikan menjadi prinsip dasar filsafat
Negara yaitu pancasila. Hal inilah sebagai alasan ilmiah rasional dalam
ilmu filsafatbahwa salah satu lingkup pengertian filsafat adalah fungsinya
sebagai satu pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa tertentu
(Horald Tius, 1984).
Berdasarkan suatu kenyataan sejarah tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat pancasila sebagai suatu kenyataan obyektif
yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat Indonesia.

3. Filsafat Pancasila Sebagai Sumber dari Hukum Dasar Indonesia.


Sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke
IV, susunan tersebut menunjuk bahwa pancasila merupakan dasar,
kerangka dan pedoman bagi Negara dan tertib hukum Indonesia, yang
pada hakekatnya tersimpul dalam asas kerohanian pancasila. Dengan

21
demikian konsekuensinya pancasila asas yang mutlak bagi adanya tertib
hukum indonesia yang pada akhirnya perlu di realisasikan dalam setian
aspek penyelenggaraan Negara.
Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai
sumber dari hukum dasar Indonesia, atau dengan kata lain pancasila
merupakan sumber tertib hukum indonesia yang tercantum dalam
ketentuan tertib hukum tertinggi. Yaitu pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya
adalah sebagai nilai-nilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu
sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia, menjadi wadah
fleksibel bagi faham-faham positif untuk berkembang dan menjadi dasar
ketentuan yang menolak faham-faham yang bertentangan seperti Atheisme
dan segala bentuk kekafiran tak beragama, Kolonialisme, Diktatorisme,
Kapitalisme, dan lain-lainnya.

F. Lima Pokok Ajaran Pancasila


Sebagai dasar filsafat negara, sila-sila dalam Pancasila merupakan
suatu sistem nilai. Oleh sebab itu, sila-sila Pancasila dalam hakikatnya
merupakan suatu kesatuan, meskipun dalam setiap silanya terkandung
ajaran pokok yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Adapun ajaran
pokok yang terkandung dalam setiap sila pada Pancasila sebagai berikut.

1. Sila Pertama

Pokok ajaran yang terkandung pada sila pertama terletak pada


keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam
kehidupan semua makhluk.24 Artinya, setiap makhluk hidup, termasuk
warga negara didalamnya harus menyadari bahwa masing-masing dari kita
adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bertanggung jawab dengan apa
yang kita lakukan. Kita diberi kebebasan oleh negara untuk memilih dari

24
Ristedikti, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Cetakan 1,2016) hal.170

22
sekian banyak agama di Indonesia. Dalam sila pertama ini telah mencakup
keempat sila lainnya. Hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelanggaraan negara, bahkan moral negara, moral penyelenggaraan
negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan negara kebebasan hak asasi warga negara tidak boleh
melenceng dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Sila Kedua

Pokok ajaran yang terkandung dalam sila kedua adalah manusia


monopluralis, yang terdiri dari 3 monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa dan
raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial), kedudukan kodrat (mahkluk
pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan). Kita harus menyadari betul
bahwa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki berbagai macam suku, adat,
budaya dan agama. Oleh karena itu sikap adil dan saling menghargai
hendaknya harus dijunjung tinggi dengan upaya diantaranya yaitu, dapat
menempatkan manusia sesuai hakikatnya sebagai makhluk Tuhan,
menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, dan
mewujudkan keadilan serta peradaban yang tidak lemah.25 Kemanusiaan
yang adil dan beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan
tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma dan kebudayaan pada umumnya, baik
terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungannya. Nilai
kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral, dan beragama.

3. Sila Ketiga

Pokok ajaran yang terkandung dalam sila ketiga ini adalah


penjelmaan sifat kodrat manusai sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama di antara
elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok,
golongan, ataupun kelompok agama. Oleh sebab itu, perbedaan merupakan
bawaan kodrat manusia dan merupakan ciri khas elemen-elemen yang
25
Surnani Yassa, Pendidikan Pancasila ditinjau dari perspektif filsafat, dalam Jurnal
Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,( Vol. 1, No. 1, Tahun
2018) hal.5

23
membentuk negara. konsekuensinya negara adalah beragam, tetapi satu,
mengikatkan diri pada suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka
Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi
konflik dan permusuhan, melainkan diarahkan pada suatu sintesis yang
saling menguntungkan, yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk
mewujudkan tujuan bersama.

Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan


Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini
mengandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme
religius, yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa,
nasionalisme yang humanistik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu, nilai-nilai nasionalisme
ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan negara termasuk
pada era reformasi saat ini.26

4. Sila keempat

Rakyat merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan


Yang Maha Esa, yang bersatu dan bertujuan mewujudkan harkat dan
marabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat inilah yang menjadi
subjek pendukung pokok negara. Dalam sila ini terkandung nilai pokok
demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara. 27
Artinya, keputusan yang diambil lebih didasarkan pada musyawarah untuk
mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli
pendapat minoritas. Berikut ajaran pokok demokrasi yang terkandung dalam
sila keempat:

a. Kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab, baik


terhadap masyarakat, bangsa, maupun secara moral terhadap
Tuhan Yang Maha Esa;

26
Mahpudin Noor dan Suparman, Pancasila, (Bandung:CV PUSTAKA SETIA, 2016)
hal.43-44
27
Ibid, hal.45

24
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan;
c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalan
kehidupan bersama;
d. Mengakui perbedaan individu, kelompok, ras, suku, dan agama
karena perbedaan merupakan suatu bawaan kodrat manusia;
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap
individu, kelompok, ras, suku, ataupun agama;
f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan
yang beradab;
g. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan
yang beradab;
h. Menwujudkan dan mendasarkan keadilan dalam kehidupan
sosial agar tercapai tujuan bersama.

5. Sila Kelima

Ajaran pokok yang terkandung dalam sila keempat ini terwujud dalam
tiga aspek, yaitu keadilan distributif, keadilan legal, dan keadilan komulatif.
Adapun penjabarannya sebagai berikut:

a. Keadilan distributif, adalah hubungan keadaan antara negara terhadap


warganya, dalam arti pihak negara wajib memenuhi keadilan dalam
kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama
yang didasarkan atas hak dan kewajiban;
b. Keadilan legal (keadilan bertaat), adalah hubungan keadilan antar warga
negara terhadap negara, dalam arti warga yang wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
negara;
c. Keadilan komulatif, adalah hubungan keadilan antara warga negara satu
dengan lainnya secara timbal baik atau dalam kata lain yaitu toleransi.

25
BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan yaitu Pancasila tersmasuk


dalam sistem filsafat. Karena pancasila adalah hasil pemikiran para Founding
Father yang berfikir untuk membuat pancasila. Dan filsafat terdapat banyak aliran
didalamnya. Kemudian filsafat pancasila sila muncul sebagai cara bangsa untuk
berfikir krtitis dengan menjunjung tinggi ideologi bangsa.

Dari beberapa manfaat dan penggunaan filsafat pancasila dapat


disimpulkan bahwa filsafat pancasila sebagai suatu kenyataan obyektif yang hidup
dan berkembang dalam suatu masyarakat Indonesia

26
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir.1990. Filsafat Umum.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ahmad Tafsir.2000.Akal dan Hati Sejak Thales Hingga Capra, Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Asmoro Achmadi.2009. Paradigma Baru Filsafat Pancasila dan
Kewarganegaraan.Semarang: RaSAIL.
Bahrum, “ontologi, epistemology, dan aksiologi”, https//myactivity.google.com, (diakses
pada 16 maret 2020).

Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius.

Copleston, F.C. 2009. "Existentialism". Philosophy. 

Dea Tita.”makalah pancasila sebagai filsafat”.https://www.slideshare.net/mobile.


(Diakses pada tanggal 16 maret).
Departemen pendidikan dan Kebudayaan.1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:
Balai Pustaka.cet.1.
Dwi sulisworo. 2012.”pancasila sebagai sistem filsafat implikasi” Jurnal
pancasila.18(11):eprints.uad.ac.id.7 maret 2020.

G. Nugraha Putra, “ pancasila sebagai sistem filsafat”,https://www.academia, (diakses


pada 16 maret).
John Macquarrie.1972. Existentialism, New York.
Kompasiana, Cabang-cabang Filsafat,
https://www.kompasiana.com/umimasruro/5d95ed10712306373223b575/filsafat-ilmu-
cabang-cabang-filsafat, (diakses pada 20 Maret 2020 pukul 15.32).
Mahpudin Noor dan Suparman.2016. Pancasila, Bandung:CV PUSTAKA SETIA.
Minto Rahayu.2007.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Perjuangan Menghidupi
Jati Diri Bangsa.Depok: Grasindo.
Muhammad Bahar Akkase Teng.2016.“Rasionalis dan Rasionalisme dalam Perspektif
Sejarah”, dalam Jurnal Ilmu Budaya, 4(2): 15-16.
P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Poejawijatno,2009. Pengantar Filsafat.Jakarta: PT. Rineka Cipta.cet.9.
Ristedikti.2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.Cetakan 1.
Stanford Encyclopedia of Philosophy, Rationalism vs. Empiricism,
https://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalisme,( diakses pada 19 maret).

27
Robert C. Solomon.1974. Existentialism :McGraw-Hill.. 
Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom:
Cambridge University Press.
Surnani Yassa.2018. Pendidikan Pancasila ditinjau dari perspektif filsafat, dalam Jurnal
Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,1(1): 5
Stanford Encyclopedia of Philosophy, Rationalism vs. Empiricism,
https://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalisme,( diakses pada 19 maret).

Widiyat miko, “pancasila sebagai sistem filsafat”, staff.gunadarma.ac.id, (diakses pada


16 maret).
Zuhairini.2004. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: PT.Bumi Aksara.

9135034.”PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”. https://www.academia.edu.


( diakses pada tanggal 16 maret).

28

Anda mungkin juga menyukai