RANCANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
perizinan terpadu yang dimasa lalu proses perizinan harus melalui instansi
saat ini masih dihadapkan pada sistem yang belum efektif dan efisien serta
belum sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
1
yang tumpang tindih, prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka
Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan kedua atas Peraturan
2
Perangkat Daerah Kota Mataram, dan Peraturan Walikota Mataram Nomor 11
paraf dan tanda tangan yang diperlukan dan pengurangan waktu rata-rata
pemrosesan perizinan.
masih dihadapkan pada sistem yang belum efektif dan efisien serta belum
penyelenggaraan perizinan telah menjadi salah satu isu penting dalam sistem
Hal ini sebagai akibat belum adanya kepastian hukum dalam penataan
kesesuaian antara aturan yang satu dengan yang lainnya serta masih jauh
ketahui bahwa ketentuan Pasal 349 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing daerah yang
3
Dengan demikian, guna mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Kota Mataram. Dari hasil kajian terhadap jajak kinerja Dinas/ SKPD terkait
4
prosedur dan mekanisme perizinan baik terhadap kewenangan perizinan
yang telah dilimpahkan kepada BPMP2T Kota Mataram maupun yang masih
yang lebih tinggi dan dinamika kekinian (tidak ada kepastian hukum
(TDUP).
utuh.
sangat penting dalam konsep Negara hukum dan Demokrasi. Selain ditujukan
5
instrumen atau sarana komunikasi tertulis antara pemerintah (penguasa)
maupun hubungan hukum antar masyarakat juga menjadi hakikat lain dari
dalam penyusunannya bukan merupakan hal yang dapat begitu saja dilakukan
tanpa ada kajian ilmiah terlebih dahulu. Kajian tersebut harus dapat mencakup
naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
Dari uraian di atas, maka Naskah Akademik disusun sebagai tahapan awal
6
memberikan arah dan menetapkan ruang lingkup proses perancangan
1. Mengkaji dan meneliti secara akademik pokok-pokok materi yang ada dan
metode sosiolegal. Dengan ini, maka kaidah-kaidah hukum baik yang berbentuk
(Raperda). Metode ini dilandasi oleh sebuah teori bahwa hukum yang baik yang
juga berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam masyarakat, bukan semata-
7
a. Inventarisasi bahan hukum;
sumber bahan hukum yang relevan (primer dan sekunder), yaitu peraturan
Secara garis besar proses penyusunan peraturan daerah ini meliputi tiga
A. Tahap Konseptualisasi
Tahap ini merupakan tahap awal dari kegiatan technical assistance yang
dilakukan oleh tim penyusun. Pada tahap ini tim penyusun melakukan
8
dilakukan dengan konsultasi dengan tim ahli, forum group diskusi dengan
SKPD terkait. Dari forum group diskusi tersebut diharapkan akan mendapatkan
masukan mengenai hal-hal yang diatur dalam naskah akademik dan rancangan
Pada tahap ini, tim penyusun melakukan sosialisasi dan konsultasi publik
Mataram dan dilakukan diskusi yang dihadiri oleh stake holder. Target output
ketika Raperda sudah disetujui antara DPRD Kota Mataram dengan Kepala
9
BAB II
Pelayanan Publik;
pemenuhan hak-hak dasar rakyat. Dalam hal ini, posisi negara adalah sebagai
memiliki hak atas pelayanan publik dari negara karena sudah memenuhi
kewajiban sebagai warga negara, seperti mebayar pajak atau pungutan lainnya
sangat mendasar dan mejadi tugas negara sekaligus sebagai upaya untuk
10
3. Memberdayakan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal yang berkelanjutan
untuk meningkatkan kemandirian daerah.
ketentuan Pasal 349 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
perizinan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik serta untuk
11
dalam penyelenggaraan perizinan, maka diperlukan pengaturan hukum yang
mendukungnya;
Produk hukum yang menjadi dasar pengaturan bagi ketertiban umum dan
peraturan daerah merupakan salah satu bentuk dari produk hukum daerah
wajibnya. Dengan demikian peraturan daerah ini berisi ketentuan yang menjadi
mendapat kontrol atau pengawasan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
12
pembentukan dasar hukum Penyelenggaraan Perizinan Di Kota Mataram
merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah yang bertonggak pada
paradigma baru.
batas dan aturan yang berlaku untuk suatu negara tertentu, mengalami
13
5. Perubahan paradigma yang selama ini menekankan pada rowing semua hal
Pemerintahan Daerah.
itu pembentukan peraturan daerah ini secara politis juga akan meningkatkan
selalu bertumpu pada asas demokrasi dan asas legalitas dalam kegiatan-
tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 344 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
14
Mengingat bahwa naskah akademik ini disusun sebagai bahan dasar
jawab dari setiap pejabat dan instansi; b). Adanya prosedur kerja yang
suatu izin/ pelayanan; d). Kejelasan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat yang meminta izin/ pelayanan; e). Kejelasan biaya yang harus
akuntabel.
Mataram sebagai pusat pendidikan dan pusat perdagangan, oleh karena itu
15
akuntabel sangatlah penting guna peningkatan baik secara langsung maupun
bahwa :
masyarakat.
b. Sesuai dengan amanat Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 alenia IV, tujuan
2Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Cet III, Pusat Studi Hukum (PSH) Fak
Hukum UII, Yogyakarta, 2004, halaman 72.
16
Mataram maupun yang masih melekat pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Tekhnis.
Daerah (SKPD) Tekhnis yang belum memiliki payung hukum berupa peraturan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kota Mataram pada awal tahun 2014.
Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan kedua atas Peraturan
paraf dan tanda tangan yang diperlukan dan pengurangan waktu rata-rata
pemrosesan perizinan.
masih dihadapkan pada sistem yang belum efektif dan efisien serta belum
17
masih menjadi citra yang melekat pada institusi penyelenggara atau penyedia
Hal ini sebagai akibat belum adanya kepastian hukum dalam penataan
kesesuaian antara aturan yang satu dengan yang lainnya serta masih jauh
ketentuan Pasal 349 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
publik yang memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung
bagi pertumbuhan sektor perdagangan dan jasa, maka Bagian Hukum selaku
substansi terkait perizinan agar tidak lagi tersebar di beberapa Produk Hukum
perizinan di Kota Mataram dapat segera terwujud, yang tidak hanya memangkas
produk hukum.
Mataram;
18
penyelenggaraan perizinan, guna terciptanya aspek kepastian hukum,
19
BAB III
TERKAIT
normatif juga didasarkan pada kaidah empiris. Hal tersebut penting maknanya
untuk melihat efektivitas dari aturan hukum yang dibuat tersebut. Efektivitas
atau keberlakuan penegakkan suatu aturan hukum dapat ditandai dengan cara:
Kota Mataram, guna melihat efektivitas ke depan dari peraturan daerah yang
sebagai berikut :
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas
20
menyelenggarakan dan mengatur urusan daerah, daerah diberikan suatu
21
dengan kewenangannya; dan
lanjut dari ketentuan Pasal 349 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing daerah yang ditetapkan
atas delegasi peraturan yang lebih tinggi dapat menetapkan kebijakan daerah
Perundang-undangan;
dan Pasal 6, yaitu tentang asas formil dan asas materiil pembentukan
a. kejelasan tujuan;
22
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
d. dapat dilaksanakan;
g. keterbukaan.
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
g. keadilan;
23
BAB IV
A. Landasan Filosofis
berbasis pada teori negara hukum modern (negara hukum demokratis) yang
dan melindungi hak-hak warganya, baik dibidang sipil dan politik maupun di
pemerintahan untuk menata masyarakat yang damai, adil dan bermakna. Oleh
karena itu, setiap kegiatan kenegaraan atau pemerintahan harus dilihat sebagai
terpancar dari hak-hak mereka yang mesti dilayanani dan dilindungi. Itulah
3 C.J.N. Vesteden (1984) dalam Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan
Publik,(Jakarta : Sinar Grafika, 2011), Halaman 1.
24
sebabnya konsep negara hukum yang dikembangkan dewasa ini selalu terkait
negara tidak hanya terbatas sebagai penjaga ketertiban semata seperti halnya
serta dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Tujuan negara dalam konsep
untuk ikut serta dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai
pemerintahan negara.
25
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah untuk
Pasal 349 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
mutu pelayanan dan daya saing daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
materi/ substansi terkait perizinan agar tidak lagi tersebar di beberapa Produk
Berkenaan dengan amanat Pasal 349 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
26
Peraturan Daerah Kota Mataram tentangPenyelenggaraan Perizinan Di Kota
serta harus sesuai dengan jiwa, semangat dan substansi peraturan perundang-
undangan tersebut..
B. Landasan Yuridis
sebagai berikut :
27
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
7. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Tahun 2010-2025;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
32).
9. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan
kedua atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram;
C. Landasan Sosiologis
Tahun 1993, secara geografis terletak pada ujung sebelah barat Pulau Lombok,
pada posisi 11604’-11610 bujur Timur dan 0833’-0838’ Lintang Selatan dengan
batas-batas wilayah4 :
Perekonomian Barang dan Jasa. Pintu sebelah barat ada eks. Bandara
Selaparang, sebelah selatan Pelabuhan Lembar yang datang dari Padang bai
(Bali), dan sebelah timur Pelabuhan Kayangan Labuan Lombok yang datang dari
pulau Sumbawa, dengan laju pertumbuhan ekonomi makro tahun 2009 adalah
8,47 %.
antara 0-2% seluas 3.126 Ha, Kemiringan lahan bergelombang antara 2-15%
seluas 2-909 Ha dan kemiringan lahan curam 14-40% seluas 4.568 Ha.
4
Badan Pusat Statistik Kota Mataram, Mataram Dalam Angka 2011, Hal. 3
28
Kota Mataram secara administratif memiliki luas wilayah 61,30 Km2
Beragam suku, bangsa dan agama tinggal di kota Mataram, begitu pula dengan
bangsa asing juga banyak yang menjadi warga kota Mataram. Kota Mataram
sebagai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat dan sebagai kota terbesar di NTB
sudah sepantasnya menjadi magnet, daya tarik bagi warga daerah lain di sekitar
lain.
saat ini telah menjadi tujuan MICE (Meeting. Incentive, Conference, Exhibition)
cepat, dan jelas sesuai dengan standar pelayanan publik yang telah ditetapkan.
diadakan untuk itu agar tercipta persepsi yang sama dalam pemberian
pelayanan diberikan.
29
BAB V
A. Ketentuan Umum
5. Izin paket adalah beberapa jenis perizinan yang diajukan dalam satu
berkas permohonan dengan persyaratan yang lebih ringkas, prosedur
pelayanan yang lebih sederhana dan waktu proses perizinan yang lebih
singkat.
6. Pendelegasian izin adalah pelimpahan wewenang dalam pemberian izin
dari Walikota kepada pejabat yang ditunjuk di lingkungan Pemerintah
Kota Mataram beserta tanggungjawabnya.
7. Mandat adalah pelimpahan wewenang dalam pemberian izin dari
Kepala SKPD kepada pejabat yang ditunjuk di lingkungan satuan
kerjanya dengan tanggungjawab tetap pada Kepala SKPD.
8. Penyelenggaraan Perizinan adalah pengelolaan perizinan dan penerbitan
sertifikasi izin berdasarkan pelimpahan kewenangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan.
9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Mataram.
10. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu yang
selanjutnya disingkat BPMP2T adalah Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Mataram.
11. SKPD Pengelola Perizinan adalah SKPD yang memiliki kewenangan
melakukan pengawasan secara teknis operasional dan pembinaan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.
12. SKPD Penerbit Sertifikasi Izin adalah SKPD yang berwenang
menandatangani dan menerbitkan dokumen perizinan resmi.
13. Sertifikasi izin adalah Dokumen Perizinan resmi yang ditandatangani
oleh Pejabat yang berwenang.
30
14. SKPD Teknis adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang memiliki
kewenangan melakukan pengawasan secara teknis operasional dan
pembinaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
15. Pemohon adalah orang dan/atau badan hukum yang menyelenggarakan
kegiatan dan/atau usaha di Kota Mataram.
16. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Mataram.
17. Penyidikan adalah serangkaian tindakan PPNS dalam hal dan menurut
cara yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti, yang dengan
barang bukti itu membuat terang pelanggaran yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
Peraturan Daerah ini dibuat sebagai landasan dan pedoman untuk keabsahan
bagi BPMP2T Kota Mataram dan Dinas/ Instansi terkait dalam melakukan
BAB IX : KEWAJIBAN
31
BAB X : PENERBITAN DAN PENOLAKAN IZIN
BAB XV : LARANGAN
32
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luasnya lingkup muatan materi yang akan diatur dalam peraturan ini
dan menjadi jawaban atas permasalahan yang selama ini dihadapi oleh BPMP2T
bentuk produk hukum Peraturan Daerah agar dapat memberikan legalitas bagi
kewajiban tersebut, atas kondisi maka Pemerintah Kota Mataram perlu segera
B. Saran
33
Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025, serta Peraturan
dibentuk serta untuk memberikan efek jera kepada orang dan/atau badan
dilakukan berdasarkan jadwal yang jelas dengan kegiatan yang rinci untuk
setiap tahapannya.
34
BAHAN BACAAN
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Cet III, Pusat Studi Hukum
(PSH) Fak Hukum UII, Yogyakarta, 2004.
35