PERIZINAN USAHA
DI DAERAH
PENYEDERHANAAN PERIZINAN USAHA
DI DAERAH
TIM PENELITI
i
ii
Kata Pengantar
Indonesia, terutama di era desentralisasi, belum sepenuhnya keluar dari jebakan rezim
perizinan. Reformasi perizinan yang mulai gencar dilakukan Pemerintah dan Pemda
masih bergerak pada aras birokrasi, yakni mendorong efisiensi business process. Kecuali
50 daerah, sebagian terbesar Kabupaten/Kota dan Propinsi sudah mendirikan PTSP
sebagai bentuk pelembagaan reformasi birokrasi perizinan dimaksud.
Namun, kita belum banyak bergerak ke tingkat lanjut, reformasi regulasi. Di sini, kita
berhadapan dengan begitu banyaknya jumlah/jenis perizinan. Di daerah, sebagian
besar perizinan yang ada merupakan turunan dari regulasi pusat, sementara sebagian
lainnya sebagai diskresi Pemda yang bersangkutan. Beban birokrasi, dunia usaha dan
masyarakat lantaran perizinan yang banyak tersebut ditengarai turut menyumbang
kepada lemahnya daya saing investasi (Ease of Doing Business/EoDB) dan pertumbuhan
sektor swasta di daerah. Agenda besar membangun ekonomi berbasis investasi produktif
terancam kandas atau bergerak lamban jika segala sumbatan di ranah administrasi dan
kebijakan tersebut tak kunjung diurai.
Guna turut berurun gagasan dan ikhtiar mereformasi regulasi perizinan tersebut,
KPPOD bekerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris dan didukung Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) menjalankan program penyederhanaan perizinan. Kami
melakukan studi lapangan di 6 daerah, melakukan serangkaian konsultasi dengan
para pihak terkait, menghadirkan mitra kerja Pemda dalam forum dialog bersama
sejumlah Kementerian/Lembaga terkait, melakukan roadshow dan komunikasi riset
ke sejumlah instansi Pemerintah, aktif dalam tim kerja Kemenko Perekonomian untuk
menyusun rencana penyederhanaan perizinan usaha dalam kerangka pencapaian target
kemudahan berusaha (peringkat EoDB), dst.
Berbagai hasil kerja dalam rentang waktu setahun itu terekam dalam laporan studi ini.
Berangkat dari temuan studi bahwa akar masalah perizinan di daerah itu ada pada
kerangka regulasi nasional, laporan ini berisikan uraian bagaimana menyederhanakan
regulasi tersebut lewat pilihan tindakan HGSL (Hapus, Gabung, Sederhanakan, dan
Limpahkan) substansi perizinan dan regulasi sebagai wadah pengaturannya. Jalan ke arah
sana tentu tidaklah mudah. Namun harus dimulai, disertai komitmen tinggi semua pihak
untuk membuat negeri ini kembali sehat dan keluar dari jebakan rezim perizinan yang
lama membuat kita lamban bergerak dalam kancah kompetisi regional/global dewasa ini.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pelaksanaan maupun pemanfaatan
program ini, atas nama KPPOD saya ucapkan banyak terima kasih. Mudah-mudahan
momentum perubahan dan keterbukaan Pemerintah Jokowi-JK saat ini bisa kita isi
dengan berbagai kontribusi pemikiran dan ikhtiar yang berguna, termasuk dalam hal
reformasi perizinan. Semoga.
iii
iv
Ringkasan Eksekutif
Perizinan terpadu satu pintu (PTSP) adalah pengaktulan dari reformasi birokrasi tersebut,
hadirnya PTSP di daerah menciptakan efisiensi business process pengurusan izin. Seperti
percepatan dalam hal waktu, kemudahan dalam syarat/prosedur dan biaya yang
proporsional. PTSP di daerah terus berbenah bahkan di tingkat pusat BKPM pun kini
sudah memiliki PTSP nasional yang mendapat pelimpahan kewenangan penerbitan izin
dari beberapa kementrian lembaga.
Namun, tentu hal ini saja tidak cukup. Masih ada ruang yang dapat dimanfaatkan oleh
pemangku kewenangan di daerah untuk bersiasat menciptakan proses perizinan yang tak
ramah pada dunia usaha. Hal ini ditengarai karena masih banyaknya jenis izin di daerah.
PTSP adalah sebuah ikhtiar debirokratisasi sedangkan untuk menutup peluang siasat
tadi, dibutuhkan lebih dari sekedar debirokratisasi tapi upaya deregulasi yang lebih
advance. Yaitu upaya pengurangan jumlah/jenis izin deregulasi secara optimal.
Saat ini, masih terdapat kurang lebih 180 peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang perizinan, yang berdampak pada banyaknya izin di daerah. Sebut
saja misalnya Jakarta yang masih memiliki 518 jenis izin yang berkaitan dengan dunia
usaha. Daerah-daerah lain tentu tak kurang bahkan bisa melebihi jumlah izin yang
ada di Jakarta. Izin-izin ini seringkali pada intinya sama, tetapi memakai nama atau
istilah berbeda. Banyaknya izin yang harus diurus, bukan hanya menjadi beban dunia
usaha, tetapi juga menambah beban kerja Pemda. Karenanya, upaya pengurangan jenis
izin merupakan satu langkah penting dalam kebijakan reformasi birokrasi perizinan
khususnya untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif.
Terbitnya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, harusnya mempu menjadi
pintu masuk dari ikhtiar deregulasi ini. Pada pasal 349 ayat satu secara jelas disebutkan:
Penelitian yang kami beri judul “Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah” ini
mencoba untuk mengupas dan menemukan tiap kendala dalam proses deregulasi
perizinan. Berangkat dari rumusan masalah, banyaknya izin-izin usaha di daerah yang
pada hakekatnya mengatur fungsi yang sama dan seluruh izin tersebut harus dimiliki
pengusaha, akan menghambat aktivitas usaha. Permasalahan ini ditengarai terjadi
karena banyak regulasi nasional yang menjadi acuan dan mewajibkan izin-izin tersebut
dilaksanakan di daerah.
v
Dari rumusan masalah ini, KPPOD menghimpun permasalahan perizinan di daerah
dengan mengunjungi enam pemerintahan daerah, tiga daerah pertama merupakan
daerah dengan skala ekonomi besar, yaitu Medan, Surabaya dan Makassar. Tiga daerah
lainnya adalah daerah yang sudah melakukan upaya penyederhanaan jenis izin, yaitu
Kota Kediri, Kabupaten Barru dan Kabupaten Jeneponto. Dari Studi lapangan ini KPPOD
menemukan jenis-jenis izin serta aturan yang mengatur izin tersebut.
Sejumlah temuan kunci dalam penelitian ini kami ringkas dalam uraian berikut:
Kedua, Selain perizinan daerah yang merupakan turunan regulasi nasional, pada era
desentralisasi ini juga muncul perizinan yang merupakan hasil diskresi pemda atau
muncul dalam praktek sehari-hari berpemerintahan. Contoh kasus yang menonjol
adalah keberadaan SKDU (Surat Keterangan Domisili Usaha). Sebagaimana yang sudah
disampaikan dalam bahasan studi ini, perizinan semacam ini menimbulkan masalah dalam
kegiatan usaha di daerah, untuk itu penghapusan izin tersebut tidak bisa hanya diserahkan
kepada pemda yang bersangkutan tanpa adanya respon nasional yang menyeluruh.
Ketiga, Dari sisi penerapan, pemahaman penyelenggara izin masih sulit membedakan
apakah fungsi dari izin tersebut menjadi tanggung jawab penyelenggara atau dibebankan
kepada pemohon. Misal pada Tanda Daftar Perusahaan (TDP) fungsi terdaftarnya
perusahaan harusnya menjadi kerja pemerintah setelah pemerintah memberikan izin,
sehingga tidak lagi dibebankan kepada pemohon. Contoh lain yang memakan waktu
lama ada kewajiban memberikan keterangan rencana kota oleh pemda kepada pemohon
Izin Mendirikan Bangunan. Kewajiban ini dibebankan pemda kepada pemohon izin
dalam bentuk surat keterangan rencana kota, padahal dalam peraturannya, keterangan
ini harusnya disediakan oleh pemda.
Berbagai temuan kunci diatas lebih elaboratif kami gambarkan dalam halaman-halaman
selanjutnya. Bertolak dari identifikasi dan temuan kunci di atas, studi ini berujung
pada rekomendasi perbaikan pada tingkat kebijakan menyangkut regulasi maupun
pelaksanaan kebijakan. Para pemangku kebijakan serta pembaca diharapkan dapat
memetik manfaat dari laporan studi ini, agar berdampak luas dan langsung bagi iklim
usaha yang kondusif di Indonesia.
vi
Daftar Isi
1. Pendahuluan ............................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 2
1.5. Batasan Penelitian .......................................................................................................... 2
vii
4. Dampak Regulasi Perizinan Nasional di Daerah ........................................................... 15
4.1. Pemetaan Regulasi ......................................................................................................... 15
4.2. Analisis Kebermasalahan Regulasi dan Substansi Izin ...................................... 16
4.2.1. Izin Pendirian Badan Usaha Baru ............................................................... 16
4.2.2. Izin Tempat Usaha ........................................................................................... 28
4.2.3. Izin Pendirian Bangunan untuk Usaha ...................................................... 34
6. Penutup ........................................................................................................................................ 57
viii
Daftar Gambar, Grafik, dan Tabel
ix
x
1. Pendahuluan
2
Izin tempat usaha: tersebut memiliki karakter yang berbeda
Izin tempat usaha merupakan izin yang dalam melakukan penyelenggaraan
berkaitan dengan letak/lokasi usaha. perizinan dan sebagai representasi
Contoh izin yang berkaitan dengan tempat tipologi wilayah dengan iklim investasi
usaha adalah Izin Gangguan (Hinder yang berskala sedang hingga besar.
Ordonnantie/HO) / Surat Izin Tempat Penggalian masalah di studi lapangan
Usaha (SITU) dan Surat Keterangan difokuskan kepada praktik dan bentuk-
Domisili Perusahan (SKDP) bentuk deregulasi perizinan yang sudah
diimplementasikan di daerah dan juga
Izin pendirian bangunan usaha: sejauh mana skala kewenangan perizinan
Izin pendirian bangunan usaha merupakan yang telah diberikan.
izin dari bangunan berlangsungnya kegiatan
usaha atau bangunan yang diusaha. Contoh Hasil temuan yang diperoleh dari
izin pendirian bangunan usaha adalah Izin penelitian lapangan tentu tidak
Mendirikan Bangunan (IMB) merepresentasikan kondisi perizinan
daerah di Indonesia secara umum. Namun,
Selain itu, untuk lebih jelas dalam hasil temuan penelitian ini tentu dapat
memperkuat analisis masalah, dilakukan dilihat sebagai tipologi dan kecenderungan
penelitian lapangan di 6 wilayah daerah, serta patut dijadikan bahan pertimbangan
yaitu: Kabupaten Jeneponto, Kabupaten dalam merumuskan kebijakan nasional
Barru, Kota Surabaya, Kota Medan, Kota terkait dengan deregulasi perizinan dan
Makassar, dan Kota Kediri. Keenam daerah perbaikan perizinan di daerah ke depan.
6
adanya persamaan politik, keadaan sosial penyelenggaran izin didasari peraturan
dan pertumbuhan ekonomi. Reformasi perundangan yang berlaku.
ini merupakan upaya yang dilakukan
pemerintah untuk membenahi budaya dan
2.3. Analisis Kebijakan Publik
nilai karena rendahnya kualitas kinerja
administrasi. Dalam terminologi administrasi publik,
apapun yang pemerintah pilih (putuskan)
Terdapat empat metode reformasi yang untuk dilakukan dan tidak dilakukan suatu
dapat disasar yaitu: Pertama melalui tindakan merupakan sebuah kebijakan
reformasi melalui revolusi politik dimana (Dye, 1995). Berdasarkan pendekatan
keputusan politik menjadi penentu dalam kebijakan yang bersifat institusional,
membuat kebijakan dan juga kontribusi kebijakan publik ditentukan secara
politik di ranah sosial. Kedua, reformasi otoritatif, terpusat pada pemaparan aspek
melalui perbaikan organisasi agar birokrasi formal dan legal dari institutsi pemerintah:
publik dapat merespon perkembangan organisasi formal, kekuasaan hukum,
sosial, teknologi dan modernitas aturan prosedural, dan fungsi atau aktivitas.
yang sudah ada. Ketiga, reformasi Untuk itu, produk sebuah kebijakan adalah
perubahan perilaku yang bertujuan peraturan perundangan (Dunn, 2003).
untuk memperbaiki perilaku sumberdaya
manusia di pemerintahan. Dan keempat, Di Indonesia, teori susunan hierarkis norma
reformasi pada bidang hukum dengan peraturan perundangundangan sudah
mensinkronisasikan atau menghapus diadopsi semenjak tahun 1966, diawali
peraturan yang kompleks melalui review dengan Ketetapan MPRS Nomor XX/
regulasi yang detail. MPRS/1966, Ketetapan MPR Nomor III/
MPR/2000, Undang-Undang No.10 Tahun
Inti dari reformasi birokrasi yang menjadi 2004 dan yang terakhir Undang-Undang
tinjauan dalam penelitian ini adalah No.12 Tahun 2011. Berbagai perubahan
reformasi dari sisi hukum. Deregulasi peraturan mengenai peraturan perundang-
perizinan ini merupakan keberlanjutan undangan tersebut tidak lain dilakukan
dari proses penyederhanaan izin yang atas penyempurnaan terhadap tata hukum
dilakukan oleh pemerintah. Progress di Indonesia. Saat ini dapat dilihat pada
reformasi perizinan yang sudah ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun
dilakukan pemerintah antara lain, 2011 tata urutan peraturan perundang-
penyederhanaan prosedur dan proses undangan Indonesia yang merupakan
penerbitan izin dengan dibentuknya PTSP. susunan secara hierarkis terdiri atas:
Sedangkan dari sisi penyederhanaan 1. Undang-Undang Dasar Negara
biaya, dilakukan dengan diterbitkannya Republik Indonesia Tahun 1945;
UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
dan Retribusi Daerah. Dimana, Pemda Rakyat;
dibatasi untuk mengenakan rertibusi pada 3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
penyelenggaraan perizinan di daerah. Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
Selanjutnya, arena reform pada tingkat 5. Peraturan Presiden;
yang lebih paripurna yaitu penyederhanaan 6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
jenis izin. Penyederhanaan ini dapat 7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
dilakukan melalui pengurangan jumlah
aturan perizinan (deregulasi). Perbaikan Kekuatan peraturan tersebut berlaku
sisi hukum akan memberikan kepastian secara hierarki berupa penjenjangan setiap
hukum dalam melaksanakan tata kelola jenis Peraturan Perundang-undangan yang
pemerintahan, mengingat segala tindakan didasarkan pada asas bahwa Peraturan
8
analisis HGSL yang digunakan sebagai tingkat nasional. Regulasi yang mengatur
bahan dalam mengambil keputusan tentang izin yang didelegasikan ke daerah
terhadap sebuah izin. Dalam analisis menyebabkan banyaknya jumlah izin yang
tersebut juga mempertimbangkan faktor- harus di urus oleh pelaku usaha.
faktor sebagai berikut:
1. Penghapusan dilakukan terhadap jenis Substansi regulasi perizinan nasional yang
izin yang: memiliki kesamaan dari sisi fungsi dan
a. Bertentangan dengan perundang- tujuan yang tersebar di berbagai hirarki
undangan. peraturan perundangan mengakibatkan
b. Memberatkan masyarakat dan implementasi regulasi menjadi rumit.
menghambat dunia usaha dan Untuk mengurai permasalahan dalam
perekonomian daerah. kompleksitas regulasi tersebut perlu untuk
c. Izin yang bersangkutan sudah tidak dianalisis dan dicari level intervensi bagi
diperlukan bagi masyarakat. perbaikannya. Analisis kebijakan dalam
2. Penggabungan, dilakukan untuk jenis penelitian ini menggunakan dua metode.
pelayanan yang dengan pertimbangan Pada tahap awal dilakukan pemetaan
efisiensi dan efektivitas dapat dijadikan regulasi (Regulatory Mapping) untuk
satu dengan cara: melihat substansi regulasi nasional.
a. Menggabung perizinan dengan Selanjutnya, guna mencari rumusan
konsekuensi nama izin baru. rekomendasi (Hapus, Gabung dan
b. Menggabung beberapa prosedur Sederhanakan) dan strategi implementasi
menjadi satu. terhadap regulasi yang memiliki substansi
3. Dalam penyederhanaan, perlu yang sama, maka dilakukan dengan
diperhatikan agar prosedur yang Regulatory Impact Analysis (RIA).
dilakukan lebih sederhana (praktis dan
tidak cenderung KKN). Dengan dilakukannya deregulasi
4. Dalam perlimpahan kewenangan, harus izin ditingkat pusat diharapkan akan
melihat kesiapan kecamatan/desa. berdampak kepada berkurangnya jumlah
izin di daerah dan juga memudahkan
pemerintah dalam menyelenggarakan
2.5. Kerangka Pikir
perizinan. Lebih jauh lagi, dengan
Rumitnya regulasi dan penyelenggaraan membaiknya penyelenggaraan perizinan
perizinan jelas menjauhkan harapan untuk pada tingkat nasional maupun daerah
memperoleh izin yang mudah. Pada tataran akan mendorong iklim usaha menjadi lebih
kebijakan, hal ini tentunya tak terlepas dari kondusif. Alur kerangka pemikiran lebih
kompleksitas regulasi perizinan usaha di ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Studi ini dilakukan melalui pendekatan dan substansi yang sama sehingga dapat
kualitatif dengan menggunakan alat dilakukan penyederhanaan. Proses tersebut
bantu Regulatory Mapping (RegMap) dan meliputi 4 tahapan yaitu:
Regulatory Impact Analysis (RIA). Dalam
konteks studi, sebuah regulasi perizinan
akan dianalisis sebagai sebuah kebijakan.
Penggunaan dua alat bantu tersebut dinilai
sejalan dengan teori analisis kebijakan
publik (Dunn, 2003) yang menggabungkan
lima prosedur umum yang lazim digunakan
dalam pemecahan masalah yaitu:
1. Perumusan masalah (definisi) 1) Tahap 1, Perencanaan: Penyelesaian
menghasilkan informasi mengenai dan pemantapan metodologi pemetaan,
kondisi-kondisi yang menimbulkan uji coba penggunaan metodologi dan
masalah kebijakan. pelaksanaan pelatihan metodologi
2. Peramalan (prediksi) menyediakan untuk semua tim peneliti.
informasi mengenai konsekuensi di 2) Tahap 2, Pemetaan regulasi:
masa mendatang dari penerapan Mengidentifikasi, mengumpulkan
alternative kebijakan, termasuk tidak
dan mengkategorikan peraturan
melakukan sesuatu.
yang memiliki fungsi izin dan
3. Rekomendasi (preskripsi) menyediakan mengembangkan database sebagai
informasi mengenai nilai atau kegunaan pendokumentasian peraturan.
relatif dari konsekuensi di masa depan
3) Tahap 3, Review regulasi: yang
dari suatu pemecahan masalah.
mengandung pengaturan soal izin
4. Pemantauan (deskripsi) menghasilkan melalui serangkaian tahap review
informasi tentang konsekuensi sekarang dengan menggunakan 2 “filter”. Filter 1
dan masa lalu dari diterapkannya berdasarkan ruang lingkup izin dan filter
alternative kebijakan. 2 berdasarkan pemetaan implementasi
izin memulai usaha di daerah.
5. Evaluasi, yang mempunyai maknya
menyediakan informasi mengenai 4) Tahap 4, Pelaporan regulasi: menyusun
nilai atau kegunaan dari konsekuensi fakta pendukung, regulasi yang
pemecahan atau pengatasan masalah. dinilai memiliki kebermasalahan dan
duplikasi substansi dengan regulasi
lain, memberikan masukan dan saran
3.1. Regulatory Mapping (RegMap)
sebagai tindak lanjut dari upaya
Untuk menganalisis regulasi yang pembenahan peraturan.
mengatur izin usaha di tingkat nasional,
melalui metode ini dilakukan penyaringan
3.2. Regulatory Impact Analysis (RIA)
secara bertahap sampai pada penentuan
izin-izin yang dinilai memiliki fungsi RIA merupakan salah satu alat analisis
12
2. Tahapan Kerja RegMap
3.3. Lokasi dan Waktu Studi 3.4. Jenis dan Sumber Data
Keseluruhan Studi ini dilaksanakan Jenis data yang digunakan dalam studi ini
selama 10 bulan, sejak Juni 2015 hingga adalah data primer dan sekunder. Data
Maret 2016. Tahapan penelitian lapangan primer diambil dari hasil wawancara dan
(field study) dilakukan di empat daerah, Focus Group Discussion (FGD) dengan
yakni Kota Medan, Kota Surabaya, Kota stakeholders terkait. Sedangkan data
Makassar, dan Kabupaten Jeneponto yang sekunder adalah data produk peraturan
dilaksanakan pada bulan Agustus dan perundang-undangan di tingkat daerah
September 2015. Sedangkan, studi di Kota dan nasional yang diperoleh dari lembaga
Kediri dan Kabupaten Barru dilakukan yang berwenang seperti bagian hukum
sebagai rintisan atau adalah studi awal pemda, data Jaringan Dokumentasi dan
yang dilakukan KPPOD pada akhir tahun Informasi Hukum Kementerian Hukum dan
2014. HAM RI, dan berbagai sumber lainnya.
Regulasi
Nasional
180 Regulasi
Nasional
70 Regulasi
UU (35) Nasional
Filter I: PP (33)
Ruang Lingkup Perpres (3) Filter II:
UU (13)
Kepres (5) Implementasi
PP (7)
Permen (90) Daerah Perpres (2)
Kepmen (14) Permen (43)
Kepmen (5)
pendirian badan usaha (58). Kebijakan ini usaha kecil serta menengah. Setelah proses
bertransformasi menjadi izin-izin yang pengurusan izin tersebut, maka pengusaha
harus diurus oleh pengusaha di daerah. diminta mengurus izin sesuai dengan
Hal ini tentunya dapat menghambat bidang usahanya, seperti izin optik, izin
berkembangnya iklim investasi daerah makanan, dll. Izin usaha yang dimaksud
yang kondusif, karena sebelum usaha terdiri dari:
beroperasi, para usahawan harus dibebani
A. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
dengan banyaknya prosedur pengurusan
dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP):
izin. Untuk membangkitkan perekonomian
Dokumen wajib yang digunakan dalam
daerah, maka reformasi deregulasi
mendirikan kegiatan usaha di bidang
nasional menjadi sebuah harapan untuk
perdagangan. Dokumen ini juga akan
dapat diwujudkan. Grafik 4.1 menampilkan
menjadi prasyarat ketika mengurus izin
peraturan perundangan filter II.
sektoral.
B. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda
4.2. Analisis Kebermasalahan Regulasi
Daftar Industri (TDI):
dan Substansi Izin
Izin ini digunakan untuk mendirikan
Pada tahapan ini analisis atas pertanyaan suatu badan usaha di bidang industri.
regulasi dilakukan berdasarkan hasil
C. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK):
dari dua domain yakni: (1) identifikasi
Izin ini sebagai legalitas pendirian
pertanyaan yang berkaitan dengan
usaha mikro dan kecil.
legal yuridis, untuk menentukan tingkat
kebermasalahan regulasi; dan (2) D. Izin Usaha Sektoral (terdiri dari
identifikasi substansi izin yang digunakan berbagai sektor usaha, seperti
untuk menjawab check list substansi izin. kesehatan, pendidikan, pariwisata dll):
Analisis dilakukan terhadap 70 regulasi Izin-izin usaha sektoral di daerah
nasional sesuai dengan tiga fokus ruang merupakan izin-izin dasar untuk dapat
lingkup izin memulai usaha. beroperasinya suatu usaha di daerah.
16
SIUP merupakan surat izin awal yang mengartikan TDP sebagai izin. Berdasarkan
harus diurus ketika pelaku usaha nomenklaturnya yang termasuk
melaksanakan kegiatan perdagangan. pendaftaran seharusnya tidak disamakan
Kegiatan perdagangan yang dimaksudkan dengan izin yang berfungsi sebagai
merupakan kegiatan usaha yang bertujuan pengendalian. TDP juga tidak diurus ketika
untuk memperjualbelikan barang dan jasa. memulai sebuah usaha, namun 3 bulan
SIUP ini biasanya diasosiakan bersama setelah usaha tersebut beroperasi (Pasal 10
TDP yang menjadi surat tanda pengesahan UU 3/1982 dan Pasal 2 ayat 2 Permendag
yang diberikan oleh Kantor Pendaftaran 37/2007). Untuk itu TDP seharusnya
Perusahaan kepada perusahaan dikeluarkan dari izin memulai usaha. TDP
perdagangan yang telah melakukan dibutuhkan oleh Kemendag sebagai data
pendaftaran perusahaan. sektor usaha yang berjalan di Indonesia,
data tersebut menjadi rujukan bagi investor
Hasil analisis regulasi diketahui terdapat asing maupun domestik ketika berencana
kesamaan duplikasi persyarataan melakukan investasi di Indonesia.
dalam pengurusan SIUP dan TDP. Dua
izin tersebut mengatur pengurusan izin Merujuk pandangan Kemendag tersebut
untuk empat jenis usaha yang terdiri dari dapat disimpulkan bahwa TDP berada
Perseroan Terbatas (PT), koperasi, CV dan pada fungsi pendaftaran yang dibutuhkan
Firma, perusahaan perseorangan. Terdapat oleh penyelenggara izin. Kebutuhan
empat duplikasi persyaratan izin untuk database atas usaha di Indonesia menjadi
pendirian PT, dua duplikasi persyaratan penting, namun tidak juga dibebankan
izin untuk pendirian koperasi, dan untuk kepada pemohon. Pendataan tersebut
CV dan usaha perorangan terdapat satu mungkin dapat dilakukan dengan
duplikasi persyaratan. Selain duplikasi melampirkan formulir TDP dalam SIUP
persyaratan, pada dasarnya ada esensi atau juga memfungsikan PTSP sebagai
informasi yang disampaikan dalam lembaga yang juga bertugas untuk
dokumen tersebut memiliki kesamaan mengupdate database tersebut.
yakni mengenai informasi perusahaan.
Dengan demikian SIUP dan TDP membuka Keberadaan SIUP dan TDP juga
ruang untuk dapat digabungkan. dikeluhkan oleh pengusaha di daerah.
Untuk memperoleh SIUP dan TDP
Berdasarkan regulasi, fungsi TDP terdapat pengusaha Kota Surabaya harus mengurus
dalam SIUP, dimana berlaku sebagai pendaftaran asosiasi usaha, dimana
legalitas usaha dan informasi perusahaan. menjadi anggota asosiasi juga dikenakan
Fungsi kedua izin tersebut seharusnya biaya. Sedangkan ketika mengurus ke
dapat secara simultan melekat pada satu pihak asosiasi juga mempersyaratkan SIUP
jenis izin, yakni fungsi legalitas usaha dan TDP. Maka kedua izin tersebut sedikit
dan informasi perusahaan. Secara teknis membingungkan, karena tidak jelas mana
formulir SIUP yang diterbitkan oleh PTSP yang harus diurus terlebih dahulu.
memuat kolom data pemilik beserta lokasi
usahanya, bahkan juga nomor NPWP. TDP masih mengandung fungsi budgeter.
Untuk itu, ketika ketika mengurus SIUP, Meninjau UU No. 28 Tahun 2009 tentang
petugas PTSP secara otomatis mencatatnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
sebagai pendaftaran perusahaan. yang bersifat closed list (menutup adanya
pungutan lain selain dengan apa yang telah
TDP adalah tanda daftar perusahaan diatur di dalam UU 28/2009) TDP bukanlah
bukan bagian dari izin. Menurut termasuk objek pungutan retribusi daerah.
Kementerian Perdagangan Direktorat Praktek di daerah juga sudah tidak
Bina Usaha, selama ini daerah salah mengutip biaya apapun atas pengurusan
Pasal 31
Besarnya biaya administrasi untuk memperoleh salinan
atau petikan resmi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
Undang-undang ini ditetapkan oleh Menteri.
TDP. Namun, keberadaan regulasi pada Jeneponto, Kabupaten Barru, Kota Kediri,
tingkat undang-undang (UU No.3 Tahun Kota Makassar sudah memudahkan
1982) maupun pada tingkat peraturan pengurusan SIUP dan TDP secara pararel.
menteri (Permendag No.37/2007) masih Berikut juga Kota Surabaya dan Kota
dapat dilihat kandungan fungsi budgeter Medan yang membuat sistem izin paket
izinnya. Ketentuan budgeter di dalam untuk memudahkan pemohon dalam
kedua peraturan tersebut seharusnya gugur mengurus keduanya. Penyederhaan ini
dengan diterbitkannya UU 28/2009 atas akan memangkas persyaratan dan juga
dasar lex posteriore derogat legi priori. lama waktu penerbitan SIUP dan TDP.
Namun, ketentuan tersebut perlu untuk Pada tabel 4.2 disamping, tersajikan
direvisi agar tidak memicu terjadinya dampak regulasi nasional terhadap daerah.
kesalahpemahaman bagi pemda dalam
melakukan penarikan pungutan. B. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda
Daftar Industri (TDI)
Inovasi penyederhanaan prosedur
pengurusan SIUP dan TDP telah Untuk sektor perindustrian, ketika memulai
dipraktekkan di 6 daerah penelitian. Pemda usaha membutuhkan Izin Usaha Industri
mengimplementasikan amanat regulasi (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI).
untuk penerbitan SIUP dan TDP, mengingat Perbedaan dari kedua dokumen tersebut
keduanya juga merupakan dokumen adalah skala usahanya. IUI merupakan
yang penting dalam kepengurusan kredit izin dengan nilai investasi perusahaan
usaha di perbankan. Namun, hal ini tidak mulai dari Rp 200.000.000,- Sedangkan
menutup semangat dalam melakukan TDI memiliki nilai investasi dibawah Rp
reformasi perizinan di daerah. Kabupaten 5.000.000,-.
18
Tabel 4.2 Implikasi Regulasi Nasional SIUP dan TDP di Daerah
20
kepada camat. Sedangkan dalam (legal preventive) seperti yang terdapat
peraturan yang sama, camat juga dapat di banyak izin. Untuk memperoleh akses
mendelegasikan kepada lurah dan desa kredit bank juga mempersyaratkan SIUP
dengan mempertimbangkan karakteristik sehingga terjadi duplikasi izin. Dan untuk
wilayah. Adanya ketentuan tersebut pembinaan usaha merupakan kepentingan
tentunya menambah prosedur birokrasi dari Pemda agar Usaha Kecil dan
yang harus dilalui oleh pemohon. Selain itu Menengah (UKM) mendapatkan penguatan
mengakibatnya terjadinya tumpang tindih kapasitas. Fungsi IUMK memungkinkan
kewenangan perizinan. Mengingat seluruh untuk digantikan dengan surat pernyataan
izin-izin usaha sudah menjadi kewenangan yang diterbitkan oleh Dinas terkait untuk
PTSP. Keberadaan wewenang yang melegitimasi keberadaan UKM tersebut.
didelegasikan tersebut juga dikeluhkan Tabel 4.4 dibawah menunjukkan hal ini.
oleh Kepala Kantor PTSP Kabupaten
Jeneponto, dimana beliau juga merasa D. Izin-Izin Usaha Sektoral
kesulitan untuk membagi tugas ketika
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Pengertian izin-izin usaha sektoral yang
dianalisis adalah izin usaha masing-
Keberadaan IUMK memungkinkan masing bidang dengan mengecualikan SIUP
terjadinya benturan dengan SIUP Kecil. dan TDP. Bidang yang dimaksud seperti
IUMK yang bergerak dalam bidang kesehatan, pariwisata, perhubungan,
perdagangan tentunya akan diminta untuk perikanan, ketenagakerjaan, dll. Tujuan
mengurus SIUP kecil sebagai izin untuk dari diterbitkannya regulasi tersebut juga
menjalankan usaha perdagangan. Dalam memiliki banyak varian sesuai dengan
hal ini tentunya akan terjadi duplikasi sektor usaha yang dimaksud.
izin yang berdampak pada panjangnya
prosedur dalam memulai usaha. Untuk itu Berdasarkan analisis regulasi ditemukan
keberadaan IUMK memungkinkan untuk kesamaan esensi fungsi dari seluruh izin
dapat digabungkan dengan SIUP. sektoral. Hasil analisis regulasi terdapat
kesamaan kata dalam kolom fungsi izin.
Tujuan IUMK bukan bersifat izin. Seperti Fungsi yang tertulis memuat tentang
yang telah disampaikan sebelumnya mutu produk, perlindungan terhadap
bahwa semangat IUMK adalah sebagai masyarakat, peningkatan kualitas
perlindungan hukum, pembinaan usaha pelayanan, pembinaan usaha, dan legalitas
dan juga akses kredit. Fungsi tersebut usaha. Dengan adanya kesamaan esensi
tidak menyebutkan hal krusial yang dari masing-masing izin memungkinkan
berkaitan dengan pengawasan usaha untuk izin tersebut disatukan.
Izin Usaha Perpres No.98 Tahun 2014 • Terbitnya peraturan walikota/bupati yang
Mikro dan Tentang Perizinan untuk melegitimasi IUMK sebagai izin usaha
Kecil Usaha Mikro dan Kecil untuk skala menengah dan kecil
• Menambah proses birokrasi pengurusan
Permendagri No. 83
IUMK melalui Camat dan/atau Lurah
Tahun 2014 Tentang
• Terjadi kerancuan kewenangan penerbitan
Pedoman Pemberian Izin
izin antara PTSP, Camat dan/atau Lurah.
Usaha Mikro dan Kecil
22
membuat daerah harus menjalankan dengan pendirian lembaga pendidikan
mandat sesuai dengan fungsi delegatif adalah instansi yang ditunjuk oleh Bupati/
yang disebutkan pada pasalnya. Menurut Walikota, dalam hal ini sudah jelas
ahli hukum Universitas Airlangga (Ibu Lilik disebutkan melalui Perda No. 7 Tahun
Pudjiastuti) menyatakan bahwa sumber 2013 bahwa segala bentuk perizinan sudah
kekacauan perizinan di daerah berada menjadi tupoksi BPTPM. Hal yang sama
di tingkat pusat. Daerah tidak berani juga terjadi pada Kabupaten Jeneponto,
melampaui kewenangan diatasnya, namun berdasarkan hasil temuan di lapangan
Permen memungkinkan untuk melakukan diketahui bahwa masih ada izin yang
penunjukan langsung. Untuk menjalankan dikeluarkan oleh SKPD teknis diantaranya,
aturan tersebut Pemda juga membuat izin operasional dan pendirian sekolah
peraturan daerah yang menjadi turunan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan.
peraturan diatasnya.
Dua puluh tujuh (27) izin sektoral yang
Tafsir terhadap peraturan nasional oleh didelegasikan kepada daerah bersumber
SKPD, bahwa SKPD berhak menerbitkan dari 26 Permen dan 5 Undang-undang.
izin yang langsung mengacu pada UU/ Izin yang terdaftar dalam izin sektoral
PP/Permen/Perpres. Mengacu pada UU tidak termasuk izin yang telah dianalisis
No.23 tahun 2014 tentang Pemerintah sebelumnya (SIUP, TDP, IUI, TDI dan
Daerah, pemda dapat melaksanakan IUMK). Banyaknya izin yang terdapat di
penyelenggaraan urusan yang daerah jelas dipengaruhi oleh regulasi
diamanatkan melalui kementerian dan nasional. Untuk itu, titik poin yang dituju
lembaga pemerintahan nonkementerian. untuk memperbaiki penyelenggaraan
Dalam konteks perizinan, beberapa izin di perizinan adalah dengan mengkaji dan
daerah masih menggunakan acuan Permen melihat kembali regulasi yang sekiranya
dalam menyelenggarakan izin. Padahal tumpang tindih sehingga tidak perlu lagi
telah tertulis pada Perpres No.97 tahun dipertahankan. Bisa dilihat dalam tabel 4.6
2014 yang menegaskan bahwa seluruh di halaman selanjutnya.
pelaksanaan dan penerbitan izin di daerah
telah dilimpahkan pada PTSP. Izin sektoral dapat dikelompokkan dalam
SIUP. Pengelompokan izin dilakukan
Ketentuan berkaitan dengan NSPK ternyata dengan cara menyatukan izin-izin yang
masih dilaksakan oleh Dinas kesehatan memiliki fungsi yang sama ke dalam satu
dan Dinas Pendidikan Kota Makassar dan jenis izin. Pengelompokan ini dilakukan
Kabupaten Jeneponto. Dinas Kesehatan tanpa mengurangi atau menghapus
masih menerbitkan izin rumah sakit (Kelas substansi dari izin tersebut. Seperti izin–izin
C dan E) dan rekomendasi izin rumah sakit yang bersifat sektoral dijadikan keterangan
(Kelas B). Penerbitan izin tersebut mengacu jenis izin. Contoh izin yang dikelompokkan
kepada Pasal Peraturan Menteri Kesehatan dapat dilihat dari penyederhanaan jenis
RI No.147/Menkes/Per/I/2010 tentang izin yang dilakukan di Kabupaten Barru.
Perizinan Rumah Sakit. Seperti, semua izin usaha yang termasuk
dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Acuan tafsir berdasarkan NSPK juga Indonesia (KBLI) dikelompokkan dalam
dialami oleh Dinas Pendidikan Kota SIUP. Izin yang dikelompokkan dalam
Makassar. Dinas Pendidikan masih SIUP seperti izin usaha obat hewan di
menerbitkan izin terkait dengan pendirian tingkat depo, toko, kios dan pengecer obat
lembaga pendidikan. Landasan hukum hewan, poultry shop dan pet shop, izin
yang digunakan adalah Permen No. 36 usaha budidaya hewan kesayangan, izin
Tahun 2014. Padahal dalam peraturan usaha alat angkut atau transportasi produk
tersebut, yang menerbitkan izin terkait peternakan.
Bidang/ Kewenangan
Regulasi Nasional Izin di Daerah
Sektor Delegatif
Kesehatan 1 Undang-Undang, 1. Izin Saran Dan Penunjukkan
5 Peraturan Menteri, Prasarana Kesehatan langsung Dinas
1 Keputusan Menteri 2. Izin Rumah Sakit kesehatan sebagai
3. Izin Optik Penyelenggaran
4. Izin Apotek izin kesehatan
5. Izin Klinik
6. Izin RS Tipe C
7. Izin Balai Pengobatan
8. Surat Izin
Penyelenggaraan Klinik
Utama
9. Surat Izin
Penyelenggaraan Klinik
Pratama
10. Surat Izin
Penyelenggaraan Toko
Obat
11. Surat Izin
Penyelenggaraan Institusi
Penguji Alat Kesehatan
12. Surat Izin Toko Alat
Kesehatan
13. Surat Rekomendasi
Rumah Sakit Umum/
Rumah Sakit Khusus
Kelas A Dan B
24
Bidang/ Kewenangan
Regulasi Nasional Izin di Daerah
Sektor Delegatif
• Kegiatan Hiburan
Dan Rekreasi
• Usaha Jasa
Pramusitas
• Usaha Informasi
Pariwisata
• Wisata Tirta
• SPA
2. Izin Usaha Pariwisata
Izin sektoral dapat digabungkan sebagai dalam Peraturan Menteri mengakibatkan
bagian dari penyederhanaan jenis izin. kerancuan implementasi di daerah.
Penggabungan izin adalah beberapa Beberapa dari izin tersebut memuat
izin yang tadinya terpecah-pecah di esensi pendaftaran dan menjadi tugas
banyak sektor dan mengatur hal yang dari penyelenggara izin, bukan tanggung
sama dijadikan satu. Berbeda dengan jawab pemohon. Untuk itu, jika ada
pengelompokan izin, menggabungkan izin izin yang memuat fungsi pendaftaran
tidak mencantumkan keterangan jenis memungkinkan untuk dilakukan
dalam izin tersebut. Tabel 4.7 merupakan penyederhanaan prosedur, seperti
implementasi penggabungan izin di pendaftaran secara online. Atau juga
Kabupaten Jeneponto dan Kota Kediri. disederhanakan jenis izinnya melalui
penggabungan seluruh izin menjadi satu
Banyaknya regulasi sektoral pada izin izin. Sehingga pelaksanaan perizinan tidak
pendirian badan usaha yang diatur membebani pelaku usaha.
Kabupaten Jeneponto
26
No. Sebelum Penyederhanaan Sesudah Penyederhanaan
1. Izin Usaha Toko Obat Hewan Izin Usaha Toko Obat dan
2. Izin Usaha Makanan Ternak Makanan Ternak
28
yang mengelompokkan SITU dan HO, memungkinkan untuk SITU dihapuskan,
bahkan ada yang secara tegas menghapus karena sudah termasuk dalam fungsi HO.
keberadaan SITU.
SITU dapat menjadi potensi masalah dalam
SITU tidak memiliki dasar regulasi. implementasi izin di daerah. Dampak
Berdasarkan hasil review regulasi, tidak dari kebermasalahan hukum terkait
ditemukan adanya peraturan yang dengan SITU dan HO ditingkat nasional
mengatur tentang SITU baik dari pedoman berpotensi masalah dalam implementasi
maupun dasar penyelenggaraannya. di daerah. SITU masih dipersyaratkan
Namun, di beberapa regulasi perizinan dalam Permen izin sektoral di daerah,
sektoral, menjadi izin yang dipersyaratkan. namun beberapa daerah dalam prakteknya
Dengan demikian izin yang tidak memiliki sudah tidak memberlakukan izin tersebut.
landasan atau acuan peraturan yang jelas Hal, ini akan mengakibatkan terjadinya
tentu menimbulkan ketidakpastian hukum. penyimpangan persyaratan karena tidak
sesuai dengan acuan dalam Permen. Selain
Tumpang tindihnya esensi fungsi dalam itu, penggantian SITU dengan HO akan
SITU dan HO. Berdasarkan praktek di menyebabkan pengurusan SITU menjadi
daerah, karena SITU memiliki kesamaan beretribusi (berdasarkan UU No.28/2009).
dengan HO dari esensi fungsinya, Untuk itu, status SITU yang masih terdapat
maka SITU digabung, dikelompokkan dalam Permen di tingkat nasional perlu
atau dibahkan dihapuskan. Dengan ditinjau ulang atau melakukan revisi atas
adanya kesamaan esensi tersebut maka keberadaan SITU.
Tabel 4.8 Regulasi Izin Sektoral yang Mensyaratkan Surat Izin Tempat Usaha
Izin lain yang terkait dengan tempat usaha Undang-undang Gangguan (HO)
adalah izin gangguan. Izin gangguan dan ini tidak memiliki dasar hukum atas
Izin Tempat Usaha memiliki kesamaan yang keberlakuannya sebagai undang-undang.
cukup esensial terkait dengan lokasi atau Keberadaan UU Gangguan sudah ada
penentuan tempat usaha itu dilakukan.
Sebagaimana pengertian dari izin gangguan
itu sendiri yang memiliki pengertian yaitu Sebagaimana ketentuan Pasal 1 UU
“pemberian izin tempat usaha/kegiatan No. 1 Tahun 1946 bahwa “peraturan-
kepada orang pribadi atau badan di peraturan hukum pidana yang
lokasi tertentu yang dapat menimbulkan sekarang berlaku, ialah peraturan-
bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak peraturan hukum pidana yang ada
termasuk tempat usaha/kegiatan yang pada tanggal 8 Maret 1942” dan Pasal
telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat 6 ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa
atau Pemerintah Daerah” (Pasal 1 Nomor 3 “Nama Undang-undang hukum
Permendagri No. 27 Tahun 2009). pidana "Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsh-Indie" dirobah menjadi
Izin gangguan diatur di dalam Undang- "Wetboek van Strafrecht" dan “Undang-
Undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) undang tersebut dapat disebut : “Kitab
Staatsblad 1926 Nomor 226 sebagaimana Undang-undang hukum pidana".
telah diubah terakhir dengan Staatsblad Dengan demikian, maka sudah diatur
1940 Nomor 450. Regulasi ini dikeluarkan secara tegas bahwa peraturan yang
pada masa pemerintahan kolonial Belanda berlaku sampai saat ini yakni KUHP
dan dipertahankan berdasarkan aturan yaitu peraturan yang ada semenjak
peralihan UUD 1945. Pasal II aturan masa kolonial Belanda. KUHP juga
peralihan menyatakan bahwa “Segala memiliki dasar hukum yang jelas
badan negara dan peraturan yang ada mengenai keberlakuannya sebagai
masih langsung berlaku, selama belum undang-undang.
diadakan yang baru menurut Undang-
30
ketika era penjajahan kolonial, dengan 3. Ketentuan acuan pasal per pasal
status kemerdekaan Indonesia saat ini, tidak efisien. Permasalahan ini dapat
maka keberlakuan dari regulasi ini tentu ditemukan dalam Pasal 14 UU
patut dipertanyakan. Untuk kembali Gangguan yang mengacu kepada enam
menegaskan tentang UU Gangguan (Hinder pasal yang berbeda (Pasal 1, Pasal
Ordonnantie) maka perlu ditegaskan 2, Pasal 3, Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal
kembali keberlakuaannya. Misalnya, dapat 12). Hal ini tentunya menyebabkan
dilihat seperti keberlakuan Kitab Undang- ketentuan norma pada pasal tersebut
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menjadi tidak efisien dan cukup rumit
diberlakukan melalui UU No. 73 Tahun untuk dipahami.
1958 jo. UU No. 1 Tahun 1946.
4. Ketidakpastian ketentuan persyaratan
Ketentuan UU Gangguan tidak tercantum izin gangguan. Berdasarkan Pasal
dalam konsideran UU lainnya. Dalam 4 UU Gangguan hanya disebutkan
UU 28/2009 tentang Pajak Dan Retribusi bahwa izin harus dilampiri dengan:
Daerah dan Permendagri 27/2009 tentang “...keterangan yang seksama, jika
Pedoman Penetapan Izin Gangguan di perlu diterangkan dengan gambar
Daerah tidak dituliskannya UU Gangguan yang teliti tentang tempat yang akan
dalam lembar konsiderannya. Hal ini dibangun itu, juga tentang mesin-
membuktikan bahwa penerbitan dua mesin, perkakas-perkakas dan alat
regulasi tersebut tidak mengacu secara penolong serta cara memasangnya,
langsung terhadap UU Gangguan, untuk demikian pula suatu keterangan tentang
itu memungkinkan UU Gangguan untuk apa yang akan dikerjakan, dibuat,
direvisi atau dihapuskan. dikumpulkan atau disimpan dalam
bangunan itu.” Ketentuan kata “jika
Terdapat ketidakjelasan dan perlu” ini menimbulkan ketidakpastian
ketidaklengkapan yuridis dalam regulasi persyaratan yang harus diajukan dalam
UU HO. Beberapa hal tersebut diantaranya: permohonan izin gangguan.
1. Adanya tujuan atau fungsi regulasi yang Tidak ada penjelasan mengenai unsur
sudah tidak relevan. Di dalam tujuan gangguan dalam Permendagri No.
regulasi maupun di dalam ketentuan 27 Tahun 2009. Dalam persyaratan
UU Gangguan seharusnya tidak izin gangguan tersebut tidak terdapat
berbentuk kalimat negatif. Tujuan izin tujuan yang jelas terkait upaya untuk
dengan bentuk kalimat negatif seperti menghindarkan bahaya, kerugian ataupun
itu bukanlah suatu tujuan tetapi suatu gangguan. Persyaratan dari izin gangguan
bentuk pengecualian yang seharusnya hanya mensyaratkan terkait informasi
berada di dalam ketentuan regulasi. pemilik usaha dan informasi tentang
2. Adanya penggunaan nomenklatur yang perusahaan. Komponen syarat yang tertulis
sudah tidak sesuai. Di dalam ketentuan tidak menyinggung mengenai persyaratan
UU gangguan terdapat nomenklatur- teknis dalam hal penentuan indeks
nomenklatur yang sudah tidak lagi gangguan ataupun tidak ada persyaratan
sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini lain dalam hal penanggulangan atas
seperti penyebutan daerah kotapraja, gangguan yang ditimbulkan.
otonom diluar kotapraja, dewan
harian, ketua dewan otonomi, majelis Tidak ada kejelasan unsur gangguan yang
walikota, dewan pemerintah harian, dalam Permendagri 27/2009 berdampak
DPRD kotapraja, DPRD otonom tingkat pada ketidakjelasan struktur tarif retribusi
II, bezit, dan denda dengan nilai mata HO dalam UU 28/2009 dan hal ini juga
uang gulden. berpengaruh ke daerah. Daerah memiliki
32
Tabel 4.9 Implementasi Syarat Persetujuan Tetangga
tetangga yang dalam hal ini tidak bahwa tempat usaha tersebut tidak
berlandaskan aturan hukum yang ada. mengganggu lingkungan di sekitarnya
Kota Surabaya dan Kota Makassar yang diketahui lurah. Kemudian praktik
mengubah mekanisme persetujuan baik lainnya dilakukan di Kediri dengan
tetangga dengan surat pernyataan tempat adanya keterlibatan kepala daerah untuk
usaha. Dua kota tersebut memiliki praktik mengambil kebijakan atas penolakan
baik dengan tidak lagi mencantumkan tetangga dengan alasan yang tidak jelas.
persetujuan tetangga di daerahnya. Oleh karena itu, persetujuan tetangga
Pemerintah Daerah Kota Surabaya selayaknya tidak lagi menjadi persyaratan
sudah tidak lagi mensyaratkan sama dalam izin gangguan karena dapat
sekali persetujuan tetangga. Sedangkan memberatkan pelaku usaha bahkan
Pemda Kota Makassar saat ini hanya melimpahkan tanggung jawab pemerintah
mensyaratkan Surat Pernyataan Pemohon, kepada masyarakat.
34
Tabel 4.11 Dampak Regulasi Nasional IMB, Izin Pendirian Menara
dan Izin Reklame di Daerah
Pada bab ini memaparkan tentang hasil Puncak dari kompleksitas yang terjadi
penelitian dalam kerangka pikir RIA. menyebabkan kerumitan pengurusan izin
Penggunaan RIA sebagai kerangka pikir usaha, terutama izin pendirian usaha
membantu untuk mensistematiskan baru yang biasanya memiliki izin sektoral
masalah. Setiap tahapan RIA terpaparkan sesuai dengan bidang usahanya. Persoalan
dalam bab ini yang terdiri dari rumusan tersebut digambarkan dengan pohon
permasalahan, perumusan tujuan, masalah pada gambar 5.1.
alternatif tindakan, cost and benefit
analysis dan strategi implementasi.
5.2. Perumusan Tujuan
Mengalir dari latar dan pernyataan
5.1. Rumusan Permasalahan
masalah di atas, tujuan umum yang
Rumusan permasalahan dalam RIA hendak dicapai dalam program ini adalah
ditemukan berdasarkan hasil RegMap penyederhanaan regulasi perizinan
yang memuat tentang kebermasalahan nasional agar tidak terjadi kerumitan
regulasi perizinan. Berdasarkan temuan dalam penyelenggaran izin usaha di
tersebut masalah yang dapat disimpulkan daerah. Sementara beberapa tujuan
antara lain terdapat regulasi yang khusus untuk mewujudkan tujuan umum
memiliki esensi fungsi izin yang sama, tersebut, antara lain, berupa perubahan
izin yang menyebabkan ekonomi biaya kebijakan perizinan yang sederhana, efektif
tinggi dan juga terdapat izin yang pada dan efisien. Tujuan-tujuan khusus yang
tingkat nasional memiliki kekosongan diharapkan dapat merubah kebijakan
hukum. Permasalahan regulasi perizinan perizinan sebagai berikut:
tersebut mengakibatkan banyaknya jumlah 1. Menyederhanakan jenis izin memulai
izin di daerah dan juga menyebabkan usaha pada tingkat nasional yang
terjadinya kekosongan hukum dalam memiliki fungsi, syarat dan substansi
implementasi penyelenggaraan izin. yang sama dengan menggabungkan
38
Serta menggabungkan SIUP dan mempertimbangan referensi dari Perka
TDP di dalam satu jenis izin BKPM Nomor 15 Tahun 2015 yang
dengan fungsi legalitas usaha dan menyebutkan bahwa “Izin Usaha adalah
daftar perusahaan. izin yang wajib dimiliki perusahaan
untuk memulai pelaksanaan kegiatan
4. Menggabungkan seluruh dokumen izin- produksi/operasi yang menghasilkan
izin sektoral, termasuk TDP, IUI dan TDI barang atau jasa, kecuali ditentukan lain
ke dalam dokumen SIUP oleh peraturan perundang-undangan.”
Terdapat kesamaan esensi fungsi izin Merujuk pada hasil konsultasi publik
yang terdapat dalam ruang lingkup yang dihadiri oleh Pemda dari 6
izin pendirian badan usaha baru. 37 wilayah studi yang menjustifikasi bahwa
Permen yang berhasil dianalisis memuat memang seluruh izin sektoral tersebut
tentang mutu produk, perlindungan memiliki esensi fungsi yang sama.
terhadap masyarakat, peningkatan Dengan adanya kesamaan tersebut,
kualitas pelayanan, pembinaan usaha, maka izin sektoral dapat digabungkan
dan legalitas usaha. Dengan demikian, menjadi satu izin saja.
penyederhanaan izin dapat dilakukan
dengan menggabungkannya menjadi Alternatif kebijakan yang dapat
SIUP. Secara teknis dokumen SIUP telah dilakukan adalah dengan menerbitkan
mengakomodir kebutuhan tersebut Peraturan Presiden tentang
dalam KBLI. penggabungan nomenklatur 54 jenis
izin usaha di sektoral menjadi “Izin
Alternative kebijakan untuk Usaha.” Namun, tetap mempertahankan
tindakan ini dapat dilakukan dengan regulasi izin-izin usaha sektoral sebagai
menerbitkan Peraturan Presiden yang pedoman.
menginformasikan bahwa secara teknis
seluruh izin sektoral dapat dituliskan B. Ruang Lingkup Izin Bangunan Usaha
dalam kolom KBLI dalam dokumen
SIUP. Dan tetap mempertahankan 1. Do nothing
regulasi izin-izin usaha sektoral sebagai Jika opsi ini yang dipilih maka akan
pedoman. terjadi duplikasi fungsi izin yaitu
IMB dan Izin Pendirian Menara serta
5. Menggabungkan nomenklatur seluruh Izin Reklame. Hal ini tentunya masih
izin-izin usaha sektoral, termasuk SIUP, menambah prosedur perizinan yang
TDP, IUI dan TDI menjadi satu izin berkaitdan dengan bangunan usaha.
bernama “Izin Usaha” Pada akhirnya tidak mendukung iklim
Jenis-jenis izin sektoral untuk memulai investasi yang kondusif di daerah.
usaha di daerah memiliki jumlah
yang cukup banyak. Izin-izin tersebut 2. Menghapus persetujuan tetangga dalam
termaktub pada regulasi nasional dari persyaratan IMB
UU hingga Peraturan Menteri. Bahkan Formulir IMB mencantumkan syarat
pada tingkat Peraturan Menteri pun persetujuan tetangga. Padahal,
dijabarkan lagi ke dalam “pecahan” dalam dunia perizinan merupakan
jenis-jenis izin turunan sehingga wujud suatu ketetapan pemerintah
daftar jenis izin berkembang kian (beschikking). Ketetapan pemerintah
kompleks/banyak. Untuk mengurangi ini memiliki kekuatan hukum dimana
jumlah izin tersebut maka seluruh ketika ada perselisihan dapat dilakukan
izin dapat digabungkan ke dalam gugatan hukum tata usaha negara.
satu izin dengan nama “Izin Usaha.” Untuk itu, ketika mempersyaratkan
Pemilihan nama “Izin Usaha” ini dengan surat persetujuan tetangga yang dalam
40
persetujuan tetangga yang dalam hal kepastian jangka waktu penyelesaian
ini tidak berlandaskan aturan hukum (tergantung kehadiran Lurah
yang ada, maka sebaiknya persyaratan dan Camat di kantor). Selain itu,
ini dihapuskan dan diserahkan kepada penyelenggaraan perizinan diluar
instansi pemerintah. PTSP merupakan tindakan yang
tidak taat administrasi mengingat
Alternatif kebijakan yang mungkin kepengurusan izin di daerah sudah
dilakukan untuk opsi ini adalah menjadi kewenangan PTSP. Dengan
dengan penerbitan surat edaran dari menerbitkan aturan pelarangan SKDU
Kementerian Dalam Negeri kepada di tingkat kelurahan dan kecamatan
Pemda untuk tidak mensyaratkan akan memperkecil praktek pungli dan
persetujuan tetangga dalam salah satu memangkas prosedur perizinan usaha.
syarat penerbitan HO.
Merujuk hasil review regulasi, terdapat
3. Mengganti mekanisme SKDU menjadi sembilan jenis izin dan sembilan jenis
pendaftaran atau surat pernyataan regulasi yang mengatur mengenai
tempat usaha persyaratan izin lokasi usaha atas
Tujuan dibuatnya SKDU adalah agar pengurusan izin usaha sektoral. Dari
aparat sekitar (Lurah/Camat) tahu keseluruhan regulasi tersebut, izin
bahwa ada usaha di wilayahnya. SKDU lokasi usaha memiliki nomenklatur
merupakan bagian dari mekanisme beragam dan inkonsisten, padahal
pengecekan. Untuk itu, SKDU dapat secara prinsip terkandung esensi fungsi
diganti dengan mekanisme pelaporan/ serupa, yakni untuk memperjelas
registrasi. Selain itu, mengingat SKDU informasi lokasi dimana tempat usaha
bukan izin mendirikan usaha maka itu didirikan atau beroperasi. Dari
statusnya hanya bersifat keterangan. kajian atas 9 regulasi itu bahkan tidak
ditemukan satu ketentuan pun yang
Alternative kebijakan untuk mengatur mekanisme penyelenggaraan
penggantian mekanisme SKDU dapat izin lokasi usaha ini (persyaratan,
dilakukan dengan Menerbitkan surat kewenangan pengurusan, dst). Izin
edaran Kementerian Dalam Negeri lokasi usaha hanya menjadi izin
untuk mengganti prosedur SKDU yang dipersyaratkan namun tidak
menjadi pendaftaran atau pelaporan memiliki dasar regulasi yang dapat
keterangan domisili usaha. dijadikan pedoman atau dasar dari
penyelenggaraannya.
4. Menghapus SKDU dalam persyaratan
izin apapun Alternative kebijakan untuk menghapus
Surat Keterangan Domisili Usaha/ SKDU adalah dengan membuat aturan
Perusahaan (SKDU/P) selama ini dinilai pelarangan Kelurahan atau Kecamatan
menghambat pengurusan izin usaha. Menerbitkan Surat Keterangan Domisili
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Usaha/Surat Izin Domisili Usaha/Surat
Ombudsman (ORI), potensi pungutan Keterangan Tempat Usaha Melalui
liar (pungli) di sejumlah daerah atas Surat Edaran Mentri Dalam Negeri.
praktik pengurusan Surat Keterangan
Domisili Perusahaan (SKDU/P) ditaksir 5. Menghapus SITU dan Izin Gangguan
bisa mencapai Rp 1,2 miliar per tahun. Izin Gangguan (Hinder Ondernantie/
HO) pada jaman Belanda bukanlah
Dari segi administrasi, terdapat sebuah jenis izin, melainkan aturan
penyimpangan prosedur dalam pengendalian terhadap usaha-usaha
pelaksanaan izin, serta tidak ada yang didirikan di Hindia Belanda.
1. Do nothing Manfaat
Bagi Pemerintah tidak ada anggaran yang dikeluarkan untuk
melakukan perubahan regulasi terkait dengan izin pendirian
badan usaha
Biaya
Beban biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pelaku
usaha dalam mendirikan suatu badan usaha akan tetap tinggi
sehingga dapat menghambat pertumbuhan usaha baru serta laju
iklim investasi di Indonesia
2. Menghapus TDP Manfaat
Menghilangkan beban biaya dan waktu yang harus
ditanggung pengusaha untuk mengurus TDP
Memberikan kepastian bagi pengusaha atas dokumen izin
pendirian badan usaha baru yang harus diurus pertama kali
adalah SIUP
Mengurangi tahapan prosedur izin memulai usaha dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah
42
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat
Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
pencabutan terhadap Permendag 37/M-DAG/PER/9/2007,
revisi terhadap Permendag No.77/M-Dag/Per/12/2013, dan
mencabut UU No. 3 Tahun 1982
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk
melakukan perubahan regulasi pada peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penghapusan TDP oleh PTSP Daerah
Keberadaan izin-izin sektoral lainnya masih menjadi beban
berat bagi pelaku usaha untuk memulai usaha
Fungsi data informasi perusahaan di dalam TDP menjadi tidak
ada (Pemerintah tidak memiliki data informasi perusahaan)
3. Menggabungkan Manfaat
Fungsi SIUP dan Mengurangi beban biaya dan waktu yang harus ditanggung
TDP menjadi pengusaha untuk mengurus TDP
SIUP Memberikan kepastian bagi pengusaha atas dokumen izin
pendirian badan usaha baru yang harus diurus pertama kali
adalah SIUP
Mengurangi tahapan prosedur izin memulai usaha dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda
Keberadaan fungsi TDP (data informasi perusahaan) dalam
penyelenggaraan SIUP
Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
pencabutan terhadap Permendag 37/M-DAG/PER/9/2007,
revisi terhadap Permendag No.77/M-Dag/Per/12/2013, dan
mencabut UU No. 3 Tahun 1982
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk
melakukan perubahan regulasi pada peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penghapusan TDP oleh PTSP daerah
Keberadaan izin-izin sektoral lainnya masih menjadi beban
berat bagi pelaku usaha untuk memulai usaha
Pemerintah harus menjalankan fungsi ganda dalam
menerbitkan SIUP yakni untuk memberikan legalitas usaha
kepada pengusaha serta mendapatkan data informasi
perusahaan untuk pemerintah
4. Menggabungkan Manfaat
seluruh dokumen Mengurangi beban biaya dan waktu terhadap pengurusan
izin-izin sektoral, izin-izin sektoral termasuk TDP, IUI dan TDI
termasuk TDP, Memberikan kepastian bagi pengusaha atas dokumen izin
IUI dan TDI ke pendirian badan usaha baru yang harus diurus pertama kali
dalam dokumen adalah SIUP
SIUP Mengurangi tahapan prosedur izin memulai usaha dalam Ease
of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah
Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
kajian dan menerbitkan Perpres terkait dengan penggabungan
dokumen izin-izin sektoral ke dalam SIUP
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk perubahan
regulasi terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penerbitan dokumen izin-izin sektoral ke
dalam dokumen SIUP oleh PTSP daerah
Keberadaan izin-izin sektoral lainnya masih menjadi beban
berat bagi pelaku usaha untuk memulai usaha
Pemda harus melakukan pengawasan untuk memastikan
usaha-usaha apa saja yang dimiliki oleh pelaku usaha
5. Menggabungkan Manfaat
nomenklatur Mengurangi beban biaya dan waktu terhadap pengurusan
seluruh izin-izin izin-izin sektoral termasuk SIUP, TDP, IUI dan TDI
usaha sektoral Memberikan kepastian hukum serta kejelasan bagi pelaku
termasuk SIUP, usaha bahwa dokumen izin yang diurus untuk memilai
TDP, IUI dan TDI usaha hanyalah izin usaha
menjadi satu izin Kemudahan bagi seluruh pihak dalam memahami regulasi
dengan nama atas pengurusan izin usaha
“Izin Usaha” Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah
44
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat
Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
kajian dan menerbitkan undang-undang baru terkait dengan
penggabungan dokumen izin-izin sektoral ke dalam satu jenis
izin yakni Izin Usaha
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk perubahan
regulasi terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi kepada masyarakat atas regulasi baru
PTSP harus melakukan perubahan SOP atas penerbitan
dokumen izin-izin sektoral ke dalam dokumen izin usaha
Pemerintah Daerah harus melakukan pengawasan untuk
memastikan usaha-usaha apa saja yang dimiliki oleh pelaku
usaha
Pengawasan teknis harus dilakukan terhadap usaha-usaha
di sektor-sektor tertentu melalui SKPD untuk tetap menjaga
kualitas, mutu dan keamanan dari operasional dan hasil
usaha
1. Do nothing Manfaat
Bagi Pemerintah tidak ada anggaran yang dikeluarkan untuk
melakukan perubahan regulasi terkait dengan izin bangunan
usaha
Biaya
Beban biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pelaku
usaha dalam pengurusan izin-izin bangunan untuk usaha akan
tetap tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan usaha
baru serta laju iklim investasi di Indonesia akan terhambat
2. Menghapus Manfaat
persetujuan Mengurangi persyaratan untuk memperoleh izin bangunan
tetangga dalam usaha
persyaratan IMB Mengurangi beban biaya dan waktu terhadap pengurusan
persetujuan tetangga
Menghindari adanya biaya-biaya tidak resmi yang
dikeluarkan pelaku usaha untuk mendapatkan persetujuan
tetangga
Memberikan kejelasan tanggung jawab pemerintah dalam
memberikan izin bangunan usaha
Menghindari konflik di masyarakat atas tidak setujunya
tetangga terhadap suatu usaha
Pemerintah daerah tidak perlu melakukan konsolidasi atas
tidak setujunya tetangga terhadap suatu usaha
Biaya
Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk menerbitkan
surat edaran kepada Pemerintah Daerah untuk tidak lagi
mensyaratkan persetujuan tetangga dalam penerbitan izin-izin
bangunan usaha
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP Perizinan oleh PTSP daerah
Pemerintah daerah bertanggung jawab atas dampak dari izin
bangunan usaha yang telah diterbitkan
Pemerintah daerah harus menjamin keberadaan regulasi
RTRW dan penegakkannya
3. Menggabung Manfaat
izin-izin Mengurangi beban biaya dan waktu yang harus ditanggung
pendirian pengusaha dalam pengurusan izin bangunan usaha lainnya
bangunan ke Menghilangkan duplikasi perizinan atas bangunan reklame
dalam IMB dan menara
Memberikan kepastian bagi pengusaha bahwa dokumen
perizinan untuk bangunan usaha hanyalah IMB
Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah
Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk
mengajukan surat edaran kepada pemerintah daerah untuk
menggabungkan izin-izin pendirian bangunan ke dalam IMB
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk
perubahan regulasi terhadap peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penerbitan dokumen izin-izin sektoral
ke dalam dokumen izin usaha
Pengawasan teknis harus tetap dilakukan terutama terhadap
bangunan-bangunan tertentu seperti menara telekomunikasi
dan bangunan reklame
46
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat
1. Do nothing Manfaat
Bagi Pemerintah tidak ada anggaran yang dikeluarkan untuk
melakukan perubahan regulasi terkait dengan izin tempat usaha
Biaya
Beban biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pelaku
usaha dalam pengurusan izin terkait tempat usaha akan tetap
tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan usaha baru
serta laju iklim investasi di Indonesia akan terhambat
2. Menghapus Manfaat
persetujuan Mengurangi persyaratan bagi pelaku usaha untuk
tetangga dalam memperoleh izin gangguan
persyaratan Izin Mengurangi beban biaya dan waktu dalam pengurusan HO
Gangguan (HO) Menghindari adanya biaya tidak resmi yang dikeluarkan
pelaku usaha untuk mendapatkan persetujuan tetangga
Memberikan kejelasan tanggung jawab pemerintah dalam
pemberian izin gangguan
Menghindari konflik di masyarakat atas tidak setujunya
tetangga terhadap suatu usaha
Pemerintah daerah tidak perlu melakukan konsolidasi atas
tidak setujunya tetangga terhadap suatu usaha
Biaya
Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk
menerbitkan surat edaran kepada Pemerintah Daerah
agar tidak lagi mensyaratkan persetujuan tetangga dalam
penerbitan izin-izin bangunan usaha
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP Perizinan oleh PTSP daerah
Memberikan kejelasan tanggung jawab pemerintah dalam
memberikan izin bangunan usaha
Pemerintah daerah harus menjamin keberadaan regulasi
RTRW dan penegakkannya daerah
3. Mengganti Manfaat
mekanisme Mengurangi beban biaya dan waktu dalam pengurusan
SKDU menjadi domisili usaha untuk memenuhi persyaratan perizinan usaha
pendaftaran atau Memberikan kepastian hukum terhadap regulasi perizinan
surat pernyataan Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
tempat usaha Ease of Doing Business
Peningkatan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business
Menghindari pungutan tidak resmi dari camat dan lurah
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda
Biaya
Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk menerbitkan
surat edaran kepada Pemerintah Daerah untuk tidak lagi
mensyaratkan SKDU dalam penerbitan izin-izin usaha
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang
mensyaratkan SKDU untuk mendapatkan izin usaha
Perubahan SOP Perizinan oleh PTSP daerah
Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaku
usaha terkait dengan kebenaran tempat usahanya di daerah
4. Menghapus Manfaat
SKDU dalam Menghilangkan salah satu persyaratan izin usaha yang terkait
persyaratan izin dengan domisili usaha
apapun. Memberikan kepastian hukum terhadap regulasi perizinan
Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Peningkatan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Menghindari pungutan tidak resmi dari camat dan lurah
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda
Biaya
Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk menerbitkan
surat edaran kepada Pemerintah Daerah untuk tidak lagi
mensyaratkan SKDU dalam penerbitan izin-izin usaha
Kementerian melakukan perubahan regulasi atas izin-izin
yang menysaratkan SKDU dalam izin usaha
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang
mensyaratkan SKDU untuk mendapatkan izin usaha
PTSP harus melakukan perubahan SOP Perizinan
Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaku
usaha terkait dengan kebenaran tempat usahanya di daerah
5. Menghapus Manfaat
SITU dan Izin Menghilangkan salah satu izin yang membebankan pengusaha
Gangguan (HO) Mengurangi beban biaya dan waktu bagi pengusaha dalam
mengurus perizinan
Memberikan kepastian hukum terhadap regulasi perizinan
Tidak adanya tumpang tindih fungsi izin gangguan dengan
izin lingkungan
Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Peningkatan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda
48
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat
Biaya
Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk mencabut
Permendagri No. 27 Tahun 2009 serta merevisi UU No. 28 Tahun
2009
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang mengatur
mengenai izin gangguan
Memberikan kepastian keberadaan regulasi izin lingkungan dan
juga penegakkannya di daerah
Mengurangi PAD daerah atas pendapatan retribusi izin
gangguan
Memberikan kepastian keberadaan regulasi RTRW dan
penegakkannya di daerah
50
Tabel 5.2 Menggabungkan seluruh izin usaha ke dalam satu izin bernama Izin Usaha
Merekomendasikan hasil RIA sebagai salah satu basis informasi untuk paket
kebijakan ekonomi
Pendekatan persuasif
Mendorong BKPM dan Kemenko untuk melakukan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga terkait dengan memilih alternatif-alternatif kebijakan ini.
Membuat Permendag untuk menggabungkan fungsi SIUP dan TDP sebagai basis
awal penyederhanaan izin
3. Apakah jenis sanksi atau tindakan yang digunakan untuk mendorong kepatuhan
Menerbitkan Permen baru yang berisi tentang penggabungan SIUP dan TDP di
dalam satu jenis izin dengan fungsi legalitas usaha dan daftar perusahaan dan
mencabut Permen sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-Dag/Per/9/2007 sebagaimana
telah diubah dua kali melalui Permen Nomor 46/M-Dag/Per/9/2009 dan
Permen 39/M-Dag/Per/12/2011 Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.
2. Dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 37/M-DAG/
PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.
3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/M-Dag/Per/12/2013 tentang
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan Secara
Simultan Bagi Perusahaan Perdagangan.
4. Serta menggabungkan SIUP dan TDP di dalam satu jenis izin dengan fungsi
legalitas usaha dan daftar perusahaan.
Peningkatan beban seperti tuntutan untuk segera dilakukan tindakan
penyederhanaan jenis izin ditingkat nasional
52
Strategi Implementasi 2: Menggabung izin-izin pendirian bangunan ke dalam IMB
3. Apakah jenis sanksi atau tindakan yang digunakan untuk mendorong kepatuhan
Merekomendasikan hasil RIA sebagai salah satu basis informasi untuk paket
kebijakan ekonomi
Pendekatan persuasif
Mendorong BKPM dan Kemenko untuk melakukan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga terkait dengan alternatif kebijakan ini.
Sebagai tahapan awal penyederhanaan prosedur IMB dapat membuat surat edaran
untuk menghapus syarat persetujuan tetangga dalam dokumen IMB.
Merekomendasikan hasil RIA sebagai salah satu basis informasi untuk paket
kebijakan ekonomi
Pendekatan persuasif
Mendorong BKPM dan Kemenko untuk melakukan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga terkait dengan alternative kebijakan ini.
54
Strategi Implementasi 3: Menghapus SITU dan Izin Gangguan (HO)