Anda di halaman 1dari 72

PENYEDERHANAAN

PERIZINAN USAHA
DI DAERAH
PENYEDERHANAAN PERIZINAN USAHA
DI DAERAH

TIM PENELITI

Koordinator: M. Iqbal Damanik


Peneliti: Tities Eka Agustine
M. Yudha Prawira
Boedi Rheza
Nur Azizah Febryanti

Jakarta, Maret 2016

i
ii
Kata Pengantar

Indonesia, terutama di era desentralisasi, belum sepenuhnya keluar dari jebakan rezim
perizinan. Reformasi perizinan yang mulai gencar dilakukan Pemerintah dan Pemda
masih bergerak pada aras birokrasi, yakni mendorong efisiensi business process. Kecuali
50 daerah, sebagian terbesar Kabupaten/Kota dan Propinsi sudah mendirikan PTSP
sebagai bentuk pelembagaan reformasi birokrasi perizinan dimaksud.

Namun, kita belum banyak bergerak ke tingkat lanjut, reformasi regulasi. Di sini, kita
berhadapan dengan begitu banyaknya jumlah/jenis perizinan. Di daerah, sebagian
besar perizinan yang ada merupakan turunan dari regulasi pusat, sementara sebagian
lainnya sebagai diskresi Pemda yang bersangkutan. Beban birokrasi, dunia usaha dan
masyarakat lantaran perizinan yang banyak tersebut ditengarai turut menyumbang
kepada lemahnya daya saing investasi (Ease of Doing Business/EoDB) dan pertumbuhan
sektor swasta di daerah. Agenda besar membangun ekonomi berbasis investasi produktif
terancam kandas atau bergerak lamban jika segala sumbatan di ranah administrasi dan
kebijakan tersebut tak kunjung diurai.

Guna turut berurun gagasan dan ikhtiar mereformasi regulasi perizinan tersebut,
KPPOD bekerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris dan didukung Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) menjalankan program penyederhanaan perizinan. Kami
melakukan studi lapangan di 6 daerah, melakukan serangkaian konsultasi dengan
para pihak terkait, menghadirkan mitra kerja Pemda dalam forum dialog bersama
sejumlah Kementerian/Lembaga terkait, melakukan roadshow dan komunikasi riset
ke sejumlah instansi Pemerintah, aktif dalam tim kerja Kemenko Perekonomian untuk
menyusun rencana penyederhanaan perizinan usaha dalam kerangka pencapaian target
kemudahan berusaha (peringkat EoDB), dst.

Berbagai hasil kerja dalam rentang waktu setahun itu terekam dalam laporan studi ini.
Berangkat dari temuan studi bahwa akar masalah perizinan di daerah itu ada pada
kerangka regulasi nasional, laporan ini berisikan uraian bagaimana menyederhanakan
regulasi tersebut lewat pilihan tindakan HGSL (Hapus, Gabung, Sederhanakan, dan
Limpahkan) substansi perizinan dan regulasi sebagai wadah pengaturannya. Jalan ke arah
sana tentu tidaklah mudah. Namun harus dimulai, disertai komitmen tinggi semua pihak
untuk membuat negeri ini kembali sehat dan keluar dari jebakan rezim perizinan yang
lama membuat kita lamban bergerak dalam kancah kompetisi regional/global dewasa ini.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pelaksanaan maupun pemanfaatan
program ini, atas nama KPPOD saya ucapkan banyak terima kasih. Mudah-mudahan
momentum perubahan dan keterbukaan Pemerintah Jokowi-JK saat ini bisa kita isi
dengan berbagai kontribusi pemikiran dan ikhtiar yang berguna, termasuk dalam hal
reformasi perizinan. Semoga.

Robert Na Endi Jaweng


Direktur Eksekutif KPPOD

iii
iv
Ringkasan Eksekutif

Pembenahan demi pembenahan terus dilakukan pemerintah demi menciptakan iklim


usaha yang kondusif, serta membuka ruang bagi tiap orang yang mau berusaha untuk
dapat bersaing secara sehat. Reformasi birokasi tentu merupakan kunci utama kedua hal
tersebut bisa terwujud. Informasi yang transparan serta tata kelola perizinan yang jauh
dari korupsi dan intrik adalah cita-cita dari pembenahan tersebut.

Perizinan terpadu satu pintu (PTSP) adalah pengaktulan dari reformasi birokrasi tersebut,
hadirnya PTSP di daerah menciptakan efisiensi business process pengurusan izin. Seperti
percepatan dalam hal waktu, kemudahan dalam syarat/prosedur dan biaya yang
proporsional. PTSP di daerah terus berbenah bahkan di tingkat pusat BKPM pun kini
sudah memiliki PTSP nasional yang mendapat pelimpahan kewenangan penerbitan izin
dari beberapa kementrian lembaga.

Namun, tentu hal ini saja tidak cukup. Masih ada ruang yang dapat dimanfaatkan oleh
pemangku kewenangan di daerah untuk bersiasat menciptakan proses perizinan yang tak
ramah pada dunia usaha. Hal ini ditengarai karena masih banyaknya jenis izin di daerah.
PTSP adalah sebuah ikhtiar debirokratisasi sedangkan untuk menutup peluang siasat
tadi, dibutuhkan lebih dari sekedar debirokratisasi tapi upaya deregulasi yang lebih
advance. Yaitu upaya pengurangan jumlah/jenis izin deregulasi secara optimal.

Saat ini, masih terdapat kurang lebih 180 peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang perizinan, yang berdampak pada banyaknya izin di daerah. Sebut
saja misalnya Jakarta yang masih memiliki 518 jenis izin yang berkaitan dengan dunia
usaha. Daerah-daerah lain tentu tak kurang bahkan bisa melebihi jumlah izin yang
ada di Jakarta. Izin-izin ini seringkali pada intinya sama, tetapi memakai nama atau
istilah berbeda. Banyaknya izin yang harus diurus, bukan hanya menjadi beban dunia
usaha, tetapi juga menambah beban kerja Pemda. Karenanya, upaya pengurangan jenis
izin merupakan satu langkah penting dalam kebijakan reformasi birokrasi perizinan
khususnya untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif.

Terbitnya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, harusnya mempu menjadi
pintu masuk dari ikhtiar deregulasi ini. Pada pasal 349 ayat satu secara jelas disebutkan:

Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik


untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing Daerah.

Penelitian yang kami beri judul “Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah” ini
mencoba untuk mengupas dan menemukan tiap kendala dalam proses deregulasi
perizinan. Berangkat dari rumusan masalah, banyaknya izin-izin usaha di daerah yang
pada hakekatnya mengatur fungsi yang sama dan seluruh izin tersebut harus dimiliki
pengusaha, akan menghambat aktivitas usaha. Permasalahan ini ditengarai terjadi
karena banyak regulasi nasional yang menjadi acuan dan mewajibkan izin-izin tersebut
dilaksanakan di daerah.

v
Dari rumusan masalah ini, KPPOD menghimpun permasalahan perizinan di daerah
dengan mengunjungi enam pemerintahan daerah, tiga daerah pertama merupakan
daerah dengan skala ekonomi besar, yaitu Medan, Surabaya dan Makassar. Tiga daerah
lainnya adalah daerah yang sudah melakukan upaya penyederhanaan jenis izin, yaitu
Kota Kediri, Kabupaten Barru dan Kabupaten Jeneponto. Dari Studi lapangan ini KPPOD
menemukan jenis-jenis izin serta aturan yang mengatur izin tersebut.

Setelah penelitian di enam daerah dilakukan KPPOD kemudian mengumpulkan


peraturan perundang-undangan di tingkat nasional yang mengatur izin-izin tersebut.
Kajian terhadap regulasi ini dilakukan KPPOD secara detail, dibedah satu persatu dan
diperbandingkan dangan aturan lainnya, sehingga didapatkan aturan yang tumpang
tindih, seperti mengatur substansi dan fungsi yang sama, bahkan peraturan yang
sudah tidak relevan lagi saat ini. Tak hanya disitu, Kajian ini juga merekomendasikan
beberapa aturan yang dapat menggabungkan, menyederhanakan, melimpahkan bahkan
menghapus izin-izin tertentu. Secara jelas kami paparkan dalam laporan penelitian ini.

Sejumlah temuan kunci dalam penelitian ini kami ringkas dalam uraian berikut:

Pertama, Regulasi nasional yang mengatur (memayungi) perizinan usaha di daerah


kami pandang menjadi sumber utama kebermasalahan tata kelola perizinan di era
desentralisasi ini. Salah satu contoh masalah pada tataran kebijakan nasional tersebut
adalah fragmentasi pengaturan yang menyebar dan tidak sinkron antar satu instansi
dengan instansi lainnya. Banyaknya regulasi yang ada menyebabkan fungsi izin sendiri
menjadi tidak jelas. Fungsi izin yang sama diatur dalam regulasi yang berbeda sehingga
terjadi over regulated.

Kedua, Selain perizinan daerah yang merupakan turunan regulasi nasional, pada era
desentralisasi ini juga muncul perizinan yang merupakan hasil diskresi pemda atau
muncul dalam praktek sehari-hari berpemerintahan. Contoh kasus yang menonjol
adalah keberadaan SKDU (Surat Keterangan Domisili Usaha). Sebagaimana yang sudah
disampaikan dalam bahasan studi ini, perizinan semacam ini menimbulkan masalah dalam
kegiatan usaha di daerah, untuk itu penghapusan izin tersebut tidak bisa hanya diserahkan
kepada pemda yang bersangkutan tanpa adanya respon nasional yang menyeluruh.

Ketiga, Dari sisi penerapan, pemahaman penyelenggara izin masih sulit membedakan
apakah fungsi dari izin tersebut menjadi tanggung jawab penyelenggara atau dibebankan
kepada pemohon. Misal pada Tanda Daftar Perusahaan (TDP) fungsi terdaftarnya
perusahaan harusnya menjadi kerja pemerintah setelah pemerintah memberikan izin,
sehingga tidak lagi dibebankan kepada pemohon. Contoh lain yang memakan waktu
lama ada kewajiban memberikan keterangan rencana kota oleh pemda kepada pemohon
Izin Mendirikan Bangunan. Kewajiban ini dibebankan pemda kepada pemohon izin
dalam bentuk surat keterangan rencana kota, padahal dalam peraturannya, keterangan
ini harusnya disediakan oleh pemda.

Berbagai temuan kunci diatas lebih elaboratif kami gambarkan dalam halaman-halaman
selanjutnya. Bertolak dari identifikasi dan temuan kunci di atas, studi ini berujung
pada rekomendasi perbaikan pada tingkat kebijakan menyangkut regulasi maupun
pelaksanaan kebijakan. Para pemangku kebijakan serta pembaca diharapkan dapat
memetik manfaat dari laporan studi ini, agar berdampak luas dan langsung bagi iklim
usaha yang kondusif di Indonesia.

vi
Daftar Isi

Tim Peneliti .......................................................................................................................................... i


Kata Pengantar ................................................................................................................................... iii
Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................................................. vii
Daftar Gambar, Grafik, dan Tabel ................................................................................................ ix

1. Pendahuluan ............................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 2
1.5. Batasan Penelitian .......................................................................................................... 2

2. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................................... 5


2.1. Perizinan ........................................................................................................................... 5
2.2.1. Pengertian Izin ................................................................................................... 5
2.2.2. Tujuan Izin .......................................................................................................... 6
2.2.3. Urgensi Izin ........................................................................................................ 6
2.2.4. Penyederhanaan Izin ....................................................................................... 6
2.2. Teori Reformasi Administrasi ..................................................................................... 6
2.3. Analisis Kebijakan Publik ............................................................................................ 7
2.4. Deregulasi Perizinan ...................................................................................................... 8
2.5. Kerangka Pikir ................................................................................................................ 9

3. Metode Penelitian ...................................................................................................................... 11


3.1. Regulatory Mapping (RegMap) .................................................................................. 11
3.2. Regulatory Impact Analysis (RIA) ............................................................................. 11
3.3. Lokasi dan Waktu Studi ............................................................................................... 13
3.4. Jenis dan Sumber Data ................................................................................................. 13

vii
4. Dampak Regulasi Perizinan Nasional di Daerah ........................................................... 15
4.1. Pemetaan Regulasi ......................................................................................................... 15
4.2. Analisis Kebermasalahan Regulasi dan Substansi Izin ...................................... 16
4.2.1. Izin Pendirian Badan Usaha Baru ............................................................... 16
4.2.2. Izin Tempat Usaha ........................................................................................... 28
4.2.3. Izin Pendirian Bangunan untuk Usaha ...................................................... 34

5. Regulatory Impact Analysis ................................................................................................... 37


5.1. Rumusan Permasalahan .............................................................................................. 37
5.2. Perumusan Tujuan ......................................................................................................... 37
5.3. Alternatif Tindakan ....................................................................................................... 38
5.4. Analisis Biaya dan Manfaat ........................................................................................ 42
5.5. Alternatif Terpilih ........................................................................................................... 49
5.6. Strategi Implementasi ................................................................................................... 50

6. Penutup ........................................................................................................................................ 57

viii
Daftar Gambar, Grafik, dan Tabel

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Studi Deregulasi Perizinan .................................................... 9


Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Penyederhanaan Perizinan di Daerah ............. 12
Gambar 4.1 Bagan Filterisasi Pemetaan Regulasi ............................................................... 15
Gambar 5.1 Perumusan Masalah Deregulasi Perizinan ..................................................... 37

Grafik 4.1 Jenis Peraturan Perundang-undangan Filter II ............................................. 16

Tabel 4.1 Fungsi Budgeter dalam Regulasi TDP ............................................................. 18


Tabel 4.2 Implikasi Regulasi Nasional SIUP dan TDP di Daerah .............................. 19
Tabel 4.3 Implikasi Regulasi Nasional IUI dan TDI di Daerah .................................. 20
Tabel 4.4 Implikasi Regulasi Nasional IUMK di Daerah .............................................. 21
Tabel 4.5 Izin Tanpa dilandasi Perda ................................................................................. 22
Tabel 4.6 Dampak Regulasi Nasional Terhadap Izin di Daerah ................................ 24
Tabel 4.7 Penggabungan izin di Kabupaten Jeneponto dan Kota Kediri ................. 25
Tabel 4.8 Regulasi Izin Sektoral yang Mensyaratkan Surat Izin Tempat Usaha ... 29
Tabel 4.9 Implementasi Syarat Persetujuan Tetangga ................................................... 33
Tabel 4.10 Dampak Regulasi Nasional HO di Daerah .................................................... 33
Tabel 4.11 Dampak Regulasi Nasional IMB, Izin Pendirian Menara dan Izin 35
Reklame di Daerah ................................................................................................
Tabel 5.1 Analisis Biaya dan Manfaat ................................................................................ 42
Tabel 5.2 Menggabungkan seluruh izin usaha ke dalam satu izin bernama Izin 51
Usaha .........................................................................................................................
Tabel 5.3 Menggabungkan izin-izin pendirian bangunan ke dalam IMB .............. 52
Tabel 5.4 Menghapus SITU dan Izin Gangguan (HO) ................................................... 54

ix
x
1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang mendekatkan pelayanan dan mewujudkan


proses pelayanan yang cepat, mudah,
Kondisi ekonomi makro, tata kelola murah, transparan, pasti, dan terjangkau,
pemerintahan dan infrastruktur, melalui suatu reformasi kelembagaan
menjadi faktor utama yang menentukan berbentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu
pembentukan kualitas iklim investasi (PTSP).
di suatu negara (nasional) maupun
daerah (subnasional). Dalam studi Global Fakta menunjukan, praktik
Competitiveness Index (GCI) 2014-2015 penyelenggaraan perizinan melalui PTSP
terdapat 12 pilar yang digunakan untuk selama ini tidak seluruhnya berjalan
mengukur iklim investasi negara-negara efektif. PTSP sebagai bagian dari reformasi
di dunia. Salah satu indikator tersebut penyederhanaan birokrasi perizinan
adalah Burden of Government Regulation. dalam pelayanannya masih membutuhkan
Dalam penilaian Burden of Government waktu yang lama untuk menerbitkan
Regulation, Indonesia menempati peringkat izin. Menurut laporan Doing Business
ke 23 dari 144 negara. Peringkat ini pun 2016, untuk memulai sebuah usaha baru
masih berada dibawah peringkat negara di Indonesia membutuhkan 13 prosedur,
tetangga, seperti Singapura (Peringkat dengan waktu rata-rata 47,80 hari. Dengan
kedua) dan Malaysia (Peringkat keempat). pelayanan demikian, publik dan pelaku
Selain itu, indikator Inefficient Government usaha belum tentu masih belum merasakan
Bureaucracy juga belum mendapatkan keberadaan one stop service tetapi
nilai yang baik. Dalam hal efisiensi justru menjadi another stop service yang
birokrasi, Indonesia dinilai masih memiliki menambah red-tape baru dalam birokrasi
permasalahan birokrasi. Keberadaan perizinan di daerah.
permasalahan tersebut berada pada
peringkat keempat (8.3%) dari 16 faktor Selain adanya reformasi birokrasi yang
permasalahan terbanyak dalam memulai berkaitan dengan penyederhanaan izin,
usaha di Indonesia. area reform pada tingkat lanjut ternyata
masih belum disentuh. Substansi kebijakan
Dalam studi Tata Kelola Ekonomi yang berada pada kerangka regulasi
Daerah (TKED, KPPOD) terdapat 9 (reformasi regulasi atau deregulasi)
variabel yang dapat diupayakan untuk pada tingkat nasional masih menjadi
memperbaiki iklim investasi, salah satunya pekerjaan rumah pemerintah. Kondisi
adalah perizinan usaha. Bagi dunia regulasi perizinan di tingkat nasional yang
usaha, perizinan jelas berperan penting, tumpang tindih dan banyaknya regulasi
diantaranya sebagai landasan hukum, yang dikeluarkan, baik dari undang-
instrumen untuk menjamin kepastian undang sampai peraturan menteri memicu
hukum, instrumen untuk melindungi beragamnya jumlah izin di daerah.
kepentingan usaha, dan sebagai alat Bahkan beberapa jenis izin yang diatur
bukti dalam hal klaim (Pudyatmoko, 22: memiliki fungsi yang sama dan bahkan
2009). Melalui Perpres No. 97 Tahun 2014 setiap izin tersebut mengandung izin
pemerintah telah berupaya mereformasi yang dipersyaratkan antara satu dengan
birokrasi perizinan, dengan tujuan untuk lainnya.

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 1


Fragmentasi birokrasi perizinan daerah 1.3. Tujuan Penelitian
dan juga regulasi perizinan nasional
yang berdampak pada banyaknya jenis Studi ini bertujuan untuk:
izin yang diurus oleh pengusaha akan 1. Menganalisis dan mereview regulasi
menghambat pertumbuhan investasi. nasional yang menyebabkan banyaknya
Untuk itu, defragmentasi regulasi nasional jumlah izin di daerah.
melalui penggabungan, penghapusan, 2. Menganalisis regulasi perizinan
dan pengelompokan jenis izin menjadi di tingkat nasional sebagai dasar
salah satu jalan keluar untuk mengatasi bagi rekomendasi penyederhanaan,
masalah tersebut. Sejalan dengan upaya penghapusan dan penggabungan
untuk memperbaiki regulasi perizinan, perizinan oleh Pemerintah Pusat.
maka pemerintah melalui paket kebijakan
ekonomi nasional, meletakkan deregulasi
1.4. Manfaat Penelitian
menjadi agenda utama yang akan disasar.
Melalui deregulasi perizinan, pemerintah Studi ini diharapkan dapat memberikan
berupaya untuk merasionalisasi peraturan manfaat yaitu sebagai berikut:
dengan menghilangkan duplikasi/
redundansi/irrelevant regulasi, melakukan 1. Menjadi bahan rekomendasi bagi
keselarasan dan konsistensi antar regulasi. pemerintah pusat dalam melakukan
Dengan melihat kondisi tersebut, maka deregulasi perizinan tingkat nasional.
Komite Pemantauan Otonomi Daerah 2. Mengangkat contoh dari daerah-
(KPPOD)—didukung oleh British Embassy daerah yang melakukan best practice di
dan Badan Koordinasi dan Penanaman bidang penyederhanaan perizinan, serta
Modal (BKPM)—melaksanakan studi memberikan masukan terkait dengan
penyederhanaan regulasi perizinan di sistem perizinan untuk replikasi di
tingkat nasional yang berdampak kepada daerah lainnya.
daerah (Kabupaten/Kota). 3. Sebagai bahan advokasi pelaku
usaha maupun masyarakat kepada
para pemangku kebijakan di daerah
1.2. Pertanyaan Penelitian untuk melakukan perbaikan di bidang
Izin usaha merupakan tahapan awal yang perizinan usaha.
harus diurus sebelum sebuah unit usaha
didirikan dan berjalan. Banyaknya izin-izin
1.5. Batasan Penelitian
usaha di daerah yang pada hakekatnya
mengatur fungsi yang sama dan seluruh Studi ini mengkaji regulasi nasional dan
izin tersebut harus dimiliki pengusaha. daerah yang terfokus pada:
Hal ini tentu akan menghambat aktivitas
usaha, karena banyaknya izin yang diurus. Izin pendirian badan usaha:
Permasalahan ini terjadi karena banyak Izin pendirian badan usaha merupakan izin
regulasi nasional yang menjadi acuan dan yang harus dilakukan sebuah perusahaan
mewajibkan izin-izin tersebut dilaksanakan ketika memulai usaha dan mengoperasikan
di daerah. Studi ini hendak menjawab dua sebuah industri atau binis komersial secara
pertanyaan penting sebagai berikut: formal. Izin yang dimaksud juga termasuk
1. Regulasi nasional apa saja yang izin sektoral, sesuai dengan jenis usaha
tumpang tindih dan menyebabkan yang diselenggarakan.
banyaknya jumlah izin di daerah?
2. Regulasi nasional apa saja yang Contoh izin yang dikaji dalam pendirian
dapat disederhanakan, dihapus dan badan usaha adalah Surat Izin Usaha
digabungkan untuk menyederhanakan Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar
izin-izin di daerah? Perusahaan (TDP) dan izin sektoral lainnya.

2
Izin tempat usaha: tersebut memiliki karakter yang berbeda
Izin tempat usaha merupakan izin yang dalam melakukan penyelenggaraan
berkaitan dengan letak/lokasi usaha. perizinan dan sebagai representasi
Contoh izin yang berkaitan dengan tempat tipologi wilayah dengan iklim investasi
usaha adalah Izin Gangguan (Hinder yang berskala sedang hingga besar.
Ordonnantie/HO) / Surat Izin Tempat Penggalian masalah di studi lapangan
Usaha (SITU) dan Surat Keterangan difokuskan kepada praktik dan bentuk-
Domisili Perusahan (SKDP) bentuk deregulasi perizinan yang sudah
diimplementasikan di daerah dan juga
Izin pendirian bangunan usaha: sejauh mana skala kewenangan perizinan
Izin pendirian bangunan usaha merupakan yang telah diberikan.
izin dari bangunan berlangsungnya kegiatan
usaha atau bangunan yang diusaha. Contoh Hasil temuan yang diperoleh dari
izin pendirian bangunan usaha adalah Izin penelitian lapangan tentu tidak
Mendirikan Bangunan (IMB) merepresentasikan kondisi perizinan
daerah di Indonesia secara umum. Namun,
Selain itu, untuk lebih jelas dalam hasil temuan penelitian ini tentu dapat
memperkuat analisis masalah, dilakukan dilihat sebagai tipologi dan kecenderungan
penelitian lapangan di 6 wilayah daerah, serta patut dijadikan bahan pertimbangan
yaitu: Kabupaten Jeneponto, Kabupaten dalam merumuskan kebijakan nasional
Barru, Kota Surabaya, Kota Medan, Kota terkait dengan deregulasi perizinan dan
Makassar, dan Kota Kediri. Keenam daerah perbaikan perizinan di daerah ke depan.

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 3


4
2. Tinjauan Pustaka

2.1. Perizinan pemerintahan terbatas kepada


konsesionaris.
2.2.1. Pengertian Izin
✓ Rekomendasi diartikan sebagai
Izin merupakan suatu persetujuan dari
pertimbangan atau yang diberikan oleh
penguasa berdasarkan undang-undang
atau peraturan pemerintah dalam keadaan badan atau pejabat berwenang untuk
tertentu menyimpang dari ketentuan digunakan untuk pemberian izin pada
larangan perundang-undangan (izin dalam satu bidang tertentu.
arti sempit). Menurut Permendagri No.20
Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi 2.2.2. Tujuan Izin
dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan
Terpadu di Daerah, izin diartikan sebagai Mengingat izin merupakan instrument
dokumen yang dikeluarkan oleh pemda yuridis pemerintah untuk mengarahkan
berdasarkan perda atau peraturan warganya, maka izin tidak hanya
lain yang merupakan bukti legalitas, dipandang sebagai persetujuan saja.
menyatakan sah atau diperbolehkannya Lebih luas lagi, izin juga mencakup proses
seseorang atau badan hukum untuk pengendalian dan juga pengawasan.
melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Berikut adalah motif-motif dalam
menggunakan sistem izin, berupa
Terdapat pula beberapa dokumen yang (Pudyatmoko, 2009):
berkaitan dengan perizinan namun
sesungguhnya memiliki fungsi yang ✓ Keinginan mengarahkan aktivitas
berbeda. Jika tidak memahami definisi tertentu.
dari tipe dokumen ini, maka akan menjadi Pemerintah mengarahkan instrumen izin
rancu dengan dokumen izin, dokumen untuk mengarahkan aktivitas tertentu
tersebut antara lain (Pudyatmoko, 2009): yang dilakukan oleh masyarakat.

✓ Dokumen pelepasan dan pembebasan ✓ Mencegah bahaya dari lingkungan.


(dispensasi) merupakan pengecualian Izin juga mencegah bahaya lingkungan
yang sungguh-sungguh, yakni yang ditimbulkan oleh kegiatan tertentu.
merupakan pengecualian atas larangan Untuk itu kegiatan-kegiatan yang
sebagai aturan umum. berkemungkinan menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan
✓ Lisensi diartikan sebagai izin untuk hidup wajib memenuhi persyaratan
melakukan sesuatu yang bersifat Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).
komersial serta mendatangkan Dalam hal ini AMDAL bukan instrumen
keuntungan atau laba. Setelah rezim izin, tetapi merupakan sebuah studi
devisa dihapus, istilah dan pengertian yang menghasilkan rekomendasi yang
lisensi sudah tidak dikenal orang. harus dipenuhi sebelum pelaku usaha
mengajukan permohonan izin usaha.
✓ Konsesi adalah suatu penetapan
administrasi negara yang secara yuridis ✓ Keinginan melindungi objek tertentu.
sangat kompleks karena merupakan Pemerintah mempunyai kepentingan
seperangkat dispensasi, izin, lisensi, agar objek-objek tertentu yang berguna
disertai pemberian kewenangan bagi masyarakat tetap terjaga dan

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 5


terlindungi. Objek tersebut perlu ✓ Sebagai instrumen untuk melindungi
mendapatkan perlindungan karena kepentingan.
berbagai alasan, misalnya alasan Izin sebagai insrumen sebuah keputusan
sejarah, benda tersebut sangat dapat digunakan untuk menjadi
diperlukan utnuk keperluan pendidikan, instrumen perlindungan kepentingan,
ilmu pengetahuan dan sebagainya. baik itu kepentingan pemohon,
kepentingan pemerintah, maupun
✓ Hendak membagi benda-benda yang
kepentingan lain.
sedikit.
Pemerintah memandang perlu untuk ✓ Sebagai alat bukti dalam hal klaim.
membangi sumber daya yang dimiliki Izin dapat digunakan juga sebagai
dalam jumlah terbatas. Hal ini alat bukti bahwa yang bersangkutan
dimaksudkan agar setiap masyarakat telah mendapatkan perbolehan dari
yang membutuhkan diberikan pemerintah. Ketika terjadi sengketa, izin
kesempatan untuk memanfaatkannya. yang ada akan dapat digunakan sebagai
✓ Mengarahkan dengan menyeleksi alat bukti untuk penyelesaian sengketa.
orang-orang dan aktivitas-aktivitas.
Izin dapat ditujukan untuk 2.2.4. Penyederhanaan izin
mengarahkan dengan menyeleksi orang
dan aktivitas-aktivitas tertentu yang Penyederhanaan perizinan meliputi empat
dilakukan oleh warga masyarakat. aspek yang saling terkait antara satu
dengan yang lain. Keempat aspek tersebut
meliputi: penyederhanaan jenis izin,
2.2.3. Urgensi izin penyederhanaan persyaratan memperoleh
Izin memili arti penting bagi pemegangnya izin, penyederhanaan proses penerbitan
(pelaku kegiatan) dalam melakukan izin dan pengendalian biaya pengurusan
hubungan hukum, baik dengan pemerintah izin. Melihat fokus penelitian yang
maupun dengan pihak lain. Beberapa menitikberatkan kepada regulasi perizinan,
urgensi dari izin sebagai berikut maka tujuan akhir dari penelitian ini
(Pudyatmoko, 2009): terdapat dalam proses penyederhanaan
jenis izin. Penyederhanaan izin yang
✓ Sebagai landasan hukum (legal base). dimaksudkan adalah langkah-langkah
Izin dikatakan sebagai landasan yang diambil untuk mengurangi jenis izin
hukum dapat diartikan bahwa kegiatan yang menjadi kewenangan pemerintah
tertentu memang tidak dapat dilakukan daerah dengan tetap mengacu pada
oleh warga masyarakat tanpa adanya peraturan perundang-undangan yang
izin dari organisasi pemerintah yang berlaku. Penyederhanaan jenis izin dapat
berwenang. dilakukan melalui penghapusan dan/atau
✓ Sebagai instrumen untuk menjamin penggabungan beberapa jenis izin.
kepastian hukum.
Izin pada umumnya dibuat berbagai 2.2. Teori Reformasi Administrasi
hal, baik yang bersifat subjektif maupun
objektif. Misalnya dalam izin terdapat Reformasi administrasi menurut Lee dan
identitas pemilik izin yang diberikan Samonte (Nasucha, 2004) merupakan
hak untuk dapat melakukan kegiatan perubahan atau inovasi secara sengaja
dengan menyebutkan kegiatan apa yang dibuat dan diterapkan untuk menjadikan
dizinkan, apa batasannya baik mengenai sistem administrasi sebagai suatu agen
waktu, lokasi, volume, maupun hal perubahan sosial yang lebih efektif. Selain
deskriptif lain yang menyangkut sesuatu itu, reformasi administrasi juga digunakan
yang bersifat objektif. sebagai suatu instrumen untuk menjamin

6
adanya persamaan politik, keadaan sosial penyelenggaran izin didasari peraturan
dan pertumbuhan ekonomi. Reformasi perundangan yang berlaku.
ini merupakan upaya yang dilakukan
pemerintah untuk membenahi budaya dan
2.3. Analisis Kebijakan Publik
nilai karena rendahnya kualitas kinerja
administrasi. Dalam terminologi administrasi publik,
apapun yang pemerintah pilih (putuskan)
Terdapat empat metode reformasi yang untuk dilakukan dan tidak dilakukan suatu
dapat disasar yaitu: Pertama melalui tindakan merupakan sebuah kebijakan
reformasi melalui revolusi politik dimana (Dye, 1995). Berdasarkan pendekatan
keputusan politik menjadi penentu dalam kebijakan yang bersifat institusional,
membuat kebijakan dan juga kontribusi kebijakan publik ditentukan secara
politik di ranah sosial. Kedua, reformasi otoritatif, terpusat pada pemaparan aspek
melalui perbaikan organisasi agar birokrasi formal dan legal dari institutsi pemerintah:
publik dapat merespon perkembangan organisasi formal, kekuasaan hukum,
sosial, teknologi dan modernitas aturan prosedural, dan fungsi atau aktivitas.
yang sudah ada. Ketiga, reformasi Untuk itu, produk sebuah kebijakan adalah
perubahan perilaku yang bertujuan peraturan perundangan (Dunn, 2003).
untuk memperbaiki perilaku sumberdaya
manusia di pemerintahan. Dan keempat, Di Indonesia, teori susunan hierarkis norma
reformasi pada bidang hukum dengan peraturan perundangundangan sudah
mensinkronisasikan atau menghapus diadopsi semenjak tahun 1966, diawali
peraturan yang kompleks melalui review dengan Ketetapan MPRS Nomor XX/
regulasi yang detail. MPRS/1966, Ketetapan MPR Nomor III/
MPR/2000, Undang-Undang No.10 Tahun
Inti dari reformasi birokrasi yang menjadi 2004 dan yang terakhir Undang-Undang
tinjauan dalam penelitian ini adalah No.12 Tahun 2011. Berbagai perubahan
reformasi dari sisi hukum. Deregulasi peraturan mengenai peraturan perundang-
perizinan ini merupakan keberlanjutan undangan tersebut tidak lain dilakukan
dari proses penyederhanaan izin yang atas penyempurnaan terhadap tata hukum
dilakukan oleh pemerintah. Progress di Indonesia. Saat ini dapat dilihat pada
reformasi perizinan yang sudah ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun
dilakukan pemerintah antara lain, 2011 tata urutan peraturan perundang-
penyederhanaan prosedur dan proses undangan Indonesia yang merupakan
penerbitan izin dengan dibentuknya PTSP. susunan secara hierarkis terdiri atas:
Sedangkan dari sisi penyederhanaan 1. Undang-Undang Dasar Negara
biaya, dilakukan dengan diterbitkannya Republik Indonesia Tahun 1945;
UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
dan Retribusi Daerah. Dimana, Pemda Rakyat;
dibatasi untuk mengenakan rertibusi pada 3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
penyelenggaraan perizinan di daerah. Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
Selanjutnya, arena reform pada tingkat 5. Peraturan Presiden;
yang lebih paripurna yaitu penyederhanaan 6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
jenis izin. Penyederhanaan ini dapat 7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
dilakukan melalui pengurangan jumlah
aturan perizinan (deregulasi). Perbaikan Kekuatan peraturan tersebut berlaku
sisi hukum akan memberikan kepastian secara hierarki berupa penjenjangan setiap
hukum dalam melaksanakan tata kelola jenis Peraturan Perundang-undangan yang
pemerintahan, mengingat segala tindakan didasarkan pada asas bahwa Peraturan

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 7


Perundang-undangan yang lebih rendah efektivitas regulasi sebagai instrumen
tidak boleh bertentangan dengan Peraturan penyelenggaraan negara dan
Perundang-undangan yang lebih tinggi pembangunan serta instrumen
(Pasal 7 ayat (2) UU No. 12 Tahun 2011). ketertiban sosial.

Dengan struktur peraturan perundangan Disisi lain, Kementerian Dalam Negeri


tersebut, maka dalam memformulasi dan (Kemendagri) juga berupaya untuk
mengevaluasi kebijakan dibutuhkan suatu melakukan penyederhanaan perizinan
analisis kebijakan yang cukup komprehensif menggunakan analisis HGSL (Penghapusan,
agar tidak terjadi tumpang tindih regulasi Penggabungan, Penyederhanaan, dan
nasional dan daerah. Mengingat susunan Pelimpahan). Analisis ini juga dikenal
hirarkis tersebut, penelitian ini akan dengan istilah studi ACSD (Abolish,
menganalisis kebijakan perizinan nasional Combine, Simplified, Decentralize),
yang terimplementasi melalui kebijakan langkah-langkah dalam melakukan
di daerah. Dengan menggunakan alat analisis tersebut sebagai berikut;
analisis kebijakan yaitu Regulatory Impact 1. Identifikasi jumlah, jenis dan mekanisme
Analysis (RIA) dan juga Regulatory perizinan yang ada saat ini.
Mapping (RegMap) akan diidentifikasi 2. Persamaan persepsi tentang perubahan
kebermasalahan regulasi tersebut. paradigma pelayanan publik.
3. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats) di bidang
2.4. Deregulasi Perizinan
perizinan.
Dalam melakukan reformasi perizinan,
perlu untuk dilakukan reformasi regulasi Analisis HGSL adalah inti dari
yang berkaitan dengan secara langsung penyederhanaan perizinan, yang terdiri
dengan aktivitas pelaku usaha sejak dari alternatif solusi berupa:
mulai pra-operasi hingga pasca-operasi. 1. Penghapusan yaitu mengurangi jenis
Reformasi regulasi adalah perubahan yang perizinan yang selama ini diberlakukan
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dengan dihapuskannya perizinan
regulasi, baik secara individual maupun tersebut.
integral (terintegrasi dalam suatu sistem 2. Penggabungan yaitu penggabungan
regulasi yang komprehensif dan utuh). beberapa perizinan yang dipandang
Tujuan reformasi regulasi adalah untuk sama secara substansi menjadi satu
mewujudkan Sistem Regulasi Nasional perizinan.
(SRN) yang berkualitas, sederhana dan 3. Penyederhanaan yaitu penyederhanaan
tertib. Untuk mewujudkan tujuan tersebut persyaratan yang selama ini
dalam strategi nasional reformasi regulasi, diberlakukan karena dipandang sudah
Badan Perencanaan Pembangunan tidak sesuai atau tidak relevan lagi
Nasional (BAPPENAS) membuat langkah untuk mendapatkan izin tersebut.
jangka pendek, yaitu: 4. Pelimpahan yaitu melimpahkan
proses pemberian izin kepada instansi
1. Meningkatkan efisiensi dan mendorong
dibawahnya dengan pertimbangan
dilakukannya perubahan-perubahan
jangkauan pelayanan lebih dekat dan
menuju terwujudnya Sistem Regulasi
lebih cepat.
Nasional yang sederhana dan tertib. Hal
ini dilakukan melalui operasionalisasi
Sasaran analisis HGSL adalah sederhana,
prinsip dampak kebijakan/regulasi
jelas, efisien, efektif, ekonomis, kepastian
yang lebih baik dengan anggaran yang
hukum, transparan, dan tepat waktu
lebih ekonomis.
(better, cheaper dan faster). Langkah
2. Mendorong upaya peningkatan selanjutnya adalah membuat matrik

8
analisis HGSL yang digunakan sebagai tingkat nasional. Regulasi yang mengatur
bahan dalam mengambil keputusan tentang izin yang didelegasikan ke daerah
terhadap sebuah izin. Dalam analisis menyebabkan banyaknya jumlah izin yang
tersebut juga mempertimbangkan faktor- harus di urus oleh pelaku usaha.
faktor sebagai berikut:
1. Penghapusan dilakukan terhadap jenis Substansi regulasi perizinan nasional yang
izin yang: memiliki kesamaan dari sisi fungsi dan
a. Bertentangan dengan perundang- tujuan yang tersebar di berbagai hirarki
undangan. peraturan perundangan mengakibatkan
b. Memberatkan masyarakat dan implementasi regulasi menjadi rumit.
menghambat dunia usaha dan Untuk mengurai permasalahan dalam
perekonomian daerah. kompleksitas regulasi tersebut perlu untuk
c. Izin yang bersangkutan sudah tidak dianalisis dan dicari level intervensi bagi
diperlukan bagi masyarakat. perbaikannya. Analisis kebijakan dalam
2. Penggabungan, dilakukan untuk jenis penelitian ini menggunakan dua metode.
pelayanan yang dengan pertimbangan Pada tahap awal dilakukan pemetaan
efisiensi dan efektivitas dapat dijadikan regulasi (Regulatory Mapping) untuk
satu dengan cara: melihat substansi regulasi nasional.
a. Menggabung perizinan dengan Selanjutnya, guna mencari rumusan
konsekuensi nama izin baru. rekomendasi (Hapus, Gabung dan
b. Menggabung beberapa prosedur Sederhanakan) dan strategi implementasi
menjadi satu. terhadap regulasi yang memiliki substansi
3. Dalam penyederhanaan, perlu yang sama, maka dilakukan dengan
diperhatikan agar prosedur yang Regulatory Impact Analysis (RIA).
dilakukan lebih sederhana (praktis dan
tidak cenderung KKN). Dengan dilakukannya deregulasi
4. Dalam perlimpahan kewenangan, harus izin ditingkat pusat diharapkan akan
melihat kesiapan kecamatan/desa. berdampak kepada berkurangnya jumlah
izin di daerah dan juga memudahkan
pemerintah dalam menyelenggarakan
2.5. Kerangka Pikir
perizinan. Lebih jauh lagi, dengan
Rumitnya regulasi dan penyelenggaraan membaiknya penyelenggaraan perizinan
perizinan jelas menjauhkan harapan untuk pada tingkat nasional maupun daerah
memperoleh izin yang mudah. Pada tataran akan mendorong iklim usaha menjadi lebih
kebijakan, hal ini tentunya tak terlepas dari kondusif. Alur kerangka pemikiran lebih
kompleksitas regulasi perizinan usaha di ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Studi Deregulasi Perizinan


Kompleksitas perizinan di daerah


 

Fragementasi Regulasi Perizinan di daerah Rumitnya penyelenggaraan perizinan di daerah


Fragementasi Regulasi Perizinan di daerah

Tools Analisis Kebijakan Publik


Regulatory Mapping (RegMap) Regulatory Impact Analysis (RIA)


Deregulasi Perizinan di Tingkat Nasional

Izin usaha lebih sederhana dan membaiknya iklim usaha di daerah

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 9


10
3. Metode Penelitian

Studi ini dilakukan melalui pendekatan dan substansi yang sama sehingga dapat
kualitatif dengan menggunakan alat dilakukan penyederhanaan. Proses tersebut
bantu Regulatory Mapping (RegMap) dan meliputi 4 tahapan yaitu:
Regulatory Impact Analysis (RIA). Dalam
konteks studi, sebuah regulasi perizinan
akan dianalisis sebagai sebuah kebijakan.
Penggunaan dua alat bantu tersebut dinilai
sejalan dengan teori analisis kebijakan
publik (Dunn, 2003) yang menggabungkan
lima prosedur umum yang lazim digunakan
dalam pemecahan masalah yaitu:
1. Perumusan masalah (definisi) 1) Tahap 1, Perencanaan: Penyelesaian
menghasilkan informasi mengenai dan pemantapan metodologi pemetaan,
kondisi-kondisi yang menimbulkan uji coba penggunaan metodologi dan
masalah kebijakan. pelaksanaan pelatihan metodologi
2. Peramalan (prediksi) menyediakan untuk semua tim peneliti.
informasi mengenai konsekuensi di 2) Tahap 2, Pemetaan regulasi:
masa mendatang dari penerapan Mengidentifikasi, mengumpulkan
alternative kebijakan, termasuk tidak
dan mengkategorikan peraturan
melakukan sesuatu.
yang memiliki fungsi izin dan
3. Rekomendasi (preskripsi) menyediakan mengembangkan database sebagai
informasi mengenai nilai atau kegunaan pendokumentasian peraturan.
relatif dari konsekuensi di masa depan
3) Tahap 3, Review regulasi: yang
dari suatu pemecahan masalah.
mengandung pengaturan soal izin
4. Pemantauan (deskripsi) menghasilkan melalui serangkaian tahap review
informasi tentang konsekuensi sekarang dengan menggunakan 2 “filter”. Filter 1
dan masa lalu dari diterapkannya berdasarkan ruang lingkup izin dan filter
alternative kebijakan. 2 berdasarkan pemetaan implementasi
izin memulai usaha di daerah.
5. Evaluasi, yang mempunyai maknya
menyediakan informasi mengenai 4) Tahap 4, Pelaporan regulasi: menyusun
nilai atau kegunaan dari konsekuensi fakta pendukung, regulasi yang
pemecahan atau pengatasan masalah. dinilai memiliki kebermasalahan dan
duplikasi substansi dengan regulasi
lain, memberikan masukan dan saran
3.1. Regulatory Mapping (RegMap)
sebagai tindak lanjut dari upaya
Untuk menganalisis regulasi yang pembenahan peraturan.
mengatur izin usaha di tingkat nasional,
melalui metode ini dilakukan penyaringan
3.2. Regulatory Impact Analysis (RIA)
secara bertahap sampai pada penentuan
izin-izin yang dinilai memiliki fungsi RIA merupakan salah satu alat analisis

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 11


yang mengadopsi inti dari analisis yaitu: identifikasi masalah, identifikasi
kebijakan publik. RIA merupakan alat rekomendasi tindakan untuk memecahkan
bantu untuk berpikir sistematis dan masalah, serta merumuskan strategi
rasional, sebagai pendekatan analitis dan implementasinya. Penerapan metode RIA
sistematis terhadap problem regulasi yang dalam kerangka pikir studi ini terdiri dari:
mencakup suatu rentang sarana dan teknik a. Penerapan dari sejumlah pernyataan
yang ditujukan untuk menilai efek regulasi. yang berbasis RIA seperti: tujuan,
RIA juga merupakan cara yang terstruktur substansi, dan perkiraan dampak dari
untuk mengkomunikasikan hasilnya sebuah regulasi.
kepada pengambil putusan dan publik. b. Penggunaan berbagai metode
konsultasi (focus group discussion/
Sebagai sebuah pendekatan metode RIA FGD, wawancara narasumber
dapat digunakan sebagai proses, alat dan perusahaan, dan para pakar terkait)
logika berpikir dalam kebijakan publik. untuk membantu mengidentifikasi
Dalam penelitian ini, RIA digunakan dan mengkaji regulasi-regulasi yang
sebagai kerangka kerja dan logika berfikir, kemungkinan bermasalah.
dimana dapat digunakan oleh pengambil
kebijakan untuk berpikir logis dan juga Gambar 3.1 berikut menjelaskan tentang
mengadopsi bebeapa rangkaian prosesnya, penggunaan metode RIA dan RegMap.

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Penyederhanaan Perizinan di Daerah


1. Tahapan Kerja RIA

Penentuan masalah mendasar perizinan usaha


diidentifikasi berdasarkan hasil temuan RegMap
Perumusan Masalah dan studi lapangan yang dilaksanakan di 6 daerah
(Kabupaten/Kota).

Sejalan dengan perumusan masalah tersebut, maka


Perumusan Tujuan dirumuskan juga tujuan penelitian yang sesuai dengan
temuan masalah RegMap yang ingin diselesaikan.

Rumusan alternatif tindakan diperoleh dari data


Perumusan Alternatif analisis RegMap dan juga praktek penyederhanaan
Tindakan perizinan di daerah yang menjadi lokasi studi.

Untuk menentukan alternatif tindakan mana yang


Cost and benefit dipilih, penelitian ini menggunakan analisis cost and
analysis benefit. Analisis ini bersifat deskriptif yang diperoleh
dari temuan regulasi yang bermasalah dalam RegMap.

Mekanisme strategi implementasi dilakukan dengan


Strategi Implementasi sosialisasi dan advokasi perubahan pada sisi regulasi
dengan menggunakan RIA Statement (RIAS).

Proses konsultasi stakeholder dilakukan pada saat studi


lapangan, berdiskusi langsung dengan para narasumber
Konsultasi dan juga dalam forum Focus Group Discussion (FGD)
Stakeholder nasional yang mendatangkan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan pihak swasta.

12
2. Tahapan Kerja RegMap

Perencanaan RegMap Instrumen RegMap

Database Regulasi Nasional yang berkaitan dengan


Pemetaan Regulasi perizinan

- Dokumen analisis regulasi berdasarkan ruang


Review Regulasi lingkup izin memulai usaha di daerah
- Dokumen check list kebermasalahan regulasi

Pelaporan Regulasi Analisis rekomendasi HGSL

3.3. Lokasi dan Waktu Studi 3.4. Jenis dan Sumber Data
Keseluruhan Studi ini dilaksanakan Jenis data yang digunakan dalam studi ini
selama 10 bulan, sejak Juni 2015 hingga adalah data primer dan sekunder. Data
Maret 2016. Tahapan penelitian lapangan primer diambil dari hasil wawancara dan
(field study) dilakukan di empat daerah, Focus Group Discussion (FGD) dengan
yakni Kota Medan, Kota Surabaya, Kota stakeholders terkait. Sedangkan data
Makassar, dan Kabupaten Jeneponto yang sekunder adalah data produk peraturan
dilaksanakan pada bulan Agustus dan perundang-undangan di tingkat daerah
September 2015. Sedangkan, studi di Kota dan nasional yang diperoleh dari lembaga
Kediri dan Kabupaten Barru dilakukan yang berwenang seperti bagian hukum
sebagai rintisan atau adalah studi awal pemda, data Jaringan Dokumentasi dan
yang dilakukan KPPOD pada akhir tahun Informasi Hukum Kementerian Hukum dan
2014. HAM RI, dan berbagai sumber lainnya.

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 13


14
4. Dampak Regulasi Perizinan Nasional di Daerah

Bab ini membahas tahapan pemetaan dan peraturan kebijakan. Menggunakan


regulasi dan review regulasi yang terbagi baseline tersebut, dilakukan filter
ke dalam dua sub bab yaitu pertama, pertama dan kedua. Maka dihasilkan 70
pemetaan regulasi yang dilakukan regulasi yang akan dianalisis lebih untuk
berdasarkan ruang lingkup dan izin menemukan kebermasalahan regulasinya.
memulai usaha yang diselenggarakan Dalam regulasi izin memulai usaha,
di 6 wilayah studi. Kedua, analisis banyak regulasi nasional yang diterbitkan
regulasi berdasarkan daftar pertanyaan oleh kementerian sektoral. Hasil kedua
kebermasalahan regulasi dan analisis filter tersebut menunjukkan kecenderungan
substansi izin. yang sama, dimana Peraturan Menteri
(Permen) masih mendominasi regulasi
Regulasi yang dianalisis pada bab ini perizinan. Banyaknya Permen perizinan
merupakan produk hukum nasional yang tersebut merupakan bagian dari
berlaku umum yakni berupa peraturan peraturan pelaksana regulasi dan memuat
perundang-undangan (regeling) dan beberapa Norma Standar Prosedur dan
peraturan kebijakan (beleidsregel) yang Kriteria (NSPK) yang menjadi acuan
masih berlaku. Kebermasalahan regulasi penyelenggaraan izin di daerah. Pada
yang ditampilkan dalam bab ini memuat Gambar 4.1 dibawah memperlihatkan hasil
tentang konten regulasi dan relasi dengan filter dari analisis regulasi.
izin lain.
70 regulasi dengan berbagai jenis peraturan
perundang-undangan dan peraturan
4.1. Pemetaan Regulasi
kebijakan diklasifikasi ke dalam tiga
Tahapan pemetaan regulasi teridentifikasi ruang lingkup. Berdasarkan pemetaan
sebanyak 180 regulasi nasional yang terdiri ruang lingkup tersebut, jumlah regulasi
dari peraturan perundang-undangan terbanyak berada pada cakupan izin

Gambar 4.1 Bagan Filterisasi Pemetaan Regulasi

Regulasi
Nasional
180 Regulasi
Nasional
70 Regulasi
UU (35) Nasional
Filter I: PP (33)
Ruang Lingkup Perpres (3) Filter II:
UU (13)
Kepres (5) Implementasi
PP (7)
Permen (90) Daerah Perpres (2)
Kepmen (14) Permen (43)
Kepmen (5)

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 15


Grafik 4.1 Jenis Peraturan Perundang-Undangan Filter II

pendirian badan usaha (58). Kebijakan ini usaha kecil serta menengah. Setelah proses
bertransformasi menjadi izin-izin yang pengurusan izin tersebut, maka pengusaha
harus diurus oleh pengusaha di daerah. diminta mengurus izin sesuai dengan
Hal ini tentunya dapat menghambat bidang usahanya, seperti izin optik, izin
berkembangnya iklim investasi daerah makanan, dll. Izin usaha yang dimaksud
yang kondusif, karena sebelum usaha terdiri dari:
beroperasi, para usahawan harus dibebani
A. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
dengan banyaknya prosedur pengurusan
dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP):
izin. Untuk membangkitkan perekonomian
Dokumen wajib yang digunakan dalam
daerah, maka reformasi deregulasi
mendirikan kegiatan usaha di bidang
nasional menjadi sebuah harapan untuk
perdagangan. Dokumen ini juga akan
dapat diwujudkan. Grafik 4.1 menampilkan
menjadi prasyarat ketika mengurus izin
peraturan perundangan filter II.
sektoral.
B. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda
4.2. Analisis Kebermasalahan Regulasi
Daftar Industri (TDI):
dan Substansi Izin
Izin ini digunakan untuk mendirikan
Pada tahapan ini analisis atas pertanyaan suatu badan usaha di bidang industri.
regulasi dilakukan berdasarkan hasil
C. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK):
dari dua domain yakni: (1) identifikasi
Izin ini sebagai legalitas pendirian
pertanyaan yang berkaitan dengan
usaha mikro dan kecil.
legal yuridis, untuk menentukan tingkat
kebermasalahan regulasi; dan (2) D. Izin Usaha Sektoral (terdiri dari
identifikasi substansi izin yang digunakan berbagai sektor usaha, seperti
untuk menjawab check list substansi izin. kesehatan, pendidikan, pariwisata dll):
Analisis dilakukan terhadap 70 regulasi Izin-izin usaha sektoral di daerah
nasional sesuai dengan tiga fokus ruang merupakan izin-izin dasar untuk dapat
lingkup izin memulai usaha. beroperasinya suatu usaha di daerah.

Pada sub bab ini akan ditampilkan hasil


4.2.1. Izin Pendirian Badan Usaha Baru
analisis masing-masing izin beserta
Izin awal yang harus diurus sebelum regulasi dan dampaknya di daerah.
perusahaan berdiri hingga beroperasi
dimulai dengan izin primer seperti izin A. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
perdagangan, izin perindustrian dan izin dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

16
SIUP merupakan surat izin awal yang mengartikan TDP sebagai izin. Berdasarkan
harus diurus ketika pelaku usaha nomenklaturnya yang termasuk
melaksanakan kegiatan perdagangan. pendaftaran seharusnya tidak disamakan
Kegiatan perdagangan yang dimaksudkan dengan izin yang berfungsi sebagai
merupakan kegiatan usaha yang bertujuan pengendalian. TDP juga tidak diurus ketika
untuk memperjualbelikan barang dan jasa. memulai sebuah usaha, namun 3 bulan
SIUP ini biasanya diasosiakan bersama setelah usaha tersebut beroperasi (Pasal 10
TDP yang menjadi surat tanda pengesahan UU 3/1982 dan Pasal 2 ayat 2 Permendag
yang diberikan oleh Kantor Pendaftaran 37/2007). Untuk itu TDP seharusnya
Perusahaan kepada perusahaan dikeluarkan dari izin memulai usaha. TDP
perdagangan yang telah melakukan dibutuhkan oleh Kemendag sebagai data
pendaftaran perusahaan. sektor usaha yang berjalan di Indonesia,
data tersebut menjadi rujukan bagi investor
Hasil analisis regulasi diketahui terdapat asing maupun domestik ketika berencana
kesamaan duplikasi persyarataan melakukan investasi di Indonesia.
dalam pengurusan SIUP dan TDP. Dua
izin tersebut mengatur pengurusan izin Merujuk pandangan Kemendag tersebut
untuk empat jenis usaha yang terdiri dari dapat disimpulkan bahwa TDP berada
Perseroan Terbatas (PT), koperasi, CV dan pada fungsi pendaftaran yang dibutuhkan
Firma, perusahaan perseorangan. Terdapat oleh penyelenggara izin. Kebutuhan
empat duplikasi persyaratan izin untuk database atas usaha di Indonesia menjadi
pendirian PT, dua duplikasi persyaratan penting, namun tidak juga dibebankan
izin untuk pendirian koperasi, dan untuk kepada pemohon. Pendataan tersebut
CV dan usaha perorangan terdapat satu mungkin dapat dilakukan dengan
duplikasi persyaratan. Selain duplikasi melampirkan formulir TDP dalam SIUP
persyaratan, pada dasarnya ada esensi atau juga memfungsikan PTSP sebagai
informasi yang disampaikan dalam lembaga yang juga bertugas untuk
dokumen tersebut memiliki kesamaan mengupdate database tersebut.
yakni mengenai informasi perusahaan.
Dengan demikian SIUP dan TDP membuka Keberadaan SIUP dan TDP juga
ruang untuk dapat digabungkan. dikeluhkan oleh pengusaha di daerah.
Untuk memperoleh SIUP dan TDP
Berdasarkan regulasi, fungsi TDP terdapat pengusaha Kota Surabaya harus mengurus
dalam SIUP, dimana berlaku sebagai pendaftaran asosiasi usaha, dimana
legalitas usaha dan informasi perusahaan. menjadi anggota asosiasi juga dikenakan
Fungsi kedua izin tersebut seharusnya biaya. Sedangkan ketika mengurus ke
dapat secara simultan melekat pada satu pihak asosiasi juga mempersyaratkan SIUP
jenis izin, yakni fungsi legalitas usaha dan TDP. Maka kedua izin tersebut sedikit
dan informasi perusahaan. Secara teknis membingungkan, karena tidak jelas mana
formulir SIUP yang diterbitkan oleh PTSP yang harus diurus terlebih dahulu.
memuat kolom data pemilik beserta lokasi
usahanya, bahkan juga nomor NPWP. TDP masih mengandung fungsi budgeter.
Untuk itu, ketika ketika mengurus SIUP, Meninjau UU No. 28 Tahun 2009 tentang
petugas PTSP secara otomatis mencatatnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
sebagai pendaftaran perusahaan. yang bersifat closed list (menutup adanya
pungutan lain selain dengan apa yang telah
TDP adalah tanda daftar perusahaan diatur di dalam UU 28/2009) TDP bukanlah
bukan bagian dari izin. Menurut termasuk objek pungutan retribusi daerah.
Kementerian Perdagangan Direktorat Praktek di daerah juga sudah tidak
Bina Usaha, selama ini daerah salah mengutip biaya apapun atas pengurusan

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 17


Tabel 4.1 Fungsi Budgeter dalam Regulasi TDP

Regulasi Fungsi Budgeter

Undang-undang No.3 Pasal 30


Tahun 1982 Tentang Wajib Setiap perusahaan yang didaftarkan dikenakan biaya
Daftar Perusahaan (WDP) administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 31
Besarnya biaya administrasi untuk memperoleh salinan
atau petikan resmi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
Undang-undang ini ditetapkan oleh Menteri.

Peraturan Menteri Pasal 23 ayat (1)


Perdagangan Republik (1) Setiap perusahaan yang melakukan pembaharuan TDP,
Indonesia Nomor: dikenakan biaya administrasi paling tinggi sebesar:
37/M-DAG/PER/9/2007 a) Perseroan Terbatas Rp. 500.000,-
Tentang Penyelenggaraan b) Koperasi Rp. 100.000,-
Pendaftaran Perusahaan. c) Persekutuan Komanditer (CV) Rp. 250.000,-
d) Persekutuan Firma (Fa) Rp. 250.000,-
e) Perusahaan Perorangan Rp. 100.000,-
f) Bentuk Usaha Lainnya Rp. 250.000,- dan
g) Perusahaan Asing Rp. 1.000.000,-

TDP. Namun, keberadaan regulasi pada Jeneponto, Kabupaten Barru, Kota Kediri,
tingkat undang-undang (UU No.3 Tahun Kota Makassar sudah memudahkan
1982) maupun pada tingkat peraturan pengurusan SIUP dan TDP secara pararel.
menteri (Permendag No.37/2007) masih Berikut juga Kota Surabaya dan Kota
dapat dilihat kandungan fungsi budgeter Medan yang membuat sistem izin paket
izinnya. Ketentuan budgeter di dalam untuk memudahkan pemohon dalam
kedua peraturan tersebut seharusnya gugur mengurus keduanya. Penyederhaan ini
dengan diterbitkannya UU 28/2009 atas akan memangkas persyaratan dan juga
dasar lex posteriore derogat legi priori. lama waktu penerbitan SIUP dan TDP.
Namun, ketentuan tersebut perlu untuk Pada tabel 4.2 disamping, tersajikan
direvisi agar tidak memicu terjadinya dampak regulasi nasional terhadap daerah.
kesalahpemahaman bagi pemda dalam
melakukan penarikan pungutan. B. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda
Daftar Industri (TDI)
Inovasi penyederhanaan prosedur
pengurusan SIUP dan TDP telah Untuk sektor perindustrian, ketika memulai
dipraktekkan di 6 daerah penelitian. Pemda usaha membutuhkan Izin Usaha Industri
mengimplementasikan amanat regulasi (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI).
untuk penerbitan SIUP dan TDP, mengingat Perbedaan dari kedua dokumen tersebut
keduanya juga merupakan dokumen adalah skala usahanya. IUI merupakan
yang penting dalam kepengurusan kredit izin dengan nilai investasi perusahaan
usaha di perbankan. Namun, hal ini tidak mulai dari Rp 200.000.000,- Sedangkan
menutup semangat dalam melakukan TDI memiliki nilai investasi dibawah Rp
reformasi perizinan di daerah. Kabupaten 5.000.000,-.

18
Tabel 4.2 Implikasi Regulasi Nasional SIUP dan TDP di Daerah

Jenis Izin Regulasi Nasional Implikasi di Daerah

Surat Izin Usaha Permendag No.36 Tahun ✓ Terbitnya peraturan


Perdagangan (SIUP) 2007 -> Permendag No.46 daerah yang
Tahun 2009 -> Permendag melegitimasi SIUP
No.39 Tahun 2011 Tentang sebagai izin usaha
Penerbitan SIUP perdagangan
✓ Pelaku usaha yang ingin
memperdagangkan
usahanya wajib
mengurus SIUP
✓ Untuk mengurus SIUP
membutuhkan waktu
rata-rata 3 hari kerja.
✓ Menjadi persyaratan
pengurusan kredit usaha
di perbankan

Tanda Daftar Perusahaan UU No. 3 Tahun 1982 ✓ Terbitnya peraturan


(TDP) Tentang Wajib Daftar daerah yang
Perusahaan (WDP) melegitimasi TDP
sebagai izin usaha
perdagangan
Permendag No.37
✓ Setiap usaha
Tahun 2007 Tentang
perdagangan diwajibkan
Penyelenggaraan
mengurus TDP
Pendaftaran Perusahaan.
✓ Untuk mengurus SIUP
membutuhkan waktu
rata-rata 3 hari kerja.
✓ Menjadi persyaratan
pengurusan kredit usaha
[hanya untuk skala
tertentu] di perbankan

Permendag No.77 Tahun ✓ Terbitnya peraturan


2013 Tentang Penerbitan walikota terkait dengan
SIUP dan TDP Secara tata cara pengurusan
Simultan Bagi Perusahaan SIUP dan TDP secara
Perdagangan simultan
✓ Pengurusan secara
simultan memungkinkan
kedua surat tersebut
untuk diurus secara
pararel dan paket.

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 19


Regulasi IUI dan TDI masih memuat fungsi Peraturan Pemerintah No.13/1995 serta
budgeter. Dalam Permenrindag No.41/2008 Permenrindag No.41/2008.
untuk pengurusan kedua izin tersebut
masih mencantumkan biaya administrasi Substansi TDI sudah terdapat dalam IUI.
pada satu kali waktu penerbitan. Biaya Dengan dibaginya IUI dalam 3 skala usaha
tersebut dibagi berdasarkan kewenangan maka secara otomatis fungsi TDI ada
yaitu untuk TDI yang diterbitkan oleh di dalamnya. Untuk itu tidak perlu lagi
bupati/walikota paling banyak Rp menyebutkan pelaksanaan TDI baik dalam
200.000,- sedangkan untuk IUI paling regulasi dan juga pelaksanaan di daerah.
banyak Rp 500.000,-. Untuk IUI yang Substansi ini bisa di lihat pada tabel 4.3.
diterbitkan oleh Menteri/Gubernur paling
banyak Rp 750.000,- dan untuk izin C. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK)
perluasan yang dikeluarkan Menteri/
Gubernur/Bupati/ Walikota paling Berdasarkan regulasinya, IUMK
banyak Rp 500.000,-. Untuk itu, sebaiknya diselenggarakan dalam rangka
ketentuan dalam Permen tersebut memberikan pembinaan dan kemudahan
seharusnya segera dihapus karena sudah atas pendirian usaha mikro dan kecil di
tumpang tindih dengan UU No.28/2009 Indonesia. Hal ini dipertegas lagi di dalam
dan dari sisi implementasi sudah tidak lagi Permendagri No. 83 Tahun 2014 bahwa
digunakan oleh Pemda. IUMK merupakan suatu bentuk izin yang
diperlukan untuk mendapatkan kepastian
Keberadaan TDI sudah tidak relevan dan perlindungan dalam berusaha dilokasi
dengan lahirnya UU No.3/2014. Dalam yang telah ditetapkan, pendampingan
UU tersebut hanya menyebutkan 2 izin, pengembangan usaha, kemudahan dalam
yaitu Izin Usaha Industri (IUI) dan Izin akses pembiayaan ke lembaga keuangan
Usaha Kawasan Industri (IUKI). IUI bank dan non-bank dan mendapatkan
terbagi menjadi 3 skala yaitu: IUI Kecil, kemudahan dalam pemberdayaan dari
IUI Menengah, dan IUI Besar. Penentuan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
skala tersebut ditetapkan berdasarkan lembaga lainnya.
nilai investasi dan tenaga kerja. Dengan
diberlakukannya regulasi tersebut, Terdapat kewenangan delegatif terkait
maka secara otomatis TDI tidak relevan pengurusan IUMK yang diberikan kepada
untuk diimplementasikan. Peraturan camat dan/atau lurah. Melalui Perpres
pelaksana terbaru akan dibuat untuk No.98/2014 dan Permendagri 83/2014
merespon keberadaan UU No.3/2014 mengatur mengenai pendelegasian
dan sekaligus akan merevisi isi dari wewenang penyelenggaraan IUMK

Tabel 4.3 Implikasi Regulasi Nasional IUI dan TDI di Daerah

Jenis Izin Regulasi Nasional Implikasi di Daerah

Izin Usaha UU No. 3 Tahun 2014 tentang • Terbitnya peraturan daerah


Industri (IUI) & Perindustrian yang melegitimasi IUI dan
Tanda Daftar TDI sebagai izin usaha
PP No.13 Tahun1995 tentang Izin
Industri (TDI) bidang perindustrian
Usaha Industri
• Terbitnya peraturan walikota
Permenrindag No.41 Tahun 2008 terkait pelaksanaan dan tata
tentang Ketentuan dan Tata cara cara pemberian IUI dan TDI
Pemberian IUI, Izin Perluasan dan TDI

20
kepada camat. Sedangkan dalam (legal preventive) seperti yang terdapat
peraturan yang sama, camat juga dapat di banyak izin. Untuk memperoleh akses
mendelegasikan kepada lurah dan desa kredit bank juga mempersyaratkan SIUP
dengan mempertimbangkan karakteristik sehingga terjadi duplikasi izin. Dan untuk
wilayah. Adanya ketentuan tersebut pembinaan usaha merupakan kepentingan
tentunya menambah prosedur birokrasi dari Pemda agar Usaha Kecil dan
yang harus dilalui oleh pemohon. Selain itu Menengah (UKM) mendapatkan penguatan
mengakibatnya terjadinya tumpang tindih kapasitas. Fungsi IUMK memungkinkan
kewenangan perizinan. Mengingat seluruh untuk digantikan dengan surat pernyataan
izin-izin usaha sudah menjadi kewenangan yang diterbitkan oleh Dinas terkait untuk
PTSP. Keberadaan wewenang yang melegitimasi keberadaan UKM tersebut.
didelegasikan tersebut juga dikeluhkan Tabel 4.4 dibawah menunjukkan hal ini.
oleh Kepala Kantor PTSP Kabupaten
Jeneponto, dimana beliau juga merasa D. Izin-Izin Usaha Sektoral
kesulitan untuk membagi tugas ketika
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Pengertian izin-izin usaha sektoral yang
dianalisis adalah izin usaha masing-
Keberadaan IUMK memungkinkan masing bidang dengan mengecualikan SIUP
terjadinya benturan dengan SIUP Kecil. dan TDP. Bidang yang dimaksud seperti
IUMK yang bergerak dalam bidang kesehatan, pariwisata, perhubungan,
perdagangan tentunya akan diminta untuk perikanan, ketenagakerjaan, dll. Tujuan
mengurus SIUP kecil sebagai izin untuk dari diterbitkannya regulasi tersebut juga
menjalankan usaha perdagangan. Dalam memiliki banyak varian sesuai dengan
hal ini tentunya akan terjadi duplikasi sektor usaha yang dimaksud.
izin yang berdampak pada panjangnya
prosedur dalam memulai usaha. Untuk itu Berdasarkan analisis regulasi ditemukan
keberadaan IUMK memungkinkan untuk kesamaan esensi fungsi dari seluruh izin
dapat digabungkan dengan SIUP. sektoral. Hasil analisis regulasi terdapat
kesamaan kata dalam kolom fungsi izin.
Tujuan IUMK bukan bersifat izin. Seperti Fungsi yang tertulis memuat tentang
yang telah disampaikan sebelumnya mutu produk, perlindungan terhadap
bahwa semangat IUMK adalah sebagai masyarakat, peningkatan kualitas
perlindungan hukum, pembinaan usaha pelayanan, pembinaan usaha, dan legalitas
dan juga akses kredit. Fungsi tersebut usaha. Dengan adanya kesamaan esensi
tidak menyebutkan hal krusial yang dari masing-masing izin memungkinkan
berkaitan dengan pengawasan usaha untuk izin tersebut disatukan.

Tabel 4.4 Implikasi Regulasi Nasional IUMK di Daerah

Jenis Izin Regulasi Nasional Implikasi di Daerah

Izin Usaha Perpres No.98 Tahun 2014 • Terbitnya peraturan walikota/bupati yang
Mikro dan Tentang Perizinan untuk melegitimasi IUMK sebagai izin usaha
Kecil Usaha Mikro dan Kecil untuk skala menengah dan kecil
• Menambah proses birokrasi pengurusan
Permendagri No. 83
IUMK melalui Camat dan/atau Lurah
Tahun 2014 Tentang
• Terjadi kerancuan kewenangan penerbitan
Pedoman Pemberian Izin
izin antara PTSP, Camat dan/atau Lurah.
Usaha Mikro dan Kecil

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 21


Penggabungan izin atau nomenklatur izin produk hukum di tingkat daerah yang
akan memangkas prosedur pengurusan mencerminkan aspirasi masyarakat daerah
izin pendirian badan usaha baru. melalui representasi dan partisipasi dalam
mengatur wilayahnya sendiri. Untuk
Terdapat izin tanpa dilandasi Peraturan itu keberadaan Perda tentunya akan
Daerah (Perda). Berdasarkan fungsi izin mengakomodir hak-hak masyarakat.
dan juga urgensi izin dimana terdapat Namun, pada beberapa daerah studi masih
dua pihak yang terlibat subjek dan objek. ditemukan izin tanpa dilandasi Perda. Izin
Dalam hal ini berkaitan dengan Pemda tanpa dilandasi peraturan daerah bisa
sebagai regulator dan pengusaha sebagai dilihat dalam tabel 4.5 dibawah.
salah satu aktor yang melaksanakan
aturan tersebut. Maka dalam aktivitas Regulasi perizinan di tingkat nasional
kegiatan perizinan pun harus memiliki tersebar secara sektoral mengakibatkan
landasan hukum. Peraturan daerah (Perda) banyaknya jenis izin di daerah. Banyaknya
dalam konteks perizinan merupakan jenis izin yang dikelola Pemda berawal dari
acuan untuk menerbitkan satu jenis izin regulasi nasional yang memandatkan izin
tertentu dan juga dalam melakukan melalui peraturan menteri. Konsekuensi
penataan lebih lanjut. Perda merupakan dari banyaknya penerbitan Permen

Tabel 4.5 Izin Tanpa dilandasi Perda


Kota Medan Kota Makassar Kabupaten Jeneponto

1. Izin Kerja Petugas 1. Izin usaha industry 1. Izin Usaha Jasa


Kesehatan 2. Tanda daftar industry Konstruksi
2. Izin Optik 3. Tanda daftar gudang 2. SIUP dan TDP
3. Izin pengelolaan 4. Izin usaha pusat 3. Surat Izin Tempat Usaha
pengeboran, Pengambilan perbelanjaan 4. Izin Lokasi
Dan Pemanfaatan Air 5. Izin Usaha Pasar 5. Izin Lingkungan
Bawah Tanah Modern 6. Izin Tenaga Kesehatan
4. Izin Operasional Sekolah 6. Izin Usaha Pengelolaan 7. Izin Sarana Pasarana
5. Izin Pendidikan Non Pasar Traditional Kesehatan
Formal 7. Izin sarana kesehatan 8. Perpanjangan Imta
6. Izin TPS (tempat 8. Izin tenaga kesehatan 9. Izin Usaha Mikro Dan
penyimpanan sementara) 9. Izin rumah sakit Kecil
7. Izin Usaha Jasa 10. Izin klinik
Konstruksi 11. Izin apotek
8. Izin reklame (khusus 12. Izin optic
reklame papan/billboard/ 13. Izin penyelenggaraan
videotron/megatron) Pendidikan Layanan
9. Izin Lingkungan (SPPL, Khusus
AMDAL) 14. Izin Pendidikan anak
10. IMTA usia dini (PAUD) izin
11. Izin Usaha Warnet kelompok bermain, izin
12. Izin Usaha Kendaraan taman kanak-kanak,
bermotor izin play over
15. Izin Pendirian
Pendidikan Non Formal

22
membuat daerah harus menjalankan dengan pendirian lembaga pendidikan
mandat sesuai dengan fungsi delegatif adalah instansi yang ditunjuk oleh Bupati/
yang disebutkan pada pasalnya. Menurut Walikota, dalam hal ini sudah jelas
ahli hukum Universitas Airlangga (Ibu Lilik disebutkan melalui Perda No. 7 Tahun
Pudjiastuti) menyatakan bahwa sumber 2013 bahwa segala bentuk perizinan sudah
kekacauan perizinan di daerah berada menjadi tupoksi BPTPM. Hal yang sama
di tingkat pusat. Daerah tidak berani juga terjadi pada Kabupaten Jeneponto,
melampaui kewenangan diatasnya, namun berdasarkan hasil temuan di lapangan
Permen memungkinkan untuk melakukan diketahui bahwa masih ada izin yang
penunjukan langsung. Untuk menjalankan dikeluarkan oleh SKPD teknis diantaranya,
aturan tersebut Pemda juga membuat izin operasional dan pendirian sekolah
peraturan daerah yang menjadi turunan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan.
peraturan diatasnya.
Dua puluh tujuh (27) izin sektoral yang
Tafsir terhadap peraturan nasional oleh didelegasikan kepada daerah bersumber
SKPD, bahwa SKPD berhak menerbitkan dari 26 Permen dan 5 Undang-undang.
izin yang langsung mengacu pada UU/ Izin yang terdaftar dalam izin sektoral
PP/Permen/Perpres. Mengacu pada UU tidak termasuk izin yang telah dianalisis
No.23 tahun 2014 tentang Pemerintah sebelumnya (SIUP, TDP, IUI, TDI dan
Daerah, pemda dapat melaksanakan IUMK). Banyaknya izin yang terdapat di
penyelenggaraan urusan yang daerah jelas dipengaruhi oleh regulasi
diamanatkan melalui kementerian dan nasional. Untuk itu, titik poin yang dituju
lembaga pemerintahan nonkementerian. untuk memperbaiki penyelenggaraan
Dalam konteks perizinan, beberapa izin di perizinan adalah dengan mengkaji dan
daerah masih menggunakan acuan Permen melihat kembali regulasi yang sekiranya
dalam menyelenggarakan izin. Padahal tumpang tindih sehingga tidak perlu lagi
telah tertulis pada Perpres No.97 tahun dipertahankan. Bisa dilihat dalam tabel 4.6
2014 yang menegaskan bahwa seluruh di halaman selanjutnya.
pelaksanaan dan penerbitan izin di daerah
telah dilimpahkan pada PTSP. Izin sektoral dapat dikelompokkan dalam
SIUP. Pengelompokan izin dilakukan
Ketentuan berkaitan dengan NSPK ternyata dengan cara menyatukan izin-izin yang
masih dilaksakan oleh Dinas kesehatan memiliki fungsi yang sama ke dalam satu
dan Dinas Pendidikan Kota Makassar dan jenis izin. Pengelompokan ini dilakukan
Kabupaten Jeneponto. Dinas Kesehatan tanpa mengurangi atau menghapus
masih menerbitkan izin rumah sakit (Kelas substansi dari izin tersebut. Seperti izin–izin
C dan E) dan rekomendasi izin rumah sakit yang bersifat sektoral dijadikan keterangan
(Kelas B). Penerbitan izin tersebut mengacu jenis izin. Contoh izin yang dikelompokkan
kepada Pasal Peraturan Menteri Kesehatan dapat dilihat dari penyederhanaan jenis
RI No.147/Menkes/Per/I/2010 tentang izin yang dilakukan di Kabupaten Barru.
Perizinan Rumah Sakit. Seperti, semua izin usaha yang termasuk
dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Acuan tafsir berdasarkan NSPK juga Indonesia (KBLI) dikelompokkan dalam
dialami oleh Dinas Pendidikan Kota SIUP. Izin yang dikelompokkan dalam
Makassar. Dinas Pendidikan masih SIUP seperti izin usaha obat hewan di
menerbitkan izin terkait dengan pendirian tingkat depo, toko, kios dan pengecer obat
lembaga pendidikan. Landasan hukum hewan, poultry shop dan pet shop, izin
yang digunakan adalah Permen No. 36 usaha budidaya hewan kesayangan, izin
Tahun 2014. Padahal dalam peraturan usaha alat angkut atau transportasi produk
tersebut, yang menerbitkan izin terkait peternakan.

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 23


Tabel 4.6 Dampak Regulasi Nasional Terhadap Izin di Daerah

Bidang/ Kewenangan
Regulasi Nasional Izin di Daerah
Sektor Delegatif
Kesehatan 1 Undang-Undang, 1. Izin Saran Dan Penunjukkan
5 Peraturan Menteri, Prasarana Kesehatan langsung Dinas
1 Keputusan Menteri 2. Izin Rumah Sakit kesehatan sebagai
3. Izin Optik Penyelenggaran
4. Izin Apotek izin kesehatan
5. Izin Klinik
6. Izin RS Tipe C
7. Izin Balai Pengobatan
8. Surat Izin
Penyelenggaraan Klinik
Utama
9. Surat Izin
Penyelenggaraan Klinik
Pratama
10. Surat Izin
Penyelenggaraan Toko
Obat
11. Surat Izin
Penyelenggaraan Institusi
Penguji Alat Kesehatan
12. Surat Izin Toko Alat
Kesehatan
13. Surat Rekomendasi
Rumah Sakit Umum/
Rumah Sakit Khusus
Kelas A Dan B

Pariwisata 1 Undang-Undang, 1. Tanda Daftar Usaha


13 Peraturan Menteri Pariwisata Untuk Sektor:
• Tata Cara
Pendaftaran Jasa
Perjalanan
• Penyediaan
Akomodasi (Hotel)
• Usaha Jasa Makanan
Dan Minuman
• Usaha Kawasan
Pariwisata
• Transportasi Wisata
• Daya Tarik Wisata

24
Bidang/ Kewenangan
Regulasi Nasional Izin di Daerah
Sektor Delegatif
• Kegiatan Hiburan
Dan Rekreasi
• Usaha Jasa
Pramusitas
• Usaha Informasi
Pariwisata
• Wisata Tirta
• SPA
2. Izin Usaha Pariwisata

Perhubungan 1 Undang-Undang, 1. Izin Trayek


1 Peraturan 2. Izin Trayek
Pemerintah, 3. Izin Usaha Angkutan
1 Keputusan Menteri 4. Izin Operasi
5. Izin Insidentil

Perdagangan 1 Undang-Undang, 1. Izin Tempat Penjualan


1 Peraturan Minuman Beralkohol
Pemerintah, 2. Izin Usaha Pusat
1 Peraturan Presiden, Perbelanjaan
4 Peraturan Menteri 3. Izin Usaha Pasar Modern
4. Izin Usaha Pengelolaan
Pasar Traditional
5. Izin Usaha Toko Modern
(IUTM)
6. Surat Tanda Pendaftaran
Waralaba (STPW)

Perikanan 2 Undang-Undang 1. Izin Usaha Perikanan


1 Peraturan (budidaya)
Pemerintah
4 Peraturan Menteri

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 25


Tahapan Penyederhanaan Jenis Izin di Daerah

  
Izin sektoral dapat digabungkan sebagai dalam Peraturan Menteri mengakibatkan
bagian dari penyederhanaan jenis izin. kerancuan implementasi di daerah.
Penggabungan izin adalah beberapa Beberapa dari izin tersebut memuat
izin yang tadinya terpecah-pecah di esensi pendaftaran dan menjadi tugas
banyak sektor dan mengatur hal yang dari penyelenggara izin, bukan tanggung
sama dijadikan satu. Berbeda dengan jawab pemohon. Untuk itu, jika ada
pengelompokan izin, menggabungkan izin izin yang memuat fungsi pendaftaran
tidak mencantumkan keterangan jenis memungkinkan untuk dilakukan
dalam izin tersebut. Tabel 4.7 merupakan penyederhanaan prosedur, seperti
implementasi penggabungan izin di pendaftaran secara online. Atau juga
Kabupaten Jeneponto dan Kota Kediri. disederhanakan jenis izinnya melalui
penggabungan seluruh izin menjadi satu
Banyaknya regulasi sektoral pada izin izin. Sehingga pelaksanaan perizinan tidak
pendirian badan usaha yang diatur membebani pelaku usaha.

Tabel 4.7 Penggabungan izin di Kabupaten Jeneponto dan Kota Kediri

No. Sebelum Penyederhanaan Sesudah Penyederhanaan

Kabupaten Jeneponto

1. Tanda daftar perusahaan (TDP)


2. Tanda daftar gudang (TDG)
Tanda daftar perusahaan (TDP)
3. Tanda daftar usaha pariwisata (TDUP)
4. Tanda daftar industri (TDI)
5. Izin usaha industri (IUI)
Surat izin usaha perdagangan
6. Surat izin usaha perdagangan (SIUP)
(SIUP)
7. Izin penyadapan getah pinus (Gondorukem)
8. Surat izin praktek dokter (SIP)
9. Surat izin kerja (SIK) perawat
10. Surat izin praktek (SIP) perawat
11. Surat izin kerja (SIK) bidan Izin tenaga kesehatan
12. Surat Izin praktek (SIP) bidan
13. Surat izin kerja (SIK) perawat gigi
14. Surat izin praktek (SIP) perawat gigi

26
No. Sebelum Penyederhanaan Sesudah Penyederhanaan

15. Surat izin kerja (SIK) apoteker


16. Surat izin praktek (SIP) apoteker
17. Surat izin tenaga kerja teknis kefarmasian Izin tenaga kesehatan
(SIKTTK)
18. Surat izin kerja (SIK) refraksionis optisen
19. Surat izin apotek / apotek rakyat
20. Surat izin penyelenggara optikal (SIPO)
21. Usaha mikro obat tradisional (UMOT)
22. Sertifikat produksi pangan industri rumah
tangga (P-IRT) Izin sarana prasarana kesehatan
23. Sertifikat laik sehat (SLS)
24. Izin mendirikan rumah sakit
25. Izin operasional rumah sakit
26. Izin klinik
27. Izin usaha perikanan budidaya ikan air tawar
28. Izin usaha perikanan budidaya ikan air payau Izin usaha perikanan
29. Izin usaha perikanan pengangkutan ikan
Kota Kediri

1. Izin Usaha Toko Obat Hewan Izin Usaha Toko Obat dan
2. Izin Usaha Makanan Ternak Makanan Ternak

3. Izin Pendirian Penyelenggaraan LPK


4. Izin Perpanjangan Penyelenggaraan LPK
Izin Penyelenggaraan Lembaga
5. Tanda Daftar LPK Pelatihan Kerja dan Kursus
6. Ijin Penyelenggaraan Lembaga Pelatihan Kerja
dan Kursus
7. Ijin penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar
Masayarakat (PKBM)
8. Ijin Operasional Penyelenggaraan Taman Bacaan
Masayarakat
Izin Pendirian Satuan
9. Ijin Operasional PAUD (Kelompok Belajar) Pendidikan Non Formal
10. Ijin Operasional PAUD (Taman Kanak Kanak)
11. Ijin Operasional PAUD (Tempat Penitipan Anak)
12. Ijin Operasional PAUD (Satuan Paud Sejenis)

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 27


4.2.2. Izin Tempat Usaha dipersyaratkan namun tidak memiliki
dasar hukum yang jelas mengenai
Dokumen izin berikutnya yang berkaitan
keberlakuannya.
dengan pendirian usaha adalah izin-
izin tempat usaha. Izin tempat usaha
Pemberian rekomendasi izin dan birokrasi
bertujuan untuk menjelaskan mengenai
kelurahan/kecamatan yang cukup lama,
tempat beroperasinya suatu usaha
rawan penyimpangan dan tidak memiliki
ataupun domisili dari tempat usaha
standar waktu. Proses perizinan usaha
tersebut. Dokumen ini menjadi penting
masih mengunakan dokumen Surat
untuk dipersyaratkan dalam rangka
Keterangan Domisili Usaha (SKDU).
memberikan kepastian bagi pengusaha
Pengurusan SKDU ini dilakukan di
atas tempat beroperasinya usaha di daerah
Kelurahan/Kecamatan sebagai informasi
dan digunakan untuk menjamin adanya
lokasi tempat usaha. Dengan adanya
kesesuaian tempat usaha yang akan
SKDU akan memperpanjang proses
berlangsung. Daftar izin tempat usaha
pengurusan izin dan juga rawan terhadap
terdiri dari:
penyimpangan berupa pungutan liar dan
A. Surat Keterangan Domisili Usaha
standar waktu. Mengingat SKDU sendiri
(SKDU):
tidak memiliki kekuatan hukum berupa
Izin yang dipersyaratkan untuk izin lain
regulasi yang mengatur prosesnya, namun
dan berkaitan dengan domisili usaha.
praktek ini masih banyak dilakukan di
Izin yang diselenggarakan oleh Lurah/
beberapa daerah. Berdasarkan hasil studi
Camat.
yang dilakukan Ombudsman (ORI), potensi
B. Surat Izin Tempat Usaha (SITU):
pungutan liar (pungli) di sejumlah daerah
Izin yang dipersyaratkan untuk izin lain
atas praktik pengurusan Surat Keterangan
dan berkaitan dengan tempat usaha.
Domisili Perusahaan (SKDU/P) ditaksir
Izin yang diselenggarakan oleh Bupati/
bisa mencapai Rp 1,2 miliar per tahun.
Walikota.
C. Izin Gangguan (HO):
Dari segi administrasi, terdapat
Izin yang bertujuan untuk
penyimpangan prosedur dalam
mengidentifikasi dampak yang
pelaksanaan izin, serta tidak ada kepastian
ditimbulkan karena keberadaan
jangka waktu penyelesaian (tergantung
kegiatan usaha. Izin gangguan ini
kehadiran Lurah dan Camat di kantor).
dilengkapi dengan retribusi.
Selain itu, penyelenggaraan perizinan
diluar PTSP merupakan tindakan yang
A. Surat Keterangan Domisili Usaha tidak taat administrasi mengingat
(SKDU) kepengurusan izin di daerah sudah
Pada dasarnya Surat Keterangan Domisili menjadi kewenangan PTSP. Dengan
Usaha (SKDU) ini tidak memiliki dasar menerbitkan aturan pelarangan SKDU
hukum atas keberlakuannya sebagai izin. di tingkat kelurahan dan kecamatan
Dasar hukum dari SKDU hanya muncul akan memperkecil praktek pungli dan
di dalam ketentuan persyaratan izin- memangkas prosedur perizinan usaha.
izin usaha sektoral. SKDU tercantum
di dalam izin usaha sektoral seperti
B. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
di dalam persyaratan surat izin usaha
perikanan yang diatur di dalam ketentuan
SITU dan HO merupakan dua dokumen
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
yang memiliki kaitan yang sama. Pada
Nomor Per.30/Men/2012 tentang Usaha
konteksnya, beberapa daerah masih
Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan
mengunakan SITU dan HO sebagai syarat
Perikanan Negara. Dapat dilihat bahwa
perizinan yang berkaitan dengan tempat
SKDU merupakan suatu jenis izin yang
usaha. Namun, ada praktek daerah

28
yang mengelompokkan SITU dan HO, memungkinkan untuk SITU dihapuskan,
bahkan ada yang secara tegas menghapus karena sudah termasuk dalam fungsi HO.
keberadaan SITU.
SITU dapat menjadi potensi masalah dalam
SITU tidak memiliki dasar regulasi. implementasi izin di daerah. Dampak
Berdasarkan hasil review regulasi, tidak dari kebermasalahan hukum terkait
ditemukan adanya peraturan yang dengan SITU dan HO ditingkat nasional
mengatur tentang SITU baik dari pedoman berpotensi masalah dalam implementasi
maupun dasar penyelenggaraannya. di daerah. SITU masih dipersyaratkan
Namun, di beberapa regulasi perizinan dalam Permen izin sektoral di daerah,
sektoral, menjadi izin yang dipersyaratkan. namun beberapa daerah dalam prakteknya
Dengan demikian izin yang tidak memiliki sudah tidak memberlakukan izin tersebut.
landasan atau acuan peraturan yang jelas Hal, ini akan mengakibatkan terjadinya
tentu menimbulkan ketidakpastian hukum. penyimpangan persyaratan karena tidak
sesuai dengan acuan dalam Permen. Selain
Tumpang tindihnya esensi fungsi dalam itu, penggantian SITU dengan HO akan
SITU dan HO. Berdasarkan praktek di menyebabkan pengurusan SITU menjadi
daerah, karena SITU memiliki kesamaan beretribusi (berdasarkan UU No.28/2009).
dengan HO dari esensi fungsinya, Untuk itu, status SITU yang masih terdapat
maka SITU digabung, dikelompokkan dalam Permen di tingkat nasional perlu
atau dibahkan dihapuskan. Dengan ditinjau ulang atau melakukan revisi atas
adanya kesamaan esensi tersebut maka keberadaan SITU.

Tabel 4.8 Regulasi Izin Sektoral yang Mensyaratkan Surat Izin Tempat Usaha

Izin Tempat Usaha yang


Jenis Izin dan Regulasi Implementasi di Daerah
Dipersyaratkan

Izin Optik (Keputusan Surat Izin Tempat  Kab. Jeneponto: SITU/HO


Menteri Kesehatan No. 1424 Usaha (SITU) atau Surat  Kab. Barru: HO
/MENKES/SK/XI/2002) Keterangan Bebas Izin  Kota Makassar: HO
Tempat Usaha (SBITU)  Kota Kediri: HO
 Kota Surabaya: HO
Surat Izin Usaha
 Kota Medan: HO
Perdagangan Minuman
Beralkohol (SIUP-MB) Surat Izin Tempat Usaha
(Peraturan Menteri (SITU) Minol
Perdagangan Nomor
43/M-DAG/PER/9/2009)
Izin Mendirikan Rumah
Sakit (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 147/ Surat Izin Tempat Usaha
MENKES/PER/I/2010 (SITU)
Tahun 2010 Tentang
Perizinan Rumah Sakit)
Izin Usaha Toko Obat
Hewan (Peraturan Menteri izin lokasi usaha/surat izin
Pertanian Nomor 18/ tempat usaha (SITU);
Permentan/OT.140/4/ 2009

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 29


Izin Tempat Usaha yang
Jenis Izin dan Regulasi Implementasi di Daerah
Dipersyaratkan

tentang Syarat dan Tata Cara


Pemberian Izin Usaha Obat
Hewan;
Izin Usaha Perkebunan
untuk Budidaya (IUPB),
Izin Usaha Perkebunan
untuk Pengolahan (IUPP),
Izin Usaha Perkebunan Surat Izin Tempat Usaha
(IUP) (Peraturan Menteri (SITU)
Pertanian Nomor 98/Per-
mentan/OT.140/9/2013
tentang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan)

D. Izin Gangguan (HO) Undang Dasar ini.”

Izin lain yang terkait dengan tempat usaha Undang-undang Gangguan (HO)
adalah izin gangguan. Izin gangguan dan ini tidak memiliki dasar hukum atas
Izin Tempat Usaha memiliki kesamaan yang keberlakuannya sebagai undang-undang.
cukup esensial terkait dengan lokasi atau Keberadaan UU Gangguan sudah ada
penentuan tempat usaha itu dilakukan.
Sebagaimana pengertian dari izin gangguan
itu sendiri yang memiliki pengertian yaitu Sebagaimana ketentuan Pasal 1 UU
“pemberian izin tempat usaha/kegiatan No. 1 Tahun 1946 bahwa “peraturan-
kepada orang pribadi atau badan di peraturan hukum pidana yang
lokasi tertentu yang dapat menimbulkan sekarang berlaku, ialah peraturan-
bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak peraturan hukum pidana yang ada
termasuk tempat usaha/kegiatan yang pada tanggal 8 Maret 1942” dan Pasal
telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat 6 ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa
atau Pemerintah Daerah” (Pasal 1 Nomor 3 “Nama Undang-undang hukum
Permendagri No. 27 Tahun 2009). pidana "Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsh-Indie" dirobah menjadi
Izin gangguan diatur di dalam Undang- "Wetboek van Strafrecht" dan “Undang-
Undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) undang tersebut dapat disebut : “Kitab
Staatsblad 1926 Nomor 226 sebagaimana Undang-undang hukum pidana".
telah diubah terakhir dengan Staatsblad Dengan demikian, maka sudah diatur
1940 Nomor 450. Regulasi ini dikeluarkan secara tegas bahwa peraturan yang
pada masa pemerintahan kolonial Belanda berlaku sampai saat ini yakni KUHP
dan dipertahankan berdasarkan aturan yaitu peraturan yang ada semenjak
peralihan UUD 1945. Pasal II aturan masa kolonial Belanda. KUHP juga
peralihan menyatakan bahwa “Segala memiliki dasar hukum yang jelas
badan negara dan peraturan yang ada mengenai keberlakuannya sebagai
masih langsung berlaku, selama belum undang-undang.
diadakan yang baru menurut Undang-

30
ketika era penjajahan kolonial, dengan 3. Ketentuan acuan pasal per pasal
status kemerdekaan Indonesia saat ini, tidak efisien. Permasalahan ini dapat
maka keberlakuan dari regulasi ini tentu ditemukan dalam Pasal 14 UU
patut dipertanyakan. Untuk kembali Gangguan yang mengacu kepada enam
menegaskan tentang UU Gangguan (Hinder pasal yang berbeda (Pasal 1, Pasal
Ordonnantie) maka perlu ditegaskan 2, Pasal 3, Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal
kembali keberlakuaannya. Misalnya, dapat 12). Hal ini tentunya menyebabkan
dilihat seperti keberlakuan Kitab Undang- ketentuan norma pada pasal tersebut
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menjadi tidak efisien dan cukup rumit
diberlakukan melalui UU No. 73 Tahun untuk dipahami.
1958 jo. UU No. 1 Tahun 1946.
4. Ketidakpastian ketentuan persyaratan
Ketentuan UU Gangguan tidak tercantum izin gangguan. Berdasarkan Pasal
dalam konsideran UU lainnya. Dalam 4 UU Gangguan hanya disebutkan
UU 28/2009 tentang Pajak Dan Retribusi bahwa izin harus dilampiri dengan:
Daerah dan Permendagri 27/2009 tentang “...keterangan yang seksama, jika
Pedoman Penetapan Izin Gangguan di perlu diterangkan dengan gambar
Daerah tidak dituliskannya UU Gangguan yang teliti tentang tempat yang akan
dalam lembar konsiderannya. Hal ini dibangun itu, juga tentang mesin-
membuktikan bahwa penerbitan dua mesin, perkakas-perkakas dan alat
regulasi tersebut tidak mengacu secara penolong serta cara memasangnya,
langsung terhadap UU Gangguan, untuk demikian pula suatu keterangan tentang
itu memungkinkan UU Gangguan untuk apa yang akan dikerjakan, dibuat,
direvisi atau dihapuskan. dikumpulkan atau disimpan dalam
bangunan itu.” Ketentuan kata “jika
Terdapat ketidakjelasan dan perlu” ini menimbulkan ketidakpastian
ketidaklengkapan yuridis dalam regulasi persyaratan yang harus diajukan dalam
UU HO. Beberapa hal tersebut diantaranya: permohonan izin gangguan.

1. Adanya tujuan atau fungsi regulasi yang Tidak ada penjelasan mengenai unsur
sudah tidak relevan. Di dalam tujuan gangguan dalam Permendagri No.
regulasi maupun di dalam ketentuan 27 Tahun 2009. Dalam persyaratan
UU Gangguan seharusnya tidak izin gangguan tersebut tidak terdapat
berbentuk kalimat negatif. Tujuan izin tujuan yang jelas terkait upaya untuk
dengan bentuk kalimat negatif seperti menghindarkan bahaya, kerugian ataupun
itu bukanlah suatu tujuan tetapi suatu gangguan. Persyaratan dari izin gangguan
bentuk pengecualian yang seharusnya hanya mensyaratkan terkait informasi
berada di dalam ketentuan regulasi. pemilik usaha dan informasi tentang
2. Adanya penggunaan nomenklatur yang perusahaan. Komponen syarat yang tertulis
sudah tidak sesuai. Di dalam ketentuan tidak menyinggung mengenai persyaratan
UU gangguan terdapat nomenklatur- teknis dalam hal penentuan indeks
nomenklatur yang sudah tidak lagi gangguan ataupun tidak ada persyaratan
sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini lain dalam hal penanggulangan atas
seperti penyebutan daerah kotapraja, gangguan yang ditimbulkan.
otonom diluar kotapraja, dewan
harian, ketua dewan otonomi, majelis Tidak ada kejelasan unsur gangguan yang
walikota, dewan pemerintah harian, dalam Permendagri 27/2009 berdampak
DPRD kotapraja, DPRD otonom tingkat pada ketidakjelasan struktur tarif retribusi
II, bezit, dan denda dengan nilai mata HO dalam UU 28/2009 dan hal ini juga
uang gulden. berpengaruh ke daerah. Daerah memiliki

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 31


diskresi untuk menetapkan struktur tarif pada saat itu dilatari belum adanya konsep
retribusi HO beserta gangguan yang tata ruang dan wilayah (RTRW) serta
dimaksudkan. Hal ini dapat berpotensi pemerintahan yang bersifat sentralistik.
menyebabkan ketidakwajaran tarif dalam Maka setiap pengusaha yang mendirikan
melakukan pungutan HO. usaha wajib mengurus izin gangguan/
HO. Namun seiring berjalannya waktu, HO
Fungsi pengawasan lingkungan di HO sudah tak relevan lagi untuk digunakan.
sudah terdapat dalam izin lingkungan. Izin Hal ini disebabkan, antara lain, karena
gangguan sebagaimana diatur berdasarkan sudah ada basis perencanaan tata kota
Pasal 3 ayat (1) Permendagri No.27/2009 melalui RTRW, sehingga peruntukan
menjelaskan bahwa yang termasuk ataupun zona industri dan peruntukan
ke dalam kriteria gangguan adalah lainnya sudah menjadi jelas.
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi.
Kriteria gangguan ini bersifat tumpang Mekanisme syarat persetujuan tetangga
tindih dengan izin lingkungan yang juga dalam HO mengakibatkan polemik.
mensyaratkan dokumen Analisis Dampak Pemberian surat rekomendasi tentang
Lingkungan (AMDAL) dan dokumen persetujuan tetangga juga menuai
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup/ kendala pada 6 daerah studi. Pengusaha
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup di Surabaya merasa proses persetujuan
(UKL/UPL) (UU No.32/2009). Keberadaan tetangga dalam izin gangguan (HO)
dua dokumen kajian lingkungan AMDAL menjadi hal yang menyulitkan. Surat
dan UKL/UPL merupakan kajian persetujuan tersebut didapatkan melalui
mengenai dampak penting suatu usaha proses yang sinkronisasi perangkat
dan/atau kegiatan yang direncanakan kelurahan, Rukun Tetangga/Rukun Warga
terhadap lingkungan hidup. Selain serta warga disekitar tempat usaha. Hal
itu, dokumen tersebut juga digunakan yang lebih kompleks terjadi di Kota Kediri,
untuk pengambilan keputusan tentang salah satu pengusahanya tidak dapat
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. mendirikan usaha karena tetangganya
tidak mengizinkan untuk membuka
Kajian ini memperhatikan dampak atas usaha pada wilayah yang ditinggali.
suatu kegiatan usaha terkait dengan Kejadian tersebut ternyata membuat izin
lingkungan hidup, sosial, budaya serta gangguan dari perusahaan tersebut harus
kesehatan sebagaimana diatur di tertunda selama sepuluh tahun. Untuk
dalam pedoman penyusunan dokumen menyelesaikan kejadian tersebut, Pemkot
lingkungan hidup, Permen LH 16/2012. Kediri membuat peraturan walikota sebagai
Dengan demikian kelengkapan izin turunan Perda izin gangguan. Perwali ini
lingkungan sudah mengakomodir memberikan ketentuan, jika ada terdapat
fungsi izin gangguan, tidak hanya aspek penolokan dari tetangga tanpa alasan yang
lingkungan hidup, sosial dan ekonomi saja jelas, maka pemerintah kota kediri dapat
tetapi termasuk budaya dan kesehatan menerbitkan izin gangguan meskipun tidak
masyarakat. Kesamaan fungsi ini tentu mendapatkan izin tetangga.
memperlihatkan tidak adanya urgensi
atas eksistensi izin gangguan karena telah Sebuah izin merupakan bagian dari
terakomodir melalui izin lingkungan di otoritas Pemerintah/Pemda, berwujud
daerah. suatu ketetapan pemerintah (beschikking).
Ketetapan pemerintah ini memiliki
Fungsi gangguan dalam HO dapat juga kekuatan hukum dimana ketika ada
diantisipasi dengan keberadaan Rencana perselisihan dapat dilakukan gugatan
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Secara hukum tata usaha negara. Untuk itu,
histotis diketahui, konteks lahirnya HO ketika mempersyaratkan surat persetujuan

32
Tabel 4.9 Implementasi Syarat Persetujuan Tetangga

Peraturan Daerah Syarat Persetujuan Tetangga

Medan Pasal 7 ayat (1) huruf d


Perda Kota Medan No.22 Th.2002 Surat pernyataan dari jiran tetangga yang tidak
tentang Retribusi Izin Gangguan. merasa keberatan, ketehui oleh Lurah setempat
Jeneponto Surat Persetujuan tetangga yang diketahui oleh
SOP Izin Gangguan PTSP Lurah/desa dan camat setempat.
Makassar Pasal 12 ayat (1) angka 8
Perda No.14 Tahun 2005 tentang Surat Pernyataan Pemohon, bahwa tempat usaha
Tata Cara Pemberian Izin Pada tersebut tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya
Pemerintah Kota Makassar yang diketahui lurah
Kediri Pasal 15 ayat (1) huruf d
Perda No.6 Tahun 2012 Tentang Melampirkan surat persetujuan tetangga dan/atau
Retribusi Perizinan Tertentu masyarakat yang berdekatan, bagi tetangga yang
tidak bersedia memberikan persetujuan tanpa alasan
yang jelas maka Kepala Daerah dapat mengambil
kebijaksanaan tertentu

tetangga yang dalam hal ini tidak bahwa tempat usaha tersebut tidak
berlandaskan aturan hukum yang ada. mengganggu lingkungan di sekitarnya
Kota Surabaya dan Kota Makassar yang diketahui lurah. Kemudian praktik
mengubah mekanisme persetujuan baik lainnya dilakukan di Kediri dengan
tetangga dengan surat pernyataan tempat adanya keterlibatan kepala daerah untuk
usaha. Dua kota tersebut memiliki praktik mengambil kebijakan atas penolakan
baik dengan tidak lagi mencantumkan tetangga dengan alasan yang tidak jelas.
persetujuan tetangga di daerahnya. Oleh karena itu, persetujuan tetangga
Pemerintah Daerah Kota Surabaya selayaknya tidak lagi menjadi persyaratan
sudah tidak lagi mensyaratkan sama dalam izin gangguan karena dapat
sekali persetujuan tetangga. Sedangkan memberatkan pelaku usaha bahkan
Pemda Kota Makassar saat ini hanya melimpahkan tanggung jawab pemerintah
mensyaratkan Surat Pernyataan Pemohon, kepada masyarakat.

Tabel 4.10 Dampak Regulasi Nasional HO di Daerah

Jenis Izin Regulasi Nasional Implikasi di Daerah

Izin Gangguan UU Gangguan (Hinder Ordonnan-  Terbitnya peraturan daerah


(HO) tie) Staatsblad 1926 No. 226 Seba- yang melegitimasi Izin Gang-
gaimana Telah Diubah Terakhir guan (HO)
Dengan Staatsblad 1940 No. 450  Terbitnya peraturan walikota/
bupati yang melegitimasi
Permendagri No. 27 Tahun 2009
pelaksanaan Izin Gangguan
Pedoman Penetapan Ijin Gangguan
(HO) di daerah
di Daerah
 Adanya syarat persetujuan
UU No.28 Tahun 2009 Tentang tetangga dan SKDU
Pajak Dan Retribusi

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 33


Izin tempat usaha yang memiliki tiga Berdasarkan review regulasi, ketiga
komponen yang terdiri dari Izin Gangguan izin tersebut memiliki esensi fungsi
(HO), SITU, dan SKDU. Masing-masing yang sama. Pada aspek fungsi, Izin
mengatur tentang pengendalian terhadap Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Menara
lokasi usaha serta dampak gangguan Telekomunikasi dan Izin Bangunan
yang ditimbulkan. Namun, ketiga Reklame memiliki esensi fungsi untuk
esensi dari regulasi tersebut tampaknya keamanan dan kesesuaian fungsi
memungkinkan untuk disederhanakan. peruntukan bangunan. Berdasarkan tiga
HO dan SITU memiliki kebermasalahan Permen (Permen PU 24/2007, Permen
regulasi dan memiliki esensi yang Komunikasi dan Informatika 02/2008
sama dengan izin lingkungan maka dan Permen PU 20/2010) masing-masing
memungkinan untuk dihapuskan. Terkait menyebutkan fungsi yang sama yaitu
dengan fungsi SKDU yang seharusnya berkaitan dengan fungsi bangunan gedung,
dilakukan oleh penyelenggara izin penggunaan lingkungan dan lahan,
seharusnya dapat disederhanakan dengan serta keamanan dan keselamatan dari
prosedur pelaporan, sehingga pelaku usaha pembangunan gedung tersebut.
tak lagi terbeban untuk mengalokasikan
waktu dan mempermudah proses untuk Seperti HO, dalam IMB juga terdapat
melakukan kegiatan usaha. syarat persetujuan tetangga. Dalam analisis
sebelumnya telah disampaikan terkait
dengan syarat IMB tentang persetujuan
4.2.3. Izin Pendirian Bangunan untuk tetangga, hal ini juga akan menimbulkan
Usaha permasalahan. Dengan alasan yang sama,
Izin pendirian bangunan untuk usaha maka seharusnya persetujuan tetangga
merupakan bagian dari izin yang tidak lagi menjadi salah satu syarat izin.
dipersyaratkan untuk memulai usaha.
Pengertian izin pendirian bangunan usaha Enam daerah Kabupten/Kota wilayah
adalah izin yang diberikan ketika pelaku studi sudah menggabungkan izin pendirian
usaha mendirikan gedung untuk kegiatan menara dan konstruksi reklame dalam Izin
usaha atau bangunan yang usahakan. Mendirikan Bangunan (IMB). Berdasarkan
Regulasi nasional dan daerah yang ketentuan yang disebutkan dalam
dianalisis dalam bab ini yaitu: Peraturan Bersama Mendagri, Menteri PU
dan Menteri Komunikasi dan Informatika
A. Izin Mendirikan Bangunan (IMB): dan BKPM 18/2009, 07/2009 Tentang
Izin yang harus diurus untuk kegiatan Pedoman Pembangunan dan Penggunaan
membangun baru, mengubah, Bersama Menara Telekomunikasi seluruh
memperluas, mengurangi, dan/atau daerah telah menggabungkan izin
merawat bangunan. Dalam hal ini yang pendirian menara dan izin konstruksi
dimaksud adalah bangunan usaha. reklame menjadi IMB.
B. Izin Menara Telekomunikasi:
Izin yang harus diurus untuk Fokus izin pendirian bangunan di daerah
ditemukan masalah dalam ketiga izin
pembangunan Menara Telekomunikasi
yaitu IMB, Izin Pendirian Menara dan
dan merupakan salah satu infrastruktur
Izin Reklame. Ketiga izin ini memiliki
pendukung yang utama dalam
fungsi yang sama dan juga berdasarkan
penyelenggaraan telekomunikasi.
praktek di daerah terdapat dua izin (IMB
C. Izin Bangunan Reklame: dan Menara) digabungkan. Berdasarkan
Izin untuk pembangunan rekonstruksi analisis regulasi, maka memungkinkan
reklame, izin ini berisi tentang lokasi, untuk izin pendirian menara dapat dilebur
bangunan dan penempatan reklame. dalam IMB.

34
Tabel 4.11 Dampak Regulasi Nasional IMB, Izin Pendirian Menara
dan Izin Reklame di Daerah

Jenis Izin Regulasi Nasional Implikasi di Daerah

Izin Mendirikan UU No.28 Tahun 2002 Tentang Kota Surabaya:


Bangunan Bangunan Gedung IMB, IMB Menara
Pemukiman/ di atas
PP No.36 Tahun 2005 Tentang bangunan, IMB Bangun
Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Bangunan Reklame
Tahun 2002  Kota Medan:
Permen PU No. 24 Tahun 2007 IMB, IMB Menara, Izin
Tentang Pedoman Teknis Izin Bangunan Reklame
Mendirikan Bangunan  Kota Makassar:
IMB, Izin Menara
Permendagri No. 32 Tahun 2010 Telekomunikasi, Izin
Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Pemasangan Reklame
Bangunan  Kota Kediri:
IMB Gedung, non
Izin Mendirikan Peraturan Bersama Menteri Dalam gedung, menara,
Menara Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, reklame dan proyek
Menteri Komunikasi dan Informatika pemerintah
dan Kepala Badan Koordinasi  Kab. Jeneponto: IMB
Penanaman Modal No.18/2009,  Kab. Barru: IMB
07/2009 Tentang Pedoman
Pembangunan Dan Penggunaan
Bersama Menara Telekomunikasi

Permen Komunikasi Dan


Informatika No. 2 Tahun 2008
Tentang Pedoman Pembangunan
dan Penggunaan Menara Bersama
Telekomunikasi

Izin mendirikan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan


reklame
PP No. 34 Tahun 2004 tentang Jalan

Permen PU No. 20 Tahun 2010


Tentang Pedoman Pemanfaatan dan
Penggunaan Bagian-Bagian Jalan

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 35


36
5. Regulatory Impact Analysis

Pada bab ini memaparkan tentang hasil Puncak dari kompleksitas yang terjadi
penelitian dalam kerangka pikir RIA. menyebabkan kerumitan pengurusan izin
Penggunaan RIA sebagai kerangka pikir usaha, terutama izin pendirian usaha
membantu untuk mensistematiskan baru yang biasanya memiliki izin sektoral
masalah. Setiap tahapan RIA terpaparkan sesuai dengan bidang usahanya. Persoalan
dalam bab ini yang terdiri dari rumusan tersebut digambarkan dengan pohon
permasalahan, perumusan tujuan, masalah pada gambar 5.1.
alternatif tindakan, cost and benefit
analysis dan strategi implementasi.
5.2. Perumusan Tujuan
Mengalir dari latar dan pernyataan
5.1. Rumusan Permasalahan
masalah di atas, tujuan umum yang
Rumusan permasalahan dalam RIA hendak dicapai dalam program ini adalah
ditemukan berdasarkan hasil RegMap penyederhanaan regulasi perizinan
yang memuat tentang kebermasalahan nasional agar tidak terjadi kerumitan
regulasi perizinan. Berdasarkan temuan dalam penyelenggaran izin usaha di
tersebut masalah yang dapat disimpulkan daerah. Sementara beberapa tujuan
antara lain terdapat regulasi yang khusus untuk mewujudkan tujuan umum
memiliki esensi fungsi izin yang sama, tersebut, antara lain, berupa perubahan
izin yang menyebabkan ekonomi biaya kebijakan perizinan yang sederhana, efektif
tinggi dan juga terdapat izin yang pada dan efisien. Tujuan-tujuan khusus yang
tingkat nasional memiliki kekosongan diharapkan dapat merubah kebijakan
hukum. Permasalahan regulasi perizinan perizinan sebagai berikut:
tersebut mengakibatkan banyaknya jumlah 1. Menyederhanakan jenis izin memulai
izin di daerah dan juga menyebabkan usaha pada tingkat nasional yang
terjadinya kekosongan hukum dalam memiliki fungsi, syarat dan substansi
implementasi penyelenggaraan izin. yang sama dengan menggabungkan

Gambar 5.1 Perumusan Masalah Deregulasi Perizinan

Rumitnya pengurusan izin memulai usaha di daerah

Tidak adanya kepastian hukum bagi Banyaknya izin memulai usaha


regulasi perizinan di daerah di daerah

Adanya duplikasi fungsi izin, persyaratan, ekonomi


biaya tinggi dan kekosongan hukum dalam regulasi
nasional terkait dengan izin memulai usaha

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 37


atau menghapus. Seperti yang hasil analisis RegMap pada
2. Merekomendasikan regulasi baru atau bab sebelumnya yang menyebutkan
merevisi regulasi yang berkaitan dengan bahwa fungsi TDP sudah ada dalam
perizinan usaha. dokumem SIUP. Untuk itu TDP dapat
digabung dalam dokumen SIUP.
Pemilihan penggabungan melalui SIUP
5.3. Alternatif Tindakan
didasari atas alasan:
Untuk mencapai tujuan kebijakan terkait Dokumen SIUP masih melekat
dengan kemudahan perizinan usaha sebagai syarat pengurusan kredit di
di daerah, maka dirumuskan berbagai perbankan, syarat untuk mengurus
alternatif tindakan regulasi. Alternatif NPWP perusahaan, dan SIUP
tindakan regulasi dianggap relevan, menjadi syarat untuk mengikuti
mengingat penyelenggaraan perizinan lelang pengadaan barang dan jasa.
merupakan bagian dari produk hukum SIUP merupakan izin. Sebagai
dan juga nantinya akan menjadi panduan izin maka SIUP memiliki fungsi
pelaksanaan di daerah. Rumusan alternatif pengendalian usaha (legal preventif).
tindakan dalam bagian ini terbagi menjadi
tiga ruang lingkup yang terdiri dari: Alternatif kebijakan untuk pilihan
tindakan ini dapat dilakukan dengan:
A. Ruang Lingkup Izin Pendirian Badan a. Menerbitkan Undang-Undang baru
Usaha Baru yang mencabut seluruh peraturan
SIUP dan TDP serta menggabungkan
1. Do nothing SIUP dan TDP di dalam satu jenis
Apabila opsi ini dipilih maka proses izin dengan fungsi legalitas usaha
perizinan usaha ditahap awal akan dan daftar perusahaan.
memakan banyak waktu dan prosedur. b. Menerbitkan Permen baru yang
Selain itu pengusaha yang baru merintis berisi tentang penggabungan SIUP
sebuah unit usaha sudah terbeban dan TDP di dalam satu jenis izin
dengan panjangnya administrasi dan dengan fungsi legalitas usaha dan
ekonomi biaya tinggi. Pada akhirnya daftar perusahaan dan mencabut
akan menghentikan jumlah pengusaha Permen sebagai berikut:
yang ingin memulai unit usaha baru Peraturan Menteri Perdagangan
dan juga tidak mendukung iklim Nomor 36/M-Dag/Per/9/2007
investasi yang kondusif. sebagaimana telah diubah dua
kali melalui Permen Nomor
2. Menghapus TDP 46/M-Dag/Per/9/2009 dan
TDP adalah bagian dari fungsi Permen 39/M-Dag/Per/12/2011
penyelenggara izin yang memiliki Penerbitan Surat Izin Usaha
kepentingan terkait dengan data Perdagangan.
perusahaan yang beroperasi di Peraturan Menteri Perdagangan
Indonesia. Dihapusnya TDP dapat Nomor: 37/M-DAG/PER/9/2007
mengurangi beban administrasi yang Tentang Penyelenggaraan
harus diurus oleh pengusaha. Kebijakan Pendaftaran Perusahaan.
menghapus TDP dapat dilakukan Peraturan Menteri Perdagangan
dengan merevisi UU No. 3 Tahun 1982, Nomor 77/M-Dag/Per/12/2013
mencabut Permendag No.37 Tahun 2007 Tentang Penerbitan Surat Izin
dan Permendag No.77 Tahun 2013. Usaha Perdagangan dan Tanda
Daftar Perusahaan Secara
3. Menggabungkan Fungsi TDP ke dalam Simultan Bagi Perusahaan
SIUP Perdagangan.

38
Serta menggabungkan SIUP dan mempertimbangan referensi dari Perka
TDP di dalam satu jenis izin BKPM Nomor 15 Tahun 2015 yang
dengan fungsi legalitas usaha dan menyebutkan bahwa “Izin Usaha adalah
daftar perusahaan. izin yang wajib dimiliki perusahaan
untuk memulai pelaksanaan kegiatan
4. Menggabungkan seluruh dokumen izin- produksi/operasi yang menghasilkan
izin sektoral, termasuk TDP, IUI dan TDI barang atau jasa, kecuali ditentukan lain
ke dalam dokumen SIUP oleh peraturan perundang-undangan.”
Terdapat kesamaan esensi fungsi izin Merujuk pada hasil konsultasi publik
yang terdapat dalam ruang lingkup yang dihadiri oleh Pemda dari 6
izin pendirian badan usaha baru. 37 wilayah studi yang menjustifikasi bahwa
Permen yang berhasil dianalisis memuat memang seluruh izin sektoral tersebut
tentang mutu produk, perlindungan memiliki esensi fungsi yang sama.
terhadap masyarakat, peningkatan Dengan adanya kesamaan tersebut,
kualitas pelayanan, pembinaan usaha, maka izin sektoral dapat digabungkan
dan legalitas usaha. Dengan demikian, menjadi satu izin saja.
penyederhanaan izin dapat dilakukan
dengan menggabungkannya menjadi Alternatif kebijakan yang dapat
SIUP. Secara teknis dokumen SIUP telah dilakukan adalah dengan menerbitkan
mengakomodir kebutuhan tersebut Peraturan Presiden tentang
dalam KBLI. penggabungan nomenklatur 54 jenis
izin usaha di sektoral menjadi “Izin
Alternative kebijakan untuk Usaha.” Namun, tetap mempertahankan
tindakan ini dapat dilakukan dengan regulasi izin-izin usaha sektoral sebagai
menerbitkan Peraturan Presiden yang pedoman.
menginformasikan bahwa secara teknis
seluruh izin sektoral dapat dituliskan B. Ruang Lingkup Izin Bangunan Usaha
dalam kolom KBLI dalam dokumen
SIUP. Dan tetap mempertahankan 1. Do nothing
regulasi izin-izin usaha sektoral sebagai Jika opsi ini yang dipilih maka akan
pedoman. terjadi duplikasi fungsi izin yaitu
IMB dan Izin Pendirian Menara serta
5. Menggabungkan nomenklatur seluruh Izin Reklame. Hal ini tentunya masih
izin-izin usaha sektoral, termasuk SIUP, menambah prosedur perizinan yang
TDP, IUI dan TDI menjadi satu izin berkaitdan dengan bangunan usaha.
bernama “Izin Usaha” Pada akhirnya tidak mendukung iklim
Jenis-jenis izin sektoral untuk memulai investasi yang kondusif di daerah.
usaha di daerah memiliki jumlah
yang cukup banyak. Izin-izin tersebut 2. Menghapus persetujuan tetangga dalam
termaktub pada regulasi nasional dari persyaratan IMB
UU hingga Peraturan Menteri. Bahkan Formulir IMB mencantumkan syarat
pada tingkat Peraturan Menteri pun persetujuan tetangga. Padahal,
dijabarkan lagi ke dalam “pecahan” dalam dunia perizinan merupakan
jenis-jenis izin turunan sehingga wujud suatu ketetapan pemerintah
daftar jenis izin berkembang kian (beschikking). Ketetapan pemerintah
kompleks/banyak. Untuk mengurangi ini memiliki kekuatan hukum dimana
jumlah izin tersebut maka seluruh ketika ada perselisihan dapat dilakukan
izin dapat digabungkan ke dalam gugatan hukum tata usaha negara.
satu izin dengan nama “Izin Usaha.” Untuk itu, ketika mempersyaratkan
Pemilihan nama “Izin Usaha” ini dengan surat persetujuan tetangga yang dalam

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 39


hal ini tidak berlandaskan aturan dapat dilihat sejumlah permasalahan
hukum yang ada, maka sebaiknya cukup mendasar, yakni:
persyaratan ini dihapuskan dan 1. Adanya persyaratan administratif
diserahkan kepada instansi pemerintah. dan teknis yang hampir sama antara
IMB dan izin menara komunikasi;
Alternatif kebijakan yang mungkin 2. Tidak adanya pengaturan yang
dilakukan untuk opsi ini adalah jelas dan terperinci mengenai
dengan menerbitkan surat edaran penyelenggaraan izin reklame; dll.
dari Kementerian Dalam Negeri yang
berkoordinasi dengan Kementerian Alternatif kebijakan yang mungkin
Pekerjaan Umum (PU) untuk dilakukan untuk opsi ini adalah dengan
menghapuskan persyaratan izin melakukan revisi UU 28/2002 tentang
tetangga dalam syarat penerbitan IMB. IMB dengan undang-undang perubahan
yang memasukkan izin mendirikan
3. Menggabungkan izin-izin pendirian menara, mendirikan reklame, dan
bangunan ke dalam IMB bangunan lainnya ke dalam Izin
Penggabungan IMB, Izin Pendirian Mendirikan Bangunan (IMB).
Reklame dan Izin Pendirian Menara
Telekomunikasi merupakan salah C. Ruang Lingkup Izin Tempat Usaha
satu opsi tindakan yang didorong
dalam studi deregulasi perizinan 1. Do nothing
ini. Pedoman penyelenggaraan dari Jika opsi ini yang dipilih maka, regulasi
ketiga izin teknis ini diatur melalui izin tempat usah dipertahankan dengan
Pemen-PU No. 24/Prt/M/2007 tentang permasalahan yuridis, selain itu masih
Pedoman Teknis Izin Mendirikan berlakunya izin gangguan dan tumpang
Bangunan Gedung, Peraturan Bersama tindih fungsi antara izin lingkungan
Mendagri, Menteri PU, Menkominfo, dan RTRW. Pada akhirnya kebijakan ini
serta Kepala BKPM Nomor 18 Tahun tidak mendukung iklim investasi yang
2009, Nomor 07/Prt/M/2009, Nomor kondusif di daerah.
19/Per/M.Kominfo/03/2009, serta
Nomor 3/P/2009 tentang Pedoman 2. Menghapus persetujuan tetangga dalam
Pembangunan dan Penggunaan persyaratan Izin Gangguan (HO)
Bersama Menara Telekomunikasi Dalam isi Permendagri No. 27 Tahun
dan Peraturan Menteri Pekerjaan 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin
Umum Nomor 20/Prt/M/2010 tentang Gangguan di Daerah tidak disebut
Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan eksplisit “syarat persetujuan tetangga”.
Bagian-Bagian Jalan. Tetapi perlu Namun, pada prakteknya di beberapa
dicatat, izin reklame yang diatur di daerah masih diwajibkan keterpenuhan
daerah merupakan bentuk perubahan surat persetujuan/izin tetangga, plus
nomenklatur dari Permen-PU Nomor diketahui Lurah/desa dan camat
20/Prt/M/2010 tentang Pedoman setempat. Dalam dunia perizinan, hal
Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian- ini tentunya tidak tepat lantaran sebuah
Bagian Jalan yang menyebut izin izin merupakan bagian dari otoritas
bangunan iklan dan media informasi. Pemerintah/Pemda, berwujud suatu
ketetapan pemerintah (beschikking).
Mengalir dari tiga regulasi di Ketetapan pemerintah ini memiliki
tingkat nasional tersebut maka di kekuatan hukum dimana ketika ada
daerah terbentuk tiga jenis izin yang perselisihan dapat dilakukan gugatan
mengatur objek yang sama: bangunan. hukum tata usaha negara. Untuk
Berdasarkan ketiga regulasi tersebut itu, ketika mempersyaratkan surat

40
persetujuan tetangga yang dalam hal kepastian jangka waktu penyelesaian
ini tidak berlandaskan aturan hukum (tergantung kehadiran Lurah
yang ada, maka sebaiknya persyaratan dan Camat di kantor). Selain itu,
ini dihapuskan dan diserahkan kepada penyelenggaraan perizinan diluar
instansi pemerintah. PTSP merupakan tindakan yang
tidak taat administrasi mengingat
Alternatif kebijakan yang mungkin kepengurusan izin di daerah sudah
dilakukan untuk opsi ini adalah menjadi kewenangan PTSP. Dengan
dengan penerbitan surat edaran dari menerbitkan aturan pelarangan SKDU
Kementerian Dalam Negeri kepada di tingkat kelurahan dan kecamatan
Pemda untuk tidak mensyaratkan akan memperkecil praktek pungli dan
persetujuan tetangga dalam salah satu memangkas prosedur perizinan usaha.
syarat penerbitan HO.
Merujuk hasil review regulasi, terdapat
3. Mengganti mekanisme SKDU menjadi sembilan jenis izin dan sembilan jenis
pendaftaran atau surat pernyataan regulasi yang mengatur mengenai
tempat usaha persyaratan izin lokasi usaha atas
Tujuan dibuatnya SKDU adalah agar pengurusan izin usaha sektoral. Dari
aparat sekitar (Lurah/Camat) tahu keseluruhan regulasi tersebut, izin
bahwa ada usaha di wilayahnya. SKDU lokasi usaha memiliki nomenklatur
merupakan bagian dari mekanisme beragam dan inkonsisten, padahal
pengecekan. Untuk itu, SKDU dapat secara prinsip terkandung esensi fungsi
diganti dengan mekanisme pelaporan/ serupa, yakni untuk memperjelas
registrasi. Selain itu, mengingat SKDU informasi lokasi dimana tempat usaha
bukan izin mendirikan usaha maka itu didirikan atau beroperasi. Dari
statusnya hanya bersifat keterangan. kajian atas 9 regulasi itu bahkan tidak
ditemukan satu ketentuan pun yang
Alternative kebijakan untuk mengatur mekanisme penyelenggaraan
penggantian mekanisme SKDU dapat izin lokasi usaha ini (persyaratan,
dilakukan dengan Menerbitkan surat kewenangan pengurusan, dst). Izin
edaran Kementerian Dalam Negeri lokasi usaha hanya menjadi izin
untuk mengganti prosedur SKDU yang dipersyaratkan namun tidak
menjadi pendaftaran atau pelaporan memiliki dasar regulasi yang dapat
keterangan domisili usaha. dijadikan pedoman atau dasar dari
penyelenggaraannya.
4. Menghapus SKDU dalam persyaratan
izin apapun Alternative kebijakan untuk menghapus
Surat Keterangan Domisili Usaha/ SKDU adalah dengan membuat aturan
Perusahaan (SKDU/P) selama ini dinilai pelarangan Kelurahan atau Kecamatan
menghambat pengurusan izin usaha. Menerbitkan Surat Keterangan Domisili
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Usaha/Surat Izin Domisili Usaha/Surat
Ombudsman (ORI), potensi pungutan Keterangan Tempat Usaha Melalui
liar (pungli) di sejumlah daerah atas Surat Edaran Mentri Dalam Negeri.
praktik pengurusan Surat Keterangan
Domisili Perusahaan (SKDU/P) ditaksir 5. Menghapus SITU dan Izin Gangguan
bisa mencapai Rp 1,2 miliar per tahun. Izin Gangguan (Hinder Ondernantie/
HO) pada jaman Belanda bukanlah
Dari segi administrasi, terdapat sebuah jenis izin, melainkan aturan
penyimpangan prosedur dalam pengendalian terhadap usaha-usaha
pelaksanaan izin, serta tidak ada yang didirikan di Hindia Belanda.

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 41


Kemudian, pada era kemerdekaan, daerah yang berasal dari retribusi.
HO diadopsi menjadi sebuah izin oleh
Pemerintah RI. Dalam analisis regulasi Untuk alternative kebijakan pada opsi
telah disebutkan bahwa secara yuridis ini dapat dilakukan dengan melakukan
HO memiliki permasalahan yang cukup merevisi UU No.28/2009 tentang Pajak
krusial. Selain itu, fungsi HO sebagai dan Retribusi dengan Undang-undang
pengendali gangguan lingkungan perubahan yang menghapus penyebutan
telah diakomodir dalam dokumen izin nomenklatur izin gangguan (HO). Serta
lingkungan (AMDAL, UKL/UPL). Kini mencabut Peraturan Menteri Dalam
Pemda pun sudah menggunakan RTRW Negeri No.27 Th.2009 Tentang Pedoman
sebagai landasan untuk penentuan Penetapan Ijin Gangguan di Daerah.
kebijakan berdasarkan tempat usaha.
Untuk itu keberadaan HO dirasa sudah
5.4. Analisis Biaya dan Manfaat
tidak relevan dan dapat dihapuskan.
Berdasarkan alternatif tindakan yang
Penguatan argument untuk menghapus telah disampaikan sebelumnya, maka
SITU dan HO juga didukung oleh pada sub bab ini akan dijelaskan tentang
Pemda ketika kegiatan FGD konsultasi manfaat dan biaya dari masing-masing
publik. Namun, persetujuan tersebut pilihan. Analisis manfaat dan biaya ini
terkendala oleh gula-gula dalam HO, dapat menjadi salah satu instrument untuk
yang merupakan salah satu pendapatan memutuskan sebuah kebijakan.

Tabel 5.1 Analisis Biaya dan Manfaat


Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

Izin Pendirian Badan Usaha

1. Do nothing Manfaat
Bagi Pemerintah tidak ada anggaran yang dikeluarkan untuk
melakukan perubahan regulasi terkait dengan izin pendirian
badan usaha
Biaya
Beban biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pelaku
usaha dalam mendirikan suatu badan usaha akan tetap tinggi
sehingga dapat menghambat pertumbuhan usaha baru serta laju
iklim investasi di Indonesia
2. Menghapus TDP Manfaat
Menghilangkan beban biaya dan waktu yang harus
ditanggung pengusaha untuk mengurus TDP
Memberikan kepastian bagi pengusaha atas dokumen izin
pendirian badan usaha baru yang harus diurus pertama kali
adalah SIUP
Mengurangi tahapan prosedur izin memulai usaha dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah

42
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
pencabutan terhadap Permendag 37/M-DAG/PER/9/2007,
revisi terhadap Permendag No.77/M-Dag/Per/12/2013, dan
mencabut UU No. 3 Tahun 1982
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk
melakukan perubahan regulasi pada peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penghapusan TDP oleh PTSP Daerah
Keberadaan izin-izin sektoral lainnya masih menjadi beban
berat bagi pelaku usaha untuk memulai usaha
Fungsi data informasi perusahaan di dalam TDP menjadi tidak
ada (Pemerintah tidak memiliki data informasi perusahaan)
3. Menggabungkan Manfaat
Fungsi SIUP dan Mengurangi beban biaya dan waktu yang harus ditanggung
TDP menjadi pengusaha untuk mengurus TDP
SIUP Memberikan kepastian bagi pengusaha atas dokumen izin
pendirian badan usaha baru yang harus diurus pertama kali
adalah SIUP
Mengurangi tahapan prosedur izin memulai usaha dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda
Keberadaan fungsi TDP (data informasi perusahaan) dalam
penyelenggaraan SIUP
Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
pencabutan terhadap Permendag 37/M-DAG/PER/9/2007,
revisi terhadap Permendag No.77/M-Dag/Per/12/2013, dan
mencabut UU No. 3 Tahun 1982
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk
melakukan perubahan regulasi pada peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penghapusan TDP oleh PTSP daerah
Keberadaan izin-izin sektoral lainnya masih menjadi beban
berat bagi pelaku usaha untuk memulai usaha
Pemerintah harus menjalankan fungsi ganda dalam
menerbitkan SIUP yakni untuk memberikan legalitas usaha
kepada pengusaha serta mendapatkan data informasi
perusahaan untuk pemerintah

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 43


Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

4. Menggabungkan Manfaat
seluruh dokumen  Mengurangi beban biaya dan waktu terhadap pengurusan
izin-izin sektoral, izin-izin sektoral termasuk TDP, IUI dan TDI
termasuk TDP, Memberikan kepastian bagi pengusaha atas dokumen izin
IUI dan TDI ke pendirian badan usaha baru yang harus diurus pertama kali
dalam dokumen adalah SIUP
SIUP Mengurangi tahapan prosedur izin memulai usaha dalam Ease
of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah

Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
kajian dan menerbitkan Perpres terkait dengan penggabungan
dokumen izin-izin sektoral ke dalam SIUP
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk perubahan
regulasi terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penerbitan dokumen izin-izin sektoral ke
dalam dokumen SIUP oleh PTSP daerah
Keberadaan izin-izin sektoral lainnya masih menjadi beban
berat bagi pelaku usaha untuk memulai usaha
Pemda harus melakukan pengawasan untuk memastikan
usaha-usaha apa saja yang dimiliki oleh pelaku usaha

5. Menggabungkan Manfaat
nomenklatur Mengurangi beban biaya dan waktu terhadap pengurusan
seluruh izin-izin izin-izin sektoral termasuk SIUP, TDP, IUI dan TDI
usaha sektoral Memberikan kepastian hukum serta kejelasan bagi pelaku
termasuk SIUP, usaha bahwa dokumen izin yang diurus untuk memilai
TDP, IUI dan TDI usaha hanyalah izin usaha
menjadi satu izin Kemudahan bagi seluruh pihak dalam memahami regulasi
dengan nama atas pengurusan izin usaha
“Izin Usaha” Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah

44
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

Biaya
 Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk melakukan
kajian dan menerbitkan undang-undang baru terkait dengan
penggabungan dokumen izin-izin sektoral ke dalam satu jenis
izin yakni Izin Usaha
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk perubahan
regulasi terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi kepada masyarakat atas regulasi baru
PTSP harus melakukan perubahan SOP atas penerbitan
dokumen izin-izin sektoral ke dalam dokumen izin usaha
Pemerintah Daerah harus melakukan pengawasan untuk
memastikan usaha-usaha apa saja yang dimiliki oleh pelaku
usaha
Pengawasan teknis harus dilakukan terhadap usaha-usaha
di sektor-sektor tertentu melalui SKPD untuk tetap menjaga
kualitas, mutu dan keamanan dari operasional dan hasil
usaha

Izin Bangunan Usaha

1. Do nothing Manfaat
Bagi Pemerintah tidak ada anggaran yang dikeluarkan untuk
melakukan perubahan regulasi terkait dengan izin bangunan
usaha
Biaya
Beban biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pelaku
usaha dalam pengurusan izin-izin bangunan untuk usaha akan
tetap tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan usaha
baru serta laju iklim investasi di Indonesia akan terhambat
2. Menghapus Manfaat
persetujuan  Mengurangi persyaratan untuk memperoleh izin bangunan
tetangga dalam usaha
persyaratan IMB Mengurangi beban biaya dan waktu terhadap pengurusan
persetujuan tetangga
Menghindari adanya biaya-biaya tidak resmi yang
dikeluarkan pelaku usaha untuk mendapatkan persetujuan
tetangga
Memberikan kejelasan tanggung jawab pemerintah dalam
memberikan izin bangunan usaha
Menghindari konflik di masyarakat atas tidak setujunya
tetangga terhadap suatu usaha
Pemerintah daerah tidak perlu melakukan konsolidasi atas
tidak setujunya tetangga terhadap suatu usaha

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 45


Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

Biaya
 Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk menerbitkan
surat edaran kepada Pemerintah Daerah untuk tidak lagi
mensyaratkan persetujuan tetangga dalam penerbitan izin-izin
bangunan usaha
 Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
 Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
 Perubahan SOP Perizinan oleh PTSP daerah
 Pemerintah daerah bertanggung jawab atas dampak dari izin
bangunan usaha yang telah diterbitkan
 Pemerintah daerah harus menjamin keberadaan regulasi
RTRW dan penegakkannya

3. Menggabung Manfaat
izin-izin Mengurangi beban biaya dan waktu yang harus ditanggung
pendirian pengusaha dalam pengurusan izin bangunan usaha lainnya
bangunan ke Menghilangkan duplikasi perizinan atas bangunan reklame
dalam IMB dan menara
Memberikan kepastian bagi pengusaha bahwa dokumen
perizinan untuk bangunan usaha hanyalah IMB
Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Meningkatkan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing
Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemerintah
Daerah

Biaya
Pemerintah Pusat mengeluarkan anggaran untuk
mengajukan surat edaran kepada pemerintah daerah untuk
menggabungkan izin-izin pendirian bangunan ke dalam IMB
Pemerintah Daerah mengeluarkan anggaran untuk
perubahan regulasi terhadap peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP atas penerbitan dokumen izin-izin sektoral
ke dalam dokumen izin usaha
Pengawasan teknis harus tetap dilakukan terutama terhadap
bangunan-bangunan tertentu seperti menara telekomunikasi
dan bangunan reklame

46
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

Izin Tempat Usaha

1. Do nothing Manfaat
Bagi Pemerintah tidak ada anggaran yang dikeluarkan untuk
melakukan perubahan regulasi terkait dengan izin tempat usaha
Biaya
Beban biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pelaku
usaha dalam pengurusan izin terkait tempat usaha akan tetap
tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan usaha baru
serta laju iklim investasi di Indonesia akan terhambat
2. Menghapus Manfaat
persetujuan Mengurangi persyaratan bagi pelaku usaha untuk
tetangga dalam memperoleh izin gangguan
persyaratan Izin Mengurangi beban biaya dan waktu dalam pengurusan HO
Gangguan (HO) Menghindari adanya biaya tidak resmi yang dikeluarkan
pelaku usaha untuk mendapatkan persetujuan tetangga
Memberikan kejelasan tanggung jawab pemerintah dalam
pemberian izin gangguan
Menghindari konflik di masyarakat atas tidak setujunya
tetangga terhadap suatu usaha
Pemerintah daerah tidak perlu melakukan konsolidasi atas
tidak setujunya tetangga terhadap suatu usaha
Biaya
Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk
menerbitkan surat edaran kepada Pemerintah Daerah
agar tidak lagi mensyaratkan persetujuan tetangga dalam
penerbitan izin-izin bangunan usaha
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan anggaran untuk
sosialisasi dan implementasi regulasi baru
Perubahan SOP Perizinan oleh PTSP daerah
Memberikan kejelasan tanggung jawab pemerintah dalam
memberikan izin bangunan usaha
Pemerintah daerah harus menjamin keberadaan regulasi
RTRW dan penegakkannya daerah

3. Mengganti Manfaat
mekanisme Mengurangi beban biaya dan waktu dalam pengurusan
SKDU menjadi domisili usaha untuk memenuhi persyaratan perizinan usaha
pendaftaran atau Memberikan kepastian hukum terhadap regulasi perizinan
surat pernyataan Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
tempat usaha Ease of Doing Business
Peningkatan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business
Menghindari pungutan tidak resmi dari camat dan lurah
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 47


Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

Biaya
 Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk menerbitkan
surat edaran kepada Pemerintah Daerah untuk tidak lagi
mensyaratkan SKDU dalam penerbitan izin-izin usaha
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang
mensyaratkan SKDU untuk mendapatkan izin usaha
Perubahan SOP Perizinan oleh PTSP daerah
Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaku
usaha terkait dengan kebenaran tempat usahanya di daerah
4. Menghapus Manfaat
SKDU dalam Menghilangkan salah satu persyaratan izin usaha yang terkait
persyaratan izin dengan domisili usaha
apapun. Memberikan kepastian hukum terhadap regulasi perizinan
Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Peningkatan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Menghindari pungutan tidak resmi dari camat dan lurah
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda
Biaya
Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk menerbitkan
surat edaran kepada Pemerintah Daerah untuk tidak lagi
mensyaratkan SKDU dalam penerbitan izin-izin usaha
Kementerian melakukan perubahan regulasi atas izin-izin
yang menysaratkan SKDU dalam izin usaha
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang
mensyaratkan SKDU untuk mendapatkan izin usaha
PTSP harus melakukan perubahan SOP Perizinan
Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaku
usaha terkait dengan kebenaran tempat usahanya di daerah
5. Menghapus Manfaat
SITU dan Izin Menghilangkan salah satu izin yang membebankan pengusaha
Gangguan (HO) Mengurangi beban biaya dan waktu bagi pengusaha dalam
mengurus perizinan
Memberikan kepastian hukum terhadap regulasi perizinan
Tidak adanya tumpang tindih fungsi izin gangguan dengan
izin lingkungan
Mengurangi tahapan prosedur dalam memulai izin dalam
Ease of Doing Business
Peningkatan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business
Peningkatan iklim investasi di Indonesia
Kemudahan penyelenggaraan perizinan bagi Pemda

48
Alternatif Tindakan Analisis Biaya dan Manfaat

Biaya
 Pemerintah pusat, mengeluarkan anggaran untuk mencabut
Permendagri No. 27 Tahun 2009 serta merevisi UU No. 28 Tahun
2009
Pemerintah daerah melakukan perubahan regulasi terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang mengatur
mengenai izin gangguan
Memberikan kepastian keberadaan regulasi izin lingkungan dan
juga penegakkannya di daerah
Mengurangi PAD daerah atas pendapatan retribusi izin
gangguan
Memberikan kepastian keberadaan regulasi RTRW dan
penegakkannya di daerah

5.5. Alternatif Terpilih kebijakan tersebut membutuhkan biaya


yang cukup besar dari pihak pemerintah
Berdasarkan analisis biaya dan manfaat
yang harus menyediakan anggaran dalam
dari alternatif tindakan yang disusun
pembuatan regulasi maupun penerapannya.
berdasarkan ruang lingkup perizinan maka
Begitu juga dengan akibat yang ditimbulkan
disusunlah beberapa alternatif terpilih.
atas penggabungan izin usaha tersebut
Alternatif terpilih ini merupakan alternatif
yang menyebabkan Pemerintah harus
yang ditentukan melalui manfaat yang
lebih aktif dalam melakukan pengawasan
tertinggi dan beban biaya yang paling
terhadap kepemilikan izin usaha yang
rendah. Dengan demikian, berikut adalah
alternatif tindakan yang dipilih terdiri dari: telah diterbitkan. Adapun bila dilihat dari
eksternalitas positif yang dihasilkan berupa:
1. Menggabungkan seluruh izin-izin 1. Peningkatan usaha-usaha baru di
sektoral, termasuk SIUP, TDP, IUI dan TDI daerah-daerah Indonesia
menjadi satu izin bernama “Izin Usaha.” 2. Memberikan kepastian hukum dan
kepastian memulai usaha di daerah
Melalui analisis biaya manfaat atas 3. Meningkatkan daya saing daerah dalam
alternatif tindakan izin pendirian badan menghadapi Masyarakat Ekonomi
usaha, dapat disimpulkan bahwa alternatif Asean (MEA)
kelima yakni penggabungan seluruh izin
sektoral ke dalam izin usaha memberikan 2. Menggabung izin-izin pendirian
manfaat paling besar dibandingkan bangunan ke dalam IMB
alternatif lainnya. Pihak yang banyak
mendapatkan manfaat terhadap Analisis biaya manfaat untuk ruang
penggabungan izin-izin tersebut adalah lingkup izin-izin pendirian bangunan
para pelaku usaha. Pelaku usaha akan menunjukkan bahwa alternatif terpillih
lebih mudah mendirikan usaha sehingga yang memberikan manfaat tersebesar
iklim investasi di daerah akan cenderung adalah alternatif ketiga, yakni menggabung
meningkat. Selain itu hal ini berdampak izin-izin pendirian bangunan ke
juga terhadap kemudahan berusaha di dalam IMB. Penggabungan izin ini
Indonesia dalam indikator Ease of Doing memberikan manfaat yang cukup besar
Business yang menyebabkan perbaikan dalam kemudahan pengurusan izin
peringkat Indonesia dibandingkan dengan bangunan di Indonesia. Selain itu, dengan
negara-negara lain. Namun penerapan penggabungan ini memberikan kejelasan

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 49


bagi pelaku usaha terhadap izin yang untuk membayar retribusi atas izin
diurus dan menghapus adanya duplikasi tersebut melainkan hanya mengurus izin
izin terhadap objek yang sama yaitu lingkungan melalui dokumen-dokumen
bangunan reklame dan menara. Sedangkan tertentu. Namun pelaksanaan regulasi ini
terkait biaya yang harus dikeluarkan oleh juga mengandung biaya yang tidak sedikit
pemerintah harus mengeluarkan anggaran karena selain harus memiliki anggaran
untuk menerbitkan surat edaran kepada untuk perubahan regulasi Pendapatan
daerah untuk menggabungkan izin-izin Asli Daerah (PAD) juga akan menurun
pendirian bangunan ke dalam IMB. Selain karena tidak adanya retribusi HO. Selain
itu, Pemda juga harus menjalankan fungsi itu, Pemda juga harus menjamin atas
pengawasan atas bangunan-bangunan keberadaan regulasi RTRW dan izin
dalam pengurusan IMB. Adapun dilihat lingkungan berikut dengan penegakkannya
dari eksternalitas positif yang ditimbulkan, di daerah. Sedangkan terkait dengan
berupa: eksternal positif yang ditimbulkan dari
1. Terciptanya percepatan pembangunan penghapusan SITU dan HO adalah:
di daerah. 1. Memberikan kejelasan lokasi-lokasi
2. Memberikan kepastian hukum dan usaha di daerah.
kepastian mendirikan bangunan di 2. Memberikan kepastian hukum dan
daerah. kemudahan dalam izin tempat usaha.
3. Meningkatkan daya saing daerah dalam 3. Meningkatkan daya saing daerah dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA). Asean (MEA).

Implementasi dari tindakan alternatif Adapun untuk memaksimalkan manfaat


pilihan ini dan kombinasi dengan alternatif untuk kemudahan berusaha terkait
tindakan kedua yakni penghapusan tempat usaha adalah dengan melakukan
persetujuan tetangga tentunya akan kombinasi alternatif terpilih dengan
memaksimalkan manfaat terhadap pelaku alternatif kedua (hapus persetujuan
usaha atas kemudahan perizinan pendirian tetangga) dan alternatif keempat (hapus
bangunan. SKDU). Jika ketiga alternatif tersebut
diterapkan tentunya akan memberikan
3. Menghapus SITU dan Izin Gangguan manfaat maksimal dengan memberikan
(HO) kemudahan berusaha, kepastian berusaha
serta terhindar dari adanya konflik di
Berdasarkan analisis biaya manfaat
masyarakat.
untuk ruang lingkup izin tempat usaha,
dapat disimpulkan bahwa alternatif
tindakan terpilih yang memiliki manfaat 5.6. Strategi Implementasi
terbesar adalah menghapus SITU dan
Untuk mengimplementasikan pilihan
Izin Gangguan (HO). Alternatif ini dipilih
alternative tindakan yang telah
karena memiliki manfaat yang besar
disampaikan pada sub bab sebelumnya.
yakni tidak ada lagi pengurusan izin
Maka langkah selanjutnya adalah
terkait tempat usaha yang tidak memiliki
menentukan strategi implementasi untuk
landasan hukum (SITU) dan tidak ada
mencapai pilihan tersebut. Berikut adalah
lagi pengurusan izin yang memiliki fungsi
rincian strategi implementasi dari ketiga
duplikasi yaitu HO dan izin lingkungan.
alternative tindakan yang bisa dilihat pada
Penghapusan HO akan berdampak besar
Tabel 5.2, Tabel 5.3, dan Tabel 5.4.
terhadap kemudahan menjalankan usaha
di daerah karena tidak lagi melakukan
pengurusan izin dan juga tidak perlu

50
Tabel 5.2 Menggabungkan seluruh izin usaha ke dalam satu izin bernama Izin Usaha

Strategi Implementasi 1: Menggabungkan nomenklatur seluruh izin-izin usaha sektoral,


termasuk SIUP, TDP, IUI dan TDI menjadi satu izin bernama “Izin Usaha”

1. Apakah mekanisme yang digunakan untuk alternatif tindakan terpilih

a. Regulasi atau non Regulasi


regulasi Menerbitkan Peraturan Presiden tentang penggabungan
dokumen 54 jenis izin di sekoral menjadi “Izin Usaha.”
Namun, tetap mempertahankan regulasi izin-izin usaha
sektoral sebagai pedoman.
b. Bagaimana analisis Kepatuhan para pihak (stakeholders) terhadap kebijakan
persepsi tingkat yang dibuat bisa terjadi karena kebijakan ini berasal dari
kepatuhan aspirasi para stakeholder (Bottom Up).
Adanya kesadaran bersama untuk menyelesaikan
permasalahan pada perizinan yang merupakan tahapan
awal dalam mendirikan unit usaha.
c. Bagaimana analisis Kebijakan yang diambil berdasarkan analisis manfaat yang
biaya dan manfaat lebih besar dan mendorong berkembangnya iklim investasi
dalam memulai usaha baru.
2. Bagaimana analisis kemungkinan alasan-alasan ketidakpatuhan

a. Identifikasi Kemungkinan stakeholder yang mendukung antara lain


kelompok-kelompok para pelaku usaha, pemerintah daerah terutama bidang
pendung dan PTSP, BKPM dan Kemenko perekonomian.
kelompok yang Kemungkinan stakeholder yang tidak mendukung
kurang mendukung adalah seluruh kementerian dan lembaga yang memiliki
kepentingan atas dikeluarkannya izin sektoral tersebut.
b. Identifikasi Beberapa kemungkinan ketidakpatuhan terhadap regulasi/
pengetahuan kebijakan yang dibuat antara lain:
stakeholder akan Derajat kelompok penerbit regulasi dalam memenuhi
alternatif tindakan tuntutan kebijakan ini
yang akan dijalankan Derajat kepentingan kelompok penerbit regulasi dalam
setiap izin, karena anggapan bahwa izin tersebut
memiliki syarat yang berbeda
Derajat kemauan dari kelompok penerbit izin untuk
saling melepaskan kewenangannya demi perbaikan iklim
investasi
3. Apakah jenis sanksi atau tindakan yang digunakan untuk mendorong kepatuhan

Merekomendasikan hasil RIA sebagai salah satu basis informasi untuk paket
kebijakan ekonomi
Pendekatan persuasif
Mendorong BKPM dan Kemenko untuk melakukan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga terkait dengan memilih alternatif-alternatif kebijakan ini.
Membuat Permendag untuk menggabungkan fungsi SIUP dan TDP sebagai basis
awal penyederhanaan izin

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 51


Strategi Implementasi 1: Menggabungkan nomenklatur seluruh izin-izin usaha sektoral,
termasuk SIUP, TDP, IUI dan TDI menjadi satu izin bernama “Izin Usaha”

3. Apakah jenis sanksi atau tindakan yang digunakan untuk mendorong kepatuhan

Menerbitkan Permen baru yang berisi tentang penggabungan SIUP dan TDP di
dalam satu jenis izin dengan fungsi legalitas usaha dan daftar perusahaan dan
mencabut Permen sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-Dag/Per/9/2007 sebagaimana
telah diubah dua kali melalui Permen Nomor 46/M-Dag/Per/9/2009 dan
Permen 39/M-Dag/Per/12/2011 Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.
2. Dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 37/M-DAG/
PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.
3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/M-Dag/Per/12/2013 tentang
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan Secara
Simultan Bagi Perusahaan Perdagangan.
4. Serta menggabungkan SIUP dan TDP di dalam satu jenis izin dengan fungsi
legalitas usaha dan daftar perusahaan.
 Peningkatan beban seperti tuntutan untuk segera dilakukan tindakan
penyederhanaan jenis izin ditingkat nasional

4. Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan untuk mendorong kepatuhan

 Konsultasi Publik (FGD, Pertemuan Informal) kepada stakeholder


 Pemaparan hasil/hearing kepada kementerian dan lembaga yang merupakan aktor
kunci dalam pengambilan keputusan
 Publikasi dilakukan melalui media cetak dan diskusi publik di media elektronik di
nasional
a. Bagaimana efektifitas sosialisasi yang dilakukan Efektif
b. Bagaimana intensitas sosilisasi yang dilakukan 5 kali

Tabel 5.3 Menggabungkan izin-izin pendirian bangunan ke dalam IMB

Strategi Implementasi 2: Menggabung izin-izin pendirian bangunan ke dalam IMB

1. Apakah mekanismke yang digunakan untuk alternatif tindakan terpilih

a. Regulasi atau non Regulasi


regulasi Merevisi UU No.28 Tahun 2002 tentang IMB dengan
undang-undang perubahan yang memasukkan izin
mendirikan menara, mendirikan reklame, dan bangunan
lainnya ke dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
b. Bagaimana analisis Kepatuhan para pihak (stakeholders) terhadap kebijakan
persepsi tingkat yang dibuat bisa terjadi karena kebijakan ini berasal dari
kepatuhan aspirasi para stakeholder (Bottom Up).
Adanya kesadaran bersama untuk menyelesaikan
permasalahan pada perizinan yang merupakan tahapan
awal dalam mendirikan unit usaha.

52
Strategi Implementasi 2: Menggabung izin-izin pendirian bangunan ke dalam IMB

c. Bagaimana analisis Kebijakan yang diambil berdasarkan analisis manfaat yang


biaya dan manfaat lebih besar dan mendorong berkembangnya iklim investasi
dalam memulai usaha baru.

2. Bagaimana analisis kemungkinan alasan-alasan ketidakpatuhan

a. Identifikasi  Kemungkinan stakeholder yang mendukung antara lain


kelompok-kelompok para pelaku usaha, pemerintah daerah terutama bidang
pendukung dan PTSP, BKPM dan Kemenko perekonomian.
kelompok yang  Kemungkinan stakeholder yang tidak mendukung adalah
kurang mendukung Kementerian PU.

b. Identifikasi Beberapa kemungkinan ketidakpatuhan terhadap regulasi/


pengetahuan kebijakan yang dibuat antara lain:
stakeholder  Derajat kelompok penerbit regulasi dalam memenuhi
akan alternatif tuntutan kebijakan ini
tindakan yang akan  Derajat kemauan dari kelompok penerbit izin untuk
dijalankan saling melepaskan kewenangannya demi perbaikan iklim
investasi

3. Apakah jenis sanksi atau tindakan yang digunakan untuk mendorong kepatuhan

Merekomendasikan hasil RIA sebagai salah satu basis informasi untuk paket
kebijakan ekonomi
Pendekatan persuasif
Mendorong BKPM dan Kemenko untuk melakukan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga terkait dengan alternatif kebijakan ini.
Sebagai tahapan awal penyederhanaan prosedur IMB dapat membuat surat edaran
untuk menghapus syarat persetujuan tetangga dalam dokumen IMB.

4. Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan untuk mendorong kepatuhan

Konsultasi Publik (FGD, Pertemuan Informal) kepada stakeholder


Pemaparan hasil/hearing kepada kementerian dan lembaga yang merupakan aktor
kunci dalam pengambilan keputusan
Publikasi dilakukan melalui media cetak dan diskusi publik di media elektronik di
nasional
a. Bagaimana efektifitas sosialisasi yang dilakukan Efektif
b. Bagaimana intensitas sosilisasi yang dilakukan 5 kali

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 53


Tabel 5.4 Menghapus SITU dan Izin Gangguan (HO)

Strategi Implementasi 3: Menghapus SITU dan Izin Gangguan (HO)

1. Apakah mekanismke yang digunakan untuk alternatif tindakan terpilih

a. Regulasi atau non Regulasi


regulasi Merevisi UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
dengan Undang-undang perubahan yang menghapus
penyebutan nomenklatur izin gangguan (HO).
Mencabut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun
2009 Tentang Pedoman Penetapan Ijin Gangguan di
Daerah.
b. Bagaimana analisis Kepatuhan para pihak (stakeholders) terhadap kebijakan
persepsi tingkat yang dibuat bisa terjadi karena kebijakan ini berasal dari
kepatuhan aspirasi para stakeholder (Bottom Up).
Adanya kesadaran bersama untuk menyelesaikan
permasalahan pada perizinan yang merupakan tahapan
awal dalam mendirikan unit usaha.
c. Bagaimana analisis Kebijakan yang diambil berdasarkan analisis manfaat yang
biaya dan manfaat lebih besar dan mendorong berkembangnya iklim investasi
dalam memulai usaha baru.
2. Bagaimana analisis kemungkinan alasan-alasan ketidakpatuhan

a. Identifikasi Kemungkinan stakeholder yang mendukung antara lain


kelompok- para pelaku usaha, BKPM dan Kemenko perekonomian.
kelompok pendung Kemungkinan stakeholder yang tidak mendukung adalah
dan kelompok yang Kementerian Dalam Negeri
kurang mendukung Selain itu, kemungkinan lain adalah Pemerintah daerah
karena akan mengurangi pendapatan dari retribusi HO.
b. Identifikasi Beberapa kemungkinan ketidakpatuhan terhadap regulasi/
pengetahuan kebijakan yang dibuat antara lain:
stakeholder  Derajat kelompok penerbit regulasi dalam memenuhi
akan alternatif tuntutan kebijakan ini
tindakan yang akan  Derajat kepentingan kelompok penerbit regulasi dan juga
dijalankan implementor karena adanya kemungkinan untuk hilang
pendapatan daerah dari retribusi HO
 Derajat kemauan dari kelompok penerbit izin untuk
saling melepaskan kewenangannya demi perbaikan iklim
investasi
3. Apakah jenis sanksi atau tindakan yang digunakan untuk mendorong kepatuhan

Merekomendasikan hasil RIA sebagai salah satu basis informasi untuk paket
kebijakan ekonomi
Pendekatan persuasif
Mendorong BKPM dan Kemenko untuk melakukan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga terkait dengan alternative kebijakan ini.

54
Strategi Implementasi 3: Menghapus SITU dan Izin Gangguan (HO)

Untuk memudahkan penyederhanaan ini, pemerintah dapat menghapus SITU yang


tidak memiliki dampak terhadap keuangan
Menghapuskan syarat persetujuan tetangga untuk menyederhanakan prasyarat
dari HO
4. Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan untuk mendorong kepatuhan

Konsultasi Publik (FGD, Pertemuan Informal) kepada stakholder


Pemaparan hasil/hearing kepada kementerian dan lembaga yang merupakan aktor
kunci dalam pengambilan keputusan
Publikasi dilakukan melalui media cetak dan diskusi publik di media elektronik di
nasional
a. Bagaimana efektifitas sosialisasi yang dilakukan Efektif

b. Bagaimana intensitas sosilisasi yang dilakukan 5 kali

Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 55


56
6. Penutup

Berdasarkan pokok-pokok temuan studi Untuk pembentukan iklim investasi


yang sudah kami sampaikan diatas, dan kemudahan berusaha terkait
berikut kembali diberikan penekanan atas penyelenggaraan perizinan di daerah,
sejumlah poin sebagai catatan akhir untuk berikut adalah rekomendasi yang patut
diperhatikan dalam rangka tindak lanjut dilakukan ke depan:
perbaikan kebijakan ke depan:
 Penetapan standar tunggal fungsi
Regulasi nasional yang mengatur perizinan sebagai instrumen pengendali
(memayungi) perizinan usaha di dan perlindungan sosial maupun
daerah kami pandang menjadi sumber lingkungan (licence for protection).
utama kebermasalahan tata kelola Untuk itu izin-izin yang berorientasi
perizinan di era desentralisasi ini. Salah pada perolehan PAD atau untuk
satu contoh masalah pada tataran memenuhi kebutuhan pemda akan
kebijakan nasional tersebut adalah informasi/data kegiatan usaha harus
fragmentasi pengaturan yang menyebar di minimalisir lewat berbagai upaya
dan tidak sinkron antar satu instansi HGSL (Hapus, Gabung, Sederhanakan
dengan instansi lainnya. Banyaknya dan Limpahkan) aspek tata laksana
regulasi yang ada menyebabkan fungsi (perizinan).
izin sendiri menjadi tidak jelas. Fungsi
izin yang sama diatur dalam regulasi Pemerintah Pusat perlu menerbitkan
yang berbeda sehingga terjadi over surat edaran atau instruksi kepada
regulated. pemda untuk tidak memberlakukan
izin-izin hasil diskresi yang
Selain perizinan daerah yang bermasalah di daerah. Selanjutnya
merupakan turunan regulasi nasional, pemerintah pusat perlu memperkuat
pada era desentralisasi ini juga muncul instrumentasi kebijakan berupa
perizinan yang merupakan hasil standarisasi perizinan terkait batasan
diskresi pemda atau muncul dalam diskresi daerah dan mekanisme
praktek sehari-hari berpemerintahan. akuntabilitasnya kepada pemerintah
Contoh kasus yang menonjol adalah pusat (vide UU No.23 Tahun 2014
keberadaan SKDU (Surat Keterangan tentang Pemda).
Domisili Usaha). Sebagaimana yang
sudah disampaikan dalam bahasan  Izin-izin sektoral yang memiliki
studi ini, perizinan semacam ini acuan kerja berupa NSPK perlu
menimbulkan masalah dalam dikoordinasikan dengan Kementerian
kegiatan usaha di daerah, untuk itu Dalam Negeri untuk memudahkan
penghapusan izin tersebut tidak bisa proses sinkronisasi dan tindak lanjut
hanya diserahkan kepada pemda yang pembinaan atas pelaksanaannya di
bersangkutan tanpa adanya respon daerah. Hal ini juga dapat mengurangi
nasional yang menyeluruh. potensi kerancuan dan tumpang tindih
perizinan di daerah.



Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah 57


58
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Gd. Permata Kuningan Lt.10, Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C, Guntur Setiabudi, Jakarta Selatan, 12980
Telp.: (021) 83780642/53, Fax.: (021) 83780643, Website: www.kppod.org, Email: kppod@kppod.org

Anda mungkin juga menyukai