Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ease of Doing Business atau kemudahan berusaha ialah konsep yang terus dituju oleh suatu
negara berkembang dimana menjadi salah satu daya tarik bagi investor asing maupun dalam negeri
untuk membentuk suatu usaha sebagai salah satu penyokong roda perekonomian. Di Indonesia
sendiri konsep ini terus ditingkatkan oleh pemerintah dimana adanya usaha untuk
menyederhanakan tahapan-tahapan berusaha yang dimudahkan namun tetap pada aturan yang
berlaku.
Dimulai pada tahun 2006, pemerintah saat itu telah membentuk suatu upaya awal dalam
tahapan kemudahan berusaha, yaitu dengan membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu atau
disebut juga PTSP 1. Namun demikian seiring berjalannya waktu dan datangnya era globalisasi,
kemudahan berusaha menjadi bidang yang diperhatikan oleh pemerintah khususnya untuk
memberikan peluang bagi investor asing yang akan masuk ke Indonesia.
Menurut Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) di tahun 2018, kemudahan berusaha
tersebut masih dianggap sulit bagi para pemula yang akan memulai usahanya 2. Walaupun PTSP
telah berjalan dan bekerja untuk melayani masyarakat selama 12 tahun lamanya, namun menurut
para pengusaha maupun pemula bahwa untuk memperoleh usaha masih belum begitu lancar.
Kendala-kendala yang dihadapai oleh pemohon tersebut umumnya adalah kurangnya informasi
atau keterbukaan informasi yang diberikan oleh pemerintah kepada publik untuk kegiatan usaha
tertentu, adanya prosedur yang rumit dan berbeda antara satu PTSP dengan yang lainnya, proses
yang memakan waktu sehingga terkadang berjalan lambat maupun terbengkalai, dan biaya yang
dikeluarkan yang cukup lumayan dan dapat memberikan pertimbangan untuk penundaan
sementara dari pemohon perizinan usaha tersebut. Dilandasi dengan keadaan nyata yang berada di
lapangan tersebut serta adanya kemajuan teknologi digital, saat ini pemerintah telah membuat

1
pembentukan PTSP tersebut awalnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, namun berjalan efektif di bidang penanaman modal
pada tahun 2009 dengan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu
di Bidang Penanaman Modal
2
Murti Ali Lingga, 2018, CIPS: Proses Mendapat Izin Usaha di Indonesia Masih Rumit, Kompas Media
sumber : https://ekonomi.kompas.com/read/2018/12/11/124121126/cips-proses-mendapat-izin-usaha-di-indonesia-
masih-rumit, diakses tanggal 23 November 2020

1
suatu kebijakan untuk mempercepat dan meningkatkan penanaman modal sehingga adanya
pelayanan terintegrasi dalam memberikan upaya kemudahan berusaha tersebut.

1.2. Isu dan Masalah


Berdasarkan berita yang telah dihimpun dari IDN Times, terdapat kendala mengenai
kendala mengapa kemudahan berusaha di Indonesia tidak mengalami kenaikan. Penyebab yang
secara umum terjadi ialah adanya peraturan mengenai perizinan berusaha yang terdapat tumpang
tindih, tidak adanya standar dan prosedur yang pasti, isu dalam masyarakat apabila memulai
usaha akan memakan biaya dan waktu yang cukup lumayan, serta tidak lengkapnya petunjuk
yang diberikan kepada publik tentang perizinan berusaha.
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan isu di masyarakat yang telah diungkapkan
tersebut, maka dalam makalah ini akan ditulis beberapa permasalahan, antara lain :
1. Apakah tahap pemerintah di Indonesia dalam melakukan upaya kemudahan
berusaha ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan Online Single Submission sebagai kebijakan
pemerintah untuk kemudahan berusaha ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Upaya Pemerintah Dalam Kebijakan Kemudahan Berusaha


Perizinan ialah salah satu instrumen atau sarana atas kebijakan pemerintah untuk
melakukan suatu pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang timbul dari
perkembangan sosial dan ekonomi. Perizinan ini dapat dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah sesuai dengan kategori kegiatan yang timbul tersebut. Selain sebagai alat
kebijakan pemerintah, perizinan juga dapat menjadi pedoman atau acuan yang pasti bagi yang
akan meminta perizinan tersebut sehingga secara rasional dapat memberikan kejelasan untuk
kekpentingan bersama.
Peraturan terhadap pelayanan perizinan di Indonesia sendiri sebelumnya telah diatur oleh
dua (2) Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pada Undang-Undang
Penanaman Modal telah ada penggabungan antara Undang-Undang Nomor 11 tahun 1970 tentang
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri, sehinga Undang-Undang Penaman Modal mencakup lingkup yang lebih luas dan
memberikan kepastian untuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai garda depan dalam
penyelenggaraan pemerintah terakit perizinan dan non perizinan. Kegiatan PTSP tersebut juga
diperkuat dengan adanya Undang-Undang Pelayanan Publik sehingga menjadi jembatan dalam
hubungan antara masyarakat dan penyelenggara pelayanan perizinan tersebut.
Namun demikian, seiring berjalannya waktu dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat
dan meluas ini, telah dirasakan bahwa pelayanan perizinan di Indonesia masih mengalami
keterlambatan jika dibanding dengan beberapa negara yang melaksanakan sistem e-government.
Korelasi antara good governance dan implementasi e-government di Indonesia masih dirasakan
terpisah berdasarkan penelitian yang telah dilakukan3.
Selain itu permasalahan mengenai pelayanan perizinan yang dirasakan oleh masyarakat
ialah perbedaan antara kebijakan di daerah atau provinsi satu dengan daerah atau provinsi yang
lain. Secara praktik perbedaan tersebut terlihat jelas apabila dilihat dari biaya atau dokumen-

3
Suhardi, Alfira Sofia, & Agustinus Andriyanto, 2015, Journal of ICT Vol 9 No 3. : Evaluating e-
Government dan Good Governance Correlation, ITB, Bandung, hlm 236

3
dokumen yang harus dilengkapi. Terkadang persyaratan mengenai biaya atau dokumen tersebut di
beberapa daerah tidak diberikan informasinya secara jelas kepada masyarakat luas dan adanya
kecenderungan meningkatnya biaya karena penerapan otonomi daerah4. Biaya yang tidak
transparan tersebut apabila dilihat dari segi positif merupakan upaya pemerintah daerah setempat
untuk mengambil dana peningkatan kualitas pelayanan. Sedangkan dari segi negatif, adanya biaya
yang tidak pasti tersebut digunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari keuntungan
pribadi.

2.2. Kemudahan Berusaha dengan Online Single Submission (OSS)


Saat ini pemerintah dan penguasa berusaha untuk membentuk suatu sistem pelayanan yang
terintegrasi dan mampu memenuhi permintaan-permintaan masyarakat khususnya dalam
memenuhi tugas pelayanan perizinan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, diharapkan
menjadi pedoman dalam percepatan perizinan dalam menunjang Ease Of Doing Business (EODB)
atau kemudahan berusaha. Hasil dari dijalankannya PP No 24 Tahun 2018 tersebut ialah adanya
sistem terintegrasi mengenai perizinan yang dapat diakses secara online oleh seluruh pihak yang
berkepentingan dan telah dikenal sebagai Online Single Submission (OSS).
Sebelum berlakunya OSS, untuk memulai suatu usaha oleh suatu badan hukum paling tidak
ada beberapa proses yang dilakukan antara lain tahap pertama yaitu memesan nama melalui
website yang dikelola Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) dan membayarnya
melalui bank yang sekarang dilakukan oleh notaris. Apabila nama tersebut telah mendapat
persetujuan, maka dilanjutkan ke tahap kedua yaitu proses untuk mengajukan isi Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dituang ke dalam suatu akta. Setelah akta
tersebut dibuat oleh notaris, maka pada tahap ketiga diperlukan permohonan persetujuan dari
Kementerian Hukum dan HAM untuk mengesahkan pendirian badan hukum tersebut. Pada tahap
pertama sampai ketiga biasanya dilakukan oleh notaris yang ditunjuk oleh calon badan hukum
tersebut. Setelah mendapatkan pengesahan, maka badan hukum akan melakukan tahap keempat
yaitu pengurusan perizinan setempat yaitu domisili badan hukum, pengajuan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), sampai dengan pengajuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Tahap kelima

4
Phillpus M. Hadjon, et al, 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, hlm 14

4
dari proses ini ialah suatu badan hukum akan mendaftarkan diri untuk ikut dalam Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) di bidang ketenagakerjaan dan kesehatan. Tahap
terakhir ialah mendaftarkan diri di bidang pajak khususnya Nomor Pokok Wajib Pajak untuk badan
hukum dan perizinan lainnya yang berhubungan dengan pajak sesuai bidang usaha yang dijalankan
(misalnya Angka Pengenal Impor, Nomor Kepabeanan, dan lainnya).
Pelaksanaan tahapan-tahapan di atas, sebelum dilakukan memakai OSS, paling tidak
memakan waktu sampai dengan 24,9 hari pada tahun 2016 dan 7 hari pada tahun 2017 berdasarkan
materi yang diberikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal 5. Sebagai contoh terhadap waktu
pengurusan perizinan yaitu pengurusan SIUP dan TDP pada tahun 2016 dilakukan terpisah,
sehingga 1 (satu) dokumen pengurusan bisa memakan waktu paling cepat 2-3 hari dengan total
pengerjaan untuk 2 (dua) dokumen ialah 4-6 hari. Sedangkan pada tahun 2017 pengurusan SIUP
dan TDP dapat dilakukan bersama-sama sehingga hanya memakan waktu 2-3 hari saja. Menurut
Cooter dan Ulen, adanya pemilihan bagi para pemohon dan penguasa untuk memaksimalkan
kegiatan kemudahan berusaha khususnya di bidang perizinan berusaha, hal tersebut dikemukakan
dengan pendapatnya yaitu “choosing the best alternative that the constrains allow can be
described mathematically as maximizing” 6. Berikut ini gambaran mengenai perbedaan pada tahun
2016 dan tahun 2017 tentang mulainya usaha dikaitkan dengan EODB, yaitu 7 :
Perihal EODB Tahun 2016 EODB Tahun 2017
Cek dan Pesan Nama Dilakukan via website Dilakukan via website
Badan Hukum AHU oleh Notaris AHU oleh Notaris dan
Publik
Biaya Pesan Nama Rp. 200.000,- Rp. 100.000,-
Modal Dasar Disetor Sesuai kesepakatan para pihak
Biaya Pendirian Badan Pengesahan : Rp. Pengesahan : Rp. 600.000
Hukum (contoh 1.000.000,-
Perusahaan)
Pendaftaran BPJS 7 hari
Ketenagakerjaan Dilakukan secara BPJS
Pendaftaran BPJS 7 hari online dalam 1 formulir
Kesehatan
Pengurusan TDP dan Prosedur terpisah
SIUP

5
BKPM, 2017, Presentasi Perbaikan Pelaksanaan Kemudahan Berusaha Ease of Doing Business di
Indonesia,, https:// www. bkpm .go. id/ images/ uploads/ whyinvest_file/ Greenlab_ BKPM_ Web_ 2017_ Materi_
Download-EoDB_Ind_20171110. pdf, hlm. 6, diakses 27 Oktober 2020
6
Robert Cooter & Thomar Ulen, 2000, Law and Economics, Adison Wesley Longman, Amerika, hlm 11
7
BKPM, loc.cit.

5
Pendaftaran Tenaga Prosedur terpisah Digabung menjadi 1
Kerja Disnaker prosedur di PTSP
Hasil Survei EODB  Ada 11 prosedur  Ada 5 prosedur
 Memakan waktu  Memakan waktu sekitar
sekitar 24,9 hari 7 hari
 Rata-rata memakan  Rata-rata memakan
biaya Rp. 2.780.000,- biaya Rp. 1.950.000,-
diluar biaya pendukung diluar biaya pendukung

Pada tahun 2018, pemerintah telah resmi membuat sistem OSS tersebut sehingga banyak
prosedur-prosedur dipangkas. Saat ini para pengusaha dengan mudah melakukan prosedur
perizinan yang telah disebutkan di atas secara daring atau online. Terlebih lagi terdapat kebijakan
penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB) dari OSS sebagai pengganti Tanda Daftar Perusahaan,
Angka Pengenal Impor, dan Akses Kepabeanan sehingga beberapa berkas dapat dijadikan satu dan
tidak memakan waktu yang lama. Pemerintah mengharapkan agar pembuatan sistem tersebut
paling tidak dapat mempengaruhi satu atau dua penilaian EODB di Indonesia yang terdiri dari 8 :
1. Pengurusan berbagai perizinan yang perlu dilakukan untuk memulai usaha
2. Izin mendirikan bangunan untuk kegiatan usaha
3. Pendaftaran tanah sebagai kepastian dan perlindungan hukum pemegang hak atas
suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
4. Pembayaran dan jumlah pajak kepada perusahaan sesuai aturan perpajakan yang
berlaku
5. Hak legal peminjam dan pemberi pinjaman terkait dengan transaksi yang dijamin
dan kedalaman informasi kredit
6. Biaya dan waktu dalam penyelesaian perselisihan perdagangan dan kualitas proses
hukum
7. Perihal prosedur, waktu dan biaya dalam memperoleh koneksi jaringan listrik,
pengadaan listrik yang baik, dan biaya konsumsi listrik
8. Kemudahan dalam mengekspor barang dari perusahaan yang memiliki keunggulan
komperatif dan impor suku cadang.

8
BKPM, Ease Of Doing Busines di Indonesia Terus Membaik, https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-
investasi/detail/ease-of-doing-business-di-indonesia-terus-membaik, diakses 23 November 2020

6
9. Kemudahan dalam tingkat pemulihan dalam hal kebangkrutan komersial dan
kekuatan kerangka hukum kepailitan.
10. Perlindungan bagi pemegang saham minoritas di suatu negara.
Konsep-konsep dasar atas analisa ekonomi pada hukum yang diutarakan oleh Robert
Cooter dan Thomas Ulen juga menjadi pertimbangan pemerintah untuk menerbitkan PP No 24
Tahun 2018. Salah satunya ialah adanya tindakan maksimalisasi waktu dalam proses perizinan
(secara online) dan biaya yang akan dikeluarkan oleh pelaku usaha dalam proses tersebut. Menurut
Cooter dan Ulen tindakan maksimalisasi tersebut akan memunculkan keseimbangan antara para
pihak, yaitu ‘ ...... maximizing behavior tends to push these individuals or groups towards a point
of rest, an equilibrium’ 9. Selain itu, konsep dasar akan efisiensi terhadap waktu, persyaratan, dan
biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku usaha dengan berlakunya sistem OSS menjadi lebih pasti
dan dapat dihitung secara transparan, sebagai contoh bagi pelaku usaha diluar ibukota tidak perlu
mempersiapkan dana lebih untuk mengurus beberapa perizinan yang dikeluarkan di kementerian
di Jakarta. Berikut ini gambaran proses kemudahan berusaha dalam perizinan melalui sistem OSS
:

Gambar
Sistem Dalam Proses Pelayanan OSS 10

9
Robert Cooter & Thomar Ulen, loc.cit
10
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2018, Seminar Kebijakan Percepatan Berusaha,
http://aspadin.com/uploads/1/0/2/3/102373556/kebijakan_percepatan_pelaksanaan_berusaha_%E2%80%93_kemen
ko_perekonomian.pdf, hlm. 11, diakses 23 November 2020.

7
BAB III
KESIMPULAN

Pemerintah Indonesia telah memberikan kebijakan dalam kegiatan kemudahan berusaha


bagi para pemohon khususnya dalam kegiatan pelayanan atau pemberian perizinan berusaha yang
sangat diperlukan bagi para pengusaha untuk memulai kegiatan berusahanya. Saat ini kebijakan
tersebut berbentuk sistem online yang dikenal sebagai Online Single Submission dimana terdapat
pengurangan prosedur bagi para pengusaha untuk mendapatkan izin usaha yang dimohonkan.
Terlebih lagi sistem tersebut telah disesuaikan dengan era globalisasi dimana teknologi dan media
internet telah banyak masuk di bidang atau lini pemerintahan.
Adanya sistem Online Single Submission (OSS) tersebut diharapkan dapat membantu
pemerintah dan para pemohon izin berusaha untuk mengembangkan roda ekonomi. Hal ini sebagai
bukti bahwa kegiatan ekonomi dapat membuat suatu kebijakan untuk mendukung bidang tersebut.
Jika dilihat dari proses dan biaya yang diperlukan untuk menerbitkan atau mendapatkan suatu
perizinan berusaha sebelum dan sesudah adanya sistem ini, maka telah terdapat pengurangan yang
signifikan sehingga terlihat adanya tindakan yang efektif dan maksimal baik dari pemerintah
maupun dari pemohon izin berusaha tersebut.

Anda mungkin juga menyukai