BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang berlimpah. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki sumber daya
tambang sekaligus minyak bumi yang berlimpah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman
yang diikuti dengan perkembangan teknologi yang pesat, semakin banyak tuntutan akan
kebutuhan manusia yang wajib dipenuhi dan manusia tidak bisa selamanya hanya bergantung
pada sumber daya alam tersebut. Oleh sebab itu, pemerintahan negara menyusun kebijakan
mengenai wajib pajak bagi warga yang telah memiliki penghasilan. Hal ini dilakukan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan negara sekaligus kesejahteraan masyarakat.
Pajak merupakan salah satu sumber penghasilan negara terbesar selain dari sumber daya
alam seperti gas dan minyak bumi. Sumber penerimaan negara, yaitu pajak penghasilan (PPh)
pasal 21 merupakan pajak yang diperoleh atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain yang diperoleh wajib pajak orang pribadi dana negeri yang
sehubungan dengan pekerjaan ataupun jabatan, jasa, dan kegiatan. Keberlangsungan hidup suatu
negara tidak terlepas dari intervensi masyarakatnya dalam membayar pajak. Tuntutan agar rakyat
sadar dalam membayar pajak perlu diimbangi dengan perlakuan yang adil, sehingga diperlukan
regulasi atau aturan perundang-undangan yang menjadi wadah penegakan hukum dalam
pemeriksaan serta pembayaran pajak.
Pajak memegang peran penting sebagai salah satu sumber pembangunan dan pertahanan
negara. Tanpa adanya pajak, pembangunan-pembangunan di Indonesia tidak dapat berjalan
dengan baik. Oleh sebab itu, kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak sangat diperlukan
guna menopang pembangunan dan meningkatkan sarana sekaligus prasarana yang nantinya akan
bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
itu pula.
Pada era globalisasi ini, seluruh aspek kehidupan masyarakat tidak terlepas dari adanya
campur tangan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi perlahan dapat
menggeser pola hidup masyarakat di dunia yang awalnya tradisional menjadi modern. Kehadiran
teknologi bertujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
Cakupan aktivitas tersebut dapat berupa mencari hiburan, aktivitas jual beli, hingga mencapai
ranah sumber penghasilan seseorang. Tidak hanya jual beli produk, terdapat bentuk transaksi lain
yang menjadi sumber mata pencaharian seseorang sebagai akibat dari kecanggihan teknologi.
Aktivitas yang dimaksud tersebut adalah endorsement. Endorsement merupakan kegiatan
mempromosikan produk baik barang maupun jasa yang sifatnya mendukung hal tertentu
sehingga dapat dikenal di kalangan masyarakat yang dilakukan oleh seorang endorser. Endorser
tersebut berupa selebriti seperti selebgram, youtuber, blogger, dan lainnya.
Pada dasarnya, endorsement yang dilakukan endorser dibagi menjadi dua kategori, yaitu
Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser. Typical Person Endorser merupakan
kelompok non selebritis yang melakukan jasa promosi, sedangkan Celebrity Endorser
merupakan orang- orang seperti public figure atau orang-orang yang terkenal atas suatu
pencapaiannya yang melakukan promosi. Oleh sebab itu, kini kita sudah tidak asing dengan
sebutan celebrity endorser dalam Instagram atau biasa dikenal dengan istilah “selebgram”, yaitu
orang-orang yang melakukan promosi terhadap produk atau jasa yang dijual secara online
melalui akun Instagramnya. Saat ini, endorsement merupakan kegiatan yang termasuk bernilai
ekonomis karena seseorang dapat memperoleh penghasilan yang cukup menjajikan yang
menjadikannya menjadi salah satu mata pencaharian masa kini. Platform yang mewadahi
kegiatan endorsement ini salah satunya adalah Instagram. Instagram merupakan aplikasi
smartphone berbasis gambar, dimana penggunanya dapat mengambil dan berbagi foto serta
video secara online. Tak hanya itu, penggunanya pun dapat mengelola, mengedit dan berbagi
gambar serta video sehingga dengan fitur yang diberikan tersebut, menjadikan Instagram sebagai
platform untuk melakukan promosi.
Berdasarkan data dari tek.id bahwa saat ini influencer di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Data menunjukkan bahwa influencer yang mendaftarkan dirinya
sebagai kreator di SociaBuzz tercatat sebanyak 2.552 kreator baru di setiap bulannya. Sebanyak
45,94% telah terdaftar menjadi kreator yang menghasilkan uang dari personal brand maupun
konten. Dari fakta tersebut, Pemerintah Indonesia harus segera memanfaatkan peluang untuk
meningkatkan
pemasukan negara melalui pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) secara khusus terhadap pengguna
Instagram yang mendapatkan penghasilan melalui aktivitas endorsement serta dijadikan sebagai
pekerjaan utama.
Oktapyani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Tinjauan Yuridis Pengenaan Pajak
Penghasilan Terhadap Kegiatan Endorsement Dalam Media Sosial menyebutkan bahwa
Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) tengah mengkaji sistem pengenaan pajak dari sektor
yang tengah ramai digandrungi oleh beberapa kalangan di Indonesia mengingat pengenaan pajak
dari sektor ini hanya berdasarkan pada penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
Undang-Undang perpajakan menyebutkan bahwa siapapun yang memiliki penghasilan maka
merupakan objek pajak. Beberapa pihak tentu diuntungkan seperti selebgram yang memperoleh
penghasilan melalui kegiatan endorsement yang sudah seharusnya wajib membayar pajak.
Indonesia yang saat ini sebagian besar menggunakan sistem self assessment, dimana wajib pajak
sendirilah yang menghitung dan menilai pemenuhan kewajiban perpajakannya, sehingga hal ini
yang menyebabkan pemungutan pajak penghasilan belum efektif sehingga belum bisa
tercapainya asas adil bagi setiap orang.
Adapun hasil penelitian dari Dintan Falya dan Rianda Dirkareshza (2021) menyatakan
bahwa diberlakukannya peraturan yang mengatur hal-hal dalam pelaksanaan pembayaran pajak
tidak mempengaruhi kepatuhan para wajib pajak, khususnya pajak yang dihasilkan dari aktivitas
endorsement yang dilakukan oleh para influencer Instagram. Hal ini selaras dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Arty Sriwahyuni dan Helena Helen (2021) yang menyatakan
bahwa sebgaian besar selebgram masih tidak patuh dalam membayar pajak penghasilan atas jasa
endorsement mereka. Selebram tersebut masih belum memperoleh pemahaman yang memadai
mengenai pentingnya suatu kewajiban untuk melaporkan penghasilan yang diterima. Dalam studi
yang diteliti oleh Nur Intan Septiani (2018) memaparkan bahwa terdapat pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan jasa endorsement. Pihak pertama adalah antara pihak yang memiliki produk
dengan selebgram yang akan melaksanakan jasa endorsement dari produk tersebut, dan yang
kedua adalah antara pihak yang memiliki produk dengan management atau agensi yang
menaungi selebgram tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis lebih lanjut mengenai kepatuhan
influencer, dalam hal ini selebgram dalam membayar pajak mengingat selebgram memperoleh
penghasilan yang terbilang cukup untuk membayar pajak penghasilan (PPh) 21 atas aktivitas
endorsement yang dilakukannya di Instagram. Hal ini dikarenakan pertumbuhan aktivitas
endorsement yang semakin pesat di Indonesia sehingga memiliki potensi untuk menambah
penghasilan negara dalam sektor pajak. Dengan adanya regulasi yang jelas dan bersifat mengikat
bagi para pelaku kegiatan endorse diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan bagi
para endorser. Kegiatan endorse ini merupakan kegiatan yang kerap kali dipandang sebelah mata
padahal endorsement dapat menghasilkan uang yang di mana hal tersebut wajib diatur mengenai
pengenaan pajaknya mengingat hasil yang diperoleh terbilang cukup besar mulai dari ratusan
ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah. Tentunya hal ini akan berdampak bagi pendapatan negara
dalam sektor pajak. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian mengenai
“Kepatuhan Selebgram Membayar Pajak Penghasilan (PPh) 21 atas Jasa Endorsement dengan
Perspektif Regulasi dalam Perpajakan”.
Penelitian ini bermanfaat penulis dan pembaca untuk mengetahui bahwa pemerintah yang
terjun dalam hal ini yaitu Direktorat Jenderal Pajak selaku pihak yang menjadi pusat
pengawasan dan pembayaran pajak. Serta guna memberikan penjelasan mengenai objek
pajak terbaru yang memerlukan prosedur yang tepat untuk pembayaran pajak tersebut.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan secara teoritis bagi penyusus
khususnya tentang kesadaran selebgram dalam kewajiban membayar pajak penghasilan
(PPh). Serta menambah refrensi ataupun literatur kepustakaan terkait bidang keilmuan dan
kepustakaan terkait penetapan objek pajak.
Dalam usulan pada kegiatan ini, keutamaan penelitian ini adalah untuk:
Temuan yang ditargetkan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
awareness influencer Instagram dalam membayar pajak penghasilan (PPh) 21.
1.7. Luaran
1. Laporan Kemajuan
2. Laporan Akhir
3. Publikasi Artikel Karya Ilmiah mengenai “Kepatuhan Selebgram Membayar Pajak
Penghasilan (PPh) 21 atas Jasa Endorsement dengan Perspektif Regulasi dalam
Perpajakan” yang dipublikasikan di jurnal terakreditasi/bereputasi dikti.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Theory of Reasonoed Action (TRA) adalah teori dalam bidang kajian psikologi
sosial yang diusulkan oleh Sheppard et al (1988). TRA itu sendiri telah
dikembangkan oleh Fishbein sejak tahun 1960 dan terus dikembangkan lebih lanjut
oleh Fishbein dan Azjen hingga tahun 1980. Di dalam teori tersebut berisi penjabaran
mengenai faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap perilaku
manusia serta menjelaskan keterkaitan antara keyakinan, sikap, norma subjektif, niat,
dan perilaku individu. Kemudian Davis et al (1989) mengimplementasikan TRA
untuk melakukan pengkajian terhadap faktor yang menjelaskan alasan seseorang
menerima ataupun menolak untuk menggunakan komputer pada saat itu.
Pada studi kasus kali ini, peneliti mengunakan beberapa contoh penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya sebagai gambaran penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Ayu Faudy S. dan Ivan Yudianto (2018) dengan judul “Analysis of
Factors that Influence Taxpayers Compliance in Fulfilling Taxation Obligations”, peneliti
mengemukakan bahwa kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, serta kualitas pelayanan
pajak secara serentak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil tes menunjukkan
bahwa sebagian faktor seperti, kepatuhan wajib pajak dan kualitas pelayanan pajak mmeiliki
efek yang signifikan serta berpengaruh positif terhadap kepatuhan dalam membayar pajak. Di
sisi lain, kewajiban moral tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan membayar
pajak.
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Adugna Megenasa B. (2020) yang
berjudul “Factors That Affect Tax Compliance Behaviour of Small and Medium Enterprises:
Evidence from Nekemte City” menunjukkan bahwa persentase pajak menunjukkan pengaruh
yang negative terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak pemilik usaha kecil dan
menengah, namun tingkat pendapatan, denda dan penalti, rewarding dan insentif,
kesederhanaan sistem pajak, persepsi pengeluaran pemerintah, audit perpajakan, perilaku
terhadap pajak dan wawasan mengenai pajak serta kesadaran berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan dalam membayar pajak oleh wajib pajak pemilik usaha kecil dan
menengah.
Pada studi kasus yang dilakukan oleh Hoang Thi Hong Le, Vuong Thi Bach Tuyet, dan
rekannya (2020) dengan judul “Factors Affecting Tax Compliance among Small- and
Medium-sized Enterprises: Evidence from Vietnam” menunjukkan hasil bahwa di antara
keenam faktor, yaitu Business Characteristic (BC), Characteristics of Accounting Practices
within organization (AP), Awareness of tax obligations (TO), Tax Policy (TP), View on tax
compliance (TC), dan Probability of tax examination on taxpayer compliance (TE), faktor
yang paling mempengaruhi adalah Characteristics of accounting practices (AP). Oleh sebab
itu, disarankan bagi agen pajak untuk memberikan bantuan kepada pemilik usaha kecil-
menengah dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka dengan membentuk
workshop mengenai perpajakan serta pelatihan singkat mengenai perpajakan. Pemilik usaha
kecil-menengah tersebut juga harus memiliki sistem akuntansi yang memadai sesuai dengan
standar peraturan perpajakan.
Di sisi lain hasil penelitian yang dikemukakan oleh Dintan Falya dan Rianda Dirkareshza
(2021) dengan judul “Urgensi Peraturan Pajak dalam Aktivitas Endorsement yang Dilakukan
oleh Influencer ‘Instagram’” menyarankan agar pemerintah dapat segera membuat peraturan
khusus mngenai perpajakan dari aktivitas endorsement yang dilakukan oleh influencer
Instagram sehingga negara dapat menyerap pendapatan secara maksimal dari perpajakan yang
kemudian akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap negara dalam upaya
pemenuhan kesejahteraan rakyat.
Studi kasus yang dilakuakn oleh Nur Intan S. (2018) yang berjudul “Kepatuhan
Selebgram dalam Membayar Pajak Penghasilan (PPh) 21 Perspektif Hukum Islam dan
Regulasi dalam Perpajakan” menunjukkan hasil bahwa tingkat kepatuhan selebgram terhadap
pembayaran pajak penghasilan PPh 21 dapat dikatakan belum sesuai dengan ketentuan yang
telah tercantum pada pasal 21 UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Sebagian besar selebgram
menganggap bahwa mereka belum termasuk sebagai subjek yang dikenakan pajak serta
penghasilan yang mereka peroleh dari aktivitas endorsement ini belum termasuk objek
penghasilan yang dikenakan pajak. Mereka tidak melakukan pembayaran pajak meskipun
mereka telah mengetahui mengenai kewajiban dalam membayar pajak serta akan dikenakan
sanksi apabila tidak melakukan pembayaran pajak penghasilan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Ayu Faudy S. dan Ivan Analysis of Factors that Kesadaran wajib pajak,
Yudianto (2018) Influence Taxpayers kewajiban moral, serta kualitas
Compliance in Fulfilling pelayanan pajak secara
Taxation Obligations serentak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hasil
tes menunjukkan bahwa
sebagian faktor seperti,
kepatuhan wajib pajak dan
kualitas pelayanan pajak
mmeiliki efek yang signifikan
serta berpengaruh positif
terhadap kepatuhan dalam
membayar pajak. Di sisi lain,
kewajiban moral tidak
memiliki pengaruh yang positif
terhadap kepatuhan membayar
pajak.
Hoang Thi Hong Le, Factors Affecting Tax Di antara keenam faktor, yaitu
Vuong Thi Bach Compliance among Small- Business Characteristic (BC),
Tuyet, dan rekannya and Medium-sized Characteristics of Accounting
(2020) Enterprises: Evidence from Practices within organization
Vietnam (AP), Awareness of tax
obligations (TO), Tax Policy
(TP), View on tax compliance
(TC), dan Probability of tax
examination on taxpayer
compliance (TE), faktor yang
paling mempengaruhi adalah
Characteristics of accounting
practices (AP). Oleh sebab itu,
disarankan bagi agen pajak
untuk memberikan bantuan
kepada pemilik usaha kecil-
menengah dalam
meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan mereka dengan
membentuk workshop
mengenai perpajakan serta
pelatihan singkat mengenai
perpajakan.
METODE RISET
Dalam menugaskan acak siswa, kita mengatakan bahwa kita mengontrol variabel
asing yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan antara kebiasaan baru dan
hasilnya. Faktor asing adalah beberapa pengaruh dari pemilihan subjek, prosedur,
statistik, atau desain yang kemungkinan mempengaruhi hasil dan menghasilkan
penjelasan lain untuk hasil yang telah diperkirakan.
- Manipulasi perlakuan (Manipulation of Treatment Conditions)
Setelah anda memilih subjek, maka secara acak menetapkan subjek pada salah satu
kondisi perlakuan atau kelompok eksperimen. pada perlakuan ekperimental, peneliti
secara jasmani turut mengubah kondisi yang dialami oleh unit eksperimental.
Pada eksperimen, kita juga membandingkan skor untuk perlakuan yang berbeda pada
hasil. Perbandingan kelompok adalah proses dari peneliti menghasilkan skor untuk
individu maupun kelompok pada variabel terikat dan membandingkan rata-rata dan
selisih pada individu maupun kelompok.
Ide akhir dalam eksperimen adalah untuk merancang sehingga penarikan kesimpulan
benar atau tepat. Ancaman untuk menarik kesimpulan yang tepat dibutuhkan untuk
ditujukan pada penelitian eksperimen. Ancaman validitas mengacu pada alasan
khusus mengapa dapat terjadi kesalahan ketika membuat kesimpulan.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian survey.
Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, untuk
menemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis. Menurut para ahli, terdapat beberapa desain penelitian survey,
yaitu desain pembagian silang atau cross sectional design dan desain survey berkepanjangan
atau longitudinal survey (Widodo, 2008); sample survey dan sensus surve y (Irawan
Soehartono, 2000). Dengan demikian desain penelitian survey di antaranya adalah sebagai
berikut.
- Desain penelitian silang atau cross sectional survey digunakan untuk mengetahui
isu-isu yang bersifat temporer melalui pengumpulan data yang dilakukan satu kali
saja. Desain penelitian survey jenis ini paling banyak digunakan oleh peneliti.
- Desain penelitian berkepanjangan atau longitudinal survey digunakan untuk
memahami suatu isu secara berkelanjutan. Populasi yang digunakan dalam desain
ini tidaklah banyak. Adapun pengambilan data dilakukan secara berkala. Desain
penelitian jenis ini dibedakan atas kajian kecenderungan atau trend studies, studi
panel atau panel studies, sosiometrik, dan desain kontekstual atau contextual
design.
- Sample survey adalah survey yang dilakukan pada sebagian populasi atau sampel.
Sensus survey adalah survey yang dilakukan pada seluruh populasi.
Dalam studi kasus ini, penulis menggunakan desain penelitian silang atau cross sectional
survey karena isu yang diangkat dalam studi kasus ini bersifat temporer mengikuti regulasi pajak
yang ditetapkan.
Tahapan-tahapan dari jalannya penelitian ini dimulai dari tahap pendahuluan, tahap
penentuan rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, tahap pengumpulan data, tahap
analisis, tahap pembahasan, tahap penarikan kesimpulan, dan tahap pembuatan laporan.
1. Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini menggunakan satu metode, yaitu survey dengan pengisian
kuisioner. Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan terstruktur.
Pertanyaan terstruktur itu sendiri merupakan pertanyaan yang alternatif
jawabannya telah tersedia. Pertanyaan terstruktur yang digunakan pada penelitian
ini adalah pertanyaan dengan pilihan jawaban lebih dari satu (multiple choice).
4. Tahap Analisis
5. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dari hasil kegiatan analisis yang telah dilakukan mengenai
faktor-faktor kepatuhan selebgram sebagai wajib pajak dalam membayar pajak
penghasilan (PPh) 21 atas aktivitas endorsement.
Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul “Kepatuhan Selebgram Membayar
Pajak Penghasilan (PPh) 21 atas Jasa Endorsement dengan Perspektif Regulasi dalam
Perpajakan”. Oleh sebab itu terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi dan ada pula variabel
yang dipengaruhi.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai status variabel yang dikaji, maka identifikasi variabel
dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas: Kesadaran Wajib Pajak (X1), Wawasan Perpajakan (X2), Regulasi
Perpajakan (X3).
Gambar 3.1
Skema Penelitian
Kesadaran Wajib
Pajak (X1)
Regulasi Perpajakan
(X3)
3.4. Sumber Data
Sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2011:129) adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan satu sumber data, yaitu sumber data primer:
a. Sumber data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti yang
berasal dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini adalah para influencer Instagram yang melakukan aktivitas endorsement di
Instagram.
Berdasarkan pada permasalahan yang akan diteliti, teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik statistik inferensial dengan analisis korelasional. Teknik analisis
data statistik inferensial melupakan teknil analisis data yang sudah terdapat upaya untuk
mengadakan penarikan kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah
dilakukan. Biasanya analisis ini mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang
jumlahnya banyak, dan dari hasil analisis terhadap sampel tersebut digeneralisasikan terhadap
populasi. Oleh karena itulah statistik inferensial ini juga disebut dengan istilah statistik
induktif. Berdasarkan jenis analisisnya, statistik inferensial terbagi ke dalam dua bagian, yaitu
analisis korelasional dan analisis komparasi. Pada penelitian ini, penulis menggunakan
analisis korelasional yang berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh antara dua buah
variabel atau lebih. Dalam analisis korelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian,
yaitu:
2022
No. Kegiatan Agus
Mar Apr Mei Jun Jul Sept
t
1. Tahap Persiapan
Penelitian:
a. Penyusunan dan
Pengajuan Judul
b. Pengajuan
Proposal
c. Perijinan
Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan:
a. Pengumpulan
Data
b. Analisis Data
3. Tahap Penyusunan
Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Biru, A. (2020). Factors that Affect Tax Compliance Behaviour of Small and Medium Enterprises: Evidence
from Nekemte City. European Journal of Business and Management Vol. 12, No, 19, 29.
Falya, D. R. (2021). Urgensi Peraturan Pajak dalam Aktivitas Endorsement yang Dilakukan Oleh Influencer
'Instagram'. Jurnal USM Law Review Vol. 4 No. 2, 759-760.
Le, H. V. (2020). Factors Affecting Tax Compliance Among Small-and Medium-Sized Enterprises:
Evidence from Vietnam. Journal of Asian Finance, Economics and Business Vol. 7, No. 7, 209.
Pradana, A. (2019). Pengaturan Sistem Self Assessment dalam Pemungutan Pajak Endorsement Social
Media Influencer. Skripsi, Perpustakaan Universitas Airlangga, 3-4.
Sania, A. I. (2018). Anlysis of Factors that Influence Taxpayers Compliance in Fulfilling Taxation
Obligations. Journal of Accounting Auditing and Business-No. 1, Vol. 2, 17.
Septiani, N. (2018). Kepatuhan Selebgram dalam Membayar Pajak Penghasilan (PPh) 21 Perspektif Hukum
Islam dan Regulasi dalam Perpajakan. Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, 5-7.
Sriwahyuni, A. H. (2021). Urgensi Penarikan Pajak Penghasilan Profesi Youtuber dan Selebgram Sebagai
Upaya Mendorong Stabilisasi Perekonomian Pasca Pandemi. Jurnal Pacta Sunt Servanda, 79-80.
LAMPIRAN