Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 28 - 44 Vol. 02. No.

2
ISSN 2087 - 7889

KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN


GAYA BERPIKIR MAHASISWA
(Studi pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP UNCP)

Ma’rufi
FMIPA Universitas Cokroaminoto Palopo

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan
kemampuan mahasiswa berdasarkan gaya berpikirnya. Gaya berpikir yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah gaya berpikir Sekuensial Konkret (SK), Acak Konkret (AK),
Acak Abstrak (AA), dan Sekuensial Abstrak (SA). Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa program studi pendidikan matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo semester genap tahun akademik 2010-2011 sebanyak
181 mahasiswa Instrumen gaya berpikir yang digunakan adalah instrumen yang
dikembangkan oleh De Porter yang terdiri dari 15 nomor dengan empat pilihan jawaban.
Sedangkan untuk kemampuan matematika diperoleh dari Indeks Prestasi Kumulatif untuk
matakuliah matematika. Hasil penelitian adalah (1) dari 181 mahasiswa diperoleh 38,12%
mahasiswa memiliki gaya berpikir Sekuensial Konkret (SK), 13,81% mahasiswa memiliki
gaya berpikir Sekuensial Abstrak (SA), 38,12% mahasiswa memiliki gaya berpikir Acak
Abstrak (AA), dan 15,47% mahasiswa memiliki gaya berpikir Acak Konkret (AK), (2)
Kemampuan matematika mahasiswa berada pada kategori sangat memuaskan untuk semua
gaya berpikir. Rata-rata kemampuan matematika yang diperoleh dari Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) mahasiswa yang tergolong gaya berpikir Sekuensial Konkret adalah 3,15,
Sekuensial Abstrak adalah 3,24, Acak Abstrak adalah 3,10, dan Acak Konkret adalah
3,18.

Kata kunci: Gaya berpikir, kemampuan matematika, mahasiswa

PENDAHULUAN berpikir atau tahapan berpikir.


Kemampuan berpikir abstrak
adalah salah satu bagian dari kemampuan
Suatu ide atau gagasan tidak dapat
matematika seperti yang diungkapkan
dengan tiba-tiba muncul di dalam benak
oleh Sund ada 14 ciri kemampuan berpikir
seseorang. Ide-ide atau gagasan-gagasan
matematika pada tahap operasi formal.
terjadi setelah berbagai macam simbol,
Keempatbelas ciri tersebut adalah (1),
fakta-fakta diolah di alam bawah sadar
berpikir hipotetiko-deduktif, (2) berpikir
individu. Pengolahan simbol-simbol,
refleksif, (3) berpikir dengan
maupun fakta-fakta, tentu melalui suatu
menggunakan proposisi dan rasio, (4)
rangkaian atau tahapan-tahapan atau
kemampuan berpikir spasial , (5) bérpikir
proses. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
silogistik, (6) sanggup menggunakan
terjadinya berpikir kreatif pasti melalui
peluang (probability), (7) sanggup
suatu proses berpikir atau rangkaian

28
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

menggunakan logika kombinatorial, (8) Weil, dan Showers (1992) bahwa model
sanggup berpikir secara abstrak, (9) pembelajaran membantu peserta didik
sanggup dalam memahami alegori, (10) memperoleh informasi, ide-ide,
sanggup berpikir dengan menggunakan keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir,
proposisi, (11) sanggup untuk menerima juga mengajar mahasiswa bagaimana
anggapan-anggapan yang bertentangan belajar. Hal ini akan dapat dicapai jika
dengan kenyataan, (12) sanggup model pembelajaran yang dirancang
melakukaan operasi tingkat kedua, (13) sesuai dengan gaya berpikir peserta didik
sanggup merumuskan teori, dan (14) dan dapat dilaksanakan pendidik dengan
sanggup mengkonsepsikan masyarakat baik. Untuk itu, dalam memilih model
yang ideal. pembelajaran yang “sesuai” perlu ditinjau
Beberapa definisi kemampuan dari gaya berpikir mahasiswa. Gaya
berpikir abstrak diantaranya dikemukakan berpikir yang diartikan sebagai gaya
oleh syarifuddin (2001) Kemampuan berpikir berdasarkan pengertian dari
berpikir abstrak adalah kemampuan siswa Gregorc, yaitu gaya berpikir Sekuensial
dalam mengembangkan daya nalarnya Konkret (SK), Acak konkret (AK), Acak
terhadap berbagai abstraksi di dalam Abstrak (AA), dan Sekuensial Abstrak
menyelesaikan soal-soal yang erat (SA).
kaitannya dengan matematika, yaitu Tujuan penelitian ini adalah untuk
kemampuan mencari pola, struktur dan mendeskripsikan: (1) kemampuan
hubungan antara gambar-gambar yang matematika mahasiswa berdasarkan gaya
diatur secara logis. berpikir Sekuensial Konkret (SK), (2)
Matematika merupakan ilmu kemampuan matematika mahasiswa
universal yang mendasari perkembangan berdasarkan gaya berpikir Sekuensial
teknologi modern, mempunyai peranan Abstrak (SA), (3) kemampuan matematika
dalam berbagai disiplin dan memajukan mahasiswa berdasarkan gaya berpikir
daya pikir manusia. Perkembangan pesat Acak Abstrak (AA), (4) kemampuan
di bidang teknologi informasi dan matematika mahasiswa berdasarkan gaya
komunikasi dewasa ini dilandasi oleh berpikir Acak Konkret (AK).
perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang TINJAUAN PUSTAKA
dan matematika diskrit. Untuk menguasai
1. Teori Belajar kognitif menurut A.
dan menciptakan teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang De Block
kuat sejak dini.
Model pembelajaran merupakan Ciri khas belajar kognitif menurut
pendekatan alternatif yang dapat De Block (dalam Winkel, 2004) adalah
dirancang agar dapat mencapai tujuan terletak dalam belajar memperoleh dan
pembelajaran, yaitu dapat membantu menggunakan bentuk-bentuk representasi
peserta didik untuk mengkonstruksi yang mewakili objek-objek yang dihadapi,
pengetahuan itu melalui proses. entah objek itu orang, benda atau
Sebagaimana yang dikemukakan Joyce, kejadian. Objek-objek itu

29
Ma’rufi (2011)

direpresentasikan atau dihadirkan dalam dikembangkan dengan menciptakan


diri seseorang melalui tanggapan, konsep-konsep, relasi-relasi antar konsep,
gagasan, atau lambang yang semuanya relasi-relasi yang dikembangkan itu
bersifat mental. semakin kompleks dan rumit, sehingga
Ada dua aktivitas kognitif penting akhirnya lahirlah suatu bangunan mental
dalam belajar kognitif menurut De Block, bidang ilmu tertentu yang mempunyai
yaitu mengingat dan berpikir. Mengingat struktur yang jelas. Semua itu terjadi
adalah suatu aktivitas kognitif, dimana dalam pikiran orang dan mewakili dan
orang menyadari bahwa pengetahuannya merepresentasikan kompleksitas
berasal dari masa yang lampau atau kenyataan hidup, namun kenyataan hidup
berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh tidak perlu dihadapi secara fisik. Maka,
di masa yang lampau. Ada dua bentuk dalam berpikir tidak berperaga, sangat
mengingat yang paling menarik perhatian, menonjollah apa yang disebut kemahiran
yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan intelektual atau berpikir intelektual yaitu
mengingat kembali (reproduksi). Dalam berpikir dengan mencari dan
mengenal kembali, seseorang berhadapan menggunakan pemahaman melalui
dengan suatu objek dan pada saat itu dia penguasaan konsep dan relasi-relasi antar
menyadari bahwa objek itu pernah konsep.
dijumpai di masa yang lampau, sedangkan Dari uraian di atas sangat jelas
dalam mengingat kembali, orang bahwa aktivitas kognitif itu penting
mereproduksikan apa yang pernah terutama aktivitas berpikir. Orang itu
dijumpai tanpa berkontak kembali dengan harus belajar yaitu belajar berpikir
hal yang pernah dijumpai itu. Sedangkan terutama melalui pendidikan di sekolah.
dalam berpikir, obyek hadir dalam bentuk Di sekolah orang belajar berpikir
suatu representasi yang dapat berupa: (1) berperaga dan juga berpikir tidak
tanggapan, yaitu suatu gambaran sensorik berperaga, di mana berpikir tidak
atau suatu representasi berperaga, (2) berperaga merupakan bekal yang amat
pengertian/konsep, yaitu suatu satuan arti berguna untuk seumur hidup karena dalam
yang mewakili sejumlah objek yang kehidupan bukan hanya masalah yang
bercirikan sama dalam bentuk lambang simpel yang kita hadapi namun juga
mental yang penuh gagasan, (3) masalah yang lebih kompleks yang
lambang verbal, yaitu suatu kata yang membutuhkan kemampuan seseorang
menunjuk pada suatu obyek. untuk berpikir dalam memahami konsep
Orang dapat berpikir dengan maupun pengaitan/relasi antar konsep.
menggunakan tanggapan-tanggapan saja,
cara berpikir semacam ini disebut berpikir 2. Gaya Berpikir dari Gregorc
berperaga. Sedangkan jika seseorang
Setiap orang mungkin saja
berpikir dengan hanya menggunakan
mempunyai gaya hidup dan gaya kerja
konsep dan lambang verbal maka cara
yang berbeda, demikian juga mahasiswa
berpikir semacam ini disebut berpikir
mempunyai gaya belajar yang unik.
tidak berperaga.
Menurut Barbara Prashing (dalam
Faktanya, semua bidang ilmu

30
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

Dryden, 2000) bahwa “orang dari segala belajar. Mahasiswa sekuensial konkret
usia dapat belajar apa saja jika diberi harus mengatur tugas-tugas menjadi
kesempatan untuk melakukannya dengan proses tahap demi tahap dan berusaha
gaya unik mereka, dengan kekuatan keras untuk mendapatkan kesempurnaan
pribadi mereka sendiri” katanya dalam pada setiap tahap. Mereka menyukai
Diversity Is Our Strength: the learning pengarahan dan prosedur khusus, karena
reholution in action. Selain gaya belajar kebanyakan dunia bisnis di atur dengan
mahasiswa yang perlu diperhatikan dalam cara ini, mereka menjadi orang-orang
proses belajar mengajar, juga perlu bisnis yang sangat baik. Dari uraian
diperhatikan gaya berpikir mana yang diatas dapat disimpulkan bahwa pemikir
disukai oleh mahasiswa. Sekuensial Konkret memperhatikan dan
Anthony Gregorc-profesor ahli mengingat dengan detail dengan lebih
kurikulum dan instruksi di Universitas mudah, mengatur tugas dalam proses
Connecticut membagi gaya berpikir tahap demi tahap, dan berusaha mencapai
menjadi empat bagian yang berbeda: (1) kesempurnaan.
sekuensial konkret, (2) acak konkret, (3)
acak abstrak, dan (4) sekuensial abstrak. b. Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak
Mereka menekankan bahwa tidak ada (SA)
gaya berpikir yang lebih superior; setiap Pemikir sekuensial abstrak suka
gaya belajar itu unik. Setiap gaya menjadi sekali dengan dunia teori dan pikiran
efektif dengan gayanya sendiri (Dryden, abstrak. Mereka suka berpikir konseptual
2000). Untuk mengetahu tipe-tipe gaya dan menganalisis informasi. Mereka
berpikir seseorang, menurut Bobbi berpotensi menjadi filosof dan ilmuan
DePorter dapat di uraikan secara singkat peneliti yang hebat. Menurut DePorter,
sebagai berikut: Mereka mudah mengetahui apa yang
penting, seperti poin-poin utama dan
a. Gaya Berpikir Sekuensial Konkret detail yang signifikan. Proses berpikir
(SK) mereka logis, rasional, dan itelektual.
Pemikir Sekuensial Konkret Aktivitas favorit bagi orang bertipe
berpegang pada kenyataan dan proses sekuensial adalah mem-baca. Biasanya
informasi dengan cara yang teratur, linear mereka lebih senang bekerja sendiri
dan sekuensial. Bagi para pemikir daripada berkelompok. Jadi realitas bagi
sekuensial konkret, realitas terdiri dari apa pemikir sekuensial abstrak adalah dunia
yang dapat mereka ketahui melalui indera teori metafisis dan pemikiran abstrak.
fisik mereka, yaitu indera penglihatan,
peraba, pendengaran, perasa, dan c. Gaya Berpikir Acak Abstrak (AA)
penciuman. Mereka memperhatikah an Pemikir acak abstrak mengatur
dan mengingat realitas, dengan mudah informasi melalui refleksi, dan
mengingat fakta-fakta, informasi, rumus- berkembang pesat dalam lingkungan
rumus, dan aturan-aturan khusus dengan takterstruktur dan berorientasi kepada
mudah. Catatan atau makalah adalah cara manusia. DePorter mengatakan, “Dunia
baik bagi orang sekuensial konkret untuk ‘nyata’ bagi para pelajar acak abstrak

31
Ma’rufi (2011)

adalah dunia perasaan dan emosi. Pemikir untuk menemukan alternatif dan
acak abstrak menyerap berbagai gagasan, mengerjakan segala sesuatu dengan cara
informasi, dan kesan, lalu mengaturnya mereka sendiri. Waktu bukanlah perioritas
kembali melalui refleksi. Pemikir acak bagi orang Acak Konkret, dan mereka
abstrak dapat mengingat dengan baik jika cenderung tidak memedulikannya,
informasinya dibuat menurut seleranya. terutama jika sedang terlibat dalam situasi
Pemikir acak abstrak merasa dibatasi yang menarik. Mereka lebih berorientasi
ketika ditempatkan pada lingkungan yang pada proses daripada hasil, akibatnya
sangat terstruktur.” tugas-tugas seringkali tidak diselesaikan
Pemikir acak abstrak mengingat sesuai yang direncanakan karena
dengan sangat baik jika informasi kemungkinan-kemungkinan yang muncul
dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat dan mengundang eksplorasi selama
lebih meningkatkan atau mempengaruhi proses. Jadi pemikir acak konkret
belajarnya. Pemikir acak abstrak berpegang pada realitas dan mempunyai
mengalami peristiwa secara holistik, sikap ingin mencoba.
mereka perlu melihat keseluruhan gambar Pendapat para ahli tentang
sekaligus, bukan bertahap. Dengan alasan pengertian berpikir dapat berbeda-beda,
inilah Pemikir acak abstrak akan terbantu dan biasanya sangat bergantung dari sudut
jika mengetahui bagaimana segala pandang masing-masing. Suryabrata
sesuatu terhubung dengan keseluruhan (1998) mengutip beberapa pendapat para
sebelum masuk kedalam detail. Jadi ahli tentang berpikir, diantaranya adalah
Pemikir Acak Abstrak (AA) mengatur sebagai berikut:
informasi melalui refleksi dan berkiprah 1. Berpikir adalah meletakkan
di dalam lingkungan tidak teratur yang hubungan antara bagian-bagian
berorientasi pada orang. pengetahuan kita (Bigot, et al,
p.130). Bagian-bagian
d. Gaya Berpikir Acak Konkret (AK) pengetahauan kita yaitu segala
Pemikir acak konkret suka sesuatu yang telah kita miliki yang
bereksperimen, seperti tipe sekuensial berupa pengertian-pengertian dan
konkret, mereka mendasarkan diri pada dalam batas tertentu berupa
realitas, tetapi cenderung lebih melakukan tanggapan-tanggapan.
pendekatan coba-coba. Oleh karena itu, 2. Berpikir itu adalah aktivitas jiwa
mereka sering membuat lompatan intuitif yang abstrak dan tak dapat
yang diperlukan untuk pemikiran kreatif. dijabarkan dari permainan
Mereka memiliki kebutuhan yang kuat tanggapan-tanggapan. Jadi berpikir
untuk menemukan alternatif dan adalah kegiatan abstrak, proses
melakukan berbagai hal dengan cara kejadian yang menjadi kuat dan
mereka sendiri. mendapat arah karena hal yang
Pemikir acak konkret mempunyai dipikirkan (Kulpe 1912).
sikap eksperimental yang diiringi dengan 3. Berpikir adalah aktivitas abstrak
perilaku yang kurang terstruktur. Pemikir dengan arah yang ditentukan oleh
acak konkret mempunyai dorongan kuat soal yang harus dipecahkan.

32
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

Pendapat-pendapat di atas kelihatan membagi lima fase proses berpikir, yaitu


nya berbeda, tapi pada dasarnya orientasi, preparasi, inkubasi, iluminasi,
mengemukakan bahwa berpikir dan verifikasi. Proses berpikir pada
merupakan aktivitas abstrak untuk dasarnya bersifat individual, sehingga tiap
memproses informasi dengan mencari orang dapat mempunyai proses berpikir
hubungan-hubungan pengetahuan kita yang berbeda-beda. Tahapan-tahapan
yang terkait dengan permasalahan yang dikemukakan di atas tidak semua
sehingga ditemu-kan pemecahan masalah orang sepenuhnya sama dalam
tersebut. Selanjutnya Suryabrata menggunakannya. Oleh karena itu kita
mengemukakan bahwa berpikir adalah dapat mengelompokkan proses berpikir
proses dinamis yang dapat dilukiskan berdasarkan fase yang dilalui atau
menurut proses atau jalannya. Proses atau berdasarkan objek yang berhubungan.
jalannya berpikir ini yang disebut proses Marpaung (1996) mengelompokkan
berpikir. proses berpikir siswa dalam mempelajari
Sedangkan pengertian proses konsep perbandingan menjadi dua, yaitu
berpikir menurut Marpaung (1996) adalah konseptual dan sekuensial. Proses berpikir
“Proses yang dimulai dari penerimaan kon-septual adalah proses berpikir yang
informasi (dari luar diri siswa), menggunakan pengertian atau konsep-
pengolahan, penyimpulan, dan konsep dan hubungan diantara mereka dan
pemanggilan kembali informasi dari juga penggunaannya dalam pemecahan
ingatan siswa”. Hal ini berarti bahwa masalah. Ciri-ciri siswa yang berpikir
proses berpikir itu merupakan suatu konseptual adalah sebagai berikut:
rangkaian proses mulai saat informasi 1. Pada awal proses penyelesaian
masuk, pemrosesan sehingga terbentuk yaitu sesudah mereka membaca
skema dalam otak sampai penggunaannya soal siswa mencoba merumuskan
dalam situai yang diperlukan. Berdasarkan kembali soal itu dalam bentuk
dua pendapat ini, yang dimaksud proses yang lebih sederhana dengan
berpikir adalah suatu proses yang dimulai menggunakan kalimat matematika.
dari masuknya informasi atau penemuan 2. Siswa mencoba memecahkan soal
informasi dari luar diri siswa, pengolahan itu atas bagian-bagian, lalu
informasi, memberi kesimpulan dan mencari hubungan diantara bagian-
pemanggilan kembali informasi dari bagian itu atau antara suatu bagian
ingatan, yang akan diamati bagaimana dengan konsep atau soal lain yang
siswa menyelesaikan soal-soal atau sudah pernah dikerjakannya.
permasalahan yang dihadapi. 3. Cenderung untuk memulai
Proses berpikir siswa untuk pelaksanaan pemecahan soal kalau
menemukan pemecahan masalah dapat sudah mendapat ide yang jadi dan
diamati melalui beberapa tahapan/fase. jelas. Jika penyelesaian sementara
Mahmud (1999) mengemukakan bahwa salah maka soal kembali diuraikan
proses berpikir mempunyai tiga fase yaitu atas struktur-struktur yang lebih
persiapan, inkubasi, dan inspirasi. sederhana.
Sedangkan Rahmat (dalam Sutopo, 2000)

33
Ma’rufi (2011)

4. Komentar terhadap loop atau 5. Pengetahuan disimpan tidak dalam


pengulangan menggunakan bahasa struktur yang jelas. Komentar
yang menunjukkan adanya terhadap loop (pengu-langan)
pengertian, a.l “… , dan proses itu diucapkan dengan mengulangi atau
diulang sampai …….. ” menyebutkan setiap langkah yang
(Marpaung,1996). akan atau sedang dilaksanakan
Sedangkan proses berpikir mesin, jadi meurut waktu kejadian.
sekuensial cenderung langsung
menyelesaikan masalah tanpa banyak Pengelompokan proses berpikir
memberi perhatian terhadap hubungan siswa dalam mempelajari konsep
konsep-konsep dan dimulai dengan ide perbandingan menjadi dua seperti yang
yang belum jelas. Penyelesaian masalah dikemukan Marpaung di atas, Zuhri
dilakukan dengan cara sekuensial dengan (1998) dalam penelitiannya
berorientasi pada tujuan, mencari mengelompokkan proses berpikir siswa
sepotong penyelesaian antara yang dalam menyelesaikan soal-soal
menjadi dasar tindakan selanjutnya untuk perbandingan menjadi tiga yaitu: proses
mencapai hasil akhir. Adapun ciri-ciri berpikir konseptual, proses berpikir
proses berpikir sekuensial menurut semikonseptual, dan proses berpikir
Marpaung (1996) adalah sebagai berikut: komputasional. Proses berpikir
1. Berorientasi pada tindakan semikonseptual merupakan penurunan
(Handlungsorientierung): Ini dari proses berpikir konseptual dimana
tampak pada keinginannya pada indikator-indikatornya tidak terpenuhi secara
awal proses untuk melaksanakan utuh. Sedangkan proses berpikir
sesuatu atau memberi komentar komputasional adalah proses berpikir
a.l: “saya harus melakukan sesuatu yang hanya menekankan pada perhitungan
. . .”, “andaikan ini kesini, ini bukan keterkaitan antara konsep.
kesana . . .” dan seterusnya. Menurut Tony Buzan (dalam
2. Ingin memulai langkah DePorter, 2000) peta pikiran mampu
penyelesaian walaupun ide yang melihat gambaran secara selintas, dan
jelas belum diperoleh. menciptakan hubungan mental yang
3. Cenderung menyelesaikan soal membantu siswa untuk memahami dan
secara lepas, artinya terlepas dari mengingat. Peta pikiran akan memberikan
hubungannya dengan konsep atau kesan yang lebih mendalam didasarkan
bagian lain dari masalah yang atas riset tentang cara kerja otak yang
sudah dikenalnya. sebenarnya, yaitu otak sering kali
4. Pada fase tertentu dari proses mengingat informasi dalam bentuk
pemecahan soal antara gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan
dibandingkan dengan tujuan. Bila perasaan. Oleh karena itu, peta pikiran
dia dengan hasil itu tidak puas, yang dibuat siswa berdasarkan informasi
maka dia kembali pada hasil yang diterima selama proses belajar
sebelumnya dan dari sana mengajar dapat mencerminkan proses
menyusun rencana baru. berpikirnya tentang informasi tersebut.

34
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

Selanjutnya, untuk mengetahui mengubahnya.


proses berpikir siswa pada penyelesaian Wertheimer membedakan proses
soal-soal sistem persamaan linier dengan berpikir produktif dan proses berpikir
dua variabel, akan dianalisis hasil tes yang tidak produk-tif. Proses berpikir produktif
diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat adalah proses berpikir yang didasari oleh
Helbert (1983) yaitu “untuk mengetahui sistem belajar yang mengetahui artinya
proses berpikir siswa dapat mengamatinya (pemahaman), sedangkan proses berpikir
melalui proses cara mengungkapkan tes tidak produktif adalah proses berpikir
dan hasilnya yang ditulis secara terurut yang didasari oleh sistem belajar hapalan
dan ditambah wawancara mendalam (tanpa mengutamakan pemahaman).
mengenai cara kerjanya”. Pendapat ini Dengan kata lain siswa dikatakan berpikir
akan dijadikan sebagai pedoman bahwa produktif bila dalam menyelesaikan
jawaban siswa yang tertulis itu masalah tidak melalui hapalan tetapi
menunjukkan gambaran proses berpikir menciptakan sesuatu dengan
siswa dalam menemukan jawaban dari memanipulasi informasi (konsep-konsep)
soal yang diberikan. Sedangkan yang sudah dimiliki.
serangkaian proses yang sebenarnya dapat Dengan demikian, materi/isi yang
diketahui pada saat wawancara. dipikirkan dapat juga menentukan proses
Selain itu, faktor lain yang perlu berpikir seseorang, seperti yang
diperhatikan dalam mengungkapkan dikemukakan Marpaung bahwa di bidang
proses berpikir adalah gaya atau strategi algoritma proses berpikir siswa dapat
kognitif. Hasil penelitian Marpaung dibedakan atas berpikir konseptual dan
(1996) menunjukkan bahwa struktur sekuensial. Hal ini diungkapkan dalam
kognitif dalam mempelajari algoritma penelitiannya dengan menggunakan alat
yang mengarahkannya untuk memilih peraga. Sedangkan menurut Wertheimer
strategi tertentu dalam mempelajari atau dalam bidang geometri proses berpikir
menemukan suatu konsep matematis dapat dibedakan atas berpikir produktif
dibangung dari elemen-elemen dasar yaitu dan non produktif, yang diungkapkan
(1) batu bata predikatif, dan (2) batu bata dalam hasil penelitiannya dengan
fungsional (Zuhri, 1998). menggunakan cara mengamati guru
Salah satu perbedaan kedua elemen- mengajar di kelas dan dikaitkan dengan
elemen dasar tersebut, menurut Marpaung pemahaman siswa terhadap materi yang
adalah sebagai berikut: diajarkan.
a. Titik tolak cara berpikir tipe predikatif
adalah hubungan (relasi atau predikat) 3. Pengertian Belajar Matematika
di antara dua konsep (objek-objek
Matematika merupakan suatu
pikiran). Tipe ini dimulai dengan “apa”
disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas,
hubungan antara konsep yang satu
berbeda dengan ilmu yang lain. Hal yang
dengan konsep lain.
membuat berbeda menurut Hermes (dalam
b. Titik tolak cara berpikir tipe fungsional
Marpaung, 2003) adalah bahwa semua
adalah operasi (fungsi, transformasi)
teorema dalam matematika harus
yang dimulai dengan bagaimana

35
Ma’rufi (2011)

dibuktikan dan satu-satunya alat untuk untuk menerima dan mengerti masalah
membuktikan adalah logika matematika. berikutnya.
Sedangkan Hudoyo (1990), Ditinjau dari objek kajiannya,
mengemukakan bahwa objek kajian belajar matematika pada hakekatnya
matematika bersifat abstrak, yang terbagi adalah belajar yang berkenaan dengan ide-
menjadi dua, yaitu objek langsung (fakta, ide, struktur-struktur yang diatur menurut
keterampilan, konsep, dan prinsip), dan aturan yang logis. Bruner (dalam Hudojo,
objek taklangsung (transfer belajar, 1988) mengemukakan bahwa belajar
kemampuan inquiri, kemampuan matematika adalah belajar tentang konsep-
memecahkan masalah, disiplin diri, dan konsep dan struktur-struktur matematika
apresiasi terhadap struktur matematika). yang terdapat didalam materi yang
Selanjutnya Jhonson dan Rising dipelajari serta mencari hubungan antara
(Russefendi, 1990) menyatakan bahwa konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika adalah pola pikir, pola matematika itu. Jadi pada dasarnya belajar
pengorganisasian pembuktian yang logis, matematika yang dipelajari adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang konsep-konsep matema-tika dan struktur-
didefinisikan dengan cermat, jelas dana struktur matematika yang tersususn secara
akurat, refresentatif dengan simbol, lebih hirarkis dan menurut aturan yang logis.
berupa bahasa simbol mengenai ide Belajar matematika sebagai proses,
daripada bunyi, matematika adalah yaitu berupa kegiatan aktif dan upaya
pengetahuan terstruktur yang siswa dalam memahami dan menguasai
terorganisasikan. Sifat–sifat atau teori– matematika. Kegiatan aktif yang
teori yang dibuat secara deduktif dimaksud adalah pengalaman belajar
berdasarkan unsur–unsur yang matematika yang diperoleh siswa melalui
didefinisikan, aksionam–aksionam, sifat– interaksi siswa dengan matematika dalam
sifat atau teori–teori yang dibuat secara konteks kegiatan mengajar belajar di
deduktif berdasarkan unsur–unsur yang sekolah.
didefinisikan, aksionam aksioma, sifat– Matematika selain objeknya yang
sifat atau teori–teori yang telah dibuktikan abstrak dan strukturnya yang berpola
kebenarannya. Ematika adalah ilmu atau deduktif, juga menggunakan bahasa
seni, keindahannya terdapat pada simbolik. Dengan demikian belajar
keteraturan dan keharmonisan. matematika berarti belajar menggunakan
Dari uraian di atas matematika dan memanipulasi simbol-simbol. Namun
adalah pelajaran yang tersusun secara perlu diketahui bahwa sebelum
berturut–turut, logis dan berjenjang dari memanipulasi simbol-simbol itu, yang
sederhana ketingkat yang lebih kompleks. penting adalah memahami arti dari ide
Pelajaran matematika tersusun sedemikian yang disimbolkan itu. Hal ini
rupa sehingga pengertian teradahulu dimaksudkan bahwa agar tidak terjadi
mendasari pengertian berikutnya. Tanpa verbalisasi, yaitu menghapal simbol tanpa
mengetahui atau dengan kata lain mengetahui apa yang disimbolkan.
melangkahi pengertian terdahulu yang Namun dalam belajar matematika
mendasari pengertian berikutnya, sulit menghapal tetap diperlukan, tetapi

36
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

sebelum menghapal terlebih dahulu harus adalah instrumen yang dikembangkan


mengetahui artinya. oleh John LeTellier dari hasil adaptasi
Matematika merupakan pelajaran model Gregorc. Instrumen gaya berpikir
yang tersusun secara berurutan, logis dan mahasiswa dipergunakan untuk
berjenjang. Oleh karena itu untuk memperoleh skor mahasiswa mengenai
mencapai hasil yang maksimal mungkin, gaya berpikir mahasiswa dalam belajar
kita harus mempelajari secara bertahap matematika. Gaya berpikir yang diartikan
dan berurulan. Sebab belajar matematika sebagai gaya berpikir berdasarkan
pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pengertian dari Gregorc, yaitu gaya
mental untuk memahami arti dari berbagai berpikir Sekuensial Konkret (SK), Acak
struktur, hubungan dan simbol kemudian Konkret (AK), Acak Abstrak (AA), dan
menerapkan kepada situasi nyata sehingga Sekuensial Abstrak (SA). Instrumen
terjadi perubahan pengertian dan tersebut dikembangkan oleh De Porter
keterampilan. (2000) yang terdiri dari 15 nomor dengan
Berdasarkan uraian di atas, maka empat pilihan jawaban.
dapat disimpulkan bahwa belajar Untuk menghindari penafsiran yang
matematika pada hakekatnya adalah suatu berbeda-beda terhadap istilah-istilah yang
kegiatan mental untuk memahami arti dipakai dalam penelitian ini, diberikan
hubungan simbol-simbol kemudian batasan istilah sebagai berikut.
menerapkannya ke dalam situasi yang 1. Gaya Berpikir
nyata. Gaya berpikir yang diartikan
sebagai gaya berpikir berdasarkan
METODE PENELITIAN
pengertian dari Gregorc, yaitu gaya
Penelitian ini adalah penelitian berpikir sekuensial konkret (SK),
deskriptip yang bertujuan untuk acak konkret (AK), acak abstrak
mendeskripsikan kemampuan matematika (AA), dan sekuensial Abstrak (SA).
berdasarkan gaya berpikir mahasiswa.
2. Kemampuan Matematika
Gaya berpikir yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah gaya berpikir Kemampuan matematika dalam
Sekuensial Konkret (SK), Acak Konkret penelitian ini adalah Indeks Prestasi
(AK), Acak Abstrak (AA), dan Sekuensial Kumulatif (IPK) yang diperoleh
Abstrak (SA). mahasiswa untuk mata kuliah
Subjek dalam penelitian ini adalah matematika mulai semester satu
mahasiswa program studi pendidikan sampai dengan semester lima pada
matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu tahun akademik 2011/2012.
Pendidikan Universitas Cokroaminoto
Palopo semester genap tahun akademik HASIL PENELITIAN DAN
2010-2011 sebanyak 181 mahasiswa. PEMBAHASAN
Instrumen yang akan digunakan
untuk melihat kecenderungan gaya Hasil-hasil penelitian yang diperoleh
berpikir mahasiswa dalam penelitian ini, selama penelitian berlangsung yaitu
tentang kemampuan matematika

37
Ma’rufi (2011)

mahasiswa program studi pendidikan matematika dengan gaya berpikir


matematika pada semester enam Sekuensial Konkret (SK), dari 59
tahunakademik 2011/2012 yaitu: mahasiswa yang tergolong dalam gaya
Sekuensial Konkret (SK), Sekuensial berpikir Sekuensial Konkret diperoleh
Abstrak (SA), Acak Abstrak (AA), dan rata-rata kemampuan matematika yang
Acak Konkret (AK). Berdasarkan data ditunjukkan dengan Indeks Prestasi
dari 181 mahasiswa sebagai subjek Kumulatif (IPK) matakuliah matematika
penelitian diperoleh 59 mahasiswa adalah 3,15. Kemampuan matematika
tergolong gaya berpikir SK, 25 mahasiswa tertinggi yang diperoleh mahasiswa
tergolong gaya berpikir SA, 69 mahasiswa adalah 3,61 dan kemampuan matematika
tergolong gaya berpikir AA, dan 28 terendah 2,74 dengan rentang 0,87.
mahasiswa tergolong gaya berpikir AK. Simpangan Baku dan Variansi masing-
masing 0,22 dan 0,05.
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Adapun pengelompokan ke
1. Kemampuan Matematika Siswa mampuan matematika mahasiswa dengan
dengan Gaya Berpikir Sekuensial gaya berpikir Sekuensial Konkret (SK)
Konkret (SK) dapat dilihat pada tabel berikut.

Kemampuan matematika mahasiswa


semester lima peogram studi pendidikan
Tabel 1. Distribusi frekuensi Kemampuan Matematika Mahasiswa dengan Gaya Berpikir
Sekuensial Konkret

Kemampuan
No Matematika (IPK Kategori Frekuensi Persentase
Matematika)
1 2,00 – 3,00 Memuaskan 23 38,98
2 3,01 –3,50 Sangat Memuaskan 31 52,54
3 3,51 – 4,00 Dengan Pujian 5 8,48
Jumlah 59 100

Tabel distribusi frekuensi di atas Rata-rata kemampuan matematika


memberikan informasi yang lebih rinci mahasiswa yang tergolong gaya berpikir
dan jelas tentang kemampuan matematika SK adalah 3,15, apabila dikonversi dalam
mahasiswa yang tergolong gaya berpikir interval pada tabel 1, maka rata-rata
sekuensial konkret (SK), dimana kemampuan matematika mahasiswa
mahasiswa yang memperoleh kemampuan program studi pendidikan matematika
matematika dalam kategori memuaskan tergolong gaya berpikir Sekuensial
ada 23 (38,98%), kategori sangat Konkret (SK) berada dalam kategori
memuaskan ada 31 (52,54%), dalam sangat memuaskan.
kategori dengan pujian adalah 5 (8,48%).

38
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

2. Kemampuan Matematika Kumulatif (IPK) matakuliah matematika


Mahasiswa dengan Gaya Berpikir adalah 3,24. Kemampuan matematika
Sekuensial Abstrak (SA) tertinggi yang diperoleh mahasiswa yang
memiliki gaya berpikir Sekuensial
Kemampuan matematika Abstrak adalah 3,67 dan kemampuan
mahasiswa semester lima peogram studi matematika terendah 2,92 dengan
pendidikan matematika dengan gaya rentang 0,75. Simpangan Baku dan
berpikir Sekuensial Abstrak (SA), dari 25 Variansi masing-masing 0,20 dan 0,04.
mahasiswa yang tergolong dalam gaya Adapun pengelompokan kemampuan
berpikir Sekuensial Abstrak diperoleh matematika mahasiswa dengan gaya
rata-rata kemampuan matematika yang berpikir Sekuensial Abstrak (SA) dapat
ditunjukkan dengan Indeks Prestasi dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Distribusi frekuensi Kemampuan Matematika Mahasiswa dengan Gaya Kognitif


SA
No Kemampuan Kategori Frekuensi Persentase
Matematika (IPK
Matematika)
1 2,00 – 3,00 Memuaskan 5 20,00
2 3,01 – 3,50 Sangat Memuaskan 17 68,00
3 3,51 – 4,00 Dengan Pujian 3 12,00
Jumlah 25 100

Tabel distribusi frekuensi di atas gaya berpikir Sekuensial Abstrak (SA)


memberikan informasi yang lebih rinci berada dalam kategori sangat memuaskan.
dan jelas tentang kemampuan matematika
mahasiswa yang tergolong gaya berpikir 3. Kemampuan Matematika Mahaiswa
sekuensial abstrak (SA), dimana dengan Gaya Berpikir Acak Abstrak
mahasiswa yang memperoleh kemampuan (AA)
matematika dalam kategori memuaskan
Kemampua matematika mahasiswa
ada 5 (20,00%), kategori sangat
semester lima peogram studi pendidikan
memuaskan ada 17 (68,00%), dalam
matematika dengan gaya berpikir Acak
kategori dengan pujian adalah 3
Abstrak (AA), dari 69 mahasiswa yang
(12,00%). Rata-rata kemampuan
tergolong dalam gaya berpikir Acak
matematika mahasiswa yang tergolong
Abstrak diperoleh rata-rata kemampuan
gaya berpikir Sekuensial Abstrak adalah
matematika yang ditunjukkan dengan
3,24, apabila dikonversi dalam interval
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
pada tabel 2, maka rata-rata kemampuan
matakuliah matematika adalah 3,10.
matematika mahasiswa program studi
Kemampuan matematika tertinggi yang
pendidikan matematika yang tergolong
diperoleh mahasiswa yang memiliki gaya
39
Ma’rufi (2011)

berpikir Acak Abstrak (AA) adalah 3,95 dan 0,12. Adapun pengelompokan
dan kemampuan matematika terendah kemampuan matematika mahasiswa
2,08 dengan rentang 1,87. Simpangan dengan gaya berpikir Acak Abstrak (AA)
Baku dan Variansi masing-masing 0,34 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Distribusi frekuensi Kemampuan Matematika Mahasiswa dengan Gaya Kognitif


Acak Abstrak
No Kemampuan Kategori Frekuensi Persentase
Matematika (IPK
Matematika)
1 2,00 – 3,00 Memuaskan 24 34,78
2 3,01 – 3,50 Sangat Memuaskan 41 59,42
3 3,51 – 4,00 Dengan Pujian 4 5,80
Jumlah 69 100

Tabel distribusi frekuensi di atas pendidikan matematika dengan gaya


memberikan informasi yang lebih rinci berpikir Acak Konkret (AK), dari 28
dan jelas tentang kemampuan matematika mahasiswa yang tergolong dalam gaya
mahasiswa yang tergolong gaya berpikir berpikir Acak Konkret diperoleh rata-rata
Acak Abstrak (AA), dimana mahasiswa kemampuan matematika yang ditunjukkan
yang memperoleh kemampuan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
matematika dalam kategori memuaskan matakuliah matematika adalah 3,18.
ada 24 (34,78%), kategori sangat Kemampuan matematika tertinggi yang
memuaskan ada 41 (59,42%), dalam diperoleh mahasiswa yang memiliki gaya
kategori dengan pujian adalah 4 (5,80%). berpikir Acak Konkret (AK) adalah 3,45
Rata-rata kemampuan matematika dan kemampuan matematika terendah
mahasiswa yang tergolong gaya berpikir 2,85 dengan rentang 0,60. Simpangan
Acak Abstrak adalah 3,10, apabila Baku dan Variansi masing-masing 0,16
dikonversi dalam interval pada tabel 3, dan 0,02. Adapun penge-lompokan
maka rata-rata kemampuan matematika kemampuan matematika mahasiswa
mahasiswa program studi pendidikan dengan gaya berpikir Acak Konkret (AK)
matematika yang tergolong gaya berpikir dapat dilihat pada tabel berikut.
Acakl Abstrak (AA) berada dalam
kategori sangat memuaskan

4. Kemampuan Matematika
Mahasiswa dengan Gaya Berpikir
Acak Konkret (AK)

Kemampuan matematika
mahasiswa semester lima peogram studi

40
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

Tabel 4. Distribusi frekuensi Kemampuan Matematika Mahasiswa dengan Gaya Kognitif


Acak Konkret
No Kemampuan Kategori Frekuensi Persentase
Matematika (IPK
Matematika)
1 2,00 – 3,00 Memuaskan 5 17,86
2 3,01 – 3,50 Sangat Memuaskan 23 82,14
3 3,51 – 4,00 Dengan Pujian 0 0,00
Jumlah 28 100

Tabel distribusi frekuensi di atas gaya berpikir Acak Konkret adalah 3,18,
memberikan informasi yang lebih rinci apabila dikonversi dalam interval pada
dan jelas tentang kemampuan matematika tabel 3, maka rata-rata kemampuan
mahasiswa yang tergolong gaya berpikir matematika mahasiswa program studi
Acak Konkret (AK), dimana mahasiswa pendidikan matematika yang tergolong
yang memperoleh kemampuan gaya berpikir Acakl Konkret (AK) berada
matematika dalam kategori memuaskan dalam kategori sangat memuaskan.
ada 5 (17,86%), kategori sangat Secara umum kemampuan
memuaskan ada 23 (82,14%), dan tidak matematika mahasiswa semester lima
ada mahasiswa berada pada kategori program studi pendidikan matematika
dengan pujian. Rata-rata kemampuan tahun akademik 2011/2012 ditunjukkan
matematika mahasiswa yang tergolong pada tabel berikut.

Tabel 5. Kemampuan Matematika Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika berdasarkan


Gaya Berpikir
Kemampuan Matematika
Gaya Berpikir Kategori
Maksimum Minimum Rata – rata

SK 3,61 2,74 3,15 Sangat memuaskan

SA 3,67 2,92 3,24 Sangat memuaskan

AA 3,95 2,08 3,10 Sangat memuaskan

AK 3,45 2,85 3,18 Sangat memuaskan

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN diperoleh 59 mahasiswa tergolong gaya


berpikir Sekuensial Konkret (SK), 25
Berdasarkan data dari 181 mahasiswa tergolong gaya berpikir
mahasiswa sebagai subjek penelitian Sekuensial Abstrak (SA), 69 mahasiswa

41
Ma’rufi (2011)

tergolong gaya kognitif Acak Abstrak juga dapat lebih meningkatkan atau
(AA), dan 28 mahasiswa tergolong gaya mempengaruhi belajarnya. Materi
berpikir Acak Konkret (AK). pembelajaran matematika banyak
Kemampuan matematika mahasiswa berkaitan dengan angka dan simbol-
yang tergolong gaya berpikir Sekuensial simbol sedangkan siswa acak abstrak
Konkret (SK) berada pada kategori sangat mudah mengingat informasi yang
memuaskan dengan IPK rata-rata 3,15 dipersonifikasikan.
Sejalan dengan teori Gaya Berpikir dari Kemampuan matematika mahasiswa
Gregorc bahwa pemikir sekuensial yang tergolong gaya berpikir Acak
konkret, dia mendasarkan dirinya pada Konkret (AK) berada pada kategori sangat
realitas, memproses informasi dengan cara memuaskan dengan IPK rata-rata 3,18.
teratur, urut, linier. Mereka Menurut teori Gaya Berpikir dari Gregorc
memperhatikan dan mengingat berbagai bahwa proses berpikir Acak Konkret (AK)
detail dengan mudah dan mengingat fakta- suka bereksperimen, seperti tipe
fakta, informasi spesifik, rumus-rumus, sekuensial konkret, mereka mendasarkan
dan berbagai peraturan dengan mudah. diri pada realitas, tetapi cenderung lebih
Kemampuan matematika mahasiswa melakukan pendekatan coba-coba. Jika
yang tergolong gaya berpikir Sekuensial dikaitkan dengan matakuliah matematika
Abstrak (SA) berada pada kategori sangat yang lebih banyak berhitung, maka
memuaskan dengan IPK rata-rata 3,24. dengan pendekatan mencoba-coba bagi
Menurut teori Gaya berpikir dari Gregorc siswa acak konkret dapat memberikan
Proses berpikir Sekuensial Abstrak (SA) kontribusi dalam belajar matematika.
suka sekali dengan dunia teori dan Perubahan yang dialami mahasiswa
pikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam belajar yang terjadi secara dinamis
konseptual dan menganalisis informasi. dapat berbentuk pengetahuan atau
Mereka berpotensi menjadi filosof dan perilaku. Namun mahasiswa dalam
ilmuan peneliti yang hebat. Mengingat lingkungan dan kondisi yang sama,
bahwa subjek penelitian adalah siswa walaupun mendapat perlakuan yang sama
SMP kelas VII, maka kemampuan belum tentu memiliki pemikiran,
berpikir abstraknya masih rendah pemahaman dan pandangan yang sama
sehingga rata-rata hasil belajar terhadap fenomena di sekitarnya. Setiap
matematika yang diperoleh masih rendah. mahasiswa memiliki cara pandang yang
Kemampuan matematika siswa yang khas terhadap peristiwa yang yang dilihat
tergolong gaya berpikir Acak Abstrak dan dialaminya.
(AA) berada pada kategori sangat
memuaskan dengan IPK rata-rata 3,10. KESIMPULAN
Sama halnya dengan kemampuan
matematika mahasiswa sekuensial abstrak, Mahasiswa program studi
Menurut teori Gaya berpikir dari Gregorc Pendidikan Matematika semester lima
bahwa proses berpikir Acak Abstrak tahun akademik 2011/2012, Fakultas
(AA) mengingat dengan sangat baik jika Keguruan dan Ilmu Pendidikan
informasi dipersonifikasikan. Perasaan Universitas Cokroaminoto Palopo yang

42
Kemampuan Matematika dan Gaya Berpikir

menjadi subjek penelitian sebanyak 181 Matematika. Universitas Negeri


mahasiswa. Dari 181 mahasiswa, 38,12% Malang. Malang.
mahasiswa memiliki gaya berpikir Mahmud, Dimyati M. 1990. Psikologi
Sekuensial Konkret (SK), 13,81% Pendidikan, Suatu Pendekatan
mahasiswa memiliki gaya berpikir Terapan. Edisi 1, Fakultas Ilmu
Sekuensial Abstrak (SA), 38,12% Pendidikan, IKIP Yogyakarta.
mahasiswa memiliki gaya berpikir Acak Marpaung, Y. 2003. Perubahan
Abstrak (AA), dan 15,47% mahasiswa Paradigma Pembelajaran
memiliki gaya berpikir Acak Konkret Matematika di Sekolah. Makalah.
Disampaikan dalam Seminar
(AK).
Pendidikan Matematika di USD
Kemampuan matematika mahasiswa Yogyakarta, Yogyakarta, 27-28
berada pada kategori sangat memuaskan Maret 2003.
untuk semua gaya berpikir. Rata-rata
Nasution, Hakim, Andi,. 1992. Pengantar
kemampuan matematika yang diperoleh ke Filsafat Sains. Bogor: Litera
dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Antar Nusa.
mahasiswa yang tergolong gaya berpikir
Porter, 2000. Quantum Learning.
Sekuensial Konkret adalah 3,15, Membiasakan Belajar Nyaman
Sekuensial Abstrak adalah 3,24, Acak dan Menyenangkan. Bandung:
Abstrak adalah 3,10, dan Acak Konkret Kaifa
adalah 3,18. Ratumanan, T.G. 2001. Pengaruh Model
Pembelajaran dan Gaya Kognitif
DAFTAR PUSTAKA terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa SLTP Negeri 1
Armis. 1995. Proses Berpikir Siswa Kelas dan SLTP negeri 4 Ambon.
II SMP Negeri Rambatan Dalam Proposal Disertasi. Surabaya: PPS
Menyele-saikan Soal-soal Sistem Unesa.
Persamaan Linear Dua Peubah. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi
Tesis. PPS IKIP Malang Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Begle, E.G. 1979. Mathematical Variables Semiawan, Cori R. 1991. Mencari
In Mathematic Education. Strategi Pengembangan
National Council of Teacher of Pendidikan Nasional Menje-lang
Mathematics. Washington. Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Bell, F.H. 1981 Teaching and Learning Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
Mathematics (In Secondary yang Mempengaruhinya. Rineka
School). Iowa: WM. C Brown cipta. Jakarta.
Company Publiser.
Soedjadi, R. 1994. Dasar Matematika,
Budiarto, M. Teguh. 1992. Profil PPs IKIP Surabaya.
Kemampuan Mahasiswa S1
Soedjadi, R. 1999/2000, Kiat Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika.
Matematika di Indonesia,
Makalah. FPMIPA IKIP Surabaya.
Direktorat Jenderal Pendidikan
Hudoyo, H. 1990. Pengembangan Tinggi Departemen Pendidikan
Kurikulum dan Pembelajaran Nasional, Jakarta.

43
Ma’rufi (2011)

Tiro, 2004. Bagaimana Aku Berpikir.


Makassar: Makassar State
University Press
Trianto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.
Prestasi pustaka. Surabaya.
Undang-Undang Republik Indonesia No.
20. Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran.
Jakarta: Gramedia.

44

Anda mungkin juga menyukai